ANALISIS PERBEDAAN PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011)
Cholina Bening Maulany Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
Yeterina Widi Nugrahanti Ari Budi Kristanto Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
This research was aimed to explore whether intellectual capital disclosures were differ between each company’s characteristics on banking industries. The intellectual capital disclosures itself were measured using 78 index item developed by White et al (2007) and Bukh et al (2005), while the company’s characteristics comprises leverage, profitability, independent commissioners composition, age, and size measurements. This data were obtained from 2012 annual report for the year of 2011 that were published by 31 public bank listed in IDX. Using difference test for independent sample, the research proofed that intellectual capital information are more being disclosed on companies with low leverage, high liquidity, higher independent commissioner count, and lower listing years. While there were no difference of the disclosures between various degrees of profitability and size. Keywords : intellectual capital, banking corporate’s characteristics
Pendahuluan Latar Belakang Masalah Intangible asset merupakan salah satu fokus akuntansi dalam pelaporan keuangan dewasa ini. Pengungkapan intangible asset dalam laporan keuangan dinilai penting karena dapat berdampak pada performance laporan keuangan perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Erawati dan Sudana (2009) bahwa intangible asset bersama dengan tangible asset merupakan suatu kesatuan yang menentukan nilai perusahaan dan mempengaruhi nilai keuangan perusahaan. Untuk itu, pengungkapan intangible asset dirasa cukup penting dan salah satu pendekatannya adalah dengan menggunakan intellectual capital (IC). Petty dan Guthrie (2000) serta Sullivan dan Sullivan (2000) dalam Ulum et al (2008) menyatakan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan dalam
penilaian dan pengukuran intangible asset adalah informasi mengenai intellectual capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Menurut Chrisdiyanto (2009), penyajian informasi intellectual capital membuat laporan keuangan menjadi lebih relevan dan reliabel, terutama untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang bagi investor dan kreditor. Dewasa ini, pengungkapan terhadap kemampuan informasi intellectual capital dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif serta shareholder value juga naik secara signifikan (Tayles et al., 2007). Intellectual capital diakui dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang labanya dipengaruhi oleh inovasi dan knowledge-intensive services (Edvinsson dan Sullivan, 1996). Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya dapat memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998).. Informasi mengenai intellectual capital paling mudah ditemukan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Namun sampai saat ini belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan publik untuk mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Padahal pengungkapan intellectual capital sejatinya akan lebih meningkatkan kualitas pelaporan dan pengungkapan informasi perusahaan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Canibano et al. (2000), seperti yang dikutip oleh Suhardjanto dan Wardhani (2010), yang menyebutkan bahwa pendekatan yang pantas digunakan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan pengungkapan informasi intellectual capital. Pengungkapan intellectual capital juga dapat menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik (Saleh et al., 2007). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada suatu perusahaan, salah satunya adalah karakteristik perusahaan. Keenan dan Aggestam (2001) dalam Suhardjanto dan Wardhani (2010) membuktikan bahwa tanggung jawab prudent investment atas intellectual capital tergantung pada tujuan dan karakteristik perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Suhardjanto dan Wardhani (2010) menemukan bahwa ternyata karakteristik perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan informasi intellectual capital perusahaan. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana keterkaitan antara karakteristik perusahaan dengan besarnya informasi mengenai intellectual capital yang diungkapkan oleh perusahaan publik dalam laporan tahunannya. Pada akhirnya nanti, diharapkan dapat diketahui seberapa besar proporsi informasi yang diungkapkan perusahaan publik mengenai intellectual capital, dengan melihat karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Apabila terdapat perbedaan, maka hasilnya dapat digunakan oleh para investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi, dengan melihat adanya nilai tambah perusahaan yang ditampilkan melalui pengungkapan informasi intellectual capital pada laporan tahunan tersebut. Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi leverage, profitabilitas, likuiditas, komposisi dewan komisaris independen, umur (age) perusahaan, dan ukuran (size) perusahaan. Sedangkan untuk melihat tingkat pengungkapan intellectual capital digunakan 78 item indeks pengungkapan yang digolongkan ke dalam 6 komponen (karyawan, pelanggan, teknologi informasi, proses, dan riset dan pengembangan, dan pernyataan strategis). Indeks ini identik dengan pengembangan yang dilakukan oleh White, et al. (2007) dan Bukh et al. (2005). Penelitian ini secara khusus meneliti perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja, karena sektor perbankan merupakan sektor bisnis yang bersifat “intellectually intensive”, dan juga termasuk sektor jasa, di mana layanan pelanggan sangat tergantung pada intelek atau akal atau kecerdasan modal manusia (Firer dan William, 2003 dalam Ulum, 2008). Selain itu, perbankan merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri berbasis
