Bared to You By Sylvia Day
Sinopsis :
THE NEW YORK TIMES BESTSELLER Gideon Cross datang ke dalam hidupku seperti petir di kegelapan ... Dia indah dan brilian, bergerigi dan putih panas. Aku belum pernah setertarik ini ke apapun atau siapapun dalam hidupku seperti saat ini padanya. Aku mendambakan sentuhannya seperti obat-obatan, meskipun menyadari itu akan melemahkanku. Aku cacat dan rusak, dan ia membuka retakan didalam diriku begitu mudah ... Gideon tahu. Dia punya iblisnya sendiri. Dan kita akan menjadi cermin yang saling memantulkan luka paling pribadi ... dan gairah masing-masing. Ikatan cintanya mengubahku, bahkan ketika aku berdoa bahwa siksaan dari masa lalu kita tak akan memisahkan kita berdua ...
Judul : Bared To You Penulis : Sylvia Day Copy Right By : portalnovel.blogspo.com Re-Post By : read-blogger.blogspot.com
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 1
“Kita harusnya pergi ke bar dan merayakannya.” Aku tidak terkejut oleh pernyataan sungguh-sungguh teman seapartemenku. Cary Taylor selalu menemukan alasan untuk merayakan sesuatu, tidak perduli sekecil apa dan tidak pentingnya hal itu. Aku selalu menganggap itu bagian dari daya tariknya. “Aku yakin minum-minum di malam sebelum memulai suatu pekerjaan baru adalah ide yang buruk.” “Ayolah, Eva.” Cary duduk di ruang tamu baru kami, ditengah-tengah setengah lusin kotak-kotak pindahan dan memamerkan senyum kemenangannya. Kami telah membongkar barang-barang selama berhari-hari, tapi dia tetap terlihat mengagumkan. Tubuh langsing, rambut gelap, mata hijau, Cary adalah seorang pria yang jarang terlihat kurang dari sempurna ketampanannya di setiap hari dalam hidupnya. Aku mungkin membencinya jika dia bukanlah orang tersayang di dunia bagiku. “Aku tidak bicara tentang suatu bender,” dia mendesak. “Hanya satu atau dua gelas anggur. Kita bisa datang saat happy hour dan masuk pukul delapan.” “Aku tak tahu apakah aku bisa kembali tepat waktu.” Aku mengisyaratkan pada celana yogaku dan baju kaos olahraga ketatku. “Setelah aku selesai bekerja, aku akan pergi ke gym.” “Jalan cepat, olah raga lebih cepat.” Alis Cary yang melengkung sempurna membuatku tertawa. Aku benar-benar berharap wajah jutaan dolarnya muncul di papan iklan dan majalah fashion di seluruh dunia suatu hari nanti. Tidak perduli ekpresinya, dia adalah seorang yang mempesona. “Bagaimana kalau besok setelah bekerja?” Aku mengusulkan sebagai pengganti. “Jika aku bisa berhasil melewati satu hari, itu baru layak dirayakan.” “Sepakat. Aku akan meresmikan dapur baru kita untuk membuat makan malam.” “Uh…” Memasak adalah salah satu kegemaran Cary, tapi bukanlah salah satu dari bakatnya. “Bagus.” Meniup sehelai rambut yang tidak patuh dari wajahnya, dia menyeringai padaku. “Kita punya dapur yang hampir semua restoran akan iri. Tak mungkin untuk mengacaukan
1
www.read-blogger.nlogspot.com
makanan di sana." Dengan ragu-ragu, aku menuju keluar dengan sebuah lambaian, memilih menghindari sebuah percakapan tentang memasak. Memilih naik elevator untuk turun ke lantai satu, aku tersenyum pada penjaga pintu ketika dia membiarkan aku keluar menuju jalan dengan lambaian. Saat aku melangkah keluar, aroma dan suara Manhattan memelukku dan mengundangku untuk menjelajahinya. Aku tidaklah pindah ke lain negara dari rumah lamaku di San Diego, tapi seperti sedunia jauhnya. 2 Kota Metropolis Besar - satunya beriklim dingin tak berkesudahan dan kemalasan yang nikmat, yang lain padat dengan kehidupan dan energi hingar-bingar. Dalam mimpiku, aku membayangkan hidup di suatu jalanan di Brooklyn, tapi menjadi putri yang patuh, aku malah menemukan diriku di Upper West Side. Jika Cary tidak tinggal bersamaku, aku akan merasakan kesepian yang menyedihkan di apartemen yang sewa sebulannya lebih besar daripada kebanyakan orang lain hasilkan selama satu tahun. Si penjaga pintu menundukkan kepala bertopinya padaku. “Selamat sore, Miss Tramell. Apakah anda memerlukan taksi sore ini?” “Tidak, terima kasih, Paul.” Aku menggoyangkan tumit bulat sepatu fitnessku. “Aku akan jalan kaki saja.” Dia tersenyum. “Sekarang lebih dingin dari siang tadi. Pastinya bisa menyenangkan.” “Aku telah diberitahu aku harus menikmati udara Juni sebelum berubah menjadi panas yang kejam.” “Saran yang sangat baik, Miss Tramell.” Melangkah keluar dari bawah serambi kaca pintu modern yang entah bagaimana bisa menyatu dengan usia bangunan dan bangunan-bangunan tetangganya, aku menikmati susasana relatif tenang jalanan disekitar rumahku yang memiliki pepohonan yang berjajar sebelum aku mencapai kesibukan dan arus lalu lintas di Broadway. Suatu hari nanti, aku berharap untuk bisa berbaur dengan baik, tapi untuk saat ini aku masih merasa seperti warga New York palsu. Aku punya alamat dan pekerjaan, tapi aku masih berhati-hati terhadap kereta bawah tanah dan mengalami kesulitan memanggil taksi. Aku mencoba untuk tidak berjalan di sekitar dengan mata membelalak dan mudah teralihkan perhatiannya, tapi sulit. Ada begitu banyak untuk dilihat dan dialami. Input sensoriknya menakjubkan - bau knalpot kendaraan bercampur dengan makanan dari gerobak penjual keliling, teriakan pedagang asongan bercampur dengan musik dari penghibur jalanan, rentang menakjubkan dari wajah-wajah dan gaya dan aksen, keajaiban arsitektur cantik ... Dan mobil. Ya Tuhan. Aliran hingar-bingar mobil yang sangat padat dan penuh tidak seperti apa pun yang pernah kulihat di manapun.
2
www.read-blogger.nlogspot.com
Selalu saja ada ambulan, mobil patroli atau mobil pemadam kebakaran mencoba membelah banjir taxi berwarna kuning dengan sirene elektronik yang meraung memecahkan telinga. Aku kagum dengan truk sampah kayu-kayuan yang melayari jalan kecil satu arah dan supir pengiriman paket yang menerjang bumper-bumper lalu lintas sementara menghadapi tenggat waktu yang kaku. Orang New York sejati melaju melalui semua itu, cinta mereka untuk kota ini senyaman dan seakrab seperti sepasang sepatu favorit. Mereka tidak melihat uap mengepul dari lubang ventilasi dan di trotoar dengan kegembiraan yang romantis dan mereka tidak berkedip mata ketika tanah bergetar di bawah kaki mereka saat kereta bawah tanah menderu dibawah, sementara aku tersenyum seperti orang idiot dan melenturkan jari-jari kakiku. New York adalah cinta yang baru bagiku. Mataku bercahaya dan itu terlihat jelas. Jadi aku harus benar-benar “bermain dingin” saat aku berjalan ke gedung tempatku akan bekerja. Sejauh pekerjaanku berjalan, setidaknya, aku sudah mendapatkan yang aku inginkan. Aku ingin memperoleh penghidup didasarkan pada kemampuanku sendiri dan itu berarti posisi tingkat awal. Mulai besok pagi, aku akan jadi asisten dari Mark Garrity di Waters Field & Leaman, salah satu biro iklan terkemuka di AS. Ayah tiriku, pemodal besar Richard Stanton, kesal ketika aku mengambil pekerjaan itu, menunjuk bahwa jika aku kurang berharga diri tinggi, aku malah bisa bekerja dengan temannya dan memperoleh keuntungan dari koneksi itu. “Kau keras kepala seperti ayahmu,” katanya. "Butuh waktu selamanya untuk dia melunasi pinjaman mahasiswamu dengan gaji polisinya." Itu telah menjadi pertengkaran besar, dengan ayahku tidak mau mundur. "Terkutuk jika pria lain yang akan membayar untuk pendidikan anakku," Victor Reyes telah mengatakan itu ketika Stanton membuat tawaran. Aku menghormati itu. Aku menduga Stanton juga, meskipun ia tak akan pernah mengakuinya. Aku mengerti kedua sisi maksud pria-pria itu, karena aku berjuang untuk melunasi pinjamanku sendiri ... dan gagal. Itu adalah titik kebanggaan bagi ayahku. Ibuku telah menolak untuk menikah dengannya, tapi dia tidak pernah goyah dari tekadnya untuk menjadi ayahku dengan setiap cara yang mungkin bisa dilakukannya. Mengetahui tak ada gunanya untuk gusar dengan frustasi lama, aku berfokus untuk mendapatkan pekerjaan secepat mungkin. Aku sengaja telah memilih untuk memotong pendek perjalanan selama waktu sibuk pada hari Senin, jadi aku senang ketika aku tiba di Gedung Crossfire, yang merupakan rumah bagi Waters Field & Leaman, dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Aku mendongakkan kepalaku keatas dan memandang deretan bangunan seluruhnya dari bawah sampai ke atas langit. Gedung Crossfire ini mengesankan, puncak menara ramping berkilauan seperti batu safir yang menembus awan. Aku tahu dari wawancaraku sebelumnya bahwa interior di sisi lain yang memiliki pintu bergulir berhias bingkai tembaga juga samasama menakjubkan, dengan dinding dan lantai marmer keemasaan, dan meja keamanan yang dicat aluminium dan pintu putar.
3
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku menarik kartu pengenal baruku keluar dari saku bagian dalam celanaku dan mengangkatnya kepada dua orang penjaga berpakaian setelan bisnis hitam di meja. Mereka menghentikanku juga, tak diragukan lagi karena aku berpakaian kurang sopan, tapi kemudian mereka membiarkanku lewat. Setelah aku selesai naik lift ke lantai dua puluh, aku telah memiliki gambaran waktu umum untuk seluruh rute dari pintu ke pintu. Berhasil. Aku sedang berjalan menuju deretan lift ketika seorang wanita langsing berambut coklat cantik dompetnya menyangkut di pintu putar dan terbalik, menumpahkan banyak uang recehan. Koin-koin menghujani marmer dan berguling jauh, dan aku menyaksikan orangorang menghindari kekacauan dan terus berjalan seolah-olah mereka tidak melihatnya. Aku meringis bersimpati dan berjongkok untuk membantu wanita itu mengumpulkan uangnya, seperti yang dilakukan salah satu penjaga. "Terima Kasih," Katanya, melemparkan senyum terburu-buru yang cepat. Aku tersenyum balik. "Tidak masalah. Aku pernah mengalaminya." Aku baru saja berjongkok untuk meraih koin 5 sen yang tergeletak di dekat pintu masuk ketika aku berhadapan dengan sepasang sepatu oxford hitam mewah terbungkus celana panjang hitam. Aku menunggu sebentar untuk orang itu bergerak keluar dari jalanku dan ketika dia tidak bergerak, aku mendongakkan leherku untuk memungkinkan arah tatapanku meningkat. Setelan tiga potong jas kastom mengena lebih dari satu ‘tombol panas’ku, tapi tubuh yang tinggi ramping kuat yang berada di dalamnya yang membuatnya sensasional. Namun, sepanas apapun semua kelelakian yang megah itu, tidak sampai aku mencapai wajah pria itu aku benar-benar menyerah kalah. Wow. Hanya...wow. Dia menjatuhkan diri dengan bungkukan yang elegan langsung di depanku. Terpukul dengan semua yang maskulinitas indah didepan mataku, aku hanya bisa menatap. Tertegun. Kemudian sesuatu bergeser di udara antara kami. Saat ia menatapku, ia berubah ... seolah-olah perisai meluncur menjauh dari matanya, mengungkapkan kekuatan kehendak yang mengisap udara dari paru-paruku. Daya tarik intens yang ia pancarkan semakin bertambah kekuatannya, menjadi suatu tenaga dengan kesan hampir nyata, bergetar dan tak ada henti-hentinya. Bereaksi murni pada insting, aku bergeser ke belakang. Dan jatuh tergeletak rata di pantatku. Sikuku berdenyut-denyut dari kontak keras dengan lantai marmer, tapi aku hampir tidak merasakan sakit. Aku terlalu sibuk menatap, terpaku oleh orang di depanku. Rambut hitam seperti tinta membingkai wajah yang mempesona. Struktur tulangnya akan membuat pematung menangis dengan sukacita, sementara mulut tergores kuatnya, hidung seperti belati, dan mata biru intens membuatnya tampak menarik. Matanya itu menyipit sedikit, sementara wajahnya diatur supaya terlihat tenang. Baju kemeja dan jas keduanya hitam, tapi dasinya cocok sempurna dengan iris matanya yang
4
www.read-blogger.nlogspot.com
brilian. Matanya cerdas dan menilai, dan menembus kedalam mataku. Detak jantungku bertambah cepat, bibirku terbuka untuk mengakomodasi napas yang jadi lebih cepat. Dia berbau sangat harum. Bukan cologne. Body wash, mungkin. Atau sampo. Apa pun itu, baunya lezat, seperti dia. Dia mengulurkan tangannya padaku, mengekspos manset onyx dan jam yang tampak sangat mahal. Dengan nafas gemetar, aku meletakkan tanganku dalam tangannya. Denyut nadiku melompat ketika cengkeramannya diperkuat. Sentuhannya terasa berlistrik, mengirim kejutan ke lenganku yang mendirikan rambut di tengkukku. Dia tidak bergerak sejenak, sebuah garis kerutan mengisi jarak antara alis yang terpotong dengan arogan. “Apakah kau baik-baik saja?” Suaranya berbudaya dan halus, dengan keserakan yang membuat perutku berdenyut. Hal ini membawa pikiranku ke seks. Seks yang Luar Biasa. Aku berpikir sejenak bahwa dia mungkin bisa membuatku orgasme hanya dengan berbicara cukup lama. Bibirku kering, jadi aku menjilatnya sebelum menjawab. “Aku baik-baik saja.” Dia berdiri dengan keanggunan yang efisien, menarikku berdiri bersamanya. Kami mempertahankan kontak mata karena aku tidak bisa berpaling. Dia lebih muda dari asumsiku pada awalnya. Lebih muda dari tiga puluh dugaanku, tapi matanya jauh lebih berambisi. Tatapan yang keras, tajam dan cerdas. Aku merasa tertarik kearahnya, seolah-olah ada tali yang mengikat pinggangku dan dia dengan perlahan-lahan dan tak terelakkan menariknya. Berkedip keluar dari setengah bingungku, aku melepaskannya. Dia tak hanya indah, dia ... memikat. Ia adalah tipe pria yang membuat wanita ingin merobek kemejanya sampai terbuka dan menonton kancing-kancingnya bertebaran bersama dengan ketahanan dirinya. Aku menatap dirinya dengan baju beradab, sopan, mahalnya dan berpikir tentang persetubuhan yang kasar, primal dan mencakar-seprai. Dia membungkuk dan mengambil kartu tanda pengenalku yang aku tidak sadari telah aku menjatuhkan, membebaskanku dari tatapan provokatifnya. Otakku tergagap kembali bekerja. Aku jengkel dengan diriku sendiri karena merasa canggung ketika dia sepenuhnya tenang. Dan kenapa? Karena aku terpesona, sialan. Dia melirik ke arahku dan posenya — hampir berlutut di depanku — membuat miring keseimbanganku lagi. Dia membalas tatapanku saat dia bangkit. "Apakah kau yakin kau baik-baik saja? Kau seharusnya duduk selama satu menit." Wajahku panas. Betapa indahnya untuk tampil canggung dan kikuk di depan orang yang paling percaya diri dan anggun yang pernah aku temui. “Aku hanya kehilangan keseimbangan. Aku baik-baik saja”
5
www.read-blogger.nlogspot.com
Berpaling, aku melihat wanita yang telah tertumpah isi dompetnya. Dia mengucapkan terima kasih kepada penjaga yang membantunya, kemudian berbalik mendekatiku, meminta maaf sedalam-dalamnya. Aku menghadap kearahnya dan mengulurkan segenggam koin yang aku kumpulkan, tapi tatapannya tersangkut pada Dewa dalam setelan dan dia segera lupa padaku sama sekali. Setelah beberapa saat, aku hanya mengulurkan tangan dan membuang koin-koin itu ke dalam tas wanita itu. Lalu aku mengambil resiko melirik pria itu lagi, menemukan dia menontonku bahkan saat si rambut coklat menyemburkan banyak ucapan terima kasih. Untuk dia. Bukan untukku, tentu saja, orang yang seharusnya benar-benar membantunya. Aku berbicara padanya. "Boleh aku meminta lencanaku, please?" Dia menawarkannya kembali kepadaku. Meskipun aku berusaha untuk mengambilnya tanpa menyentuhnya, jari-jarinya menyentuhku, mengirimkan arus kesadaran itu ke seluruh tubuhku sekali lagi. “Terima kasih,” Gerutuku sebelum melewatinya dan mendorong keluar ke jalanan lewat pintu putar. Aku berhenti sejenak di trotoar, meneguk dalam-dalam udara New York yang diwarnai dengan sejuta hal yang berbeda, beberapa bagus dan beberapa beracun. Ada Bentley SUV hitam licin di depan bangunan dan aku melihat bayanganku di jendela gelap tak bernoda dari limo itu. Aku memerah dan mata abu-abuku terlalu berbinar. Aku pernah melihat apa yang terlihat di wajahku ini sebelumnya - di cermin kamar mandi sebelum aku pergi tidur dengan seorang pria. Itu pandangan ‘aku-siap-untuk bercinta’ ku dan ini sama sekali tidak ada urusannya berada di wajahku sekarang. Tuhan. Dapatkan pegangan. Lima menit bersama Mr.Gelap dan Berbahaya, dan aku dipenuhi dengan energi kegelisahan yang menganggu. Aku masih bisa merasakannya, dorongan yang tak dapat dipahami untuk kembali ke dalam dimana ia berada. Aku bisa membuat argumen bahwa aku belum selesai melakukan urusanku datang ke Crossfire, tapi aku tahu aku akan menyalahkan diriku sendiri nanti. Berapa kali aku membuat bodoh diriku sendiri dalam satu hari? “Cukup,” aku mengomeli diriku sendiri dibawah nafasku. “Bergeraklah.” Klakson berbunyi saat salah satu taksi melesat di depan taksi lain dengan jarak keduanya hanya beberapa inci dan kemudian menginjak rem saat pejalan kaki yang berani melangkah ke perempatan sedetik sebelum lampu berganti. Teriakan terjadi, rentetan makian dan selanjutnya gerakan tangan yang tidak benar-benar menyatakan kemarahan. Dalam beberapa detik semua pihak akan melupakan kejadian itu, yang hanya merupakan salah satu selingan dalam tempo alami kota ini. Saat aku menyatu ke dalam aliran lalu lintas pejalan kaki dan berangkat menuju gym, senyum menggoda dimulutku. Ah, New York, pikirku, merasa mantap lagi. Kau Keren. *** Aku telah merencanakan untuk pemanasan di treadmill, kemudian menghabiskan jam dengan beberapa mesin, tapi ketika aku melihat bahwa kelas pemula 'kickboxing’ akan di mulai, aku malahan mengikuti massa murid yang menunggu. Pada saat itu berakhir, aku merasa lebih
6
www.read-blogger.nlogspot.com
seperti diriku. Otot-ototku bergetar sempurna dengan kelelahan dan aku tahu aku akan tidur nyenyak ketika aku tidur nanti. "Kau melakukannya dengan sangat baik." Aku menyeka keringat dari wajahku dengan handuk dan menatap pria muda yang berbicara kepadaku. Kurus dan berotot licin, dia memiliki mata cokelat yang tajam dan kulit café au lait yang sempurna. Bulu matanya tebal dan panjang yang membuat iri, sementara kepalanya dicukur gundul. "Terima kasih." Mulutku berputar menunjukan sesal. "Cukup jelas ini adalah pertama kalinya buatku, ya?" Dia nyengir dan mengulurkan tangannya. “Parker Smith.” “Eva Tramell.” "Kau memiliki keluwesan alami, Eva. Dengan sedikit latihan kau bisa menjadi seorang jagoan KO. Di sebuah kota seperti New York, tahu bela diri sangatlah penting." Dia menunjuk ke sebuah papan tempel yang digantung di dinding. Itu ditutupi kartu nama dan selebaran yang dijepit dengan paku payung. Merobek salah satu bendera dari dasar selembar kertas neon, ia menunjukan itu kepadaku. “Pernah dengar Krav Maga?” “Di film Jennifer Lopez.” “Aku mengajar itu, dan aku akan senang untuk mengajarimu. Itu alamat websiteku dan nomor telpon.” Aku mengagumi pendekatannya. langsung, seperti tatapannya, dan senyumnya asli. Aku bertanya-tanya apakah dia bertujuan kearah mencari seorang anggota, tapi ia cukup santai tentang hal itu sehingga aku tidak bisa yakin. Parker menyilangkan lengannya, yang memamerkan otot bisep yang terlatih. Dia mengenakan kemeja tanpa lengan dan celana pendek hitam yang panjang. Sepatu Conversenya tampak butut namun nyaman dan tato tribal mengintip dari kerahnya. "Di websiteku ada jadwal jam-jam latihannya. Kau harus datang dan menonton, melihat apakah itu cocok untukmu." "Aku pasti akan memikirkannya." "Lakukan itu." Dia mengulurkan tangannya lagi, dan genggamannya solid dan percaya diri. "Aku berharap untuk bisa melihatmu datang." *** Apartemen berbau sedap ketika aku pulang kerumah dan Adele melantunkan lagu penuh penjiwaan melalui speaker surround-sound tentang mengejar trotoar. Aku memandang ke
7
www.read-blogger.nlogspot.com
seberang bidang lantai terbuka menuju dapur dan melihat Cary bergoyang karena musik sambil mengaduk sesuatu. Ada botol anggur terbuka di meja dan dua piala, salah satunya adalah setengah penuh dengan anggur merah. "Hei," seruku saat aku semakin dekat. "Apa yang dimasak? Dan apakah aku punya waktu untuk mandi dulu?" Ia menuangkan anggur ke dalam piala lain dan meletakannya di meja sarapan untukku, gerakgeriknya trampil dan elegan. Tak seorang pun akan tahu dari melihat dirinya bahwa dia telah menghabiskan masa kecilnya berpindah-pindah antara ibu yang kecanduan obat dan panti asuhan, diikuti oleh fasilitas untuk penahanan anak dan remaja dan rehabilitasi negara. "Pasta dengan saus daging. Tahan mandinya, makan malam sudah siap. Bersenang-senang hari ini?" "Begitu aku ke gym, iya." Aku menarik keluar salah satu kursi bar kayu jati dan duduk. Aku menceritakan padanya tentang kelas kickboxing dan Parker Smith. "Mau pergi denganku?" "Krav Maga?" Cary menggeleng. "Itu hardcore. Aku akan mendapatkan memar dan yang akan mengancam pekerjaanku. Tapi aku akan pergi denganmu untuk mengeceknya, untuk berjaga-jaga jika orang ini seorang yang sinting." Aku melihatnya menumpahkan pasta ke dalam saringan yang menunggu. "Seorang yang sinting, ya?" Ayahku mengajarkanku untuk membaca orang cukup baik, sehingga aku tahu bahwa ‘Dewa dalam Setelan” adalah masalah. Orang-orang biasa menawarkan senyum murahan ketika mereka membantu seseorang, hanya untuk membuat koneksi sesaat yang melancarkan jalan. Lagipula, aku tidak tersenyum padanya juga. "Baby girl," kata Cary, menarik mangkuk dari lemari, "kau seorang wanita seksi yang menakjubkan. Aku mempertanyakan setiap pria yang tidak punya nyali untuk memintamu langsung untuk berkencan." Aku mengerutkan hidungku padanya. Dia mengatur mangkuk didepanku. Isinya sedikit mie salad ditutupi saus tomat minim dengan gumpalan daging sapi dan kacang polong. "Kau punya sesuatu di pikiranmu. Apa itu?" Hmm ... Aku menangkap gagang sendok yang mencuat dari mangkuk dan memutuskan untuk tidak mengomentari makanan. "Aku pikir aku bertemu dengan orang terpanas di planet ini. Mungkin orang terpanas dalam sejarah dunia." "Oh? Kupikir aku orangnya. Ceritakan lebih banyak." Cary tetap tinggal di sisi lain dari meja, Lebih memilih untuk berdiri dan makan. Aku melihat dia mengambil beberapa gigitan racikannya sendiri sebelum aku merasa cukup berani untuk mencobanya sendiri. "Tidak banyak yang bisa diceritakan, sungguh. Aku akhirnya tergeletak di pantatku sendiri di lobi Crossfire dan dia memberiku bantuan untuk berdiri."
