Bismillahirrahmanirrahim
Persembahan Untuk Sahabat Pemakmur Masjid Kampus
BUKU SUPLEMEN TUTORIAL PAI-MKDU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (BAGI TUTOR TUTORIAL)
Penanggung-jawab: Drs. A. Toto Suryana, M.Pd. (Ketua Penyelenggara Tutorial PAI) Penulis: Dr. Endis Firdaus, M.Ag. Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
Editor: Dr. Endis Firdaus, M.Ag. Desain Sampul: Multimedia Tutorial Team Desain Isi & Tata Letak : Multimedia Tutorial Team
Penerbit: Value Press, MKDU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
SAMBUTAN REKTOR UPI Bismillahirrahmanirrahim Leading and outstanding university sebagai visi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam implementasinya tidak terlepas dari tujuannya untuk menghasilkan manusia yang beriman, bertakwa, bermoral, berakhlak mulia, berilmu, profesional, religius, dan memiliki integritas dan cinta terhadap bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, pembinaan keimanan dan ketakwaan menjadi bagian penting, bahkan menjadi ruh yang menggerakkan seluruh proses pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan UPI . Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah Swt. merupakan tugas dari Pendidikan Agama Islam, yakni mata kuliah yang mendidik mahasiswa untuk memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan agama sehingga terwujud sosok mahasiswa yang memiliki komitmen terhadap ajaran agama dan berakhlak mulia. Tugas besar yang diemban oleh mata kuliah Pendidikan Agama Islam tersebut tidak bisa dilaksanakan hanya dengan pelaksanaan kuliah tatap muka di dalam kelas, karena itu Program Tutorial Pendidikan Agama Islam berperan penting dalam mendukung pencapaian tujuan mata kuliah tersebut. Di samping itu, Program Tutorial Pendidikan Agama Islam diarahkan pula untuk menjadi factor pendorong dalam penciptaan suasana religious di kampus UPI yang terintegrasi dalam system pembinaan keislaman yang dipusatkan di Islamic Tutorial Centre (ITC) dan Masjid Al Furqan. Untuk mengoptimalkan peranan Program tutorial tersebut, maka saya menyamput baik terbitnya Buku ini dengan harapan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh peserta dan tutor dalam meningkatkan kualitas tutorial dari waktu ke waktu. Semoga segala usaha dan kerja keras dari penyelenggara dan pengurus tutorial, para tutor, serta seluruh dosen Pendidikan Agama Islam sebagai pembinanya mendapatkan ridha Allah Swt. Amin.. Bandung, Februari 2012 Rektor Universitas Pendidikan Indonesia,
Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata M.Pd
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Tutorial PAI merupakan proses pembinaan nilai-nilai agama Islam yang dilakukan melalui diskusi, dialog, dan penciptaan suasana keagamaan dengan menggunakan mesjid sebagai tempat kegiatan. Karena itu, kegiatan tersebut mendukung terciptanya iklim pendidikan perguruan tinggi yang menunjang terciptanya proses pendidikan yang sarat dengan penghayatan nilai-nilai religius. Tutorial PAI merupakan implementasi dari pendidikan umum di perguruan tinggi yang diwakili oleh Mata Kulian Pendidikan Agama Islam. Sesuai dengan konsep pendidikan umum, maka tutorial PAI diarahkan untuk mewujudkan sosok manusia yang beriman dan bertakwa yakni manusia yang memiliki komitmen keislaman dan menampilkan perilaku beragama yang baik. Ciri utama out put tutorial PAI yang tampak secara langsung adalah mahasiswa yang memiliki komitmen keimanan dan ketakwaan yang dibuktikan dalam perilakunya yang sesuai dengan nilai-nilai agama dalam hubungannya dengan Allah, dengan masyarakat, dan dengan dirinya sendiri. Tutorial PAI dengan karakteristiknya sebagai pendidikan umum memerlukan penyelenggaraan proses belajar mengajar secara unik yang memungkinkan terjelmanya suasana yang layak terhayatinya nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang diajarkan. Suasana tersebut melahirkan atmosfir atau iklim pendidikan yang menekankan kepada pembinaan afektif. Mengingat pentingnya peran Tutorial PAI, maka Universitas Pendidikan Indonesia menetapkan tutorial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan perkuliahan PAI. Karena itu, setiap mahasiswa peserta kuliah PAI wajib mengikutinya sesuai dengan prosedur penyelenggaraan Tutorial yang ditetapkan oleh Penyelenggara Tutorial PAI UPI dan dikelola secara teknis oleh Pengurus Tutorial. Oleh karena itu, Buku ini penting untuk dilaksanakan dengan baik oleh penyelenggara, pengurus, tutor, dan peserta peserta tutorial secara konsisten sehingga pelaksanaan tutorial dapat mancapai tujuan yang diharapkan. Bandung, Februari 2012 Ketua Penyelenggra Program Tutorial,
Drs. A. Toto Suryana, M.Pd
ii
DAFTAR ISI SAMBUTAN REKTOR UPI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
i ii iii
URGENSI TUTORIAL DALAM PAI
1
ISLAM = TUNDUK-PATUH KEPADA ALLAH
4
MAKNA DAN IMPLEMENTASI SYAHĀDĀT
9
USWAĦ ḤASANAĦ: MENELADANI AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW.
15
ALĀT & AMAL SALEH
20
INTERAKSI DENGAN AL-QURĀN
25
MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN MUSLIM
30
IPE KEPRIBADIAN ISLAM (Memiliki daya tarik atau daya tolak?)
36
ISLAM DAN PENDIDIKAN
41
UKHUWWAH IMĀNIYAH
46
SILABUS TUTORIAL KELOMPOK
49
RENCANA PELAKSANAAN TUTORIAL KELOMPOK
53
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN TUTORIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
61
iii
URGENSI TUTORIAL DALAM PAI
1
A. Eksistensi Program Tutorial Bermula dari meningkatnya gairah kesadaran beragama Islam pada perubahan kurikulum pendidikan formal di Indonesia 1978. Mata pelajaran dan mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dirasakan kurang memadai, menimbulkan dorongan dari masyarakat untuk menambahkan secara kuantitas dan kualitas waktu PAI. Para guru dan dosen PAI serempak mengikuti tuntutan ini dengan memberikan tambahan waktu dan kesempatan menanamkan kesadaran beragama ini di luar jam-jam persekolahan dan perkuliahan sebagai tugas PAI. Respon terhadap peluang ini dimanfaatkan guru, dosen, dan lembaga peribadatan secara bersamaan menyelenggarakan kuliah duha pada hari libur (Ahad). Pendidik di sekolah dan Perguruan Tinggi menugaskan anak didiknya mengikuti kuliah duha tersebut dan masjid-mesjid di sekitar lembaga formal tersebut bekerjasama menyelenggarakan perkuliahan tersebut. Hasil pelaksanaan hal itu dibuktikan dengan pemberian tanda kehadiran kuliah duha itu. Baik dalam bentuk tanda tangan pemberi materi perkuliahan, maupun cap atau stempel dan tanda lain dari penyelenggara. Guru dan dosen menilai dari kuantitas dan kualitas rangkuman perkuliahan yang diikuti anakdidiknya. Dengan demikian dianggap memberikan nilai tambahan atas kurangnya jam PAI itu. Seiring dengan kebutuhan yang lebih berkualitas dalam intensitas waktu di luar kurikulum PAI. Di hari-hari libur panjang dan Ramadan tumbuh lembaga latihan yang dikenal dengan Pesantren Kilat sebagai respon suplemen dalam gairah kesadaran untuk meningkatkan PAI tersebut. Pihak lembaga pendidikan formal pun menyambut bersama kegiatan ini dengan penugasan para anak didiknya dan tidak kurang juga lembaga persekolahan itu sendiri yang mengadakannya di sekolah atau PT. Untuk kasus IKIP Bandung yang kemudian menjadi UPI ini, di kampus terdapat Mesjid Al-Furqan tempat terselenggaranya kuliah duha dan pesantren kilat itu tumbuh dan berkembang pesat. Kuliah duha dan pesanren kilat menjadi idola para siswa dan mahasiswa untuk diikuti. Padatnya kegiatan ini di Mesjid yang masih kecil di sebelah utara gedung Isola Bumi Siliwangi (Partere), membuat para aktivis mesjid mengubah pola pemberian
1
materi perkuliahan ini yang semula hanya kuliah umum duha dengan jamaah iswa dan mahasiswa yang membludak sampai di luar Masjid. Pemberian tanda kehadiran pada jamaah mahasiswa dan siswa mendapatkan ekstra keras kerja para mahasiswa aktivis Mesjid saat itu. Sehingga kuliah duha tidak efektif dan kondusif diselenggarakan secara biasa. Para aktivis keislaman mahasiswa mengubah pola kuliah duha menjadi kuliah kelompok dan diskusinya dalam kumpulan yang lebih kecil. Dirasakan cukup kelompok itu sebanyak sekitar 10 s.d. 12 siswa saja. Sedang para aktivis mahasiwa di mesjid saat itu menjadi pemateri nara sumber sekaligus moderator diskusi dan tanya jawab dalam kelompok itu. B. Legitimasi Pelembagaan Program Tutorial Kegiatan kelompok di atas oleh Ketua Yayasan Al-Furqan (Pengurus DKM) yang saat itu menjadi Ketua Biro Agama IKIP Bandung Haji Muchsin, SH. memberikan nama kepada TUTORIAL dan pemimpin kelompoknya disebut TUTOR. Aktivitas ini berlangsung sampai tahun 1982 di Masjid Al-Furqan lama dekat Partere Bumi Siliwangi. Namun setelah mesjid ini dipindahkan ke tempat yang baru dengan daya tampung lebih banyak jamaah. Tahun 1983 tokoh besar IKIP Bandung H. Muchsin, S.H. sebagai Ketua DKM dan Ketua Jurusan MKDU penggagas motto: “Kampus ilmiah, edukatif dan religius” pada masa Rektor Prof. H. Mohammad Numan Somantri, M.Sc. mewajibkan penyelenggaraan Kuliah Duha disertai program Tutorial untuk mahasiswa dibimbing oleh mahasiswa yang lebih aktif dan senior dalam keagamaan. Aktivitas ini disambut para dosen agama yang mewajibkan para mahasiswa pengontrak MK PAI. Di masa Koordinator MK PAI Drs.H. Zulkabir, M.Pd, Program tutorial ini merupakan tugas yang diwajibkan mahasiswa MK PAI yang tidak dipisahkan dari proses perkuliahan akademik, dan oleh karena itu TIDAK dapat dikatakan sebagai MK ekstrakurikuler PAI. Urgensi keberadaannya sebagai prasyarat kelulusan MK ini, artinya mahasiswa yang tidak mengikuti program ini dan tidak dinyatakan lulus mengikuti tutorial, maka tidak akan dapat kelulusan MK PAI. Lembaga ini berada di bawah asuhan para dosen PAI di Jurusan MKDU dalam wadah koordinasi pimpinan penyelenggaranya Kordinator MK PAI yang sekarang sudah menjadi ketetapan UPI.
2
Pada 1996 Rektor UPI menetapkan Kelembagaan Pengurus DKM Al-Furqan yang salah satu biro DKM itu bernama Biro Tutorial Mahasiswa dengan ketua pertama Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. Ia kemudian menyusun konsep Pedoman Tutorial Mahasiswa. Pedoman ini setelah mendapat berbagai penyempurnaan, disepakatai dalam berbagai rapat tri partit DKM, MKDU/Kordinator PAI, dan Biro Tutorial Mahasiswa menjadikan aturan panduan UPI untuk penyelenggaraannya bagi mahasiswa, ditetapkan dalam SK Rektor No. ............... dengan demikian terlembagakanlah program ini secara resmi di Universitas. Sekaligus saat itu hingga sekarang Drs. A. Toto Suryana, M.Pd. sebagai Ketua Penyelenggara resmi pertama Program Tutorial PAI ini. Suksesnya penyelenggaraan tutorial ini dibuktikan dengan meningkatnya animo penrguruan tinggi lain yang mengadakan studi kelayakan untuk mengadakan kegiatan serupa tutorial di lembaganya. Kunjungan, studi banding, penelitian, dan berbagai survey kelembagaan akademis sampai penelitian skripsi, tesis, dan disertasi telah banyak dilakukan pihak-pihak yang memerlukannya. Oleh karena itu pengakuan kelembagaan bukan hanya terjadi secara birokratis kependidikan dan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama akan tetapi sudah melahirkan hasil-hasil teori akademis para sarjana, magister, dan doktor. Antara lain dalam bentuk disertasi Dr. H. Syahidin, M.Pd. dan Dr. H. Sofjan Taftazani, M.Pd. [ef.]
3
ISLAM = TUNDUK-PATUH KEPADA ALLAH
2
A. Makna Islam Secara lugawī atau etimologis, kata “Islam” berasal dari tiga akar kata, yakni: (a) Aslama, artinya berserah diri atau tunduk patuh; (b) Salām, artinya damai atau kedamaian; dan (c) Salāmah, artinya selamat atau keselamatan. Melihat akar katanya, kata “Islam” mengandung makna-makna berikut: 1) Berserah diri atau tunduk patuh, yakni berserah diri atau tunduk patuh kepada Allah dengan cara mengikuti petunjuk, bimbingan, dan teladan dari Rasulullah. Firman Allah dalam QS. 4/Al-Nisā` ayat 59: ﴾ ٩٥﴿ .... األم ِز مِ ْى ُك ْم َّ ٌَب أٌَُّ َهب الَّذٌِهَ آ َمىُىا أَطِ ٍعُىا هللاَ َوأَطِ ٍعُىا ْ ًِالز ُسى َل َوأُول Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasulullah 1 serta Ulil Amri di antara kamu. 2) Menciptakan rasa damai, yakni dengan cara memperbanyak mengingat Allah (berzikir). Ajaran Islam memerintahkan umatnya untuk selalu mengingat Allah baik dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun sedang berbaring (QS. 3/ Ali Imran: 191), dilakukan di waktu pagi dan (hingga) perang, yakni di berbagai waktu (QS. 7/Al-A’rāf: 205). Dalam QS. 13/ArRa`d: 28) ditegaskan: ﴾ ٕ٢﴿ ُ أَال ِب ِذ ْك ِز هللاِ ت َْط َمئ ُِّه ْالقُلُىة... ... ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (damai). Di sisi lain agama Islam pun menjunjung tinggi kedamaian. Berperang hanya diizinkan jika kaum muslimin diperangi. Artinya, berperang dalam Islam hanyalah sekedar membela diri, bukan menjadi sang agresor. Dalam QS. 22/Al-Hajj ayat 39 ditegaskan: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
1
Seluruh teks dan terjemahan Al-Qurán dalam karya tulis ini dipetik dari Menu program Al-Quran Ms Word menu Add-Ins: AlQuran, dan disesuaikan oleh penulis seiring konteks yang dibahas pada masing-masing tema bahasannya.
