Kabar Itah Edisi 39 - 40 : Januari - Juni 2014
Editorial
Baru-baru ini saya beruntung dapat menghadiri dua acara yang fokus pada sektor pertambangan. Acara pertama adalah GEMM 2014, yang mengamati hubungan perusahaan – masyarakat, sementara acara kedua adalah konferensi Institut Pertambangan Kanada (CIM) yang mengupas isu etik di industri.
Bukit Batu: Melanjutkan Produksi Pakan Ikan dengan dukungan dari Susila Dharma Amerika dan Susila Dharma Inggris
Hubungan antara perusahaan – masyarakat merupakan tema utama dua kegiatan tersebut dan banyak sekali diskusi tentang apa yang harus dilakukan untuk membuat hubungan ini lebih baik. Ada beberapa penelitian menarik yang dikemukakan tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam hubungan kedua pihak dan mengapa masih ada masalah dalam membuat dan menjaga hubungan tersebut. Salah satu isu adalah hubungan kerja yang sangat tidak seimbang, dimana perusahaan memiliki kekuasaan substansial dan sumberdaya yang besar untuk terus beroperasi, jika diperlukan. Di sisi lain masyarakat pada umumnya dibuat tidak berdaya dan memiliki sangat sedikit sumber untuk membantu mereka dalam kesepakatan yang kompleks dan rumit ini. Dukungan lebih banyak diberikan kepada perusahaan dan pemerintah demi mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hubungan dengan masyarakat. Saya menyampaikan satu tulisan pada konferensi CIM yang menjelaskan secara detail alasan mengapa hubungan seperti ini sulit dilakukan. Penyebab utamanya adalah perusahaan dan masyarakat berasal dari dua dunia yang sangat berbeda, dan masing-masing pihak memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam hal pembangunan. Saya menunjukkan bahwa jurang ini tidak dapat dijembatani dan akan jauh lebih baik jika perusahaan menyerahkan tanggung jawab pembangunan masyarakat kepada organisasi yang memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk bekerjasama dengan masyarakat. Namun, untuk melakukan hal tersebut perusahaan harus menyediakan sumber yang memadai dengan jangka waktu yang masuk akal dalam memperlihatkan hasil nyata dari perkerjaan yang dilakukan. Bagi yang tertarik dengan tulisan ini, dapat mengakses di: link://media.tambuhaksinta.com/wp-content/ uploads/2014/07/CIM-Ethics-Paper-0414-Final.pdf Dalam triwulan mendatang, kami akan lebih fokus terutama pada kegiatan tata kelola pemerintahan dengan pemerintah kabupaten dan upaya kami bersama penambang rakyat untuk mendaur ulang dan mengeliminasi penggunaan air raksa dalam proses estraksi emas. Kami harus mengurangi beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat dikarenakan pengurangan pendanaan. Bardolf Paul Executive Director
Di Habaring Hurung, telah dilakukan tiga kali produksi, menghasilkan 400 kg pakan ikan dan ayam.
Di akhir triwulan pertama, lima dari tujuh desa yang kami dampingi di Bukit Batu telah memproduksi total 1,000 kg pakan ikan. Pakan sebanyak ini cukup untuk 2,500 ekor ikan di lima desa selama satu minggu. Anggota kelompok tentu saja sangat bersemangat, karena sekarang mereka melihat sendiri hasil nyata dari proses belajar yang sudah dilakukan tahun lalu. “Ini luar biasa. Kami sekarang sudah dapat membuat pakan ikan sendiri, sehingga tidak perlu membeli pakan buatan pabrik lagi. Ini sangat menghemat biaya’‘ jelas Sukatno, anggota kelompok dari Kelurahan Tangkiling, menyambung pendapat serupa yang disampaikan masyarakat yang hadir pada program pelatihan yang kami lakukan. Inisiatif produksi pakan ikan ini merupakan lanjutan kegiatan
pelatihan usaha kecil yang dilakukan sebelumnya. Program ini didanai oleh organisasi Susila Dharma Amerika, Australia, Inggris dan Belanda. Ini adalah proyek sederhana tetapi memberikan dampak besar yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sukatno lebih lanjut menjelaskan bahwa setiap produksi pakan selalu dimulai dengan diskusi kelompok, dan hal ini mendorong mereka untuk bertemu dan diskusi lebih sering antar anggota kelompok, yang membuat kelompok semakin dinamis. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada jaringan Susila Dharma yang telah mendukung kegiatan di Bukit Batu; kami menanti untuk melihat hasil yang menggembirakan pada bulan- bulan mendatang.