8
www.read-blogger.nlogspot.com
“Tinggi atau pendek? Pirang atau gelap? Tegap atau Langsing? Warna Mata?” Aku membasahi gigitan keduaku dengan anggur. “Tinggi. Gelap. Langsing dan tegap. Mata Biru. Kaya raya, dinilai dari pakaian dan aksesorisnya. Dan dia benar-benar seksi. Kau tahu bagaimana itu — beberapa pria panas tidak membuat hormonmu mengila, sementara beberapa orang yang tak menarik memiliki daya tarik seks yang besar. Orang ini memiliki semuanya." Perutku bergetar seperti ketika si Gelap dan Berbahaya menyentuhku. Dalam pikiranku, aku teringat wajah mempesonanya sejelas kristal. Ini seharusnya ilegal bagi seorang pria untuk menjadi begitu mind-blowing. Aku masih belum pulih dari penggorengan sel-sel otakku. Cary mengatur sikunya di meja dan bersandar, poni panjangnya menutupi salah satu mata hijau cerahnya. “Jadi apa yang terjadi setelah dia membantumu?” Aku mengangkat bahu. “Tidak Ada.” “Tidak Ada?” “Aku pergi.” “Apa? Kau tidak bergenit-genit dengannya?” Aku menggigit lagi, makanan ini benar-benar tidak buruk. Atau aku hanya kelaparan. "Dia bukan tipe pria yang kau bisa godai, Cary." "Tak ada pria yang tak bisa kau kau godai. Bahkan orang-orang yang sudah menikah dengan bahagia menikmati sedikit godaan tidak berbahaya sekali-kali." "Tak ada yang tidak berbahaya tentang orang ini," Kataku datar. "Ah, salah satu dari mereka." Cary mengangguk bijaksana. "Badboy bisa menyenangkan, jika kau tidak terlalu dekat." Tentu saja dia akan tahu, pria dan wanita dari segala usia jatuh di bawah kakinya. Namun, entah bagaimana ia berhasil untuk memilih partner yang salah setiap waktu. Dia berkencan dengan penguntit, dan tukang selingkuh, dan kekasih yang mengancam akan bunuh diri karena dia, dan kekasih dengan orang signifikan lain yang tak mereka ceritakan ... sebutkan semua, dia telah mengalami semua itu. "Aku tak bisa membayangkan bahwa pria ini pernah bersenang-senang," kataku. "Dia terlalu intens. Namun, aku yakin dia akan luar biasa di ranjang dengan segala intensitas yang ada." "Sekarang kau baru bicara. Lupakan orang nyata. Cukup gunakan wajahnya dalam fantasimu dan membuatnya sempurna di sana." Memilih untuk mengeluarkan pria itu dari kepalaku sama sekali, Aku mengganti topik. "Kau punya kegiatan besok?"
9
www.read-blogger.nlogspot.com
"Tentu saja." Cary melontarkan rincian jadwal dirinya, menyebutkan sebuah iklan celana jeans, self-tanner, pakaian dalam, dan cologne. Aku mendorong segala sesuatu yang lain keluar dari pikiranku dan terfokus pada dirinya dan keberhasilannya yang berkembang. Permintaan untuk Cary Taylor meningkat dari hari ke hari, dan ia membangun sebuah reputasi dengan fotografer dan dikenal sebagai orang yang profesional dan cepat. Aku sangat senang untuknya dan sangat bangga. Dia telah berusaha keras dan telah melalui begitu banyak hal. Tidak sampai setelah makan malam aku baru memperhatikan dua kotak hadiah besar disandarkan di sisi sofa bersekat. “Apa itu?” "Itu," kata Cary, bergabung dengan saya di ruang tamu, "adalah barang paling utama." Aku tahu dengan seketika itu dari Stanton dan Ibuku. Uang adalah sesuatu yang ibuku butuhkan agar bahagia dan aku senang bahwa Stanton, suami nomor tiga, tidak hanya bisa mengisi kebutuhan itu untuknya tapi juga semua hal-hal lain dengan baik. Aku sering berharap itu bisa menjadi akhirnya, tapi ibuku kesulitan menerima bahwa aku tidak memandang uang dengan cara yang sama dengan dia. "Apa lagi sekarang?" Dia melemparkan lengannya di bahuku, cukup mudah baginya untuk melakukannya karena dia lebih tinggi lima inci. "Jangan tidak bersyukur. Dia mencintai ibumu. Dia suka memanjakan ibumu, dan ibumu suka memanjakanmu. Sebanyak apapun ketidaksukaanmu, ia tidak melakukannya untukmu. Dia melakukan itu untuk ibumu." Sambil mendesah, aku mengakui maksudnya. "Apa itu?" "Pakaian Glamor untuk makan malam di penggalangan dana pusat advokasi pada hari Sabtu. Gaun kejutan untukmu dan tuksedo Brioni bagiku, karena membeli hadiah bagiku adalah apa yang dilakukannya untukmu. Kau lebih toleran jika aku berada didekatmu untuk mendengarkanmu penggerutu." "Benar sekali. Terima kasih Tuhan dia tahu itu." "Tentu saja dia tahu. Stanton tak akan menjadi bazillionaire jika ia tak tahu segala hal" Cary menangkap tanganku dan menarik. "Ayolah, lihat sekali saja." *** Aku mendorong melewati pintu putar Crossfire menuju lobby 10 menit sebelum pukul 9 hari berikutnya. Ingin membuat kesan terbaik pada hari pertamaku, aku pergi dengan memakai gaun sederhana dipasangkan dengan sepatu bot hitam yang aku pasang sebagai pengganti sepatu jalanku saat lift naik. Rambut pirangku digulung seperti sanggul indah yang
10
www.read-blogger.nlogspot.com
menyerupai angka delapan, kreasi dari Cary. Aku adalah orang kompeten tentang rambut, tapi ia bisa menciptakan gaya yang merupakan suatu adikarya. Aku mengenakan anting mutiara kecil yang ayahku telah berikan padaku sebagai hadiah kelulusan dan Jam Rolex dari Stanton dan Ibuku. Aku mulai berpikir bahwa aku menaruh perhatian terlalu banyak ke penampilanku, tapi ketika aku melangkah ke lobi aku ingat pernah tergeletak di lantai ini dengan pakaian olahragaku dan aku bersyukur aku tidak terlihat seperti gadis yang ceroboh itu. Dua penjaga keamanan tampaknya tidak menarik kesimpulan ketika aku memamerkan mereka kartu tanda pengenalku dalam perjalanan ke pintu putar. 20 Lantai kemudian, Aku keluar menuju serambi Waters Field & Leaman. Sebelum aku masuk ada dinding kaca antipeluru yang membingkai pintu ganda menuju ruang resepsionis. Resepsionis di meja berbentuk bulan sabit melihat lencana milikku yang aku angkat di depan kaca masuk. Dia menekan tombol untuk membuka pintu saat aku menyimpan kartu tanda pengenalku. “Hai, Megumi,” aku menegurnya ketika aku masuk ke dalam, mengagumi blus berwarna buah cranberinya. Dia adalah seorang ras campuran, sedikit Asia pastinya, dan sangat cantik. Rambutnya gelap dan tebal, dan dipotong menjadi bob ramping yang lebih pendek di bagian belakang dan tajam di depan. Mata sipitnya cokelat dan hangat, dan bibirnya penuh dan merah muda alami. “Eva, Hai. Mark belum datang, tapi kau tahu kan dimana kau akan menuju?" “Tentu Saja.” Dengan sebuah lambaian, aku mengambil lorong di sebelah kiri meja resepsionis sepanjang jalan sampai ujung, di mana aku memilih belok kiri lagi dan berakhir di ruang yang sebelumnya adalah ruang terbuka namun sekarang dibagi menjadi bilik-bilik. Salah satu adalah milikku dan aku langsung pergi ke sana. Aku menjatuhkan dompetku dan tas yang menahan sepatu jalan datarku ke laci bawah meja logam serbagunaku, kemudian menghidupkan komputerku. Aku telah membawa beberapa barang untuk personalisasi ruanganku dan aku menarik mereka keluar. Salah satunya adalah kolase berbingkai tiga foto berbingkai—aku dan Cary di pantai Coronado, ibuku dan Stanton di yacht-nya di Riviera Perancis, dan Ayahku saat bertugas di kotanya Oceanside, California naik mobil polisi. Barang lainnya adalah rangkaian bunga kaca warna-warni yang Cary baru saja berikan tadi pagi sebagai suatu hadiah “hari pertama”. Aku letakkan itu disamping kumpulan kecil fotofoto dan duduk kembali untuk melihat hasilnya. “Selamat Pagi, Eva.” Aku bangkit berdiri untuk menghadapi bosku. “Selamat Pagi, Mr. Garrity.” “Tolong panggil aku Mark. Datanglah ke ruang kantorku.” Aku mengikutinya melintasi jalur lorong, sekali lagi berpikir bahwa bos baruku sangat enak dilihat dengan kulit gelap bersinar, janggut terpotong rapi, dan mata cokelat jenaka. Mark memiliki rahang persegi dan senyum miring mempesona. Dia langsing dan bugar, dan ia membawa dirinya dengan sikap tenang yakin yang mengilhami rasa percaya dan hormat. Dia menunjuk pada salah satu dari dua kursi di depan meja kaca kromnya dan menunggu
11
www.read-blogger.nlogspot.com
sampai aku duduk untuk menempati kursi Aeronnya. Dengan latar belakang langit dan gedung pencakar langit, Mark tampak sukses dan berkuasa. Dia, pada kenyataannya, hanya seorang manajer junior dan kantornya seukuran lemari dibandingkan dengan yang diduduki oleh direksi dan eksekutif, tapi tak ada yang bisa menyalahkan itu. Dia bersandar dan tersenyum. "Apakah kau telah menetap di apartemenmu?" Aku terkejut dia ingat, tapi juga menghargainya. Aku telah bertemu dengannya pada wawancara keduaku dan langsung menyukainya juga. "Sebagian besar sudah," jawabku. "Masih ada beberapa kotak di sana-sini." “Kau pindah dari San Diego, kan? Kota yang nyaman, tapi sangat berbeda dari New York. Apakah kau merindukan pohon-pohon palem?” "Aku rindu udara kering. Kelembaban di sini perlu beberapa saat untuk membiasakan diri." "Tunggu sampai musim panas." Dia tersenyum. "Jadi ... ini hari pertamamu dan Kau asisten pertamaku, jadi kita harus membiasakan diri sambil jalan. Aku tak terbiasa untuk mendelegasikan pekerjaan, tapi aku yakin aku akan terbiasa dengan cepat.” Aku langsung tenang. "Aku ingin sekali dapat didelegasikan." "Mempunyai dirimu disini adalah langkah besar bagiku, Eva. Aku ingin kau bahagia bekerja di sini. Apa kau mau minum kopi?" "Kopi termasuk salah satu daftar makanan utamaku." "Ah, seorang asisten yang punya kesamaan denganku." Senyumnya melebar. "Aku tak akan memintamu untuk mengambil kopi bagiku, tapi aku tidak akan keberatan jika kau membantuku mencari tahu bagaimana menggunakan mesin pembuat kopi satu-cangkir baru yang mereka letakkan ke dalam ruang istirahat." Aku nyengir. "Tidak masalah." "Betapa menyedihkan bahwa aku tidak memiliki apa pun untukmu?" Dia mengusap bagian belakang lehernya malu-malu. "Bagaiamana jika aku menunjukkan akun yang aku kerjakan dan kita akan mulai dari sana?" *** Sisa hari berlalu tak terasa. Mark membicarakan dasar-dasar dengan dua orang klien dan mengadakan pertemuan panjang dengan tim kreatif mengerjakan konsep ide untuk sebuah sekolah dagang. Itu adalah proses yang menarik dilihat secara langsung bagaimana berbagai departemen mengambil tongkat dari satu sama lain untuk membawa suatu kampanye dari proposisi sampai membuahkan hasil. Aku bisa tinggal lebih lama hanya untuk mendapatkan nuansa yang lebih baik dari tata letak kantor, tapi telponku berbunyi 10 menit sebelum pukul lima. “Kantor Mark Garrity. Eva Tramell disini.”
12
www.read-blogger.nlogspot.com
"Bawa pantatmu pulang kerumah, jadi kita bisa pergi keluar untuk acara minum yang kau tunda kemarin." Ketegasan pura-pura Cary ini membuatku tersenyum. “baiklah, baiklah. Aku pulang.” Mematikan komputerku, aku keluar. Ketika aku sampai di lift, aku mengeluarkan ponselku untuk mengirim pesan cepat “dalam perjalanan” untuk Cary. Suara ding mengingatkanku lift mana yang sedang berhenti di lantaiku dan aku pindah untuk berdiri di depannya, sebentar perhatianku kembali untuk menekan tombol kirim. Ketika pintu terbuka, aku melangkah ke depan. Aku mendongak untuk melihat dimana aku akan pergi saat mata biru bertemu dengan mataku. Napasku tertahan. Sang Dewa Seks adalah satu-satunya penghuni.