4
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” 3) Menempuh jalan yang selamat, yakni memilih keselamatan duniaakhirat dan menghindari bencana abadi. Kunci memilih selamat duniaakhirat adalah memilih kematian yang selamat (mati ḥusnul khātimah), karena ‘mati’ yang hanya satu kali terjadi merupakan pintu gerbang akhirat. Maksudnya, keselamatan akhirat sangat bergantung jenis kematiannya. Jika matinya selamat (mati ḥusnul khātimah), maka di akhirat akan selamat selama-lamanya, yakni masuk surgaNya; tapi jika matinya sesat (mati sū`ul khātimah), maka di akhirat akan celaka selamalamanya, yakni masuk nerakaNya. Na`ūżu billāhi min żālik! Adapun jenis kematian (selamat atau sesat) sangat bergantung kepada jalan hidup yang dipilihnya di dunia. Jika jalan hidup yang dipilih itu ṣirāṭal mustaqīm (jalan lurusNya Tuhan yang diajarkan, dibimbingkan, dan diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW), maka ketika matinya akan mengalami kematian yang selamat (mati khusnul khātimah); akan tetapi jika jalan hidup yang dipilihnya itu bukan ṣiraṭal mustaqim atau menyimpang dari ṣiraṭal mustaqīm, maka ketika matinya akan mengalami kematian yang sesat (mati sū`ul khātimah). Berdasarkan akar kata ‘Islam’ tersebut, maka siapa saja yang meyakini dan mengamalkan aslama, salām, dan salāmah dapat disebut beragama Islam. Atas dasar akar kata itu pula, maka semua Nabi/Rasul membawa agama yang sama, yakni Islām (sekalipun mungkin namanya bukan Islam, karena, antara lain perbedaan bahasa para Nabi/Rasul; tapi esensi agama setiap Nasbi/Rasul adalah sama, yakni Islam). Dalam QS. 3/Ali Imran ayat 83 Allah SWT berfirman: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah aslama (menyerahkan diri) segala apa yang ada di langir dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
5
Adapun secara istilahi atau terminologis, ‘Islam’ adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril ‘alaihis salām; kemudian Nabi Muhammad SAW menyampaikan agama Islam itu kepada umatnya melalui pengajaran, bimbingan, dan teladan. Berbeda dengan ajaran agama para Nabi/Rasul terdahulu yang hanya berlaku pada zamannya, ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW ini berlaku hingga sekarang dan sampai Hari Kiamat nanti. Mengapa demikian? Karena Beliau SAW adalah Nabi Besar dan Nabi rahmatan lil-‘ālamīn (Nabi pembawa rahmat bagi semesta alam). Oleh karena itulah Beliau SAW dijadikan oleh Allah sebagai penutup Nabi-nabi. Artinya, setelah Beliau SAW tidak akan ada Nabi lagi. Dalam QS. 33/Al-Aḥzāb ayat 40 ditegaskan: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” Tetapi Allah SWT Maha Adil. Walaupun jasad Nabi Muhammad SAW telah wafat pada tahun 632 Masehi (14 abad yang lalu) tapi ajaran Beliau SAW dilestarikan oleh para Ulama Pewaris Nabi (Al-‘Ulamā` waraṡatul Anbiyā` =Ulama adalah Pewaris Nabi). B. Mengamalkan Islam Berangkat dari makna Islam di atas, maka orang Islam tidak boleh begitu saja mengatakan “Kami adalah kekasih Allah” dan “Kamilah yang bakal masuk surga”. Dengan berbekal percaya kepada Rukun Iman yang enam dan menjalankan Rukun Islam yang lima tanpa makna tidaklah cukup untuk mengatakan “Kami adalah kekasih Allah” dan “Kamilah yang bakal masuk surga”. Kalimat-kalimat seperti ini diungkapkan oleh penganut agama lain tetapi Allah menyalahkannya. Perhatikan terjemah beberapa ayat berikut: o Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anakanak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (QS. 5/AlMaidah: 18)
6
o
o
Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS. 62/Al-Jumu`ah: 6) Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (QS. 2/Al-Baqarah: 111)
Anda bisa juga bertanya kepada penganut agama lain. Mereka pasti mengatakan seperti yang diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Quran di atas. Penganut Agama A mengatakan: “Kami adalah kekasih Allah” dan “Kamilah yang bakal masuk surga”. Adapun penganut agama di luar kami akan masuk neraka. Penganut Agama B mengatakan seperti yang diungkapkan penganut Agama A: Kami adalah kekasih Allah” dan “Kamilah yang bakal masuk surga”. Adapun penganut agama di luar kami akan masuk neraka. Penganut Agama C dan lainnya pun mengatakan seperti yang dikatakan penganut Agama A dan B: Kami adalah kekasih Allah” dan “Kamilah yang bakal masuk surga”. Adapun penganut agama di luar kami akan masuk neraka. Kita sebagai penganut Agama Islam tidak boleh mengungkapkan dan punya perasaan seperti itu. Untuk mengamalkan ajaran Islam sesuai Kehendak Allah, selain tentunya kita harus meyakini Rukun Iman yang enam, mengamalkan Rukun Islam yang lima, dan mengamalkan amal-amal saleh lainnya, kita harus memiliki sikap hidup “tunduk merendahkan diri di hadapan Allah”. Perhatikan ayat-ayat Al-Quran berikut: o Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. 6/Al-An`am: 42) o Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. 6/Al-An`am: 43)
7
o
o
o
o
Kami tidaklah mengutus seseorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (QS. 7/Al-A`raf: 94) Dan ingat-ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. 7/AlA`raf: 205) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal ṣaleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya. (QS. 11/Hud: 23) Dan sesungguhnya Kami telah menimpakan ażab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (QS. 23/Al-Mu`minun: 76)
Dengan merujuk kepada makna Islam dan ayat-ayat Al-Quran di atas, maka untuk mengamalkan ajaran Islam yang benar (sesuai Kehendak Allah) kita harus mengamalkan Islam dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”. Kita dirikan Ṣalāt dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”; kita membayar zakat, juga sedekah dan infaq, dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”; kita menjalankan puasa Ramadhan dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”; kita menunaikan ibadah hajji ke Baitullah dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”; kita menjalankan amal-amal saleh dengan “merendahkan diri di hadapan Allah”; dan seterusnya. Implikasi lainnya, kita jangan sekedar mengerjakan Ṣalāt secara formal sementara hati kita sombong; jangan sekedar membayar zakat, juga sedekah dan infaq, secara formal sementara hati kita sombong; jangan sekedar menjalankan puasa Ramadhan secara formal sementara hati kita sombong; jangan sekedar menunaikan ibadah hajji secara formal sementara hati kita sombong; dan seterusnya. Ingat kata kunci beragama Islam, yakni “tunduk-patuh merendahkan diri di hadapan Allah” sebagaimana diajarkan, dibimbingkan, dan diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW!
8
MAKNA DAN IMPLEMENTASI SYAHĀDĀT
3
A. Makna Syahādāt Secara lugawī atau etimologis, kata ‘syahādāt’ (bahasa Arab) berarti ‘penyaksian’, yakni ‘penyaksian’ terhadap obyek yang wajib disaksikan. Adapun secara isṭilāhī atau epistimologis, syahādāt adalah penyaksian terhadap TUHAN yang punya Nama ALLAH dan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah. Kalimat syahādāt sudah begitu populer di kalangan umat Islam, karena syarat keislaman seseorang adalah wajib mengucapkan 2 kalimat syahādāt. Di kalangan masyarakat awam 2 kalimat syahādāt ini tidak bermakna sama sekali. Mereka merasa telah beragama Islam jika telah mengucapkan 2 kalimat syahādāt yang tanpa makna sama sekali. Misalnya seorang lelaki non-muslim mau menikahi wanita muslimah. Keluarga wanita biasanya meminta lelaki yang mau meminangnya terlebih dahulu harus beragama Islam. Sang lelaki yang betul-betul mencintai wanita muslimah itu dengan mudah bersedia mengucapkan 2 kalimat syahādāt. Pernikahan pun terjadi. Tapi setelah menjadi suami-istri sang lelaki itu sama sekali tidak mengamalkan ajaran Islam. Mereka sama sekali tidak mengerjakan shalat 5 waktu dan di bulan Ramadhan pun makan-minum di siang hari. Kalimat syahādāt seharusnya bukan sekedar diucapkan. Maknanya harus masuk ke dalam hati nurani. Jika sekedar mengucapkan saja yang tanpa makna maka burung beo juga bisa mengucapkannya. Kalimat syahādāt harus benar-benar menjadi fondasi dan titik berangkat bagi perjalanan seorang muslim menuju Tuhan. Mari kita baca 2 kalimat syahādāt ini dengan merenungi maknanya secara mendalam. Bunyi kalimat syahādāt yang pertama sebagai berikut: هللا ُ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن َال ِإلَ َه ِإ َّال
9
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan mengucapkan kalimat ini berarti kita telah ‘menyaksikan’ TUHAN yang punya Nama ALLAH. Sebagaimana dalam QS. 20/Thaha ayat 14, Tuhan mengenalkan Diri-Nya dengan Nama ALLAH: Innanī Ana Allah =Sesungguhnya
AKU
ini
(bernama)
ALLAH.
Kemudian
Nabi
Muhammad SAW diperintah untuk mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa dengan Nama ALLAH: Qul Huwa Allahu Aḥad =Katakanlah (hai Muhammad) DIA itu (bernama) ALLAH, (DIA itu) Maha Esa. Jadi, ALLAH itu adalah Nama TUHAN. Atau lebih tepatnya salah satu Nama TUHAN, karena DIA mempunyai banyak Nama, yakni Al-Asmā`ul Ḥusnā. Nama-nama yang baik bagi TUHAN ada 99 Nama (ALLAH, al-Raḥman, al-Raḥim, al-Malik, dan seterusnya). Tapi Nama ALLAH adalah Nama yang mencakup seluruh Asma. Karena itulah Nama ALLAH paling sering disebut. Tapi perlu diingat, ALLAH itu bukan TUHAN melainkan Nama TUHAN, atau salah satu Nama TUHAN. Bunyi syahādāt yang kedua sebagai berikut: ِأ َ ْش َهدُ أ َ َّن محمدًا َر ُس ْى ُل هللا Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasulullah. Dengan mengucapkan kalimat ini berarti kita telah ‘menyaksikan’ Nabi Muhammad SAW sebagai RASULULLAH. Al-Quran menegaskan tentang hal ini: ﴾٠ٓ﴿ ..... ََمب كَبنَ ُم َح َّمدٌ أَبَب أ َ َح ٍد مِ ْه ِر َجب ِل ُك ْم َولَك ِْه َر ُسى َل هللاِ َوخَبت ََم ال َّى ِب ٍٍِّه (Nabi) Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang lakilaki di antara kamu, tetapi dia adalah RASULULLAH dan penutup Nabi-nabi (QS. 33/Al-Aḥzāb: 40).
10
Pertanyaan kita sekarang ini mengapa kalimat syahādāt ada 2, syahādāt pertama kita ‘menyaksikan’ Tuhan yang punya Nama Allah dan syahādāt kedua kita ‘menyaksikan’ Nabi Muhammad sebagai Rasulullah? Jawabnya, karena kita hanya dapat ‘menyaksikan’ Tuhan yang AsmaNya Allah setelah berGuru kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itulah untuk dapat ‘menyaksikan’ Allah terlebih dahulu kita harus sudah dapat ‘menyaksikan’ Muhammad Rasulullah. Setelah kita ‘menyaksikan’ Muhammad Rasulullah, dalam arti telah mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah, kita harus berGuru kepadanya agar kita dapat ‘menyaksikan’ Allah. Mengapa tanpa berGuru kepada Nabi Muhammad SAW kita tidak mungkin dapat ‘menyaksikan’ Allah? Jawabnya, karena Tuhan itu Al-Gayb (Maha Gaib), yakni sama sekali tidak mungkin dapat dilihat oleh mata kepala; sedangkan satu-satunya orang yang mengetahui DiriNya Tuhan Yang Maha Ghaib hanyalah Rasulullah, sebagaimana firmanNya dalam QS. 72/Jin ayat 26-27: (DIA-lah TUHAN saja) Yang Mengetahui (DiriNya) Yang Al-Ghaib; maka DIA tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang (DiriNya) Yang Al-Ghaib itu, kecuali kepada seorang RASUL yang diridhai-Nya; maka sesungguhnya DIA mengadakan penjaga-penjaga (para malaikat) di muka dan di belakangnya. Jadi, satu-satunya orang yang diberi tahu oleh Allah tentang DiriNya Yang Al-Ghaib hanyalah Rasulullah. Maksudnya, Diri Tuhan itu dirahasiakan oleh Tuhan sendiri. Satu-satunya orang yang diberi tahu tentang DiriNya Yang Al-Ghaib hanyalah UtusanNya. Di sinilah letak pentingnya syahādāt
11
kedua. Tanpa syahādāt kedua, atau tanpa ‘menyaksikan’ Muhammad Rasulullah, kita tidak mungkin dapat ‘menyaksikan’ Allah. Perlu diingat pula, beriman kepada Rasul-RasulNya Allah merupakan salah satu Rukun Iman yang enam. Jika tidak beriman kepada Rasul-RasulNya Allah berarti kafir. Kemudian, jika kita sudah secara yakin mengucapkan 2 kalimat syahādāt, kita harus menanamkan sejumlah keyakinan berikut: 1. Kita harus meyakini bahwa tidak ada tuhan kecuali TUHAN Yang AsmaNya ALLAH. Maksudnya: (a) Tidak ada yang patut disembah kecuali ALLAH, (b) Tidak ada tempat bergantung kecuali ALLAH, dan (c) Tidak ada yang dipentingkan kecuali ALLAH. 2. Kita harus meyakini bahwa tidak ada yang dituju kecuali ALLAH. Perlu diingat, kita berasal dari ALLAH dan harus kembali lagi kepada ALLAH lagi: ﴾ ٔ٩١﴿ َاجعُىن ِ ِ إِ َّوب...... ِ هلل َوإِ َّوب إِ َل ٍْ ِه َر 3. Kita harus meyakini bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali Daya dan Kekuatan ALLAH. Maksudnya, Yang Punya Daya dan Punya Kekuatan hanyalah ALLAH. Kita jangan pun punya daya dan punya kekuatan, bernafas pun kita tidak bisa tanpa dibernafaskan oleh ALLAH: La haula wala quwwata illa billah. Dalam Qs. 18/Al-Kahfi ayat 39 ditegaskan, Masya Allah la quwwata illa billah = Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali (Kekuatan) ALLAH: 4. Kita harus meyakini bahwa tidak ada yang wujud kecuali ALLAH. Diri kita ini sebenarnya tidak wujud karena diadakan oleh Yang Maha Wujud. Jadi, yang benar-benar Wujud hanyalah ALLAH. B. Implementasi Syahādāt Jika orang telah mengucapkan 2 kalimat syahādāt ada sejumlah konsekuensi yang harus dijalani oleh orang yang mengucapkan 2 kalimat syahādāt itu. Konsekuensi-konsekuensi itu terutama:
12
1. Kita wajib hanya mentaati ALLAH dan mentaati RASULULLAH. FirmanNya dalam QS. 4/An-Nisā` ayat 59: Taatilah Allah dan taatilah Rasul juga Ulil Amri di antara kamu. Ulil Amri bukanlah pemimpin dunia melainkan Al-Khulafā`ur Rāsyidīn al-Mahdiyīn الخلفبء الزاشدٌه المهدٌٍهatau Ulama Pewaris Nabi (Al-‘Ulamā` humul waraṡatul Anbiyā` = ) العلمبء هم الىرثت األوبٍبء. 2. Kita wajib mengingat-ingat ALLAH (berzikir) terutama ketika sedang mendirikan shalat. FirmanNya dalam QS. 20/Thaha ayat 14: َ َوأَق ِِم الصَّالة ﴾ ٔ٠﴿ ِل ِذ ْك ِزي.... = dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Aku=Tuhan). Jadi, ketika kita mendirikan shalat – mulai Takbiratul Iḥram hingga Salām – kita diperintah untuk mengingat-ingat Allah. Jika tidak mengingat-ingat Allah maka oleh Allah shalatnya divonis sāhūn (lalai, tidak mengingat Allah) yang diancam dengan neraka: Fawaylun lil-muṣallīn, allażīnahum ‘an ṣalātihim sāhūn =Maka kecelakaan bagi orang yang salat, (yakni) mereka yang salatnya lalai (tidak mengingat-ingat Allah). 3. Kita wajib menyatakan permusuhan dengan syetan karena syetan merupakan musuh yang nyata bagi orang-orang beriman. FirmanNya antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 208: ُ = َوال تَتَّبِعُىا خ َ ٍْ ث ال َّش ﴾ ٕٓ٢﴿ ٌبن إِ َّوهُ َل ُك ْم َعد ٌُّو ُمبٍِه ِ ُط َىا ِ ط dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya dia (syetan itu) merupakan musuh yang nyata bagimu. Syetan ialah segala pengajak dari luar diri kita di mana ajakannya itu tidak sejalan dengan Kehendak Allah dan RasulNya. Syetan bisa berupa manusia yang secara langsung menghalang-halangi manusia agar tidak melakukan amal
13
saleh yang sejalan dengan perintah Allah dan RasulNya, juga mengajak kepada suatu ajakan yang tidak sejalan dengan Kehendak Allah dan RasulNya. Bisa juga berupa syetan jin yang biasa berbisik-bisik di dalam dada manusia (yuwaswisu fi shudurin nas). 4. Kita wajib menundukkan nafsu dan syahwat kita. Nafsu dan syahwat adalah segala keinginan dan ajakan dari dalam diri kita di mana keinginan dan ajakan itu tidak sejalan dengan Kehendak Allah dan RasulNya. Allah malah mengingatkan jangan sampai kita men-TUHAN-kan (dalam arti ‘mementingkan’) nafsu dan syahwat kita. FirmanNya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs. 45/Al-Jāṡiyah: 23).
14
USWAĦ ḤASANAĦ: MENELADANI AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW.
