Chronologie van Paperu v. Chr. Molukse specerijen waren waarschijnlijk reeds lang voor de geboorte van Christus bekend in in China. De eerste Europese verwijzing naar kruidnagelen is te vinden in de 'Natuurlijke Historie', door Plinius de Grote geschreven in 75 n. Chr. in het oude Rome. Honderd jaar later staat dezelfde specerij ook op een Romeinse lijst van invoerrechten van 176)180 n. Chr. tijdens de heerschappij van keizer Marcus Aurelius. Hieruit mag de voorzichtige conclusie getrokken worden dat kruidnagelen regelmatig door de oude Romeinen werd ingevoerd.
....
Tijdperk van de voorouders Dit is de niet duidelijk af te bakenen periode vanaf het begin op de berg Nunusaku tot en met de periode Islamisering. Ze omvat de omzwervingen van de voorvaderen van elke clan totdat ze zich voorgoed vestigden in het pasisir)gebied en de oorlogen tussen verschillende groepen.
1512
Tijdperk (1512 1600) van de Portugezen Dit is de periode van de eerste contacten en ervaringen met blanke Europeanen, gewoonlijk aangeduid als orang bermata kutjing of 'mensen met katteogen', welke naam zij kregen vanwege hun blauwe of groene ogen.
Bron: http://sinoeng.home.xs4all.nl/lagu2com/frameset/pagina_hist1.htm
15..
Portugese overheersing; dorpen van bergen naar kust Niet lang daarna kwamen de Portugezen, zij voerden het bewind in die tijd. De Petor wist dat in elk dorp een Kapitan aan het hoofd stond. Een Petor is te vergelijken met een controleur ten tijde van de Nederlandse overheersing. Een Petor is een representant van het Portugese gezag. De Petor beval dat iedere Kapitan zich moest melden. Diegenen die zich als eerste gemeld hadden kregen een staf en bewindskleding (koningskleren/scepter). Zij kregen ook de macht om het bewind te voeren in de desbetreffende kampongs. Toen de Kapitans zich gemeld hadden, werd bekend gemaakt dat de Kapitans hun volgelingen in de bergen naar beneden moesten halen, om nieuwe nederzettingen te bouwen. Deze nieuwe vestigingsplaatsen zijn de huidige negorijen of dorpen. Bron: http://www.kumpulan)akoon)pat.nl/legende)over)nusalaut.).html
1
Chronologie van Paperu
15..
Portugezen willen een fort bouwen op de Tandjung van Paperu Pada waktu bangsa Portugis datang, mereka melihat keadaan tanjung Paperu sangat strategis untuk dijadikan kota, apalagi banyak mata airnya. Portugis merencanakan agar tanjung Paperu dijadikan kota sebagai pusat pertahanan mereka. Portugis kemudian menghadiakan 4 buah meriam kepada raja dan penduduk disitua (dan sekarang hanya sisa 1 meriam saja kepunyaan raja Latusalisa/Luhukay yang sudah diturunkan dari gunung sejak 1 oktober 1974 ke negeri, sedangkan 3 lainnya sudah dicuri orang). Hal ini tidak disetujui oleh raja dan anak buahynya. Mereka menggunakan kepercayaan)kepercayaan mereka atau dalam daerah lazim disebut Pakatang (Zwarte Magie). Mereka segera menutup semua mata air dan akibatnya rencana Portugis tidak dapat dilaksanakan. Portugis kemudian meninggalkan Paperu. Sepeninggal Portugis datanglah bangsa Belanda. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
1546
Radja Paperu laat zich dopen door de Portugezen Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat. Bron:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia Raja #3: Mairissa. Pada waktu pemerintah raja Mairssa, agama Kristen masuk di Lease, yang dibawah oleh orang Porutis tahun 1546. Negeri yang pertama menerima agama Kristen ialah negeri Ulath. Seminggu kemudian Portugis ke Paperu dan mereka diterima oleh raja Mairissa. Raja Mairissa kemudian dibaptiskan dengan nama kristennya ialah Matheos, karena Mairissa adalah nama Hindu. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html opmerking: Als dit zo is, dan is het verhaal dat de #1 Radja Hitirissa (Lawalata), niet door de Nederlanders is benoemd, maar door de Portugezen is aangewezen.
