Pesan Menteri Kurikulum 2013 dan Teori Piramida Dalam teori pembelajaran, salah satunya kita mengenal Teori Piramida Pembelajaran. Teori ini dikelompokkan menjadi dua: passive teaching dan participatory teaching methods.
D
ari belajar sendiri, anak hanya bisa menyerap sekitar lima persen. Dengan membaca serapannya menjadi 10 persen, audio visual 20 persen, dan mendemontrasikan 30 persen. Itulah mengapa kita membutuhkan guru.
Kami berkeyakinan, Kurikulum 2013 ini akan merubah kemampuan peserta didik, yang tadinya pasif menjadi mereka gemar belajar secara mandiri, gemar bertanya, dan akan terbangun karakternya.
Sebaliknya, jika peserta didik diaktifkan untuk berperan dalam pembelajaran, maka yang mampu terserap mencapai 50 persen. Kemudian kalau dipraktikkan, bisa mencapai 75 persen. Dan yang luar biasa kalau peserta didik dibiasakan dengan menyampaikan ke orang lain, daya serapnya akan meningkat sampai 90 persen.
Proses pembelajaran kita gunakan pendekatan saintifik-partisipatif dengan anak dilatih dan dibiasakan untuk mengamati, dan bertanya, mencoba dan bernalar, hingga mengomunikasikan, baik lisan maupun tulisan. Sedangkan penilaian pun dikembangkan, tidak semata kuantitatif-numerik, tapi juga kualitatif-deskriptif. Kurikulum 2013, hakikatnya adalah menggunakan ide partisipasi dari peserta didik. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan dapat manfaatkannya untuk mendorong peserta didiknya agar mereka semua memiliki kemampuan belajar secara partisipatori.
Inilah yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Dari sisi kompetensi lulusan, peserta didik, kita harapkan memiliki keutuhan kompetensi yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Kami berkeyakinan, Kurikulum 2013 ini akan merubah kemampuan peserta didik, yang tadinya pasif menjadi mereka gemar belajar secara mandiri, gemar bertanya, dan akan terbangun karakternya.
Dari sisi isi, kita lakukan penataan ulang materi pembelajaran, diperluas dan diperdalam. Kedudukan Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Sejarah kita pertegas, termasuk kita tambah Agama dan Budi Pekerti.
Kurikulum 2013 bukan untuk Pemerintahan saat ini atau yang akan datang, melainkan untuk generasi mendatang, generasi 2045, yang memang harus disiapkan mulai saat ini, mulai sekarang. (***)
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 1
daftar isi Majalah DIKBUD - Edisi 04 Tahun V September 2014
Hal. 1 PESAN MENTERI Hal. 2 DAFTAR ISI Hal. 3 DARI REDAKSI
Kurikulum 2013 Kanal Pembentukan Generasi Unggul Hal. 4 Pemerintah Daerah Dukung Implementasi Kurikulum 2013 Hal. 12 Kemdikbud Tidak Atur Jumlah Hari Belajar Hal. 18 Klinik Kurikulum Efektifkan Implementasi Kurikulum 2013 Hal. 20 Inovasi Pendidikan: Rapor Online, Pengganti Penilaian Manual Hal. 22 Revitalisasi Taman Majapahit: Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Hal. 24 Kisah Inspiratif: Jupel Siap 24 Jam, Tidak Kenal Libur Hal. 30
2 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
(Foto: Istimewa)
Dari Redaksi
Kurikulum 2013 dan Kejayaan Majapahit
Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im Pengarah: Sukemi Penanggung Jawab: Ibnu Hamad
Kualitas penduduk tidak dapat dipisahkan dari bidang pendidikan karena melalui pendidikanlah sumber daya manusia (SDM) berkualitas dapat dihasilkan. Kualitas disini bukan hanya dari sisi kecerdasan intelektual, melainkan juga keterampilan, kemandirian, religius, dan nasionalisme berkadar tinggi. Bahkan boleh dibilang, pendidikan merupakan salah satu kanal untuk menciptakan SDM berkualitas.
Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih Dewan Redaksi: Hawignyo Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati Staf Redaksi: Arifah, Ratih Anbarini, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Seno Hartono Desain & Tata Letak: Susilo Widji P. Fotografer: Yus Pajarudin, Singgih Harimurti Sekretaris Redaksi: Dina Ayu Mirta, Tri Susilawati, Hulumudin, Hermawan Redaktur Eksekutif: Priyoko Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung C Lantai 4, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telp.: (021) 5711144 Pes. 2413, (021) 5701088 Laman: www.kemdikbud.go.id
Desain Sampul: - Susilo Widji P.
Foto:
- Siswa sekolah dasar menghadapi proses pembelajaran pada Kurikulum 2013.
Majalah DIKBUD
Edisi No. 04 Tahun V - September 2014
B
onus demografi bisa menjadi berkah atau musibah, tergantung pada bagaimana seluruh bangsa Indonesia mengambil sikap akan fenomena tersebut. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hal itu menjadi berkah, di antaranya adalah penduduk usia produktif yang melimpah itu haruslah berkualitas. Dengan demikian, mereka dapat menjadi penyokong utama pembangunan Indonesia pada masa mendatang.
Menyadari hal tersebut, metode pendidikan juga harus diarahkan untuk membentuk SDM berkualifikasi baik seperti itu. Maka, Kurikulum 2013 diharapkan menjadi solusi permasalahan pembentukan SDM di Tanah Air. Melalui implementasi Kurikulum 2013 secara konsisten, bukan sebuah hal yang mustahil jika SDM Indonesia pada masa mendatang memiliki kualitas super sebagaimana tergambarkan di atas. Hal itu sangat mungkin tercapai mengingat Kurikulum 2013 memiliki tujuan membangun generasi muda Indonesia memiliki kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) dalam satu kesatuan utuh. Kompetensi ini didukung empat pilar, yaitu produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Demikian pula dengan kesatuan unsur etika, logika, dan estetika, dalam proses pembelajarannya. Jika potensi estetika dikembangkan dan diekspresikan serta digabung dengan logika dan etika yang baik, maka kedepannya Indonesia akan menjadi bangsa yang sempurna. Konsep dasar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik yang dapat dilakukan dengan mengamati fenomena alam sekitar menggunakan lima tahap pendekatan ilmiah: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikan hasil pembelajaran (communicating). Pembaca budiman, Kurikulum 2013 merupakan salah satu topik yang kita bahas dalam Dikbud edisi 4 ini. Topik lain yang tak kalah menarik adalah pengembangan Taman Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Napak tilas Kejayaan Majapahit di masa silam akan semakin jelas digambarkan jika taman tersebut selesai dibangun. Termasuk pengalaman para Juru Pelihara situs bersejarah tersebut yang sangat mengesankan dan penuh dedikasi. Tentu masih banyak artikel lainnya yang dapat digunakan sebagai referensi, yang sangat sayang jika terlewatkan. Selamat membaca. (*)
Redaksi No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 3
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Kanal Pembentukan Generasi Unggul Kurikulum 2013 diharapkan dapat menjadi solusi penyediaan sumber daya manusia (SDM) bernalar tinggi, terampil, cerdas, mandiri, dan berakhlak mulia. SDM dengan kualifikasi demikian jelas dibutuhkan oleh bangsa Indonesia untuk menyonsong 100 tahun Indonesia merdeka, dimana generasi emas yang saat ini duduk di bangku sekolah menjadi pemegang tongkat estafet kepemimpinan. Kurikulum 2013 berfungsi sebagai kanal dalam pembentukan generasi unggul.
P
erubahan tidak menjamin perbaikan, tapi tidak akan ada perbaikan tanpa ada perubahan. Demikian pula dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kemajuan zaman harus diimbangi dengan perubahan paradigma pendidikan. Muara pengimbangannya melalui penataan kurikulum sebagai roh dari perubahan itu. Hal itu mengingat di dalamnya terdapat tiga ranah yang harus dipenuhi oleh setiap peserta didik: psikomotorik, afektif, dan kognitif. Pengembangan kurikulum ini sudah ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Artinya, jika ada dokumen RPJMN 2010-2014 menandakan dokumen ini disusun tahun 2009, dievaluasi, dan pada 2010-2014 diamanatkan harus ada penataan kurikulum. Kurikulum inilah yang kemudian disosialisasikan sebagai Kurikulum 2013 dengan esensi membangun
4 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
generasi muda Indonesia untuk memiliki kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) sebagai satu kesatuan utuh. Kompetensi ini didukung empat pilar, yaitu produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Perbedaan mendasar antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah lebih meneguhkan pendekatan keilmuan untuk mendorong kreativitas peserta didik.
Demikian pula dengan kesatuan unsur etika, logika, dan estetika, dalam proses pembelajarannya. Jika potensi estetika dikembangkan dan diekspresikan serta digabung dengan logika dan etika yang baik, maka kedepannya Indonesia akan menjadi bangsa yang sempurna.
Mengapa demikian? Karena, ke depan, zaman akan bertambah rumit mengingat jumlah penduduk semakin besar dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin canggih. Segala kerumitan dapat diselesaikan dengan kreativitas. Solusinya adalah mendidik seluruh anak bangsa menjadi lebih kreatif dengan pendekatan saintifik tersebut.
Konsep dasar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah pendekatan scientific yang dapat dilakukan dengan mengamati fenomena alam sekitar menggunakan lima tahap pendekatan ilmiah: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengomunikasikannya (communicating).
Pada Kurikulum 2013, setiap mata pelajaran harus bisa menghasilkan peserta didik yang mempunyai kompetensi keterampilan, termasuk keterampilan yang didapat dari muatan lokal yang sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah. Tidaklah cukup bagi peserta didik untuk mendapatkan kompetensi pengetahuan semata.
Oleh karena itu, untuk memperkuat karakter peserta didik, Kurikulum 2013 juga dilengkapi dengan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti agar tercapai keseimbangan antara pengetahuan agama dan praktik budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
mendorong sekolah-sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 untuk melakukan pengimbasan ke sekolah-sekolah yang mengimplementasikannya tahun pelajaran 2014/2015 ini.
Kompetensi sikap yang ingin dibangun adalah lima karakter dasar: jujur, kasih sayang atau cinta kasih, disiplin, bersih, dan toleransi. Tentunya kekuatan-kekuatan moralitas ini harus dibingkai dalam konteks keindonesiaan.
Konstruksi Hukum
Bagaimana caranya? Pertama, perlu menanamkan ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang
Pada tingkat dasar, sekolah tidak perlu terlalu terburu-buru mengajarkan pelajaran kepada peserta didik. Untuk itulah pada tingkat sekolah dasar, pola pembelajaran Kurikulum 2013 menerapkan konsep tematik terpadu. Artinya, pelajaran kepada siswa tidak lagi dibedakan berdasarkan mata pelajaran, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewirausahaan, dan lainnya. Di sekolah dasar, peserta didik diajak menikmati masa-masa sekolah. Lewat tema “Diriku”, peserta didik akan mengenalkan diri, mengenal teman-teman, dan lingkungannya
FOTO: Ratih PIH
Kurikulum yang baik juga dapat menjadi indikator sekolah yang berkualitas, dengan ditunjang guru serta fasilitas atau infrastruktur yang baik pula. Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
Konstruksi hukum kurikulum ada pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di situ disebutkan, pendidikan di Indonesia dilakukan agar potensi peserta didik berkembang. Potensi yang berkembang ini diperlukan agar menghasilkan manusia Indonesia yang bertanggung jawab.