13
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 2
Dasinya perak dan kemejanya putih cemerlang, tidak ada yang mencolok, menegaskan warna biru pada iris matanya, menakjubkan. Berdiri di sana dengan jas terbuka dan tangannya dimasukan dengan santai ke dalam saku celananya, melihat dirinya saja seperti aku seolah berlari menabrak dinding yang sebelumnya aku tak tahu ada disana. Aku tersentak dan berhenti, pandanganku terpaku pada pria yang yang lebih luar biasa dari pada yang kuingat. Aku tak pernah melihat rambut yang sehitam itu. Mengkilat dan agak panjang, ujungnya melayang diatas kerahnya. Rambut panjang sexy-nya adalah mahkota dari seorang bad boy yang sangat panas dibalik seorang pengusaha sukses, seperti lapisan krim diatas brownie sundae. Seperti ibuku pernah bilang, hanya bajingan dan perampok yang memiliki rambut seperti itu. Tanganku mengepal melawan dorongan untuk menyentuhnya, ingin mengetahui apakah rambut tebalnya terasa halus mirip sutra jika disentuh. Pintu mulai menutup. Dia segera melangkah maju dan menekan tombol di panel untuk menahannya supaya tetap terbuka. "Ada banyak ruang untuk kita berdua, Eva." Bunyi dari suara yang tak tergoyahkan menyadarkan aku dari lamunan sejenak. Bagaimana dia tahu namaku? Lalu aku ingat bahwa dia mengambilkan kartu ID-ku ketika aku menjatuhkannya di lobi. Untuk kedua kalinya, aku ingin berdebat mengatakan padanya bahwa aku sedang menunggu seseorang jadi aku bisa turun dengan lift lain, tapi otakku segera melesat kembali beraksi. Apa ada yang salah dengan diriku? Jelas dia bekerja di Crossfire ini. Aku tidak bisa menghindarinya setiap kali aku bertemu dengannya dan mengapa aku harus menghindar? Jika aku ingin mewujudkan keinginanku di mana aku bisa melihat dia tanpa terpengaruh pesonanya yang panas, aku perlu melihat dia sesering mungkin, sehingga melihat dia seperti melihat semacam mebel. Ha! Kalau saja. Aku melangkah masuk ke dalam lift. "Terima kasih." Dia menekan tombol dan melangkah mundur lagi. Pintu tertutup dan lift mulai turun. Aku segera menyesali keputusanku berada didalam lift bersama dia. Sadar akan keberadaan dirinya, kulitku langsung meremang. Dia adalah kekuatan ampuh diruang sekecil ini, memancarkan sebuah energi yang bisa dirasakan dan magnet seksual yang membuat kakiku bergerak-gerak dengan gelisah. Napasku jadi tak teratur seperti juga detak jantungku. Aku merasakan lagi ada tarikan yang tak bisa dijelaskan kearahnya, seolaholah ia memancarkan permintaan tanpa kata dan aku secara naluri menyesuaikan diri untuk menjawabnya.
14
www.read-blogger.nlogspot.com
"Menikmati hari pertamamu?" Ia bertanya, mengejutkan aku. Suaranya menggema, mengalir di atas tubuhku dengan irama yang menggoda. Bagaimana sih dia bisa tahu ini adalah hari pertamaku? "Ya, benar," jawabku datar. "Bagaimana denganmu?" Aku merasakan tatapannya bergeser ke raut wajahku, tapi aku tetap menjaga perhatianku yang terlatih ke pintu Lift alumunium. Jantungku berdebar-debar di dalam dadaku, perutku bergetar dengan liar. Aku merasa seperti diaduk- aduk dan keluar dari permainanku. "Yah, ini bukan hari pertamaku," jawabnya agak geli. "Tapi berhasil dengan baik. Dan jadi semakin baik sepertinya ada kemajuan." Aku mengangguk dan berusaha tersenyum, tak tahu maksud dari omongannya. Lift melambat pada lantai dua belas dan tiga orang ramah dalam satu kelompok masuk, berbicara penuh semangat di antara mereka sendiri. Aku melangkah mundur memberi ruang untuk mereka, mundur ke sudut yang berlawanan di lift dan ‘Si Gelap dan Berbahaya’ itu. Hanya saja ia juga melangkah kesamping bersamaan denganku. Kami tiba-tiba lebih dekat dari sebelumnya. Ia membetulkan dasinya supaya terikat sempurna, lengannya menyenggolku saat melakukan itu. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk mengabaikan kesadaran akutku darinya dengan berkonsentrasi pada percakapan yang berlangsung di depan kita. Itu tidak mungkin. Dia hanya disana. Tepat disana. Semua sempurna, tampan dan aromanya menggiurkan. Pikiranku melarikan diri dariku, berfantasi tentang bagaimana keras tubuhnya dibalik setelan itu, bagaimana rasanya terhadap diriku, seberapa perkasanya - atau tidak - ia mungkin... Saat lift sampai lobi, aku hampir saja mengerang dengan lega. Aku menunggu dengan tak sabar sampai lift kosong dan kesempatan pertama aku dapatkan, aku mengambil langkah kedepan. Tangannya melingkar tegas di pinggangku dan dia berjalan keluar disampingku, mengarahkan aku. Sensasi sentuhannya di tempat yang begitu rentan berdesir melalui tubuhku. Kita mencapai pintu putar dan dia melepas tangannya, aneh membuatku merasa kehilangan. Aku melirik kearahnya, berusaha untuk membacanya, tetapi meskipun dia menatapku, wajahnya tidak menjelaskan apapun. "Eva!" Menyaksikan Cary duduk bersandar dengan santai pada tiang marmer di lobi merubah segalanya. Dia mengenakan jeans yang memamerkan kaki panjangnya dan sweater hijau lembut kedodoran yang mempertegas matanya. Dia dengan mudah menarik perhatian semua orang di lobby. Aku melambat saat aku mendekatinya dan dewa seks melewati kami, berjalan melalui pintu putar dan duduk dengan anggun di belakang sopir Bentley SUV hitam yang pernah kulihat di pinggir jalan kemarin malam. Cary bersiul saat mobil menjauh. "Wah, wah. Dari caramu memandangnya, itu adalah pria yang kau ceritakan kemarin, kan?"
15
www.read-blogger.nlogspot.com
"Oh, ya. Itu jelas dia." "Kalian bekerja bersama?" Menautkan tangannya padaku, Cary menarikku keluar ke jalan melalui pintu biasa. "Tidak" Aku berhenti di trotoar untuk berganti memakai sepatu trepes buat jalan, bersandar ke dia saat pejalan kaki mengalir disekitar kami. "Aku tak tahu siapa dia, tapi dia bertanya apakah aku punya hari pertama yang baik, jadi aku lebih baik mencari tahu." "Yah ..." Dia menyeringai dan menyangga sikuku saat aku melompat canggung dari satu kaki ke kaki lainnya. "Tak tahu bagaimana orang bisa menyelesaikan pekerjaan di dekatnya. Sesaat otakku seperti digoreng." "Aku yakin itu adalah pengaruh universal." Aku meluruskan tubuhku. "Ayo kita jalan. Aku butuh minum."
***** Keesokan harinya dengan sedikit berdenyut di belakang kepalaku yang mengejekku karena minum lebih dari satu gelas anggur. Namun, saat aku naik lift menuju lantai dua puluh, aku tak menyesal mabuk sebanyak yang seharusnya. Pilihanku adalah salah satu antara terlalu banyak mengonsumsi alkohol atau memutar vibratorku, dan terkutuklah jika aku mendapat orgasme yang diberikan baterai dibintangi ‘Si Gelap dan Berbahaya’. Bukan berarti dia tahu atau bahkan peduli bahwa ia membuatku begitu terangsang, aku tak bisa melihat lurus, tapi aku tahu dan aku tak ingin memberikan kepuasan pada fantasi itu. Aku menjatuhkan barang-barangku di laci bawah mejaku dan ketika aku tidak melihat Mark, aku meraih secangkir kopi dan kembali ke bilikku untuk membuka blog bisnis iklan favorit terbaruku. "Eva!" Aku melompat saat ia muncul di sampingku, senyumnya putih mengkilat terhadap kulit gelapnya yang halus. "Selamat pagi, Mark." "Pernahkah itu. Kupikir kau jimat keberuntungku. Datang ke kantorku. Bawa tablet-mu. Bisakah kau bekerja lembur malam ini?" Aku mengikutinya, menangkap kegembiraannya. "Tentu." "Aku berharap kau akan bilang begitu." Dia tenggelam dalam kursinya. Aku mengambil salah satu kursi dimana aku pernah duduk pada hari sebelumnya dan segera membuka program notepad. "Jadi," ia mulai, "kita sudah menerima sebuah RFP (Permohonan untuk Penawaran) dari Kingsman Vodka dan mereka menyebutkan namaku. Baru pertama kali terjadi."
16
www.read-blogger.nlogspot.com
"Selamat!" "Aku menghargai itu, tapi mari kita simpan dulu saat kita sudah benar-benar menerima di kontraknya. Kita masih harus menawar, jika kita bisa melewati permohonan untuk tahap penawaran, dan mereka ingin bertemu denganku besok malam." "Wow. Apa ada batas waktu seperti biasa?" "Tidak. Biasanya mereka akan menunggu sampai kami menyelesaikan RFP sebelum bertemu dengan kita, namun Cross Industries baru-bau ini mengakuisisi Kingsman dan C.I. memiliki puluhan anak perusahaan. Itulah bisnis yang baik jika kita bisa mendapatkannya. Mereka mengetahuinya dan mereka membuat kita melompat melewati rintangan, pertama- pertama adalah bertemu denganku." "Biasanya akan ada sebuah tim, kan?" "Ya, kita akan hadir sebagai sebuah kelompok. Tapi mereka akrab dengan aturannya-mereka tahu bahwa mereka akan mendapatkan iklan dari eksekutif senior, kemudian akhirnya bekerja dengan junior seperti aku-jadi mereka memilihku keluar dan sekarang mereka ingin memeriksaku. Tapi untuk menjadi adil, RFP menyediakan lebih banyak informasi daripada meminta imbalan. Ini singkatnya, jadi aku benar-benar tidak bisa menuduh mereka tanpa alasan menuntut, hanya teliti. Setara ketika berhadapan dengan Cross Industries." Dia mengusap rambutnya yang sangat ikal, memperlihatkan tekanan yang ia rasakan. "Apa pendapatmu tentang Kingsman vodka?" "Eh ... yah ... Sejujurnya, aku belum pernah mendengarnya." Mark menjatuhkan diri kembali ke kursinya dan tertawa. "Terima kasih Tuhan. Kupikir aku adalah satu-satunya. Nah, sisi positifnya adalah tak ada kabar buruk untuk diatasi. Tidak ada berita bisa berarti kabar baik." "Apa yang bisa kulakukan untuk membantu? Selain menyelidiki vodka dan lembur?" Bibirnya mengatup sejenak sambil memikirkan hal itu. "Catat ini ..." Kami langsung bekerja sampai makan siang dan setelahnya sampai kantornya kosong, memperoleh beberapa data awal dari ahli strategi. Saat itu jam tujuh lewat sedikit ketika smartphone Mark berdering, mengejutkanku dengan gangguan mendadak dari ketenangan. Mark mengaktifkan speakernya sambil terus bekerja. "Hei, sayang." "Apakah kau sudah memberi makan gadis malang itu belum?" Pinta suara hangat seorang maskulin melalui telepon. Melirikku melalui gelasnya menembus dinding kantor, Mark menjawab, "Ah ... Aku lupa." Aku segera membuang muka, menggigit bibir bawahku untuk menyembunyikan senyumanku.
17
www.read-blogger.nlogspot.com
Suara dengusan terdengar sangat jelas diseberang. "Baru dua hari di tempat kerja, dan kau sudah membuatnya lembur dan kelaparan sampai mati. Dia bakal berhenti." "Sial. Kau benar. Steve, sayang...." "Jangan memanggil 'Steve sayang'padaku. Apakah dia menyukai masakan Cina?" Aku memberikan Mark tanda jempol keatas. Dia menyeringai. "Ya, dia suka." "Baiklah. Aku akan tiba di sana dua puluh menit lagi. Beri tahu keamanan aku akan datang." Kurang lebih dua puluh menit kemudian, aku mendengar suara Steven Ellison melewati pintu ruang tunggu. Dia seperti penguasa dunia, mengenakan jins gelap, sepatu bot yang sudah lecet, kemeja kancing rapi pas di tubuhnya. Berambut merah dengan mata biru, dia terlihat tampan seperti partnernya, hanya dengan cara yang sangat berbeda. Kami bertiga duduk mengelilingi meja Mark dan mengeluarkan kung pao Chicken dan brokoli daging sapi diatas piring kertas, ditambah porsi nasi putih pulen, lalu makan dengan sumpit. Aku mengetahui bahwa Steven seorang kontraktor, dia dan Mark sudah menjadi pasangan sejak kuliah. Aku menonton mereka berinteraksi dan merasa kagum dan sedikit iri. Hubungan mereka begitu rukun yang membuatku senang untuk menghabiskan waktu bersama mereka. "Sialan, girl," kata Steven dengan bersiul, saat aku makan porsi ketiga. "Kau bisa memasukkan itu keperutmu. Dimana kamu membuangnya?" Aku mengangkat bahu. "Aku ke gym. Mungkin itu membantu ...?" "Jangan pedulikan dia," kata Mark, menyeringai. "Steven hanya iri. Dia harus menjaga bentuk tubuhnya seperti cewek." "Brengsek." Steven melempar pandangan masam pada pasangannya. "Mungkin aku harus membawa dia keluar untuk makan siang dengan kru. Aku bisa menang uang taruhan seberapa banyak dia bisa makan." Aku tersenyum. "Itu bisa menyenangkan." "Ha. Aku tahu kau punya kilatan agak liar. Ada dalam senyumanmu." Menuduk melihat makananku, aku tidak mau membiarkan pikiranku mengembara pada kenangan betapa liarnya aku dulu pada saat fase pemberontak, merusak diri sendiri. Mark menyelamatkan aku. "Jangan melecehkan asistenku. Dan apa yang kau ketahui tentang wanita liar sih?" "Aku tahu beberapa dari mereka suka bergaul dengan pria gay. Mereka suka perspektif kita."
18
www.read-blogger.nlogspot.com
Senyumnya menyala. "Aku tahu Beberapa hal yang lain juga. Hei ... kalian berdua jangan terlihat begitu terkejut. Aku ingin melihat apakah seks beda jenis dijalani secara terangterangan juga." Jelas ini adalah sesuatu yang baru untuk Mark, tapi dari bibirnya yang berkedut, ia merasa cukup aman dengan hubungan mereka sampai menemukan seluruh perumpamaan ini dengan geli. "Oh?" "Bagaimana kau bisa berhasil?" Tanyaku berani. Steven mengangkat bahu. "Aku tidak ingin mengatakan itu berlebihan, Karena jelas aku ada di demografi yang salah dan aku punya sampel sangat terbatas, tapi aku bisa melakukan tanpa itu." Kupikir itu sangat mengesankan bahwa Steven bisa menceritakan kisah hubungannya dengan Mark. Mereka sharing masalah karir mereka satu sama lain dan saling mendengarkan, meskipun bidang mereka pilih jauh berbeda. "Mengingat cara hidupmu sekarang," Mark berkata kepadanya, mengambil sebuah batang brokoli dengan sumpitnya, "Menurutku itu adalah hal yang sangat baik." Pada saat kami selesai makan, itu sudah jam delapan dan cleaning service telah tiba. Mark bersikeras memanggilkanku taksi. "Haruskah besok aku datang pagi-pagi?" Tanyaku. Steven membenturkan bahunya pada Mark. "Kau pasti sudah berbuat baik dikehidupan masa lalumu untuk endapatkan yang satu ini." "Kupikir berpasangan denganmu dalam hidup ini memenuhi syarat," Mark berkata singkat. "Hei," Steven protes, "Aku sudah tidak buang air didalam rumah. Aku sudah menutup toilet ke bawah." Mark memberikan tatap putus asa padaku yang hangat penuh kasih untuk pasangannya. "Dan bagaimana itu sangat membantu?" ****** Aku dan Mark sibuk sepanjang hari Kamis mempersiapkan untuk pertemuan jam 16.00 dengan tim dari Kingsman. Kita memesan makan siang dengan dua tim kreatif, yang mana akan ikut serta dalam proyek iklan ketika nantinya sudah sampai pada titik proses; kemudian kami meninggalkan catatan ke Websitenya Kingsman tentang kehadiran kami dan social media saat ini sudah melebihi target. Aku merasa agak gugup saat jam menunjukkan 15.30 karena aku tahu lalu lintas akan menjadi menyebalkan, tapi Mark bekerja dengan tenang setelah aku menunjukkan jamnya. Saat jam menunjukkan 15.45 dia bergegas keluar dari kantornya dengan tersenyum lebar, sambil mengangkat bahu untuk memakai jasnya. "Bergabunglah denganku, Eva."
19
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengerjapkan mata ke arahnya dari mejaku. "Sungguh?" "Hei, kau bekerja keras untuk membantuku mempersiapkannya. Tidakkah kau ingin melihat bagaimana kelanjutannya?" "Ya, benar sekali." Aku bergeser berdiri. Mengetahui penampilanku akan menjadi refleksi pada bosku, aku merapikan rok pensil hitamku dan meluruskan manset dari lengan panjang blus sutraku. Dengan kombinasi secara acak, kemeja merahku sangat cocok dengan dasi Mark. "Terima kasih." Kami menuju lift dan sekilas aku agak terkejut saat lift itu naik bukannya turun. Ketika kami mencapai lantai paling atas, ruang tunggunya jauh lebih besar dan lebih banyak hiasan dari salah satu abad dua puluh. Tergantung keranjang berisi tanaman pakis dan tercium aroma lili, pintu kaca es itu tertulis sangat jelas Cross Industries dengan huruf maskulin, dengan huruf maskulin tebal. Kami minta ijin masuk, kemudian diminta untuk menunggu sebentar. Kami berdua menolak ditawari air putih atau kopi, dan kurang dari lima menit setelah kami tiba, kami diarahkan ke ruang konferensi tertutup. Mark menatapku dengan mata bersinar saat resepsionis meraih pegangan pintu. "Siap?" Aku tersenyum. "Siap." Pintu terbuka dan aku diberi isyarat masuk duluan. Aku memastikan untuk tersenyum cerah saat aku melangkah masuk ... senyum di wajahku membeku saat melihat pria itu bangkit berdiri saat aku melangkah masuk. Aku tiba-tiba berhenti menghambat ambang pintu dan Mark berjalan cepat dari belakangku, membuatku tersandung ke depan. ‘Si Gelap dan Berbahaya’ menangkap pinggangku, mengangkat dari kakiku dan langsung ke dadanya. Udara dengan cepat meninggalkan paruparuku, segera diikuti kehilangan akal sehat yang kumiliki. Bahkan aku merasakan lapisan pakaian diantara kami menembus otot bisepnya bagaikan batu di bawah telapak tanganku, otot perutnya seperti lempengan keras. Ketika dia menarik napas dalam-dalam, putingku mengeras, terangsang oleh dadanya yang melebar. Oh tidak. Aku dikutuk. Serangkaian gambaran kilat terlintas di pikiranku, menunjukkan seribu cara aku bisa tersandung, jatuh, membuat kekeliruan, tergelincir, atau jatuh di depan dewa seks selama beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang. "Halo lagi," gumamnya, getaran suaranya membuat sakit seluruh tubuhku. "Selalu menyenangkan bertemu denganmu, Eva." Aku memerah karena malu dan bergairah, tak bisa menemukan kekuatan untuk mendorong menjauhkan diri meski ada dua orang lain di dalam ruangan bersama dia. Itu tidak membantu bahwa perhatiannya adalah semata-mata padaku, tubuh kerasnya memancar menimbulkan kesan memperlihatkan kebutuhan yang kuat. "Mr. Cross," kata Mark dibelakangku. "Maaf tentang kejadian di pintu masuk."