Kabar Organisasi: Memulai Pembangunan Lebih Awal Setelah diskusi tersebut, tim lapangan mengagendakan Diskusi Kelompok Terarah (FGD) di 22 desa untuk bersama masyarakat untuk menggali apa saja dampak dan perkembangan nyata dari program kami. Rivanda merupakan praktisi pemberdayaan berpengalaman dan beliau mampu menggunakan pengalaman bertahun-tahun bekerja dengan isu pemberdayaan di Aceh, Papua dan daerah lain di seluruh Indonesia. Pertemuan ini juga bermanfaat bagi Rivanda untuk membangun pemahaman tentang keadaan terkini pendampingan YTS di masyarakat. Rivanda (paling kiri) membagi pengalamannya untuk merangsang diskusi rencana kegiatan YTS tahun 2014
Hari masih menunjukkan pukul 9 pagi dan tidak biasanya terasa sangat dingin setelah hujan deras malam sebelumnya, namun suasana di ruang pertemuan YTS mulai memanas di mana seluruh staf lapangan terlibat dalam diskusi intensif tentang program YTS berikutnya. “Ini proses yang panjang. Tapi kalau bukan karena diskusi ini saya belum tentu berfikir terbuka dan mengevaluasi apa yang telah kami kerjakan sejauh ini”, kata Elsi, salah satu Staf Lapangan kami, pada akhir hari pertama. Diskusi terus berlanjut sampai tiga hari hari berikutnya, dipimpin oleh Rivanda Ansori, Koordinator Program YTS yang baru, dimana seluruh elemen kegiatan YTS dikaji untuk menentukan program tahun ini.
Meskipun kami membatasi keterlibatan pada proses Musrenbang tahun ini dengan hanya memonitor kegiatan, tidak berarti kami duduk diam dan melihat saja. Kenyataannya, dengan melakukan observasi keseluruhan proses berarti Staf Lapangan harus fokus dan kritis menganalisa setiap aspek di kegiatan Musrenbang guna mendapat umpan balik yang dapan kami gunakan untuk membuat keputusan apa saja program kami selanjutnya. Oleh sebab itu, kami melakukan diskusi internal untuk mempersiapkan Staf Lapangan untuk melihat dampak dan meningkatkan dampingan kami di lapangan. “Proses ini,”kata Rivanda, “merupakan mekanisme yang bagus untuk refleksi dan membantu kita menyamakan pemahaman”. Kami berharap untuk terus melakukan diskusi-diskusi serupa secara reguler, dan berharap untuk membentuk program dan dukungan teknis yang dapat memberikan hasil yang lebih efektif.
Proyek Tata Kelola: Memulai Proyek Fase Dua dengan Pendampingan Teknis Kabupaten Gunung Mas sedang menuju tahap yang lebih baik dalam melibatkan masyarakat diproses penyusunan program sebagaimana Bappeda saat ini sudah berkomitmen untuk membuat dan mengkonsolidasi sendiri rencana pembangunan lima tahun mendatang. Margori Limin, Kepala Bappeda Kabupaten Gunung Mas mengatakan bahwa inisiatif ini dapat meningkatkan rasa memiliki antar dinas terkait dalam menyusun dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan pada saat yang sama juga meningkatkan proses pembangunan yang menjawab kebutuhan masyarakat. Inisiatif ini, menurut Margori, sangat dipengaruhi oleh hasil Proyek Tata Kelola yang dilakukan YTS, dimana para pejabat penting pada dinas-dinas di Gunung Mas telah menunjukan peningkatan kapasitas yang signifikan, setelah mengikuti pelatihan dan peningkatan kapasitas selama proyek ini dilakukan. YTS berkomitmen untuk mendukung pemerintah di Gunung Mas untuk membuat rencana startegis yang lebih baik, dan sejak Januari dan Februari lalu, Koordinator Proyek kami memberikan pendampingan secara intensif untuk membantu penyusunan draf rencana strategis tersebut. Draf pertama berhasil diselesaikan pada bulan Maret.
