LAMPIRAN 2 CONTOH PTK PENDIDIKAN LUAR BIASA
ulis ya T r a ba K Lom sional 06 a u 20 Na ed ra k ingkat Tahun Jua a T kart gya o Y di
Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas
MENINGKATKAN Efektivitas Belajar-mengajar DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GAMBAR “ROCKY DUST” BAGI SISWA AUTIS DENGAN GANGGUAN SENSORI INTEGRASI
171
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 171
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:20:57
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana pengantar komunikasi dalam suatu kelompok sosial. Tanpa adanya bahasa yang disepakati maka proses terbentuknya interaksi sebagai syarat budaya peradaban yang ingin diciptakan akan terhambat. Menurut Dodge, Colker dan Heroman dalam buku The Creative curriculum for Preschool, “ Language becomes the principal tool for estabilishing and maintaining relationships with adult and other children”. Artinya bahwa bahasa merupakan alat utama dalam menciptakan dan membangun suatu hubungan antar orang dewasa dan anak-anak yang lain. Di Sekolah Luar Biasa khususnya pada kelas yang menangani siswa autis, kendala bahasa adalah hal yang paling sering menjadi hambatan terbesar dalam proses belajar-mengajar. Keterbatasan persepsi komunikasi dan interaksi siswa terhadap maksud dari kata-kata yang diucapkan guru menjadikan keberhasilan dari tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Pada kelas ini, sebelum guru menetapkan tujuan keberhasilan nilai akademik pada siswa, maka yang menjadi modal awal sebagai jembatan komunikasi adalah bahasa. Bahasa yang digunakan sehari-hari pada umumnya adalah bahasa verbal, artinya bahwa hanya sensori auditori siswa yang digunakan untuk mendengarkan suara. Namun pada kenyataannya, mayoritas siswa penyandang autis terutama yang mengalami gangguan dalam sensori integrasi. Termasuk di dalamnya adalah salah satu siswa TKLB di SLB PUSPPA Suryakanti. Kientz & Dunn (1997) meneliti bahwa sekitar 85% subjek penelitian yang menyandang autis, mengalami hipersensitivitas terhadap sentuhan dan suara (Grandin; 1992). Siswa autis dengan gangguan sensori integrasi seringkali sangat ekstrim dalam memperlihatkan respons mereka terhadap stimulasi auditori dan taktil. Responnya dapat berupa menekan lubang telinga keras-keras, menjatuhkan diri, menggumam atau berteriak sekeras mungkin dan yang paling mengkhawatirkan adalah membentur-benturkan kepala ke lantai atau ke dinding. Jika terjadi hal-hal demikian, maka yang dilakukan guru adalah menghentikan untuk sementara kegiatan belajar-mengajar. Akibatnya dapat diterka, yaitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi terhambat. Seiring dengan pengalaman menghadapi siswa yang sulit menerima komunikasi secara verbal, maka peneliti menganggap perlu untuk mengujicobakan suatu media/ alat pembelajaran yang nantinya dapat berguna bagi efektivitas kegiatan belajar-mengajar. Media tersebut berupa kartu gambar “Rocky Dust”. Kartu ini adalah kartu gambar sederhana, yang menambahkan unsur stimulasi taktil (perabaan) di dalamnya. Bentuknya adalah dengan menempelkan pasir kasar pada permukaan kartu. Hasilnya adalah, siswa dapat mengaktifkan dua sensoris sekaligus, yaitu visual dan taktil. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 172
172
12/08/2009 16:20:57
Kartu ini memiliki gambar tentang urutan aktivitas kegiatan disekolah yang akan dilaksanakan siswa. Menerapkan suatu struktur dalam pembelajaran siswa autis hádala hal penting yang akan membantu pemahamannya terhadap instruksi guru Peningkatan pemahaman komunikasi ini adalah landasan utama dimulainya komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Kartu gambar “Rocky Dust” belum banyak digunakan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas autis terutama bagi siswa autis dengan gangguan sensori integrasi. Oleh karenanya setelah diterapkannya media pembelajaran dengan menggunakan kartu gambar “Rocky Dust” ini, diharapkan proses kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih efektif. 2. Perumusan masalah: Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan kartu gambar “Rocky Dust” bagi siswa autis dengan gangguan Sensori Integrasi dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajarmengajar di kelas?” 3. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini terbagi atas 2 tujuan: a) Tujuan Umum: • Meningkatkan mutu pengajaran di kelas dengan peningkatan efektivitas kegiatan belajar-mengajar b) Tujuan Khusus: • Menemukan media yang tepat dalam proses kegiatan belajarmengajar bagi siswa autis yang disertai dengan gangguan sensori integrasi. • Menciptakan struktur kegiatan belajar dalam rangka menciptakan kedisiplinan pola belajar-mengajar • Pemahaman siswa terhadap instruksi guru di dalam kelas menjadi bertambah. • Meningkatan pemikiran kritis guru dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah di kelas. 4. Manfaat Penelitian: Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah a) Bagi siswa: siswa menjadi lebih mudah memahami komunikasi yang terjadi saat pembelajaran dan tahapan kegiatan belajar b) Bagi guru: komponen-komponen penunjang seperti waktu, tenaga, serta pikiran dalam mencurahan ilmu dalam mengajar menjadi lebih efisien penggunaannya sehingga menjadikan proses kegiatan belajarmengajar menjadi lebih efektif.
