BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN SEPTEMBER 2016
Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan September 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 105,83; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 97,41; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 94,93; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 122,20 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 102,35. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 110,17 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,77. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 106,99 yang berarti NTP bulan September 2016 mengalami peningkatan 0,69 persen bila dibandingkan dengan bulan Agustus 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 106,26. Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan September 2016 tercatat 114,90 yang berarti mengalami peningkatan 0,83 persen dibandingkan bulan Agustus 2016 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 113,95. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2016, terdapat 21 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumut yaitu sebesar 1,50 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,98 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung yaitu sebesar 1,15 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,54 persen. Pada bulan September 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,21 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,68 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,56 %), Perumahan (0,31 %), Kesehatan (0,14 %) dan Bahan Makanan (0,13 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 % dan kelompok Sandang tidak mengalami perubahan/tetap.
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100)
NTP Provinsi NTB berada di atas
100 ( tercatat 106,99 ) yang berarti petani
mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya. Grafik 1 NTP Provinsi NTB Januari 2015 – September 2016 (2012=100) 108 107
106,99
Nilai Tukar Petani
106
106,43 106,22 105,97 105,53 104,78
105 104
104,14
104,14 103,58 103,81
103,29
102 101
104,71
104,85 104,38
103,86
103
106,26
101,38
102,23 101,97
102,39 101,15
100 99 98
TAHUN
NTP bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen bila dibandingkan dengan NTP Agustus 2016 yaitu dari 106,26 menjadi 106,99. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,85 persen lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,15 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen. Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan September 2016 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (122,20), subsektor Tanaman Pangan (105,83) dan subsektor Perikanan (102,35). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura (97,41) dan subsektor perkebunan rakyat (94,93).
2
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor September 2016 (2012=100)
Subsektor
Bulan
Persentase Perubahan
Agustus 2016
September 2016
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang Diterima (It)
129,67
129,60
-0,05
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
122,27
122,46
0,16
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
106,06
105,83
-0,22
a. Indeks yang Diterima (It)
119,76
120,28
0,43
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
123,31
123,48
0,14
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
97,12
97,41
0,30
a. Indeks yang Diterima (It)
115,57
117,83
1,95
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
123,86
124,12
0,21
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
93,31
94,93
1,74
a. Indeks yang Diterima (It)
142,98
145,83
2,00
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
119,18
119,34
0,13
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
119,97
122,20
1,86
a. Indeks yang Diterima (It)
122,58
121,76
-0,67
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
118,90
118,96
0,05
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,09
102,35
-0,72
a. Indeks yang Diterima (It)
135,79
133,73
-1,52
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
121,37
121,38
0,01
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
111,88
110,17
-1,53
a. Indeks yang Diterima (It)
102,42
103,48
1,03
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
115,13
115,27
0,11
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
88,96
89,77
0,92
a. Indeks yang Diterima (It)
129,37
130,46
0,85
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
(1) 1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
5.a. Perikanan Tangkap
5.b. Perikanan Budidaya
Gabungan 121,75
121,94
0,15
-Konsumsi Rumah Tangga
124,96
125,22
0,21
-BPPBM
113,53
113,55
0,02
106,26
106,99
0,69
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
3
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen yaitu dari 129,37 menjadi 130,46. Terdapat 3 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima masing-masing subsektor Peternakan (2,00 persen), Perkebunan Rakyat (1,95 persen), Hortikultura (0,43 persen). Sedangkan subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan mengalami penurunan It masing-masing sebesar (0,05 persen) dan (0,67 persen).
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan September 2016 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen yaitu dari 121,75 menjadi 121,94. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen.
Grafik 2 Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Agustus – September 2016 (2012=100)
201609
BPPBM; 113,55 KRT; 125,22 Indeks Dibayar; 121,94 Indeks Diterima; 130,46
201608
BPPBM; 113,53 KRT; 124,96 Indeks Dibayar; 121,75
Indeks Diterima; 129,37 100
105
110
BPPBM
4
115
KRT
120
Indeks Dibayar
125
Indeks Diterima
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
130
135
3.
NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)
Pada bulan September 2016 NTPP mengalami penurunan sebesar 0,22 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,16 persen. Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami peningkatan sebesar 0,35 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah/padi. Sedangkan sub kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 1,03 persen, yang disebabkan karena menurunnya harga jagung dan kacang hijau. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,20 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,05 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya sewa penyemprotan haman, biaya servis motor, sprayer, fungisida, oli, terpal, arit/sabit, parang, bakterisida, bibit kacang tanah, insektisida, Urea, kereta dorong, tampah/nyiru, cangkul, upah mencangkul, sewa traktor tangan, ban luar motor, upah pengeringan.
b.