Dalam pidato pembukaan pada forum SKPD, Margory (kiri) menyampaikan harapan Kabupaten Gunung Mas agar YTS meneruskan dukungan Proyek Tata Kelola tahun 2014.
2
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
Komitmen yang kuat dari Bappeda menghasilkan momentum pembuatan rencana pembangunan lima tahun yang lebih baik. Saat ini, Bappeda menggunakan momentum tersebut untuk meningkatkan kapasitas stafnya, dan membawa SKPD lain untuk terlibat secara mendalam dengan isu-isu yang diidentifikasi dalam rancangan perencanaan pembangunan. Pada triwulan berikutnya, kami berharap dapat lebih banyakmendampingi penyelesaian rancangan tersebut.
Kabar Lembaga: Memahami konsep OMS melalui diskusi reguler Kami merasa staf YTS perlu memahami prinsip-prinsip tersebut. Untuk membantu staf memahami prinsip yang digunakan, kami mengatur sesi belajar bersama sejak April 2014 – Maret 2015.
Semua staf YTS mendapat kesempatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CSO secara khusus sambil meningkatkan keterampilan memfasilitasi
YTS mengunakan pendekatan yang unik untuk bekerja di masyarakat. Kami menerapkan serangkaian prinsip pemberdayaan yang didasari oleh nilai universal yang digunakan oleh kebanyakan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS).
Prinsip-prinsip yang kami diskusikan mencakup: hak asasi manusia, keadilan sosial, kesetaraan gender, pemberdayaan masyarakat, kepemilikan dan partisipasi dalam proses demokrasi, keberlanjutan lingkungan, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan dan solidaritas, berbagi pengetahuan dan saling belajar, serta perubahan positif berkelanjutan. Kami harap diskusi ini membuat staf YTS memahami secara mendalam prinsip yang digunakan, pemahaman yang baik akan membawa pengaruh dan dampak yang kuat terhadap suksesnya kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam sesi belajar bersama ini, satu per satu staf YTS akan memfasilitasi proses diskusi. Hal ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas, staf YTS tidak hanya berkesempatan untuk mempelajari prinsip OMS, tetapi juga mengasah kemampuan memfasilitasi.
Metode Manado Sebagai pengakuan atas daerah asalnya, kami menamai inovasi yang menakjubkan ini ‘Metode Manado’. Selain menjadi sebuah solusi organik, salah satu sifat terbaik dari metode ini adalah sangat efektif dalam menangkap emas yang sangat halus sekalipun. Kebanyakan batuan di Indonesia mengandung emas sangat halus, sehingga diperlukan metode terbaru untuk menangkap emas halus tersebut, dan bisa menjadi alternative pengganti air raksa. Keistimewaan Metode Manado ini adalah penggunaan serat hitam dari pohon aren (Arenga pinnata) sebagai pengganti air raksa. Di Indonesia, serat ini disebut ‘ijuk’ dan umumnya digunakan untuk membuat sapu dan sikat. Pohon aren tumbuh subur di Indonesia, yang digunakan oleh masyarakat maupun keperluan industri.
YTS sedang menyebarkan pengetahuan tentang metode ini kepada pemerintah, koperasi penambang dan para pengolah emas.
Di penghujung tahun 2013, proyek merkuri YTS membuat penemuan penting dan terobosan mengejutkan yang dapat membawa pada eliminasi air raksa pada pertambangan emas skala kecil. Selama bertahun-tahun, proyek ASGM kami mencari alternatife pengganti air raksa: yang murah, sederhana dan aman digunakan. Kami menemukan bahwa desa-desa tertentu di Sulawesi Utara telah menggunakan bahan alami sebagai pengganti air raksa selama berpuluh-puluh tahun. Para penambang emas di Manado ini menggunakan metode ‘hijau’ dalam ekstraksi emas dengan menggunakan serat tanaman untuk menangkap dan membentuk konsentrat emas.