Maha Esa. Kedua, berakhlak mulia. Ketiga, sehat pikiran dan hati, serta keempat, harus berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
Kurikukum 2013 untuk jenjang pendidikan dasar memuat tema-tema berbasis kegiatan (activity based) sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan.
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 5
Kurikulum 2013 seperti mempelajari fenomena alam, sosial, seni dan budaya yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam menyampaikan materi pelajaran kepada para peserta didik. Proses pembelajaran pun dapat dilakukan di dalam ataupun di luar ruangan, sehingga dapat lebih efektif dan mudah diserap oleh peserta didik.
FOTO: Seno PIH
Salah satu contoh pembelajaran adalah memahami fenomena alam yang setiap hari terjadi seperti, matahari terbit di timur dikarenakan perputaran (rotasi) bumi dari barat ke timur, sehingga bagian timur lebih dulu disinari matahari dan lebih dahulu juga membelakangi matahari. “Ajak peserta didik untuk membiasakan melihat, mengamati, dan observasi. Kemudian bangkitkan kemampuan bertanya, bernalar, mencoba, berkomunikasi, dan bekerja sama,” ujar Mendikbud pada berbagai kesempatan.
Peradaban unggul tidak hanya mengandalkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga kompetensi sikap, karakter, dan akhlak.
dengan cara yang menyenangkan. Sebelumnya guru akan memberikan contoh cara mengenalkan diri di hadapan peserta didik dan mereka diminta untuk dapat memperkenalkan diri juga. Dalam buku guru dijelaskan bagaimana seharusnya guru memberi pengajaran Kurikulum 2013 kepada peserta didiknya. Misalnya, dalam Buku Guru disebutkan, ‘Guru menunjukkan cara berkenalan seperti yang dilakukan Edo dan Siti di halaman 3’. Langkah-langkah pembelajaran inilah yang perlu diawasi oleh kepala sekolah, apakah berjalan sesuai koridor atau tidak.
6 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Peserta didik juga dilatih kreativitasnya, ketajaman berpikirnya, berbicara santun, menghormati orang yang lebih tua dan sesama, bersikap bersih dengan selalu merawat tubuh, memilih makanan yang sehat, mampu melakukan perhitunganperhitungan, dan lain sebagainya. Pekerjaan rumah tidak dibuat untuk membebani peserta didik tetapi lebih berperan dalam memotivasi dan membangun kreativitas peserta didik. Untuk memudahkan pemahaman, guru juga dapat memberikan beberapa contoh konkret proses pembelajaran menggunakan
Pada Kurikulum 2013 juga ditanamkan sikap kasih sayang (welas asih) melalui enam tokoh yang berbeda karakter dalam setiap buku tema pembelajaran. Sikap ini membuat hidup rukun dan saling menghormati, toleransi dengan perbedaan, dan suka menolong. Buku-buku Kurikulum 2013 selalu menampilkan suasana lingkungan yang harmonis antar enam tokoh tersebut yang berbeda latar belakang budaya dan keyakinan. Mereka hidup penuh dengan kerukunan. “Dengan cara seperti ini diharapkan terbentuk jiwa yang menghargai perbedaan dan saling menghormati sejak usia dini,” ujar Mendikbud (13/06/2014). Penilaian Otentik
Hal yang menarik lainnya dari Kurikulum 2013 adalah konsep dan cara penilaian otentik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Penilaian otentik ini adalah penilaian yang berbasis pada objektifitas.
Dengan menggunakan metode ini, diharapkan akan terbentuk pula pola pikir yang objektif. “Kalau para guru, peserta didik, mengalami proses penilaian dengan fakta objektivitas, maka ketika mereka ke masyarakat dan akan menilai segala sesuatu, tentunya berbasis fakta. Tidak spekulatif,” kata Mendikbud saat menerima guru dan kepala sekolah yang telah mendapat pelatihan Kurikulum 2013, di Jakarta (21/07/2014). Penilaian otentik memang sulit pada awalnya. Tetapi jika sudah menjadi tradisi atau membudaya, maka nanti di masyarakat pun akan terbiasa menilai segala sesuai jadi berbasis fakta. Itulah mengapa banyak guru yang merasa menggunakan metode ini sulit, karena mereka tidak terbiasa menilai secara objektif. Guru memang memerlukan waktu untuk beradaptasi. Tetapi jika sudah terbiasa, menilai secara otentik akan menjadi lebih mudah dilaksanakan. Penilaian dilakukan sepanjang peserta didik melakukan aktivitas; mulai dari mengamati, menanya, mengumpul informasi, mengolah informasi, hingga mengomunikasikan.
Dalam hal ini, dibutuhkan pemahaman yang cermat dalam melakukan penilaian, termasuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mengingat semua aspek penilaian harus dimasukkan ke dalam sistem komputer.
FOTO: Ratih PIH
“Biasanya guru menilai dengan prediksi, persepsi-persepsi yang sifatnya spekulatif. Kira-kira pantasnya. Tapi sekarang nilai harus ada dukungan fakta dari yang kita nilai, tidak bisa kira-kira lagi tetapi dari prestasi dan kemampuan peserta didik,” ujarnya.
Buku teks dengan tematik terpadu pada jenjang sekolah dasar mendorong peserta didik aktif, kreatif, dan berani mengemukakan pendapatnya.
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 7
Guru mempunyai peran penting dalam kesuksesan pelaksanaan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, Pemerintah terus menerus berupaya memberikan yang terbaik guna menyiapkan pendidik yang berkualitas. Pasalnya pada 2045, yang peserta didik saat ini diharapkan menjadi pemimpinpemimpin bangsa. “Tangan halus dari bapak dan ibu guru inilah yang mempersiapkan kompetensi peserta didik yang bisa menjawab tantangan 2045,” kata Mendikbud saat memberikan arahan pelatihan guru sasaran di LPMP Sulawesi Selatan (25/06/2014). Untuk meningkatkan kualitas, guru dilatih dan diajarkan perihal aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Setidaknya dibutuhkan enam variabel untuk membuat pelatihan Kurikulum 2013 berkualitas. Keenam variabel tersebut adalah peserta, instruktur, anggaran, bahan pelatihan, strategi dan model pelatihan yang tepat, serta sistem penjaminan mutu. Sebagai informasi, pelatihan guru untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 ini melibatkan sekitar 1,3 juta guru, termasuk pengawas dan kepala sekolah. Dana pelatihan berasal dari APBN dan APBD. Pelatihan Kurikulum 2013 terbagi dalam beberapa tahapan. Diawali dengan penyegaran narasumber nasional yang diselenggarakan di tiga regional, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Setelah tahapan pertama selesai, pelatihan dilanjutkan bagi instruktur nasional (IN) yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Pelatihan bagi IN ini dilaksanakan April hingga Mei 2014.
8 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Tahapan berikutnya diisi dengan pelatihan bagi guru sasaran mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Pelatihan itu mutlak diperlukan, karena terdapat perubahan yang cukup revolusioner dalam Kurikulum 2013. Perubahan dalam Kurikulum 2013 meliputi isi, proses, dan penilaian. Guru harus menilai tiga unsur dalam diri peserta didik, mulai dari penilaian sikap, keterampilan, hingga pengetahuan. Hal ini menuntut guru mengubah pola pembelajaran yang selama ini dilakukan. Oleh karena itu, seorang narasumber yang memberikan pelatihan bagi guru, pengawas, dan kepala sekolah, harus memahami dengan baik konstruksi kurikulum ini. Prinsip dasar Kurikulum 2013 tidak mengurangi hak guru sepanjang memiliki kompetensi dasar dengan dibuktikan adanya sertifikasi yang sudah didapatkan, maka dapat disesuaikan dengan mata pelajaran. Terkait jam mengajar 24 jam, peluangnya adalah setiap guru yang memberikan pendampingan kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler dapat digunakan untuk menambah jam mengajar. Peran guru yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus kreatif, inovatif, dan bisa memotivasi peserta didik, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang jujur, toleransi, demokratis, dan juga pintar dalam pengetahuan. Jika sebelumnya guru lebih banyak memberikan ceramah, sekarang guru harus menjadi fasilitator peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada kesempatan yang berbeda, wakil Mendikbud bidang Pendidikan, Musliar Kasim, menjelaskan tahap selanjutnya dari pelatihan adalah pendampingan. Hal ini sangat beralasan untuk mengantisipasi guru yang kurang paham esensi dan implementasi Kurikulum 2013. Pendampingan dapat dilakukan oleh guru inti, melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), ataupun dukungan daerah melalui caracara cepat dan praktis seperti yang dilakukan pemerintah Kota Surabaya dengan Klinik Kurikulum-nya.
FOTO: WJ PIH
Pelatihan Guru dan Pendampingan
Pada Kurikulum 2013, guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif, inovatif, dan mampu memotivasi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berkarakter dan mempunyai kompetensi.
FOTO: WJ PIH
Penyediaan buku secara gratis bagi sekolah penerima BOS bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih baik.
Pengadaan Buku
Guna mendukung Kurikulum 2013, Pemerintah juga menyediakan buku yang dapat dimiliki peserta didik. Buku teks pelajaran pada implementasi Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2014/2015 untuk kelas 1,2,4,5,7,8,10, dan 11, disediakan oleh Pemerintah. Pengadaan buku ini dianggarkan lewat APBN yang dialokasikan melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan BOS Buku. Terkait dengan distribusi buku Kurikulum 2013, bagi sekolah yang mengambil dana BOS harus memesan buku Kurikulum 2013 tanpa membebankan peserta didik.
masing-masing penyedia. Harga bisa dicek di https://e-katalog.lkpp.go.id/. Kendati penyedia diperbolehkan menjual buku ke orang tua, harga harus tetap mengacu pada e-katalog. Wilayah penjualannya pun masih dalam cakupan tanggung jawab distribusinya. Penyedia boleh melayani di luar oplah sepanjang masih atas nama penyedia,” ujar Dirjen Dikdas Hamid Muhammad, di Jakarta (10/07/2014). Laporan pemesanan, pencetakan, dan pengiriman buku, juga harus selalu diperbarui.
Bagi sekolah yang tidak mengambil dana BOS, sekolah dapat membeli buku secara mandiri kepada penyedia yang sudah ditetapkan. Buku Kurikulum 2013 bisa dibeli oleh sekolah dengan menarik bayaran dari peserta didik.
Walaupun anggaran buku sudah disiapkan, banyak daerah yang mendukung dengan pendanaan mandiri untuk pengadaan buku dan pelatihan guru sasaran. Orientasi penyediaan buku adalah memberikan layanan yang lebih baik dengan memberikan buku gratis seluruh mata pelajaran kepada peserta didik dan menjadi hak peserta didik.
