JURNAL ILMU SOSIAL, Vol.10, No.3 Desember 2012
DAMPAK NEGATIF DARI PERKAWINAN TUKAR TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT KAMPUNG YADAUW DISTRIK KAUREH KABUPATEN JAYAPURA Yosefina Griapon* *Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cenderawasih Jln. Sentani Raya Kampus Uncen Baru, Waena - Jayapura
Abstract :This article is the result of research conducted in the district Keureh Jayapura. This study is determines the exchange rate of the negative impact on public health in the village Yadauw. The purpose of this research just to give an idea of the shape of marriage rates and changes, obstacles and negative impacts in the lives of families and communities.This descriptive type of research with a holistic approach, using methods kwalittaif, quantitative, interviews, observations and literature. Respondents totaled 113 people. Various exchange perwakinan impact on public health found in this study ranging from the mild to the extremely negative impact. Negative impacts such as: domestic violence (domestic violence), women's reproductive health disorders, malnutrition among infants and pregnant women, infants born with low weight, polygamy, adultery, divorce, abortion, anemia and other
Abstrak :Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di distrik Keureh Kabupaten Jayapura. Penelitian ini adalah untuk mengetahu dampak negative dari pertukaran tukar terhadap kesehatan masyarakat di kampung Yadauw.Tujuan dari penelitian ini hanya untuk memberikan gambaran tentang bentuk perkawinan tukar dan perubahannya, kendala serta dampak negatif yang terjadi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan holistik, menggunakan metode kwalittaif, kwantitatif, wawancara, observasi dan studi pustaka.Responden berjumlah 113 orang.Berbagai dampak perwakinan tukar terhadap kesehatan masyarakat ditemukan dalam penelitian ini mulai dari yang ringan sampai pada dampak yang sangat negative.Dampak negatif yang terjadi antara lain seperti : kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), gangguan kesehatan reproduksi perempuan, gizi kurang pada bayi dan ibu hamil, bayi lahir dengan berat badan rendah, poligami, perselingkuhan, perceraian, aborsi, anemia dan lain-lain
. Keywords : Negative Impact, Exchange Rate, Public Health Perkawinan dipandang dari sudut kebudayaan manusia merupakan pengatur tingkah laku manusia yang berhubungan dengan kehidupan seksnya. Selain itu perkawinan mempunyai fungsi lain adalah memberi ketentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada hasil perkawinan yaitu anak-anak, kebutuhan akan teman hidup, kebutuhan akan harta, gengsi dan status sosial dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1981). Dalam setiap kelompok masyarakat memiliki pranata-pranata sosial sendiri yang mengatur suatu proses perkawinan dari suatu kelompok-kelompok lain. Seiring dengan perkembangan jaman saat ini telah terjadi perubahan-perubahan dalam sistem perkawinan yang disebabkan oleh penyebaran agama Kristen.Pelaksanaan program-program pembangunan kampung dan distrik baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, komunikasi dan transportasi, industri dan pariwisata.Hal ini tentu berdampak positif
maupun negatif terhadap manusia dan kebudayaan. Berdasarkan pengamatan di Kampung Yadauw Distrik Kaureh terdapat suatu kekhususan dalam sistem perkawinan yang dikenal sejak lama dan menurut adat berlaku secara turun temurun yang oleh masyarakat Kampung Yadauw disebut perkawinan silang atau kawin tukar saudara perempuan. Akibat perkawinan silang ini menimbulkan dampak negatif baik terhadap pasangan suami istri, diantaranya meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), meningkatnya tingkat stress di kalangan suami, istri, anak, meningkatnya hubungan perselingkuhan, seks bebas dan gangguan fungsi reproduksi perempuan terutama pada pasangan suami istri yang melakukan kawin silang di usia muda. Keadaan seperti ini akan menurun, baik adanya kesadaran masyarakat untuk bisa memahami makna nilai dan norma adat perkawinan masyarakat Kampung Yadauw, 145