Subsektor Hortikultura (NTPH)
Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,43 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,14 persen. Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,87 persen dan 0,83 persen, yang disebabkan karena meningkatnya harga cabai merah, buncis, kacang panjang, lengkuas, bawang merah, bawang putih, bawang daun, kangkung, melinjo. Indeks yang diterima sub kelompok buah-buahan mengalami penurunan 0,23 persen, yang disebabkan oleh menurunnya harga produksi buahbuahan seperti pepaya, alpukat, pisang, mangga, rambutan, melon, semangka, manggis, sirsak, jeruk besar, langsat. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,16 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,03 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga Urea, arit/sabit, herbisida.
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
Pada bulan September 2016 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 1,74 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,95 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,21 persen. Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain biji jambu mete, kelapa, jarak, kakao, kopi. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,21 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,20 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga pupuk KCL, pisau, Urea, ember, sewa lahan ladang, biaya servis motor, sprayer.
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
5
d.
Subsektor Peternakan (NTPT)
Pada bulan September 2016, NTPT mengalami peningkatan sebesar 1,86 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 2,00 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,13 persen. Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar dan ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,37 persen dan 1,43 persen, yang disebabkan meningkatnya harga produksi ternak antara lain sapi potong, kambing dan kerbau. Sedangkan peternak sub kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dan 1,41 persen, yang disebabkan menurunnya harga burung merpati/dara, ayam ras pedaging, itik/bebek, telur ayam ras, telur ayam buras. Peningkatan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,29 persen. Disisi lain indeks BPPBM mengalami penurunan 0,18 persen, yang disebabkan oleh menurunnya harga jagung pipilan, minyak tanah, bibit ayam ras pedaging, bibit itik/bebek, dedak, ongkos angkut, sewa alatalat peternakan, sewa padang/lahan penggembalaan dan jerami.
e.
Subsektor Perikanan (NTNP)
Pada bulan September 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,72 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,67 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,05 persen. Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 1,52 persen, yang disebabkan menurunnya harga produksi perikanan tangkap antara lain cakalang, rajungan, tenggiri, pari, bawal, baronang, cumi-cumi, kurisi/kerisi, kuniran, tongkol, kembung, selar, kakap, kerapu, tembang, teri. Sedangkan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan It sebesar 1,03 persen yang disebabkan meningkatnya harga rumput laut, nila, mas. Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,12 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya harga oli/pelumas, pelet, cip, benih rumput laut.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor September 2016 (2012=100) Subsektor
Bulan
Persentase Perubahan
Agustus 2016
September 2016
(2)
(3)
(4)
129,67
129,60
-0,05
130,01 128,88
130,46 127,55
0,35 -1,03
122,27 124,77
122,46 125,02
0,16 0,20
116,06
116,12
0,05
119,76 136,12
120,28 137,31
0,43 0,87
101,42 134,42
101,19 135,53
-0,23 0,83
123,31 125,42
123,48 125,62
0,14 0,16
113,97
114,00
0,03
a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat
115,57 115,57
117,83 117,83
1,95 1,95
b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123,86 126,52
124,12 126,78
0,21 0,21
111,70
111,92
0,20
142,98
145,83
2,00
- Ternak Besar - Ternak Kecil
146,17 141,72
149,64 143,74
2,37 1,43
- Unggas - Hasil Ternak
122,49 120,86
122,18 119,16
-0,26 -1,41
119,18 124,13
119,34 124,48
0,13 0,29
110,50
110,31
-0,18
a. Indeks Diterima Petani - Penangkapan
122,58 135,79
121,76 133,73
-0,67 -1,52
- Budidaya b. Indeks Dibayar Petani
102,42 118,90
103,48 118,96
1,03 0,05
124,56 111,53
124,56 111,66
0,00 0,12
a. Indeks Diterima Petani
129,37
130,46
0,85
b. Indeks Dibayar Petani
121,75
121,94
0,15
- Konsumsi Rumah Tangga
124,96
125,22
0,21
- BPPBM
113,53
113,55
0,02
(1) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
- Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 5. Perikanan
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Gabungan
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
7
4.