pengetahuan
(knowledge-based
industries)
yaitu
industri
yang
memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya, sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Ambar, 2004).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat pengungkapan informasi mengenai intellectual capital pada perusahaan publik sektor perbankan yang terdaftar di BEI, serta keterkaitan karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital, apakah terdapat perbedaan tingkat proporsi pengungkapan intellectual capital di laporan tahunan perusahaan antara perusahaan yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Manfaat dari penelitian ini, 1) Bagi investor dan calon investor, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2) Bagi pihak pembuat peraturan, dalam hal ini BAPEPAM-LK dan pemerintah, terutama dalam rangka lebih mendalami peraturan yang akan dibuat terkait standar pelaporan laporan tahunan dan pengungkapan intellectual capital di dalamnya. 3) Bagi perusahaan, supaya dapat lebih meningkatkan proporsi informasi mengenai intellectual capital-nya pada laporan tahunan perusahaan, dalam rangka meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan dan kualitas dari laporan keuangan perusahaan itu sendiri. Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis Pengungkapan Intellectual Capital Menurut Steward (1997), intellectual capital merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan aset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan. Dalam implikasinya, intellectual capital menggabungkan unsur-unsur pengetahuan, teknologi, dan informasi (Romli, 2002). Pengungkapan intellectual capital merupakan proses pemberian informasi yang sebenar-benarnya menyangkut tentang penyajian intellectual capital pada laporan keuangan perusahaan yang dicantumkan pada bagian pengungkapan atas laporan keuangan (Suhendah, 2005). Pengungkapan intellectual capital
yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan indeks pengungkapan Singh dan Van der Zahn (2007), yang terdiri dari 6 sub item yaitu karyawan, pelanggan, teknologi informasi, proses, research and development (R&D), dan pernyataan strategis. Total item pengungkapan adalah 78 item indeks pengungkapan intellectual capital.
Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Leverage dan Pengungkapan Intellectual Capital Leverage merupakan suatu perbandingan antara hutang perusahaan dengan aktiva perusahaan. Leverage dalam keuangan membahas tentang penggunaan aktiva tetap untuk meningkatkan tingkat return atau pun laba perusahaan (Widayanti, dkk, 2009). Penelitian oleh Suhardjanto dan Wardhani (2010) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat intellectual capital disclosure. Belkoui dan Karpik (1989) dalam Mangena dan Pike, 2005) membuktikan bahwa ternyata leverage berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan.
Perusahaan
dengan
leverage
tinggi
menanggung
biaya
pengawasan yang tinggi (Sofiana, 2010). Selain itu, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi juga cenderung mengurangi tingkat pengungkapan informasi pada laporan tahunan perusahaan agar tidak menjadi sorotan dari para debtholder. Dengan demikian, perusahaan dengan karakteristik leverage yang tinggi dapat digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat pengungkapan intellectual capital yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih rendah. Hipotesis pertama yang diajukan adalah: H1 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan karakteristik tingkat leverage perusahaan.
Profitabilitas dan Pengungkapan Intellectual Capital Rasio profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA), semakin tinggi ROA artinya semakin baik pula operasi perusahaan (Widayanti, dkk, 2009). Jika kegiatan operasional perusahaan semakin baik, perusahaan cenderung akan lebih terbuka terhadap publik dalam pengungkapan informasi-informasi keuangan. Haniffa dan Cooke (2005) dalam Wardhani (2009) menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi sukarela ke publik. Banyak perusahaan cenderung mengungkapkan secara lengkap tentang hal-hal yang baik mengenai perusahaan dalam laporan tahunan, dengan tujuan untuk memperoleh nama baik yang tinggi di mata publik (Amalia, 2005 dalam Supatmi dan Sutanto, 2012). Biaya yang tinggi dalam voluntary disclosure bukan menjadi
masalah yang signifikan bagi perusahaan dengan profitabilitas tinggi (Supatmi dan Sutanto, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang kedua adalah: H2 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan karakteristik tingkat profitabilitas perusahaan.