Biaya yang ditarik tersebut tidak boleh lebih besar dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan
Bagi sekolah yang hingga awal Agustus belum mendapatkan buku Kurikulum 2013, sekolah
bisa mencetak materinya dari CD yang telah didistribusikan atau mengunduhnya dari laman Rumah Belajar (belajar.kemdikbud.go.id). Laman tersebut memuat Buku Siswa dan Buku Guru untuk semua mata pelajaran. Namun demikian, Kemdikbud mengimbau orang tua untuk tetap waspada terhadap beredarnya buku teks pelajaran tiruan yang tidak dicetak oleh penerbit pemenang lelang pengadaan buku Kurikulum 2013. Yang terpenting adalah sumber ilmu pengetahuan tidak hanya berasal dari satu buku teks yang disiapkan pemerintah saja. Buku pengayaan diperlukan untuk menambah wawasan peserta didik. Koordinasi Nasional
Demi kesuksesan implementasi Kurikulum 2013, solidaritas koordinasi dan kerja sama berbagai pihak merupakan hal yang mutlak. Mulai dari perumusan konsep di tataran pusat, penganggaran di tingkat pusat maupun daerah, No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 9
Testimoni Kurikulum 2013
Bagus untuk Membentuk
Generasi Emas
Silmi Martini, guru SD 03 Pulo Kebayoran Baru, Jakarta, semula sedikit ragu pada perubahan kurikulum. “Awalnya saya gamang, tapi setelah saya mendalaminya, saya optimis pendekatan saintifik di Kurikulum 2013. Anak dipacu mengalami, lalu menalar. Semua indera dipakai dan dieksplorasi,” tuturnya di hadapan puluhan wartawan saat jumpa pers di Gedung Kemdikbud, Jakarta, (21/07/2014). Ia ditunjuk oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta untuk menjadi Instruktur Nasional (IN). Saat awal memberikan pelatihan kepada guru-guru, ia mengaku banyak guru yang menganggap Kurikulum 2013 sulit. “Kurikulum 2013 ribet. Namun memasuki pelatihan hari ke-3, para guru mulai memahami dan menerima konsep Kurikulum 2013,” katanya. Dwi Herawati, rekan Silmi di SD 03 Pulo Kebayoran Baru, mengatakan, semula sempat kesulitan dalam memahami cara memberikan penilaian untuk peserta didik. Namun ia kemudian dapat memahaminya setelah mengikuti pelatihan selama seminggu. “Saya optimis, karena ini baik dan mengutamakan budi pekerti, terutama di SD,” katanya. Kardiman, Kepala SD 01 Pulo,
10 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Kebayoran Baru, pernah mengadakan sosialisasi Kurikulum 2013 kepada orang tua murid. Awalnya, banyak orang tua yang pesimis karena mendengar bahwa Kurikulum 2013 hanya menargetkan aspek kognitif sebesar 20 persen. Namun, akhirnya mereka mengerti setelah ia mendapatkan bahwa ada tiga kompetensi yang ditekankan dalam Kurikulum 2013, yaitu perilaku (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). “Sekarang kita butuh anak yang punya moral dan sikap yang baik,” ucapnya. Sedangkan Widiana, guru SMP 19 Jakarta, secara tegas menyatakan, Kurikulum 2013 bagus untuk membentuk generasi emas. Karena itu, guru harus bisa mem-breakdown tingkah laku dan kemampuan anak didiknya. Seorang guru harus dapat melihat apapun kemampuan seorang anak. Dari situlah kemudian guru dapat membimbing peserta didik. Ia juga mengusulkan kepada Mendikbud untuk memberlakukan program layanan sosial semacam service learning, seperti di sekolah luar negeri, sebelum mereka lulus. “Saya usul service learning. Itu kewajiban untuk menamatkan sekolah dengan membantu masyarakat,” katanya. (Desliana)
sosialisasi, pelatihan, pemantauan dan koordinasi, hingga pelaksanaan di sekolah-sekolah. Tentunya hal ini sebagai rangkaian proses yang saling terkait. Sebut saja koordinasi dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia dan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dalam melakukan pemantauan distribusi buku Kurikulum 2013, termasuk informasi total pemesanan buku, daftar sekolah, jumlah murid, rombongan belajar, dan juga rekap data terakhir pelatihan guru sasaran. Hal ini disampaikan Mendikbud pada konferensi video dengan kepala LPMP dan Dinas Pendidikan Provinsi seluruh Indonesia di Jakarta (20/07/2014). “Terus jaga komunikasi yang baik antara LPMP dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota,” kata Mendikbud. Ada juga koordinasi dengan Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) kementerian dan lembaga non-kementerian untuk saling membantu menyosialisasikan Kurikulum 2013 ini di instansinya masing-masing dan masyarakat luas. Sama halnya dengan peran pemerintah daerah untuk mendukung program nasional ini, baik dari segi penganggaran, pelatihan, maupun kebijakan khusus. Sebut saja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mengeluarkan surat edaran resmi yang ditujukan kepada seluruh bupati dan walikota se-Jawa tengah untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013. Kekompakan seperti itu niscaya berandil sangat besar untuk menyuksuseskan pelaksanaan Kurikulum 2013. Dan, pada akhirnya menjadi kanal dalam pembentukan generasi unggul pada 2045 mendatang. Amin. (Arifah, disarikan dari laman Kemdikbud)
Semangat Perubahan SMK Negeri 1 Batam
FOTO: SMKN 1 Batam
SMK Negeri 1 Batam, Provinsi Kepulauan Riau, ditunjuk sebagai sekolah inti implementasi Kurikulum 2013 sejak tahun 2013. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Kota Batam yang mewajibkan seluruh sekolah di Kota Batam untuk menerapkan Kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran 2013/2014. Dengan segala kekurangan, terutama pada pemahaman guru-guru tentang kurikulum 2013 itu sendiri, SMK Negeri 1 Batam tetap bertekad untuk mengimplementasikannya.
S
dan membimbing guru-guru lain di Sekolah pada kegiatan sosialisasi dan lokakarya pembuatan administrasi pembelajaran Kurikulum 2013,” kata Kepala SMK Negeri 1 Batam, Lea Lindrawijaya Suroso.
“Selanjutnya guru-guru dan kepala sekolah yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 secara aktif dan berkelanjutan membagi ilmunya
Sebagai sekolah inti implementasi Kurikulum 2013, lanjut Lea, SMK Negeri 1 Batam juga melakukan pendampingan Kurikulum 2013 kepada sembilan SMK lainnya di Kota Batam, yaitu SMK Hang Nadim Batam, SMK Kemilau Bangsa, SMK Ibnu Sina, SMK Harapan Utama, SMK Teladan, SMK Negeri 6 Batam, SMK
ebagai sekolah inti penerapan Kurikulum 2013, beberapa guru SMKN 1 Batam mengikuti pelatihan untuk mata pelajaran Matematika, Sejarah Indonesia, dan Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Medan, 4-8 Juli 2013. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kepala sekolah inti di Pekanbaru, 8-14 Juli 2013.
Harmoni, SMK Putera Jaya, dan SMK Islam Hang Tuah. Ia menuturkan, beberapa kelebihan Kurikulum 2013, yaitu diperkuat kembali penilaian kompetensi sikap, disamping kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Guruguru juga dituntut untuk memahami karakter dan sikap masing-masing peserta didik. “Kurikulum 2013 sangat baik dalam pengembangan sikap peserta didik, karena guru-guru dituntut selalu memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dari No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 11
segi materi pembelajaran sangat baik karena selalu mengaitkan materi pembelajaran secara kontekstual dan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran,” katanya. Salah satu strategi untuk memperkuat pemahaman guruguru SMK Negeri 1 Batam terhadap pendekatan pembelajaran dan penilaian sesuai dengan amanat Kurikulum 2013, dilakukan kegiatan in house training yang mengundang nara sumber dari P4TK Malang, yang dilaksanakan pada 4-9 Agustus 2014.
Hal ini menunjukkan, SMK Negeri 1 Batam bertekad untuk benar-benar mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran. Guru-guru juga aktif mengikuti sosialisasi dan pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Batam maupun Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai sekolah inti awal penerapan Kurikulum 2013, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh SMK Negeri 1 Batam, mulai dari usaha untuk mengubah pola pikir guru tentang sistem pembelajaran dan
penilaian, keterlambatan petunjuk teknis atau panduan pelaksanaan sistem pembelajaran dan penilaian, hingga publikasi silabus dari Kemdikbud, terutama silabus untuk mata pelajaran pilihan program kehlian dan paket keahlian. “Kendalakendala tersebut secara bertahap dapat kami atasi dengan berbekal semangat perubahan yang tinggi dari guru-guru SMK Negeri 1 Batam. Dengan penuh keyakinan, kami siap melanjutkan realisasi Kurikulum 2013 pada masa yang akan datang,” kata Lea, bersemangat. (Arifah, disarikan dari dokumen SMKN 1 Batam)
Pemerintah Daerah Dukung Implementasi Kurikulum 2013 Dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tidak berjalan sendirian. Pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, ikut berperan aktif mempersiapkan dan mengawal implementasinya.
P
emerintah Provinsi Jawa Tengah misalnya, secara tegas menyatakan dukungannya terhadap implementasi Kurikulum 2013 melalui Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah yang ditujukan kepada seluruh bupati dan walikota se-Jawa tengah. Surat Edaran bernomor 420/002309 tersebut diterbitkan pada tanggal 12 Februari 2014, yang intinya berisi bahwa implementasi Kurikulum 2013 merupakan kebijakan pendidikan yang ditetapkan secara nasional sehingga wajib dilaksanakan oleh semua tingkatan pemerintahan dan menekankan untuk segera ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Untuk mendukung ketercapaian
12 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
target dalam penyediaan buku Kurikulum 2013, pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengalokasikan anggaran melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada semester satu, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada semester dua. Untuk itu Gubernur meminta kepada para bupati dan walikota se-Jawa Tengah melakukan pengendalian pelaksanaannya sesuai dengan peraturan, melakukan pengawasan sejak saat perencanaan, dan menyampaikan laporan komprehensif secara berkala atas pelaksanaan kebijakan impelementasi Kurikulum 2013. Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, bahkan berani menjadi satu-satunya
daerah di Jawa Tengah yang telah melaksanakan penerapan Kurikulum 2013 secara penuh sejak kurikulum ini dilaksanakan secara bertahap dan terbatas pada tahun lalu. Menurut Kepala Dinas, Tahroni, hal ini bukan sekadar menjadi pilot project, tetapi semua sekolah di Kabupaten Brebes membuktikan diri bahwa mereka sanggup melakukan perubahan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, Iman Hidayat, menyampaikan bahwa daerahnya memiliki alokasi anggaran tersendiri untuk pelatihan kurikulum sebagai bagian dari layanan pendidikan. Alokasi ini terintegrasi pada anggaran pendidikan
FOTO: Ratih PIH
Solidaritas Pemerintah Pusat dan Daerah bukti komitmen kuat untuk implementasi Kurikulum 2013 secara nasional.
