195
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Alfsen KH, Franco MA De, Glomsrød S, Johnsen T. 1996. The Cost of Soil Erosion in Nicaragua. The J. of The International Society for Ecol. Econ. 16(2) : 129-145 Anggaraspati. 2002. Nilai Keberadaan (Existence Value) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Propinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Arsyad S. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor: IPB Fakultas Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Aswandi. 2005. Skenario Pengaturan Hasil pada Unit Manajemen Hutan Skala Kecil [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana IPB. Bahruni, Nugroho B, Kartodihardjo H, Hendrayanto. 2002. Penyusunan Pengkajian Nilai Intrinsik Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi [Laporan Utama]. Bandung : Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat dan PT. Ushakindo Jaya Konsultan. Bahruni. 2001. Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter Terhadap UKM Rotan di Samba Katung-Kalteng. Di dalam: Darusman, Editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat Di Indonesia. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB dan The Ford Foundation. [Baplan-Dephut] Badan Planologi Departemen Kehutanan. 2001. Statistik Kehutanan. Inventarisasi Hasil Hutan Non Kayu sampai dengan Desember 2001. [Terhubung berkala] http:\\www.dephut.go.id [10 Oktober 2006]. Bismark, M. 1998. Konservasi Biodiversitas Satwaliar di Areal Hutan Tanaman Industri. Duta Rimba 220/XXIV. Jakarta. Bishop JT. 1999. Valuing Forest : A Review of Methods and Applications in Developing Countries. London : International Institute for Environment and Development. Boyce MS, Haney A., editor. 1997. Ecosystem Management. Application for Sustainable Forest and Wildlife Resources. New Haven and London : Yale University Press. Burhanuddin. 1997. Pengembangan Tanaman Rotan Melalui Pola Hutan Tanaman Rotan Rakyat Di Sulawesi Tenggara. Suatu Bentuk Pendekatan Perhutanan Sosial di Luar Jawa [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana IPB. Capra F. 1977. Jaring-Jaring Kehidupan. Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan. Pasaribu S., penterjemah. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
196
Colby ME. 1991. Environmental Management in Development : The Evolution of Paradigms. The J. of The International Society for Ecol. Econ. 3 (3) : 193-213 [Fahutan IPB & PT REKI) Fakultas Kehutanan IPB & PT Restorasi Ekosistem Indonesia. 2005. Rencana Teknis Restorasi Ekosistem Hutan Alam Produksi Di Kabupaten Musi Banyuasin. Bogor: PT Reki Costanza R. 1991. Assuring Sustainability of Ecological Economic Systems. Di dalam: Costanza R, editor. Ecological Economic : The Science and Management of Sustainability. New York: Columbia University Press. p 331-343. Daly HE. 1992. Steady State Economics : Concept, Questions, Policies. Bristol (UK) Schumacher Lectures On Re-Visioning Society : Linking Economics, Ecology and Spiritual Values. [Terhubung berkala] http:\\www.schumacher.org.uk/ transcript/schumac92_Bri_steadystate economics_HermanEDaly.pdf [13 Juli 2004]. Davis LS, Johnson KN. 1987. Forest Management. Third edition. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Dixon JA, Sherman PB. 1990. Economics of Protected Areas. A New Look at Benefits and Cost. Washington, DC : East West Center. Dransfield J, Manokaran N.(eds). 1994. Plant Resources of South-East Asia. No 6 Rattan. Bogor : Prosea Foundation dan Pudoc-DLO. Hal.34-35 Duerr WA, Bond WE. 1952. Optimum Stocking of a Selection Forest. J of Forestry 50:12-16. Elias, Manan S, Rosalina U. 1993. Studi Hasil Penerapan Pedoman Tebang Pilih Indonesia (TPI) dan Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) di Areal HPH PT. Kiani Lestari dan PT. Narkata Rimba Kalimantan Timur. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB [FAO] Food and Agriculture Organization. (tanpa tahun). Tengkawang or Illipe Nut. [Terhubung berkala].http:\\ www.fao.org [10 Oktober 2006]. [Fahutan IPB] Fakultas Kehutanan IPB. 1999. Produksi. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
Kajian Sistem Nilai Hutan
[Fahutan IPB] Fakultas Kehutanan IPB. 1991. Inventarisasi Potensi Rotan. Buku I Laporan Akhir. Kerjasama Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Gordon CJ. 1994. From Vision to Policy: A Role for Forester. J of Forestry 92(7):16-19. Grant WE, Pedersen EK, Marin SL. 1997. Ecology and Natural Resource Management : System Analysis and Simulation. New York, Chichester, Weinheim, Brisbane, Singapore, Toronto : John Wiley and Sons Inc.