173
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 173
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:20:58
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Konseptual dan Hipotesis Tindakan A. Kerangka Konseptual a. Efektivitas Kegiatan Belajar-mengajar Kegiatan Belajar-mengajar yang efektif adalah syarat utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan dalam pembelajaran. Efektif bermakna tidak berlebihan dan juga tidak berkekurangan. Seluruh potensi yang dapat dioptimalkan hendaknya dipergunakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Efektif juga dapat berarti tepat sasaran, di mana guru sebagai penyampai materi belajar, dan siswa berada pada tempat sesuai posisinya yaitu orang yang akan menerima materi pembelajaran. b. Media Pengajaran Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Arifin (VSO:2005), mengemukakan suatu pola pembelajaran yang dibantu media:
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 174
174
12/08/2009 16:20:58
Media yang paling efektif dalam pengelolaan suatu kelas adalah media yang mudah dipergunakan, murah, dan yang terpenting dapat menjadi fasilitas utama dalam strukturisasi pemahaman akademik siswa c. Kartu gambar ”Rocky Dust” Kartu gambar “Rocky Dust”, kartu ini adalah kartu gambar sederhana (sensori Visual), yang menambahkan unsur stimulasi taktil (perabaan) di dalamnya. Bentuknya adalah dengan menempelkan pasir kasar pada permukaan kartu. Sehingga siswa dapat mengaktifkan dua sensoris sekaligus, yaitu visual dan taktil. Kartu ini memiliki gambar tentang urutan aktivitas kegiatan disekolah yang akan dilaksanakan siswa Strategi visual yang paling mudah diterapkan kepada siswa usia pra sekolah adalah dengan menggunakan gambar kesukaan, gambar tersebut harus konkret dan sering ditemui oleh anak. Kriteria kartu gambar yang efisien bagi siswa menurut Linda A. Hogdon: 1995: 1. Mudah disusun 2. Mudah dimengerti 3. Dimengerti secara universal Artinya bahwa gambar-gambar yang dipergunakan adalah gambar yang memang mudah untuk diserap maknanya oleh siswa autis yang memiliki karakteristik sulit berpikir secara abstrak. d. Autisme Banyak istilah tentang autis yang sering ditemui diberbagai literatur, namun yang paling populer adalah istilah ”Hidup di dunianya sendiri’. Belakangan ternyata konsep ”hidup di dunianya sendiri berkembang menjadi ”hidup di dunia lain”, padahal pengalaman seseorang yang pernah menyandang autis dan dapat keluar dari kondisi keautismeannya, menyatakan bahwa orang lainlah (bukan autis )yang hidup didunia aneh yang tidak pernah ia tahu k enapa mereka mau hidup disitu. Donna William: 1998. Seseorang dapat dikatakan menyandang autisme setelah berusia 3 tahun. Perangkat assesment yang paling sering digunakan dikalangan praktisi adalah DSM IV (Diagnostic Statistical Manual Edisi Ke-4, yang dikembangkan oleh American Psychiatrical Association) 175
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 175
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:20:58
e. Sensori Integrasi (S.I) Sensori integrasi adalah landasan pembelajaran untuk semua hal di dalam diri individu. Semua komponen tubuh manusia adalah kesatuan sistem utuh yang mana jika dari nol koma seperjuta persen dari sistem saja yang itu terganggu, maka keseluruhan koordinasi tubuh tubuh akan goyah, A.J. Ayres: 1972. Tubuh dan lingkungan mentransfer informasi ke otak kita sehingga kita merasakan sesuatu. Informasi ini diproses dan diatur sedemikian rupa sehingga kita dapat merasakan rasa nyaman dan aman sehingga kita mampu merespons segala sesuatu yang mungkin terjadi diberbagai situasi yang muncul baik dari dalam diri atau juga yang berasal dari lingkungan. Berikut ini adalah gambaran bagaimana sensori integrasi berperan penuh dalam landasan perkembangan di dalam diri sesorang individu Sensory Integration Theory:
A . Jean Ayres,Ph.D.OTR
Eye hand coordination Ocular motor control Postural adjustments Auditory/language skills Visual spatial perception Attention Coordination Fine motor/ gross motor skills Body
motor planning
scheme
screening postural security
Awareness Of two body sides Reflex maturation SENSE: tactile, vestibular, propioception, olfaktory,gustatory, visual, auditory
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 176
176
12/08/2009 16:20:58
E. Yack, S.Sutton, P. Aquilla:1998
Dari gambaran di atas terlihat bahwa sensori visual dan taktil sebagai bagian dari sensori integrasi, merupakan kebutuhan luhur yang utama bagi perkembangan seorang individu. f. Alat bantu visual sebagai media pengajaran paling tepat bagi anak autis Theo Peeters:2004 mengungkapkan bahwa bagi penyandang autis, ucapan seringkali lebih rumit daripada pemahaman aktual mereka sehingga pemahaman yang rendah ini jarang berfungsi sebagai dukungan bagi tindakan mereka, karena itu dukungan visual menjadi penting. Peeters juga menyusun beberapa poin penting yang memperlihatkan bahwa alat bantu visual sangat membantu bagi peningkatan pemahaman siswa autis. Beberapa poin penting itu antara lain: 1. Apa yang terlalu abstrak dapat dibuat konkret dengan gambar-gambar sketsa .... 2. Alat bantu visual mengajarkan kepada penyandang autisme untuk menghadapi perubahan, membuat mereka berpikir secara lebih fleksibel. Lebih mudah untuk menerima perubahan jika anda dapat mengantisipasinya secara visual.... 3. Alat bantu visual meningkatkan kemandirian. Hal-hal di atas memperlihatkan bahwa siswa autis menyerap informasi dengan lebih nyaman jika dilakukan melalui visualisasi. B. Hipotesis Tindakan Penggunaan kartu bergambar ”Rocky Dust” bagi siswa autis dengan gangguan sensori integrasi dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajarmengajar.