4
A. Tamhid Islam memberikan tuntunan pada manusia untuk bertindak dalam melakukan berbagai upaya pendidikan, salah satu tindakan itu diperankan seseorang yang harus ditiru kebaikannya dengan bentuk peniruan model. Sebagaimana Allah memberikan contoh teladan buat manusia untuk dapat ditirunya dengan sempurna. Contoh model itu diperankan oleh utusan-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul. Dalam Islam model teladan itu bagi manusia hanya dapat diperankan tugasnya oleh manusia itu sendiri. Tuhan tidak dapat memerankan tugas manusia sebagai teladan untuk diikuti manusia. Melainkan mengutus wakilnya yang diperankan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu Ia mengutus Rasul-Nya dan dijadikannya pemeran tugastugas ketuhanan dan menjadi model untuk dapat ditiru oleh manusia itu sendiri. Hal itu terdapat pada ungkapan kata Al-Qurān dengan istilah uswaħ ḥasanaħ (suri teladan yang baik). Sekarang model-model manusia sebagai utusan Tuhan itu telah tidak ada. Semua sudah wafat dan pulang ke rahmatNya. Oleh sebab itu kenyataannya generasi muda, anak didik, sekarang ini kurang mendapatkan perhatian pada idola dari tokoh yang telah tiada di dunia ini. Bahkan tokoh keagamaan seperti Nabi dan Rasul sekalipun. Berkurangnya perhatian yang baik dan utama pada ceritera atau sejarah Nabi dan Para Nabi sebagai tokoh spiritual keagamaan. Termasuk berkurangnya pendidikan kaum muslimin pada pendidikan khusus dalam kelembagaan Islam seperti Pesantren, Surau, dan Pendidikan Islam di Timur tengah sebagai pusat pendidikan Islam. Dibanding dengan semangat dan kenyataan minat para pelajar kita ke Negara-negara lain (khususnya Barat). B. Rasionalitas Keteladanan Nabi Dari sejak Nabi Muhammad lahir ke dunia, beliau selalu dapat dijadikan teladan baik bagi siapapun. Bangsa Arab pun memberikan gelar kepercayaan tinggi kepada beliau sebagai orang muda yang jujur dapat dipercaya (AlAmīn). Sehingga Allah sendiri menganugerahinya dengan julukan pemilik Akhlak yang agung (Ibn Hisyām, 1981): )٠( ق عَظِ ٍٍم ٍ َُوإِوَّكَ لَعَلى ُخل
15
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (akhlak) yang agung (Q.S. Al-Qalam, 68:4). Setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul, umatnya dituntun ke dalam kehidupan yang baik dan beliau sebagai suri teladan bagi mereka. Sampai sekarang tidak ada orang yang tingkah lakunya menjadi teladan umat yang amat besar. Biografi dan segala macam delik kehidupannya dituliskan secara detail dan terperinci dalam berbagai kitab besar Ḥadīṡ dengan periwayatan yang terhubung sampai para penulisnya. Ditinjau dari sudut pandangan landasan filosofis, legalisasi Uswaħ ḥasanaħ itu terdapat dalam Al-Qur`ān dengan ayat-ayat antara lain: 1. Q. S. 33:21 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (berjumpa dengan) Allah, (meyakini) Hari Akhir, dan banyak menyebut Allah (banyak berzikir).” (Q.S. Al-Aḥzāb, 33:21)”.
2. Q. S. 60:4 ”Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali " (Al-Mumtaḥanaħ, 60:4) ”.
3. Q. S. 60:6 ”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling,
16
Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji (AlMumtaḥanaħ, 60:6) ”. Manusia baik orang tua maupun anak-anak pada dasarnya memerlukan suri tauladan dan bentuk model bagaimana manusia yang baik itu harus ditirukan. Semua orang dengan berbagai peran dan profesi masingmasing memerlukan suri teladan. Pemimpin memerlukan figur yang baik sebagai pemimpin terdahulu yang sukses, guru memerlukan model guru yang sukses sebalumnya, demikian juga pedagang, petani, peternak, pelaut, dan profesi lainnya. C. Pentingnya Uswaħ Ḥasanaħ Dalam mendidik diperlukan media yang penting untuk menyampaikan materi pelajaran agar lebih dapat menarik perhatian kepada apa yang menjadi pelajaran. Maka tuntunan yang baik, perilaku terpuji, dan sifat-sifat akhlak suci antara lain merupakan Uswaħ Ḥasanaħ untuk para anak didik akan sangat bernilai penting. Pemberian contoh konkret yang langsung akan lebih menarik karena kesan yang ditimbulkan mengakibatkan terjadinya segala macam tingkah laku dan sikap ini yang diperlukan dibanding hanya dengan menyampaikan materi secara oral (Bakkār, n.d.). Islam dapat menyebar sampai ke seantero dunia berkat tuntunan yang baik dari kaum muslimin yang mengesankan pandangan non muslim sampai dengan suka rela memeluk agama ini. Maka Uswaħ Ḥasanaħ yang direalisasikan dalam riwayat hidup kaum muslimin penyebar Islam itu hakikatnya adalah da’waħ nyata implementasi dari murninya fitrah dan terangnya akal membawa pada kebenaran Allah dari Uswaħ Ḥasanaħ itu (Ḥumayd, 2011: 7-8). Uswaħ ḥasanaħ dalam Islam ada dua: 1. Uswaħ ḥasanaħ mutlak: Yang terjamin bersih dari berbagai kesalahan maupun kekeliruan, yaitu ada pada sosok Rasūl Alláh saw. sebagai suri teladan yang agung, luhur, pemilik kesempurnaan Akhlak, serta punya biografi yang menakjubkan. 2. Uswaħ ḥasanaħ terbatas: adalah suri teladan yang ada pada makhluk Alláh yang lainnya, hal ini karena tidak ada jaminan seperti pada Nabi SAW. Orang-orang tersebut adalah orang-orang ṣaliḥin dan muttaqīn
17
(Ḥumayd, 2011). Pembelajaran Dengan Uswaħ ḥasanaħ adalah metode pembelajaran yang paling efektif dibanding metode lainnya yang pernah ada. Karena dalam pembelajaran Uswaħ ḥasanaħ paling mendekatkan pada keberhasilan tujuannya. Allah melekatkan kepribadian Rasul-Nya dalam gambaran yang sempurna sebagai ajaran Islam dan juga sebagai lukisan yang abadi sepanjang sejarahnya. Ia membelajarkan kaum muslimin sepanjang sejarah dunia ini sebagai pelopor pendidikan Islam dengan sosok guru yang membelajarkan anak didik dengan sangat efektif. Cara pandang melalui tuntunan keteladanan ini seperti bagaimana Rasul membelajarkan ibadah, ṣalat, dan tingkah laku sikap yang memberikan motivasi dengan imbalan pahala dari mengikuti jejak (sunnah) yang baik untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Demikian ini berlangsung pasti sampai hari kiamat (Al-Naḥlawī, 1992: 254). Tampak sangat jelas bahwa pendidikan dengan Uswaħ ḥasanaħ paling tampak akan lebih berhasil dan paling berguna dalam metode pembelajaran apapun. Sebagai contoh bagaimana kuatnya membelajarkan anak yang didorong untuk melaksanakan salat berjamaah bila orang tuanya atau gurunya selalu terlihat di mata anak dan anak didiknyanya selalu melakukan salat dan mengagungkan berjamaah. Tanpa Uswaħ ḥasanaħ ini maka tidak ada gunanya mendidik, karena tidak aka nada kesan contoh, teladan, tuntunan yang dapat diikutinya (Ḥumayd, 2011: 232) Persyaratan Utama menjadi manusia dengan Uswaħ Ḥasanaħ (Ḥumayd, 2011: 12-34): 1. Bāṭiniaħ terdiri dari tiga pilar: Iman, Ikhlas, dan Ibadah: 2. Sifat Lahiriah Akhlak Baik yang akan diimplementasikan dalam proses sepanjang hidup pendidik antara lain: Jujur, Sabar, Kasih sayang (Raḥmaħ), Rendah hati (Tawaḍḍu’), Santun (Rifq), dll. (Ḥumayd, 2011): Uswaħ ḥasanaħ dan tuntunan yang baik yang mesti diemban manusia muslim mestinya memperhatikan hal-hal tindakan Akhlak sebagai berikut: 1. Berakhlak baik yang sempurna (sesuai dengan misi Nabi): 2. Memiliki Kesesuaian Ucapan dan Tindakannya. 3. Menjauhi tempat-tempat dan sumber-sumber ketidak baikan bagi kemanusiaan yang menimbulkan berbagai kecurigaan.
18
D. Khatimah: Implementasi Model Jasmaniah dalam Pola Hidup Anak Didik Konsep model uswaħ ḥasanaħ yang komprehensif di dalam Islam diperankan langsung oleh Nabi Muhammad sebagai sosok yang dapat ditiru segala macam detail kehidupannya. Keparipurnaan suri teladan ini sangat terperinci dalam sejarah biografi beliau dan puluhan kitab besar Ḥadīṡ. Perilaku yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw sesuai yang diharapkan dari pendidik siapa pun. [ef.]
19
ṢALĀT & AMAL SALEH
5
A. Ṣalāt sebagai Tiang Agama Ṣalāt dapat dilakukan dengan benar jika dan hanya jika rukun Islam yang pertama telah terpenuhi (yakni sudah dapat ‘menyaksikan’ Allah dan sudah dapat ‘menyaksikan’ Muhammad Rasulullah). Dengan demikian maka orang yang telah bersyahādāt dapat dengan mudah mengingat-ingat Allah, karena tujuan Ṣalāt adalah ‘mengingat’ Allah. FirmanNya dalam QS. 20/Ṭaha ayat 14: wa aqimiṣ Ṣalāta liż-żikri =dan dirikanlah Ṣalāt untuk mengingat Aku (Aku=Tuhan). Dengan Ṣalāt yang liż-żikri maka maksud sabda Nabi SAW bahwa Ṣalāt adalah mi’rajul-mukminin (=mi`raj-nya orang-orang beriman) dapat terhayati. Demikian juga firman Allah bahwa manfaat Ṣalāt adalah tanha ‘anil fahsya`i wal munkar (=mencegah perbuatan keji dan munkar) akan diwujudkan Tuhan. Demikian halnya dengan Ṣalāt sebagai tiangnya agama (aṣ-Ṣalātu ‘imāduddīn) akan benar-benar dapat mengokohkan keberagamaannya. Sabda Nabi Saw aṣ-Ṣalātu ‘imāduddīn (=Ṣalāt itu tiangnya agama). Jika tiangnya roboh (Ṣalātnya tidak sesuai dengan Kehendak Allah dan RasulNya) maka amal-amal lain akan sia-sia. Dalam hadiṡ lainnya disebutkan, bahwa amal-amal lain akan diperiksa setelah pemeriksaan terhadap Ṣalāt beres. Jika Ṣalātnya benar, amal-amal lain diperhitungkan. Tapi jika Ṣalātnya salah (tidak sesuai dengan tujuan Ṣalāt, yakni liż-żikri =ingat AKU =ingat Zat Tuhan ), maka amal-amal lain tidak diperhitungkan. Artinya, Ṣalāt itu ibarat angka-1 di depan sedangkan amal-amal lain ibarat angka-0 di belakang. Angka-0 di belakang akan berharga jika di depannya ada angka-1; tapi tidak berharga sama sekali jika di depannya angka-0 juga. (Angka 100 berharga, tapi angka 0.000.000.000.000 walaupun angka nol di belakang angka-0-nya sepanjang jalan kereta api, tidak berharga sama sekali). Ṣalāt yang tidak sesuai dengan tujuan Ṣalāt diancam dengan neraka. Tidaklah heran jika orang-orang yang diancam dengan neraka itu adalah mereka yang tidak mengerjakan Ṣalāt. Tapi dalam QS. 107/Al-Ma`un ayat 4-5, orang-orang yang diancan dengan neraka itu justru al-muṣollin. Mereka (al-muṣollin) bukanlah orang yang tidak mengerti syarat dan rukun Ṣalāt, atau yang
20
mengerjakan Ṣalāt secara asal-asalan dan di sembarang waktu; karena kalimat al-muṣallīn menggunakan alif-lām “al” (berarti ma`rifat), artinya orang yang terbiasa mengerjakan Ṣalāt dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Secara sosiologis, al-muṣallīn dapat diartikan Ṣalātnya kaum santri, karena kaum santrilah yang terbiasa mengerjakan Ṣalāt serta yang mengerti syarat-rukunnya. Tapi mereka Ṣalātnya sahun (=lalai, tidak liż-żikri, tidak ingat Tuhan) sehingga dijebloskan Tuhan ke neraka. Na’użubillahi min żalik! Di sinilah letak pentingnya Ṣalāt yang benar, yakni harus memenuhi kehendak dan perintah Tuhan wa aqimiṣ ṣalata liż żikri (=dirikanlah Ṣalāt untuk mengingat AKU). Jadi, Ṣalāt yang benar sesuai kehendak Tuhan harus selalu “mengingat” AKU (=DiriNya Ilahi Yang Al-Ghaib, AsmaNya Allah). Dengan Ṣalāt liż-żikrii (mengingat AKU), maka kondisi khusyu` dapat tercapai (QS. 23/Al-Mu`minun: 1-2; QS. 2/Al-/Baqarah: 45). Dengan Ṣalāt yang liż-żikri pula inilah maka perbuatan keji (ma`siat) dan munkar dapat tercegah (QS. 29/Al-Ankabut: 45). B. Melakukan Amal Saleh Perhatikan kedua hadiṡ berikut: Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir muliakanlah tetanggamu. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir bicaralah yang baik atau diam saja. Perhatikan pula kedua hadiṡ yang dimulai dengan kalimat “La yu`minu ahadukum …” (Tidak beriman seseorang …). Dan banyak lagi hadiṡ-hadiṡ lain yang senada dengan keempat hadiṡ tersebut. Dari hadiṡ-hadiṡ tersebut, Nabi Saw mendefinisikan iman dengan sejumlah ‘amal saleh’. Atas dasar hadiṡ-hadiṡ tersebut Jalaluddin Rakhmat mengungkapkan: “Malah saya berani mengatakan bahwa seringkali iman itu ditandai dengan bentuk amal sosial daripada amal saleh yang bersifat ritual: Memang, sebetulnya agak sulit kita membedakan ibadah ritual/maḥḍah dengan ibadah sosial itu, karena setiap ibadah maḥḍah mempunyai dimensi sosial. Tetapi untuk memudahkan pembicaraan kita, perlu dibedakan bahwa yang dimaksud ibadah maḥḍah adalah ibadah ritual yang berupa upacaraupacara untuk menyembah Allah. Dan ibadah sosial adalah ibadah yang
21
berupa amal saleh dalam bentuk sosial. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt. (Jalaluddin Rakhmat, 1994: 257) Ibadah ritual sebenarnya tidak banyak, misalnya: Ṣalāt, ṣaum, zakat, haji, zikir, do`a, dan aqīqah, yang dimaksudkan untuk secara langsung “menyembah” Allah Swt. Ibadah-ibadah maḥḍah ini pun kebanyakan mengandung dimensi sosial. Zakat dan aqīqah sangat jelas dimensi sosialnya, karena kedua ibadah ritual ini tampak dari membagikan harta dan mengundang makan tetangga/kerabat. Ṣaum merupakan ibadah menahan lapar. Dampak sosialnya masih jelas, agar ia merasakan lapar yang diderita fakir-miskin, sehingga ia berempati dan mau menginfaqkan hartanya. Dalam berdo`a kita dianjurkan untuk mendo`akan orang lain, selain tentunya untuk kepentingan sendiri. Masih menurut Jalaluddin Rakhmat, Islam menekankan ibadah dalam dimensi sosial jauh lebih besar daripada dimensi ritual. Beberapa alasan yang beliau kemukakan adalah: Pertama, ketika Al-Quran membicarakan ciri-ciri orang mukmin atau orang takwa (QS. 23/Al-Mu`minun ayat 1-11), maka ditemukan di situ bahwa ibadah ritualnya satu saja tetapi ibadah sosialnya banyak. Misalnya: Berbahagialah orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu` dalam Ṣalātnya (dimensi ritual), yang mengeluarkan zakat (dimensi ritual yang banyak mengandung unsur sosial), orang yang berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat (dimensi sosial), dan mereka yang memelihara kehormatannya kecuali kepada istrinya (dimensi sosial). Anehnya, ungkap Jalal, kita sering mengukur orang takwa dari ritualnya saja ketimbang sosialnya. Kedua, bila mengerjakan ibadah ritual itu bersamaan dengan pekerjaan lain yang mengandung dimensi sosial, kita diberi pelajaran untuk mendahulukan yang berdimensi sosial. Misalnya, Nabi pernah melarang membaca surat yang panjang-panjang ketika Ṣalāt berjamaah. Nabi pernah memperpanjang waktu sujudnya karena di pundaknya ada kedua cucunya (Hasan dan Husain). Bahkan dalam suatu riwayat, ketika Nabi sedang Ṣalāt sunat, beliau berhenti dan membukakan pintu untuk tamu yang dating. Itu semua karena pertimbangan sosial.