20
www.read-blogger.nlogspot.com
"Jangan khawatir. Ini adalah salah satu yang patut dikenang." Aku terhuyung-huyung diatas stiletto-ku ketika Cross menurunkan aku, lututku melemah karena kontak dengan seluruh tubuhnya. Dia berpakaian hitam lagi, dengan kemeja dan dasi keduanya berwarna abu-abu muda. Seperti biasa, ia tampak begitu tampan. Bagaimana rasanya menjadi orang yang luar biasa menarik? Tidak mungkin dia bisa pergi ke manapun tanpa menyebabkan gangguan. Mengulurkan tangannya, Mark memegangku dan perlahan memudahkan aku untuk kembali berdiri. Tatapan Cross tertuju pada tangan Mark yang sedang memegang sikuku sampai aku dilepaskan. "Sudah baik kan. Oke." Bersamaan Mark menarik dirinya sendiri. "Ini adalah asistenku, Eva Tramell." "Kami sudah pernah bertemu." Cross menarik kursi di sampingnya. "Eva." Aku menatap Mark untuk persetujuannya, masih belum pulih dari saat-saat aku kehabisan tenaga karena menempel dengan superkonduktor seksual di Fioravante. Cross mendekat dan memerintah dengan pelan, "Duduk, Eva." Mark mengangguk singkat, tapi aku sudah duduk di kursi di bawah perintah Cross, tubuhku mematuhi secara naluri sebelum pikiranku bangun untuk mengajukan keberatan. Aku berusaha untuk tidak gelisah selama satu jam berikutnya saat Mark diberi pertanyaan terus menerus oleh Cross dan dua direktur Kingsman, keduanya berambut cokelat memakai setelan celana yang elegan. Salah satu memperlihatkan ketidaksukaannya yang mana dia juga sangat antusias ingin menarik perhatian Cross, sedangkan yang satunya mengenakan kemeja krem fokus memperhatikan pada bosku. Ketiganya tampak terkesan dengan kemampuan Mark mengutarakan bagaimana cara kerja agensi bekerja - dan menfasilitasinya dengan klien - menciptakan nilai yang dapat dibuktikan untuk merek klien. Aku mengagumi bagaimana ketenangan Mark terus di bawah tekanan - tekanan yang diberikan Cross, yang dengan mudah mendominasi pertemuan ini. "Bagus sekali, Mr. Garrity," Cross sedikit memuji saat mereka selesai. "Aku menunggu RFP bila saatnya tiba. Apa yang menarik perhatianmu untuk mencoba Kingsman, Eva?" Kaget, aku berkedip. "Maaf?" Intensitas tatapannya membakar. Rasanya seolah-olah seluruh fokusnya ditujukan padaku, yang hanya memperkuat rasa hormatku pada Mark yang sudah berhasil bekerja di bawah beratnya tatapan selama satu jam. Kursi Cross disusun tegak lurus terhadap panjang meja, menghadap kearahku. tangan
21
www.read-blogger.nlogspot.com
kanannya bertumpu pada permukaan kayu yang halus, jari-jari panjang elegannya membelai berirama diatasnya. Aku melihat sekilas pergelangan tangannya diujung mansetnya dan untuk beberapa alasan gila, pemandangan kulit keemasan sedikit terlihat dengan taburan cahaya rambut gelapnya membuat organ intimku berdenyut meminta perhatian. Dia begitu terlihat...jantan sekali. "Konsep Mark manakah yang ingin kamu sukai?" tanyanya lagi. "Aku pikir semuanya brilian." Wajahnya yang tampan tanpa ekspresi ketika ia berkata, "Aku akan mengosongkan ruangan ini untuk memperoleh pendapatmu yang jujur, kalau itu yang dibutuhkan." Jariku melingkar di sekitar ujung sandaran tangan kursiku. "Aku hanya memberikan anda pendapat jujur saya, Mr. Cross, tetapi jika Anda ingin tahu, saya pikir kemewahan menggiurkan yang murah ini akan menarik bagi demografi terbesar. Tapi saya kurang...." "Saya setuju." Cross Berdiri dan mengancingkan jasnya. "Kau memiliki arah tujuan, Mr. Garrity. Kita akan kembali minggu depan." Aku duduk sejenak, terpana oleh kejadian yang sangat cepat. Lalu aku melihat Mark, yang tampaknya bimbang keheranan antara gembira dan bingung. Berdiri diatas kakiku, aku berjalan menuju ke arah pintu. Aku sangat sadar Cross berjalan di sampingku. Cara dia bergerak, anggun bergairah dengan arogan, adalah luar biasa merangsang. Aku tak bisa membayangkan dia tidak berhubungan seks dengan baik dan menjadi agresif tentang hal itu, mengambil apa yang ia inginkan dengan cara yang membuat seorang wanita menjadi liar untuk memberikan padanya. Cross disampingku sepanjang jalan menuju lift. Dia berbicara beberapa hal pada Mark, aku rasa tentang olahraga, tapi aku terlalu fokus pada caraku bereaksi padanya jadi kurang peduli terhadap pembicaraan kecil ini. Ketika lift tiba, aku menarik napas lega dan buru-buru melangkah kedepan bersama Mark. "Sebentar, Eva," kata Cross lancar, tangannya menahan belakang sikuku. "Dia akan segera turun," katanya kepada Mark, wajah bosku terkejut saat pintu lift tertutup. Cross tidak mengatakan apa-apa sampai lift itu turun kebawah, kemudian ia menekan tombol lagi dan bertanya, "Apakah kau berhubungan seks dengan seseorang?" Pertanyaan yang diminta begitu saja butuh beberapa saat untuk memproses apa yang ia katakan. Aku menarik napas dalam-dalam. "Mengapa itu menjadi urusanmu?" Dia menatapku dan aku melihat apa yang sudah pernah aku lihat pertama kalinya kita bertemu - besarnya kekuatan dan kontrol sekeras baja. Keduanya menyuruhku mengambil langkah spontan kembali. Dan lagi. Setidaknya aku tidak jatuh kali ini, aku sudah membuat kemajuan.
22
www.read-blogger.nlogspot.com
"Karena aku ingin berhubungan seks denganmu, Eva. Aku perlu tahu apa yang berdiri di sebelahku, jika ada." Tiba-tiba rasa sakit diantara pahaku membuatku meraih dinding untuk menjaga keseimbangan. Dia mengulurkan tangan supaya aku stabil, tapi aku menahan dia dengan menekuk tangan keatas. "Mungkin aku hanya tidak berminat, Mr Cross." Sebuah senyum misterius menyentuh bibirnya dan membuatnya mustahil lebih tampan. Ya Tuhan ... Suara ding yang menandakan lift mendekat membuat aku melompat, aku gugup begitu ketat. Aku tidak pernah begitu bergairah. Tidak pernah begitu terpikat sampai terbakar dengan orang lain. Tidak pernah begitu tersinggung oleh orang yang membuatku bernafsu. Aku melangkah masuk lift dan berhadapan dengannya. Dia tersenyum. "Sampai bertemu lagi, Eva." Pintu menutup dan aku merosot ke pegangan yang terbuat dari kuningan, mencoba untuk mendapatkan kembali keseimbanganku. Aku baru saja mengumpulkan kesadaranku bersamaan dengan pintu terbuka dan tampak Mark sedang mondar-mandir di ruang tunggu di lantai kami. "Ya Tuhan, Eva," gumam Mark, mendatangiku, mendadak berhenti. "Apa-apaan sih tadi?" "Aku tak punya petunjuk sama sekali." Aku menghembuskan napas terburu-buru, berharap aku bisa berbagi perasaan yang membingungkan dan pembicaraan yang menjengkelkan yang aku lakukan dengan Cross, tapi juga menyadari bahwa bosku tidak memiliki jalan keluar yang tepat. "Siapa yang peduli? Kamu tahu dia akan memberimu pekerjaan itu." Seringai mengusir kerutan di dahinya. "Aku pikir dia mungkin memberikannya." "Sepertinya teman serumahku selalu bilang, kau harus merayakannya. Haruskah aku membuat reservasi makan malam untukmu dengan Steven?" "Mengapa tidak? di "Pure Food dan Wine" jam tujuh, jika mereka bisa menyelipkan kita masuk. Jika tidak bisa, buat kita surprise." Kami baru saja kembali ke kantor Mark ketika ia dicecar oleh eksekutif - Michael Waters, CEO dan presiden direktur, dan Christine Field dan Walter Leaman, pimpinan eksekutif dan wakilnya. Aku menghindari mereka berempat sepelan mungkin dan menyelinap ke bilikku. Aku menelepon "Pure Food dan Wine" dan memesan meja untuk berdua. Setelah beberapa kali menyembah-nyembah dengan serius dan memohon, akhirnya Hostess-nya menyerah. Aku meninggalkan pesan di voice mail Mark, "Ini pasti hari keberuntunganmu. Namamu sudah tercatat untuk makan malam jam tujuh. Selamat bersenang-senang!"
23
www.read-blogger.nlogspot.com
Lalu aku absen keluar, ingin segera pulang. ***** "Dia mengatakan apa?" Cary duduk di ujung sofa bersekat putih kami dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu, kan?" Aku kembali menikmati dengan menyesap anggur. Itu adalah sauvignon blanc didinginkan rasanya segar dan enak. Aku membelinya saat perjalanan pulang. "Itu adalah reaksiku, juga. Aku masih tak yakin aku tidak berhalusinasi dengan percakapannya disaat aku overdosis oleh feromonnya." "Jadi?" Aku melipat kedua kakiku ke bawah di atas sofa dan bersandar ke pojok. "Jadi apa?" "Kau tahu apa, Eva." Meraih netbooknya dari diatas meja kopi, Cary menyilang kakinya. "Apa kau akan memanfaatkan itu atau apa?" "Aku bahkan tidak mengenalnya. Aku bahkan tak tahu nama pertamanya dan ia melemparkan kejutan tak menyenangkan itu padaku." "Dia tahu kamu." Dia mulai mengetik di keyboard-nya. "Lalu bagaimana halnya dengan vodka? Mengajukan pertanyaan untuk bosmu secara khusus?" Tanganku menjumput rambutku yang lepas, berhenti disitu. "Mark sangat berbakat. Jika Cross memiliki sedikit saja naluri bisnis, ia akan mengambil dan memanfaatkannya." "Aku akan blang dia tahu bisnis." Cary memutarkan netbook-nya dan menunjukkan home page Cross Industries, yang memamerkan foto Crossfire yang mengagumkan. "Itu gedungnya, Eva. Gideon Cross memilikinya." Sialan. Mataku tertutup. Gideon Cross. Aku pikir nama cocok untuknya. Itu seseksi dan seelegan maskulin pria itu sendiri. "Dia memiliki orang-orang untuk menangani pemasaran untuk anak perusahaannya. Mungkin puluhan orang untuk menanganinya. " "Berhentilah bicara, Cary!" "Dia panas, kaya, dan ingin menidurimu. Apa masalahnya?" Aku menatapnya. "Ini akan menjadi canggung bertemu dengannya sepanjang waktu. Aku harap bisa bertahan dengan pekerjaanku untuk waktu yang lama. Aku benar-benar menyukainya. Aku sangat menyukai Mark. Dia benar-benar melibatkan aku selama proses itu dan aku sudah banyak belajar dari dia." "Ingat apa yang dikatakan Dr. Travis tentang memperhitungkan risiko? Ketika psikiatermu memberitahumu untuk mengambil sedikit, kau harus mengambil sedikit. Kau bisa mengatasinya. Kau dan Cross sama-sama sudah dewasa." Dia mengalihkan perhatiannya
24
www.read-blogger.nlogspot.com
kembali pencariannya ke Internet. "Wow. Apakah kau tahu dia belum tiga puluh sebelum dua tahun lagi? Pikirkan bagaimana stamina." "Pikirkan sikap kasarnya. Aku tersinggung bagaimana ia melemparkan kata-katanya begitu saja di sana. Aku benci merasa dianggap seperti vagina dengan kaki." Cary berhenti dan memandangku, matanya melunak dengan simpati. "Maafkan aku, baby girl. Kau begitu kuat, jauh lebih kuat dari aku. Aku melakukan ini karena aku hanya tak ingin melihat kamu terus-terusan membawa beban emosional masa lalumu seperti aku." "Aku sudah tidak memikirkannya, hampir sepanjang waktu." Aku membuang muka karena aku tidak ingin bicara tentang apa yang kita lalui di masa lalu. "Bukannya aku ingin dia mengajakku keluar untuk berkencan. Tapi harus ada cara yang lebih baik untuk memberitahu seorang wanita bila kau ingin mengajaknya ke tempat tidur." "Kau benar. Dia seorang douche yang sombong. Biarkan dia bernafsu padamu sampai mengalami blue ball (ereksi terus menerus :p). Biar tahu rasa." Itu membuatku tersenyum. Cary selalu bisa melakukan itu. "Aku ragu bahwa pria itu pernah mengalami blue ball dalam hidupnya, namun itu adalah fantasi yang menyenangkan." Dia menutup netbook dengan tegas. "Apa yang harus kita lakukan malam ini?" "Kupikir aku ingin keluar melihat studio Krav Maga di Brooklyn." Aku telah mengumpulkan sedikit keterangan setelah bertemu Parker Smith selama latihanku di Equinox dan saat seminggu telah berlalu, pikiran bahwa memiliki penyaluran energi fisik secara kasar untuk melepaskan stress tampak makin lama makin ideal. Aku tahu itu tak akan mendekati seperti melakukannya habis-habisan dengan Gideon Cross, tapi aku menduga ini akan jauh kurang berbahaya bagi kesehatanku.
25
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 3
"Tak mungkin ibumu dan Stanton akan membiarkanmu datang ke sini pada waktu malam beberapa kali seminggu," kata Cary, memeluk jaket denim gayanya meskipun saat ini tidak terlalu dingin. Gudang yang dikonversi Parker Smith untuk digunakan sebagai studio adalah bangunan bata yang sebelumnya adalah daerah industri di Brooklyn yang saat ini berjuang untuk revitalisasi. Ruangannya luas, dan pintu gulung logam yang besar tempat bongkar muat barang tidak menawarkan petunjuk eksterior sedikitpun apa yang sedang terjadi di dalam. Cary dan aku duduk di bangku aluminium, menonton setengah lusin petarung dengan tikar di bawah mereka. "Aduh." Aku meringis bersimpati saat seorang pria mendapat tendangan ke pangkal paha. Bahkan dengan pelindung, tetap saja terasa menyengat. "Bagaimana Stanton akan tahu, Cary?" "Karena kau akan berada di rumah sakit?" Ia melirik menatapku. "Serius. Krav Maga adalah olahraga brutal. Mereka hanya saling serang dan itu kontak penuh. Dan bahkan jika memar tidak memberinya petunjuk, ayah tirimu entah bagaimana akan tetap tahu. Dia selalu begitu." "Karena ibuku, dia menceritakan segalanya. Tapi aku tidak mengatakan padanya tentang hal ini." "Mengapa tidak?" "Dia tak akan mengerti. Dia akan berpikir aku ingin melindungi diri karena apa yang terjadi, dan dia akan merasa bersalah dan membuatku kesal karena hal itu. Dia tak akan percaya minat utamaku adalah olahraga dan membuang stress." Aku menyandarkan dagu di telapak tanganku dan melihat Parker menuju ke lantai dengan seorang wanita. Dia adalah seorang instruktur yang baik. Sabar dan menyeluruh, dan dia menjelaskan hal-hal yang mudah untuk dipahami. Studionya berada di lingkungan yang kasar, tapi kurasa itu cocok dengan apa yang dia ajarkan. Itu tidak akan jadi lebih "berdasar realitas" daripada sebuah gudang besar yang kosong. "Si Parker itu benar-benar hot," gumam Cary. "Dia juga mengenakan cincin kawin." "Aku melihatnya. Yang baik selalu disambar dengan cepat." Parker bergabung dengan kami setelah kelas berakhir, matanya gelap terang dan senyumnya cerah. "Bagaimana menurutmu, Eva?" "Di mana aku akan mendaftar?"
26
www.read-blogger.nlogspot.com
Senyum seksinya membuat Cary meraih dan meremas darah keluar dari tanganku. "Sebelah sini." *** Hari Jumat mulai dengan mengagumkan. Mark berjalan bersamaku melalui proses pengumpulan informasi untuk sebuah RFP, dan dia mengatakan kepadaku sedikit lebih banyak tentang Cross Industries dan Gideon Cross, menunjukkan bahwa ia dan Cross berusia sama. "Aku harus mengingatkan diri tentang hal itu," kata Mark. "Sangat mudah untuk melupakan bahwa dia begitu muda ketika dia tepat di depanmu." "Ya," aku setuju, diam-diam kecewa bahwa aku tak akan melihat Cross selama dua hari berikutnya. Meskipun aku berkata pada diriku sendiri itu tidak masalah, aku kecewa. Aku tak menyadari bahwa aku jadi gembira dengan kemungkinan bahwa kami mungkin bertemu satu sama lain sampai kemungkinan itu menghilang. Itu seperti serbuan berada di dekatnya. Ditambah dia sangat menyenangkan untuk dilihat. Aku tak punya apapun yang hampir sama menariknya untuk rencana untuk akhir pekan. Aku sedang mengambil catatan dalam kantor Mark ketika aku mendengar dering telepon di mejaku. Memaafkan diriku sendiri, aku bergegas untuk mengangkatnya. " Kantor Mark Garrity—" "Eva sayang. Bagaimana kabarmu?" Aku tenggelam dikursiku mendengar suara ayah tiriku. Stanton selalu terdengar seperti keluarga orang kaya bagiku-berbudaya, suka memerintah, dan sombong. "Richard. Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah Ibu baik-baik saja?" "Ya. Semuanya baik-baik saja. Ibumu baik, seperti biasa." Nada suaranya melunak ketika ia berbicara tentang istrinya dan aku bersyukur untuk itu. Aku sangat berterima kasih padanya untuk banyak hal sebenarnya, tapi itu kadang-kadang sulit untuk menyeimbangkan terhadap perasaan ketidaksetiaku. Aku tahu ayahku rendah diri tentang perbedaan besar dalam pendapatan antara mereka berdua. "Bagus," kataku, lega. "Aku senang. Kau dan Ibu telah menerima ucapan terima kasihku untuk gaun dan tuksedo Cary itu?" "Ya, dan itu sesuatu yang bijaksana darimu, tetapi kau tahu kami tidak mengharapkanmu untuk berterima kasih pada kami untuk hal-hal seperti itu. Permisi sebentar." Dia berbicara kepada seseorang, kemungkinan besar sekretarisnya. "Eva sayang, aku ingin kita bersama-sama untuk makan siang hari ini. Aku akan mengirim Clancy untuk menjemputmu."