177
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 177
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:20:59
BAB III Metode penelitian A. Rancangan penelitian Sebelum dilaksananakan penelitian, maka peneliti menyusun tahapantahapan kegiatan dalam penelitian. Tahapan tersebut adalah: a. Tahapan perencanaan tindakan • Persiapan sarana dan prasarana penelitian • Penyediaan kartu gambar ”Rocky Dust” - Bahan karton duplek, Ukuran 15 x 10 cm, Warna dasar putih - Pasir kristal kasar yang direkatkan menggunakan lem kayu - Dilapisi plastik perekat laminating - Gambar yang digunakan merupakan gambar konkret dengan warna asli dari kategori benda, kegiatan dan foto manusia - Papan Infraboard untuk menempelkan kartu gambar • Setting ruangan - Ruangan tidak terlalu sempit juga tidak terlalu luas - Warna ruangan adalah warna netral yang tidak menimbulkan pengaruh emosi negatif (contoh: warna orange dan merah mendistraksi siswa, warna putih menjadikan siswa lebih pasif). - Ruangan harus bebas dari hiasan-hiasan, gambar atau poster kaya warna dan ornamen, karena akan mengalihkan perhatian siswa - Jumlah orang dewasa di dalam ruang tidak boleh lebih dari 2 orang, dan jumlah siswa maksimal 3 orang. • Indikator kinerja Sebagai tolok ukur keberhasilan bagi siswa yaitu siswa dengan mudah memahami makna dari instruksi guru, sehingga proses kegiatan belajarmengajar di kelas menjadi lebih efektif. b. Tahapan observasi dan pelaksanaan tindakan (observation and action) Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan penelitian, maka peneliti menyusun skenario pembelajaran • Skenario pembelajaran - Memposisikan siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru, posisi siswa harus dapat menjangkau menjangkau penglihatan dan pende ngarannya - Memastikan bahwa jarak pandang harus jelas dan bebas hambatan,
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 178
178
12/08/2009 16:20:59
artinya tidak ada penghalang antara guru dan siswa - Memerhatikan bahwa siswa harus sedang dalam kondisi sadar akan keadaan saat itu bahwa ia sedang berada di kelas, dan bersama guru akan melakukan kegiatan belajar, jika siswa tidak fokus pada instruksi verbal dan visual, maka guru merabakan bagian kasar pasir pada jarijari siswa. - Memeriksa bahwa siswa tidak sedang menderita sakit pada terutama pada organ visual dan perabaannya - Meyakinkan kepada siswa bahwa siswa pasti merasa nyaman dengan perlakuan yang diberikan - Mempersiapkan diri bahwa guru tidak memegang benda apa pun kecuali kartu gambar yang akan diperlihatkan kepada siswa. - Pada saat guru mengucapkan kata sambil memperlihatkan kartu gambar, intonasi suara sedang artinya tidak ada usaha memaksa siswa untuk mengikuti instruksi guru. - Mengamati perubahan perilaku yang diperlihatkan siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan lewat perekaman audiovisual. - Jika siswa belum menunjukkan respons setelah diperlihatkan gambar, artinya siswa belum paham tentang instruksi, ulangi sampai 2 kali sambil menyebutkan gambar dan pastikan siswa melihat gambar tersebut. - Pada saat siswa memperlihatkan respons terhadap tindakan guru, amati setiap tahapan perkembangan perubahan perilaku sesuai indikator yang telah disusun.
c. Tahapan Refleksi Pada tahapan ini, peneliti melakukan beberapa proses dalam pencapaian tahapan refleksi. - Analisis data: Setelah data yang direkam melalui alat audiovisual diputar kembali, maka peneliti melakukan diskusi dengan rekan sejawat yang melakukan kolaborasi tentang hasil yang sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan - Mereduksi data Data–data yang sudah diperoleh, kemudian dipilih yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian. Data-data yang dianggap tidak terpakai, disimpan sebagai arsip untuk kemudian dipakai kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan - Menyusun langkah-langkah perbaikan Setelah mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang 179
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 179
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:20:59
dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan yang mengacu pada kekurangan yang belum didapat, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik pada siklus ke-2 dan siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini, peneliti menuangkannya dalam bentuk siklus kegiatan dengan desain PTK model Kemmis & McTaggart (Muhardjito:2005)
Kurikulum dan GBPP Pendidikan Luar Biasa Siklus 1 Perencanaan Tindakan • Persiapan sarana dan prasarana penelitian • Indikator kinerja
Refleksi • Analisis hasil yang didapat • Diskusi dengan rekan sejawat • Reduksi data • Perbaikan
Action & Observation • Skenario pembelajaran penggunaan kartu gambar sejak mulai persiapan belajar sampai akhir pembelajaran
Refleksi • Analisis hasil yang didapat • Diskusi dengan rekan sejawat • Reduksi data • Perbaikan
Siklus 2
Perencanaan Tindakan • Persiapan sarana dan prasarana penelitian • Indikator kinerja
Action & Observation • Skenario pembelajaran penggunaan kartu gambar sejak mulai persiapan belajar sampai akhir pembelajaran (Dengan modifikasi sesuai refleksi siklus 1
mengenaL peneLitian tindakan keLas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 180
180
12/08/2009 16:21:03
B. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi: Lokasi penelitian ini adalah di kelas autis TKLB PUSPPA Suryakanti Jl. Ters. Cimuncang, Bandung. Subjek penelitian: Siswa autis yang disertai dengan gangguan sensori integrasi, umur 6 tahun, jenis kelamin laki-laki. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan observasi Instrumen yang digunakan: • Lembar Observasi: mencatat secara manual dengan poin-poin indikator yang menjadi acuan atau peta observasi. Data ini juga yang nantinya akan menjadi poin penilaian dan patokan refleksi pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. • Alat perekam audio visual: data yang diambil adalah data yang bersifat proses. Jadi data yang direkam merupakan proses dari siklus -siklus yang telah dilaksanakan. D. Analisis data Setelah data yang direkam melalui alat audiovisual diputar kembali dan melihat berbagai indikator yang ada pada lembar observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan rekan sejawat yang melakukan kolaborasi tentang hasil yang sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Dari hasil diskusi analisis data yang didapat, maka tim peneliti memutuskan untuk membuat suatu perencanaan ulang (siklus selanjutnya) terhadap tindakan yang akan dilakukan.