197
Gregory GR. 1972. Forest Resource Economics. New York : John Wiley & Sons Inc. Handayani W. dan Tjakrawarsa G. 2006. Pendekatan Simulasi Hidrologi dalam Perencanaan Pengelolaan DAS. Di dalam : Rufi’ie, Nawireja IK, Nurfitriani F. Editor. Peran Serta Para Pihak dalam Pengelolaan Jasa Lingkungan DAS Cicatih-Cimandiri. Bogor : Balitbanghut Departemen Kehutanan. hal:123-146. Hendrayanto, Rusdiana O, Ariefjaya NM. 2002. Aplikasi Penelitian Pengaruh Hutan Tanaman Jati terhadap Tata Air dan Perlindungan Tanah dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem : Kasus Hasil Penelitian Di Sub DAS Cijurey Hulu KPH Purwakarta. Di dalam : Aplikasi Hasil-hasil Penelitian Bidang Hidrologi untuk Penyempurnaan Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem. Cepu : Pusbang Sumberdaya Hutan PT. Perhutani. Hufschmidt MM, James DE, Meister AD, Bower BT dan Dixon JA. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan, Pedoman Penilaian Ekonomis. (Reksohadiprojo, S. Penerjemah). Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Indrawan A. 2000. Perkembangan Suksesi Tegakan Hutan Alam setelah Penebangan dalam Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana IPB. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 1998. Economic Values of Protected Areas: Guidelines for Protected Area Manager. Cambridge UK : International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources. James RF. 1991. Wetland Valuation : Guidelines and Techniques. Bogor : Asian Wetland Bureau – Indonesia. Keraf AS. 2002. Etika Lingkungan. Kompas Media Nusantara.
Jakarta : Penerbit Buku Kompas PT
Kershaw KA. 1973. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. 2nd edition. London: Edward Arnold Ltd. Kim YC. 2001. Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasarkan Pada Konsep Nilai Ekonomi Total [Disertasi]. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Klemperer WD. 1996. Forest Resource Economics and Finance. New York : McGraw-Hill Inc. Krebs, CJ. 1989. Publishers.
Ecological Methodology.
New York: Harper & Row
Lamin P. 1997. Pengaruh Penebangan Hutan terhadap Keanekaragaman Jenis Mamalia. Studi Kasus di PT Kayu Tribuana Rama PHT Kayu Mas Group, Kotawaringan Timur Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
198
Lemmens RHMJ, Soerianegara I, Wong WC. 1995. Plant Resources of SouthEast Asia. No 5(2). Timber Tress: Minor Commercial Timbers. Bogor, Indonesia. Prosea Foundation. hal 229 Leuschner WA. 1990. Forest Regulation Harvest Scheduling and Planning Techniques. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore : John Wiley & Sons, Inc. [LP-IPB] Lembaga Penelitian IPB. 1990a. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu DAS Ciliwung - Cisadane. Kerjasama Departemen Kehutanan RI dengan Lembaga Penelitian IPB. Bogor: LP IPB. ____________________________. 1990b. Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu Bila - Walanae. Kerjasama Departemen Kehutanan RI dengan Lembaga Penelitian IPB. Bogor: LP IPB. Lubis Z. 1997. Repong Damar: Kajian tentang Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Lahan Hutan di Pesisir Krui Lampung Barat. Working Paper No 20. [Terhubung berkala] http:\\www.cifor.cgiar.org/publication/ pdf_files/ Wpapers/ WP_20.pdf [8Juni 2007]. Lume AL. 1994. Pengaruh Penebangan Hutan terhadap Keanekaragaman Jenis Satwaliar. Studi Kasus di Areal HPH PT Rimba Sulteng Kabupaten Bual Tolitoli Propinsi Sulawesi Selatan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Lynch TB, Moser Jr JW. 1986. A Growth Model for Mixed Species Stands. Forest Sci 32:697-705. Magrath WB, Peters CM, Kishor N dan Kishor P. 1995. The Economic Supply of Biodiversity in West Kalimantan: Preliminary Results. Di dalam Shen S dan Hermosilla AC, editor. Environmental and Economic Issue in Forestry. Selected Case Study in Asia. Washington DC : World Bank, Asia Technical Departement Series, Technical Paper 281 :18-21. Manan S. 1976. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Bogor: IPB Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan. Mannes J. 1999. Pemanenan Ranggah Muda sebagai Tambahan Nilai Usaha Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) Perum Perhutani Di Jonggol Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: IPB Fakultas Kehutanan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Michie BR. 1985. Uneven-Age Stand Management and the Value of Forest Land. Forest Sci 31 :116-121. Michie BR, McCandless FD. 1986. A Matrix Model of Oak-Hickory Stand Management and Valuing Forest Land. Forest Sci 32: 759-767. Michon G, De Foresta H, Levang P, Kusworo A. (tanpa tahun). Contoh Agroforest Indonesia. Bagian 2 Agroforest Khas Indonesia .[Terhubung berkala]. http: \\www.worldagroforestrycentre.org /SEA/Publication/ Files/book/BK0055-04/BK0055-04-2-damar.pdf. p: 19-64. [8 Juni 2007].