Saat ini YTS mendemonstrasikan Metode Manado kepada penambang di pulau Lombok dan Sumbawa. Tanggapan terhadap demonstrasi yang dilakukan sangat menggembirakan, kebanyakan penambang terkesan dengan tingginya tingkat tangkapan emas. Hal ini menarik mengingat pengetahuan tentang metode ini sepertinya terbatas pada penambang di Sulawesi Utara saja sampai saat ini. Kami yakin metode ini harus dipromosikan secara luas di seluruh Indonesia dan mungkin sampai ke negara lain juga. Untuk alasan ini, YTS baru-baru ini membuat video pelatihan untuk masyarakat penambang, dokumentasi lengkap bagaimana menggunakan Motode Manado dari awal sampai akhir. Video tersebut akan segera tersedia dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Silakan kunjungi website kami untuk info lebih jelas: www.tambuhaksinta.com
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
3
GEMM 2014 – Pertambangan untuk siapa dan apa tujuannya?
140 delagasi GEMM datang dari 11 negara untuk menggali isu terkait hubungan perusahaan – masyarakat
Dialog GEMM 2014 bertempat di Vancouver tanggal 9 – 11 April. Ini merupakan kali kelima acara yang unik ini dilaksanakan, dan kegiatan ini terus menarik minat peserta dari lintas sektor untuk terlibat mengatasi isu-isu sosial dalam sektor pertambangan. Tahun ini, 140 orang dari 11 negara hadir di acara ini. Hal yang sangat menarik dari GEMM adalah desain kegiatan ini yang dibuat untuk mendorong dialog. Tema utama diperkenalkan dengan memutar video klip cerita yang mengilustrasikan tipikal skenario yang dapat terjadi di tingkat direksi perusahaan, di area tambang, atau di masyarakat sebagai dampak dari operasi sebuah tambang. Pengaruh antar karakter di dalam video, seperti seorang CEO dan anggota direksi atau seorang geologis eksplorasi dan seorang tokoh masyarakat, menjadi substansi diskusi tentang isu spesifik yang muncul di dalam klip.
Fokus tahun ini adalah tentang ‘memunculkan nilai saling menghargai’ dan dialog-dialog yang dilakukan merujuk pada bagaimana memulai dan menjaga hubungan yang akan meningkatkan ‘nilai saling menghargai’. Perhatian khusus diberikan pada dinamika organisasi dan interaksi manusia yang membentuk pikiran dan perilaku di masyarakat, perusahaan dan pemerintah; dan pertimbangan keuangan yang membawa atau menghalangi transformasi pemikiran dan perilaku dari resiko/biaya sebuah kesempatan/investasi. Hasil yang ideal adalah ‘hubungan kerja yang berkelanjutan’.
Tema hari pertama adalah ‘Membangun hubungan: Bagaimana memulainya?’; dan tema hari kedua adalah ‘Menjaga hubungan: Apa yang diperlukan?’ Kami semua menyadari penting dan bernilainya hubungan yang baik dalam setiap tingkat, jadi menjadi sangat menarik untuk dapat terlibat dalam diskusi dengan orang-orang dari perusahaan, LSM dan akademia dalam tema yang relevan. Dan tentu saja, kami dapat memperkenalkan pengalaman kami yang unik di YTS, yang memperkenalkan beberapa realita kedalam diskusi. GEMM terus menjadi platform yang bernilai untuk terlibat dengan isu social terkini dan tantangan yang dihadapi pengembangan sektor mineral. Hanya satu kekurangan kegiatan ini yaitu kurangnya peserta dari Asia – YTS merupakan satu-satunya organisasi dari Asia. Kami berharap penyelenggara dapat memperbaiki hal ini tahun depan.
Acara CIFOR
Sumali Agrawal memimpin peserta di acara CIFOR saat tur ke sebuah lokasi endapan tamban gemas aktif di Galangan
4
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
Bulan Maret, YTS menghadiri sebuah dialog lapangan, tentang ‘Food, Fuel, Fiber and Forests (‘4Fs’) atau ‘Pangan, Bahan Bakar, Serat dan Hutan’, yang dilakukan di dalam dan di luar Palangka Raya. Ini adalah proses Multi-Pihak Internasional yang mengumpulkan para pelaku utama dari sektor swasta, pemerintah dan Organisasi Masyarakat untuk melihat tantangan untuk menyadari hasil yang berkelanjutan dalam konteks skala-lansekap transformasi penggunaan lahan. Hari kedua, YTS memimpin perjalanan ke lapangan untuk melihat dampak tambang emas rakyat yang dilakukan di hutan di Kabupaten Katingan.