Likuiditas dan Pengungkapan Intellectual Capital Rasio likuiditas (liquidity) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek (Widayanti, dkk, 2009). Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar (eksternal) karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredibel (Cooke, 1989). Alasan yang mendasari hal tersebut adalah perusahaan yang finansialnya kuat akan lebih mengungkapkan secara luas, karena likuiditas akan memberikan kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatannya (Wicaksono,
2011). Berdasarkan
pernyataan tersebut, hipotesis yang ketiga adalah: H3 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan karakteristik likuiditas perusahaan.
Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat pengawasan atau monitoring. Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif, termasuk monitoring dalam hal pengungkapan. Komposisi dewan komisaris terdiri dari komisaris yang berasal dari dalam perusahaan, maupun dari luar perusahaan (independen). Sebagai pihak yang netral, komisaris independen bertugas mengawasi pemegang saham, sehubungan dengan aktivitas perusahaan, serta mengendalikan perilaku para manajer perusahaan (Istanti, 2009). Dengan semakin banyaknya pihak independen dalam perusahaan, maka pengawasan juga semakin kuat, sehingga diharapkan akan memperkecil kesenjangan informasi dalam perusahaan serta konflik yang terjadi
dalam perusahaan. Dalam perusahaan dengan komisaris independen yang tinggi, pengawasan yang tinggi juga dilakukan terhadap aktivitas pengungkapan. termasuk pengungkapan intellectual capital. Dengan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang keempat adalah: H4 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan ukuran dewan komisaris independen perusahaan.
Umur Perusahaan dan Pengungkapan Intellectual Capital Umur perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu perekonomian (Yularto dan Chariri, 2003 dalam Istanti, 2009). Semakin panjang umur perusahaan akan memberikan pengungkapan informasi keuangan yang lebih luas dibanding perusahaan lain yang umurnya lebih pendek dengan alasan perusahaan tersebut memiliki pengalaman lebih dalam pengungkapan laporan tahunan (Wallace, et al., 1994 dalam Istanti, 2009). Sebaliknya perusahaan yang memiliki umur listing yang lebih muda memerlukan lebih banyak waktu untuk memahami permintaan pengungkapan dari regulator pasar (Karanika, 2012). Oleh karena itu, hipotesis yang kelima adalah : H5 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan umur perusahaan.
Ukuran (size) Perusahaan terhadap Pengungkapan Intellectual Capital Ukuran perusahaan merupakan suatu variabel yang menunjukkan besar atau kecilnya perusahaan. Menurut Marwata (2001) dalam Noegraheni (2005), mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan menghindari resiko. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan
pengungkapan selengkap yang dapat dilakukan oleh perusahaan besar. Oleh karena itu, hipotesis yang keenam adalah : H6 :
Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan.