Yosephina Griapon – Dampak Negatif Perkawinan Tukar
serta menjunjung tinggi nilai-nilai dan aturan agama dan pemerintah tentang bentuk perkawinan. Secara adat masih ada masyarakat Kampung Yadauw yang menghendaki bentuk perkawinan silang, namun di sisi lain bentuk perkawinan silang yang dilakukan saat ini membuat kaum laki-laki menentukan sendiri jodohnya di luar kelompok lain, namun karena tuntutan adat masih ada diantara kaum laki-laki yang melakukan perkawinan tukar. Perkawinan tukar silang ini hanya dapat bertahan selama 2 – 3 tahun, si suami mengambil wanita lain untuk dijadikan istri kedua yang bukan tukarannya. Keadaan ini menjadikan suatu persoalan yang mendasar dalam kehidupan rumah tangga di Kampung Yadauw Distrik Kaureh. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian dampak perkawinan tukar yang sering terjadi terhadap kesehatan masyarakat menjadi suatu keharusan untuk terus dilakukan dalam rangka penemuan solusi terbaik, guna meminimalisir dampak negative yang akan terjadi dari kawin tukar tersebut. penelitian ini kiranya dapat menjadi panduan awal bagi para pemerhati kesehatan masyarakat di Jayapura khususnya dan di Papua pada umumnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik penelitian survei, analisa kualitatif dan pengamatan langsung pada lokasi Kampung Yadauw Distrik Kaureh Kabupaten Jayapura selama bulan Maret 2012. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami istri yang melakukan perkawinan tukar yaitu 122 orang dari 64 KK, dari jumlah tersebut diseleksi lagi hingga jumlah populasi menjadi 113 orang dari 55 KK dengan kriteria pasangan yang masih utuh, mampu berbahasa Indonesia, masyarakat yang tinggal menetap bersedia menjadi responden. Alat pengumpulan data menggunakan questioner, angket dan pedoman wawancara mendalam, pengamatan dan studi pustaka.Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan holistik, HASIL PENELITIAN Kampung Yadauw terletak di Distrik Kaureh Kabupaten Jayapura, yang dibentuk pada tahun 1975.Kampung Yadauw memiliki 3 dusun yaitu Dusun Wifi, Wamho. Sarana dan
prasarana di Kampung Yadauw antara lain berupa : 1 gedung sekolah dasar, 3 gedung gereja, 1 puskesmas pembantu (pustu), 1 tenaga perawat. Adapun batas wilayah administrasi Kampung Yadauw adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kampung Nandalsi Distrik Unurm Guay, sebelah timur berbatasan dengan Tabean Distrik Yapsi, sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Sebum Distrik Kaureh, sebelah barat berbatasan dengan Kampung Umron Distrik Kaureh. Penduduk Kampung Yadauw berjumlah 307 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 167 jiwa dan perempuan sebanyak 140 jiwa yang berasal dari 55 KK. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan dan Kepala Kampung Yadauw bahwa perkawinan silang (kawin tukar) pada pasangan suami istri uang tinggal di Kampung Yadauw banyak menimbulkan dampak negatif bagi anak usia muda, suami istri (orang tua), sebagai korban dalam perkawinan tukar. Dengan informasi tersebut, maka dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi Kampung Yadauw. Ternyata kasus dari perkawinan tukar di usia muda yang lebih dominan berdampak negatif terutama bagi kesehatan psikis dan fisik, ekonomi dan kesejahteraan. Dalam hal ini ditemukan adanya anak perempuan yang merasa tidak bahagia