1603
Tijdperk (1603 1799) van de Nederlandse VOC Pada waktu bangsa Belanda berkuasa di Maluku, mereka memerintahkan agar semua penduduk yang berada dan berdiam di gunung harus turun dan tinggal di tempat yang datar dan harus berdekatan dengan pantai. Demikian halnya dengan penduduk negeri Paperu. Belanda memerintahkan agar raja Latusalisa turun menghadap mereka dikapal. Tetapi raja tidak mau karena benci pada penjajah. Raja kemudian menyuruh Hitirissa turun menghadap Belanda menurunkan semua orang berdiam digunung.
2
Chronologie van Paperu Untuk membuktikan kepada mereka bahwa Hitirissa telah diberi kekuasaan penuh dar Belanda, maka ia diberikan lilitan rotan dikepalanya serta pakaian dan tongkat kebesaran. Dengan kata lain Hitirissa telah diberikan kekuasaan/dinobatkan oleh pemerintah Belanda selaku seorang raja. Kemudian Hitirissa kembali ke gunung dan segera melaporkan hal tersebut kepada raja Latusalissa, tetapi raja tetap tidak mau turun. Raja Latusalisa kemudian merelakan Hitirissa untuk turun besama rakyatnya. Sedangkan raja Latusalisa sendiri tinggal menjaga negeri lama/gunung sebagai seorang Kapitan bersama dengan Pelamonia Waelo yang tinggal menjaga air tua mereka. Rakyat kemudian turun berangsur)angsur dari gunung. Kemudian Hitirissa mengganti namanya menjadi Lawalata yang artinya pergi/turun ke rata. Dan tempat yang mereka diami itu, adlah Moloul yang artinya permintaan. Meskipun rakyat telah turun dirata dengan rajanya Lawalata, tetapi hak dan kekuasaan raja digunung tetap dijaga. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html opmerking: Als de #3 Radja Lawalata in 1546 zich liet dopen door de Portugezen, dan kan dit verhaal niet kloppen, want het gaat hier om de #1 Radja Lawalata.
1651
Oorlog tussen VOC en IHA Na de laatste grote Ambonse Oorlog, van 1651 tot 1656, bestaat de kruidnagel)cultuur alleen nog op Ambon en op de van sterke forten voorziene eilanden Haruku, Saparua en Nusa Laut. Met Arnold de Vlamingh (admiraal en gouverneur) vestigt de VOC ten koste van grote delen van de Molukse bevolking het zo fel begeerde kruidnagel)monopolie.
Bron: http://www.vocsite.nl/geschiedenis/handelsposten/amboina.html
1651
VOC chanteert Paperu Pada waktu penjajah Belanda, dapatlah dikatakan bahwa semua raja takluk dibawah kekuasaannya. Hanya di pulau Saparua ada seorang raja dari Iha dengan kapitannya yaitu Hatibe Patti yang sangat ditakuti oleh Belanda, karena kekebalannya. Berkali)kali Belanda menyerang tetapi gagal. Kapitan Hatibe Patti memang seorang kapitan yang sudah terkenal dengan kekebalannya itu. Belanda kemudian mengadakan perundingen dengan semua raja)raja di Lease. Dalam perundingan itu, semua raja)raja takut untuk berperang melawan Hatibe patti dengan tentaranya. Maka oleh Belanda ditunjuk raja Paperu dengan kapitannya Kamlau Taratara atau dengan nama aslinya Sopamena Tupano dari negeri Hulaliu (pela) yang menjadi anak mas dari raja/kapitan Latusalisa. Kapitan Kamlau Taratara ini terkenal juga dengan kekebalannya. Sementara rakyat masih berunding, Belanda datang dan langsung menangkap dan mengikat raja Johannis Pieter Anakota/Lawalata yang pada waktu itu sedang memerintah. Belanda lalu mengeluarkan ultimatum kepada rakyat bahwa bilamana mereka sanggup membawa lidah dari kapitan Hatibe Patti ke kapal, barulah raja dilepaskan. Tetapi bilamana mereka tak sanggup maka raja akan dihukum gantung oleh Belanda.
Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
3
Chronologie van Paperu
1651
Paperu wint perang Iha voor VOC Raja/kapitan Latusalisa digunung lalu turun tagen, dan ida sanggup memberi pengorbanan. Latusalisa lalu menyerahkan dan melepaskan anka masnya yaitu Kamlau Taratara (Sopamena) untuk memimpin pasukan pergi berperang melawan kapitan Hatibe Patti. Beberapa hari kemudian bertolaklah kapal Belanda dengan pasukan dari Paperu yang berjumlah 99 orang dibawah komando kapitan Kamlau Taratara. Hanya tinggal beberapa orang untuk menjaga negeri Paperu, yaitu raja/kapitan gunung, Latusalisa/Luhukay serta semua anak Hurumalessy. Kapal yang membawah pasukan Paperu tersebut berlabuh di labuhan Tuhaha (pantai Hataweno). Segera pasukan diturunkan dan mereka lalu mengatur posisi untuk berperang. Belanda tidak turun berperang, tetapi mereka berfungsi seakan)seakan hanya sebagai juri dan hakim saja. Kapitan Kamlau Taratara telah mengetahui politik Belanda, dan ia segera mengerahkan pasukannya untuk bertindak bilamana perlu. Kapitan Kamlau Taratara tidak melakukan penyerangen dengan segera, tetapi ia hanya bermaksud menguju sampai dimana kebalnya kapitan Hatibe Patti itu. Dengan beberapa anak buahnya kapitan Kamlau Taratara maju menjumpai kapitan Hatibe Pattti dan ternyata Kapitan Hatibe Patti telah mengetahui maksud kapitan Kamlau Taratara mereka ditegur dengan suatu suara dan nada yang kasar, tetapi disambut dengan suatu tertawa oleh kapitan Kamlau Taratara. Kemudian mereka mulai mengadu kekebalan masing)masing, misalnya siri pinang diberikan dengan ujung parang, begitu pula makanan. Api terpencar dari parang)parang mereka, dan ternyata kekebalan mereka sepandan. Selesai hal tersebut diatas, peperangen dimulai. Berkali)kali Kamlau Taratara menyerang, tetapi gagal meskipun banyak sekali pasukan dan anak buah Hatibe Patti yang tewas. Kamlau Taratara kemudian mencari akal merobah siasat perang. Kamlau Taratara berusaha untuk mengetahui dimana letak kelemahan pada anggota tubuh Hatibe Patti dan dimana pula tempat yang bisasa digunakan untuk mandi. Akhirnya Kamlau Taratara mengetahui bahagian leher dari Hatibe Patti yang tidak mempan parang dan tempat maninya disebuah mata air diujung negeri Itawaka, yaitu air Potang)Potang. Kamlau Taratara memerintahkan anak buahnya untuk mengatur daun sagu desepanjang jalan yang biasa dilalui oleh Hatibe Patti. Mereka kemudian menunggu kedatangan Hatibe Patti dengan tak sabar. Beberapa hari kemudian, saat yang dinantikan tiba, dan pasukan Kamlau Taratara bersembunyi dan bersiap)siap untuk menyergap Hatibe Patti. Hatibe Patti yang tidak mengetahui siasat ini lalu segara meloncat, tetapi malang baginya ia tergelincir dan jatuh. Kesempatan inilah Kamlau Taratra mulai beraksi. Dia meloncat dan memengagal leher Hatibe Patti. Kapitan Hatibe Patti tewas dan lidahnya dipotong. Pasukan Kamlau Taratara segera menyerbu kubu pertahanan tentara Iha dan dengan mudah dapat mengalahkan mereka karena pemimpinnya telah tewas. Dengan tewasnya Hatibe Patti, maka Iha tidak berkuasa lagi, tetapi diganti dengan Belanda. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
4
Chronologie van Paperu 1653