Metodologi Penelitian Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan kriteria perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan annual report pada tahun 2011, baik melalui website perusahaan, maupun situs resmi Indonesian Stock Exchange (IDX). Berdasarkan kriteria tersebut, penelitian ini mendapatkan sampel 31 perusahaan perbankan. Pengukuran Variabel Intellectual Capital Pengungkapan intellectual capital pada penelitian ini
mengacu pada
indeks pengungkapan yang dikembangkan oleh Singh dan Van der Zahn (2007) dalam Ardhianto (2011) dan yang sebelumnya dikembangkan oleh Bukh et al. (2004). Indeks pengungkapan tersebut terdiri dari 78 item yang membagi pengungkapan intellectual capital menjadi 6 komponen, yaitu karyawan, pelanggan, teknologi informasi, proses, research and development (R&D), serta pernyataan strategis. Indeks Pengungkapan Intellectual Capital= Jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan / Jumlah total pengungkapan yang seharusnya (78 item) Variabel Independen Leverage Leverage menunjukkan besarnya proporsi modal dan/atau aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Pengukuran leverage dilakukan dengan menggunakan debt to total assets ratio (DTA), yang membandingkan total kewajiban (hutang) dengan total aset perusahaan ( Widayanti, dkk, 2009). Variabel leverage dipisahkan menjadi dua berdasarkan rata-rata industri untuk membedakan
perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi dan rendah. Perusahaan yang memiliki leverage diatas rata-rata dikategorikan leverage tinggi, perusahaan yang memiliki leverage dibawah rata-rata dikategorikan leverage rendah. Profitabilitas Profitabilitas diproksikan dengan menggunakan perbandingan tingkat pengembalian terhadap aset atau return on total assets (ROA). ROA diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva (Suhardjanto dan Wardhani, 2009). Variabel profitabilitas dipisahkan menjadi dua untuk membedakan
perusahaan dengan profit yang tinggi dan rendah dengan
menggunakan cutoff rata-rata ROA dari industri bank. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya (Widayati,dkk, 2009). Rasio yang digunakan untuk merefleksikan likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio =
Kredit disalurkan / Dana Pihak Ketiga
(Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP) Variabel likuiditas akan dibagi menjadi dua, yaitu perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi dan rendah dengan cutoff rata-rata likuiditas industri. Komposisi Dewan Komisaris Independen Sejalan dengan White (2007), dewan komisaris independen dikukur dengan Dewan Komisaris Independen =
(Jumlah komisaris independen /
Jumlah seluruh komisaris di perusahaan ) x 100% Variabel komposisi dewan komisaris independen dibedakan menjadi proporsi tinggi dan rendah berdasarkan rata-rata industri. Umur (Age) Perusahaan White (2007) menyatakan umur perusahaan diukur dengan= (Desember 2011 – bulan perusahaan melakukan IPO ) : 12. Pemisahan variabel umur, yaitu antara perusahaan dengan umur yang lebih tua dan perusahaan dengan umur yang lebih muda, menggunakan pembeda rata-rata umur seluruh perusahaan perbankan.
Ukuran (Size) Perusahaan Perhitungan ukuran (size) perusahaan yaitu dengan menggunakan logaritma natural (ln) dari total aset perusahaan (Purnomosidhi, 2006). Variabel ukuran (size) perusahaan juga akan dibedakan antara perusahaan berukuran besar dan kecil dengan cutoff rata-rata asset industri. Teknik dan Langkah Analisis Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menghitung banyaknya jumlah item intellectual capital yang diungkapkan pada tiap laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel, (2) Menghitung tingkat leverage, profitabilitas, likuiditas, dan umur (age) perusahaan, serta mengidentifikasi jumlah dewan komisaris yang terdapat pada setiap perusahaan, (3) Melakukan uji normalitas terhadap data yang dijadikan sampel, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata diketahui data berdistribusi normal, maka selanjutnya digunakan uji beda T-Test dengan sample independen (Independent Sample T-Test). Namun, jika ternyata diketahui data berdistribusi tidak normal, maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik berupa Uji Mann-Whitney U. Kedua uji ini sama-sama digunakan untuk mengetahui beda pengungkapan intellectual capital pada setiap variabel. Hasil dan Pembahasan Statistik Deskriptif
Dari statistik deskriptif diatas, diketahui bahwa rata-rata pengungkapan intellectual capital sebesar 62,28%. Hal ini menunjukkan kesadaran perusahaan perbankan dalam mengungkapkan intellectual capital sudah cukup tinggi.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis untuk variabel leverage, profitabilitas, likuiditas, umur dan ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan independent sample t test karena data terdistribusi normal. Sedangkan untuk pengujian dewan komisaris independen menggunakan uji man whitney karena data tidak terdistribusi normal. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1 Hasil Pengujian Hipotesis
Pembahasan Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Tingkat Leverage Perusahaan Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa signifikansi (Sig. (2-Tailed)) dari variabel leverage sebesar 0,049, lebih kecil dari tingkat alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan antara perusahaan yang memiliki leverage tinggi dan leverage rendah dalam mengungkapkan tingkat intellectual capital dalam laporan tahunannya. Sebagai contoh, PT. Bank OCBC NISP Tbk.; PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.; dan PT. Bank CIMB Niaga Tbk.; dengan tingkat rasio leverage yang rendah, masing-masing memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 78,20% untuk PT. Bank OCBC NISP Tbk. dan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan 76,92% untuk PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Perusahaan lainnya sebagai contoh, PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk.; PT. Bank ICB Bumiputera Tbk.; dan PT. Bank Agroniaga Tbk.; dengan tingkat leverage yang lebih tinggi, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital masing-masing sebesar 55,12%; 52,56%; dan 56,41%.
Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pengujian hipotesis menunjukkan nilai signifikansi profitabilitas sebesar 0,330, lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut, secara statistik, tidak terbukti adanya perbedaan pengungkapan intellectual capital berdasarkan karakteritik profitabilitas perusahaan. Deskripsi hasil uji tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang rendah cenderung akan lebih menampilkan keunggulan modal intelektual yang mereka miliki dalam laporan tahunannya demi menarik lebih banyak investor dan tetap dianggap kredibel meski memiliki profitabilitas yang lebih rendah. Namun perusahaan dengan profitabilitas tinggi juga menampilkan lebih banyak informasi mengenai intellectual capital pada laporan tahunannya juga untuk menjaga kepercayaan dan nilai tambah
di mata investor. Hal ini dapat dilihat pada perusahaan yang
tergolong profitabilitasnya tinggi, seperti PT. Bank CIMB Niaga Tbk. (ROA=2,85) dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (ROA=3,4), yang memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital masing-masing sebesar 76,92%; 78,20%;
dan
76,92%.
Kemudian
untuk
perusahaan
yang
tergolong
profitabilitasnya cukup rendah, seperti PT. Bank Mutiara Tbk. (ROA=2,17) dan PT. Bank OCBC NISP Tbk. (ROA=1,91), masing-masing memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 74,36% dan 78,20%. Dari deskripsi tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan intellectual capital pada laporan tahunan perusahaan menurut tingkat profitabilitas perusahaan. Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Tingkat Likuiditas Perusahaan Berdasarkan hasil uji T-Test, signifikansi (Sig. (2-Tailed)) untuk variabel likuiditas sebesar 0,044. Hasil tersebut juga merepresentasikan bahwa secara statistik terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital berdasarkan karakteristik likuiditas. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi intellectual
capital dalam laporan tahunannya untuk menunjukkan kredibiltasnya, yang menunjukkan kemampuan finansial perusahaan. Sebagai contoh perusahaan dengan tingkat likuiditas (LDR) tinggi seperti PT. Bank CIMB Niaga Tbk., yaitu 94,41%, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 76,92%. Perusahaan lainnya dengan LDR tinggi, yaitu PT. Bank Danamon Tbk. (98,3%), memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 73,07%. Sedangkan perusahaan seperti PT. Bank Bumi Arta Tbk., dengan likuiditas yang lebih rendah, sebesar 67,53%, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital yang lebih rendah, yaitu hanya sebesar 37,18%. Sama halnya dengan PT. Bank Capital Indonesia Tbk. dengan LDR sebesar 44,24%, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 42,3% saja. Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Komposisi Dewan Komisaris Independen Perusahaan Pengujian Komposisi dewan komisaris independen menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,017 (lebih kecil dari 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital berdasarkan komposisi dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan. Semakin ketat pengawasan dari dewan komisaris independen, perusahaan akan semakin banyak memberikan informasi intellectual capital pada laporan tahunannya, karena pengawasan yang ketat akan lebih menekan pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi lebih rinci pada laporan tahunannya. Sebagai contoh pada PT. Bank Mayapada Tbk., yang tergolong perusahaan dengan proporsi dewan komisaris independen rendah karena tidak memiliki dewan komisaris independen, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 62,82%. Selain PT. Bank Mayapada Tbk., perusahaan yang proporsi dewan komisaris independennya rendah lainnya, yaitu PT. Bank Panin Tbk. dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., masing-masing memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 64,10% dan 67,95%. Sedangkan untuk perusahaan dengan proporsi dewan komisaris independen yang tinggi, seperti PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.; PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.; dan PT. Bank OCBC NISP Tbk.; masing-masing memiliki tingkat pengungkapan
intellectual capital yang juga lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang proporsi dewan komisarisnya rendah, yaitu masing-masing 78,20%; 76,92%; dan 78,20%. Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Umur (Age) Perusahaan Berdasarkan hasil pengujian T-Test, signifikansi (Sig. (2-tailed)) untuk variabel age adalah 0,1 (lebih besar dari 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan umur (age) perusahaan, secara statistik tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang usia listingnya lebih rmuda akan lebih mengungkapkan informasi intellectual capital dalam laporan tahunannya. Perusahaan dengan usia listing yang lebih muda memiliki pengalaman yang lebih rendah, sehingga perusahaan tersebut akan lebih mematuhi regulasi yang ada dalam upaya menarik minat investor untuk lebih menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan dengan usia listing yang lebih tua juga tetap menjaga kualitas