pemerintah daerah Kabupaten Kutai Timur. “Kita punya Rp 812 miliar, yang dipisahkan dengan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur pendidikan,” tuturnya. Ia berharap peningkatan implementasi Kurikulum 2013 bisa lebih maksimal sebagai bagian memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat Kutai Timur. Di kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, anggaran pelatihan dibagi antara pemerintah pusat dan kabupaten. Pembagiannya, 70 persen oleh LPMP yang didanai dari APBN dan 30 persen oleh kabupaten yang didanai dari APBD. “Untuk menyukseskan kebijakan ini, kami sudah siap, baik dari segi pendanaan maupun SDM yang akan dilatih,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kayong Utara, Hilaria Yusnari. Demikian pula yang dilakukan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang berbagi kebutuhan anggaran pelatihan implementasi Kurikulum 2013 dengan pemerintah pusat. Menurut keterangan Kepala Dinas Pendidikan, Anas M. Adam, pembagiannya adalah dana APBN digunakan sepenuhnya oleh LPMP
Provinsi untuk melatih guru-guru SD, sementara dana APBD Provinsi NAD melalui otonomi khusus dialokasikan untuk pelatihan guru tingkat SMP dan SMA/SMK. Bahkan pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota juga turut mengupayakan dukungannya dalam implementasi Kurikulum 2013. Hal sama dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, yang juga mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013. Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, menyatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanakan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, dimana satuan pendidikan mampu melaksanakan kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah. Mengenai penyiapan dan pembinaan guru dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, Junaidi mengatakan, akan dilakukan rekrutmen guru yang bekualitas, dan peningkatan kompetensi guru dengan melakukan pendidikan dan latihan. Kurikulum merupakan dokumen
strategis pencapaian tujuan yang telah disahkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Dengan harapan dapat menimbulkan kesadaran bagi kita semua untuk peduli terhadap pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Bengkulu,” katanya. Pelaksanaan Kurikulum 2013 diharapkan akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, dan berdaya saing tinggi. “Hal itu dapat diwujudkan melalui penguatan sikap keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi,” tegas Junaidi. Sedangkan Kepala LPMP Jawa Timur, Salamun, menyatakan bahwa kurikulum merupakan bagian strategis dari pendidikan, khususnya terkait dengan penyiapan generasi mendatang. Dengan Kurikulum 2013 ini diharapkan ke depan tumbuh generasi yang responsif dan kreatif dalam menghadapi tantangan global. “Mereka diharapkan menjadi generasi yang toleran, demokratis, cerdas, dan bertanggung jawab,” katanya. (Arifah, Seno, Ratih, Gloria) No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 13
Implementasi Kurikulum 2013
Gunakan Konsep Piramida Pembelajaran Aktif Mengamati saja tidaklah cukup, apalagi hanya membaca. Namun, mempratikkan dan mempresentasikan apa yang telah dipelajari lebih baik lagi bagi peserta didik untuk meningkatkan daya serap terhadap pengetahuan yang baru diperolehnya. Rangkaian tindakan pembelajaran seperti itu terangkum dalam Kurikulum 2013.
K
urikulum 2013 telah secara resmi diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada 2636 sekolah di 295 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. Pada tahun ajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 diimplementasikan di seluruh sekolah kelas 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan 11. Implementasi ini menggunakan konsep Piramida Pembelajaran atau Learning Pyramid. Ada dua jenis pembelajaran dalam Piramida Pembelajaran, yaitu Passive Metod dan Participatory Method. Jenis Piramida Pembelajaran yang kedua masuk dalam kategori pembelajaran aktif yang digunakan dalam Kurikulum 2013. Kedua jenis Piramida Pembelajaran tersebut berkaitan dengan daya serap dan daya lekat sang anak dalam mempelajari sesuatu. Dalam Passive Metodhology, ada metode membaca, belajar sendiri, audio visual, demonstrasi atau praktik. “Membaca itu hanya punya kontribusi 10 persen yang bisa melekat pada sang anak. Sedangkan audio visual bisa meningkatkan daya serap hingga 20 persen, demonstrasi sebesar 30 persen, dan belajar sendiri sebesar lima persen.” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
14 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Mohammad Nuh, Jakarta, 5 Agustus 2014. Tingkat daya serap lebih tinggi ada dalam Participatory Method, yaitu konsep Piramida Pembelajaran Aktif yang digunakan dalam Kurikulum 2013. Beberapa metode dalam pembelajaran ini antara lain diskusi kelompok, yang dapat meningkatkan daya serap hingga 50 persen, dan eksperimen sebesar 75 persen. “Ternyata, kalau kita biasakan dalam pembelajaran, anak-anak diminta untuk menyampaikan hasil pembelajaran ke anak lain, daya serapnya naik jadi 90 persen. Ini menarik,” katanya. Jadi, apa yang digagas dalam Kurikulum 2013 pada dasarnya adalah jenis pembelajaran aktif seperti Participatory Method. Pada Kurikulum 2013, peserta didik diarahkan untuk aktif mengamati, bertanya, memikirkan, bereksperimen atau mencoba, sampai pada akhirnya menyampaikan dan mengomunikasikan apa yang telah dipelajarinya kepada guru dan teman-temannya. “Pembelajaran yang berbasis pada eksperimen dan menuntut mereka untuk mengajarkan kepada yang lain itu daya lekatnya lebih tinggi,” tegas Mendikbud.
Pelajaran Sejarah dan Pelajaran Seni dan Budaya
Pemahaman lebih dalam dapat dicontohkan pada pengajaran mata pelajaran Sejarah. Pada Kurikulum 2013, Sejarah menjadi mata pelajaran wajib dan peminatan pada tingkat SMA/SMK. Pembelajarannya tidak lagi progresif, tetapi regresif. Sebelumnya, belajar Sejarah dimulai dari zaman prasejarah, sejarah, hingga saat ini. Sekarang, dimulai dari keadaan saat ini dan terus ditelusuri ke belakang. “Misalnya sekarang mempelajari kepemimpinan Presiden SBY, maka akan didiskusikan ‘mengapa, ada apa, waktu kepemilihan, masa pemerintahan sebelumnya, dan seterusnya’. Ini tematik dan saling mengait,” ujar Direktur Sejarah dan Nilai Budaya, Endjat Djaenuderadjat, saat ditemui di Jakarta, 17 Juli lalu. Peserta didik juga diarahkan untuk bertanya, mencari sumber informasi, melakukan presentasi, hingga mendikusikannya. Mereka dilibatkan dalam diskusi pendalaman teori Sejarah, menggunakan pola berpikir Sejarah, termasuk melakukan penelitian. Jadi, peserta didik tidak hanya dinilai sisi kognisinya dalam memahami Sejarah, tetapi juga termasuk keterampilannya. Kemudian dari sisi guru, menurut Endjat, harus juga memperbarui literatur sumber mengajar mengingat banyak sekali terjadi perkembangan di bidang Sejarah, khususnya sejarah di Indonesia. Sebut saja adanya perkembangan terbaru penemuan manusia hobbit di Flores, penemuan candi tertua di daerah Karawang, kehidupan manusia prasejarah di Sangiran, pembangunan museum Sangiran, museum Majapahit, dan lain sebagainya. “Sejarah adalah pelajaran menurut pakar dimana pun untuk menebalkan rasa cinta pada Tanah Air. Sedangkan Pancasila adalah pelajaran yang untuk menebalkan keyakinan bernegara. Jadi, dengan mempelajari Sejarah dan Pancasila, dapat menebalkan rasa kecintaan pada Tanah Air,” ujarnya.
Sejalan dengan rasa kecintaan terhadap Tanah Air yang dipetik dari mempelajari Sejarah, keterkaitan lainnya juga pada mata pelajaran Seni Budaya. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Marijan, menuturkan, tantangan multi etnis dan kultur dapat disikapi dengan mengenal, mengetahui, dan menghormati keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Di sini tergantung pada kekuatan sumber daya manusia, dalam hal ini para guru Seni Budaya yang harus bisa mengantarkan pesan untuk bisa menghargai dan saling bekerja sama dalam keragaman budaya. Kacung mencontohkan dalam mengajarkan musik dan tarian tradisional, selain dapat melestarikan kebudayaan bangsa, juga memperkokoh jati diri bangsa. Selain dari buku dan pengamatan langsung, materi pembelajarannya dilakukan melalui audio visual sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memahami dan mempraktikkannya. Melalui Kurikulum 2013, lembaga pendidikan juga berkesempatan mengembangkan muatan lokal untuk kemudian diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu. Materi yang dikembangkan tentu berdasarkan karakteristik wilayah dimana peserta didik tinggal, karena sejatinya setiap wilayah memiliki keragaman budaya. “Dengan implementasi Kurikulum 13 diharapkan lebih banyak lagi muncul orang-orang hebat, sehingga mampu mengelola daerahnya menjadi masyarakat yang sejahtera” harap Kacung, saat pelatihan Kurikulum 2013 di Jayapura, 16 Juni 2014.
Melalui Kurikulum 2013, lembaga pendidikan juga berkesempatan mengembangkan muatan lokal untuk kemudian diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu. Materi yang dikembangkan tentu berdasarkan karakteristik wilayah dimana peserta didik tinggal, karena sejatinya setiap wilayah memiliki keragaman budaya.
Bahasa Indonesia
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Mahsun, mengatakan, sebagai sarana komunikasi dan bahasa pengantar dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia menjadi pintu masuk untuk memahami dan sekaligus mengembangkan dan mengomunikasikan ilmu pengetahuan. Sedemikian pentingnya fungsi bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia, pemerintah menempatkan bahasa No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 15
Dalam peraturanperaturan dan politik bahasa nasional disebutkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan.
Indonesia dalam Kurikulum 2013 sebagai penghela ilmu pengetahuan. Suatu penempatan yang relevan dengan semangat para pendiri bangsa. Sebagai penghela ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi sarana untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan dan mentransmisikan ilmu pengetahuan itu sendiri dari generasi ke generasi. “Saya mencoba menguraikan konsep ini dengan mengambil kata ‘hela’ dalam kamus adalah sesuatu yang ditarik, seperti delman. Ketika menarik, yang menariknya pasti di depan. Berarti konsep bahasa sebagai penghela bisa berarti sebagai pintu masuk untuk masuk ke ilmu lain,” paparnya, di Jakarta, 14 Juli 2014. Dalam peraturan-peraturan dan politik bahasa nasional disebutkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan. Mau tidak mau, menurut Mahsun, dalam Kurikulum 2013 harus menggunakan bahasa Indonesia karena mengajarkan ilmu pengetahuan di Indonesia. Hal ini jelas tertulis dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Kemudian, misalnya dalam pembelajaran tematik terpadu dalam buku pelajaran SD, penghela bisa menjadi sarana untuk memindahkan dari suatu kompetensi dasar bidang tertentu ke kompetensi dasar bidang yang lain. “Tampaknya peran bahasa sebagai penghela sangat penting. Tanpa bahasa, akan susah memindahkan antara satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain,” ujarnya. Bahasa Pengantar
Pada kesempatan lain, Mendikbud menegaskan bahwa pada Kurikulum 2013 bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar yang berperan sebagai penghela ilmu pengetahuan, serta untuk memperkaya penguasaan kosakata. Dengan demikian, kelak anak mampu berekspresi melalui bahasa dengan penuh kesantunan dan kehalusan. Salah satu upaya melekatkan peran bahasa Indonesia tersebut adalah melalui jalur pendidikan dan kebudayaan. Oleh sebab itu, pendidik juga harus bertugas membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Tidak terbatas guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga guru semua mata pelajaran. “Seluruh guru mempunyai tugas mengembangkan dan membina bahasa Indonesia. Setiap projek peserta didik diekspresikan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Ada guru yang membina dari segi bahasa dan ada yang dari segi materi pelajaran,” jelasnya pada sambutan pembukaan Seminar Bahasa dan Lokakarya Lembaga Adat dalam rangkaian peringatan 69 Tahun hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan peringatan 69 Tahun hari jadi bahasa negara, di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 18 April lalu. Mendikbud menilai pentingnya membangkitkan kesadaran bahwa bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi sehari-hari, melainkan juga sebagai bahasa yang melekat pada ideologi, politik, dan identitas bangsa. (Arifah, Desliana)
16 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter Tangkal Ideologi Asing Mengantisipasi masuknya pemikiranpemikiran atau ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia merupakan salah satu hal penting dari pendidikan karakter. Melawan suatu ideologi harus menggunakan domain pikiran atau ideologi juga, bukan dengan kekerasan fisik.