Belajar Bersama dengan 22 Kelompok Peminat Program
Anggota KPP ikan Tumbang Posu (kiri atas), Tumbang Hamputung (kanan atas), dan Mangkuhung (bawah) mengidentifikasi masalah dan solusi dalam kegiatan budidaya ikan pada sesi belajar bersama di desa masing-masing
Mandiri dalam menopang kehidupan bukanlah hal baru bagi masyarakat desa. Namun, selalu ada kecenderungan untuk meminta pihak luar yang bertanggung jawab, yang terkadang menjadi pilihan yang mudah untuk dilakukan. Sekarang, pelan tetapi pasti, Kelompok Peminat Program (KPP) di desa dampingan kami secara bertahap mulai mengambil alih sendiri tanggung jawab tersebut, dengan memulai dari kegiatan mata pencaharian yang telah didukung YTS. Bulan April, kami melakukan kajian program mata pencaharian yang didukung dengan kegiatan pelatihan dari tahun lalu, untuk melihat bagaimana kami dapat meningkatkan dukungan teknis saat ini. Saat diundang untuk menghadiri sesi belajar bersama di masing-masing desa, masyarakat desa menunjukankan ketertarikan tinggi untuk melanjutkan program budidaya ikan. Beberapa orang telah membuat kolam ikan sendiri, di luar kolam milik kelompok yang telah ada, dan mulai mencari sendiri suplai pakan dan peralatan budidaya yang diperlukan. Saat belajar bersama, mengkaji ulang kegiatan perkembangan dan pencapaian hingga saat ini. Mereka terlihat serius untuk membuat usaha budidaya ikan ini berkelanjutan. Proses belajar mencakup refleksi dari tiap anggota dan komitmen mereka pada kegiatan; mengkaji pembelajaran tahun lalu; membuat rencana aksi realistis untuk tujuan khusus seperti pemijahan ikan, pembangunan kolam dan ketersediaan pakan terus-menerus; dan membuat proposal untuk ke dinas untuk memperoleh bantuan material.
Sepanjang kegiatan belajar bersama dari satu desa ke desa lainnya, kami menemukan tren yang sama: tumbuhnya keingnan dari anggota kelompok untuk meningkatkan kegiatan mata pencaharian mereka secara mandiri, dari pada bergantung kepada suatu organisasi atau pemerintah dan perusahaan disekitar mereka. Hal ini merupakan salah satu tujuan YTS dalam bekerja di masyarakat. Staf Pendukung Proyek kami, Willem Molle mengatakan bahwa hasil dari kegiatan belajar bersama cukup menggembirakan. Beberapa anggota KPP, di mana Willem terjun langsung melihat perkembangan mereka, menunjukkan tumbuhnya inisiatif untuk memperkuat kelompok mereka demi mata pencaharian yang berkelanjutan. Melalui pertemuan belajar bersama, mereka meminta komitmen dari anggota kelompok yang ada, dan membuat aturan kelompok yang baru. Dalam kegiatan belajar bersama juga, mereka mengkaji ulang apa saja yang telah mereka pelajari dari rangkaian pelatihan yang mereka terima, dan berbagi pengalaman antar anggota KPP tentang budidaya ikan. Selanjutnya, mereka merencanakan langkah kedepan untuk kolam ikan yang telah dibuat, memanfaatkan pengetahuan dari pelatihan. “Proses ini sangat membanggakan. Saya tahu mereka sebenarnya punya kapasitas untuk melakukannya, tetapi melihat sendiri antusiasme mereka, sangat menyenangkan dan saya menjadi yakin bahwa pendampingan YTS selama ini mulai memperlihatkan dampak positif, meskipun baru pada pola pikir anggota kelompok,” Willem menyimpulkan. Kabar Itah - Edisi 39 - 40
5
Kesenjangan antara explorasi mineral dan keterlibatan masyarakat
Pada penghujung konferensi CIM 2014, peserta dari sebah forum multi-pihak mengulas aspek dalam istilah ‘Ijin Sosial untuk Beroperasi’
Tanggal 14 Mei, YTS menyampaikan presentasi tentang ‘Etika dalam Simposium Pertambangan’ pada konferensi di Institue Pertambangan, Logam dan Minyak Kanada di Vancouver. Tema conferensi tersebut adalah ‘Mining 4 Everyone’ (Tambang Untuk Semua), dan acara ini menarik peserta dari seluruh dunia. Etika simposium ini agak unik, meneliti pertanyaan etis yang dihadapi industri, khususnya dalam hubungannya dengan komunitas dan masyarakat adat. Makalah yang disampaikan YTS lebih menggali pada buruknya kesenjangan antara masyarakat dan perusahaan tambang/ekplorasi, dan mencoba mengidentifikasi mengapa sering sekali hubungan tersebut sulit menjadi harmonis.