dalam perkawinan tukar ini dipaksa oleh orang tuanya sebagai akibat dari tuntutan adat.Sebaliknya si laki-laki muda terpaksa harus kawin dengan perempuan tukarannya itu. Perempuan terpaksa harus berhubungan seks dan melahirkan anak pada usia muda sering tanpa adanya perasaan cinta. Hal ini menimbulkan trauma yang mendalam bagi pasangan muda itu, lalu trauma itu dipandang sebagai “bagian yang tidak bisa dielakkan dalam hidup”. Berdasarkan dari hasil survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2012 di Kampung Yadauw Distrik Kaureh Kabupaten Jayapura, diketahui bahwa ada 122 pasangan suami istri yang melakukan perkawinan tukar berdasarkan hukum adat Kaureh. Ternyata dari 122 pasangan suami istri tersebut terdapat 3 orang diantaranya masih berusia sekolah dasar (SD) dan 5 orang berusia SLTP dan SLTA (13 – 17 tahun), di samping itu juga terdapat 3 orang suami yang berpoligami. Kondisi inilah yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan pada pasangan suami istri yang melakukan 146
JURNAL ILMU SOSIAL, Vol.10, No.3 Desember 2012
kawin tukar di Kampung Yadauw Distrik Kaureh. Hal tersebut terjadi karena diantara pasangan suami istri itu belum matang secara psikologis, sehingga bila menemukan masalahmasalah yang dihadapi selama perkawinannya maka dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan seperti stress, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain. Demikian juga bagi istri yang diduakan atau istri-istri yang kawin karena terpaksa bukan karena dilandasi perasaan cinta, dapat memicu terjadinya salah paham, salah pengertian, lalu menimbulkan pertengkaran dalam keluarga yang pada akhirnya menimbulkan terjadinya dampak negatif yang dominan pada kesehatan masyarakat. PEMBAHASAN Pada saat penelitian di Kampung Yadauw Distrik Kaureh pasangan kawin tukar berjumlah 113 orang dengan kategori, laki-laki usia di bawah 19 tahun berjumlah 25 orang dan perempuan di bawah 16 tahun berjumlah 19 orang dengan total keseluruhan 44 orang pasangan kawin muda. sedangkan laki-laki yang berusia di atas 19 tahun berjumlah 30 orang dan perempuan yang kawin diatas 16 tahun berjumlah 34 orang dengan total keseluruhannya 69 orang. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan tukar saudara perempuan masih saja terjadi dalam masyarakat adat Kaureh.Di mana laki-laki dewasa boleh memilih pasangan kawin menurut pilihannya sendiri maupun melalui ketentuan aturan adat.Walaupun perempuan tukarannya itu masih berusia di bawah 16 tahun atau di atas 16 tahun. Data menunjukkan bahwa perempuan yang kawin di atas 16 tahun berjumlah 39 orang lebih banyak dari pada laki-laki yang berusia diatas 19 tahun berjumlah 30 orang. Sebaliknya laki-laki yang berusia di bawah 19 tahun ber jumlah 25 orang dan perempuan yang kawin di bawah 16 tahun berjumlah 19 orang. Ternyata dalam kasus ini perbedaan umur dan jenis kelamin sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan Jodoh baik yang diatur melalui adat maupun pilihan pasangan sendiri. Dampak negatif yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan umur dan jenis kelamin pada pasangan kawin tukar diantaranya adalah menimbulkan gangguan stres pada pasangan muda yang melakukan kawin tukar, istri melahirkan anak beresiko kematian, Gangguan