“Pada Kurikulum 2013 nanti, pelajaran Agama kita revitalisasi, PPKN kita benahi, dan Sejarah kita perkuat lagi untuk mengantisipasi pikiran-pikiran yang tidak sesuai dengan ideologi kita,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, usai pertemuan dengan Panglima TNI Moeldoko di kantor Kemdikbud, Jakarta, Jumat (6/08/2014). Ia menjelaskan, dalam Kurikulum 2013, pelajaran Sejarah tidak lagi menekankan pada hafalan teoritis semata, melainkan pemahaman yang bersifat lebih dinamis. Mata pelajaran Sejarah lebih ke arah nilai perjalanan bangsa, supaya peserta didik memahami nilai-nilai yang tertanam seperti apa. “Dari situ, kita bentengi pemahaman dan pikiran. Begitu juga dengan Pancasila yang
FOTO: Dok. PIH
Salah satu cara yang ditempuh Kemdikbud untuk memperkuat ideologi kebangsaan anak Indonesia adalah melalui mata pelajaran yang sarat dengan pendidikan karakter, seperti Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Sejarah. Selain itu, rasa cinta terhadap Tanah Air juga harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak Indonesia.
harus dikemas pelajarannya dalam bentuk nilai dinamis, sehingga bisa dipakai menjawab masalah kekinian,” katanya. Mendikbud menuturkan, saat ini pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013 bukan hanya berisi pengetahuan tentang sejarah, tetapi dipakai sebagai bagian dari pendidikan karakter. Saat mempelajari sejarah, peserta didik tidak hanya mempelajari masa lalu, melainkan ada tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, sehingga peserta didik dapat melihat nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan suatu bangsa.
Karakter Dasar Menyakini betapa penting pendidikan karakter, Mendikbud kerap mengimbau agar hal-hal yang menyangkut karakter dasar seperti hidup bersih, disiplin, kepenasaranan intelektual, dan cinta Tanah Air, ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Dalam usaha menanamkan pola hidup bersih, sekolah mengambil peranan penting dengan menjadikan hidup bersih sebagai bagian dari budaya. “Kalau selama sekolah anak-anak dilatih hidup bersih, saya punya keyakinan tidak hanya terbentuk di sekolah tapi juga terbawa ke rumah. Bentuk bersih sebagai nilai, bagian dari budaya,” kata Mendikbud. (Arifah, Aline, Desliana) No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 17
Kemdikbud Tidak Atur Jumlah Hari Belajar Kebijakan penetapan jumlah hari sekolah dan pengaturan penambahan jam belajar merupakan wewenang pemerintah daerah. Kemdikbud tidak dalam kapasitas untuk mengaturnya, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, pada jumpa pers di Jakarta, Rabu (13/08/214).
M
endikbud mengatakan, kebijakan penambahan jam belajar dalam Kurikulum 2013 sebanyak 4-6 jam per minggu bersifat distributif dan pengaturannya diserahkan kepada pemerintah daerah. Untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 tidak harus menambah hari, tetapi jika didistribusikan 4-6 jam per minggu tersebut, maka setiap harinya hanya menambah waktu 35-45 menit.
Untuk jumlah hari belajar, apakah sebaiknya peserta didik masuk sekolah lima atau enam hari per minggu, Kemdikbud menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah, kabupaten/ kota, bahkan sekolah sendiri yang menentukan. Pilihan jumlah hari sekolah sebaiknya disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. “Hal yang perlu ditekankan juga adalah Kurikulum 2013 tidak ada kaitannya dengan lama waktu sekolah” tegas Mendikbud.
Penambahan ini dikarenakan ada mata pelajaran yang jamnya ditambah, yaitu Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Budi Pekerti, Pendidikan Agama, dan Matematika. Khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia, pada jenjang SD ditambahkan 2-4 jam per minggu dan pada SMP, SMA/SMK ditambahkan 2 jam per minggu.
Ia menyebutkan, ada beberapa alasan mengapa penambahan jam belajar di sekolah dilakukan. Pertama, semakin panjang waktu siswa di sekolah dengan kegiatan yang disusun dan terkontrol dengan baik, maka akan menambah pengetahuan. Selain itu, penambahan jam belajar di sekolah juga menjawab salah satu fenomena yang sedang marak terjadi, yaitu semakin banyak orang tua yang
18 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
bekerja di luar rumah. Apabila anak cepat pulang dari sekolah namun tidak dalam pengawasan orang tua, dapat mendorong peserta didik melakukan perbuatan negatif. “Kalau dia tinggal di sekolah lebih lama, dia akan mendapat virus positif lebih banyak,” katanya. Jika dikaitkan dengan perbandingan jumlah jam belajar pendidikan dasar anak-anak usia sekolah di negara Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), jumlah jam belajar di Indonesia masih tertinggal. Rata-rata lama sekolah untuk seorang anak mengenyam pendidikan dasar di Indonesia, SD-SMP, adalah 6.000 jam. Sedangkan di negaranegara OECD seperti Prancis, Belanda, Irlandia, Spanyol, Kanada dan yang lainnya, rata-ratanya adalah 6.800-7.000 jam. Bahkan di Australia terhitung 7.000-8.000 jam. Meskipun masih ada negara yang jumlah jam belajarnya di bawah Indonesia
seperti Korea, Slovania, Estonia dan lain sebagainya, tetapi jika dibandingkan dengan negara OECD, Indonesia masih relatif rendah. Mendikbud mengatakan, pertimbangan lainnya adalah saat ini bermunculan fenomena sekolah full day di masyarakat, yaitu sekolah yang pembelajarannya berlangsung satu hari penuh. Untuk model seperti ini, meskipun sangat baik tapi belum bisa dilaksanakan di sekolah negeri. Karena untuk penyelenggaraannya membutuhkan konsekuensi pembiayaan yang lebih banyak. “Kalau anak seharian di sekolah, mereka lebih terkontrol, tapi mereka harus disiapkan makanannya. Siapa yang harus menyiapkan makanannya, tentu jadi pertimbangan, Yang terpenting adalah Kurikulum 2013 bisa diterapkan secara baik dan lancar” katanya. (Arifah, Aline, Seno, Dennis)
Kalau dia tinggal di sekolah lebih lama, dia akan mendapat virus positif lebih banyak.”
Kurikulum 2013
Kemdikbud Sediakan Layanan Klinik dan Konsultasi Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyediakan layanan Klinik dan Konsultasi Pembelajaran (KKP) untuk mendampingi para pendidik, orangtua, siswa, maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang Kurikulum 2013. KKP ini dapat diakses melalui berbagai media, mulai dari televisi hingga pesan singkat (SMS). Kepala Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Pusat, Tjipto Sumadi, menyatakan bahwa pihaknya menyiapkan program gelar wicara tentang Kurikulum 2013 yang disiarkan melalui televisi bekerja sama dengan jaringan televisi lokal di Indonesia. Media lain yang juga dapat menjadi media KKP adalah koran lokal, mengingat koran nasional tidak seluruhnya masuk ke daerah-daerah. “Kita sediakan dengan rubrik tanya-jawab,” ujarnya. Ia menambahkan, KKP juga dapat diakses melalui laman www.klik2013.belajar.kemdikbud.go.id. Isinya berupa forum diskusi dan konsultasi secara daring maupun luring/offline, yang mensyaratkan peserta untuk mengisi formulir pendaftaran terlebih dahulu. Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk kebutuhan di daerah pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik (LPTK). “Misalnya di Jawa Timur, mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya sudah siap menjadi ‘dokter’ untuk memberikan layanan kepada masyarakat,” katanya. (Ratih)
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 19
Inovasi Pendidikan
Klinik Kurikulum Efektifkan Implementasi Kurikulum 2013 Kota Surabaya bertekad menjadi pionir dalam melakukan inovasi pendidikan, salah satunya dengan menggagas Klinik Kurikulum untuk membantu guru mengimplementasikan kurikulum 2013. Suatu gagasan yang patut diapresiasi.
P
ada saat Kurikulum 2013 akan diimplementasikan, para pemangku kepentingan pendidikan di Kota Surabaya, Jawa Timur, sudah mengetahui bahwa porsi pelatihan dilakukan oleh pemerintah pusat. Berdasarkan pengalaman implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, beragam permasalahan muncul bukan pada saat pelatihan tapi justru saat awal pengimplementasiannya.
Tak jarang guru kelihatan baikbaik saja ketika berada dalam arena pelatihan, tapi tidak lancar dalam praktik melakukan proses pembelajaran di depan kelas.