mengapa sebuah perusahaan tambang atau eksplorasi akan mengalami kesulitan serius dalam menjalin hubungan efektif dengan masyarakat dan mendukung aspirasi mereka. Pembicara lain pada simposium ini melihat pada isu terkait kemiskinan, hak asasi manusia, dan jangka panjang paska tambang, mekanisme keluhan bagi masyarakat, dan pekerja anak di dalam atau sebagai dampak pertambangan. Banyak lagi topik lainya yang disampaikan selama tiga hari kegiatan, membawa pertukaran pengetahuan yang kaya dan menstimulus antara pembicara dan peserta.
Isu mendasarnya adalah kebanyakan explorasi didorong oleh spekulasi dan visi jangka pendek untuk secepatnya menentukan apakah sebuah deposit mineral yang layak secara komersial bisa ditemukan dan dibuktikan. Ini seringkali merupakan skenario masuk dan keluar yang cepat, dengan sedikit pertimbangan untuk konsekuensi jangka panjang. Perbedaannya sangat tajam dengan keterlibatan masyarakat, dan merupakan tawaran jangka panjang yang membutuhkan investasi waktu yang signifikan untuk membentuk dan menjaga hubungan positif dengan masyarakat lokal.
Pada hari terakhir, Centre for Excellence dalam Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR) menyelenggarakan dialog meja bundar multi-stakeholder dengan tema Ijin Sosial Beroperasi. Dengan pembicara utama Jim Cooney, yang menjabarkan asal istilah ‘Ijin Sosial Beroperasi’. Ternyata, Jim menciptakan ungkapan ini secara tidak sengaja saat bekerja di Bank Dunia. Sebagaimana perusahaan harus mendapat ijin dari pemerintah untuk dapat beroperasi di suatu negara, Jim ingin mendeskripsikan ‘ijin’ jenis lain, dimana termasuk memperoleh ijin dari masyarakat lokal. Jadi dia secara asal saja menggunakan istilah ‘Ijin Sosial Beroperasi’ untuk mencoba menangkap artinya.
Makalah yang ditulis YTS memperlihatkan adanya dua pandangan yang sangat berbeda. Poin utama adalah perbedaan pola pikir, jangka waktu, pendekatan, komitmen, dan sasaran dan fokus. Dalam menilai perbedaan tersebut , sangat dimengerti
Bank Dunia, menyukai kombinasi kata ini dan mulai menggunakannya dalam istilah dan publikasi mereka. Istilan ini dengan cepat ditangkap, dan saat ini banyak literatur tentang arti dan aplikasi istilah ini di dunia industri.