27
www.read-blogger.nlogspot.com
"Hari ini? Tapi kita akan bertemu satu sama lain besok malam. Tidak bisakah menunggu sampai besok?" "Tidak, harus hari ini." "Tapi aku hanya punya waktu satu jam untuk makan siang." Sebuah tepukan di bahuku membuatku berbalik untuk menemukan Mark berdiri diruanganku. "Pergilah dua jam," bisiknya. "Kau layak mendapatkannya." Aku menghela napas dan mengucapkan terima kasih. " Jam 12 siang bisa, Richard?" "Sempurna. Aku sangat berharap untuk melihatmu." Aku tak punya alasan untuk menunggu-nunggu pertemuan pribadi dengan Stanton, tapi aku dengan patuh meninggalkan kantor tepat sebelum tengah hari dan menemukan sebuah mobil menungguku, parkir di pinggir jalan. Clancy, pengemudi dan bodyguard-nya Stanton, membuka pintu bagiku saat aku menyapanya. Lalu ia duduk di belakang kemudi dan mengemudi menuju pusat kota. Dua puluh menit setelah tengah hari, aku sedang duduk di meja konferensi di kantor Stanton, memandangi pesanan makan siang yang ditata cantik untuk dua orang. Stanton datang tak lama setelah kedatanganku, tampak necis dan terhormat. Rambutnya sepenuhnya putih, wajahnya berkerut tapi masih sangat tampan. Matanya sewarna denim biru usang, dan tajam dengan kecerdasan. Dia langsing dan atletis, mengambil waktu diantara hari-hari sibuknya untuk tetap fit bahkan sebelum ia menikah dengan istri pajangannyaibuku. Aku berdiri saat ia mendekat, dan ia membungkuk untuk mencium pipiku. "Kau tampak cantik, Eva." "Terima kasih." Aku tampak seperti ibuku, yang juga pirang alami. Tapi mata abu-abuku datang dari ayahku. Mengambil kursi di kepala meja, Stanton sadar bahwa latar belakang yang diperlukan dari garis langit New York berada di belakangnya dan ia mengambil keuntungan dari hal yang mengesankan itu. "Makanlah," katanya, dengan perintah yang mudah dikerahkan oleh semua orang yang punya kekuasaan. Orang-orang seperti Gideon Cross. Apakah Stanton memerintahnya sama seperti saat seusia Cross? Aku mengambil garpu dan mulai makan ayam, cranberry, walnut, dan salad feta. Ini lezat, dan aku merasa lapar. Aku senang Stanton tidak langsung mulai bicara sehingga aku bisa menikmati makanan, tapi penangguhan itu tidak berlangsung lama. "Sayangku Eva, aku ingin mendiskusikan minatmu pada Krav Maga."
28
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku membeku. "Permisi?" Stanton meneguk air es dan bersandar, rahangnya memiliki kekakuan yang memperingatkanku, bahwa aku tidak akan menyukai apa yang akan ia katakan. "Ibumu cukup bingung tadi malam ketika kau pergi ke studio di Brooklyn. Butuh beberapa waktu untuk menenangkannya dan meyakinkannya bahwa aku bisa membuat pengaturan untukmu agar kau bisa mengejar kepentinganmu dengan cara yang aman. Dia tak ingin-" "Tunggu." Aku meletakkan garpu turun ke piring dengan hati-hati, nafsu makanku hilang. "Bagaimana dia tahu di mana aku berada?" "Dia melacak ponselmu." "Tidak mungkin," desisku, menurunkan diri di kursiku. Kesantaian dari jawabannya, seolaholah itu adalah hal yang paling alami di dunia, membuatku merasa sakit. Perutku melilit, tibatiba lebih tertarik menolak makan siangku daripada mencernanya. "Itulah mengapa dia bersikeras aku menggunakan salah satu dari ponsel perusahaanmu. Itu tak ada hubungannya dengan menghemat uangku." "Tentu saja itu ada hubungannya. Tapi itu juga memberikannya ketenangan pikiran." "Ketenangan pikiran? Untuk memata-matai putrinya yang telah dewasa? Ini tidak sehat, Richard. Kau seharusnya melihat itu. Apakah dia masih menemui Dr. Petersen?" Dia masih memiliki kesopanan untuk terlihat tidak nyaman. "Ya, tentu saja." "Apakah dia mengatakan kepadanya apa yang dia lakukan?" "Aku tak tahu," katanya kaku. "Itu urusan pribadi Monica. Aku tidak ikut campur." Tidak, dia tak ikut campur. Dia memanjakan dirinya. Mengikuti semua kehendak hatinya. Memanjakannya. Dan membolehkan obsesinya tentang keselamatanku untuk menjadi liar. "Dia harus melepaskannya. Aku telah melepaskannya." "Kau tak berdosa Eva. Dia merasa bersalah karena tidak melindungimu. Kita perlu memberinya sedikit ruang gerak." "Ruang gerak? Dia penguntit!" Pikiranku berputar. Bagaimana bisa ibuku melanggar privasiku seperti itu? Kenapa dia? Dia membuat dirinya sendiri gila, dan membuat aku juga jadi gila bersamanya. "Ini harus dihentikan." "Ini mudah diperbaiki. Aku sudah bicara dengan Clancy. Dia akan mengantarmu ketika kau perlu untuk menjelajah ke Brooklyn. Semuanya sudah diatur. Ini akan jauh lebih nyaman bagimu."
29
www.read-blogger.nlogspot.com
"Jangan mencoba untuk memutar ini hingga jadi seakan untuk keuntunganku." Mataku tersengat dan tenggorokanku terbakar dengan air mata frustrasi yang tak tumpah. Aku benci cara dia bicara tentang Brooklyn seakan itu adalah negara dunia ketiga. "Aku seorang wanita dewasa. Aku membuat keputusanku sendiri. Itu hukum!" "Jangan bernada seperti itu denganku, Eva. Aku hanya ingin menjaga ibumu. Dan dirimu." Aku mendorong mundur dari meja. "Kau membuat dia tak bisa apa-apa. Kau membuatnya tetap sakit, dan kau membuatku sakit juga." "Duduklah. Kau perlu makan. Monica khawatir bahwa kau tidak cukup makan sehat." "Dia khawatir tentang segala hal, Richard. Itulah masalahnya." Aku menjatuhkan serbetku di atas meja. "Aku harus kembali bekerja." Aku berbalik, melangkah menuju pintu untuk keluar secepat mungkin. Aku mengambil tasku dari sekretaris Stanton dan meninggalkan ponselku di mejanya. Clancy, yang telah menungguku di ruang tunggu, mengikutiku, dan aku sangat tahu untuk tidak coba mengusirnya. Dia tidak menerima perintah dari siapa pun kecuali Stanton. Clancy mengantarku kembali ke tengah kota, sementara aku mendidih di kursi belakang. Aku bisa menggerutu sebanyak yang kumau, tapi pada akhirnya aku tidak lebih baik dari Stanton karena aku akan menyerah dan membiarkan ibuku mendapatkan keinginannya, karena itu menyakitkan hatiku untuk memikirkan penderitaannya lebih dari yang ia sudah lakukan. Dia begitu emosional dan rapuh, dan dia mencintaiku sampai menjadi gila karenanya. Suasana hatiku masih gelap ketika aku kembali ke Crossfire. Saat Clancy menjauh dari tepi jalan, aku berdiri di trotoar ramai dan melihat dari ujung ke ujung jalan yang sibuk mencari salah satu toko obat di mana aku bisa mendapatkan cokelat atapun toko selular di mana aku bisa membawa sebuah ponsel baru. Aku akhirnya berjalan sekitar blok dan membeli setengah lusin permen coklat di Reade Duane di sudut jalan sebelum menuju kembali ke Crossfire. Aku sudah pergi hanya sekitar satu jam, tapi aku tak akan menggunakan waktu tambahan yang Mark telah berikan padaku. Aku membutuhkan pekerjaan untuk mengalihkan perhatianku dari kegilaan keluargaku. Saat aku medapati sebuah lift kosong, aku merobek sebatang permen dan menggigitnya kuat. Aku membuat langkah untuk mengisi kuota coklat dalam diriku sebelum aku mencapai lantai dua puluh ketika lift berhenti di lantai keempat. Aku menghargai waktu berhenti tambahan yang memberiku waktu untuk menikmati kenyamanan coklat dan karamel yang mencair diatas lidahku. Pintu meluncur terbuka, dan menunjukkan Gideon Cross sedang bicara dengan dua pria lain.
30
www.read-blogger.nlogspot.com
Seperti biasa, aku kehilangan napas saat melihat dirinya, yang menyulut kembali kejengkelanku yang sempat memudar. Mengapa dia memiliki efek ini padaku? Kapan aku akan menjadi kebal terhadap pengaruh panasnya? Dia menoleh dan bibirnya melengkung membentuk senyum, senyum yang menghentikan jantung ketika ia melihatku. Bagus. Hanya keberuntungan jelekku. Aku akan menjadi semacam tantangan. Senyum Cross memudar menjadi sebuah kerutan dahi. "Kita akan menyelesaikan ini nanti," gumamnya kepada teman-temannya tanpa menghentikan tatapannya dariku. Melangkah masuk ke dalam lift, ia mengangkat tangan untuk mencegah mereka mengikutinya. Mereka berkedip terkejut, melirikku, lalu Cross, dan kemudian kembali melirikku lagi. Aku melangkah keluar, memutuskan akan lebih aman bagi kewarasanku untuk mengambil lift yang berbeda. "Jangan terburu-buru, Eva." Cross menangkapku lewat sikuku dan menarikku kembali. Pintu tertutup dan lift bergerak meluncur dengan mulus. "Apa yang kau lakukan?" Tukasku. Setelah berurusan dengan Stanton, hal terakhir yang aku butuhkan adalah laki-laki dominan lain yang mencoba untuk mendorongku kesana kemari. Cross menangkap lengan atasku dan mencari wajahku dengan tatapan biru terangnya. "Ada sesuatu yang salah. Apa itu?" Energi listrik yg sekarang familiar berderak hidup diantara kami, tarikan itu jadi lebih ganas karena emosiku. "Kamu." "Aku?" Jempolnya membelai diatas bahuku. Melepaskan aku, ia mengeluarkan satu kunci dari sakunya dan dicolokkan ke panel. Semua lampu padam kecuali satu lampu untuk lantai atas. Dia mengenakan setelan hitam lagi, dengan garis-garis abu-abu halus. Melihat dia dari belakang adalah sebuah pencerahan. Bahunya lebar namun tidak terlalu besar, menonjolkan pinggang ramping dan kakinya yang panjang. Helaian rambut halus jatuh di atas kerahnya menggodaku untuk mengepalnya dan menariknya. Keras. Aku ingin dia kesal seperti aku. Aku ingin berkelahi. "Aku sedang tidak mood untuk dirimu sekarang, Mr. Cross." Dia mengamati jarum bergaya antik di atas pintu menandai lantai yang telah dilewati. "Aku bisa membuatmu menjadi mood." "Aku tidak tertarik." Cross menoleh ke arahku. Kemeja dan dasi keduanya berwarna biru langit mengagumkan yang sama seperti iris matanya. Efeknya sangat mencolok. "Jangan ada kebohongan, Eva.
31
www.read-blogger.nlogspot.com
Jangan pernah." "Itu bukan kebohongan. Lalu kenapa jika aku tertarik padamu? Aku mengira sebagian besar wanita juga tertarik padamu." Membungkus kembali yang tersisa dari coklatku, aku menyempalkannya kembali ke tas belanja yang kuselipkan ke dalam tas. Aku tak perlu cokelat ketika aku berbagi udara dengan Gideon Cross. "Tapi aku tak tertarik melakukan sesuatu tentang itu." Dia kemudian menghadapku, berbalik dengan sebuah gerakan berputar yang santai, sebuah bayangan senyum melunakkan mulutnya yang penuh dosa. Kenyamanan dan ketidakpeduliannya membuatku jadi lebih jengkel. "Ketertarikan adalah kata yang terlalu jinak untuk" - ia menunjuk pada jarak diantara kita - "ini." "Sebut aku gila, tapi aku harus benar-benar menyukai seseorang sebelum aku telanjang dan berkeringat dengan mereka." "Tidak gila," katanya. "Tapi aku tidak punya waktu atau keinginan untuk berkencan." "Itu membuat kita berdua sama. Senang kita telah menjernihkannya." Dia melangkah mendekat, mengangkat tangannya ke wajahku. Aku memaksa diriku untuk tidak menjauh atau memberinya kepuasan melihat diriku terintimidasi. Ibu jarinya menyapu sudut mulutku, kemudian mengangkat ibu jarinya itu ke mulutnya sendiri. Dia mengisap tapak jarinya dan menggumam. "Coklat dan dirimu. Lezat." Sebuah getaran bergerak ditubuhku, diikuti oleh nyeri panas diantara kakiku saat aku membayangkan menjilati coklat dari tubuh seksinya yang mematikan. Tatapannya bertambah gelap dan suaranya menurun dengan keintiman. "Romantis bukan ada dalam daftarku, Eva. Tapi seribu cara untuk membuatmu orgasme adalah daftarku. Biar aku tunjukan padamu." Lift melambat lalu berhenti. Dia menarik kunci dari panel dan pintu terbuka. Aku mundur ke pojok dan mengusir dia keluar dengan menggerakkan pergelangan tanganku. "Aku benar-benar tidak tertarik." "Kita akan membahasnya." Cross menangkap sikuku dan dengan lembut, namun bersikeras, mendesakku keluar. Aku mengikutinya karena aku menyukai aliran listrik yang aku dapatkan ketika berada di dekatnya dan karena aku penasaran untuk melihat apa yang akan dia katakan ketika diberikan lebih dari lima menit dari waktuku. Dia diizinkan masuk melalui pintu keamanan begitu cepat sehingga tak perlu baginya untuk menghentikan langkahnya. Si rambut merah cantik di meja resepsionis langsung buru-buru berdiri, bersiap akan memberikan beberapa informasi sampai ia menggeleng tak sabar. Mulutnya cepat terkatup dan ia menatapku ketika kami melewati dengan langkah cepat, matanya lebar.
32
www.read-blogger.nlogspot.com
Perjalanan ke kantor Cross untungnya pendek. Sekretarisnya berdiri ketika ia melihat bosnya mendekat, tapi tetap diam ketika ia mencatat bahwa Cross tidak sendirian. "Tahan panggilan untukku, Scott," kata Cross, mengarahkanku ke kantornya melalui pintu kaca terbuka ganda. Meskipun aku jengkel, aku tak bisa menahan diri untuk terkesan dengan pusat komando yang luas dari Gideon Cross. Lantai sampai langit-langit jendela memperlihatkan kota pada dua sisi, sementara dinding kaca menghadap sisa ruang kantor. Dinding tak tembus cahaya diseberang meja besar yang ditutupi televisi layar datar yang menayangkan berbagai channel berita dari seluruh dunia. Ada tiga area tempat duduk yang berbeda, masing-masing lebih besar dari seluruh kantor Mark, dan sebuah bar yang memamerkan tempat anggur kristal permata, yang menyediakan satu-satunya warna dalam palet di mana yang lain hitam, abuabu, dan putih. Cross menekan tombol di mejanya yang berfungsi untuk menutup pintu, kemudian tombol lain yang langsung membuat buram dinding kaca bening, efektif melindungi kami dari pandangan karyawannya. Dengan refleksi film berwarna safir yang indah pada jendela eksterior, privasi terjamin. Dia melepas jaket dan menggantungkannya pada gantungan jas berbahan krom. Kemudian ia kembali ke tempat dimana aku tetap berdiri hanya di dekat pintu masuk. "Sesuatu untuk diminum, Eva?" "Tidak, terima kasih." Sialan. Dia bahkan lebih lezat hanya dengan rompinya. Aku bisa melihat betapa bugar tubuhnya. Seberapa kuat bahunya. Bagaimana bisep dan pantatnya yang indah meregang saat ia bergerak. Dia menunjuk ke arah sofa kulit hitam. "Silakan duduk." "Aku harus kembali bekerja." "Dan aku punya satu rapat pada jam dua. Semakin cepat kita menyelesaikan ini, semakin cepat kita bisa kembali ke bisnis. Sekarang, duduk." "Apa yang membuatmu berpikir bahwa kita akan berhasil?" Sambil mendesah, dia mengangkatku seperti seorang pengantin dan membawaku ke sofa. Dia menjatuhkanku di pantat, kemudian duduk di sebelahku. "Penolakanmu. Apa yang harus aku lakukan agar membuatmu berada di bawahku?" "Sebuah keajaiban." Aku mundur menjauh darinya, memperlebar ruang di antara kami. Aku menarik ujung rok hijau zamrudku, berharap aku memakai celana panjang. "Aku menganggap pendekatanmu kasar dan ofensif." Dan luar biasa merangsang, tapi aku jelas tak akan pernah mengakuinya. Dia merenungkan kata-kataku dengan mata menyipit. "Ini mungkin blak-blakan, tapi jujur.