22
Ketiga, kalau ibadah ritual itu bercacat, kita dianjurkan untuk berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Ketika melanggar ṣaum, kita dianjurkan membayar fidyah (memberi makan kepada fakir-miskin). Hubungan suamiistri pada siang hari di bulan Ramadhan harus diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang fakir-miskin. Dalam ritual haji, kalau terkena dam (pelanggaran haji), kita harus menyembilan kambing atau domba yang dagingnya dibagikan kepada fakir-miskin. Tentu ada tebusan yang bersifat ritual, tetapi itu dilakukan bila kita tidak mampu melaksanakan yang berdimensi sosial. Akan tetapi sebaliknya, kalau ada cacat dalam ibadah yang berdimensi sosial, ibadah ritual sama sekali tidak bisa dijadikan tebusan ibadah sosial. Misalnya, kalau kebetulan kita berbuat zalim kepada manusia, maka kezaliman kita itu tidak bisa ditebus dengan, misalnya, Ṣalāt tahajud selama sekian malam. (Jalaluddin Rakhmat, 1994: 258-259) Ketika dilaporkan kepada Nabi ada seorang wanita yang selalu Ṣalāt malam dan puasa sunat tiap hari (selain yang wajib) tetapi ia menyakiti tetangga dengan lidahnya, Nabi Saw bersabda, “Perempuan itu di neraka.” Hadiṡ ini menunjukkan bahwa ibadah maḥḍah bisa tidak berarti bila ibadah sosialnya buruk. Atau, ibadah mahdahnya itu tidak mengandung implementasi sosial.
23
AMAL IBADAH SEHARI-HARI ANDA Nama: ……………………………………… Prodi: …………………………………………
"Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan, kendati sedikit" (Al-Hadits)
NIM : …………………….
Koreksilah dirimu, sebelum kamu dikoreksi. Shalatlah kamu, sebelum kamu dishalatkan. PERTANYAAN : Apakah Anda :
TANGGAL 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sholat subuh ? (berjama`ah ?) Sholat zhuhur ? (berjama`ah ?) Sholat 'ashar ? (berjama`ah ?) Sholat maghrib ? (berjama`ah ?) Sholat isya' ? (berjama`ah ?) Zikir & wirid ba`da shubuh ? Zikir & wirid ba`da zhuhur ? Zikir & wirid ba`da `ashar ? Zikir & wirid ba`da maghrib ? Zikir & wirid ba`da `isya ? Sholat tahajjud & witir ? Sholat rowatib qobla shubuh ? Sholat rowatib qobla zhuhur ? Sholat rowatib ba`da zhuhur ? Sholat rowatib qobla `ashar ? Sholat rowatib qobla maghrib ? Sholat rowatib ba`da maghrib ? Sholat rowatib qobla `isya ? Sholat rowatib ba`da `isya ? Sholat dhuha Puasa Ramadhon/ puasa sunat ? Sholat tarawih ? Membaca Al-Quran untuk dipahami ? Membaca buku agama untuk dipahami ? Bersedekah, kendati hanya sedikit ? Sadar dosa & beristighfar di malam hari Sadar dosa & beristighfar di siang hari Berdo`a memohon diberi Hidayah Berusaha lebih mengetahui Allah Silaturrahim pada saudaramu lillah & fillah ? Berusaha lebih banyak mengingat Allah ? Membaca buku kuliah lillah ? Mengerjakan tugas kuliah lillah ? Menghindari takab ur, ujub , riya, sum`ah ?
jumlah kolom terisi : NOTE: 1. Program ini khusus untuk anda. Alangkah baiknya jika tidak diperlihatkan kepada siapapun (kecuali kepada Dosen Agama anda) 2. Jika jawabannya positif, beri tanda (√) dan ucapkanlah Alhamdulillaah yang telah memaukan saya untuk beramal ibadah . 3. Jika negatif, beri tanda (X), tidak ada yang disalahkan kecuali diri anda sendiri. Kemudian ucapkan dalam hati Astaghfirullaahal `azhiim . 4. Hitunglah setiap minggu tanda (X), kemudian ber-istighfar -lah, lalu perbaiki amal ibadah anda !
24
Total
INTERAKSI DENGAN AL-QURĀN A. Tamhīd
6
Setiap hari ummat Islam yang taat beribadah minimal sebanyak lima kali beraudiensi dengan Alláh, Al-Khāliq, Sang Pencipta. Dalam audiensi spiritual itu manusia mengadakan kontak batin berdialog dengan-Nya, menyebut nama-Nya, mengagungkan nama-Nya, mengadakan pengakuan, penyerahan, pengaduan, permohonan, dan menggunakan kalimat-kalimat Al-Qurān. Yang terakhir ini dialog memanfaatkan al-Qurān adalah sesungguhnya manusia sedang berinteraksi aktif dengan-Nya dan atas nama-Nya. Dalam ṣalat manusia yang menggunakan kata-kata Alláh, menggunakan firman-Nya, ia ucapkan kalimat-kalimat Al-Qurān atas nama-Nya untuk diri manusia yang menjadi lawan interaksinya secara langsung dalam satu diri. Yang sesungguhnya dia itu secara langsung sedang berdialog, berkonsultasi, dan berinteraksi dengannya. Hal ini semua bias terjadi bukan hanya pada saat ia berada dalam kondisi melaksanakan ṣalat saja; akan tetapi juga di luarnya bila manusia itu membacakan ayat-ayat Al-Qurān, firman-Nya itu dan manusia menyebutkan dengan lidahnya mengatasnamakan Al-Khāliq, Sang Pencipta yang berfirman dalam Al-Qurān. Atas Nama Allah Kalimat Bismilláhirraḥmānirraḥim adalah ungkapan yang bermakna bicara “atas nama Alláh Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”. Manusia mengucapkan firman-Nya seperti seruan atas nama-Nya: “Wahai orang yang beriman…, Wahai manusia…., wahai orang kafir…., wahai Nabi…, dan lain sebagainya adalah ungkapan Tuhan yang bila manusia yang membacakannya bermakna manusia berbicara atas nama Tuhannya itu sendiri. Coba kita amati ayat-ayat Al-Qurān satu-persatu dari sejak ayat dan surat pertama turun. Siapakah yang memerintahkan membaca dengan kata ”iqra`!” kepada Muḥammad saat ia besemedi di sebuah gua Hira bernama di Gunung Cahaya, Jabal al-Nūr, Jibril pembawa pesan wahyu tersebut memerintahkannya sampai tiga kali. Yang keempatkalinya ia menuturkan perintah itu sampai lima ayat: 1. Baca atas nama Tuhanmu yang menciptakan
25
2. Menciptakan manusia dari pembuahan, ‘alaq 3. Bacalah, dan Tuhanmu itu yang Maha Mulia 4. Ia yang membelajarkan menggunakan kalam 5. Ia telah membelajarkan manusia akan apa yang mereka tidak ketahui. Perintah Tuhan, Rabb itu merupakan dialog pertama kepada Nabi orang Arab dengan bahasanya. Turunnya wahyu itu sesuai dengan momentum kebutuhan manusia akan cahaya ilmu pengetahuan yang saat itu gelap tanpa penetranggannya. Penerangan para nabi terdahulu mulai meredup di dunia ini. Terbit cahaya terang memancar dari tanah Haram wilayah suci Makkah Al-Mukarramah. Sejarah Islam dan khususnya sejarah Nabi Muhammad, adalah sejarah yang original merupakan proses turunnya wahyu dalam ranah firman Allah yang melatarbelakangi perkembangannya. Asbāb al-Nuzūl atat-ayat Al-Qur`ān adalah dinamika pendialogan firman Allah dalam dialog kemanusiaan yang mencocokan dengan keadaan manusia dan Tuhannya. Setiap peristiwa turun ayat itu merupakan produksi dari dialog interaksinya wahyu dengan implementasinya di zaman Nabi. Bahkan dialog-dialog innteraksi aktif dimunculkan dalam berbagai pertanyaan Qur`āni dengan kata-kata pertanyaan yang diabadikan langsung. Sekarang dalam ajaran Islam sunnaħ Nabi Muhammad saw terdapat kebiasaan mengucapkan ungkapan bismillāh (basmalah). Ungkapan ini digunakan dalam menyertai dan memulai berbagai kegiatan dan pekerjaan yang baik atau ibadah. Walaupun sebelumnya dalam masyarakat Arab sebelum turun Wahyu Allah kepada Nabi Muhammad, kata dan kalimat itu tidak dikenal. Sesuatu yang biasa digunakan untuk ungkapan pekerjaan, tulisan, dan memulai sesuati itu di kalangan orang Arab di sana sering dipakai kalimat bismika Allāhumma (Atas Namamu Ya Allah). Nama Allah adalah kata yang dimiliki orang Arab untuk Nama Tuhan. Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad tidak berbahasa Arab, memanggil nama Allah dengan bahasa mereka sendiri. Yang berbahasa Ibrani, Arami, Suryani, memanggil-Nya dengan El, Eli, Elohim, atau Yahweh, Yehova, dan lainnya. Untuk melacak kata itu, kita dapat menemukannya dalam banyak dokumen orang Arab. Seperti dokumen kaum Quraisy yang biasa digantungkan di dinding Ka’bah, berupa sya’ir-syair mu’alaqat (puisi-puisi yang digantungkan) di dinding
26
tersebut dan di atas surat ancaman embargo ekonomi sosial, dokumen penting lainnya bagi orang Arab, surat-surat bay’at dan perjanjian-perjanjian. Pada awal tutunnya wahyu Al-Qurán sebagai permulaan perioda Islam di Makkah kalimat yang diturunkan Allah adalah Bismi Rabbik al-lażī Khalaq (Atas Nama Rabb Mu yang telah mencipta (Q.S. Al-‘Alaq 96:1), kita mengenalnya setelah perintah Iqra` …… . Juga beberapa surat dan kesempatan turun wayu berikutnya seperti Bismi Rabbika al-‘Aẓīm (Atas Nama Rabb Mu yang Maha Agung) (dalam tiga ayat masing-masing Q.S. AlWāqi’aħ 56:74, Al-Muzammil 73:69, dan Al-Ḥāqqaħ 69:52). Ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran saat itu tidak dimulai dengan basmalah. Nabi saw dan para sahabat mengerjakan atau membaca sesuatu tanpa kalimat basmalah yang kita kenal itu. Namun baru setelah banyak dan lama turun wahyu dan turun surat Al-Naml. Tepatnya pada ayat yang mengisahkan Nabi Sulaymān mengirimkan surat kepada Ratu Bilqis di Negeri Saba, isi surat tersebut dikutipkan: “ Bahwa ini surat dari Sulayman: Isinya: Bismillāhirraḥmanirraḥīm, (Atas nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Janganlah kalian berbuat pongah (sombong) terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang damai". (Q.S. Al-Naml 27:3031). Ayat itulah satu-satunya ayat pertama tentang basmalah. Kalimatnya lengkapnya Bismillāhirraḥmanirraḥīm. Sedangkan di ayat lain kalimat ada juga Bismillāhi Majrehā Wa Mursāhā (Q.S. Hūd 11:41), tidak digunakan sebagaimana basmalah yang lengkap. Yang satu ini digunakan untuk permulaan bacaan dalam perjalanan. Pada ayat itu sebenarnya tentang kisah Nabi Nuh. Beliau mengucapkan Bismillāhi Majrehā Wa Mursāhā innā rabbī la gafūrurraḥīm, dalam perjalanan berlayar mengawali banjir besar yang kita kenal dalam sejarah. Dari sanalah, maka basmalah yang lengkap dari Nabi Sulayman itu mulai dicantumkan dalam setiap awal semua surat Al-Quran termasuk surat Al-Fatihah, kecuali surat Al-Baraah atau Al-Tawbah. Sampai sekarang kebiasaan mengucapkan basmalah ini sudah menjadi ibadah dan ungkapan yang lazim bagi umat Islam di seluruh dunia. Dalam berbagai hadis Nabi diungkapkan bahwa: “Orang yang tidak memulai pekerjaannya tanpa atas nama Allah terputus”. Kita dapat memaknai hal ini dengan menghubungkannya dengan penciptaan Allah yang memiliki mata rantai dengan kehidupan kita yang diciptakannya. Adalah sebuah teologi yang kokoh untuk mengembalikan kehidupan dan penciptaannya dalam
27
sebuah kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan. Inilah yang dinamai tauhid. Dalam bahasa kaum jabariyah, kita hidup di dunia ini tidak bertindak dengan kelakuan yang hanya dilakukan oleh kita sendiri. Akan tetapi kita bekerja dan hidup atas kehendak yang Mahakuasa dan Mahapencipta untuk berbuat baik dan dengan ikhlas karena berhubungan dengan Allah. Selanjutnya menurut Qadariyah, manusia itu berusaha dengan kekendak yang diberikan Allah kepadanya, karena itu semua manusia dibebani tugas yang dilakukan oleh usahanya untuk menentukan pilihan menjadi baik. Hanya usaha manusianya sendirilah yang dapat dinilai sebagai nilai kebaikan yang dapat dikatakan sebagai kehendak Allah. Usaha yang mengarahkan kepada kejahatan dan perbuatan yang tidak baik adalah karya manusia yang tidak mengatasnamakan Allah Yang Maha Pengasih Penyayang. Karena itu tanggung jawab perbuatan yang tidak mengatasnamakan Allah bukan dariNya. Islam berada di tengah-tengah faham kedua kubu di atas. Merupakan keseimbangan bagi seorang muslim bila dapat menjabarkan kedua kubu yang memahami sesuatu untuk dapat diharmoniskan dalam hidupnya. Pengharmonisan dalam menghadapi sesuatu yang berbeda dari kekuasaan Allah dapat menjadi kebutuhan seumpama kebutuhan ciptaan Allah akan adanya langit dan bumi, siang dan malam, laki-laki dan perempuan dan seterusnya. Oleh karena itu, sejatinya kaum muslimin yang membacakan ayat-ayat alQuran, berarti mereka menggunakan lidah dan mulut yang berbicara sebagai makhluk atas nama Allah sebagai khaliq yang menciptakannya. Dalam ungkapan arabnya adalah basmalah itu. Bukan manusia yang berbicara, tetapi Allah lah yang berfirman. Bukan mulut dan lidah yang berbicara, tetapi semua alat-alat bicara itu adalah simbol yang mewakili Allah, atas nama-Nya. Bahkan dalam khazanah kaum Sufi sangat populer bahwa seorang wali pada satu saat mewakili dan berbicara atasnama-Nya seperti dalam kasus Al-Halaj. Yang lebih menarik bahwa mendekatkan diri kepada Allah dengan menyematkan Nama Allah yang Maha Baik (Al-Asmā al-Husnā) sebagai sifat manusia yang melekat padanya. Semakin penyayang manusia berarti semakin dekat kepada Allah yang maha pengasih (Al-Raḥmán), dan semakin berilmu manusia berarti ia semakin dekat kepada yang maha berilmu (mengetahui) Al-‘Alīm. Semakind ermawan manusia berarti semakin dekat
28
kepada yang Maha Pemberi dan Maha Kaya (Al-Wahhāb, Al-Ganiy), dan seterusnya sampai seluruh nama Allah yang 99 itu. Allah dapat didekati dengan berbagai cara dan atas nama-Nya. Allah begitu dekat dan lebih dekat seperti yang diperkirakan makhluknya. Bahkan akhirnya dalam bahasa Tasawwuf itu ada konsep yang berbagai macam untuk menjadi simbol Tawhīdullāh. Bukan hanya sekedar dekat tetapi lebih dekat dan Maha Dekat demikian diungkapkannya aqrab min ḥablil warīd. Teori yang mereka gunakan untuk itu dalam di kalangan kaum sufi adalah Al-Ittiḥād, Al-Ḥulūl, dan Wahdaħ al-Wujūd. *ef.+ Allāhu A’lam bi al-Ṣawāb.