Ibarat tentara sedang dilatih di pusat tempur, guru pada saat latihan pasti dapat mengatasi dengan baik segala persoalan yang dihadapinya karena selalu dapat pengawasan dan instruksi dari instruktur. Padahal masalah sesungguhnya ada di medan tempur, ada pada saat pelaksanaan di lapangan ketika menghadapi peserta didik secara nyata. Tak jarang guru kelihatan baik-baik saja ketika berada dalam arena pelatihan, tapi tidak lancar dalam praktik melakukan proses pembelajaran di depan kelas. Berdasarkan pengalaman itulah, Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Jawa Timur, beserta pemangku kepentingan pendidikan lainnya, melakukan antisipasi agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan lancar seperti yang diharapkan. “Antisipasinya berupa pengawalan dengan menggunakan sistem yang ada, di antaranya melalui pendampingan” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya,
20 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Ikhsan, didampingi praktisi pendidikan, Martadi. Pendampingan dilakukan secara periodik, baik melalui gugus maupun sekolah sehingga menambah rasa percaya diri para guru. Walau demikian, banyak pula guru yang belum mengerti benar dan menyampaikan banyak pertanyaan perihal proses pembelajaran, misalnya cara mengajar model saintifik, dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus segera dijawab, agar guru tidak gagap lagi jika menghadapi hal serupa pada kesempatan berikutnya ketika mengajar di depan kelas. Dari fenomena itulah, maka muncul ide menyelenggarakan sebuah ajang tanyajawab seputar implementasi Kurikulum 2013. Ajang tersebut kemudian dikenal sebagai Klinik Kurikulum. “Kalau ada pertanyaan, kami bisa memberikan secepat mungkin jawabannya,” kata Ikhsan. Selain itu, penyelenggaraan Klinik Kurikulum juga bertujuan untuk mengetahui persoalan sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Hasil pertanyaan para guru dikategorikan, seperti pertanyaan seputar buku, model pembelajaran scientific, dan cara penilaian. Dengan menghimpun pertanyaan atau keluhan guru di lapangan, akan lebih mudah mengetahui masalah sebenarnya sehingga
lebih mudah pula mencarikan solusinya. “Dari situ sebenarnya kita tidak perlu monitoring dan evaluasi, karena sudah tahu peta permasalahannya. Bahkan kalau mau ditindaklanjuti, dari permasalahan itu dibuat buku pintar. Saat sosialisasi kurikulum, buku pintar tinggal dibagikan. Saya rasa cara ini akan membantu guru,” katanya. Ia menjelaskan, Klinik Kurikulum dilakukan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan pada saat implementasi Kurikulum 2013. Selama ini, jika guru memiliki pesoalan, tidak mengetahui harus kemana menyampaikannya dan mendapatkan jawaban secepatnya. Hal itu terjadi karena tidak ada “ruang khusus” untuk menampung segala persoalan seputar implementasinya. Di Klinik Kurikulum, persoalan atau pertanyaan tersebut tertampung dan secepatnya mendapatkan jawabannya. Dalam hal ini, Klinik Kurikulum menjadi wadahnya. Kalau pertanyaannya menyangkut kebijakan, pihak dinas pendidikan yang menjawabnya. “Apabila pertanyaan mengenai substansi kurikulum,
kami berikan kepada guru inti dan kepala sekolah inti,” kata Ikhsan. Pengawas, guru inti, kepala sekolah inti, dan unsur perguruan tinggi, setiap dua bulan sekali berkumpul membahas persoalan tersebut di gugus. Mereka berbagi pengalaman dan bercerita tentang program implementasinya, kemudian mencari solusi yang dianggap tepat untuk setiap persoalan. Dengan demikian, implementasi berikutnya sudah tidak ada masalah di lapangan. “Dua bulan berikutnya, mereka kumpul lagi. Yang berkumpul bukan hanya guru yang mengajar dan melatih, tapi juga guru kelas atasnya yang akan mengimplementasikan tahun depan. Jadi, guru tersebut sudah mengetahuinya dari awal. Tidak usah menunggu pelatihan. Itu yang disebut pola pengimbasan. Jadi, ketika kurikulum diimplementasikan, kami bisa segera mencari solusi ketika ada persoalan, dan sekaligus membangun sistemnya. Ada atau tidak ada pendampingan, persoalan di lapangan tetap bisa dijembantani,”kata Ikhsan. (Arifah)
Kalau pertanyaannya menyangkut kebijakan, pihak dinas pendidikan yang menjawabnya.
Sumber: Dinas Kota Surabaya
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 21
Inovasi Pendidikan
Rapor Online, Pengganti Penilaian Manual Tahun pelajaran 2014/2015 sudah dimulai, bersamaan dengan implementasi Kurikulum 2013 secara menyeluruh an bertahap. Berbagai persiapan dilakukan secara terjadwal dan terstruktur, mulai dari sosialisasi, pelatihan nara sumber, instruktur nasional dan guru sasaran, hingga penyusunan dan pencetakan buku siswa dan guru.
Inovasi rapor online merupakan yang pertama kalinya dilakukan di Indonesia, diterapkan mulai dari jenjang SD hingga SMA/ SMK.
T
idak hanya itu, kerja sama yang sangat baik pun dilakukan antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga sekolah penyelenggara. Bahkan, inovasi bidang pendidikan juga dilakukan guna mendukung kelancaran implementasi Kurikulum 2013. Salah satunya adalah inovasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Jawa Timur, menginisiasi penggunaan Rapor Online dalam penilaian Kurikulum 2013. Inisiatif ini merupakan komitmen Kota Surabaya dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Rapor Online diterapkan mulai dari jenjang
22 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
SD hingga SMA/SMK. Inisiasi inovasi ini awalnya dilakukan dengan memetakan segala persoalan yang terjadi di lapangan. Hasilnya secara garis besar ada pada proses pembelajaran, cara memberikan penilaian, dan bagaimana cara melaporkan penilaian tersebut, mengingat dalam Kurikulum 2013 dituntut authentic assessment, yaitu memotret senyatanyatanya penilaian peserta didik. “Tidak mungkin dilakukan secara manual atau parsial. Harus seperti film, melihatnya terus menerus. Dengan demikian, tidak cukup hanya penilaian di tengah atau akhir semester saja,” ungkap Kepala Dinas
Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan, ketika ditemui di Surabaya, 23 Juni lalu. Ia mengatakan, jika penilaian manual dilakukan terus-menerus, konsekuensinya guru disibukkan oleh urusan administratif. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem yang memudahkan dan membantu guru dalam konteks implementasi Kurikulum 2013, terutama dalam aspek penilaian peserta didik. Maka, guru di Surabaya sepakat menerapkan sistem Rapor Online dengan format penilaian kuantitatif, kualitatif, mulai dari pengetahuan, keterampilan, hingga afeksinya secara berkelanjutan. “Guru setelah selesai mengajar, langsung input penilaiannya. Ada batas waktu input juga, sehingga tidak ada penyalahgunaan nilai murid. Ini untuk membangun akuntabilitas dan transparansi penilaian anak,” jelas Ikhsan. Pelaksanaan Rapor Online di kota Surabaya sudah menginjak semester kedua pada tahun pelajaran 2013/2014 lalu. Pada semester satu, tantangannya adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tinggi (TIK). Guru wajib menguasai TIK untuk mempermudah memasukkan evaluasi peserta didik ke dalam format rapor online. Ia menambahkan, semangat menggunakan Rapor Online ini adalah ingin meningkatkan layanan kepada orangtua untuk mengakses informasi yang berkelanjutan mengenai
perkembangan anak dari waktu ke waktu. Rapor ini juga terus digunakan sebagai rekaman evaluasi peserta didik sesuai dengan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) untuk tiap jenjang pendidikan. Kepala SMA 16 Surabaya, Sudarminto, mengungkapkan bahwa pada awal implementasi Rapor Online tidak mudah untuk merubah paradigma berfikir guruguru di sekolahnya. Tetapi ternyata di semester dua, para guru merasa nyaman, karena mudah dan tidak lagi direpotkan oleh penghitungan nilai akhir semester karena sudah terbantu oleh sistem. “Dengan adanya sistem Rapor Online, semua guru di sekolah ini sudah melek teknologi dan mereka merasa nyaman karena data nilai sudah tersimpan aman di Dinas,” ujar Sudarminto. Kepala SMPN 26 Kota Surabaya, Titik Sudarti, menilai sistem ini membuat guru termotivasi untuk lebih disiplin dan memperbaiki manajemen penilaian peserta didik. Ia merasa beruntung karena semua guru di sekolah yang terkenal dengan Kantin Apung dan berpredikat Adiwiyata Mandiri ini sudah menguasai TIK dan sangat bersemangat mengimplementasikan Kurikulum 2013. “Saya selalu tanamkan dan memberi contoh kerja keras, cerdas, ikhlas, dan tuntas, termasuk terbuka pada hal baru yang lebih baik,” ujar sang kepala sekolah peraih juara 2 Berwawasan Lingkungan, tingkat Jawa Timur. (Arifah)
Guru wajib menguasai TIK untuk mempermudah memasukkan evaluasi peserta didik ke dalam format Rapor Online.
Tampilan Rapor Online yang dapat diakses peserta didik, orang tua, dan guru.
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 23
Revitalisasi Taman Majapahit
Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru) melepas puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru) melepaskan puasa (saya)”
D
emikian Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada yang menjadi bukti betapa besarnya komitmen Kerajaan Majapahit menyatukan Nusantara. Sumpah tersebut diucapkannya pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanottunggadewi, ibunda Hayam Wuruk (1328-1350 M). Sebagaimana dikisahkan buku Ibukota Majapahit, Masa Kejayaan dan Pencapaian (A.A. Munandar, 2008), daerah kekuasaan sedemikian luas itu menjadi puncak keemasan Majapahit dibawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Daerah-daerah di luar Pulau Jawa banyak yang mengakui kebesaran Majapahit. Hal ini terlihat dengan dikirimkannya utusan atau upeti dengan sukarela setiap tahun ke istana Hayam Wuruk. Pengiriman ini bukanlah akibat penyerangan ke daerahdaerah tersebut, melainkan perjalanan muhibah dagang Majapahit yang megah. Berdasarkan bukti berupa catatancatatan yang ditemukan tersebar di berbagai wilayah kekuasaannya, dapat digambarkan bahwa masyarakat Majapahit hidup dengan makmur. Seorang musafir
24 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Tiongkok, Ma Huan, menguraikan kehidupan dan perekonomian masyarakat Majapahit yang cukup maju. Para pedagang pribumi sangat kaya. Mereka membeli batu perhiasan, sutra, minyak wangi, dan porselin, dengan uang tembaga Majapahit. Bahkan uang tembaga Tiongkok dari berbagai dinastipun laku di sana. Bulan purnama dijadikan sebagai momen pengungkapkan kebahagiaan dengan melakukan pesta dan bernyanyi bersama. Dalam kakawin Nagarakretagama dan kitab Pararaton disebutkan mengenai betapa tinggi filosofi pada bangunan candi (suci), peradaban manusia dengan tata kota dan sistem sosialnya, kerja sama internasional, hingga sistem pertahanan. Hal itu menjadi bukti bahwa Majapahit memiliki keunggulan di bidang militer, ekonomi, dan budaya, dibandingkan dengan “bangsa lain” di dunia. Oleh karena itu, Majapahit menjadi kebanggaan bangsa Indonesia hingga saat ini. Tidaklah berlebihan jika pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengembangkan kawasan pertilasan
Majapahit di Kecamatan Towulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, itu menjadi sebuah wilayah cagar budaya nan megah yang disebut Taman Majapahit. Dalam rencana induk (masterplan) pengembangan disebutkan, kawasan petilasan Kerajaan Majapahit akan dijadikan kawasan edukasi dan wisata utama di Jawa Timur seperti Bromo. Bukan hanya sebagai tujuan wisata transit seperti sekarang ini, dimana tujuan utama wisatawan adalah Bromo, Bali, atau Yogyakarta. Trowulan hanya sebagai tempat persinggahan dari ketiga tempat tujuan wisata tersebut. “Nantinya Bromo dikenal sebagai wisata alam dan kawasan Majapahit sebagai wisata budaya,” kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto, Aris Soviyani, kepada tim majalah Dikbud, di kantornya, (22/06/2014). Konsep dasar pengembangan kawasan Taman Majapahit itu adalah bagaimana merevitalisasi cagar budaya yang sudah ada di Trowulan, seperti Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Wringin Lawang,
Candi Tikus, dan Candi Kedaton. “Jadi, yang kami kembangkan itu adalah objek yang sudah kita miliki, baik bangunan maupun tanahnya,” kata Aris, didampingi Kepala Museum Majapahit, Kuswanto. Ia menjelaskan, tanah penduduk yang masuk dalam konsep kawasan Taman Majapahit akan dibebaskan. Misalnya tanah penduduk untuk pengembangan museum tertutup, sesuai dengan kesepakatan, akan dibebaskan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Lebih lanjut Aris menjelaskan rencana revitalisasi museum merupakan bagian dari rencana induk pegembangan kawasan Taman Majapahit. Revitalisasi Museum Majapahit berupa pengembangan kawasan museum menjadi seluas 5,5 hektar, terdiri dari museum tertutup (dalam gedung) dan museum terbuka (luar gedung). Tentu museum ini nanti akan lebih luas daripada museum yang sudah ada sekarang ini, sehingga akan semakin banyak koleksi benda purbakala yang dapat dipamerkan. Sejauh ini, BPCB
Konsep dasar pengembangan kawasan Taman Majapahit itu adalah bagaimana merevitalisasi cagar budaya yg sudah ada di Trowulan, seperti Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Wringin Lawang, Candi Tikus, dan Candi Kedaton.