33
www.read-blogger.nlogspot.com
Kau tidak membuatku berfikir menganggapmu sebagai wanita yang menginginkan omong kosong dan sanjungan daripada kebenaran." "Apa yang aku inginkan adalah dipandang memiliki tawaran yang lebih daripada boneka seks tiup." Alis Cross terangkat. "Yah, kalau begitu." "Apakah kita selesai?" aku berdiri. Melingkari pergelangan tanganku dengan jari-jarinya, dia menarikku ke bawah. "Sama sekali belum. Kita telah menetapkan beberapa poin pembicaraan: kita memiliki ketertarikan seksual yang intens dan tak satupun dari kita ingin berkencan. Jadi apa yang kau inginkan, sebenarnya? Rayuan, Eva? Apakah kau ingin dirayu?" Aku sama-sama terpesona dan juga terkejut oleh percakapan ini. Dan, ya, tergoda. Sulit untuk tidak tergoda saat dihadapkan dengan pria yang sangat tampan, jantan dan sangat bertekad untuk melakukan sesuatu yang panas dan berkeringat denganku. Namun, rasa cemas yang menang. "Seks yang direncanakan seperti transaksi bisnis mematikan gairahku." "Menetapkan parameter dalam merger memperkecil kemungkinan akan adanya harapan berlebihan dan kekecewaan." "Apakah kau bercanda?" Aku cemberut. "Dengarkan dirimu sendiri. Kenapa menyebutnya bersetubuh? Mengapa tidak menjadi jelas dan menyebutnya emisi mani dalam lubang yang diakui?" Dia membuatku kesal dengan melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa. Suara yang penuh keserakan mengalir di atasku seperti aliran air hangat. Kesadaranku tentang dia meningkat ke tingkatan fisik yang menyakitkan. Kegelian bersahajanya membuat dia menurun dari Dewa Seks menjadi lebih manusiawi. Daging dan darah. Nyata. Aku bangkit dan mundur dari jangkauan. "Casual Sex tidak harus menyertakan anggur dan mawar, tapi demi Tuhan, apa pun itu, seks harus bersifat pribadi. Penuh persahabatan bahkan. Dengan setidaknya saling menghormati." Humornya menghilang terbang saat ia berdiri, matanya gelap. "Tak ada sinyal yang campur aduk dalam urusan pribadiku. Kau ingin aku untuk mengaburkan garis itu. Aku tak bisa memikirkan alasan yang baik untuk melakukannya." "Aku tak ingin kau melakukan apapun, selain membiarkan aku kembali bekerja." Aku melangkah ke pintu dan menarik pada pegangannya, mengutuk pelan ketika itu tidak bergeming. "Biarkan aku keluar, Cross." Aku merasakan dia datang di belakangku. Telapak tangannya ditekan rata pada kaca di kedua sisi bahuku, mengurungku. Aku tak bisa memikirkan penjagaan diri sendiri sendiri ketika dia
34
www.read-blogger.nlogspot.com
begitu dekat. Kekuatan dan tuntutan dari kehendaknya memancarkan medan kekuatan yang nyaris nyata. Ketika ia melangkah cukup dekat, hal itu mengelilingiku, menutupi kami berdua. Semuanya di luar gelembung itu tidak ada lagi, sementara di dalamnya seluruh tubuhku tegang ke arah dirinya. Dia seperti memiliki efek yang begitu mendalam padaku tapi juga begitu menjengkelkan hingga membuat pikiranku berputar. Bagaimana aku bisa begitu terangsang oleh seorang pria yang kata-katanya seharusnya sudah membuat aku mati rasa sepenuhnya? "Berbaliklah, Eva." Mataku tertutup melawan lonjakan gairahku yang kurasakan saat mendengar nada berwibawanya. Tuhan, dia begitu wangi. Tubuh kuatnya memancarkan panas dan rasa lapar, memacu keinginan liarku sendiri untuknya. Respon tak terkendali diintensifkan oleh frustrasi lamaku dengan Stanton dan kejengkelan terbaruku dengan Cross sendiri. Aku ingin dia. Sangat. Tapi dia tak baik untukku. Sejujurnya, aku bisa mengacaukan kehidupanku sendiri. Aku tak perlu bantuan orang lain untuk mengacaukannya. Dahiku yang memerah menyentuh kaca ber-AC. "Lepaskan saja, Cross." "Tentu saja. Kau membuat terlalu banyak masalah untukku." Bibirnya menyapu belakang telingaku. Salah satu tangannya menekan datar ke perutku, jari-jarinya mendesakku kembali kepadanya. Dia sama terangsangnya seperti aku, kemaluannya keras dan tebal di punggung bawahku. "Berbaliklah dan ucapkan selamat tinggal." Kecewa dan menyesal, aku berpaling dalam pegangannya, merosot dipintu untuk mendinginkan punggungku yang panas. Dia melengkung di atasku, rambut megahnya membingkai wajah tampannya, lengannya tersandar dipintu untuk membawa dia lebih dekat. Aku hampir tak memiliki ruang untuk bernapas. Tangan yang ia letakkan di pinggangku sekarang beristirahat pada pinggulku, mengencang secara refleks dan membuatku gila. Ia menatap, tatapannya membakar dengan intens. "Cium aku," katanya dengan suara serak. "Berikan aku sebanyak itu." Terengah-engah pelan, Aku menjilat bibirku yang kering. Dia mengerang, memiringkan kepalanya, dan mengunci mulutnya dimulutku. Aku terkejut dengan betapa lembut bibir kuatnya itu dan kelembutan dari tekanan yang ia berikan. Aku mendesah dan lidahnya dicelupkan dalam mulutku, mencicipiku dengan jilatan santai yang lama. Ciumannya yakin, terampil, dan hanya sedikit agresif untuk membuatku terangsang dengan liarnya. Samar-samar aku mendengar tasku jatuh ke lantai, kemudian tanganku di rambutnya. Aku menarik untai halus rambutnya, menggunakan mereka untuk mengarahkan mulutnya ke atas mulutku. Dia menggeram, memperdalam ciumannya, mengelus lidahku dengan menyelipkan lidahnya sendiri. Aku merasakan detak jantungnya mengamuk di atas dadaku, bukti bahwa ia bukan hanya impian sia-sia yang ditimbulkan oleh demam imajinasiku. Dia mendorong menjauh dari pintu. Menggenggam bagian belakang kepalaku dan pantatku,
35
www.read-blogger.nlogspot.com
dia mengangkatku dari kakiku. "Aku ingin kamu, Eva. Masalah atau tidak, aku tidak bisa berhenti." Tubuhku ditekan seluruhnya ke tubuhnya, menyadari setiap inci bagian tubuh keras dan panasnya. Aku menciumnya kembali seolah-olah aku bisa memakan dia hidup-hidup. Kulitku basah dan terlalu sensitif, payudaraku berat dan perih. klitku berdenyut-denyut meminta perhatian, menghentak bersama dengan detak jantungku yang mengamuk. Aku samar-samar menyadari gerakan, dan kemudian sofa ada di punggungku. Cross diatasku dengan satu lutut di atas sofa dan kaki lainnya di lantai. Lengan kirinya menahan tubuhnya, sementara tangan kanannya mencengkeram bagian belakang lututku, meluncur ke atas di sepanjang pahaku dengan gerakan posesif yang tegas. Napasnya mendesis ketika ia mencapai titik di mana garterku dijepit ke atas stoking sutraku. Dia melepas tatapannya dariku dan menunduk, mendorong rokku lebih tinggi untuk menelanjangiku dari pinggang ke bawah. "Ya Tuhan, Eva." Sebuah gemuruh rendah bergetar di dadanya, suara primitif mengirim rasa merinding di kulitku. "Bosmu sangat beruntung dia gay." Dalam keadaan linglung, aku menyaksikan tubuh Cross menurun diatas tubuhku, kakiku terpisah untuk mengakomodasi lebar pinggulnya. Otot-ototku tegang dengan dorongan untuk mengangkat ke arahnya, untuk mempercepat kontak antara kami yang membuatku ketagihan sejak aku pertama kali melihat dirinya. Menurunkan kepalanya, ia mengambil mulutku lagi, membuat memar bibirku dengan sudut halus penuh kekerasan. Tiba-tiba, ia menarik dirinya menjauh, terhuyung-huyung saat berdiri. Aku berbaring di sana terengah-engah dan basah, sangat bersedia dan siap. Lalu aku menyadari mengapa ia bereaksi begitu keras. Seseorang ada berada di belakangnya.
36
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 4
Malu oleh gangguan tiba-tiba ke dalam privasi kami, aku buru-buru berdiri dan kembali ke lengan kursi, menarik rokku ke bawah. "... Janji pukul dua ada di sini." Butuh saat yang tak ada habisnya untuk menyadari Cross dan aku masih sendirian di dalam ruangan, bahwa suara yang kudengar ternyata datang melalui speaker. Cross berdiri di ujung sofa, memerah dan cemberut, dadanya naik-turun. Dasinya kendur dan bukaan celana panjangnya mengetat karena ereksi yang sangat mengesankan. Aku punya visi mimpi buruk di kepalaku seperti apa aku terlihat sekarang. Dan aku terlambat kembali bekerja. "Tuhan." Dia mendorong kedua tangannya dirambutnya. "Ini tengah hari sialan. Di dalam kantor sialanku!" Aku bangkit dan mencoba merapikan penampilanku. "Sini." Dia datang kepadaku, menarik rokku ke atas lagi. Marah pada apa yang aku hampir biarkan terjadi ketika aku harus berada di tempat kerja, aku tampar tangannya. "Hentikan itu. Tinggalkan aku sendiri." "Diam, Eva," katanya muram, menangkap ujung blus sutra hitamku dan menarik-nariknya ke tempatnya, menyesuaikannya sehingga kancing-kancingnya sekali lagi membentuk baris lurus diantara payudaraku. Kemudian ia tarik rokku, merapikan itu dengan keahlian yang tenang. "Perbaiki kuncir rambutmu." Cross mengambil mantelnya, memasang itu kebahunya sebelum menyesuaikan dasinya. Kami mencapai pintu pada waktu yang sama dan ketika aku berjongkok untuk mengambil dompetku, ia merunduk bersamaku. Dia menangkap daguku, memaksaku untuk menatapnya. "Hei," katanya lembut. "Kau baik-baik saja?" Tenggorokanku terbakar. Aku terangsang dan marah dan benar-benar malu. Aku tak pernah dalam hidupku kehilangan pikiranku seperti itu. Dan aku benci bahwa aku melakukannya dengan dia, seorang pria yang pendekatan keintiman seksualnya sangat klinis itu membuatku tertekan hanya dengan berpikir tentang hal itu. Aku merenggut kembali daguku. "Apakah aku terlihat baik-baik saja?"
37
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau tampak cantik dan menggairahkan. Aku sangat menginginkanmu sampai itu menyakitkannya. Aku nyaris membawamu kembali ke sofa dan membuatmu orgasme sampai kau memohon aku untuk berhenti." "Tak bisa menuduhmu menjadi pandai bicara," gumamku, menyadari bahwa aku tidak tersinggung. Bahkan, keliaran rasa laparnya kepadaku adalah afrodisiak yang serius. Menggenggam tali tasku, aku berdiri dengan kaki gemetar. Aku perlu pergi darinya. Dan, ketika hari kerjaku selesai, aku perlu untuk sendirian dengan segelas besar anggur. Cross berdiri bersamaku. "Aku akan selesai jam lima. Aku akan menjemputmu setelah itu." 'Tidak. Hal ini tak akan mengubah apa pun." "Masa sih tidak." "Jangan arogan, Cross. Aku kehilangan pikiranku sedetik, tapi aku masih tak ingin apa yang kau inginkan". Jari-jarinya melingkar di sekeliling pegangan pintu. "Ya, Kau akan melakukannya. Kau hanya tak ingin dengan cara yang aku ingin berikan padamu. Jadi, kita akan meninjau ulang dan merevisi." Bisnis lagi. Ringkas-dan-Tak berperasaan. Tulang belakangku menegang. Aku meletakkan tanganku di atas tangannya dan menarik pegangan, merunduk di bawah lengannya untuk menyelip keluar dari pintu itu. Sekretarisnya langsung cepat berdiri, menganga, seperti juga yang dilakukan wanita dan dua pria yang sedang menunggu untuk Cross. Aku mendengar dia berbicara di belakangku. "Scott akan menunjukkan Anda jalan ke ruang kantorku. Aku hanya sebentar." Dia menangkapku di lobi, lengannya melintasi punggung bawahku untuk mencengkram pinggulku. Tidak ingin membuat keributan, aku menunggu sampai kami di depan pintu lift untuk menarik diri. Dia berdiri dengan tenang dan menekan tombol panggil. "Pukul lima, Eva." Aku menatap tombol berlampu. "Aku sedang sibuk." "Besok, kalau begitu." "Aku sibuk sepanjang akhir pekan." Melangkah di depanku, ia bertanya kaku, "Dengan siapa?" "Itu bukan--"
38
www.read-blogger.nlogspot.com
Tangannya menutup mulutku. "Jangan. Beritahu tahu saja aku kapan, kalau begitu. Dan sebelum kau mengatakan tak akan pernah, lihat baik-baik diriku dan beritahu aku jika kau melihat seorang pria yang mudah tergoyahkan." Wajahnya keras, tatapannya menyipit dan pasti. Aku menggigil. Aku tak yakin aku akan memenangkan sebuah pertempuran kehendak dengan Gideon Cross. Menelan ludah, aku menunggu sampai dia menurunkan tangannya dan berkata, "Ku pikir kita berdua perlu mendinginkan diri. Ambil beberapa hari untuk berpikir." Dia bertahan. "Hari Senin setelah kerja." Lift tiba dan aku melangkah ke dalamnya. Menghadapi dia, aku membalas, "makan siang hari Senin." Kami hanya akan memiliki waktu satu jam, dijamin bisa melarikan diri. Sesaat sebelum pintu ditutup, dia berkata, "Kita akan melakukannya, Eva." Kedengarannya seperti sebuah ancaman daripada janji. *** "Jangan cemas, Eva," kata Mark, ketika aku tiba di mejaku hampir seperempat setelah jam dua. "Kau tak kehilangan apapun. Aku makan siang dengan Mr. Leaman. Aku juga baru saja kembali." "Terima kasih." Tak peduli apa katanya, aku masih merasa mengerikan. Hari jumat pagi yang mengesankanku tampaknya telah terjadi berhari-hari yang lalu. Kami terus bekerja sampai jam lima, membahas klien makanan cepat saji dan merenungkan beberapa tambahan yang mungkin untuk kopian iklan bagi jaringan toko bahan pangan organik. "Bicara tentang teman seranjang yang aneh," Mark menggoda, tak tahu bagaimana cocoknya dalam hal kehidupan pribadiku. Aku baru saja mematikan komputerku dan menarik tasku keluar dari laci ketika teleponku berdering. Aku melirik jam, melihat tepat jam lima, dan mempertimbangkan untuk mengabaikan panggilan itu karena secara teknis aku sudah selesai untuk hari ini. Tapi karena aku masih merasa buruk tentang makan siangku yang terlalu panjang, aku menganggapnya penebusan dosa dan menjawab. "Mark Garrity'-" "Eva sayang. Richard bilang kau lupa ponselmu tertinggal dikantornya.” Aku menghela napas terburu-buru dan merosot kembali ke kursiku. Aku bisa membayangkan meremas-remas saputangan yang biasanya menyertai nada cemas itu dari ibuku. Ini membuatku gila dan juga menghancurkan hatiku.
39
www.read-blogger.nlogspot.com
"Hai, Mom. Bagaimana kabarmu?" "Oh, aku bahagia.Terima kasih." Ibuku punya suara yang genit dan mendesah, seperti Marilyn Monroe disilangkan dengan Scarlett Johansson. "Clancy mengembalikan ponselmu pada petugas di tempat tinggalmu. Aku seharusnya benar-benar tidak pergi ke mana pun tanpa benda itu. Kau tidak pernah tahu kapan kau mungkin perlu menelepon seseorang--" Aku sudah memperdebatkan logistik untuk hanya menyimpan telponnya dan forwarding call ke nomor baru yang aku tidak beritahu ibuku, tapi itu bukan kekhawatiran terbesarku. "Apa yang Dr. Petersen katakan tentang kau melacak teleponku?" Keheningan di ujung telepon itu mengatakan. "Dr. Petersen tahu aku mengkhawatirkan dirimu." Mencubit batang hidungku, aku berkata, "Ku pikir sudah waktunya bagi kita untuk membuat janji pertemuan bersama lagi, Ma." "Oh ... tentu saja. Dia mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganmu lagi." Mungkin karena ia menduga kau tidak berterus-terang. Aku mengganti topik. "Aku benarbenar menyukai pekerjaan baruku." "Itu bagus, Eva! Apakah bosmu memperlakukanmu dengan baik?" "Ya, dia hebat. Aku tak bisa meminta siapa pun yang lebih baik." "Apakah dia tampan?" Aku tersenyum. "Ya, sangat. Dan dia sudah ada yang punya." "Sialan. Yang bagus selalu sudah ada yang punya. "Dia tertawa dan senyumku melebar. Aku menyukainya ketika dia bahagia. Aku berharap dia bahagia lebih sering. "Aku tak sabar untuk bertemu denganmu besok di makan malam advokasi." Monica Tramell Barker Mitchell Stanton tempatnya adalah di acara-acara sosial, seorang yang cantik bersinar yang tak pernah kekurangan perhatian laki-laki dalam hidupnya. "Mari kita melakukannya seharian," kata ibuku terengah. "Kau, aku, dan Cary. Kita akan pergi ke spa, menjadi cantik dan dipoles. Aku yakin kau bisa melakukan pijat setelah bekerja begitu keras." "Aku tak akan menolaknya, itu sudah pasti. Dan aku tahu Cary akan menyukainya." "Oh, aku tak sabar! Aku akan mengirim mobil ketempatmu sekitar jam sebelas?"
40
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kita akan siap." Setelah aku menutup telepon, aku bersandar di kursiku dan menghembuskan nafas, membutuhkan mandi panas dan orgasme. Jika Gideon Cross entah bagaimana tahu aku masturbasi sambil berpikir tentang dia, aku tak peduli. Menjadi frustasi secara seksual melemahkan posisiku, sebuah kelemahan yang aku tahu dia tidak akan alami. Tidak diragukan lagi ia punya "preappoved orifice" yang berbaris sebelum hari berakhir. Saat aku menukar sepatu hak tinggi dengan sepatu jalanku, telponku bordering lagi. Ibuku jarang teralih perhatiannya terlalu lama. Lima menit sejak kami mengakhiri panggilan merupakan jangka waktu yang cukup baginya untuk menyadari masalah ponsel yang belum terpecahkan. Sekali lagi, aku berdebat mengabaikan teleponnya, tapi aku tak ingin membawa salah satu omong kosong hari ini pulang kerumah bersamaku. Aku menjawab dengan ucapan biasa, tapi itu kekurangan semangat seperti biasanya. "Aku masih memikirkanmu." Suara serak beludru Cross membanjiriku dengan kelegaan saat aku sadar bahwa aku sudah berharap mendengarnya lagi. Hari ini. Tuhan. Keinginan itu begitu akut sehingga aku tahu dia akan menjadi obat untuk tubuhku, sumber utama dari beberapa kecanduan yang intens. "Aku masih bisa merasakan sentuhanmu, Eva. Masih mecicipi rasamu dilidahku. Aku masih saja keras sejak kau pergi, melalui dua pertemuan dan satu teleconference. Kau punya keuntungan, tetapkanlah tuntutanmu." "Ah," gumamku. "Biar kupikirkan." Aku membiarkannya menunggu, tersenyum saat aku ingat komentar Cary mengenai blue balls. "Hmm ... Tidak ada yang terpikirkan sekarang. Tapi aku punya beberapa nasihat. Pergi habiskan waktumu dengan wanita yang meneteskan air liur di kakimu dan membuatmu merasa seperti dewa. Menidurinya sampai tak satu pun dari kalian dapat berjalan. Ketika kau melihatku pada hari Senin kau akan benar-benar sudah melupakanku dan kehidupanmu akan kembali menjadi obsesif-kompulsif seperti biasa." Deritan kulit terdengar melalui telepon dan aku membayangkan dia bersandar di kursi mejanya. "Itu adalah salah satu free pass-mu, Eva. Lain kali kau menghina kecerdasanku, aku akan membawamu diatas lututku." "Aku tak suka hal semacam itu." Namun peringatan itu, diberikan dengan suara, yang membuatku terangsang. Gelap dan Berbahaya pastinya. "Kita akan membahasnya. Untuk sementara, ceritakan apa yang yang kau suka."