VOC laat radja Lawalata vrij en Paperu krijgt “oorlogsbuit” Dengan demikian berakhirlah perang Iha. Setelah Kapitan Kamlau Taratara menyerahkan lidah dari Hatibe Patti kepada Belanda, maka raja negeri Paperu Johannis Pieter Anakotta/Lawalata dibebaskan dan tanah Mahu dihadiakan kepada Paperu (tanah yang berbatas dari pantai Iha/Postbril sampai dipantai Mahu/kampung Mahu). Kemudian pasukan Kamlau Taratara dan raja Johannis Pieter Anakotta/Lawalata tinggal menjaga negeri/tanah tersebut. Mereka tinggal di Noloth, tetapi jumlah mereka hanya tinggal beberapa orang saja. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
1653
VOC beloont Paperu met vlag PAPERUA (residency Amboina) This flag is of yellow silk and is supposed to have been received from Admiral Arnoldus de Vlaming van Oudshoorn in 1653 when he commanded the regions of Paperua and Tuhaha in battle against the region of Iha. According to old records, the chief of the region of Paperua, Kamalan Sopamena, killed the chief of Iha, Halibe Patti, and as a reward, the Admiral granted the flag to the rajah.
Bron: http://fotw.fivestarflags.com/id-princ.html
5
Chronologie van Paperu 1653
Verhuizing van Paperu naar het noorden van Saparua In de oorlog tegen Iha, werd de VOC geholpen door mensen van het dorp Paperu, Siri)Sori Christen en Itawaka. De VOC slaagde erin om Iha te verslaan en de koning moest met zijn trouwe volgeling )en zich vestigen in Huamual, de plaats waar de mensen van Iha nu wonen. Onder hen die in Iha op het eiland Saparua woonden, hebben zich een gedeelte bekeerd tot christen. Later hebben zij zich afgescheiden en zijn dorpelingen van Ihamahu geworden. De rest die Islamitisch waren bleven op het eiland Saparua in het dorp Iha van nu. Zij die de VOC geholpen hebben kregen als geschenk een stuk grond van Iha als eigendom. Het christelijke dorp Siri Sori kreeg grond toegewezen wat later het dorp Pia werd. Dorpelingen van Paperu bouwden het dorp Mahu en dorpelingen van Itawaka kregen het gedeelte Amihal.
Bron: http://www.freewebs.com/boeteenverzoening/Dokument Verzoening in Maluku.doc opmerking 1: Itawaka is eigenlijk deel van Ullath; Daarnaast had Tuhaha een rol gespeeld in de oorlog. opmerking 2: Uit diverse bronnen en kaarten is Paperu verhuisd naar de kuststreek Hatawano. De volgorde van west naar oost was Nolloth, Itawaka, Paperu, Tuhaha.
Ihamahu mocht in 1682 door de VOC worden opgericht. Iha is niet te zien.
Op deze kaart staat Oud Paperoe nog aangegeven op de huidige locatie.
6
Chronologie van Paperu
1674
Aardbeving en tsunami verwoesten grote delen van Saparua Op 17 februari 1674 werden Ambon en de omringende eilanden aan het begin van de avond getroffen door een tsunami als gevolg van een hevige zeebeving (6.8 op een schaal van 0.0 tot 9.9) in de Banda Zee. De golf die de kust van het eiland volledig verwoestte, zou in Hila maar liefst 100 meter hoog zijn geweest (zie NGDC), maar dat zal zeker wat overdreven zijn; de golfhoogte in andere nabij gebieden varieert van 2 tot 5,5 meter. Desalniettemin kostte de ramp (beving en tsunami) 2329 mensen het leven. In Ambon raakten alle stenen gebouwen beschadigd, op z'n minst ontstonden er scheuren in de muren. Fort Middelburg stortte in. Bron: http://www.vocsite.nl/geschiedenis/handelsposten/amboina.html
1691
Fort Duurstede bij Saparua
Bouw wordt door Admiral Arnoldus de Vlaming van Oudshoorn in 1676 gestart en duurt tot 1690
1718
Verhuizing van Paperu naar locatie tussen Tuhaha en Ihamahu Tuhaha is in 1718 verhuisd naar hun huidige locatie.