6
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
Pelatihan vs Pemicuan
Dwi (kanan) memimpin sesi pemicuan, mengundang masyarakat desa Tumbang Tambirah untuk melihat dan mengidentifikasi kondisi sungai di desa mereka
Masyarakat aktif terlibat kegiatan simulasi bagaimana penyakit menyebar di desa melalui system sanitasi dan gaya hidup
Masyarakat Tumbang Tambirah dan Dwi Suciana, konsultan, dan pegawai Dinas Kesehatan Gunung Mas
‘ ‘Mudah saja untuk melaksanakan sebuah pelatihan, dengan topik apa saja, namun bagian tersulit adalah memastikan adanya perubahan perilaku saat pelatihan dilakukan’. Pernyataan ini disampaikan oleh Dwi Suciana, konsultan untuk Kampanye Penyadaran Kesehatan Proyek Tata Kelola. Sejak April sampai Juni, Dwi telah bekerja sama dengan pegawai dan penyuluh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas untuk menilai, mendesain dan melaksanakan program penyadaran kesehatan di tiga desa percontohan yang telah dipilih sebelumnya. Disampaikan Dwi, bekerja dalam isu kesehatan di daerah terpencil merupakan suatu tantangan tersendiri, karena mengkombinasikan peningkatan penyadaran kepada penerima manfaat sekaligus pelatih pada saat yang sama. Hasil asesmen bulan April, proyek ini bersama dengan Dinas Kesehatan memutuskan fokus pada promosi suplai air bersih dan penggunaan toilet. ‘Ini tantangan, pertama-tama, kita harus menunjukkan ke mereka kenapa kita butuh suplai air bersih dan harus menggunakan toilet ketimbang buang air besar di tempat terbuka. Hal ini harus terjadi dulu sebelum kita memperlihatkan pada mereka bagaimana melakukannya. Saya percaya semua harus dimulai dengan perubahan pola pikir, kemudian beranjak pada perubahan perilaku, sebelum akhirnya kita dapat menyepakati peraturan formal. Namun aturan tersebut hanya untuk
menguatkan saja, tidak untuk merubah perilakunya”, jelas Dwi. Awal Juni, Dwi kembali lagi ke desa setelah asesmen dan pelatihan awal pada bulan April untuk lanjut dengan pelaksanaan kegiatan. Bersama dengan empat pegawai dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas, dia memulai kampanye kesehatan di tiga desa percontohan, dimana masyarakat menunjukkan antusias dan melaporkan bagaimana mereka memperoleh manfaat dari pembelajaran yang dilakukan. Sekarang mereka menyadari mengapa mereka perlu memelihara sumber air bersih dan toilet. Empat pegawai Dinas Kesehatan sekarang juga lebih percaya diri dalam menyampaikan program, memastikan agar program berlanjut secara reguler, bahkan saat tidak ada lagi pendampingan dari proyek ini. “Sangat baik jika program ini dapat berlanjut, dan kita dapat membuat peraturan resmi dimasa yang akan datang, sebagai pendukung”, Waja, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas menyatakan dukungannya setelah menerima laporan dari kegiatan ini. “Saya merasa masih banyak sekali yang harus dilakukan di masyarakat untuk mencapai perubahan perilaku lebih dulu, sebelum kita menetapkan peraturan. Ini berarti semua elemen di Dinas perlu terus berkoordinasi untuk memastikan kegiatan terus berlanjut. Ini juga dapat menjadi praktek yang baik dalam meningkatkan tata kelola pemerintah dalam skala sangat kecil” ujar Dwi.
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
7
Kilas Berita Lokakarya Rencana Umum Energi Daerah Kalimantan Tengah Tanggal 25 Februari, kami menghadiri sesi informasi tentang rancangan ‘Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Kalimantan Tengah’, yang diselenggarakan Yayasan Pelangi Indonesia (YPI). YPI telah menyusun RUED dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten, PLN dan Universitas. Lokakarya diadakan untuk mendapatkan koreksi dari peserta atas informasi yang belum jelas, untuk finalisasi dokumen RUED bulan Maret 2014. RUED ini nantinya diharapkan menjadi dasar rencana pengembangan energi di Kalimantan Tengah. Proyek USAID IFACS di Kalimantan Tengah Awal tahun ini kami menghadiri dua kegiatan USAID IFACS. Pertama pertemuan Forum Multi Pihak untuk klarifikasi rencana proyek tahun 2014. Kedua lokakarya tentang Alokasi Anggaran untuk Penanganan Hutan, Sumberdaya Alam dan Lahan di Kalimantan Tengah. USAID IFACS melakukan penelitian yang melihat sejauh mana komitmen dan upaya pemerintah daerah dalam menurunkan emisi karbon dan memperluas area tutupan