41
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku berdiri. "Kau memiliki suara yang pasti cocok untuk phone-sex, tapi aku harus pergi. Aku punya kencan dengan vibratorku." Seharusnya aku menutup telepon itu, untuk mendapatkan efek penuh mengabaikan permintaannya, tapi aku tidak tahan untuk mengetahui jika dia akan melihat dgn rakus seperti yang aku bayangkan dia akan melakukannya. Ditambah, aku sedang bersenang-senang dengannya. "Oh, Eva." Cross menyebut namaku dengan suatu dengungan yang decaden. "Kau bertekad untuk mendorongku berlutut dikakiku, kan? Apa yang diperlukan untuk mengajakmu melakukan threesome dengan B.O.B?" Aku mengabaikan kedua pertanyaan itu saat aku menyampirkan tas dan dompet di atas bahuku, bersyukur ia tidak bisa melihat tanganku bergetar. Aku tidak akan membahas "Battery Operated Boyfriends" dengan Gideon Cross. Aku tidak pernah membicarakan masturbasi secara terbuka dengan seorang pria, apalagi seorang pria yang untuk semua maksud dan tujuan adalah orang asing bagiku. "B.O.B. dan aku telah memiliki kesepahaman yang sangat lama-jika kita sudah selesai dengan satu sama lain, kita tahu persis mana salah satu dari kami yang merasa telah digunakan, dan itu bukan aku. Selamat malam, Gideon." Aku menutup telepon dan menuju tangga, memutuskan menuruni 20 lantai akan mempunyai efek ganda sebagai teknik penghindaran dan pengganti untuk kunjungan ke pusat kebugaran. *** Aku sangat bersyukur berada di rumah setelah hari yang aku alami sehingga aku praktis menari melalui pintu depan apartemenku. Ungkapan sepenuh hatiku "Tuhan, senangnya bisa berada di rumah!" Dan disertai putaran penuh semangat yang cukup untuk mengejutkan satu pasangan di sofa. "Oh," kataku, meringis dengan kekonyolanku sendiri. Cary tidak sedang dalam posisi intim dengan tamunya ketika aku menerobos masuk, tetapi mereka sudah duduk cukup dekat untuk menunjukkan keintimannya. Dengan enggan, aku berpikir tentang Gideon Cross, yang lebih suka untuk melucuti semua keintiman keluar dari tindakan yang paling intim yang bisa kubayangkan. Aku pernah mengalami one-night stands and friends with benefits, dan tidak ada yang lebih tahu dariku bahwa seks dan bercinta adalah dua hal yang sangat berbeda, tapi aku tidak berpikir aku akan pernah melihat seks seperti jabat tangan. Aku pikir itu menyedihkan apa yang Cross lakukan, meskipun ia bukan seorang pria yang mengilhami rasa kasihan atau simpati. "Hei, baby girl," Cary memanggil, berdiri. "Aku berharap kau kembali sebelum Trey harus pergi." "Aku masuk kelas dalam satu jam," jelas Trey, mengelilingi meja saat aku menjatuhkan tasku
42
www.read-blogger.nlogspot.com
di lantai dan meletakkan dompet di bangku bar di meja sarapan. "Tetapi aku senang aku bertemu denganmu sebelum aku pergi." "Aku juga." Aku menjabat tangannya yang dijulurkan padaku, memperhatikannya sekilas. Kukira dia seusiaku. Tinggi rata-rata dan berotot bagus. Dia memiliki rambut pirang tak teratur, mata cokelat lembut, dan hidungnya yang jelas pernah patah. "Keberatan kalau aku ambil segelas anggur?" Tanyaku. "Ini merupakan hari yang panjang." "Pergilah," jawab Trey. "Aku akan mengambil satu, juga." Cary bergabung dengan kami di meja sarapan. Dia mengenakan celana jeans longgar hitam dan sweter off-the-shoulder hitam. Tampilannya santai dan elegan, dan cukup fenomenal mengimbangi rambut coklat gelap dan mata zamrudnya. Aku pergi ke lemari es anggur dan mengeluarkan sebotol dengan acak. Trey mendorong tangannya di kantong celana jinsnya dan menggoyang tumitnya, bicara pelan dengan Cary saat aku membuka sumbat dan menuangkan anggur. Telepon berdering dan aku meraih handset dari dinding. "Halo?" "Hei, Eva? Ini Parker Smith." "Parker, Hai" Aku menyandarkan pinggulku ke meja. "Bagaimana kabarmu?" "Aku harap kau tak keberatan aku menelpon. Ayah tirimu memberiku nomormu." Gah. Aku sudah cukup Stanton untuk satu hari. "Tidak sama sekali. Ada apa?" "Jujur? Semuanya kelihatan baik sekarang. Ayah tirimu seperti peri godfather bagiku. Dia mendanai beberapa perbaikan keselamatan studio dan beberapa upgrade yang sangat dibutuhkan. Itulah sebabnya aku menelepon. Studio akan libur selama sisa hari pekan ini. Kelas akan dilanjutkan Senin depan." Aku memejamkan mata, berjuang untuk menahan gejolak amarah. Itu bukan kesalahan Parker jika Stanton dan ibuku adalah pengontrol overprotektif yang gila. Jelas mereka tidak melihat ironi untuk membelaku ketika aku sedang dikelilingi oleh orang-orang terlatih untuk melakukan hal yang sama. "Kedengarannya bagus. Aku tidak sabar menunggu. Aku sangat bersemangat untuk berlatih denganmu." "Aku senang, juga. Aku akan membuatmu bekerja keras, Eva. Uang orang tuamu akan digunakan dengan selayaknya." Aku meletakkan gelas terisi penuh di depan Cary dan mengambil tegukan besar untuk diriku sendiri. Itu tidak pernah berhenti membuatku takjub berapa banyak uang bisa membeli suatu kerjasama. Tapi sekali lagi, itu bukan kesalahan Parker. "Tak ada keluhan di sini."
43
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kita akan memulai pertama kali minggu depan. Supirmu sudah memiliki jadwalnya." "Bagus. Sampai jumpa." Aku menutup telepon dan menangkap tatapan sekilas Trey pada Cary ketika ia berpikir tidak satu dari kami melihat. Tatapan itu lembut dan penuh dengan kerinduan manis, dan itu mengingatkanku bahwa masalahku bisa menunggu. "Aku minta maaf aku bertemu denganmu saat kau akan jalan keluar, Trey. Apakah kau punya waktu untuk pizza Rabu malam? Aku ingin melakukan lebih dari sekedar bilang hai dan selamat tinggal." "Aku ada kelas hari itu." Dia memberiku senyum penuh penyesalan dan menembakkan lirikan samping lagi pada Cary. "Tapi aku bisa datang pada hari Selasa." "Itu bagus." Aku tersenyum. "Kita bisa pesan-antar pizza dan nonton film." "Aku mau". Aku dihadiahi dengan ciuman jauh dari Cary saat ia menuju ke pintu untuk menunjukkan Trey jalan keluar. Ketika ia kembali ke dapur ia meraih anggur dan berkata, "Baiklah. Tumpahan itu, Eva. Kau tampak stres." "Memang" aku setuju, meraih botol dan pindah ke ruang tamu. "Ini Gideon Cross, kan?" "Oh, ya. Tapi aku tak ingin bicara tentang dia." Meskipun pengejaran oleh Gideon menggembirakan, tujuan akhirnya mengecewakan. "Ayo kita bicara tentang Kau dan Trey saja. Bagaimana kalian berdua bertemu?" "Aku bertemu dengan dia di suatu pekerjaan. Dia bekerja paruh waktu sebagai asisten fotografer. Dia seksi kan?" Matanya terang dan bahagia. "Dan seorang pria yang gentlemen, secara tradisional." "Siapa yang tahu ada salah satu dari mereka yang masih tersisa?" Aku bergumam sebelum menghabiskan gelas pertamaku. "Apa itu maksudnya?" "Tak ada. Aku minta maaf, Cary. Dia terlihat hebat, dan ia jelas menyukaimu. Apakah ia belajar fotografi?"
44
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kedokteran hewan." "Wow. Itu mengagumkan." "Aku juga pikir begitu. Tapi lupakan tentang Trey selama satu menit. Bicara tentang apa yang mengganggumu. Keluarkan itu semua." Aku menghela napas. "Ibuku. Dia tahu tentang minatku di studio Parker dan sekarang dia panik." "Apa? Bagaimana dia bisa tahu? Aku bersumpah aku tidak memberitahu siapa pun." "Aku tahu kau tak akan melakukannya. Bahkan tidak pernah terlintas di benakku" Meraih botol dari meja. Aku mengisi gelasku. "Camkan ini. Dia sudah melacak ponselku." Alis Cary terangkat. "Serius? Itu ... menyeramkan." "Aku tahu, benarkan? Itulah yang aku katakan pada Stanton, tapi dia tidak ingin mendengarnya." "Wah, neraka." Dia menjalankan tangannya melalui poni panjangnya. "Jadi apa yang kau lakukan?" "Beli ponsel baru. Dan bertemu dengan Dr. Petersen untuk melihat apakah dia bisa mengatakan sesuatu yang masuk akal ke dalam dirinya." "Tindakan bagus. Menyerahkan dia pada psikiaternya. Jadi ... semuanya oke dengan pekerjaanmu? Apakah kau masih menyukainya?” "Tentu saja." Kepalaku jatuh kembali ke bantal sofa dan mataku terpejam. "Pekerjaanku dan dirimu adalah penyelamatku sekarang." "Bagaimana dengan milyader muda keren yang ingin menggaetmu? Ayolah, Eva. Kau tahu aku sekarat ingin tahu disini. Apa yang terjadi?" Aku menceritakan semuanya kepadanya, tentu saja. Aku ingin dia mengetahui semuanya. Tapi ketika aku selesai, dia diam. Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya, dan menemukan matanya cerah dan menggigit bibir. "Cary! Apa yang kau pikirkan?" "Aku merasa agak sedikit panas karena cerita itu." Dia tertawa dan suaranya yang hangat dan kaya maskulinitas menyapu hampir semua iritasiku pergi.
45
www.read-blogger.nlogspot.com
"Dia pastinya begitu bingung sekarang. Aku akan membayar uang untuk melihat wajahnya ketika kau memukulnya dengan yang sedikit gigitan ketika dia ingin memukul pantatmu." "Aku tidak percaya dia mengatakan itu." Hanya mengingat suara Cross ketika dia membuat ancaman itu membuat telapak tanganku basah cukup untuk meninggalkan uap pada gelasku. "Apa yang dia inginkan?" "Pukulan dipantat tidak menyimpang. Selain itu, dia akan melakukan posisi misionaris di sofa, jadi dia tidak menolak posisi-posisi dasar." Dia jatuh ke sofa, senyum brilian menerangi wajahnya yang tampan. "Kau tantangan besar untuk seorang pria yang jelas sukses pada urusan itu. Dan dia bersedia untuk membuat konsesi untuk memilikimu, yang mana aku berani bertaruh dia tidak terbiasa. Katakan saja apa yang kau inginkan." Aku membagi anggur terakhir diantara kami, merasa sedikit lebih baik dengan sedikit alkohol dalam pembuluh darahku. Apa yang aku inginkan? Selain dari yang sudah jelas? "Kami benar-benar tidak kompatibel." "Apakah itu yang kau sebut tidak kompatibel apa yang terjadi di sofanya?" "Cary, ayolah. Hentikan itu. Ia mengambilku dari lantai lobi, dan kemudian memintaku untuk bercinta dengannya. Hanya itu saja. Bahkan seorang pria yang aku bawa pulang dari sebuah bar harus melakukan lebih banyak hal dari pada itu. Hei, siapa namamu? Sering datang ke sini? Siapa temanmu? Apa yang kau minum? mau menari? Apakah kau bekerja didekat sini?" "Baiklah, baiklah. Aku paham." Dia meletakkan gelas di atas meja. "Mari kita pergi keluar. Pergi ke bar. Menari sampai letih. Mungkin bertemu dengan beberapa orang pria yang mau sedikit merayumu." "Atau setidaknya mentraktirku minum." "Hei, Cross menawarkanmu juga salah satu minuman di kantornya." Aku menggelengkan kepalaku dan berdiri. "Terserah. Biarkan aku mandi dan kita akan pergi." *** Aku melemparkan diriku ke clubbing seperti itu keluar dari gaya. Cary dan aku meloncat ke seluruh klub-klub pusat kota dari Tribeca ke East Village, membuang-buang uang hanya untuk biaya masuk dan menikmati waktu yang hebat. Aku menari sampai kakiku merasa seperti mereka akan copot, tapi aku menguatkan diri sampai Cary mengeluhkan sepatu
46
www.read-blogger.nlogspot.com
bertumit pertamanya. Kami baru saja keluar dari sebuah klub techno-pop dengan rencana untuk membelikanku sandal jepit di Walgreens dekat sini ketika kami berhadapan dengan seorang penjaja mempromosikan sebuah klub beberapa blok jauhnya. "Tempat yang bagus untuk melepaskan ketegangan di kaki anda untuk sementara waktu" katanya, tanpa senyum mencolok yang biasa atau berlebihan yang sebagian besar penjaja gunakan. Bajunya-celana jins hitam dan turtleneck-terlihat lebih berkelas, menggelitikku. Dan ia tidak memiliki brosur ataupun selebaran. Yang ia serahkan padaku adalah kartu nama yang terbuat dari kertas papirus dan dicetak dengan huruf emas yang menangkap cahaya sinyal listrik sekitar kami. Aku membuat catatan mental untuk menyimpan ide itu sebagai contoh bagus untuk iklan cetak. Aliran pejalan kaki dengan cepat bergerak di sekitar kami. Cary menyipitkan mata ke bawah pada huruf di kartu, meneguk beberapa minuman lebih banyak daripada aku. "Tampak mewah." "Tunjukkan kartu itu," desak penjaja itu. "Anda bisa langsung masuk." "Keren." Cary mengaitkan lengannya dengan lenganku dan menyeretku bersamanya. "Mari kita pergi. Kau mungkin menemukan pria berkualitas dalam tempat mewah itu." Kakiku serius akan membunuhku pada saat kami menemukan tempat itu, tapi aku berhenti mengeluh ketika aku melihat pintu masuk yang menawan. Antrian masuknya panjang, meluas sampai kejalan dan di sekitar sudut. Suara penuh penjiwaan Amy Winehouse yang melayang keluar dari pintu yang terbuka, seperti halnya pelanggan berpakaian rapi yang keluar dengan senyum lebar. Sesuai dengan kata penjaja itu, kartu bisnis adalah kunci ajaib yang mengizinkan kami masuk segera dan gratis. Pramuria yang cantik membawa kami lantai atas ke sebuah bar VIP lebih tenang yang memiliki pemandangan panggung dan lantai dansa di bawahnya. Kami ditunjukan tempat duduk kecil dekat balkon dan menetap di meja yang dipeluk oleh dua sofa beludru berbentuk setengah bulan. Dia menyangga menu minuman di tengah dan berkata, "Minuman-minuman anda ini gratis. Nikmati malam Anda." "Wow." Bersiul Cary. "Kami mencetak gol." "Aku pikir penjaja itu mengenalimu dari salah satu iklan. Bukankah itu keren" dia menyeringai. "Tuhan, ini adalah malam hebat. Bergaul dengan gadis terbaikku dan naksir dengan pria baru dalam hidupku". "Oh?"
47
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kurasa aku telah memutuskan untuk melihat kemana arah hubunganku dengan Trey." Itu membuatku bahagia. Rasanya seperti aku telah menunggu selamanya baginya untuk menemukan seseorang yang akan memperlakukan dia dengan benar. "Dia sudah mengajakmu keluar belum?" "Tidak, tapi kupikir itu bukan karena dia tidak mau." Dia mengangkat bahu dan merapikan Tshirt robeknya. Dipasangkan dengan celana kulit berwarna hitam dan gelang berduri, ia tampak seksi dan liar. "Kupikir dia sedang mencoba memahami situasinya denganmu terlebih dulu. Dia kaget ketika aku bilang padanya bahwa aku tinggal dengan seorang wanita, dan bahwa aku pindah ke Negara bagian lain agar bisa bersamamu. Dia khawatir aku mungkin 'bi-curious' dan diam-diam berharap padamu. Itu sebabnya aku ingin kalian berdua untuk bertemu hari ini, jadi ia bisa melihat bagaimana kau dan aku bersama-sama." "Aku minta maaf, Cary. Aku akan mencoba untuk membuatnya nyaman tentang hal itu. " "Ini bukan salahmu. Jangan dipikirkan. Ini akan bekerja seperti seharusnya ". Jaminannya tidak membuatku merasa lebih baik. Aku mencoba berpikir apakah ada cara agar aku bisa membantu. Dua orang mampir ke meja kami. "Apakah oke jika kita bergabung denganmu?" Tanya yang lebih tinggi. Aku melirik Cary, dan kemudian kembali pada para pria itu. Mereka tampak seperti saudara dan mereka sangat menarik. Keduanya tersenyum dan percaya diri, sikap mereka santai dan sederhana. Aku hendak mengatakan Tentu saja, ketika tangan hangat memegang bahu telanjangku dan meremas dengan kuat. "Yang ini sudah diambil." Di seberangku, Cary menganga saat Gideon Cross mengelilingi sofa dan mengulurkan tangannya padanya. "Taylor. Gideon Cross." "Cary Taylor." Dia menjabat tangan Gideon dengan senyum lebar. "Tapi kau sudah tahu itu. Senang bertemu denganmu. Aku sudah mendengar banyak tentang Anda." Aku bisa saja membunuhnya. Aku serius berpikir tentang hal itu. "Bagus mendengarnya." Gideon duduk di kursi sampingku, lengannya melingkar di belakangku sehingga ujung jarinya bisa menyapu santai dan posesif ke atas dan ke bawah lenganku. "Mungkin masih ada harapan bagiku." Memutar pinggangku, aku menghadapinya dan berbisik dengan ganas, "Apa yang kau lakukan?"
48
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia menembakkan aku tatapan keras. "Apa pun yang diperlukan." "Aku akan menari." Cary berdiri dengan seringai nakal. "Akan kembali nanti." Mengabaikan tatapan memohonku, sahabatku meniupkan ciuman dan para pria itu mengikutinya. Aku melihat semuanya pergi, hatiku berdetak cepat. Setelah satu menit, mengabaikan Gideon menjadi hal yang konyol, serta tidak mungkin. Pandanganku meluncur kepadanya. Dia mengenakan celana panjang abu-abu grafit dan sweater berleher v hitam, efek keseluruhannya menjadi careless sophistication. Aku suka tampilan dirinya dan tertarik dengan kelembutan yang tampilan itu berikan padanya, meskipun aku tahu itu hanya ilusi. Dia adalah orang yang keras dalam segala hal. Aku mengambil napas dalam-dalam, merasa seperti aku perlu melakukan upaya untuk bersosialisasi dengan dia. Lagi pula, bukankah itu keluhan terbesarku? Bahwa ia ingin melewatkan tahap ingin-kenal-denganmu dan melompat langsung ke tempat tidur? "Kau terlihat ..." Aku berhenti. Fantastis. Indah. Menakjubkan. begitu seksi ... Pada akhirnya, aku memutuskan dengan yang terdengar bodoh, "Aku menyukai penampilanmu." Alisnya melengkung. "Ah, sesuatu yang kau sukai tentangku. Apakah itu bersifat umum dari seluruh paket? Atau hanya pakaian? Hanya sweater? Atau mungkin celana ini?" Akhir nada suaranya menggelitikku dengan cara yang salah. "Dan jika aku mengatakan itu hanya sweter?" "Aku akan membeli selusin dan memakainya setiap hari." "Sayang sekali". "Kau tidak suka sweater itu?" Dia marah, kata-kata singkat dan cepat. Tanganku tertekuk gelisah di pangkuanku. "Aku suka sweter, tapi aku juga menyukai setelan." Dia menatapku sebentar, dan kemudian mengangguk. "Bagaimana kencanmu dengan B.O.B.?" Oh sial. Aku melengos. Itu jauh lebih mudah berbicara tentang masturbasi melalui telepon. Melakukannya sambil menggeliat di bawah tatapan biru menusuk itu memalukan. "Aku tidak ‘cium dan beritahu’." Dia mengusap punggung jari-jarinya di atas pipiku dan bergumam, "Kau tersipu-sipu." Aku mendengar kegelian dalam suaranya dan segera mengubah topik.
49
www.read-blogger.nlogspot.com
"Apakah kau sering datang ke sini?" Sial. Darimana kalimat klise itu berasal? Tangannya jatuh ke pangkuanku dan menangkap salah satu tanganku, jari-jarinya melengkung ke telapak tanganku. "Ketika diperlukan." Sebuah tusukan cepat kecemburuan membuatku kaku. Aku melotot padanya, meskipun aku marah pada diriku sendiri karena aku merasa peduli. Juga tentang hal itu. "Apa artinya itu? Ketika kau sedang berkeliaran mencari mangsa? " Mulut Gideon melengkung membentuk senyum asli yang memukulku dengan keras. "Ketika keputusan mahal perlu dibuat. Aku memiliki klub ini, Eva. " Tentu saja. Astaga. Pelayan yang cantik menempatkan dua minuman es berwarna merah muda di gelas persegi di atas meja. Dia memandang Gideon dan memberinya senyum genit. "Ini, Mr. Cross. Dua Stoli Elites dan kranberi. Bisakah aku mengambilkan sesuatu yang lain? " "Itu saja untuk saat ini. Terima kasih. " Aku benar-benar bisa melihat bahwa gadis itu ingin masuk ke daftar yang diakui dan aku marah tentang itu, kemudian aku teralihkan dengan apa yang disajikan kepada kami. Itu minuman pilihanku ketika clubbing dan apa yang telah aku minum sepanjang malam. Sarafku merinding. Aku melihat dia mengambil minum, memutar itu di dalam mulutnya seperti anggur yang bagus, dan kemudian menelannya. Gerakan tenggorokannya membuatku panas, tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan intensitas tatapannya yang lakukan padaku. "Tidak buruk," gumamnya. "Katakan padaku jika kita membuat ini dengan benar." Dia menciumku. Ia bergerak dengan cepat, tapi aku melihatnya datang dan tidak berpaling. Mulutnya dingin dan bercampur dengan alkohol dicampur kranberi. Lezat. Semua emosi yang kacau dan energi yang telah menggeliat di dalam diriku tiba-tiba menjadi terlalu banyak untuk ditampung. Aku mendorong tangan di rambutnya yang indah dan mengepal erat-erat, menahan dirinya saat aku mengisap lidahnya. Erangan nya adalah suara paling erotis yang pernah aku dengar, membuat otot diantara kakiku mengencang. Terkejut oleh reaksi meledakku, aku merenggut menjauh, terengah-engah. Gideon mengikutiku, mengendus sisi wajahku, bibirnya menyapu telingaku. Dia terengahengah juga, dan suara es di gelasnya berdenting terhadap kaca melayang di indraku yang terbakar.