199
Moore, SE. 1999. Forest Hydrology and Water Quality. Impacts of Silvicultural Practices. Florida: School of Forest Resource and Conservation, Florida Cooperative Extention Service, Institute of Food and Agriculture Sciences University of Florida.CIR 1185 p:1-9 Mueller DD, Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York, London, Sydney, Toronto : John Wiley and Sons. Munangsinghe M, Sharma N. 1995. Deforestation Issues. Di dalam : Kramer RA, Sharma N dan Munangsinghe M, editor. Valuing Tropical Forest: Methodology and Case Study of Madagascar. Washington, DC : The World Bank. Environment Paper 13 : 3-10 Osmaston FG. 1968. The Management of Forests. London: George Allen and Unwin Ltd. Page T. 1991. Sustainability and The Problem of Valuation. Di dalam : Costanza R, editor. Ecological Economic : The Science and Management of Sustainability. New York : Columbia University Press. p 58-74. Panayotou T, Ashton PS. 1992. Not by Timber Alone : Economics and Ecology for Sustaining Tropical Forest. Washington DC: Island Press. Panjaitan S, Lestari S, Rusmana. 2005. Analisis Kelayakan Usaha dan Prospek Pengembangan Budidaya Jelutung (Dyera polyphylla (Miq) Steenis) Di Kalimantan Tengah. Balitbang Kehutanan dan Balitbang Hutan Tanaman Indonesia Bagian Timur, Banjarbaru. J Galam 1(2):50-65. Pearce, D. W., R.K. Turner. 1990. Economics of Natural Resources and Environment. London : Harvester Wheatsheaf. Australian Government. 1994. Techniques to Value Environmental Resources : An Introductory Handbook. Canberra : Australian Government Publishing Service. Poerbandono, Basyar A,Hartono AB, Rallyanti P. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Menggunakan Pemodelan Spasial. J Infrastruktur dan Lingkungan Binaan Vol II(2):2128. [Terhubung berkala]. http:\\ www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uplouds/ 2007/04/Artikel_Pak_Poer _ Final_Koreksi Jam10_37.pdf [8 Juni 2007]. Pratiwi. 2000. Potensi dan Prospek Pengembangan Pohon Jelutung untuk Hutan Tanaman.Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Dephutbun Bogor. Bul Kehutanan dan Perkebunan 1(2): 111-117. Pudjiharta Ag. 1995. Hubungan Hutan dan Air. Bogor: Badan Litbang Kehutanan Dephut. Informasi Teknis No.53. Rakhal S dan Surry Y. 1998. Economic Value of Big Game Hunting : The Case of Moose Hunting in Ontario. J of Forest Economics 4 (1) : 29- 60. Rofiko. 2002. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
200
Rusolono T, Djatmiko WA, Sobari A, Soeminta DS. 2002. Laporan Hasil Penilaian Lapangan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) PT. SBK. Jakarta : PT. TUV International Indonesia. Sarjono MA dan Samsoedin I, 2001. Traditional Knowledge and Practice of Biodiversity Conservation The Benuaq Dayak Community of East Kalimantan, Indonesia. Di dalam: Colfer CJP dan Byron Y. editor. People Managing Forests. The Link between Human Well-Being and Sustainability. Bogor Indonesia: Center for International Forestry Research p : 116-134. Samba JS, Gill HS, Bhatia VK. 1989. Spatial Stochastic Modelling of Growth and Forest Resource Evaluation. Forest Sci 35 : 663-676 . Santoso Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Pelatihan Teknik Monitoring Biodiversity di Hutan Tropika Indonesia. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Shyamsundar, P. Kramer, RA. dan Sharma, N. 1995. Impact on Villagers. Di dalam : Kramer RA, Sharma N dan Munangsinghe M, editor. Valuing Tropical Forest: Methodology and Case Study of Madagascar. Washington, DC : The World Bank. World Bank Environment Paper 13 : 26-32. Soerianegara I, Indrawan A. 1983. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor :
Soerianegara I. 1977. Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bagian I. Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Bogor :
Soerianegara I. 1995. Aspek Ekologis/Lingkungan dalam Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari. Di dalam: Suhendang E, Kusmana C, Istomo, Syaufina L. (penyunting) 1996. Ekologi, Ekologisme dan Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Bogor : Jurusan Manajemen Hutan Fak. Kehutanan IPB dan Himpunan Alumni Fak Kehutanan IPB. Hal: 48-56. Suhendang E. 1999. Pembentukan Hutan Normal Tidak Seumur sebagai Strategi Pembenahan Hutan Alam Produksi Menuju Pengelolaan Hutan Lestari di Indonesia. Sebuah Analisis Konsepsional dalam Ilmu Manajemen Hutan. [Orasi Ilmiah]. Bogor : IPB Fakultas Kehutanan Suhendang E. 2004. Kemelut dalam Pengurusan Hutan: Sejarah Panjang Kesenjangan antara Konsepsi Pemikiran dan Kenyataan. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Supriatna IS. 2007. Nilai Ekonomi Sistem Agroforestry Kebun Campuran. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tacconi L. 2000. Biodiversity and Ecological Economics. Participation, Values and Resource Management. London and Sterling VA : Earthscan Publications Ltd.
201
Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan dan Univ. Kristen Krida Wacana. Thohari AM. 1995. Teknik Monitoring Keanekaragaman Satwaliar. Pelatihan Teknik Monitoring Biodiversity di Hutan Tropika Indonesia. Bogor : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Turner, R.K. 1993. Sustainable Environmental Economics and Management : Principle and Practice. London : Belhaven Press. Vanlay JK. 1994. Modelling Forest Growth and Yield: Application to Mixed Tropical Forests. Wallingford UK: Cab International.
119
Lampiran 1 Model subsistem tegakan ekosistem hutan alam produksi SUBSISTEM TEGAKAN teb total
m teb p60
m teb p50
m teb t m teb p20
m teb p40
m teb p30
m alam p60
m alam p50
m alam t m alam p40 m alam p30
m alam p20
lj up p40 m tiang
lj up p
m p40
m p30
m p20
lj up p50 m p50
m p60
phn60 up pan
up tiang tiang
up p30
up p20 phn20
phn40
phn30
up p50
up p40 phn50 lj teb50
lj teb60
teb40 pancang
teb60 teb50
jl up p30
lj up t
lj up p20
lj teb40
teg tot
phn20
masuk
siklus teb
keluar phn30
umur stlh teb
phn60 phn40
phn50
mulai
teb total
120
Lampiran 2 Data kerapatan tegakan: (2a) hutan alam primer dan (2b) hutan alam bekas tebangan di lokasi penelitian Tabel 2a Kerapatan tegakan hasil inventarisasi hutan dan pendugaan oleh model Kelompok
Komersial Non komersial Total Distribusi (%) Komersial Non komersial Total Distribusi (%)
Kelas diameter tegakan hutan primer (cm) 20-29 30-39 40-49 50-59 > 60 Total Kerapatan tegakan hasil inventarisasi (btg/ha) 40 31 15 13 32 131 42 16 2 3 3 66 82 47 17 16 35 197 42 24 9 8 18 100 Kerapatan tegakan menurut model struktur tegakan (btg/ha) 52 32 20 13 22 139 27 17 10 10 12 76 79 49 30 23 34 215 37 23 14 11 16 100
Sumber : pengolahan data inventarisasi hutan areal kerja PT SBK tahun 2005
Tabel 2b Kerapatan tegakan rata-rata setelah penebangan hasil inventarisasi tegakan tinggal di lokasi penelitian
Kelompok
Semai Pancang Tiang
Kelas diameter pohon (cm) 20–29 30–39 40–49 50-59
>60
Komersial
6.219
280
74
8
8
8
4
4
Non komersial
3.500
180
43
14
8
11
6
4
Total
9.719
460
117
22
15
16
10
8
31
21
23
14
11
Distribusi (%)
Sumber : Hasil ITT areal kerja PT SBK 1989/1990-1998/1999 (Aswandi, 2000)
121
Lampiran 3 Model subsistem hasil hutan kayu dan non kayu ekosistem hutan alam produksi
TUMBUHAN DAN SATWALIAR
phn30
phn40
phn50
lj teb50
lj teb40
phn60
teb40
umur stlh teb
lj teb60
?