181
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 181
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:03
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian SIKLUS 1 PERENCANAAN 1. Guru menyusun daftar observasi yang terdiri atas kegiatan, hasil yang didapat dan keterangan. 2. Guru mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung berdasarkan urutan kegiatan. 3. Urutan pengambilan gambar audio visual adalah: • Merekam sekilas perilaku siswa subjek penelitian sebelum kegiatan belajar berlangsung • Merekam kegiatan siswa dimulai saat baru tiba ke sekolah s.d kegiatan akhir • Guru memperlihatkan kartu gambar sesuai urutan kegiatan • Siswa menempel kartu ke papan tempel sesuai urutan kegiatan • Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan urutan kartu yang telah ditempel • Siswa melepas kartu bergambar kegiatan yang telah dilaksanakan TINDAKAN / ACTION Tindakan yang dilaksanakan adalah: 1. Guru memperlihatkan kartu gambar sesuai dengan urutan kegiatan yang direncanakan 2. Siswa menempelkan kartu pada papan untuk membantu memperkenalkan struktur kegiatan. 3. Setelah kegiatan selesai, siswa melepas kartu gambar dengan dibantu guru. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada rekaman audio visual siklus 1 REFLEKSI Setelah dilaksanakan perencanaan dan action, tim peneliti menemukan fakta bahwa data yang diperoleh terdapat beberapa ketidak sesuaian antara perencanaan, action dan tujuan dari penelitian ini sendiri. Hasil yang diperoleh adalah: 1. Siswa seringkali tidak fokus terhadap gambar yang ada pada kartu, seMengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 182
182
12/08/2009 16:21:04
2. 3. 4.
5. 6. 7.
hingga guru harus sampai 3 kali memperlihatkan gambar. Pada saat pelaksanaan, siswa tidak sepenuhnya dalam keadaan “sadar” dari kondisi keautisannya. Siswa merasa bingung terhadap struktur kegiatan, karena berulang kali menempel dan memasang kembali. Kondisi pengambilan gambar yang hanya melibatkan satu orang siswa, membuat siswa subjek penelitian tidak termotivasi dan tidak ada suasana klasikal di dalam kelas. Pada saat tindakan, guru seringkali salah dalam memberikan instruksi dan sering terdistraksi (tidak serus) Belum adanya gambaran yang jelas tentang struktur kegiatan yang ingin diperlihatkan Belum terlihat hubungan antara penggunaan kartu gambar dengan keefektivan belajar di kelas, karena guru masih terlihat kesulitan dalam mengkondisikan siswa untuk mengerti instruksi yang diberikan.
SIKLUS 2 PERENCANAAN Sesuai dengan pembahasan pada tahap refleksi siklus 1, maka pada siklus ke 2 ini, peneliti menyusun tahapan perencanaan yang terdiri atas: A . Persiapan 1. Pengaturan pembagian setting kelas dan ruangan yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan tindakan dimaksudkan untuk memudahkan guru dalam menyusun kategori-kategori kartu gambar Rocky Dust. Pembagian Setting kelas dan ruangan tersebut adalah: Ruang kelas TK Kegiatan: Circle time awal Kegiatan Inti Circle time akhir Ruang makan Kegiatan: Piket kemandirian Toilet anak Kegiatan: Belajar kebersihan Ruang bermain in door 183
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 183
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:04
Kegiatan: Latihan bersosialisasi Belajar kedisiplinan