Perbandingan antar Provinsi
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2016, terdapat 21 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumut (1,50 persen), diikuti oleh Provinsi Jambi (1,43 persen) dan Riau (1,15 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung (-1,15 persen) diikuti oleh Provinsi Maluku ( -0,74 persen ) dan Sulteng ( -0,53 persen ). Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya September 2016 (2012=100) Kode
Provinsi
(1)
(2)
IB
NTP
11
NAD
Indeks (3) 118,22
12
SUMUT
126,56
1,98
125,57
0,47
100,79
1,50
13
SUMBAR
120,77
1,30
123,47
0,60
97,81
0,70
14
RIAU
124,72
1,65
125,85
0,50
99,11
1,15
15
JAMBI
123,10
1,91
123,97
0,47
99,30
1,43
16
SUMSEL
116,35
-0,06
123,62
0,42
94,11
-0,47
17
BENGKULU
116,86
1,21
125,50
0,60
93,12
0,60
18
LAMPUNG
127,25
-0,54
123,14
0,62
103,34
-1,15
19
BABEL
120,65
0,44
119,95
0,55
100,58
-0,10
21
KEPRI
116,06
-0,33
119,62
0,08
97,02
-0,41
31
DKI
119,71
0,20
119,32
0,39
100,33
-0,19
32
JABAR
132,17
0,35
126,90
0,15
104,15
0,20
33
JATENG
125,57
0,69
124,48
0,24
100,88
0,44
34
YOGYAKARTA
130,42
0,29
123,33
0,02
105,75
0,27
35
JATIM
134,06
1,26
126,71
0,25
105,80
1,01
36
BANTEN
123,67
0,69
123,08
0,46
100,47
0,22
51
BALI
131,14
1,14
122,06
0,40
107,44
0,74
52
NTB
130,46
0,85
121,94
0,15
106,99
0,69
53
NTT
123,65
0,84
121,19
-0,06
102,03
0,91
61
KALBAR
117,07
0,66
123,46
0,06
94,82
0,60
62
KALTENG
119,81
0,68
122,67
0,19
97,67
0,48
63
KALSEL
116,10
0,74
119,87
0,08
96,86
0,66
64
KALTIM
121,29
0,72
122,96
0,21
98,64
0,51
71
SULUT
118,73
-0,56
123,90
-0,20
95,82
-0,36
72
SULTENG
122,76
0,05
123,69
0,58
99,24
-0,53
73
SULSEL
130,29
-0,15
124,25
0,21
104,86
-0,35
74
SULTRA
123,42
0,36
123,23
0,53
100,15
-0,17
75
GORONTALO
130,93
-0,28
123,99
-0,31
105,60
0,03
76
SULBAR
129,44
1,11
119,19
0,49
108,60
0,62
81
MALUKU
126,57
-0,56
124,68
0,19
101,52
-0,74
82
MALUKU UTARA
126,33
0,00
121,84
-0,14
103,68
0,13
91
PAPUA BARAT
124,58
-0,18
124,01
-0,06
100,46
-0,12
94
PAPUA
117,50
0,56
122,18
0,32
96,17
0,24
127,07
0,73
124,56
0,28
102,02
0,45
Nasional
8
IT % Perub (4) 0,23
Indeks (5) 124,31
% Perub (6) 0,72
Indeks (7) 95,10
% Perub (8) -0,49
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
5.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan September 2016 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,21 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 5 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,68 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,56 %), Perumahan (0,31 %), Kesehatan (0,14 %) dan Bahan Makanan (0,13 %). Sedangkan kelompok Transportasi & Komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 % dan kelompok Sandang tidak mengalami perubahan/tetap.
Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB September 2016 (2012=100)
Sub Kelompok
Agustus 2016
September 2016
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Konsumsi Rumah tangga
124,96
125,22
0,21
- Bahan makanan
131,52
131,69
0,13
- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
120,57
121,24
0,56
- Perumahan
119,55
119,92
0,31
- Sandang
121,39
121,39
0,00
- Kesehatan
117,32
117,48
0,14
- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
110,24
110,99
0,68
- Transportasi dan Komunikasi
123,89
123,60
-0,23
Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan September 2016 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain bawang merah, cabai merah, kacang panjang, biaya air, kacang kedele, tenggiri, tomat sayur, rokok putih filter, apel, semangka, rokok kretek, baronang, tembakau, jeruk, minyak goreng, tempat tidur, kubis/kol, ikan asin selar, kemeja pendek, ketela rambat, lada/merica, meja kursi tamu, rokok kretek filter, bandeng, uang bayaran sekolah SMA, sapu ijuk, lemari 2 pintu, wortel, kangkung, baju koko, piring makan.
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
9
Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia September 2016 (2012=100)
0,32
NASIONAL GORONTALO
-0,18 PAPUA BARAT
NTT
MALUKU UTARA
SULUT
-0,14
-0,31 -0,31
-0,10 KALBAR KALSEL KEPRI JABAR SULSEL KALTENG
KALTIM MALUKU NTB JATENG JATIM PAPUA BALI BANTEN SUMSEL SUMUT JAMBI RIAU DKI SULBAR
SULTRA
-0,40
YOGYAKARTA
-0,10 0,03 0,11 0,11 0,14 0,19 0,19 0,19 0,21 0,21 0,27 0,30 0,38 0,44
0,47 0,52 0,53 0,60 0,60 0,61 0,61 0,63
BABEL BENGKULU
0,66
SULTENG
0,20
0,72
0,40
0,73
0,60
SUMBAR
0,80
0,76
LAMPUNG
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
10
0,83
-0,20
NAD
0,00
0,94
1,00
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :
[email protected] Homepage : http://ntb.bps.go.id Contact person
: Ni Kadek Adi Madri, SE Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 65/10/52/Th.IX, 3 Oktober 2016
11