teb50 ?
Efek teb
teb60 ?
~
lj teb4060
satwa 0
rotbamobt 0
teg3060
satwa 1
hsl ky60
hsl ky40
hsl ky50
frak gthbh 0 pot teg gthbh
pot rotbamobt
pot satwa
umur stlh teb frak gthbh 1 rotbamobt 1
lj pungt gthbh hsl rotbamobt
prodktv gthbh
hsl ky
hsl buru
hsl gthbh
lj pungt rotbamobt
lj buru siklus panen
Akum hsl gthbh
Akum hsl rotbamobt
Akum hsl satwa
Akum hsl kayu
122
Lampiran 4 Model subsistem nilai guna hasil hutan kayu dan non kayu dari tumbuhan & satwaliar ekosistem hutan alam produksi
NILAI GUNA TUMBUHAN & SATWALIAR
hsl gthbh
hsl rotbamobt
hrg gthbh
b rotbam
lb rotbam
hrg rotbam
PV lb rotbam
PVNi rotbam
PV b rotbam
lb gthbh
PV lb gthbh
Ak PVNiGthbh PVNiGthbh Ak PVNi rotbam
b gthbh disc factor
AkPVNGTS
PV b gthbh tot PVNi rotbam
tot PVNigthbh
tot PVNiburu disc factor
tot PVNiKY
umur stlh teb Ak PVNiburu
s bunga
PVNGTS disc factor
PV NiKY
Ak PV NiKY
tot hsl ky
PVNiburu
disc factor PV lb buru
nil tambah ky
lb buru PV b buru
b & m industri kurs dolar
CR b buru
harga logs H ky olahan
b prod logs
harga satwa
hsl buru
123
Lampiran 5 Nilai kiwari dari nilai guna kayu dan non kayu hutan alam produksi pada berbagai intensitas penebangan tegakan
Jenis Hasil Hutan
Nilai Guna Ekosistem Hutan Menurut Intensitas Penebangan (Rp/ha) 100
Kayu Non Kayu : Damar Tengkawang Jelutung Nyatoh Buah Rotan Bambu Total Non Kayu Total Tumbuhan Rusa Kijang Kancil Babi Burung Total Satwaliar Total Nilai Guna Tumb & Satwaliar
76
50
3.234.634
Tumbuhan 2.458.322 1.617.317
8.808 5.815 506 6.017 43.993 8.844 984 74.967 3.309.601
22.900 15.118 1.315 15.645 114.382 22.995 2.558 194.914 2.653.236
39.744 18.099 2.156 74.748 174.318 309.064 3.618.665
37.432 24.712 2.150 25.574 186.971 37.588 4.181 318.609 1.935.926
0 0 58.717 38.764 3.373 40.116 293.288 58.962 6.558 499.779 499.779
Satwaliar 103.334 168.911 264.958 47.056 76.919 120.657 5.605 9.163 14.373 194.344 317.678 498.318 453.228 740.853 1.162.123 803.567 1.313.524 2.060.429 3.456.803
3.249.450 2.560.208
124
Lampiran 6 Model subsistem fungsi hidrologis hutan alam produksi
SUBSISTEM FUNGSI HIDROLOGIS Efek teb SRO
koef SRO ~
CH tahunan
lj teb4060
s runoff
umur stlh teb
stok air tnh ht
CH in
Jl Et ET ~ Efek tebEt
CH tahunan
ss runoff
debit
kualitas air luas areal
air msk sungai
air sungai
Q alir sedimen frak hara tnh koef k manning
SDR
f erosi j teb
erosi tot
lereng
~
f erosi sarad
umur stlh teb
f erosi j tan
erosi hara tnh Akum erosi hara tnh efek teb e
lj teb4060
125
Lampiran 7 Model subsistem nilai ekonomi fungsi hidrologis hutan alam produksi
NILAI FUNGSI HIDROLOGIS tahunan
debit
lj kons air
nilai air
disc factor hsl air Akum hsl air
musim
kualitas air
WTP air
tot PV nilai air fak subst
harga
nilai subst hara
tot PV nilai subst PV NFE substitusi
erosi hara tnh
Akum subst
tot nilai subst
Akum PV NFE
126