29
MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN MUSLIM
7
A. Manusia Perspektif Al-Quran Istilah manusia dalam Al-Quran terutama diungkap dalam 3 term: basyar, al-insān, dan an-nas. Dalam banyak tulisan, basyar disebut-sebut sebagai dimensi jasmaniah, al-insān dimensi psikologis-ruhaniah, dan an-nas dimensi sosiologis-kemasyarakatan dari manusia. Padahal kalau kita kaji secara seksama ketiga term itu tidak bisa diartikan secara tekstual, melainkan harus dipertautkan dengan konteks keberagamaan (Munawar Rahmat, 2010). Term basyar lebih memperingatkan manusia yang cenderung mempertuhankan hawa-nafsunya (yang berwujud jiwa-raga). Sebagaimana iblis yang aba wastakbaro (sombong dan takabur) karena merasa ana khoirun minhu (aku lebih baik daripadanya), manusia cenderung memandang rendah para Nabi/Rasul dan pengikut-pengikutnya, karena yang dilihat jiwaraganya. Term al-insān merupakan peringatan dari Allah bahwa manusia cenderung kafir. Ketika menerima amanat, padahal amanat itu ditawarkan Allah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, Allah sama sekali tidak memujinya, malah memvonis bahwa al-insān itu żaluman jahūla (żalim dan bodoh); dan term al-nās pun memperingatkan manusia yang cenderung mengikuti agama leluhur, agama mayoritas, dan agama yang menarik perhatiannya, atau mengikuti pendapatnya sendiri; bukannya mengikuti para Nabi/Rasul, yang sekarang ini (hingga Hari Kiamat nanti) adalah mentaati Nabi Muhammad SAW dan para Ulama Pewaris Nabi. Term basyar diungkapkan 37 kali dalam Al-Quran, antara lain dalam ayatayat berikut: o Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan basyar (manusia) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada basyar (manusia) yang Engkau telah menciptakannya dari tanah
30
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. 15/Al-Hijr: 28-33) o Berkata Rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan) mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah basyar (manusia) seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah leluhur kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata. (QS. 14/Ibrahim: 10). Tetapi setelah Rasul-rasul itu membawa bukti-bukti mereka tetap saja tidak beriman. o Lalu Kami utus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (yang menyeru): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya). Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah basyar (=manusia) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (QS. 23/Al-Mu’minun: 32-33) Term al-insān disebut di dalam Al-Quran sekitar 65 kali, antara lain dalam ayat-ayat berikut: o Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah (=’agama’) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya; dan dipikullah amanah itu oleh al-insān (manusia). Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. 33/Al-Ahzab: 72) o Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan al-insān (manusia) dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu yang bersyukur. (QS. 32/As-Sajdah: 7-9) o Binasalah al-insān (manusia), alangkah amat sangat kekafirannya! Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani (air yang hina) Allah
31
menciptakannya, lalu menentukannya; kemudian Dia memudahkan jalannya; lalu Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekalikali jangan! Manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. (QS. 80/`Abasa: 17-23) Term nās diungkap di dalam Al-Quran sebanyak 179 kali, antara lain dalam ayat-ayat berikut: o Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan an-nās (manusia) menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan an-nās (manusia) tidak mengetahui (agama yang lurus itu). (QS. 30/Ar-Rum: 30) o Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara an-nās (manusia) ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak!), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapakbapak mereka) walaupun syetan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (QS. 31/Luqman: 20-21) Agar sejalan dengan Kehendak Allah kita perlu berupaya untuk menjadi manusia yang sempurna (insān kāmil). Ibnu Araby mengingatkan hanya ada dua pilihan bagi manusia, yakni menjadi insān kāmil atau menjadi monster setengah manusia (Ibn Araby dalam Takeshita, 2005: 131). Maksudnya, jika kita tidak memilih hidup menjadi insān kāmil, maka kita akan menjadi monster setengah manusia. B. Unsur-unsur Kepribadian Manusia terdiri dari unsur lahir (jasad) dan unsur-unsur batin (hati, nafsu, akal, ruh, dan rasa). Al-Qusyairi (Juhaya S. Praja, 1990: 149-150) yang mengemukakan adanya tiga alat dalam tubuh manusia dalam hubungannya dengan Allah (unsur batin), yakni qalb (hati) yang berfungsi untuk
32
mengetahui Sifat-sifat Allâh, rūh yang berfungsi untuk mencintai Allâh, dan sirr (rasa) yang berfungsi untuk melihat Allah. Artinya Al-Qusyairi mengungkapkan adanya 4 unsur kepribadian. Demikian juga Pangeran Mangkunegoro IV (1811–1881 M), secara tersirat mengemukakan adanya 4 unsur manusia ketika menjelaskan tentang sembah (ibadah), yakni: sembah raga (=ibadah raga), sembah cipta (=ibadah hati), sembah jiwa (=ibadah roh), dan sembah rasa (=ibadah rasa). (Ardani, 1995). Munawar Rahmat (2010) menjelaskan keempat unsur manusia sebagai berikut: 1) Pertama, jasad. Keberadaannya di dunia dibatasi dengan umur. Wujud nafsu manusia tidak lain adalah wujud jasad ini yang sengaja dicipta oleh allah untuk diuji. Karena wujud jasad ini sebagai ujian, maka oleh Allâh diberi hati (yakni hati sanubari atau nafsu) yang wataknya persis seperti iblis, yakni aba wastakbar (takabur) dan ana khairun minhu (ujub, merasa lebih baik, bahkan dibandingkan dengan Utusan Allah). 2) Kedua, hatinurani. Letaknya tepat di tengah-tengah dada. Tandanya degdeg. Disebut juga dengan hati jantung. Hatinurani dijadikan Allâh dari cahaya, wataknya seperti para MalaikatNya Allah yang rela sujud (patuh dan tunduk) kepada wakilNya Allah di bumi (QS. 2/Al-Baqarah: 30-34), yakni tunduk-patuh kepada Rasulullah. Bukti adanya hati adalah dalam diri kita ada cinta dan benci. 3) Ketiga, roh. Roh adalah Daya dan Kekuatan Tuhan yang dimasukkan ke dalam jasad manusia, lalu menandai dengan keluar-masuknya nafas, menjadi hidup seperti kita di dunia sekarang ini. Ciri adanya roh adalah kita dihidupkan di dunia ini (ditandai dengan keluar-masuknya nafas). 4) Keempat, sirr (rasa). Rasa adalah jatidiri manusia. Bukti adanya rasa adalah kita dapat merasakan berbagai hal dan segala macam (asin, pahit, getir, enak dan tidak enak, sakit dan sehat, senang dan susah, sakit hati, frustasi, dll). Akal bukanlah unsur manusia melainkan pembantu utama hati; ibarat Perdana Menteri sebagai pembantu utama Raja, antara lain diungkapkan oleh Imam Ghazali (Ali Issa Oṭman, 1982). Oleh karena itu Al-Quran mengungkapkan tentang hati menggunakan ‘kata benda’ (karena merupakan salah satu unsur manusia) sedangkan kata akal menggunakan ‘kata kerja’ (karena sebagai fungsi dari hati). Jika Sang Raja baik, maka akal akan
33
memerintah Perdana Menteri untuk menjalankan kebaikan-kebaikan bagi rakyat di negerinya; sebaliknya, jika Sang Raja angkara murka maka Sang Perdana Menteri akan diperintah untuk menjalankan proyek-proyek ambisiusnya yang merusak bangsa dan rakyat. Demikian juga hati. Jika hati nurani yang menjadi raja, maka sang akal akan memikirkan garapan dunia demi subhanaKa (Memahasucikan Allah), yakni untuk kebajikan dan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya. Tapi jika hati sanubari (nafsu) yang menjadi rajanya, maka sang akal akan digunakan untuk mengumbar nafsu dan syahwat serta menolak kebenaran yang dibawakan oleh Rasulullah. C. Bagaimanakah Mengembangkan Kepribadian Muslim? Kunci utama mengembangkan kepribadian muslim adalah menundukkan nafsu dan syahwat. Nabi SAW mengistilahkannya dengan jihad akbar. Imam Ghazali dalam Ihya `Ulumiddîn Jilid III menyebutkan adanya 7 jenis/tangga nafsu, yakni: amārah, lawwāmah, mulhimah, muṭma`innah, rāḍiyah, marḍiyah, dan kāmilah (Al-Ghazali, 1333 H: 4). Dalam QS. 89/Al-Fajr ayat 2730 orang-orang beriman sekurang-kurangnya harus sudah mencapai tangga nafsu muṭmainnah, sebagaimana firmanNya: Wahai jiwa yang tenang (nafsu muṭmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida (nafsu raḍiyah) lagi diridhai-Nya (nafsu marḍiyah). Maka masuklah ke dalam (jama’ah) hamba-hamba-Ku (nafsu kāmilah atau “insān” kāmil); dan masuklah ke dalam surga-Ku. Untuk mencapai nafsu muṭmainnah (tentram mengamalkan ajaran Islam secara sungguh-sungguh dan ikhlas serta memiliki sifat-sifat yang baik terutama rendah diri di hadapan Allah, rendah hati di hadapan manusia, dan punya kepedulian yang tinggi terhadap sesama), terlebih dahulu kita harus sudah berada di tangga nafsu mulhimah (senang beribadah, senang sedekah, senang membantu kebaikan, tabah menjalankan perintah Allah dan Rasulullah, tabah menghindari larangan Allah dan RasulNya, dan tabah terhadap bencana yang menimpa dirinya). Selain itu kita pun harus mengikis
34
semua sifat buruk yang ada dalam diri kita. Kita harus membuang sifat marah, iri dengki, dendam, dusta, bangga diri, sombong, dan sifat-sifat buruk lainnya; terutama membuang sifat takabur (sombong), ujub (bangga dengan diri sendiri), riya (bukan sekedar pamer, melainkan ketinggian derajat kita ingin diakui orang lain), dan sum`ah (kebaikan dan kehebatan kita ingin terdengar oleh orang lain). Tapi dengan modal nafsu muṭmainnah pun kita masih diperintah lagi oleh Allâh untuk meningkatkan tangga nafsu di atasnya, yakni: rāḍiyah, marḍiyah, hingga kāmilah (insān kāmil). Kemudian, dihubungkan dengan unsur-unsur manusia bahwa pengembangan diri kita harus terpadu antara unsur raga dan unsur batin. Misal, ketika mendirikan Ṣalāt unsur raga melakukan gerakan dan bacaan Ṣalāt sesuai syarat dan rukun Ṣalāt; unsur hati mengingat-ingat Allah (melaksanakan perintah Allah dalam QS. 20/Ṭaha ayat 14: wa aqimiṣ Ṣalāta liż-żikri =dan dirikanlah Ṣalāt untuk mengingat Aku/Tuhan); unsur ruh merasakan Daya-KuatNya Allah (bahwa kita bisa mendirikan Ṣalāt dengan khusyu` karena dimaukan dan dimampukan oleh Allah); dan unsur sirr atau rasa merasa-rasakan hadirNya Allah (seolah-olah kita sedang berdialog secara langsung dengan Allah).
35
TIPE KEPRIBADIAN ISLAM (Memiliki daya tarik atau daya tolak?)
8
A. Empat Tipe Kepribadian Ditilik dari daya tarik dan daya tolaknya, di dunia ini ada 4 tipe kepribadian, sebagai berikut: 1) Pribadi yang memiliki daya tarik. Ciri utama tipe kepribadian ini memiliki banyak kawan. Ia disukai banyak orang. Semua kalangan menyukai dia. Semua kalangan mendukung dia. Ia nyaris tidak punya musuh. Ia malah menghindari permusuhan dengan siapa pun dan dengan kalangan mana pun. Kalaupun ia dimusuhi oleh seseorang atau satu kalangan, ia akan berusaha sebisa mungkin berdamai, karena ia tidak menyukai permusuhan. Prinsip utama tipe kepribadian pertama ini adalah “menjalin persahabatan dengan berbagai kalangan dan menghindari permusuhan dengan siapa pun”. 2) Pribadi yang memiliki daya tolak. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe yang pertama. Ciri utama tipe kepribadian ini ialah memiliki banyak musuh. Ia dibenci banyak orang. Semua orang membenci dia. Semua kalangan membenci dia. Ia nyaris tidak punya kawan. Ia dibenci banyak orang karena pribadinya yang menyebalkan dan tidak menyenangkan. Pribadi dia yang buruk itu memang mengundang orang dari berbagai kalangan untuk membenci dan memusuhinya. Prinsip utama tipe kepribadian ini ialah “untuk saya, bukan untuk kamu!” Maksudnya, segala yang baik dan menyenangkan adalah untuk saya; sedangkan segala yang buruk dan tidak menyenangkan adalah untuk kamu! 3) Pribadi yang memiliki daya tarik dan daya tolak. Kepribadian tipe ini sangat unik. Ia memiliki banyak kawan sekaligus banyak musuh. Ia dikagumi banyak orang sekaligus dibenci banyak orang juga. Sebagian kalangan mencintai dia dan sebagiannya lagi membencinya. Sebagian kalangan menjalin persahabatan setia dengan dia, tapi sebagiannya lagi malah memusuhi dia. Kata-kata dia memikat sebagian kalangan, tapi dirasakan racun berbisa oleh kalangan lainnya. Sahabat-sahabat dia
36
sangat mencintainya; sebaliknya, musuh-musuh dia sangat membencinya. Prinsip utama tipe kepribadian ini ialah “melakukan suatu tindakan yang benar walaupun orang-orang pasti membencinya”. 4) Pribadi yang tidak memiliki daya tarik dan daya tolak. Ini merupakan tipe umum dari kebanyakan kepribadian manusia. Orang yang memiliki tipe kepribadian ke-4 ini nyaris tidak punya sahabat dan musuh. Ucapan dan perbuatan dia biasa-biasanya saja, tidak memiliki daya tarik dan tidak pula memiliki daya tolak. Ucapan dan tindakan dia tidak mengundang kawan ataupun lawan. Kalaupun disebut punya kawan hanyalah sebatas hubungan darah yang lebih bersifat alamiah. Tapi ini sebenarnya bukan kawan. Daya tarik seorang ibu dan ayah kepada anaknya bukan karena ucapan dan perbuatan sang anak, melainkan karena ia adalah anaknya. Demikian pula daya tarik seorang anak kepada ibu-bapaknya bukan atas dasar ucapan dan perbuatannya, melainkan karena mereka adalah orang tuanya. Atau, kalaupun punya kawan hanya sebatas kawan-kawan biasa yang bersifat temporal, karena tidak didasarkan pada suatu idiologi. Prinsip utama tipe kepribadian ini adalah “menjalani hidup seorang diri secara biasa-biasa saja”. B. Tipe Kepribadian Islami Mari kita kaji, tipe kepribadian manakah yang sesuai dengan Islam. Tipe ke-2, pribadi yang memiliki daya tolak, jelas sekali tidak sesuai dengan Islam. Pembunuh berdarah dingin, pencuri, pemerkosa, dan perampok merupakan contoh-contoh dari kepribadian tipe ini. Tipe kepribadian ini jelas sekali akan dibenci semua orang dan dari kalangan manapun. Seorang pemerkosa bukan hanya dibenci oleh korban dan keluarganya, bukan juga hanya dibenci oleh kalangan wanita, tapi semua manusia membencinya. Demikian juga pembunuh berdarah dingin, pencuri dan perampok akan dibenci oleh semua orang. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah orang-orang pelit. Tipe ke-4 pun, pribadi yang tidak memiliki daya tarik dan daya tolak, kurang sesuai dengan Islam. ‘Amal saleh’ – yang lebih berhubungan dengan kemasyarakatan – justru merupakan ajaran Islam yang utama. Dalil tentang pentingnya peduli bermasyarakat sangat banyak.