hutan, dengan alokasi anggaran program hutan dan lahan di Kabupaten Katingan, Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya. Konferensi CSR: Menguntungkan Masyarakat – Menciptakan Perubahan Positif Pada 27 Maret, YTS menghadiri konferensi yang diselenggarakan Borealis dan PT SCRI, bertema “Menguntungkan Masyarakat – Menciptakan Perubahan Positif”. Tema ini didiskusikan dari berbagai sudut pandang oleh panelis dari sektor swasta dan akademia. Pesertanya berasal dari sektor swasta, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Kementerian Perdagangan dan Pembanguan, akademia dan LSM. Kunjungan dari Australia Tanggal 23 Maret, Direktur Eksekutif YTS bertemu dengan Saleem Ali, Direktur Centre for Social Responsibility in Mining (CRSM), yang berpusat di Universitas Queensland di Australia. Saleem menyampaikan presentasi di Universitas British Columbia tentang mineral bumi yang langka, dan ini membuka kesempatan untuk diskusi tentang peluang kerjasama antara YTS dan CSRM. Saleem sangat tertarik dengan pengalaman YTS dalam tambang emas rakyat skala kecil dan penelitian terbaru kami untuk Overseas Development Insitude tentang pembagian hasil dalam sektor pertambangan. Pembelajaran dari Kalimantan Forest Climate Partnership Bulan Mei, KFCP menyelenggarakan lokakarya penutupan proyek lima tahun yang dilakukan di Kalimantan Tengah di Palangka Raya. Lokakarya ini dihadiri oleh ratusan peserta dari pemerintah, masyarakat dari area proyek, dan LSM dari tingkat propinsi dan nasional. Lokakarya ini diisi presentasi dan diskusi yang bertujuan untuk menyusun rekomendasi kegiatan REDD+ berikutnya di Kalimantan Tengah. Hasil lokakarya ini akan disampaikan KFCP kepada Gubernur, BP REDD dan Menteri Kehutanan sebagai rancangan rekomendasi. UNEP Menampilkan Proyek Merkuri YTS United Nation Environment Programme (UNEP) memasukan kegiatan YTS dalam Laporan Tahunan 2013 mereka (39-40) sebagai contoh bagaimana proyek ini membantu negara menjalankan kewajibannya di bawah Minamata Convention. Proyek ini didanai oleh UNEP dan The United States Environmental Protection Authority. 8
Kabar Itah - Edisi 39 - 40
Kunjungan ke PT Kasongan Bumi Kecana (PT KBK) Dua staf YTS mengunjungi PT Kasongan Bumi Kencana, perusahaan tambang di Kasongan, Kalimantan Tengah. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya dengan personel CSR perusahaan, yang mencoba menjalin kerjasama dengan YTS. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk melihat gambaran umum hubungan perusahaan dengan masyarakat di area perusahaan dan identifikasi kebutuhan CSR yang diperlukan. Kami akan menindaklanjuti kunjungan ini dengan proposal tentang bagaimana kami dapat membantu program SCR mereka.
Agenda Juli Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah Pendampingan Teknis: Kampanye Kesehatan Pendampingan Teknis: Revitalisasi Jamkesda Evaluasi Proyek Tata Kelola Pemerintah Semester I Belajar Bersama KPP di tiga Kecamatan Bukit Batu Produksi Pakan Ayam dan Ikan Proyek ASGM Demo Metode Manado di Sumbawa
Augustus Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah Pelatihan Administrasi Desa Lokakarya UU Desa No. 6/2014 Kunjungan Belajar ke Bojonegoro Pendampingan Teknis: Monitoring & Evaluasi Revitalisasi Jamkesda Belajar Bersama KPP di tiga Kecamatan Bukit Batu Produksi Pakan Ayam dan Ikan Pelatihan produksi pakan menggunakan probiotik Proyek ASGM Demo Metode Manado di Sumbawa
September Proyek Kahayan & Tata Kelola Pemerintah Pelatihan Fungsi Profesional Camat Pelatihan LAKIP Pendampingan Teknis: Revitalisasi Jamkesda Belajar Bersama KPP di tiga Kecamatan Bukit Batu Pelatihan produksi pakan menggunakan probiotik Proyek ASGM Demo Metode Manado di Sumbawa Kabar Itah Kabar Itah adalah media informasi yang diterbitkan setiap triwulan oleh Yayasan Tambuhak Sinta (YTS), affiliasi PT Kalimantan Surya Kencana (KSK), sebuah perusahaan eksplorasi mineral. Published by: Yayasan Tambuhak Sinta Jl. Rajawali VII, Srikandi III No. 100 Bukit Tunggal Palangka Raya 73112 Kalimantan Tengah-Indonesia Telp. +62 (0536) 3237184 Fax. +62 (0536) 3229187 Email:
[email protected] Website: www.tambuhaksinta.com
Bank Accounts: Yayasan Tambuhak Sinta BNI 1946 Palangka Raya Branch Central Kalimantan INDONESIA Number 0114981608 Swift: BNINIDJA