pengungkapan
intellectual
capital
mereka
sebagai
upaya
mempertahankan reputasi perusahaan mereka di mata investor. Sebagai contoh perusahaan dengan usia listing di Bursa Efek Indonesia muda, seperti PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., yaitu 2,04 tahun, dengan PT. Bank Panin Tbk., dengan usia listing 29,17 tahun, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital yang tidak memiliki beda signifikan. Masingmasing yaitu 67,95% dan 64,10%. Sama halnya dengan PT. Bank CIMB Niaga Tbk. yang memiliki usia 22,08 tahun dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan usia listing yang lebih muda, yaitu 8,46 tahun, masing-masing memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital yang sama, yaitu 76,92% Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Ukuran (Size) Perusahaan Signifikansi (Sig. (2-tailed)) yang ditunjukkan untuk variabel size berdasarkan hasil uji T-Test adalah hanya sebesar 0,110 (lebih besar dari 0,05). Berdasarkan hasil ini, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital berdasarkan ukuran (size) perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh perusahaan dengan total aset di atas rata-rata industri, yang termasuk dalam perusahaan dengan ukuran yang lebih besar, seperti PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.; PT. Bank Central Asia Tbk.; dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.; yang masing-masing memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 67,95%; 69,23%; dan 76,92%. Sedangkan untuk perusahaan dengan total aset yang lebih rendah dari rata-rata industri dan digolongkan ke dalam perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, seperti PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk.; PT. Bank Mutiara Tbk.; dan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.; memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital yang relatif tidak jauh berbeda, yaitu masing-masing 66,67%; 74,36%; dan 67,95%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan lebih berusaha untuk menarik minat investor untuk menanamkan modal di perusahaannya untuk meningkatkan total aset yang mereka miliki, dengan cara mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital dengan lebih terperinci. Sedangkan perusahaan yang berukuran besar juga mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital secara lebih lengkap untuk menunjukkan aktivitas tinggi
mereka,
baik
aktivitas
operasional
ataupun
administratif,
yang
menyebabkan aset perusahaan meningkat. Kesimpulan Berdasarkan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital berdasarkan karakteristik leverage, likuiditas, dan dewan komisaris independen. Selain itu hasil pengujian juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital berdasarkan profitabilitas, umur dan ukuran perusahaan. Keterbatasan penelitian ini adalah (1) jumlah sampel yang digunakan hanya dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) saja, sehingga jumlahnya sangat sedikit hanya 31 sampel saja, (2) Belum ada peraturan dan cara baku untuk menentukan penilaian intellectual capital yang diungkapkan perusahaan di laporan tahunannya, sehingga menyebabkan terjadinya subjektifitas penilaian.
Saran Penelitian Untuk penelitian selanjutnya, supaya lebih memperhatikan peraturanperaturan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terutama terkait dengan penilaian kinerja dan perhitungan total aset dan hutang, karena karakteristik sektor perbankan berbeda dengan karakteristik tipe industri lainnya. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah jumlah tahun penelitian dan memperluas sampel sehingga sampel yang diperoleh juga lebih banyak. Misalnya tidak hanya perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja, tapi seluruh perusahaan perbankan yang tercatat di Bank Indonesia terkecuali Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang pelayanan jasanya berbeda dari bank lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Linda. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi Keuangan Pada Website Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol.1 No.2. Ardhianto, Andreas. 2011. Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Dalam Prospektus Terhadap Tingkat Underpricing Pada First Day Listing Date. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Artinah, Budi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan). Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial “Socioscientia” Vol.3 No.1, Februari 2011. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Siaran Pers Akhir Tahun. www.bapepam.go.id Bank Indonesia. 2001. Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. www.bi.go.id Bharathi, Kamath G. 2010. The Intellectual Capital Performance of Banking Sector in Pakistan. Pakistan Journal of Commerce and Social Science, Vol.4(1), pp 84-99.