pada alat reproduksi perempuan, adanya kekerasan seksual, tmbulnya berbagai penyakit IMS, terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), terjadinya perselingkuhan dan poligami, meningkatnya kasus perceraian, bayi lahir dengan BB (berat badan) rendah dan terjadinya kekurangan gizi pada ibu dan anak Dampak yang terjadi padda bidang pendidikan dapat dibahas dengan data sebagai berikut : responden menurut tingkat pendidikan dari suami – istri pasangan kawin tukar berjumlah 113 orang, ternyata 95 orang tamatan sekolah dasar (SD), 13 orang tamatan SLTP dan hanya 5 orang SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kampung Yadauw Distrik Kaureh masih sangat rendah dan rata-rata pada tingkat sekolah dasar.Dengan pengetahuan yang rendah tentu sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dari pasangan kawin tukar tersebut, sehingga sangat terjadi penekananpenekanan pada keluarga dan masyarakat baik yang dilakukan oleh suami – istri, anak dan orang tua. Dampak negatif yang timbul dari perbedaan tingkat pendidikan ini antara lain, masih banyak anak usia sekolah dasar dan pemuda yang tidak bisa baca, tulis dan menghitung, angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar (SD) di kalangan anak perempuan dan laki-laki meningkat, minat anak perempuan untuk masuk ke SLTP dan SLTA berkurang dan anak merasa stres karena tekanan dan paksaan dari orang tua untuk kawin tukar. Pendidikan yang sangat rendah ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang berbagai hal yang mempengaruhi kawin tukar serta dampak yang akan terjadi di kalangan pasangan suami – istri yang melakukan kawin tukar. Dalam kondisi saat ini bentuk perkawinan tukar sering menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungan hidup keluarga karena meningkatnya berbagai kebutuhan hidup sehari-hari terutama kebutuhan ekonomi keluarga seperti : kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Akibatnya terjadi salah pengertian antara suami – istri, saling ketergantungan antara suami – istri dan orang tua dan saling tuduh menuduh diantara mereka.Hal ini tentu berdampak pada pengambilan keputusan dalam kehidupan rumah tangga.Suami dan istri memilih pasangan kawin di luar tukarannya atau 147
Yosephina Griapon – Dampak Negatif Perkawinan Tukar
memilih kawin dengan tukarannya atau memilih kawin lebih dari satu istri (poligami).Cara ini sering mereka lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan psikologi, ekonomi, sosial dan budaya. Selain pendidikan ternyata kawin tukar juga berdampak negative pada pekerjaan.Menurut data hasil responden berdasarkan pekerjaan dari 113 pasangan kawin tukar di Kampung Yadauw Distrik Kaureh ternyata yang bekerja sebagai petani ber jumlah 91 orang, karyawan swasta 21 orang dan pegawai negeri 1 orang. Data ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan pasangan kawin tukar yang bekerja sebagai petani dan buruh lepas, karena tingkat pendapatan ekonomi sangat kurang, sedangkan kebutuhan meningkat. Hal ini berpengaruh pada pendidikan anak dan kesehatan keluarga. Hasil pendapatan yang diperoleh dari bertani dan buruh lepas terutama bagi pasangan kawin tukar sering mereka gunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok seperti : beras, gula, kopi, sabun, supermie, garam, rokok, ikan kaleng, kue, pulsa dan lain-lain. Kawin tukar juga berpengaruh pada psikologis.Berdasarkan data hasil survey terhadap 113 orang pasangan kawin tukar, diperoleh jawaban bahwa terdapat 102 orang mengalami gangguan psikologis dengan kategori stres ringan berjumlah 25 orang, stres sedang berjumlah 43 orang dan stres berat 34 orang. Sedangkan pasangan kawin tukar yang berjumlah 11 orang mengatakan “tidak stres’. Adapun gejala orang yang stres atau gangguan psikologis yang ditemukan di lokasi penelitian yakni seperti : pelupa, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak peka, emosi labil, muda tersinggung, takut, gangguan tidur, gangguan makan, menurunnya daya tahan tubuh (kurus), rawan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri seperti : pilek, sariawan, herpes, jerawat, bisul, radang, infeksi saluran kencing. Gejala stres ini juga mempengaruhi seksual – reproduksi berupa pada wanita menstruasi dapat menjadi tidak teratur bahkan berhenti.Sedangkan pada pria dapat terjadi penurunan spermatogenesis, menurunnya hormon gonadotropik dan testosteron, sehingga terjadi ejakulasi dini, dapat menurunkan libido dan organisme baik wanita maupun pria. Dampak negatif dari gangguan psikologis atau stres pada istri pasangan kawin tukar yakni meningkatnya tingkat emosional hampir terjadi setiap hari dengan sasaran pada suami,