Lampiran 8. Nilai fungsi hidrologis hutan alam produksi (a) nilai erosi akibat penebangan (b) hasil air, WtP dan nilai air (a) Nilai erosi tanah akibat penebangan tegakan hutan alam produksi Nilai erosi tanah
Intensitas penebangan (%) 0
50
76
100
Nilai tanpa diskonto 1. Selama siklus (Rp/ha) 2. Pertahun (Rp/ha/thn)
(122.593) (809.117) (3.503)
(23.118)
(1.669.723)
(2.451.869)
(47.706)
(70.053)
Nilai kiwari 1. Selama siklus (Rp/ha) 2. Pertahun (Rp/ha/thn)
(95.524) (630.458)
(1.301.037)
(1.910.480)
(2.729)
(18.013)
(37.172)
(54.585)
1
6,60
13,62
20,00
Rasio thd 0% (tanpa tebangan)
Tanda titik menyatakan desimal;tanda koma menyatakan ribuan & tanda kurung (..) menyatakan negatif
(b) Hasil air, WtP dan nilai air pada berbagai intensitas penebangan tegakan
Komponen Debit rata-rata (l/det) Hasil air rata-rata (m3/thn/ha) WtP rata-rata (Rp/m3) Nilai air tanpa diskonto 1. Selama siklus (Rp/ha) 2. Pertahun (Rp/thn/ha) Nilai kiwari : 1. Selama siklus (Rp/ha) 2. Pertahun (Rp/thn/ha)
0
Intensitas penebangan (%) 50 76
100
0,67 21.161 452
0,71 22.315 295
0,73 24.260 251
0,74 25.193 230
3.280.856 93.739
2.219.262 63.407
1.925.062 55.002
1.793.811 51.252
802.446 22.927
555.869 15.882
488.122 13.946
461.882 13.197
127
Lampiran 9 Model subsistem nilai pilihan dan keberadaan keanekaragaman hayati ekosistem hutan alam produksi
SUBSISTEM NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
lj teb4060
efek teb s ~
f kehati s0 umur stlh teb kehati s f kehati s1
efek teb v ~
f kehati veg1 kehati s f kehati veg0
WtP OVsatwa WtP EV s kehati veg
WtP EV v
WtP OVveg
EVkehati
OVkehati penddk persepsi PV EVkehati disc factor
jumlah penddk
jumlah penddk PV OVkehati
PV kehati
Ak PV kehati
128
Lampiran 10 Dua puluh dua jenis yang memiliki indeks nilai penting tertinggi dan indeks dominansi serta indeks keanekaragaman jenis hutan primer Nama jenis
Indeks nilai penting (%)
Daerah
Botani
Semai
Pancang
Bangkirai
Shorea laevifolia
7,24
6,69
Birung
Alangium javanicum
Meranti merah
Shorea leprosula
13,92
Meranti putih
Shorea hopeifolia
36,91
Medang
Litsia firma
Menjalin
Xanthophyllum excelsum
Merawan
Hopea mangerawan
Nyatoh
Palaquium gutta
Ombak
Baccaurea sp
Pangkaribu
-
Kapur
Dryobalanops spp
Kemayau
Dacryodesrostata
8,22
Kampili
Quercus leneata
6,93
Keruing
Dipterocarpus spp
Kumpang
Myristica gigantea
Lagan
Dipterocarpus kunstleri
10,93
Rambutan
Nephelium cuspidatum
10,06
Rengas
Gluta rengas
Resak
Vatica rassak
Sampak
Aglaia tomentosa
Tengkawang
Shorea stenoptera, S. pinanga
6,37
Ubah
Eugenia sp
23,36
48,84
58,53
27,91
Index keanekaragaman jenis (H’)
1,8913
2,7828
2,6962
2,9061
Indeks dominansi (C)
0,2286
0,0978
0,0883
0,0604
Pengolahan data survei vegetasi hutan primer PT SBK, 2005
Tiang
Pohon
10,52 9,51 22,48 10,85
24,93 18,08
15,64
20,59
9,24
23,52 10,63 16,99 10,56
82,25
15,15
84,12
11,27 11,04