Bukh, Per Nikolaj. 2002. The Relevance of Intellectual Capital Disclosure: A Paradox?. Accounting, Auditing, & Accountability Journal, Vol.16, No.1, pp 49-56. Bukh, Per Nikolaj, Christian Nielsen, Peter Gormsen, dan Jan Mouritsen. 2005. Disclosure of Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectuses. Accounting, Auditing, & Accountablity Journal, Vol.18, No.6, pp 713-732. Cooke, T.E.. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure in The Annual Reports of Japanese Listed Corporations. Accounting and Business Research Vol.22 (87); 229237. Edvinson, L. dan Sullivan P. 1996. Developing Model for Managing Intellectual Capital. European Management Journal Vol.14 (4). Efandiana, Ludita. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Intellectual Capital Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Erawati, Ni Made Adi dan I Putu Sudana. Intangible Assets, Nilai Perusahaan, dan Kinerja Keuangan. AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.1, Januari 2009. Firdaus,
Agnar. 2011. Pengaruh Ownership Retention Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering di BEI Periode 2006-2009). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basics Econometrics: Fourth Edition. New York: Mc.Graw Hill. Guthrie, James dan R. Petty. 2000. Intellectual Capital: Australian Annual Reporting Practices. Journal of Intelectual Capital Vol.1 (3); pp 241251. Institute for Economic and Financial Research. 2012. Indonesian Capital Market Directory 2011. Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing di BEI). Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Karanika, Arogya. 2012. Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual Menurut Karakteristik Perusahaan. Kertas Kerja Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Li, Jing, Pike R., dan Haniffa R. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research vol.38 (2). Mangena, M. dan R. Pike. 2005. The Effect of Audit Comitee Shareholding, Financial Expertise, and Size On Interim Financial Disclosure. Accounting and Business Research Vo.35 (4); 327-349. Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV; 155-172. Noegraheni, L. 2005. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. EQUITY Vol. 2 (1); Juli-Desember; 61-80. Nugroho, Bangkit. 2011. Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Intellectual Capital Disclosure Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Nugrahanti, Yeterina Widi dan Nathalia Wijaya. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal Manajemen dan Keuangan Vol.9, No.1, Maret 2011. Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.6; No.1; Juni 2009; pp 89-116. Purnomosidhi, B. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9(1); pp 1-20. Romli, Muh. 2002. Pentingnya Intellectual Capital di Era Perdagangan Bebas. Media Akuntansi no.25 / April-Mei; pp 62-65.
Saleh, N., M. Rahman, R.A. Mara, dan M.S. Hasan. 2007. Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysian Companies Listed in MESDAQ. http://www.ssrn.com. Santoso, Singgih. 2003. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Sawarjuwono, Tjiptohadi, Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.5 No.1, Mei 2003; pp 35-57. Sofiana, Nina. 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Spiegel, Murray R. dan Larry J. Stephens. 2011. Statistik, Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga. Suhardjanto, Djoko, Mari Wardhani. 2010. Praktik Intellectual Capital Disclosure Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. JAAI Vol.14 (1); pp 71-85. Suhendah, Rousilita. 2005. Intellectual Capital. Jurnal Akuntansi/Th.IX/03; September 2005; pp 278-292. Sulaiman, Wahid. 2003. Statistik Non-Parametrik, Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Offset. Sutanto, Felicia Dwi dan Supatmi. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Intellectual Capital di Dalam Laporan Tahunan (Studi Pada Industri Manufaktir Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009). Proceeding Seminar Nasional & Call For Papers “Kesiapan Industri Perbankan dan Bisnis Dalam Menghadapi AEC 2015” FE Unisbank Semarang. Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.2, pp 77-84. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI Pontianak. Wahana Komputer. 2010. Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Widayanti, Rita, dkk. 2009. Manajemen Keuangan Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. LAMPIRAN 1 Klasifikasi Komponen Intellectual Capital Indeks Pengungkapan Intellectual Capital Karyawan (28 item) 1