2. Pada kelas dan ruangan tersebut, guru mempersiapkan kartu gambar yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan berikut alat bantunya, seperti papan infraboard untuk memasang kartu dan kotak tempat penyimpanan kartu kegiatan yang sudah selesai dikerjakan. 3. Guru memasangkan kartu gambar pada papan sesuai urutan kegiatan 4. Setelah kegiatan dilaksanakan, siswa melepas kartu sebagai pemberitahuan bahwa kegiatan telah dilaksanakan. 5. Dalam kegiatan yang bersifat klasikal (bersama-sama) kartu gambar tidak dilepas oleh satu orang murid namun oleh guru dan diberitahukan kepada semua murid bahwa kegiatan telah selesai. TINDAKAN / ACTION Dalam tindakan / action pada siklus ke 2 ini, didapat data-data yang terdiri atas: 1. Sebelum kegiatan belajar, rekaman audiovisual yang diambil adalah gambar ruangan dengan struktur yang akan dipakai dalam kegiatan siklus 2. 2. Data yang direkam berupa kegiatan individual dan kegiatan secara klasikal. 3. Pada siklus 2, kartu gambar kegiatan ditempel oleh guru, kemudian setelah kegiatan selesai, siswa yang melepas kartu dan menyimpan kartu ke dalam kotak yang telah disediakan 4. Kartu gambar berstruktur diterapkan juga di ruangan makan, ruang gosok gigi dan ruang bermain. 5. Dalam pelaksanaan tindakan / action, siswa yang terlibat tidak hanya satu orang, namun 2 orang, karena ingin memperlihatkan suasana klasikal dan penggunaan kartu gambar konkret (bagi siswa autis) dan kartu gambar sketsa / compic (bagi siswa lain tanpa kondisi autis). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada rekaman audio visual siklus 2 REFLEKSI Setelah dilaksanakannya tindakan / action pada siklus 2, tim peneliti melakukan pembahasan dan kemudian terdapat data-data sebagai berikut: 1. Terdapat kesalahan dalam meletakkan kartu gambar sesuai urutan kegiatan yang direncanakan 2. Saat memperlihatkan kartu, seharusnya guru dalam posisi (dan berusaha) berusaha berhadap-hadapan dengan siswa, namun pada tindakan siklus 1 dan 2, beberapa kali guru memperlihatkan kartu sambil menyamping atau bahkan dari belakang siswa. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 184
184
12/08/2009 16:21:04
3. Fungsi taktil siswa sebagai salah satu langkah menuju tujuan penelitian tidak tergali, seharusnya pasir yang menempel pada kartu berfungsi untuk membantu memfokuskan perhatian siswa saat kegiatan berlangsung, caranya adalah dengan merabakan jari siswa pada pasir di kartu gambar. 4. Pada saat diruang makan, suasana sangat tidak kondusif dan menyebabkan struktur menjadi kacau 5. Pengambilan langkah struktur kegiatan dengan bantuan kartu gambar di kelas, ruang makan, ruang gosok gigi dan ruang bermain belum terekam dengan baik SIKLUS 3 PERENCANAAN Perencanaan pada siklus 3 ini adalah hasil dari rrefleksi yang dilakukan pada siklus 2. Perencanaan siklus 3 adalah: 1. Pada saat pengambilan gambar dan pengaturan setting ruangan, guru sebagai pelaku utama didampingi dengan 1 orang anggota tim yang bertugas sebagai pengawas atau pemerhati konsep yang akan dilaksanakan, sehingga proses action akan berjalan lancar. 2. Saat memperlihatkan kartu gambar, guru mengupayakan untuk selalu berada diposisi berhadapan dengan siswa. 3. Pasir yang terdapat pada kartu gambar, berfungsi untuk membantu memfokuskan perhatian siswa, seandainya secara verbal dan visual, siswa tidak mau memerhatikan. Caranya adalah dengan merabakan jari siswa pada pasir kasar sampai siswa mau memerhatikan instruksi guru. 4. Merekam dengan jelas pada saat guru memberikan instruksi, dan urutan kartu gambar yang dipergunakan. 5. Jumlah siswa di dalam kelas ditambah menjadi 3 orang dengan karakteristik berbeda. Untuk siklus 3 ini, siswa yang dilibatkan adalah siswa dengan Mental Retardasi dan siswa dengan Down Syndrome. Hal ini dimaksudkan agar siswa subjek penelitian menjadi lebih termotivasi untuk lebih aktif, dengan bantuan suasana yang lebih klasikal dan karakteristik teman-teman yang lebih kooperatif. TINDAKAN / ACTION 1. Siswa yang terlibat dalam kegiatan action adalah 3 orang siswa. 1 siswa dengan autis, 1 siswa dengan retardasi mental, dan 1 siswa dengan down syndrome. 2. Guru memulai kegiatan belajar di kelas dengan urutan kegiatan sebagai berikut: a. Circle time awal: 185
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 185
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:04
b. c.