41,92
11,30
11,93 15,14 11,04 10,56
129
Lampiran 11 Kehati satwaliar oleh model dan aktual hutan SBK dan hutan KTR Kalimantan Tengah Waktu
Aktual TPTI
Model IP76
6 10 15 35
2,602 2,491 2,410 3,650
2,500 2,520 2,390 3,630
Ratarata
2,788
2,760
Waktu 1 2 3 5 6 Ratarata
Aktual TPTJ
Model IP100
2,208 2,198 2,325 2,392 2,559
1,990 2,090 2,170 2,280 2,310
2,336
2,168
Waktu
SBK
KTR
1 3 6 11 35 Ratarata
2,208 2,325 2,559 2,491 3,650
3,220 3,410 3,237 2,916 3,402
2,646
3,237
Lampiran 12 WtP, nilai pilihan dan keberadaan kehati hutan alam produksi Keterangan IP 0 Nilai pilihan Nilai keberadaan Total nilai nominal Rataan nilai nominal Total nilai kiwari Rataan nilai kiwari Rasio thd IP 0 Total nilai nominal Rataan nilai nominal Total nilai kiwari Rataan nilai kiwari Rasio thd IP 0
Intensitas penebangan (%) IP 50 IP 76
IP 100
WtP rata-rata (Rp/ha/thn) 146 144 141 121 126 124 122 106 Nilai pilihan kehati hutan alam (Rp/ha) 891.896 878.614 862.175 735.352 25.483 25.103 24.634 21.010 317.941 313.606 307.731 262.484 9.084 8.960 8.792 7.500 1 0,99 0,97 0,82 Nilai keberadaan kehati hutan alam 768.890 758.523 745.691 646.696 21.968 21.672 21.305 18.477 275.071 271.687 267.101 231.782 7.859 7.762 7.631 6.622 1 0,99 0,97 0,84
130
Lampiran 13 Manfaat neto pengelolaan hutan produksi dan pengolahan kayu di Propinsi Riau (Rp 1.000.000)
Tahun
Manfaat kayu bulat & kayu olahan
Biaya penurunan stok tegakan
Manfaat neto-1
Biaya HHNK & lingkungan
Manfaat neto-2
1
2
3
4=2-3
5
4-5
1998
2.204.933
6.540.159
-4.335.226
30.884
-4.366.110
2001
1.042.574
744.429
298.145
3.974
294.172
2002
755.724
7.443.427
-6.687.703
42.906
-6.730.609
1.334.410
4.909.338
-3.574.928
25.921
-3.600.849
Rata-rata
Keterangan: angka-angka pada harga 2002. Sumber : IPB dan Bappenas. Neraca Sumberdaya Hutan (2004)
Lampiran 14 Pendugaan nilai ekonomi total ekosistem hutan alam produksi dan distribusinya pada stakeholders
NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN ALAM tot PVsatwa
PV nilai air
PV nilai subst
tot PVNi rotbam tot PVNigthbh
PV kehati
PV NiKY
stakeholders
Ak PVNET stakeholders
PVNET stakeholders
Ak PVNET total
PVNET total
131
Lampiran 15 Rasio kelestarian hasil hutan dan stok tegakan menurut intensitas penebangan
100 Tumbuhan
Satwaliar
Kayu Damar Tengkawang Jelutung Nyatoh Buah Rotan Bambu Rusa Kijang Kancil Babi Burung
Tegakan komersial Ø > 50 cm Tegakan komersial Ø > 20 cm Ø diameter pohon
0,88 1,02 1,03 1,01 1,04 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 1,01
Intensitas penebangan (%) 76 50 Rasio kelestarian hasil hutan 0,89 1,02 1,03 1,03 1,04 1,03 1,05 1,02 1,04 1,03 1,01 1,01 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Rasio kelestarian stok tegakan 0,89 1,02 1,03 1,04
0 1,08 1,08 1,08 1,08 1,05 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,16 1,03