Karyawan dibagi dalam kelompok umur
2
Karyawan dibagi dalam kelompok senioritas
3
Karyawan dibagi dalam kelompok gender
4
Karyawan dibagi dalam kelompok kewarganegaraan
5
Karyawan dibagi dalam kelompok departemen
6
Karyawan dibagi dalam kelompok fungsi jabatan/kerja
7
Karyawan dibagi dalam kelompok tingkat pendidikan
8
Tingkat perputaran karyawan
9
Komentar mengenai penurunan/peningkatan jumlah karyawan
10
Kesehatan dan keamanan karyawan
11
Tingkat absensi karyawan
12
Komentar mengenai absen karyawan
13
Diskusi tentang interview karyawan
14
Pernyataan tentang kebijakan pengembangan kompetensi
15
Deskripsi tentang program pengembangan kompetensi dan aktivitasnya
16
Beban pendidikan dan pelatihan
17
Beban pendidikan dan pelatihan per jumlah karyawan
18
Beban karyawan per jumlah karyawan
19
Kebijakan rekruitmen perusahaan
20
Departemen SDM, divisi, atau fungsinya
21
Kesempatan perputaran fungsi atau jabatan
22
Kesempatan berkarir
23
Sistem remunerasi dan insentif
24
Pensiun
25
Kebijakan asuransi
26
Pernyataan tentang ketergantungan terhadap personel kunci
27
Penghasilan per karyawan
28
Nilai tambah per karyawan
Pelanggan (14 item) 1
Jumlah pelanggan
2
Penjualan dibagi dalam kelompok pelanggan
3
Penjualan tahunan per segmen atau produk
4
Rata-rata pembelian per pelanggan
5
Ketergantungan pada pelanggan kunci
6
Deskripsi tentang keterlibatan pelanggan dalam operasi perusahaan
7
Deskripsi tentang hubungan dengan pelanggan
8
Pendidikan atau pelatihan pelanggan
9
Rasio pelanggan per karyawan
10
Nilai tambah per pelanggan atau segmen
11
Market share absolut (%) dalam industri
12
Market share relative perusahaan (tidak dinyatakan dalam %)
13
Market share berdasarkan negara atau segmen atau produk
14
Pembelian kembali oleh pelanggan
Teknologi Informasi/TI (6 item) 1
Deskripsi untuk berinvestasi dalam TI
2
Alasan untuk berinvestasi dalam TI
3
Sistem TI
4
Aset software
5
Deskripsi mengenai fasilitas TI
6
Beban TI
Proses (9 item) 1
Informasi dan komunikasi dalam perusahaan
2
Usaha berkaitan dengan lingkungan kerja
3
Pekerjaan yang dilakukan dari rumah
4
Pembagian pengetahuan dan informasi secara internal
5
Pembagian pengetahuan dan informasi secara eksternal
6
Ukuran kegagalan proses internal
7
Ukuran kegagalan proses eksternal
8
Diskusi tentang tunjangan tambahan dan program sosial perusahaan
9
Penerimaan lingkungan dan pernyataannya atau kebijakannya
Riset dan Pengembangan (Research and Development/R&D) (9 item) 1
Pernyataan tentang kebijakan, strategi, dan tujuan aktivitas R&D
2
Beban R&D
3
Rasio beban R&D terhadap penjualan
4
Investasi R&D dalam riset dasar
5
Investasi R&D dalam desain atau pengembangan produk
6
Detail prospek masa depan berkaitan dengan R&D
7
Detail paten yang sudah dimiliki perusahaan
8
Jumlah paten, lisensi, dan lain-lain
9
Informasi mengenai paten yang belum diputuskan (pending)
Pernyataan Strategis (15 item) 1
Deskripsi tentang teknologi produksi yang baru
2
Pernyataan tentang kualitas kinerja perusahaan
3
Informasi tentang aliansi strategik perusahaan
4
Tujuan dan alasan aliansi strategik
5
Komentar terhadap dampak aliansi strategik
6
Deskripsi jaringan supplier dan distributor
7
Pernyataan tentang image dan brand
8
Pernyataan tentang budaya perusahaan
9
Pernyataan tentang best practice
10
Struktur organisasional perusahaan
11
Pemanfaatan energi, bahan baku, dan bahan masukan lainnya
12
Investasi pada lingkungan
13
Deskripsi tentang keterlibatan komunitas
14
Informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan tujuan
15
Deskripsi tentang kontrak karyawan atau isu kontrak