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 25
memencet timbol jika ingin mengetahui mengenai sebuah benda purbakala,” kata Aris, sembari menambahkan, bahwa pembangunan museum tertutup ini dimulai pada 2013 dan ditargetkan selesai pada 2018 mendatang. Rumah Prototype Majapahit
Selain merevitalisasi museum, dalam konsep pengembangan Taman Majapahit juga akan membenahi kawasan di seputar objek wisata. Kawasan di sekitar candi misalnya, akan dibuat lebih tertata sehingga membuat nyaman dan aman pengunjung. Bahkan akan diciptakan suasana “tempo doeloe”. “Kami ajak masyarakat untuk berjualan makanan khas, suvenir, atau melayani pengunjung dengan angkutan tradisional,” kata Aris. Pengembangan kawasan tersebut tidak akan merelokasi rumah penduduk yang berada di dekat objek purbakala. Hanya saja, bagian depan rumah tersebut akan didekorasi menyerupai rumah-rumah zaman Majapahit. Dengan model rumah prototype itu, diharapkan pelajar maupun wisatawan yang berkunjung akan memiliki gambaran mengenai rumah di zaman dulu tersebut. Pada 2014 ini, BPCB akan membenahi 296 rumah menjadi rumah prototype Majapahit. Di Desa Bejijong misalnya, terdapat 100 rumah yang tahun ini akan direvitalisasi menjadi rumah model Majapahit. “Rumahnya tetap rumah asli, penghuni tetap tinggal di situ. Yang dibenahi hanya tampilan depannya, seperti dinding depan dan pagarnya,” ucapnya.
Mojokerto memiliki lebih dari 88 ribu benda purbakala, yang tidak seluruhnya dapat disaksikan oleh masyarakat karena keterbatasan ruang pamer. Dengan museum tertutup yang lebih luas, semua benda purbakala dapat dipamerkan secara bersamaan, termasuk koleksi berharga seperti benda-benda yang terbuat dari emas. “Sementara itu, untuk penarasian, kami akan memakai sistem digital. Pengunjung tinggal
26 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Mengenai sikap penduduk atas rencana itu, Aris menerangkan bahwa masyarakat sangat mendukung, karena mereka menyadari bahwa kunjungan wisatawan ke objek wisata juga akan memutar perekonomian masyarakat setempat. Berdasarkan pengalaman atas pengembangan objek wisata budaya-religi, makam Troloyo, di Desa Sentonorejo, masyarakat dapat melakukan beragam usaha kreatif. “Kami belajar dari Troloyo. Ekonomi masyarakat di sana cepat meningkat padahal dulunya merupakan salah satu desa tertinggal di Trowulan.
Taman Majapahit
Dengan adanya pengembangan makam, penduduk setempat bisa berjualan, buka toilet, parkir, homestay, dan kegiatan ekonomi lainnya,” kata Aris. Untuk mempersiapkan Trowulan sebagai tujuan utama wisata budaya, BPCB Mojokerto secara bertahap memberi pelatihan kepada pegawainya. Mereka diikutkan berbagai kursus yang berhubungan dengan kepariwisataan, sehingga mereka memiliki keterampilan sebagai pemandu wisata profesional. Sebanyak 17 pemandu dan 50 juru pelihara BPCB Mojokerto siap melayani wisatawan. “SDM sudah terus menerus kami kursuskan, terutama cara bersikap ramah dan murah senyum,” kata Aris, sambil menambahkan bahwa rata-rata pengunjung Museum Majapahit mencapai 200.000 per tahun. Kedepannya, museum ini bisa dikembangkan untuk pelestarian bendabenda purbakala secara lebih besar lagi, khususnya untuk peninggalan Majapahit, yang sangat diperlukan untuk kajian ilmu pengetahuan dan pariwisata. Pelestarian itu diharapkan dapat membawa manfaat ekonomi, sosial, dan spiritual, masyarakat setempat. Ia menerangkan, wacana pelestarian meliputi tiga unsur, yaitu pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Dari sisi pemanfaatan, Taman Majapahit setidaknya dapat menjadi wahana pencarian nafkah masyarakat sehingga keberadaannya benar-benar dapat dirasakan secara langsung. Untuk itulah selalu diupayakan ada kegiatan di museum, minimal sekali dalam sebulan. Seperti pada 10 November 2014, BPCB Mojokerto menggelar pameran dan sendratari Majapahit Dengan pendekatan seperti itu, upaya pelestarian Taman Majapahit niscaya dapat berjalan lebih mudah. Masyarakat yang memperoleh manfaat ekonomi tentu akan ikut aktif dalam menjaga kelestariannya, setidaknya dalam hal kebersihan. (Arifah, Priyoko)
Presiden Harapkan Pembangunan Taman Majapahit Rampung Tahun 2018 Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengharapkan pengembangan Taman Majapahit selesai sesuai dengan rencana, yaitu pada 2018. Untuk mencapai hal tersebut, Presiden meminta semua pihak mempersiapkan prosesnya dengan baik. “Taman Budaya Majapahit merupakan cagar budaya berkelas dunia yang mempunyai nilai sejarah tinggi,” kata Presiden SBY, ketika berkunjung ke Trowulan, 3 Januari 2014. Dalam kesempatan itu, Presiden SBY didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, meninjau koleksi di Museum Majapahit. Benda purbakala itu berupa koleksi terakota, keramik, logam, arca, relief, dan prasasti dari masa kejayaan Majapahit. Koleksi tersebut tidak saja berasal dari kawasan Kabupaten Mojokerto melainkan juga dari wilayah lain di Jawa Timur. Mendikbud mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama pemerintah Provinsi Jawa Timur secara serius melestarikan kawasan majapahit di Trowulan. Pelestarian ditandai dengan pembangunan Taman Budaya Majapahit. Rencana induk (masterplan) pembangunan tersebut telah disampaikan kepada Presiden SBY pada saat kunjungannya di Towulan tersebut. “Pembangunan ini bertujuan untuk menjadikan Taman Majapahit sebagai pusat informasi, edukasi, dan inspirasi atas kebesaran bangsa Indonesia di masa lalu,” kata Mendibud. Majapahit merupakan salah satu ker ajaan maritim terbesar di dunia dengan penguasaan sistem navigasi yang menunjukkan tingginya peradaban pada saat itu sebagai wilayah Nusantara. Sebagai bangsa agraris, Indonesia terkenal dengan budaya maritim yang besar dan kuat pengaruhnya di dunia. “Sehingga keberadaan Taman Budaya Majapahit ini dapat menjadi penggerak kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya,” katanya. Pengembangan di situs Trowulan secara umum telah dilakukan sejak 2012 lalu. Targetnya, program pengembangan ini akan rampung 2018 mendatang. Adapun konsep dari pelestarian Kawasan Cagar Budaya Trowulan terdiri dari tiga bagian, yaitu: perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. (Aline)
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 27
Pelestarian Cagar Budaya
Aris Soviyani, Kepala Balai Pelestari Cagar Budaya
Kami Siapkan ‘Laboratorium Lapangan’
Bukan hanya sebagai tujuan wisata sejarah, Museum Majapahit di Towulan, Mojokerto, Jawa Timur, juga dapat pula dijadikan sebagai tempat wisata edukasi, khususnya mengenai Kerajaan Majapahit. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto memiliki rencana besar untuk menarik masyarakat datang ke Museum. Berikut ini penuturan Kepala Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto, Aris Soviyani, kepada Dikbud, 22 Juni 2014, di Mojokerto. Museum Majapahit semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat. Apa maknanya hal itu? Makna banyaknya pengunjung Museum Majapahit, khususnya dari kalangan pelajar ditinjau dari sudut pandang pendidikan, menunjukkan bahwa Museum Majapahit telah dapat digunakan sebagai rujukan wahana edukasi bagi masyarakat, khususnya di kalangan pelajar. Para pelajar dapat memanfaatkan berbagai koleksi
28 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
dan fasilitas di Museum Majapahit untuk memperkaya pengetahuannya, khususnya di bidang sejarah dan perkembangan peradaban bangsa.
Lalu, bagaimana peran BPCB Mojokerto dalam implementasi Kurikulum 2013? Peran BPCB Mojokerto dalam mendukung implementasi Kurikulum 2013 adalah menyiapkan berbagai situs dan museum sebagai wahana edukasi dan “laboratorium lapangan” bagi para pelajar. Konsep dasar Kurikulum 2013 yang menonjol adalah menyempurnakan aspek keterampilan dan sikap, selain aspek pengetahuan. Kurikulum ini menuntut peserta didik untuk aktif, lebih kreatif, dan apresiatif dengan observasi langsung ke lapangan pada tema-tema tertentu. BPCB sebagai lembaga pelestari cagar budaya, akan menyiapkan situs dan museum sebagai wahana pembelajaran yang akan didapatkan di kelas, karena peserta didik akan langsung dapat mengamati dan
menganalisis objek di lapangan sesuai tema-tema yang diajarkan di kelas. Selain itu, berbagai situs cagar budaya yang ada di tiap-tiap daerah dapat digunakan sebagai sarana untuk pendidikan “muatan lokal” sesuai dengan daerahnya masing-masing.
Apa harapan Bapak jika museum menjadi wahanan pembelajaran di masa depan? Kami berharap, Museum Majapahit benarbenar menjadi wahana pembelajaran yang semakin memancing minat kalanghan pelajar. Untuk itu, perlu kerja sama dengan sesama pemangku kepentingan di bidang pendidikan dengan stakeholder lain yang nantinya akan digunakan sebagai wahana dan sarana pembelajaran di luar kelas. (Arifah)
BPCB sebagai lembaga pelestari cagar budaya, akan menyiapkan situs dan museum sebagai wahana pembelajaran yang akan didapatkan di kelas, karena peserta didik akan langsung dapat mengamati dan menganalisis objek di lapangan sesuai tema-tema yang diajarkan di kelas.
FOTO: Singgih PIH
Untuk membangun kecintaan pelajar terhadap warisan budaya, apa saja program BPCB Mojokerto? Program BPCB Mojokerto/Museum Majapahit untuk menarik kunjungan masyarakat, khususnya pelajar, antara lain melakukan promosi dan publikasi tentang Museum Majapahit melalui pameran-pameran dan internet; membuat program edukasi seperti permainan tradisional, outbond, dan simulasi kegiatan arkeologis (ekskavasi arkeologis, konservasi arkeologis) yang dapat diperagakan langsung oleh pengunjung, sehingga
pengunjung akan lebih terkesan; dan menyiapkan pemandu yang memahami tentang materi yang ada di Museum Majapahit dan mampu menyampaikannya kepada pengunjung sesuai dengan tingkatan pengetahuan/pendidikan pengunjung, sehingga tujuan museum sebagai wahana edukasi bagi masyarakat dapat tercapai.