anak, orang tua dan kerabat lain, bila mereka melihat orang atau keluarga lain bahagia. Istri sering tidak melakukan aktifitas di luar rumah atau di kebun bahkan di rumah, istri selalu dengan perasaan cemburu karena takut diceraikan dan ditelantarkan oleh suami atau dijadikan sebagai istri kedua (poligami) dan sebagainya. Akibatnya timbul penyakit seperti : maag, migran, mual, tekanan darah tinggi, kudis, gangguan pada alat reproduksi perempuan dan lain-lain. PENUTUP Dalam sistem perkawinan adat di Kampung Yadauw Distrik Kaureh Kabupaten Jayapura terdapat salah satu bentuk perkawinan yang terkenal yaitu kawin saudara perempuan. Hasil penelitian menunjukkan dari 113 responden pasangan suami – istri di Kampung Yadauw telah kawin atau dikawinkan secara adat kawin tukar. Bila perempuan tukarannya belum ada maka orang tua berhak menikah lagi dengan perempuan lain agar dapat memperoleh anak perempuan untuk ditukar kepada pihak lakilaki. Hal ini merupakan suatu kewajiban dalam adat perkawinan tukar, dengan maksud untuk mempererat hubungan kekerabatan diantara pasangan suami – istri. Dalam kondisi saat ini telah terjadi suatu perubahan persepsi di kalangan pemuda dalam proses pemilihan Jodoh yang sesuai pilihan sendiri, namun di sisi lain mereka diperhadapkan dengan pilihan Jodoh yang ditentukan oleh orang tua yaitu melalui kawin tukar saudara perempuan yang dilakukan secara terpaksa karena melalui tuntutan adat. Perempuan pasangan kawin tukar merasa kuatir dan takut terhadap perilaku suami dan takut pula pada kondisi kesehatan mereka yang berpotensi timbulnya berbagai macam gejala sakit dan penyakit baik fisik maupun psikologis.Kasus-kasus yang timbul sebagai akibat dari kawin tukar diantaranya stres, gangguan kesehatan reproduksi, kurang gizi pada ibu dan anak, kelaparan, KDRT, poligami, perceraian, perselingkuhan, putus sekolah. Maka solusi yang tepat adalah dengan mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat yang berbasis kampung dimulai dengan sasaran individu atau keluarga.Sehingga dapat mengurangi dampak negatif akibat kawin tukar serta mengembalikan fungsi dan nilai adat dalam bentuk perkawinan tukar. Dengan demikian akan tercipta suatu 148
JURNAL ILMU SOSIAL, Vol.10, No.3 Desember 2012
keharmonisan dan ketentraman dalam rumah DAFTAR PUSTAKA
tangga.
Bushar, 1981.Pokok-pokok Adat Perkawinan, Jakarta. Dadang Hawari. Management Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbitan FK. UI, Jakarta. Fakih Mansour, 1996. Analisis Gender dan Transportasi Sosial, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Goo. A. Andreas, 2012. Kamus Antropologi Perpustakaan Nasional RI, Kodya Jayapura Koenjaraningrat, 1981.Pengantar Antropologi, PT. Aksara Baru, Jakarta. Koenjaraningrat, 1981.Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta. Luhulima, A.S.SH.MA, 2000. Pemahaman Bentuk-bentuk Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya, Penerbit PT. Alumni, Bandung. Laelatul Dewi. B. Prof. Dr. 2011.Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, Cetakan 1. PT. Refika Aditama, Bandung. Notoatmodjo, 2010.Metode Penelitian Kesehatan .PT. Rineka Cipta , Jakarta. Soekanto, 1992.Intisari Hukum Keluarga, PT. Cipta, Bandung
149