Paperu is verhuisd van Nolot naar de locatie tussen Tuhaha en Ihamahu bij de rivier Kalapori.
Oud Paperu wordt op deze kaart niet aangegeven.
7
Chronologie van Paperu 1799
31 december houdt de VOC op te bestaan Haar goederen gaan over naar de Nederlandse staat. Het tijdperk van de nederlandsee kolonie Nederlands)Indië begint officieel.
1817
Opstand van Pattimura Deze naam slaat op de periode aan het begin van de 19e eeuw toen de Ambonese christenen voor de laatste keer probeerden de ketenen van het Nederlandse kolonialisme te verbreken. Pattimura was born Thomas Mattulessi on 8 June 1783 in Saparua, Maluku; the name Pattimura was his pseudonym. He was appointed as Kapitan by the people of Saparua to rebel against the Dutch on 14 May 1817. The assault began on the 15th, with Pattimura and his lieutenants Said Perintah, Anthony Reebhok, Paulus Tiahahu and Tiahahu's daughter Martha Christina Tiahahuleading the way. On 16 May 1817, he managed to seize the Duurstede Fort, and killed nearly all Dutchmen inside, including Resident van den Berg. The only Dutch survivor was van den Berg's five)year)old son. On 29 May, together with other Maluku leaders, he made the Haria Proclamation, which outlined their grievances against the Dutch government and declared Pattimura to be the leader of the Maluku people. After the seizure, Pattimura defended the fort and defeated Major Beetjes, Second Lieutenant E. S. de Haas, and their troops.
He later led an unsuccessful attack on Fort Zeelandia in Haruku. Due to betrayal from Booi's king, Pati Akoon, and Tuwanakotta, he was arrested on 11 November 1817 while he was in Siri Sori, and the Duurstede Fort was recaptured by the Dutch Army. He and his fellows were sentenced to death. On 16 December 1817, Pattimura together with Anthony Reebook, Philip Latumahina, and Said Parintah were hanged in front of Niew Victoria Fort in Ambon. Bron: http://pattimura12345.blogspot.nl/
8
Chronologie van Paperu
1818
Verhuizing van Paperu naar huidige locatie (oud Paperu) Paperu is in 1818 verhuisd naar de huidige locatie. Dit is direcht na de Pattimura oorlog van 1817.
Diegene die de dusuns van Paperu bewaken blijven achter en noemen het vanaf dan Kampong Mahu (pas later werd het Mahu genoemd). Nu is ook Iha terug te zien op de kaart van Saparoea. Van de VOC mochten ze terugkomen.
1818
Teruggaan van Paperu van nabij Nollot naar ‘oude locatie’ Pada tahun 1818, sisa penduduk negeri Paperu yang berdiam di Noloth kembali ke negeri Paperu dengan jumlah 82 orang saja. Hanya ada 1 mata rumah yang tidak mau kembali lagi ke Paperu, dan mereka adalah mata rumah Lawalata yang menetap menjadi penduduk negeri Noloth hingga kini. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
1818
Teruggaan van Paperu van nabij Nollot naar ‘oude locatie’ Pada waktu kembalinya rakyat Paperu dari negeri Noloth itu, negeri Paperu sedang diperinta oleh raja paulus Latumaelissa. Setelah mereka tiba di Paperu, mereka menamam 4 batang pohon beringin pada ujung)ujung Negeri. Maksud mereka dengan menanam pohon itu ialah agar dapat dijadikan sebagai suatu tanda nisan yang dianggap pamale (tempat bagi negeri) untuk dipuja, dan juga untuk menangkis serangan bahaya dan penyakit yang datang dari luar. Bron: http://rinoldipapasoka.blogspot.nl/2012_01_01_archive.html
9