Peserta didik dapat observasi langsung di lapangan pada tema-tema tertentu, misalnya untuk mempelajari situs-situs cagar budaya, mengenal koleksi museum, simulasi kegiatan arkeologis, dan kegiatan menarik lainnya.
No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 29
Kisah Inspiratif
Jupel Siap 24 Jam, Tidak Kenal Libur Mengabdi tiada henti. Demikianlah slogan hidup Slamet Sugeng, Juru Pelihara kompleks Candi Bajang Ratu dan Arisnawanto, Juru Pelihara kompleks Candi Brahu, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Ditemui Dikbud di kompleks dua candi itu di suatu siang 23 Juni 2014, mereka bermandikan peluh di bawah sengatan mentari nan ganas.
S
iang di pertengahan Juni 2014, Candi Bajang Ratu cukup ramai oleh pengunjung. Sebagian besar duduk di bangku di bawah rimbun pepohonan di pinggir kompleks candi, sedangkan sekelompok pengunjung lainnya dengan seksama memerhatikan penjelasan tentang candi yang disampaikan oleh seorang petugas berbaju batik di sisi candi berukuran 10,5x11,5 meter dan tinggi 16,5 meter itu. Petugas tersebut tampak bersemangat, meskipun wajahnya mengkilat oleh keringat. Sesekali tangan kanannya mengusap wajahnya, mengusir butiran keringat yang terus bergulir. Sedangkan tangan kirinya megenggam sebuah buku. Namun, yang lebih sering kedua tangannya bergerak-gerak ke sana kemari, satu-dua kali menunjuk kearah dalam dan puncak candi. Sedangkan sekelompok pengunjung tidak kalah serius, menatap tajam setiap penjelasan petugas yang bertutur lembut namun tegas tersebut. Puas bertanya, sekelompok pengunjung tersebut membubarkan diri setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan petugas yang telah setia menemaninya. “Terima
30 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
Slamet Sugeng kasih, terima kasih. Sampai ketemu lagi,”kata Slamet Sugeng (47 tahun), yang siang itu menjadi petugas yang memberi penjelasan perihal Candi Bajang Ratu kepada pengunjung. Bertugas sebagai Juru Pelihara (Jupel) Candi Bajang Ratu, layanan seperti itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Selain bertanggung jawab menjaga kebersihan candi, Slamet juga bertindak seperti pemandu wisata yang siap menjawab setiap pertanyaan pengunjung. “Saya mengetahui seluk beluk candi ini dari buku dan sumber informasi lainnya, seperti dari sesepuh di sini,” kata juara 2 Juru Pelihara terbaik tingkat Nasional 2011 ini.
Ia menuturkan, sebagai Jupel harus total dalam bekerja. Selain bertanggung jawab terhadap perawatan dan kebersihan candi beserta lingkungannya, jupel harus mampu menjelaskan tentang banyak hal mengenai candi yang menjadi tanggung jawabnya. Memberi penjelasan kepada pengunjung paling banyak menyita waktunya, karena kebanyakan pengunjung menanyakan sejarah candi. Setiap jawaban biasanya memancing pertanyaan lainnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk melayani setiap pengunjung yang tertarik mengetahui segala hal tentang candi Bajang Ratu. Bagi Slamet, setiap tamu yang datang harus dilayani dengan baik, meskipun kedatangan mereka di luar jam berkunjung. Setiap hari kerja, candi dibuka antara pukul 08.00-16.00. Namun, pengunjung dipersilakan jika tetap ingin berada di kompleks candi sampai keinginannya terpenuhi. Setiap pengunjung tak akan pernah diusir. Bahkan tak jarang pengunjung datang pada petang hari dan baru meninggalkan candi beberapa jam kemudian. Jam kerjanya memang bergantung pada pengunjung, pukul 18.00 pun masih buka kalau pengunjung menghendaki. Lebaran pun tetap
masuk untuk melayani pengunjung, karena cukup banyak pengunjung yang merayakan lebaran di kompleks candi. “Lebaran pertama, kami bukan jam 10. Kami berusaha sebisa mungkin dan sebaik mungkin melayani pengunjung,” katanya. Dan, jangan salah. Tugasnya tidak hanya memandu pengunjung dan memberi penjelasan kepadanya. Membersihkan candi sekaligus taman di sekitarnya juga menjadi kewajibannya. Bila candi perlu dibersihkan, Slamet dan temantemannya pun naik menggunakan peralatan seadanya untuk membersihkannya. Jam kerja yang selalu molor tersebut membuatnya tak sempat mencari penghasilan dari sumber lain. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari bersama istri dan kedua anaknya, ia hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai negeri sipil golongan 1B. Sebagai Jupel honorer sejak
1990, kemudian diangkat menjadi PNS golongan 1A pada 2007, menjadikannya sebagai seorang yang pandai menerima keadaan. Tidak pernah mengeluh mengenai pekerjaan dan pendapatannya. “Allah telah mengaturnya,” kata Slamet ketika ditanya bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Sejauh ini, dua putranya (2 tahun dan 8 tahun) sehat-sehat saja. “Selain panggilan jiwa dan pengabdian pada negara, juga demi memenuhi kebutuhan hidup,” katanya, memberi alasan mengapa memilih menjadi Jupel. Slamet mengaku bersyukur dipercaya pemerintah menjadi Jupel, meskipun hanya berijazah SD. Namun, semangatnya menuntut ilmu tidak pernah padam. Pada 2012 lalu, ia ikut ujian kesetaraan Paket B. Tahun depan, ia berencana mengikuti ujian kesetaraan Paket C. “Saya
juga berkeinginan untuk kuliah,” kata Slamet, yang pernah menjadi juara pertama Jupel Honorer tingkat Provinsi pada 2011. Wisatawan Asing
Lain halnya dengan Arisnawanto (29 tahun), Jupel Candi Brahu, Trowulan. Bapak satu anak ini bekerja selama 9 tahun sebagai tenaga honorer. Sarjana ekonomi lulusan Universitas Islam Majapahit Mojokerto ini menutupi kebutuhan ekonominya dengan bantuan istrinya yang berjualan kaos khas Majapahit di depan kompleks candi. Sebagaimana Jupel yang lain, Aris juga tidak kenal libur. Hari Minggu maupun libur nasional lainnya, ia tetap berada di lingkungan candi untuk bekerja, terutama menjelaskan perihal candi kepada pengunjung. Jadi, masuk kerja setiap hari. “Kami harus siap 24 jam,” katanya, sambil menyebutkan sejumlah perusahaan besar menyelenggarakan acara di pelataran candi pada malam hari.
FOTO: Singgih PIH
Tingkat kunjungan wisatawan ke Candi Brahu relatif tinggi. Setiap bulan sebanyak 5.000-15.000 wisatawan yang mengunjungi candi yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, ini. Bahkan setiap tanggal 1 Januari kunjungan meningkat hingga 2.000 orang. “Mereka merayakan tahun baru di sini,” kata Aris.
Juru Pelihara bertanggung jawab tidak hanya dalam pemeliharaan dan kebersihan candi, tetapi juga menjadi petugas pemandu yang harus siap menjawab setiap pertanyaan pengunjung.
Ia bercerita, Candi Brahu “dipelihara” oleh delapan orang Jupel, lima di antaranya masih tenaga honorer. Tugasnya bukan hanya menerangkan tentang candi kepada pengunjung, melainkan juga menjaga, merawat, dan membentuk taman di seputar candi seluas 8.000 m2. “Ya semuanya. Bukan hanya menyapu atau membersihkan candi. Pokoknya semua kami yang membereskan. Candi ini kami umpamakan rumah sendiri. Jadi, kalau kita merasa No. 04 Tahun V • September 2014 •
DikbuD 31
pengunjung yang ngotot naik ke candi. Menyikapi hal demikian, seorang Jupel harus ekstra sabar dan terus menerus menerangkan bahwa lantai candi yang terbuat bata merah itu gampang terkikis atau mengalami erosi karena gesekan dengan benda lain.
Arisnawanto memiliki rumah sendiri, ya semuanya kitalah yang bertanggung jawab. Semua apa yang ada di lokasi, kamilah yang merawat,” kata pria yang murah senyum ini. Hanya saja, pembersihan badan candi tidak dilakukan setiap hari. Tergantung pada situasi. Kalau musim penghujan, candi lebih sering dibersihkan karena rumput lebih cepat tumbuh. Pembersihan rumput di candi berukuran sekitar 18x22,5 meter dan tinggi 20 meter itu memakai tangga seperti yang sering dipakai petugas PLN. Lalu, naik lagi memakai tangga bambu. Pembersihan rumput pada musim penghujan dilakukan dua hari sekali.
“Orang yang mengadakan ritual boleh naik ke dalam candi, itupun jika telah mengantongi surat izin. Selain itu, menjaga dinding candi tetap bersih juga menjadi tantangan tersendiri. Bila tidak dalam pengawasan, dinding candi akan dicoret-coret, terutama oleh anakanak sekolah,” ucapnya. Untuk itulah, ia mengimbau kepada masyarakat agar ikut melestarikan warisan budaya nenek moyang, khususnya peninggalan Kerajaan Majapahit. Memang sudah ada petugas tetapi kalau masyarakat ikut menjaganya, hasilnya akan menjadi lebih baik. Bukan hanya itu keinginan
terpendam Aris. Ia juga ingin agar Candi Brahu menjadi tujuan utama, bukan tempat transit wisatawan. Memang sering rombongan wisatawan asing dari Yogyakarta bertujuan ke Bali, mampir ke candicandi di kawasan Trowulan. “Kalau Trowulan menjadi tujuan utamanya, tentu akan sangat membanggakan. Terutama kami, para Jupel. Kami akan semakin semangat bekerja,” katanya. Ia menyadari bahwa kedatangan wisatawan domestik maupun asing, walau hanya sekadar mampir, patut disyukuri karena dapat memberi pemasukan pedagang makanan dan kerajinan yang ada di seputar candi. Makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin baik pula perputaran ekonomi masyarakat yang berdagang di sana. “Termasuk kaos yang dijual istri saya, jadi ada yang membeli,” kata Aris, sembari mengembangkan bibirnya. Senyumnya cerah. Secerah langit biru yang menaungi petilasan Majapahit di siang itu. (Priyoko)
Tantangan terberat sebagai Jupel, menurut Aris, menghadapi
32 DikbuD • No. 04 Tahun V • September 2014
FOTO: Singgih PIH
Menurut Aris, tugas yang paling berisiko adalah membersihkan puncak candi. Pernah seorang Jupel, Abdul Gofur, terjatuh karena bata merah yang dijadikan pijakan kaki terlepas. “Akibatnya, dia tak bisa jalan selama satu bulan,” katanya. Namun, kecelakaan seperti itu sangat jarang terjadi karena sebetulnya Jupel yang naik ke puncak selalu menggunakan tambang sebagai pengaman. Candi adalah tinggalan kejayaan peradaban masa lalu. Hendaknya masyarakat turut melestarikan warisan nenek moyang tersebut, dengan menjaga kebersihan dan tidak mencoret-coret dinding candi.