37
Kini tinggal dua tipe kepribadian, yaitu tipe pertama (memiliki daya tarik) dan tipe ketiga (memiliki daya tarik dan daya tolak). Tipe kepribadian manakah yang paling sesuai dengan Islam? Anda pilih tipe pertama, kepribadian yang memiliki daya tarik? Jika Ya, apa alasannya? Atau Anda pilih tipe ketiga, kepribadian yang memiliki daya tarik dan daya tolak? Jika Ya, apa pula alasannya? Apa dasar argumentasi Anda memilih tipe 1 atau tipe 3? Dengan uraian ini Anda pasti menolak tipe kepribadian pertama dan pasti menerima tipe kepribadian ketiga. Pola persahabatan pada tipe kepribadian pertama (memiliki daya tarik) bersifat permanen karena didasarkan atas satu idiologi, yaitu “perlunya menjalin persahabatan dengan pihak mana pun dan menghindari permusuhan dengan siapa pun. Orang yang memiliki tipe ini menghendaki agar setiap orang menjadi sahabatnya dan sebisa mungkin menghindari permusuhan dengan siapa pun. Tipe kepribadian pertama ini banyak dianut oleh para pemimpin di dunia yang menghendaki dukungan dari berbagai pihak. Untuk meraih suara sebanyak-banyaknya para pemimpin di dunia menjalin persahabatan dengan berbagai kalangan. Ia mau berkompromi dengan siapa saja. Makanya dalam dunia politik ada peribahasa: Tidak ada musuh abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Akibatnya, lawan politik pun bisa berubah menjadi sahabat jika punya kepentingan yang sama (yang sama-sama itu tentunya kepentingan duniawi). Di negeri-negeri yang mayoritas muslim, para pemimpin yang memiliki tipe ini menjalin persahabatan dengan para Ulama, sebagaimana mereka menjalin persahabatan dengan para preman. Mereka menjalin persahabatan dengan para pemimpin organisasi keagamaan, sebagai mereka menjalin persahabatan dengan para pemimpin geng. Mereka mengunjungi pesantren dan majelis ta`lim, sebagaimana mereka mengunjungi bar dan tempat disko. Mereka menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi kaum buruh, sebagaimana mereka menjamin kelancaran usaha bagi para pengusaha kakap. Mereka menjanjikan pemberantasan tempat-tempat ma`siat (yang tentunya disenangi kaum santri), sebagaimana mereka menjanjikan keamanan berusaha bagi siapa pun (yang tentunya disenangi pengusaha ma`siat). Bahkan tidak segan-segannya mereka menjanjikan pemberantasan korupsi (yang tentunya disenangi rakyat) sekaligus menutupi bukti-bukti
38
korupsi bagi koruptor yang kuat dan berpengaruh. Pokoknya, mereka menjalin persahabatan dengan siapa pun agar meraih suara yang sebanyakbanyaknya. Tujuan utama dari perbuatannya adalah agar mereka populer dan disenangi sebanyak-banyaknya orang. Pertanyaannya, apakah boleh setiap orang dijadikan sahabat? Apakah bisa setiap kalangan dijadikan sahabat? Apakah bisa di dunia ini tidak ada musuh? Tipe kepribadian pertama ini mirip dengan gambaran Al-Quran tentang orang-orang munafiq. Jika Anda telah cukup argumentasi tentang ketidakmungkinan setiap orang dijadikan sahabat, sekarang tidak ada pilihan lain selain harus memilih tipe kepribadian ketiga (pribadi yang memiliki daya tarik dan daya tolak). Pribadi ketiga ini sesuai dengan Islam. Dalam QS. 48/Al-Fatḥ ayat 29 ditegaskan tentang kepribadian Nabi Muhammad Saw dan para sahabat setianya sebagai berikut: Muhammad itu adalah Rasulullah; dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih-sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Bunyi ayat “keras terhadap orang kafir” menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw beserta para pengikut setianya memusuhi orang-orang kafir, dan bunyi ayat “tetapi berkasih-sayang sesama mereka” menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw beserta para pengikut setianya menjalin persahabatan sesama mereka. Artinya, kepribadian Rasulullah itu memiliki daya tarik di kalangan orang-orang beriman, tetapi memiliki daya tolak di kalangan orang-orang kafir. Tapi makna keras di sini jangan dimaknai mengangkat senjata dan bertangan besi. Makna keras di sini lebih ke hatinya yang tidak mau kompromi dengan orang-orang kafir dan kekafiran.
39
Tipe kepribadian Rasulullah demikian dibuktikan pula dalam sejarah kehidupannya. Sepanjang sejarah kerasulannya, Muhammad Saw – demikian juga para pengikut setianya – sangat sibuk berjuang mengibarkan panji tauhid dan keadilan di tengah-tengah masyarakat manusia, walau umumnya manusia menolaknya, merendahkannya, meremehkannya, mengolokolokannya, hingga mengganggu kehidupannya, bahkan hingga mengusir dan memeranginya. Pada siang hari Rasulullah Saw sangat sibuk berda`wah, mengajar Al-Quran dan Al-Hikmah, membersihkan jiwa manusia, berjuang menegakkan kesederajatan umat manusia, membebaskan perbudakan, menghilangkan beban-beban yang diderita umat manusia, beramar ma`ruf nahi munkar, dan berjihad melawan kemusyrikan, kekafiran dan kelaliman manusia, sambil terus-menerus berzikir. Adapun pada malam harinya beliau sangat sibuk berzikir, Ṣalāt, beribadah, beristighfar, berdo`a, merenungi nasib umat manusia, dan memikirkan solusi bagi pembebasan derita-derita manusia. Atau dalam istilah tasawuf, Nabi Saw dan para pengikut setianya selalu menjalankan jihad akbar, yakni bersungguh-sungguh berjuang menundukkan nafsu dan watak “aku”-nya. Nabi Muhammad Saw dan para pengikut setianya dalam menjalankan misi Islam berhadapan dengan kekuatan-kekuatan kafir dan lalim. Selama periode Makkah, Nabi dan pengikut setianya mendapat perlakuan kejam dari kafir Quraisy. Setelah Nabi berhasil membina keimanan, kesabaran, dan jiwa juang pengikutnya, dan berhasil pula mendirikan Islamic Centre di Madinah, gempuran dari pihak kafir dan lalim berlangsung tiada henti-hentinya. Puluhan kali Nabi dan para pengikut setianya harus berjuang menghadapi perang yang dipaksakan oleh musuh-musuh Nabi. Dari sejarah Islam kita pun menjadi tahu bahwa betapa banyak orang yang tidak memahami misi Nabi. Mereka ikut berperang demi dunia. Sehingga Nabi Saw pun mengeluarkan statemen yang sangat mengganggu para pencari dunia: “Kita baru pulang dari Perang Kecil (padahal di mata para pencari dunia Perang Terbesar karena mengerahkan kekuatan militer dan persenjataan yang luar biasa banyak dan besarnya). Dan kita sekarang, lanjut Nabi, harus bersiap-siap menghadapi Jihad Akbar (Perang Besar). Para sahabat bertanya, “Apa Jihad Akbar itu, ya Rasulullah?” Nabi Saw menjawab: “Jihad menundukkan nafsu sendiri!”
40
ISLAM DAN PENDIDIKAN
9
A. Diskursus Pendidikan Islam Pendidikan Islam dalam tulisan ini dimaksudkan untuk menyebutkan persekolahan Islam, yakni: (1) Sekolah Islam, seperti SD Assalām, SD Darul Hikam, SMP Muhammadiyah, SMP Ma`arif, SMA Al-Azhar, dan SMA Sirrul Albab; (2) Madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sukabumi, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Cokroaminoto Bandung, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insān Cendekia Serpong Tanggerang; (3) Sekolah Negeri atau Sekolah Swasta Nasional yang memperkaya Pendidikan Agama Islam; dan (4) Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum sekolah, baik intra maupun ekstra kurikuler. Pada saat ini kita sudah memasuki abad ke-21 atau milenium ketiga yang disebut-sebut sebagai era Global. Ciri utama era Global adalah terjadinya persaingan yang makin ketat, tetapi pada saat bersamaan kerjasama dan kesalingtergantungan juga makin kuat. Sebagian orang juga menyebut era sekarang dan yang akan datang sebagai ‘ṭe age of comlexity and chaos’ yang ditandai oleh usangnya berbagai teori lama serta cara berfikir linier dan konvensional dalam menghampiri persoalan yang dihadapi. Sebagai penggantinya, dituntut cara pendekatan baru, teori baru, perspektif baru, karena realitas persoalan yang dihadapi juga berbeda dengan di masa-masa sebelumnya. Sementara sebagian orang lagi, seperti Akbar S. Ahmed, menyebutkan bahwa sentral Globalisasi adalah kapitalisme, demokrasi, dan ‘kesamaan’ gender (equality); yang terakhir ini justru ditolak oleh seluruh utusan dunia Islam dengan disodorkannya konsep ‘kesetaraan’ (equity). Bersamaan dengan disosialisasikannya ketiga idiologi tersebut, diperkenalkan pula pola hidup individualistik (ini negatif), penguasaan sains dan teknologi (ini bagus jika diniati SubhanaKa =me-MahaSuci-kan Allah), serta pola hidup biaya tinggi (ini juga jelek). Asumsi yang mendasari tulisan ini ialah era Global mempunyai implikasi terhadap perlunya reformasi pendidikan Islam di Indonesia. Tujuannya agar pendidikan Islam mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi, mengantisipasi, dan merespons tantangan dan perubahan yang sedang dan akan terjadi. Sebaliknya, jika tidak dilakukan pembaharuan, maka pendidikan Islam akan ketinggalan oleh irama perubahan.
41
Pertanyaan pokok dan mendasar yang ingin dijawab oleh tulisan ini adalah: bagaimanakah meningkatkan kualitas pendidikan Islam di era Global? Tapi sebelum menjawab pertanyaan ini kiranya perlu dipertanyakan pula: seberapa besar keberhasilan atau kegagalan pendidikan nasional kita? Atau secara lebih khusus lagi, seberapa besar keberhasilan atau kegagalan sekolah kita? Untuk menjawab pertanyaan pokok dan mendasar itu kiranya perlu dibuat patokan-patokan, atau ukuran-ukuran keberhasilan dan kegagalan suatu pendidikan. Secara umum pendidikan, terutama persekolahan, diadakan dengan tujuan untuk mencapai 4 hal berikut: (1) peningkatan kecerdasan, (2) peningkatan keterampilan hidup, (3) peningkatan akhlak mulia dan moralitas, dan (4) peningkatan keimanan dan ketakwaan, atau keberagamaan. Marilah kita evaluasi satu persatu tolok-ukur keberhasilan atau kegagalan pendidikan itu. Di bidang intelektualitas (baca: akademik), seperti tampak – antara lain – pada skor nilai Ujian Nasional (UN, dulu: UAN dan NEM), daya serap siswa sungguh mengenaskan. Pengumuman hasil ujian selalu ditunggu dengan harap-harap cemas – dan tentunya lebih banyak cemasnya. Orangtua dan para siswa harus selalu beradaptasi dengan kondisi buruk. Biaya tinggi harus dikeluarkan, bila menghendaki memasuki sekolah yang “baik”. Orangtua yang “lincah” melakukan lobi dengan pejabat pendidikan – tentu dengan sejumlah imbalan – untuk meninggikan skor ujian anaknya. Jasa joki cukup popular dalam ujian masuk universitas. Di bidang keterampilan hidup (life skills) sekolah kita pun gagal. Antrian panjang mendaftar sebagai calon pegawai negeri ataupun karyawan swasta disesaki oleh para pencari kerja lulusan sekolah (termasuk lulusan universitas). Lebih parah lagi, semakin tinggi pendidikan anak bangsa kita, malah semakin menganggur. Lulusan sekolah kita bukan hanya tidak pandai memperdayakan keterampilan hidup masyarakat pada umumnya, malah memberdayakan dirinya sendiri saja tidak mampu. Bandingkan dengan santri lulusan pesantren, kita tidak pernah mendengar mereka melamar pekerjaan; terlebih-lebih kita tidak pernah mendengar antrian panjang melemar pekerjaan dari para santri lulusan pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren lebih berhasil membekalkan keterampilan hidup ketimbang
42
sekolah. Oleh karena itu bagaimakah upaya memperdayakan ketrampilan hidup lulusan sekolah dan universitas? Di bidang akhlak dan moralitas pun parah. Tawuran pelajar, pergaulan yang (relatif) bebas, sikap tidak hormat siswa terhadap guru – bahkan juga terhadap orang tuanya sendiri, dan fenomena narkotika dan zat-zat adiktif (NAFZA) begitu akrab tampak di depan mata. Keberagamaan siswa jangan ditanya. Bidang akhlak dan moralitas tentu sangat berkaitan, malah sangat bergantung dengan agama. Kegagalan pendidikan akhlak sama saja dengan kegagalan pendidikan agama. Walau Pendidikan Agama di sekolah merupakan kesepakatan bangsa Indonesia, tapi nyatanya pendidikan ini terpinggirkan. Prof. Tilaar menyebut pendidikan agama dalam persekolahan kita hanyalah sebagai kurikulum ‘penggembira’, yang diadakan dengan tujuan sekedar tidak diprotes oleh para kyai sebagai kurikulum sekuler. Karena itu kita perlu memperkaya pendidikan agama Islam di sekolahsekolah dan universitas-universitas. Bagaimanakah halnya dengan kualitas sekolah Islam dan madrasah? Kesan umum menyebutkan kedua lembaga pendidikan Islam ini lebih tidak berkualitas lagi. Siswa yang memasuki sekolah Islam dan madrasah hanyalah para siswa yang gagal memasuki sekolah negeri atau sekolah swasta nasional berkualitas. Tentu, kesan umum ini tidak seluruhnya benar. Kalau kita mau objektif, memang benar bahwa sekolah Islam dan madrasah gagal (lebih rendah) dalam bidang akademik, tapi sukses (lebih tinggi) dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan. Di era Global yang membuat ”bingung” sebagian besar masyarakat ini agama menjadi tempat kembali yang paling menentramkan. Tapi persoalannya untuk bisa hidup secara lebih baik – dalam artian secara material – diperlukan penguasaan IPTEK yang lebih tinggi. Baik sekolah umum maupun sekolah Islam selama ini hanya memberikan sebagian kepuasan bagi masyarakat. Sekolah umum hanya memberikan kepuasan dalam penguasaan IPTEK saja, sementara sekolah Islam hanya memberikan kepuasan dalam penguasaan AGAMA. Masyarakat menghendaki suatu lembaga pendidikan yang mengunggulkan segi IPTEK dan AGAMA sekaligus. Di sinilah peluang bagi pengembangan pendidikan Islam di era Global. Diperlukan sekolah ‘unggulan’ Islami yang memadukan penguasaan IPTEK dan AGAMA secara berimbang sekaligus ketrampilan hidup yang mumpuni.
43
B. Paradigma Pendidikan Islam Kerangka pikir ditempatkan pada orientasi nilai-nilai moral dan mental dengan basis ketauhidan. Ini merupakan hal esensial guna menjawab sebagian (bahkan seluruhnya) tantangan pendidikan selama ini. Hal ini tidak bisa tidak, sehingga wawasan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan skill, bahkan multi kecerdasan yang dimiliki kesemuanya didasarkan ke-Ilahian, yakni terbentuknya manusia yang seutuhnya, bersungguh-sungguh dalam berdunia, namun niat dan tujuannya orientasi murni guna dapat terproses menjadi hamba Allah, sehingga sewaktu-sewaktu mati – kepastian yang tidak bisa dihindari – dapat kembali kepada Allah SWT. Guna menjawab ketidakpastian menuju kepastian hakiki tersebut, Sekolah Islam perlu mempersiapkan kader al-‘ārif billāh. Kader yang mengenali Keberadaan Diri Żat Tuhan Yang Allah Nama-Nya, dengan sebenar-benarnnya mengenali Hakhak Mutlak-Nya. Konsep ta`dīb sebagai solusi terbentuknya adab, ditempatkan sebagai prasarat transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, namun demikian pendidik dan tenaga kependidikan juga terus meningkatkan adabnya sebagai pendidik. Konsep kompetensi diterapkan sebagai solusi life skills (kecakapankecakapan hidup) pada kesadaran basic ulul albāb sebagai bangunan kesadaran kemanusiaannya, dengan intisaripati Ilmu dan Kehidupan, sebagai berikut: 1. Intisaripati ilmu adalah ilmu yang menunjukkan perihal Keberadaan Tuhan Yang Maha Ghaib, sehingga saat melakukan aktivitas kegiatan apa saja utamanya saat Ṣalāt, terjadi zikir (mengingat Allah) yakni ingatnya hati nurani kepada Tuhan, Yang Al-Gayb, Allah Nama-Nya; baik ketika sedang duduk, sedang berbaring, atau sedang berdiri dan saat melakukan aktivitas apa saja (ibadah maḥḍah atau gayr maḥḍah, termasuk ketika mengikuti perkuliahan), di mana saja (di kampus, di rumah, di jalan, ataupun sedang di toilet), dan dalam keadaan bagaimana saja. 2. Intisaripati kehidupan adalah mereka yang atas ridho dan maghfirah-Nya Allah dikehendaki memproses kesadaran sebagai hamba yang semua aktivitas dan kegiatan berdunia yang tidak sia-sia ini diorientasikan pada visi-misi dalam kerangka niat dan tujuan untuk Me-Mahasucikan Diri Ilahi, tidak larut ke dalam langkah-langkah syetan, yakni pengaruh-
44
pengaruh negatif yang menjadi sebab terhijab dengan Allah (kandungan QS. 3/Āli ‘Imrān: 190-191). Orientasi pendidikan yang sekaligus sebagai kompetensi tamatan Sekolah dan Universitas Islam adalah pembentukan kesadaran atas nilai-nilai kehidupan moral dan mental yang Ilāhiyah dengan basis pola beragama yang berdomain ketauhidan. Hal ini merupakan sesuatu yang esensial guna menjawab tantangan pendidikan selama ini – hal ini tidak bisa tidak; sehingga wawasan, ilmu pengetahuan, dan skills, bahkan multi kecerdasan yang dimiliki kesemuanya didasarkan atas ke-Ilāhian, yakni terbentuknya manusia yang bersungguh-sungguh dalam berdunia, namun orientasi niat dan tujuannya murni guna dapat terproses menjadi hamba Allah, sehingga sewaktu-sewaktu mati yang hanya satu kali terjadi, kepastian yang tidak bisa dihindari – dapat kembali kepada Allah SWT dalam keadaan selamat dan berbahagia (mati secara khusnul khotimah).