• Menabung • Absen • Melepas sepatu • Menyimpan sepatu • Mengambil karpet • Berdoa • Berhitung • Bernyanyi • Salam • Menyimpan karpet • Mengambil Keranjang • Duduk di area individual Kegiatan Inti • Duduk dikursi sendiri • Mengambil mainan mulai dari urutan kartu di sebelah kiri • Menyimpan kartu yang sudah dikerjakan • Menyimpan mainan di dalam keranjang • Bermain bebas Circle time akhir • Memakai sepatu • Bernyanyi • Menuju ruang makan
3. Setelah dari ruang kelas, guru membimbing siswa menuju ruang makan, urutan kegiatannya adalah: Piket kemandirian • Mencuci tangan • Membagikan slaber • Membagikan makanan • Berdoa • Makan • Minum • Menyimpan piring • Menyimpan gelas • Melipat slaber • Menyimpan slaber • Merapikan kursi makan 4. Kegiatan berlanjut dengan kegiatan gosok gigi, urutan kegiatannya adalah: Belajar kebersihan • Mengambil handuk dan alat gosok gigi Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 186
186
12/08/2009 16:21:04
• • • •
Memakai handuk Menggosok gigi Berkumur Menyimpan handuk dan alat gosok gigi
5. Kegiatan berakhir dengan di ruang bermain in door, urutan kegiatannya adalah; Latihan bersosialisasi • Bermain bebas • Belajar kedisiplinan • Berbaris • Bersalaman dengan guru REFLEKSI 1. Kegiatan klasikal seperti pada saat di ruang makan, struktur kegiatan dengan menggunakan kartu gambar kurang maksimal, karena terlalu banyak orang (guru dan siswa). 2. Beberapa kali siswa terlihat tidak fokus terhadap kegiatan. 3. Keterlibatan siswa lain (siswa dengan DS & siswa dengan MR) sangat membantu dalam menumbuhkan suasana kooperatif di kelas. 4. Kegiatan sudah sesuai dengan rencana pada kartu kegiatan yang sudah terpasang B. Analisis Data Setelah didapatkan data dari ketiga siklus yng dilakukan, maka data yang terkumpul akan dianalisis guna memperjelas paparan deskripsi data. Analisis data siklus 1 1. Pada siklus ini, perencanaan yang disusun belum semuanya dilaksanakan, dan belum mengungkap rumusan penelitian. 2. Penggunaan kartu gambar juga belum menunjukkan hasil sebagai suatu alat yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran, karena guru sering mengalami kesulitan dalam menggunakannya. 3. Struktur kegiatan masih terbatas pada kegiatan umum, belum terperinci dan spesifik. 4. Guru kesulitan mencatat hal-hal yang terjadi saat pelaksanaan observasi, karena sibuk”membangunkan” kondisi siswa yang belum fokus pada kegiatan. 5. Belum adanya gambaran yang jelas tentang struktur kegiatan yang ingin diperlihatkan Belum terlihat hubungan antara penggunaan kartu gambar dengan keefektivan belajar di kelas, karena guru masih terlihat kesulitan dalam mengkondisikan siswa untuk mengerti instruksi yang diberikan. 187
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 187
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:05
Tabel 1. SIKLUS 1 PERENCANAAN 1. Penyusunan daftar observasi yang terdiri atas kegiatan, hasil yang didapat dan keterangan. 2. Pencatatan hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung berdasarkan urutan kegiatan. 3. Urutan pengambilan gambar audio visual adalah: • Merekam sekilas perilaku siswa subjek penelitian sebelum kegiatan belajar berlangsung • Merekam kegiatan siswa dimulai saat baru tiba kesekolah s.d kegiatan akhir • Guru memperlihatkan kartu gambar sesuai urutan kegiatan • Siswa menempel kartu ke papan tempel sesuai urutan kegiatan • Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan urutan kartu yang telah ditempel • Siswa melepas kartu bergambar kegiatan yang telah dilaksanakan
ACTION / OBSERVASI 1. Guru memperlihatkan kartu gambar sesuai dengan urutan kegiatan yang direncanakan 2. Siswa menempelkan kartu pada papan untuk membantu memperkenalkan struktur kegiatan. 3. Setelah kegiatan selesai, siswa melepas kartu gambar dengan dibantu guru.
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 188
REFLEKSI 4. Siswa tidak fokus 5. Siswa tidak sepenuhnya dalam keadaan “sadar” dari kondisi keautisannya. 6. Siswa merasa bingung terhadap struktur kegiatan, karena berulang kali menempel dan memasang kembali. 7. Kondisi pengambilan gambar yang hanya melibatkan satu orang siswa, membuat siswa subjek penelitian tidak termotivasi dan tidak ada suasana klasikal di dalam kelas. 8. Pada saat tindakan, guru seringkali salah dalam memberikan instruksi dan sering terdistraksi (tidak serus) 9. Belum adanya gambaran yang jelas tentang struktur kegiatan yang ingin diperlihatkan 10. Belum terlihat hubungan antara penggunaan kartu gambar dengan keefektivan belajar di kelas, karena guru masih terlihat kesulitan dalam mengkondisikan siswa untuk mengerti instruksi yang diberikan.
188
12/08/2009 16:21:05
Tabel 2. SIKLUS 2 PERENCANAAN 1. Pengaturan pembagian setting kelas dan ruangan yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan tindakan 2. .Pada kelas dan ruangan tersebut, guru mempersiapkan kartu gambar yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan berikut alat bantunya 3. Guru memasangkan kartu gambar pada papan sesuai urutan kegiatan 4. Setelah kegiatan dilaksanakan, siswa melepas kartu sebagai pemberitahuan bahwa kegiatan telah dilaksanakan. 5. Dalam kegiatan yang bersifat klasikal (bersama-sama) kartu gambar tidak dilepas oleh satu orang murid namun oleh guru dan diberitahukan kepada semua murid bahwa kegiatan telah selesai.
ACTION / OBSERVASI 1. Merekam gambar ruangan dengan struktur yang akan dipakai dalam kegiatan siklus 2. 2. Data yang direkam berupa kegiatan individual dan kegiatan secara klasikal. 3. Pada siklus 2, kartu gambar kegiatan ditempel oleh guru, kemudian setelah kegiatan selesai, siswa yang melepas kartu dan menyimpan kartu ke dalam kotak yang telah disediakan 4. Kartu gambar berstrukstur diterapkan juga di ruangan makan, ruang gosok gigi dan ruang bermain. 5. Dalam pelaksanaan tindakan/action, siswa yang terlibat tidak hanya satu orang, namun 2 orang, karena ingin memperlihatkan suasana klasikal dan penggunaan kartu gambar konkret (bagi siswa autis) dan kartu gambar sketsa/ compic (bagi siswa lain tanpa kondisi autis).
189
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 189
REFLEKSI 1. Terdapat kesalahan dalam meletakkan kartu gambar sesuai urutan kegiatan yang direncanakan 2. Saat memperlihatkan kartu, seharusnya guru dalam posisi (dan berusaha) berusaha berhadap-hadapan dengan siswa, namun pada tindakan siklus 1 dan 2, beberapa kali guru memperlihatkan kartu sambil menyamping atau bahkan dari belakang siswa. 3. Fungsi taktil siswa sebagai salah satu langkah menuju tujuan penelitian tidak tergali, seharusnya pasir yang menempel pada kartu berfungsi untuk membantu memfokuskan perhatian siswa saat kegiatan berlangsung, caranya adalah dengan merabakan jari siswa pada pasir di kartu gambar. 4. Pada saat diruang makan, suasana sangat tidak kondusif dan menyebabkan struktur menjadi kacau 5. Pengambilan langkah struktur kegiatan dengan bantuan kartu gambar di kelas, ruang makan, ruang gosok gigi dan ruang bermain belum terekam dengan baik
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:05
1. 2. 3.
5. 6. 7.
Analisis data siklus 2 Pada siklus 2 ini, perencanaan sudah lebih matang dan terlihat terperinci Struktur kegiatan yang digunakan mencakup kegiatan di kelas, ruang makan, gosok gigi dan ruang bermain Pada saat pelaksanaan, fungsi taktil dalam kartu gambar Rocky Dust belum terpakai dengan optimal Ada penambahan ide untuk menggunakan figuran alam pelaksanaan observasi, gunanya adalah untuk menonjolkan suasana klasikal dan ”memancing” keaktifan siswa subjek penelitian. Masih terdapat kesalahan dalam menyusun kartu struktur kegiatan Posisi guru saat memperlihatkan kartu gambar belum benar Proses perekaman kegiatan tidak terekam dengan baik.
Tabel 3. SIKLUS 3 PERENCANAAN
ACTION / OBSERVASI
REFLEKSI
1. Guru dibantu 1 orang lain untuk mengawasi jalannya action 2. Guru mengupayakan untuk selalu berada diposisi berhadapan dengan siswa. 3. Mengoptimalkan fungsi taktil pada kartu gambar 4. Merekam dengan jelas pada saat guru memberikan instruksi, dan urutan kartu gambar yang dipergunakan. 5. Jumlah siswa di dalam kelas ditambah menjadi 3 orang dengan karakteristik berbeda.
1. Guru memulai kegiatan belajar di kelas dengan urutan kegiatan a. Circle time awal: b. Kegiatan Inti c. Circle time akhir 2. Ruang makan, urutan kegiatannya adalah: Piket kemandirian 3. Kegiatan gosok gigi, urutan kegiatannya adalah: Belajar kebersihan 4. Kegiatan di ruang bermain in door, urutan kegiatannya adalah; Latihan bersosialisasi Belajar kedisiplinan
1. Kegiatan klasikal seperti pada saat di ruang makan, struktur kegiatan dengan menggunakan kartu gambar kurang maksimal, karena terlalu banyak orang (guru dan siswa). 2. Beberapa kali siswa terlihat tidak fokus terhadap kegiatan. 3. Keterlibatan siswa lain (siswa dengan DS & siswa dengan MR) sangat membantu dalam menumbuhkan suasana kooperatif di kelas. 4. Kegiatan sudah sesuai dengan rencana pada kartu kegiatan yang sudah terpasang
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 190
190
12/08/2009 16:21:05
Analisis data siklus 3 1. Penyusunan struktur kegiatan dalam kartu gambar sudah baik, dan terperinci 2. Fungsi kartu gambar Rocky Dust sebagai media visuospatial sudah nampak dipergunakan dalam memberikan istruksi pada subjek penelitian 3. Guru melibatkan 2 figuran yang berbeda karakteristik untuk menambah suasana kooperatif dalam kelas, dan memperlihatkan hasil yang diharapkan.
C. Pembahasan Hasil Temuan Di dalam pelaksanaan penelitian dimulai dari tahapan perencanaan, action / observasi samapi tahap refleksi, penelti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Temuan-temuan tersebut adalah: 1. Dalam menyusun skenario siklus, diperlukan perencanaan yang matang, sehingga tidak membuang banyak waktu dan biaya. 2. Diperlukan 1 orang anggota peneliti yang bertugas mengawasi jalannya proses pelaksanaan action observasi 3. Kegiatan pembelajaran berstruktur tidak terbatas di dalam kelas saja, namun juga pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa, terutama siswa dengan autis dengan gangguan sensori intgegrasi, karena karakteristiknya yang konstan dan pola urutan yang kuat. 4. Fungsi visual tidak dapat dengan mudah diterapkan kepada siswa autis teritama dengan gangguan sensori integrasi, namun harus didukung oleh fungsi sensoris yang lain 5. Dukungan dari teman yang berbeda karakteristik sangat membantu dalam meningkatkan keaktifan dan keinginan untuk bersikap kooperatif bagi siswa autis dengan gangguan sensori integrasi Kegiatan sudah sesuai dengan rencana pada kartu kegiatan yang sudah terpasang
191
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 191
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:06
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Peningkatan pemahaman siswa memerlukan pembiasaan terhadap metode / cara yang akan diterapkan. 2. Pembiasaan tersebut dapat melalui pola struktur belajar, pengulangan dan konsistensi pengajaran. 3. Siswa autis dengan gangguan sensori integrasi memerlukan pola belajar yang berstruktur dan konstan. 4. Pemberian stimulasi dengan menggunakan multisensori yang terukur akan lebih meningkatkan daya pemahaman siswa autis dengan gangguan sensori integrasi terhadap instruksi yang diberikan. 5. Pemakaian media visuospatial seperti kartu gambar Rocky Dust secara konsisten dan terstruktur dapat meningkatkan daya pemahaman siswa autis dengan gangguan sensori integrasi 6. Media visuospatial seperti kartu gambar Rocky Dust dapat meningkatkan stimulasi pemahaman siswa autis dengan gangguan sensori integrasi karena menggunakan lebih dari satu organ sensoris. 7. Pengoptimalisasian potensi sensoris yang dimiliki siswa memudahkan bagi guru untuk menerapkan ilmu dalam kegiatan belajar-mengajar dan bagi siswa hal ini berarti suatu aktualisasi diri yang berharga terhadap potensi yang ia miliki. 8. Dukungan dari teman yang berbeda karakteristik sangat membantu dalam meningkatkan keaktifan dan keinginan untuk bersikap kooperatif bagi siswa autis dengan gangguan sensori integrasi 9. Kartu gambar Rocky Dust dapat diterapkan untuk membantu pengenalan struktur kegiatan pada siswa dengan down syndrome dan mental retardasi. 10. Media visuospatial seperti kartu gambar Rocky Dust dapat meningkatkan pemahaman siswa autis dengan gangguan sensori integrasi dan oleh karenanya efktivitas belajar-mengajar menjadi meningkat.