45
UKHUWWAH IMĀNIYAH
10
Walaupun kita mendengar dan melihat ada istilah ukhuwwah Islāmiyah dalam kehidupan sehari-hari, yang artinya persaudaraan Islam. Akan tetapi secara tekstual di dalam Al-Qur`ān sebenarnya tidak ada istilah ukhuwwah Islāmiyah ini. Yang ada dalam teks suci Al-qur`ān itu hanya terdapat ayat innamā al-mu`minūn ikhwah, bermakna “hanya orang-orang beriman itu sajalah yang bersaudara”. Dengan demikian kata yang paling cocok dan berargumen kuat berdasarkan firman Allah itu adalah digunakannya istilah ukhuwwah imāniyah, persaudaraan seiman. Sejarah Nabi Muhammad membuktikan dengan sangat jelas bahwa yang beliau besar-besarkan dalam menghadapi kaum quraysy di Mekkah dengan penguatan persaudaraan iman, baik itu iman kepada para pengikut nabi-nabi Allah maupun terhadapkaum lainnya yang tidak sejalan. Persaudaraan seiman itu yang dibuktikannya adalah bahwa beliau sendiri mendapat wahyu peramanya diketahui dan didukung keberadaannya oleh seorang pendeta bernama Waraqah bn Nawfal. Kenabian dan kerasulannya mendapat tanggapan dan ucapan dukungan waraqah dengan mengatakan bahwa beliau akan mendukungnya sampai mati dalam iman itu jika Muhammad diusir dari Mekkah seanadainya ia sempat masih hidup saat kejadian pengusiran dari sana benar-benar terjadi. Persaudaraan Iman Abessinia Karena persaudaraaan seiman ini betul-betul meluas saat beliau dan ummatnya tertekan dalam penderitaan Makkah, karena siksaan, cemoohan, tuduhan tidak berdasar, dan ketidaksukaan, sampai terjadi boikot sosial ekonomi yang dilakukan tokoh-tokoh senior Mekkah. Yaitu tidak boleh melakukan kontak membeli untuk menguntungkan ummat muhammad, tidak boleh menjual barang kepada mereka dan juga tidak boleh melakukan kontak sosial berkeluarga. Saat itu tahun-tahun tertekannya kehidupan ummatnya. Nabi memerintahkan agar ummat meringankan beban derita itu dengan pergi meninggalkan Mekkan bermigrasi ke Abissinia (Habsyi). Karena negeri itu dinilai Nabi saw sebagai negeri beragama Nasrani yang dapat menolong mereka karena kekuatan iman sepersaudaraannya dalam kenabian. Tahun-tahun itu terjadi dan mendapat pertolongan dari Raja
46
Negus (Najasyi) yang tokoh besar uskup Negeri itu dengan mendapatkan suaka politik dan ekonomi dinegeri itu dengan baik. Di tengah peritiwa migrasi ini beliau Nabi Muhammad ini memiliki kontak persaudaraan baik dengan Raja, sampai raja menyampaikan restu dan pernikahan beliau didukungnya. Ummu Habibah bnti Abi Sufyan yang ditinggal mati oleh suaminya dinikahi Nabi dari jarak jauh dengan mengirimkan kurir membewa berita pernikahan ini seraya mendapatkan sambutan dan restu Raja Negus yang saat itu masih soerang Uskup Negerinya. Inilah persaudaraan iman yang ditunjukkan kedua belah pihak yang mengangungkan keimanan para Nabi mereka yang bersumber dari cahaya Tuhan Yang dianggap sama.[ef.] Persaudaraan Iman Taif Peristiwa persaudaraan kenabian juga adalah riwayat yang mengejutkan tatkala Nabi disiksa dengan berbagai tawuran yang dilakukan penduduk Taif karena kedatangan Nabi ke sana dalam rangka awalnya meminta suaka, namun ternyata beliau sendiri mengalami luka-lukan karena jawaban penduduk Taif malah sebaliknya dari harapan itu, mereka melempari beliau dan membawa beliau lari menyelamatkan diri ke sebuah kebun anggur. Di sana beliau ditolong seorang budah bernama Addas yang memberinya anggur karena penderitaan itu. Saat beliau makan dengan menyebut Nama Allah, budak yang memberinya itu heran, mengapa dia mengatakan begitu sama seperti keyakinan yang dimiliki budak itu dalam keimanan Yunus seorang Nabinya. Sehingga Nabi Muhammad ditanyainya dari mana katakata itu didapat seperti Nabinya itu Yunus. Beliau menjawab bahwa Yunus itu Saudara kenabiannya dari Ninawa, beliau itu seiman dengannya. Inilah keimanan bersama dalam kenabian yang sangat tinggi dari beliau saat beliau menderita di Taif, malah bertemu dengan saudara seimannya dalam kenabian dari Allah SWT. Persaudaraan Iman Mesir Ukhuwwah Īmāniyah berikutnya adalah persaudaraan dengan Raja Mesir yang juga tokoh besar Nasrani, Muqawqis. Persaudaraan Madinah dan Mesir dalam jarak tempuh yang tidak sedikit masa itu. Terjadi persaudaraan seiman ini berjarak antara benua ke dua Asia dan Afrika, seperti halnya Makkah vs Habsyi yang telah diceritakan sebelumnya. Persaudaraan ini malah berbuah
47
saling tukar hadiah dan cendramata antar kedua belah pihak. Dikisahkan Raja Muqawqis memberinya hadiah dua orang hambasahaya perempuan Kopti kepada Nabi Muhammad yang diterimanya dengan sukacita oleh beliau. Nama budak perempuan itu bernama Maria dan Sirin. Berikutnya Nabi saw menikahi salah satu budak itu yang bernama Maria dan membuahkan keturunan yang dinamai beliau dengan Ibrahim. Putra laki-laki yang beliau banggakan karena kelahirannya bukan dari Khadijah Isteri beliau di Makkah dahulu itu sayangnya wafat dalam usia masih sangat beliau. Di atas itu tersebut peristiwa-peristiwa sejarah persaudaraan iman menjadi bukti adanya solidaritas, toleransi, dan tolong menolong dalam kebaikan diantara kedua belah pihak yang bersaudara. Kekuatan persaudaraan ini dalam teks-teks Al-Qur`ān tentunya diabdaikan dalam berbagai surat dan ayat yang menandakan eratnya hubungan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan Agama-agama kenabian lainnya. Al-Quran tidak mengabaikan riwayat dari semua kanabian yang disebutkannya di dalamnya sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa a.s. Nama-nama surat dalam Al-Quran adalah Nama-nama peristiwa, sosok, kejadian, dan pengabdadian lainnya adalah nama-nama pengokohan persaudaraan yang dimaksudkan itu. Sebut saja Surat dalam surat-surat Al-Quran yang tertulis dalam kategori panjangpanjang seperti Al-Baqarah adalah Peristiwa Sapi betina Nabi Musa, Ali Imran merupakan keluarga kenabian bani Israil, Al-Maidah sejarah perjamuan makan Nabi Isa, Maryam nama Bunda Maria, Al-Isra adalah juga BaniIsrael, dan banyak lagi yang lainnya. Semuanya merupakan gambaran ukhuwwah Imaniyah. Jadi pada dasarnya memang yang digambarkan Al-Quran dalam pengabadiannya itu persaudaraaan dan keeratan kehidupan beragama adalah persaudaran keimanan dan umat manusia secara bersama dalam menuju ke arah ketuhanan Allah SWT sebagai tujuan tuhan yang sama dengan berbeda jalan yang ditempuh oleh para nabi yang berbeda waktu, tempat dan keyakinan berikutnya yang dimiliki ummat manusia ini. Allah tidak membedakannya dan meninggalkan jejak kenabian itu untuk ditinggalkan tanpa bekas dan tanpa peringatan dan menjadi sebuah pelajaran yang tinggi bagi ummat Nabi Muhammad dan seterusnya sampai hari kemudian semua manusia menghadap Allah SWT. [ef.]
48
Silabus Tutorial Kelompok Pertemuan ke 1 MATERI: URGENSI PROGRAM TUTORIAL UPI A. B.
C.
D. E. F.
G.
H.
Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami urgensi Program Tutorial Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami Program Tutorial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan akademik Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. b. Mahasiswa memahami Program Tutorial sebagai tambahan dan pengalaman akademis dari Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Indikator a. Mahasiswa mengikuti program tutorial dengan baik. b. Mahasiswa mengikuti kuliah duha dengan kesadarannya sendiri Kegiatan Diskusi dan tanya jawab Materi Pokok Urgensi Program Tutorial UPI Pengalaman Belajar a. Mengikuti Kuliah Duha b. Berpengalaman untuk akrab dengan Mesjid c. Berpengalaman dalam mengungkapkan pendapat keagamaan d. Berpengalaman dalam mengungkapkan berbagai pertanyaan keIslaman e. Mencintai Masjid sebagai Rumah Allah Waktu Pukul 10.00 s.d. 10.30 Pengabsenan dan pembukaan Pukul 10.30 s.d. 12.00 Diskusi/Tanya jawab dilanjutkan salat zuhur berjamaah Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop, LCD Projector, Sound system
49
A.
B.
C.
D. E. F.
G.
H.
Silabus Tutorial Kelompok Pertemuan ke 2 MATERI: USWAĦ ḤASANAĦ: MENELADANI AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami uswaħ ḥasanaħ: meneladani akhlak Nabi Muhammad saw Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami uswaħ ḥasanaħ: meneladani akhlak Nabi Muhammad saw b. Mahasiswa memahami impementasi keteladanan akhlak Nabi Muhammad saw dalam kehidupannya. Indikator a. Mahasiswa dapat berakhlak baik. b. Mahasiswa mampu meneladani Nabi dengan kesadarannya sendiri Kegiatan Diskusi dan tanya jawab Materi Pokok Uswaħ ḥasanaħ: meneladani akhlak Nabi Muhammad saw Pengalaman Belajar a. Mengikuti Kuliah Duha b. Berpengalaman untuk akrab dengan Mesjid c. Berpengalaman dalam mengungkapkan pendapat keagamaan d. Berpengalaman dalam mengungkapkan berbagai pertanyaan keIslaman e. Mencintai Masjid sebagai Rumah Allah Waktu Pukul 10.00 s.d. 10.30 Pengabsenan dan pembukaan Pukul 10.30 s.d. 12.00 Diskusi/Tanya jawab dilanjutkan salat zuhur berjamaah Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop, LCD Projector, Sound system
50
A. B.
C.
D. E. F.
G.
H.
Silabus Tutorial Kelompok Pertemuan ke 3 MATERI: INTERAKSI DENGAN AL-QURĀN Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami makna Interaksi Dengan Al-Qurān Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami Interaksi Dengan Al-Qurān b. Mahasiswa memahami impementasi Interaksi Dengan AlQurān Indikator a. Mahasiswa dapat membaca Al-Qur`ān. b. Mahasiswa mampu Mengamalkan Al-Quran dengan kesadarannya sendiri Kegiatan Diskusi dan tanya jawab Materi Pokok Interaksi Dengan Al-Qurān Pengalaman Belajar a. Dapat membaca Al=Quran b. Mengikuti Kuliah Duha c. Berpengalaman untuk akrab dengan Mesjid d. Berpengalaman dalam mengungkapkan pendapat keagamaan e. Berpengalaman dalam mengungkapkan berbagai pertanyaan keIslaman f. Mencintai Masjid sebagai Rumah Allah Waktu Pukul 10.00 s.d. 10.30 Pengabsenan dan pembukaan Pukul 10.30 s.d. 12.00 Diskusi/Tanya jawab dilanjutkan salat zuhur berjamaah Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop, LCD Projector, Sound system
51
A. B.
C.
D. E. F.
G.
H.
Silabus Tutorial Kelompok Pertemuan ke 4 MATERI: UKHUWWAH IMĀNIYAH Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami makna Ukhuwwah Imāniyah. Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami Ukhuwwah Imāniyah. b. Mahasiswa memahami impementasi Interaksi dalan Ukhuwwah Imāniyah c. Mahasiswa mampu bertoleransi dalam kehidupan beragama dan berbeda faham. Indikator a. Mahasiswa dapat menghargai perbedaan Agama. b. Mahasiswa mampu Mengamalkan toleransi dari kesadarannya sendiri Kegiatan Diskusi dan tanya jawab Materi Pokok UKHUWWAH IMĀNIYAH Pengalaman Belajar a. Mengikuti Kuliah Duha b. Berpengalaman untuk akrab dengan Mesjid c. Berpengalaman dalam mengungkapkan pendapat keagamaan d. Berpengalaman dalam mengungkapkan berbagai pertanyaan keIslaman e. Mencintai Masjid sebagai Rumah Allah Waktu Pukul 10.00 s.d. 10.30 Pengabsenan dan pembukaan Pukul 10.30 s.d. 12.00 Diskusi/Tanya jawab dilanjutkan salat zuhur berjamaah Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop, LCD Projector, Sound system
52
Rencana Pelaksanaan Tutorial Kelompok Pertemuan ke 1 MATERI: URGENSI PROGRAM TUTORIAL UPI A.
Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami urgensi Program Tutorial B. Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami Program Tutorial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan akademik Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. b. Mahasiswa memahami Program Tutorial sebagai tambahan dan pengalaman akademis dari Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. C. Indikator a. Mahasiswa mengikuti program tutorial dengan baik. b. Mahasiswa mengikuti kuliah duha dengan kesadarannya sendiri D. Metode Pembelajaran Mukadimah Tutor membuka diskusi dengan mengarahkan teknis pelaksanaan tanpa pemberian materi Tutee menyimak dengan penuh perhatian Tanya jawab / berpendapat Tutor menjadi moderator diskusi dan dapat memberikan pertanyaan pacingan jika tidak ada yang melontarkan pertanyaan sebagai motivasi. Tutee dapat menjawab pertanyaan dan atau memberikan pendapat tanpa menggurui atas izin bicara dari tutor. Kesimpulan/Penilaian: Tutor tidak memberikan tugas ke rumah Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee
53
E. Kegiatan Pembelajaran Tapan Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan 30 menit Tutor mengondisikan dan menyiapkan Awal kelompok Membuka diskusi dengan membaca Quran ayat pendek Mengabsen kehadiran Kegiatan 60 menit Diskusi, Tanya jawab, berpendapat, dan inti menjelaskan dari masing-maing yang berargumen baik tutor maupun tutee. Tutee diberi kesempatan paling banyak Tutor hanya sebagai fasilitator diskusi/moderator Kegiatan 10 menit Tutor tidak memberikan tugas ke rumah akhir Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee Persiapan salat dan doa tutup
F.
Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop LCD Projector Sound system
54
A.
B.
C.
D.
Rencana Pelaksanaan Tutorial Kelompok Pertemuan ke 2 MATERI: USWAĦ ḤASANAĦ: MENELADANI AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami uswaħ ḥasanaħ: meneladani akhlak Nabi Muhammad saw Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami uswaħ ḥasanaħ: meneladani akhlak Nabi Muhammad saw b. Mahasiswa memahami impementasi keteladanan akhlak Nabi Muhammad saw dalam kehidupannya. Indikator a. Mahasiswa dapat berakhlak baik. b. Mahasiswa mampu meneladani Nabi dengan kesadarannya sendiri Metode Pembelajaran Mukadimah Tutor membuka diskusi dengan mengarahkan teknis pelaksanaan tanpa pemberian materi Tutee menyimak dengan penuh perhatian Tanya jawab / berpendapat Tutor menjadi moderator diskusi dan dapat memberikan pertanyaan pacingan jika tidak ada yang melontarkan pertanyaan sebagai motivasi. Tutee dapat menjawab pertanyaan dan atau memberikan pendapat tanpa menggurui atas izin bicara dari tutor. Kesimpulan/Penilaian: Tutor tidak memberikan tugas ke rumah Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee
55
E. Kegiatan Pembelajaran Tapan Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan 30 menit Tutor mengondisikan dan menyiapkan Awal kelompok Membuka diskusi dengan membaca Quran ayat pendek Mengabsen kehadiran Kegiatan 60 menit Diskusi, Tanya jawab, berpendapat, dan inti menjelaskan dari masing-maing yang berargumen baik tutor maupun tutee. Tutee diberi kesempatan paling banyak Tutor hanya sebagai fasilitator diskusi/moderator Kegiatan 10 menit Tutor tidak memberikan tugas ke rumah akhir Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee Persiapan salat dan doa tutup
F.
Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop LCD Projector Sound system
56
A. B.
C.
D.
Rencana Pelaksanaan Tutorial Kelompok Pertemuan ke 3 MATERI: INTERAKSI DENGAN AL-QURĀN Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami makna Interaksi Dengan Al-Qurān Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami Interaksi Dengan Al-Qurān b. Mahasiswa memahami impementasi Interaksi Dengan AlQurān Indikator a. Mahasiswa dapat membaca Al-Qur`ān. b. Mahasiswa mampu Mengamalkan Al-Quran dengan kesadarannya sendiri Metode Pembelajaran Mukadimah Tutor membuka diskusi dengan mengarahkan teknis pelaksanaan tanpa pemberian materi Tutee menyimak dengan penuh perhatian Tanya jawab / berpendapat Tutor menjadi moderator diskusi dan dapat memberikan pertanyaan pacingan jika tidak ada yang melontarkan pertanyaan sebagai motivasi. Tutee dapat menjawab pertanyaan dan atau memberikan pendapat tanpa menggurui atas izin bicara dari tutor. Kesimpulan/Penilaian: Tutor tidak memberikan tugas ke rumah Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee
57
E. Kegiatan Pembelajaran Tapan Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan 30 menit Tutor mengondisikan dan menyiapkan Awal kelompok Membuka diskusi dengan membaca Quran ayat pendek Mengabsen kehadiran Kegiatan 60 menit Diskusi, Tanya jawab, berpendapat, dan inti menjelaskan dari masing-maing yang berargumen baik tutor maupun tutee. Tutee diberi kesempatan paling banyak Tutor hanya sebagai fasilitator diskusi/moderator Kegiatan 10 menit Tutor tidak memberikan tugas ke rumah akhir Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee Persiapan salat dan doa tutup
F.
Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop LCD Projector Sound system
58
A. B.
C.
D.
Rencana Pelaksanaan Tutorial Kelompok Pertemuan ke 4 MATERI: UKHUWWAH IMĀNIYAH Standar Kompetensi Mahasiswa mampu memahami makna Ukhuwwah Imāniyah. Kompetensi Dasar a. Mahasiswa memahami memahami Ukhuwwah Imāniyah. b. Mahasiswa memahami impementasi Interaksi dalan Ukhuwwah Imāniyah c. Mahasiswa mampu bertoleransi dalam kehidupan beragama dan berbeda faham. Indikator a. Mahasiswa dapat menghargai perbedaan Agama. b. Mahasiswa mampu Mengamalkan toleransi dari kesadarannya sendiri Metode Pembelajaran Mukadimah Tutor membuka diskusi dengan mengarahkan teknis pelaksanaan tanpa pemberian materi Tutee menyimak dengan penuh perhatian Tanya jawab / berpendapat Tutor menjadi moderator diskusi dan dapat memberikan pertanyaan pacingan jika tidak ada yang melontarkan pertanyaan sebagai motivasi. Tutee dapat menjawab pertanyaan dan atau memberikan pendapat tanpa menggurui atas izin bicara dari tutor. Kesimpulan/Penilaian: Tutor tidak memberikan tugas ke rumah Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee
59
E. Kegiatan Pembelajaran Tapan Waktu Kegiatan Pembelajaran Kegiatan 30 menit Tutor mengondisikan dan menyiapkan Awal kelompok Membuka diskusi dengan membaca Quran ayat pendek Mengabsen kehadiran Kegiatan 60 menit Diskusi, Tanya jawab, berpendapat, dan inti menjelaskan dari masing-maing yang berargumen baik tutor maupun tutee. Tutee diberi kesempatan paling banyak Tutor hanya sebagai fasilitator diskusi/moderator Kegiatan 10 menit Tutor tidak memberikan tugas ke rumah akhir Tutee yang aktif mendapatkan penghargaan nilai dari tutor Tes ringan dapat dilakukan tutor untuk mengetahui pemahaman tutee Persiapan salat dan doa tutup
F.
Alat dan Sumber Belajar Spidol Papan tulis dan Jika diperlukan: Laptop LCD Projector Sound system
60
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR UPI NO : 8145/H40/KM/2007 PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN TUTORIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam pedoman pelaksanaan ini yang dimaksud dengan: 1. Universitas adalah Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Kegiatan Tutorial Pendidikan Agama Islam adalah kegiatan akademik yang merupakan tugas terstruktur Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Penyelenggara adalah Dosen PAI yang ditugaskan untuk menyelenggarakan kegiatan Tutorial. 4. Pengurus adalah kelompok mahasiswa penyelenggara bidang teknis operasional kegiatan Tutorial. 5. Peserta adalah mahasiswa yang terdaftar secara sah dan sedang mengikuti mata kuliah PAI. 6. Kelompok tutorial adalah sekumpulan mahasiswa yang terdiri dari 6-12 orang mahasiswa di bawah bimbingan seorang tutor. 7. Tutor adalah mahasiswa yang ditugaskan secara sah untuk membimbing kelompok Tutorial. BAB II Kedudukan
61
1.
2. 3.
Pasal 2 Kegiatan Tutorial Pendidikan Agama Islam merupakan kegiatan akademik bagian yang tidak terpisahkan dari Kegiatan Belajar Mengajar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Penyelenggaraan Kegiatan Tutorial Pendidikan Agama Islam berada di bawah tanggung jawab Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum. Penyelenggara Kegiatan Tutorial bekerjasama dengan Biro Tutorial DKM Al-Furqan UPI dan/atau Mesjid Kampus Daerah dalam penyediaan dan penggunaan fasilitas. BAB III Tujuan
Pasal 3 Kegiatan Tutorial ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kualitas hasil perkuliahan PAI dalam membina mahasiswa yang berakhlak mulia. 2. Memfungsikan Mesjid Kampus sebagai laboratorium pembinaan kehidupan beragama mahasiswa. 3. Meningkatkan kemampuan nalar dan pengamalan religius mahasiswa. BAB IV Tugas dan Fungsi Dosen, Penyelenggara, Pengurus, dan Tutor Pasal 4 Dosen PAI Dosen PAI : 1. memberikan bimbingan dalam penyelenggaraan kegiatan Tutorial sesuai tugas yang diberikan oleh penyelenggara 2. mewajibkan seluruh mahasiswa binaannya masing-masing untuk mengikuti kegiatan Tutorial. Pasal 5 Penyelenggara
62
1. 2. 3. 4.
Penyelenggara bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan tutorial bagi mahasiswa peserta MK PAI. Penyelenggara Bidang Akademik menyiapkan silabus kegiatan dan sistem evaluasi tutorial. Penyelenggara Bidang Kaderisasi menyelenggarakan rekrutmen, pembinaan dan penugasan tutor. Penyelenggara Bidang Administrasi menyiapkan dan menata sistem administrasi tutorial. Pasal 6 Pengurus
Pengurus bertugas: 1. Mengorganisasikan mahasiswa pengontrak MK PAI sebagai peserta Tutorial. 2. Membagi kelompok diskusi dan mendistribusikan tutor. 3. Membantu Penyelenggaran dalam rekrutmen calon tutor. 4. Membantu mengadministrasikan penyelenggaraan kegiatan Tutorial. 5. Mengadministrasikan kehadiran dan penilaian peserta tutor.
Pasal 7 Tutor Tutor bertugas: 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai silabus yang ditetapkan penyelenggara. 2. Mencatat kehadiran peserta tutor. 3. Membelajarkan peserta dalam pelaksanaan tutorial. 4. Menjadi moderator dalam diskusi kelompok tutorial. 5. Melaporkan kegiatan tutorial kepada pengurus dan penyelenggara. BAB V Hak dan Kewajiban Peserta Pasal 8
63
Peserta mempunyai hak untuk: 1. Memperoleh layanan bimbingan pembelajaran untuk mendukung penyelesaian MK PAI. 2. Memperoleh setifikat dari penyelenggara setelah dinyatakan lulus. Pasal 9 Mahasiswa mempunyai kewajiban untuk: 1. Mengikuti kegiatan tutorial dengan baik. 2. Memelihara kebersihan, keindahan, ketertiban dan keamanan seluruh sarana dan prasarana, Islamic Tutorial Centre (ITC) dan/atau Mesjid kampus UPI serta lingkungan sekitarnya. 3. Menaati dan mematuhi segala ketentuan dan peraturan yang berlaku di tutorial. 4. Memiliki toleransi terhadap berbagai faham keagamaan seluruh mahasiswa yang majemuk sebagai anggota masyarakat kampus dan jamaah mesjid. Pasal 10 Kewenangan dan tanggung jawab akademik tutorial pada dosen PAI: 1. Wewenang penanggung jawab akademis MK PAI berada di pundak dosen PAI. 2. Pengurus & tutor tidak berwenang menyampaiakan materi MK PAI dan memberikan materi yang menjadi wewenang dosen. BAB VI Persyaratan Mahasiswa Pengurus TUTORIAL Pasal 11 Tata cara pengangkatan mahasiswa pengurus tutorial dibentuk berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Persyaratan Umum: a. Betakwa kepada Allah. b. Berakhlak baik. c. Mahasiswa UPI. d. Sehat jasmani dan rohani. e. Memiliki jiwa kepemimpinan.
64
f. g. h.
Memiliki wawasan kemahasiswaan dan UPI. Mampu melaksanakan perbuatan hukum. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
2. Persyaratan Khusus: a. Mahasiswa UPI yang telah menempuh minimal kuliah 2 semester dan lulus mata kuliah PAI. b. Tidak sedang cuti jadi mahasiswa. c. Berpengalaman sebagai tutor. d. Bersedia dicalonkan e. Menaati ketentuan yang ditetapkan penyelenggara. Pasal 12 Pemilihan Pengurus Tutorial Tata cara pemilihan: 1. Penyelenggara menugaskan kepada panitia / mahasiswa pengurus tutorial mahasiswa untuk menyelenggarakan pemilihan melalui musyawarah. 2. Pengurus membentuk panitia guna menjaring bakal calon dan memberitahukan kepada Penyelenggara untuk disahkan. 3. Penyelenggara mengesahkan daftar calon yang memenuhi persyaratan. 4. Panitia menyelenggarakan musyawarah pemilihan. 5. Pemilihan diselenggarakan dengan cara musywarah untuk mufakat. 6. Apabila mufakat tidak tercapai, maka pemilihan dilakukan dengan pemungutan suara. 7. Musyawarah dinyatakan sah apabila memenuhi quorum, yaitu dihadiri oleh perwakilan minimal 1 orang dari: a. BEM-REMA, HIMA, UKM keislaman UPI, dan mahasiswa UPI pada organisasi ekstra keagamaan yang legal. b. Dalam hal ketentuan dimaksud pada butir (a) tidak tercapai. Rapat ditunda 10 menit. c. Setelah penundaan quorum belum terpenuhi, musyawarah dapat dilanjutkan dan dinyatakan sah.
65
8.
9.
Calon yang memperoleh suara terbanyak (3 orang) diajukan kepada Penyelenggara untuk diusulkan menjadi pengurus disertai berita acara pemilihan untuk disahkan dan mengajukan kelengkapan susunan kepengurusan sesuai keterwakilan dari BEM, REMA, HIMA, UKM keislaman UPI dan mahasiswa UPI pada organisasi ekstra keislaman yang legal. Pengurus terpilih ditetapkan dan disahkan melalui surat tugas dari ketua penyelengara tutorial untuk masa bakti 2 semester.
BAB VII Proses Pelaksanaan dan Kelulusan Tutorial Pasal 13 Pelaksanaan Tutorial dilakukan: 1. Di Mesjid UPI atau tempat pengganti lain bila diperlukan 2. Untuk setiap pertemuan dilakukan sekurang-kurangnya: a. Satu jam kuliah duha. b. Satu setengah jam diskusi kelompok materi keislaman. c. Shalat berjamaah. Pasal 14 Syarat kelulusan 1. Peserta dapat lulus apabila: a. Mengikuti 80% pertemuan Tutorial. b. Berakhlak baik. c. Bisa membaca Al-Qur'an. 2. Peserta yang tidak dapat hadir pertemuan tutorial melebihi 20 % diwajibkan mengganti dengan tugas yang setara dengan kegiatan pertemuan tersebut. 3. Perizinan ketidakhadiran dalam bentuk apapun termasuk ke dalam perhitungan absen dan berkewajiban digantikan apabila melebihi 20%. BAB VIII Akhlak Peserta Tutorial Pasal 15
66
Menjungjung motto universitas yang edukatif, ilmiah, dan religius akhlak perilaku mahasiswa adalah: 1. Berbusana sopan, bersih, rapi sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. 2. Peserta perempuan tidak diperkenankan memakai busana mini, ketat, tembus pandang, dan berlebihan menggunakan menggunakan makeup. 3. Peserta laki-laki tidak diperkenankan menggunakan pakaian menyerupai perempuan, ber-make-up, beranting, dan menggunakan perhiasan perempuan lainnya. 4. Peserta bertuturkata santun, tidak mengejek, menyindir, melecehkan, berkata jorok, tidak senonoh dan menyinggung perasaan orang lain. 5. Peserta dianjurkan menggunakan kata-kata yang baik, bertegur sapa dengan santun, dan mengucapkan salam kepada sesama mahasiswa muslim. 6. Peserta menyimpan barang, sepatu sandal, dan lainnya ditempat yang disediakan serta menjaga keamanannya masing-masing. BAB IX Pelanggaran Pasal 16 Peserta dilarang: 1. Merokok dan minum-minum di tempat tutorial. 2. Mengambil, menukar, menyembunyikan barang-barang milik orang lain maupun instansi UPI. 3. Melakukan perusakan terhadap saran dan prasarana mesjid kampus dan lainnya baik secara langsung ataupun tidak langsung. 4. Mengganggu peribadatan. 5. Berkelahi, ancam-mengancam, berbuat yang melanggar akhlak dan ketertiban mesjid dan agama Islam serta perilaku vandalisme. 6. Menyebarkan faham-faham agama yang terlarang dan peraturan yang berlaku di Indonesia. 7. Melakukan pelanggaran hukum yang berlaku, melanggar tatasusila pergaulan yang tidak senonoh baik secara norma, moral, akhlak dan pergaulan khususnya perilaku sosial. 8. Melanggar pedoman perilku mahasiswa UPI yang telah ditetapkan.
67
9.
1.
2.
3.
Melanggar hukum dan nilai agama Islam. BAB X Sanksi
Pasal 17 Sanksi-sanksi dilakukan dengan: a. Teguran lisan. b. Dikeluarkan dari kegiatan tutorial. c. Pemberhentian kegiatan tutorial. Sanksi yang menyangkut tindakan melanggar pedoman perilaku mahasiswa UPI diserahkan kepada UPI sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sanksi yang menyangkut tindakan pidana diserahkan kepada pihak yang berwajib.
BAB XI Keuangan
1.
2.
Pasal 18 Pendapatan keuangan tutorial diperoleh dari: a. UPI. b. Iuran mahasiswa c. Kotak infaq. d. Sumbangan yang tidak mengikat di UPI. Pendapatan dan pengeluaranbelanja tutorial dikelola oleh penyelenggara program tutorial dan dilaporkan kepada rektor melalui Jurusan MKDU UPI. BAB XII Penutup
1. 2.
Pasal 19 Pedoman ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur kemudian.
68
Bandung, 20 November 2007 Rektor,
Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinana, M.Pd. NIP. 130514766
69
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 70
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 71
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 72
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 73
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 74
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 75
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 76
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 77
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 78
Pemateri:_______________________________
Kuliah Dhuha
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 79
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 80
Pemateri:_______________________________
Bina Tutor
____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ ____________________________________________ 81
BIODATA PEMILIK BUKU Nama Lengkap Nama Panggilan
Jurusan / Angkatan Alamat Asal
Alamat Kosan Nomor Kontak Email
Ciri-Ciri Fisik Hobi Moto Hidup Nama Ayah / Ibu Alamat Orang Tua Jika buku ini ditemukan, harap dapat mengembalikan kepada identitas pemilik diatas. Syukron, Jazakallah Khair 82
83
1