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 192
192
12/08/2009 16:21:06
B. SARAN 1. Pemberian input-input baru kepada siswa autis dengan gangguan sensori integrasi harus melalui pengulangan yang bersifat konsisten. 2. Siswa autis dengan gangguan sensori integrasi pada awalnya menolak dan terdistraksi terhadap benda asing yang ia temui, oleh karenanya, pemakaian media pengajaran diusahakan tidak rumit dan mudah untuk dijauhkan dari jangkauan siswa 3. Durasi pemakaian media antara 5 s.d 10 detik, karena jika lebih lama akan membuat siswa terpaku untuk terus melihat, tanpa bergerak mengerjakan instruksi yang dimaksud 4. Jarak waktu siklus satu dengan siklus selanjutnya jangan terlalu lama, karena akan mengakibatkan siswa menjadi asing terhadap media yang digunakan kembali
193
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 193
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:06
Daftar Pustaka • Ayres, Sensory Integrations, and Learning Disabilities, Los Angeles. Western Psychological Services. 1972 • Budi Susetyo, Contoh Proposal PTK, Diklat Penelitian Tindakan Kelas , Bogor, 2005 • Dodge, Colker & Heroman, The Creative Curriculum For Preschool Fourth Edition, Washington,dc.Teaching Strategies, 2002 • Donna William. Dunia di balik cermin, Bandung, Kaifa. 2003 • E. Yack, s. Sutton, P. Aquilla, Building Bridges Through Sensory Integration, Ontario. 1998 • Linda A. Hodgdon. Visual Strategies For Improving Comunication, QuirkRobert. Michigan. 1999. • Ma. Lordes de Vera-Tan, Structure Based On TEACCH, Bandung.2003 • Muhardjito, Model-model PTK, Diklat Penelitian Tindakan Kelas, Bogor, 2005 • M. Cholik, Penulisan Laporan Hasil Penelitian. Diklat Penelitian Tindakan Kelas, Bogor, 2005 • Theo Peeters, Autisme. Hubungan pengetahuan teoritis dan intervensi pendidikan bagi penyandang autis.Dian Rakyat, Jakarta,2004 • Triyanto.P.Kawasan Penelitian Tindakan. Diklat Penelitian Tindakan Kelas, Bogor, 2005 • VSO Thailand and VSO Indonesia, Box System Manual Book, Box System Training, Jogjakarta, 2005
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 194
194
12/08/2009 16:21:06
195
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 195
Lampiran-Lampiran
12/08/2009 16:21:07
Personalia Penelitian A. Ketua peneliti Nama Lengkap dan Gelar : Nur Aziza Alfian, S.Pd Tempat Tgl Lahir : Bukit Kemuning, 29 September 1981 Golongan/ pangkat/ NIP : IIIa / penata muda / 480 128 174 Jabatan fungsional : Wakasek Bid. Sarana Prasarana / guru kelas PDD TKLB PUSPPA Suryakanti Pendidikan Terakhir : S-1 Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia Bidang keahlian : ADHD dan Autis Penelitian yang pernah dilakukan : Tes Warna Luscher Sebagai Salah Satu Alat Untuk Mengetahui Kondisi Emosi Remaja Yang Mengalami Tingkah Laku Menyimpang (Skripsi S-1, April 2002) Waktu untuk penelitian ini : 6 (enam) bulan Tugas: a) Bertanggung jawab terhadap kelancaran dan pelaksanaan kegiatan b) Menyusun perencanaan penggunaan media gambar di dalam KBM c) Terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan d) Menyusun laporan hasil penelitian
B. Anggota peneliti Nama Lengkap dan Gelar Tempat Tgl lahir Golongan/pangkat/NIP Jabatan fungsional
: : : :
Sri Sumiaty Bandung, 17 Oktober 1965 IIb/ pengatur muda tk 1/ 480 132 199 Guru kelas DS/MR TKLB PUSPPA Suryakanti : Down Syndrome dan MR : D-2 SGPLB IKIP Bandung : 6 (enam) bulan
Bidang keahlian Pendidikan Terakhir Waktu untuk penelitian ini Tugas: a) Menyusun perencanaan penggunaan media gambar di dalam KBM b) Terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan c) Menyusun laporan hasil penelitian mengenaL peneLitian tindakan keLas
Lampiran 2(A) PTK revisi.indd 196
196
12/08/2009 16:21:08