50
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku harus berada di dalammu, Eva," bisiknya kasar. "Aku nyeri untukmu." Tatapanku jatuh ke minuman di atas meja, pikiranku berputar-putar di kepalaku, sebuah tayangan kacau dan ingatan dan kebingungan. "Bagaimana kau tahu?" Lidahnya menelusuri daun telingaku dan aku menggigil. Rasanya seperti setiap sel dalam tubuhku menegang ke arahnya. Melawannya membutuhkan jumlah energy yang tidak mungkin, membuatku draining me dan membuat saya merasa letih. "Tahu apa?" Tanyanya. "Apa yang aku ingin minum? Siapa nama Cary? " Dia menarik napas dalam-dalam, dan kemudian menarik diri. Mengatur minumannya ke bawah, ia bergeser di sofa dan menarik lutut ke atas bantal diantara kami sehingga ia menghadapiku secara langsung. Lengannya sekali lagi menutupi bagian belakang sofa, ujung jarinya menggambar lingkaran pada kurva bahuku. "Kau mengunjungi klub lain milikku sebelumnya. Kartu kreditmu muncul dan minumanmu dicatat. Dan Cary Taylor terdaftar di perjanjian sewa untuk apartemenmu. " Ruangan berputar. Tidak mungkin ... ponselku. Kartu kreditku. Apartemen sialan ku. Aku tidak bisa bernapas. Antara ibuku dan Gideon, aku merasa sesak. "Eva. Tuhan. Kau putih seperti hantu. "Dia mendorong gelas ke tanganku. "Minumlah." Itu adalah Stoli dan cranberry. Aku menyambarnya, menguras habis isi gelas tersebut. Perutku melilit sejenak, kemudian menetap. "Kamu memiliki bangunan tempatku tinggal!" Aku terkesiap. "Anehnya ya." Dia pindah untuk duduk di atas meja, menghadapiku, kakinya di kedua sisi tubuhku. Dia mengambil gelas dan menyingkirkannya, kemudian menghangatkan tangan dinginku dengan tangannya. "Apakah kau gila, Gideon?" Mulutnya menipis. "Apakah itu pertanyaan serius?" "Ya. Ibuku menguntitku juga, dan dia melihat psikiater. Apakah kau memiliki psikiater? " "Tidak saat ini, tapi kau membuatku cukup gila untuk membuat hal itu kemungkinan untuk dilakukan." "Jadi perilaku ini tidak normal bagimu?" Hatiku berdebar-debar. Aku bisa mendengar darah mengalir deras melewati gendang telingaku. "Atau itu normal bagimu?" Dia mendorong sebuah tangan melalui rambutnya, memulihkan kerapian helai rambut yang aku acak-acak ketika kami telah berciuman. "Aku mengakses informasimu yang dibuat secara sukarela yang tersedia untukku."
51
www.read-blogger.nlogspot.com
"Bukan untukmu! Bukan untuk hal yang kau gunakan! Itu melanggar semacam hukum privasi.” Aku menatapnya, lebih bingung dari sebelumnya. "Mengapa kau melakukan itu?" Dia masih memiliki grace untuk setidaknya terlihat tidak puas. "Supaya aku bisa memahamimu, sialan." "Kenapa kau tidak bertanya padaku, Gideon? Apakah itu begitu sulit bagi orang untuk melakukannya saat ini? " "Iya jika denganmu." Dia meraih minumannya dari meja dan melemparkan kembali hampir semuanya. "Aku tidak bisa membuatmu sendirian selama lebih dari beberapa menit pada setiap saat." "Karena satu-satunya hal yang ingin kau bicarakan adalah apa yang harus kau lakukan agar bisa berhubungan seks!" "Tuhan, Eva," desisnya, meremas tanganku. "Pelankan suaramu!" Aku mengamatinya, mengambil setiap garis dan bidang wajahnya. Sayangnya, mengkatalogkan setiap detil tidak mengurangi kekagumanku bahkan sedikitpun. Aku mulai curiga aku tidak akan pernah bisa menghilangkan keterpesonaanku oleh penampilannya. Dan aku tidak sendiri, aku melihat bagaimana perempuan lain bereaksi di sekelilingnya. Dan dia benar-benar kaya, yang membuat bahkan pria tua, botak, dan berperut buncit terlihat menarik. Tidak heran itu ia gunakan untuk menjentikkan jari-jarinya dan mencetak orgasme. Tatapannya melesat di wajahku. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" "Aku sedang berpikir." "Mengenai apa?" Rahangnya mengeras. "Dan aku memperingatkanmu, jika kau mengatakan sesuatu tentang lubang, diakui, atau emisi mani, aku tidak akan bertanggung jawab atas perbuatanku." Itu hampir membuatku tersenyum. "Aku ingin memahami beberapa hal, karena aku pikir ada kemungkinan aku tidak memberikanmu kredit yang cukup." "Aku juga ingin memahami beberapa hal sendiri," gerutunya. "Aku menebak 'aku ingin bercinta denganmu' merupakan pendekatan yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi untukmu." Wajah Gideon berubah menjadi ketenangan tak terbaca. "Aku tidak akan menyentuh yang satu itu, Eva."
52
www.read-blogger.nlogspot.com
"Oke. Kau ingin mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk membawaku ke tempat tidur. Apakah itu sebabnya kau di sini di klub ini sekarang? Karena aku? Dan jangan mengatakan apa yang kau pikir aku ingin dengar. " Tatapannya jelas dan mantap. "Aku di sini untukmu, ya. aku mengatur itu. " Tiba-tiba kostum penjaja jalanan yang dikenakan menjadi masuk akal. Kami telah dipaksa oleh seseorang yang digaji Cross Industries. "Apakah kau yakin bahwa membawamu kesini akan membuatmu bisa mendapatkan seks?" Mulutnya berkedut dengan geli yang ditekan. "Selalu ada harapan, tapi aku mengira ini memang akan membutuhkan lebih dari suatu kesempatan pertemuan minum-minum." "Kau benar. Jadi mengapa melakukannya? Mengapa tidak menunggu sampai makan siang Senin nanti? " "Karena kau keluar untuk mencari kencan. Aku tidak bisa melakukan apa-apa tentang BOB, tapi aku bisa menghentikanmu dari memilih beberapa bajingan di sebuah bar. Kau ingin mencetak skor, Eva, aku di sini. " "Aku tidak mencari kencan. Aku membakar ketegangan setelah seharian stres. " "Kau bukan satu-satunya." Dia meraba salah satu anting-anting perakku. "Jadi kau minum dan menari saat kau sedang tegang. Aku menyelesaikan masalah yang membuatku tegang sebelumnya. " Suaranya sudah melunak, dan mengaduk kerinduan yang mengkhawatirkan dalam diriku. "Apakah itu aku? Sebuah masalah?” " Tentu saja. "Tapi ada sedikit senyum di bibirnya. Aku tahu itu banyak daya tarik baginya. Gideon Cross tidak akan ada di mana ia berada sekarang, pada usia muda, jika ia mengambil "tidak" dengan anggun. "Apa definisimu tentang kencan?" Sebuah kerutan tergores di ruang antara alisnya. "Waktu sosial Panjang dihabiskan dengan seorang wanita selama kita tidak aktif bercinta." "Tidakkah kau menikmati ditemani wanita?" Kerutan berubah menjadi cemberut. "Tentu, asalkan tidak ada harapan berlebihan atau tuntutan yang berlebihan dari waktuku. Aku telah menemukan cara terbaik untuk menghindari mereka adalah untuk memiliki hubungan seksual yang saling eksklusif dan
53
www.read-blogger.nlogspot.com
persahabatan." Ungkapan "harapan berlebihan" itu lagi. Jelas, itu adalah titik licin dengan dirinya. "Jadi, Anda memiliki teman wanita?" "Tentu saja." Kakinya dikencangkan dikakiku, menahanku. "Ke mana kau pergi dengan ini?" "Kau memisahkan seks dari sisa hidupmu. Kau memisahkannya dari persahabatan, kerja ... semuanya." "Aku punya alasan yang baik untuk melakukan itu." "Aku yakin kau memang punya alasan. Oke, ini pikiranku." Sulit berkonsentrasi ketika aku begitu dekat dengan Gideon. "Aku sudah bilang aku tidak ingin berpacaran dan memang iya. Pekerjaanku adalah prioritas nomor satu dan kehidupan pribadiku-Sebagai wanita lajang adalah yang kedua. Aku tidak ingin mengorbankan waktu apapun untuk berpacaran dan benar-benar tidak cukup ruang tersisa untuk memasukkan sesuatu supaya tetap seimbang. " “Aku setuju denganmu." "Tapi aku suka seks." "Baik. Lakukan denganku. Senyumannya sebuah undangan erotis. Aku mendorong bahunya. "Aku butuh hubungan pribadi dengan laki-laki yang aku tiduri. Itu tidak harus intens atau mendalam, namun seks perlu lebih dari sekedar transaksi tak beremosi bagiku. " "Kenapa?" Aku tahu dia tidak bersikap kurang ajar. Seaneh apapun percakapan ini baginya, Gideon menganggapnya serius. "Sebut saja salah satu dari kebiasaanku, dan aku tidak mengatakan bahwa ini sepele. Ini membuatku kesal merasa digunakan untuk seks. Saya merasa tidak dihargai." "Tak bisakah kau melihatnya sebagai kau memakaiku untuk seks?" "Tidak denganmu." Dia terlalu kuat, terlalu menuntut. Secercah harapan predator berkerlip berkilau di matanya saat aku memamerkan kelemahanku untuknya.
54
www.read-blogger.nlogspot.com
"Selain itu," aku melanjutkan dengan cepat, "itu semantik. Aku perlu pertukaran yang sama dalam hubungan seksualku. Atau berada lebih di atas. " "Oke." "Oke? Kau mengatakan itu benar-benar cepat mengingat aku bilang aku perlu untuk menggabungkan dua hal yang kau begitu keras hindari bersama-sama. " "Aku tidak nyaman dengan itu dan aku tidak mengklaim untuk memahaminya, tapi aku mendengarmu-itu sebuah masalah. Beritahu aku bagaimana untuk bisa memahami itu. " Napasku meninggalkanku dengan terburu-buru. Aku tidak menduga itu. Dia adalah seorang pria yang ingin tidak ada komplikasi dengan seks dan aku adalah seorang wanita yang menemukan seks rumit, tapi ia tidak menyerah. Belum. "Kita harus bersikap ramah, Gideon. Tidak jadi sahabat baik atau orang kepercayaan, tapi dua orang yang tahu lebih banyak tentang satu sama lain daripada anatomi mereka. Bagiku, itu berarti kita harus menghabiskan waktu bersama-sama ketika kita sedang tidak aktif bercinta. Dan aku takut kita harus menghabiskan waktu ketika kita tidak aktif bercinta di tempat di mana kita dipaksa untuk menahan diri. " "Bukankah itu yang kita lakukan sekarang?" "Ya. Dan lihat, itulah yang aku maksud. Aku tidak memberi Anda cukup kredit untuk itu. Anda harus sudah melakukannya dengan cara yang kurang menyeramkan "-aku menutupi bibirnya dengan jari-jariku ketika ia mencoba untuk memotongku-" tapi aku mengakui kau tidak mencoba untuk mengatur waktu untuk berbicara dan aku tidak begitu membantu. " Dia menggigit jariku dengan giginya, membuatku tersedak dan menarik tanganku. "Hei. Untuk apa itu?" Dia mengangkat tanganku yang tergigit ke mulutnya dan mencium yang sakit, lidahnya melesat keluar untuk menenangkannya. Dan merangsang Dalam pembelaan diri, aku menarik tanganku kembali ke pangkuanku. Aku masih tidak benar-benar yakin bahwa kami akan berhasil. "Asal kau tahu tidak ada harapan berlebihan-ketika kau dan aku menghabiskan waktu bersama-sama tidak aktif bercinta, aku tidak akan berpikir itu kencan. Baiklah? " "Itu telah mencakup semuanya." Gideon tersenyum dan keputusanku untuk bisa bersamanya telah tetap untukku. Senyumnya seperti kilat dalam kegelapan, menyilaukan dan indah dan misterius, dan saya ingin dia begitu buruk itu menyakitkan secara fisik. Tangannya meluncur ke bawah untuk menangkup belakang pahaku. Meremas lembut, dia menarikku hanya sedikit lebih dekat. Ujung gaun halter pendek hitamku menyelinap hampir naik tinggi dengan tidak sopan dan tatapannya tertuju pada daerah kulit yang dia buka.
55
www.read-blogger.nlogspot.com
Lidahnya membasahi bibirnya dalam tindakan begitu nakal dan sugestif aku hampir bisa merasakan belaiannya pada kulitku. Suara Duffy mulai memohon ampun, suaranya melayang dari lantai dansa di bawah. Sebuah nyeri yang tidak diinginkan mengembang di dadaku dan aku mengusap itu. Aku sudah merasa cukup, tapi aku mendengar diriku berkata, "Aku butuh minum lagi." Daftar Istilah 1. Kiss and Tell (Cium dan bilang-bilang), ungkapan ini sering digunakan seseorang yang telah berhubungan intim atau seksual dengan seseorang tapi tidak mau menceritakan detail insidennya pada orang lain. 2. B. O. B. (Battery Operated Boyfriends), atau pacar yang dioperasikan dengan baterai, adalah vibrator.Tahukan gunanya buat apa? ?
56
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 5
Aku mabuk berat pada Sabtu pagi dan menganggap itu memang pantas aku dapatkan. Sama seperti aku membenci Gideon yang bersikeras untuk menegosiasikan seks yang penuh semangat seperti dia akan melakukan merger, pada akhirnya aku menegosiasikan dalam bentuk lain. Karena aku menginginkan dia dengan mengambil risiko yang sudah kuperhitungkan yang melanggar peraturanku sendiri. Aku merasa tenang karena tahu dia juga melanggar peraturannya sendiri. Setelah beberapa lama, mandi air panas, aku keluar menuju ruang tamu dan menemukan Cary di sofa dengan netbook-nya, terlihat segar dan waspada. Mencium aroma kopi di dapur, aku menuju ke sana dan mengisi ke mug besar yang bisa kutemukan. "Pagi, Cantik," sapa Cary. Aku sangat membutuhkan banyak kafein, dengan membungkus mug diantara kedua telapak tangan, aku bergabung dengannya di sofa. Dia menunjuk sebuah kotak di ujung meja. "Ada kiriman untukmu saat kau berada di kamar mandi." Aku meletakkan mug-ku di meja kopi dan mengambil kotaknya. Dibungkus dengan kertas cokelat yang melingkar, dan ada namaku ditulis tangan secara diagonal di bagian atas dengan hiasan kaligrafi yang dekoratif. Di dalamnya ada botol kaca kuning tua dengan tulisan Hangover Cure (menyembuhkan sakit kepala, mual akibat minum alkohol terlalu banyak), tercetak diatasnya dengan font kuno warna putih dan sebuah catatan diikat dengan rafia dileher botol yang mengatakan, "Minumlah aku." kartu nama Gideon yang terletak di atas bantalan kertas tisu. Ketika aku mengamati pemberian itu, aku menemukan itu sangat tepat. Sejak bertemu Gideon aku merasa seperti jatuh ke lubang kelinci menuju dunia yang mempesonakan dan menggairahkan di mana beberapa aturan yang diketahui sudah diterapkan. Aku berada di wilayah yang belum terjamah diantara gairah dan rasa takut. Aku melirik Cary, yang mengamati botol dengan ragu. "Cheers." Aku membuka gabus penutupnya dan minum isinya tanpa berpikir dua kali tentang hal itu. Rasanya seperti sirup manis obat batuk. Perutku gemetar seperti merasa tidak suka untuk sesaat, lalu memanas. Aku menyeka mulutku dengan punggung tanganku dan menutup gabus kembali ke botol kosong itu. "Bagaimana rasanya?" Tanya Cary. "Mulai memanas, Rasanya seperti dikelitik bulu anjing." Hidungnya mengkerut. "Efektif tapi rasanya tidak menyenangkan."
57
www.read-blogger.nlogspot.com
Dan itu bekerja. Aku sudah merasa sedikit lebih enakan. Cary mengambil kotaknya dan mengeluarkan kartu nama Gideon. Ia membaliknya, kemudian mengulurkannya padaku. Di bagian belakang Gideon menulis, "Telepon aku." dengan huruf tebal, tulisan tangan miring yang indah dan menuliskan nomornya. Aku mengambil kartu nama itu, kupegangi kartunya. Hadiahnya adalah bukti bahwa dia memikirkan aku. Keuletannya dan fokusnya sungguh menggoda. Juga menyanjung. Ada yang tak bisa kupungkiri, aku dalam kesulitan dengan keprihatinan Gideon. Aku menginginkan dia seperti aku merasakan ketika ia menyentuhku, dan aku menyukai cara dia merespon saat aku membalas sentuhannya. Ketika aku mencoba untuk memikirkan yang tidak aku setujui yaitu apa yang dilakukan tangannya pada diriku lagi, aku tak bisa merasa puas sekali. Saat Cary mengulurkan teleponnya padaku, aku menggelengkan kepala. "Belum saatnya. Aku butuh pikiran yang jernih ketika berhadapan dengan dia dan aku masih kabur." "Kalian berdua tampak nyaman tadi malam. Dia pasti suka kamu." "Aku benar-benar suka padanya." Bergelung di sudut sofa, aku menempelkan pipiku ke bantal dan memeluk kaki ke dadaku. "Kami akan hang out, supaya bisa saling mengenal, yang kasual, hanya berhubungan seks fisik yang intens, dan sebaliknya benar-benar independen. Tak ada ikatan, tak ada harapan, tak ada tanggung jawab." Cary menekan tombol pada netbook dan printer sisi lain ruangan ini, halaman kertasnya mulai keluar. Lalu ia menutup layar komputer, meletakkannya di meja kopi, dan memberiku perhatian penuh. "Mungkin itu akan berubah menjadi sesuatu yang lebih serius." "Mungkin tidak," aku mencibir. "Sinis." "Aku tidak mencari kebahagiaan selamanya, Cary, terutama tidak dengan konglomerat besar seperti Cross. Aku sudah melihat seperti apa rasanya bagi ibuku menjadi terhubung pada pria yang berkuasa. Ini seperti pekerjaan membutuhkan waktu yang penuh dengan seorang pendamping part time. Uang membuat Ibuku bahagia, tapi itu tidak akan cukup bagiku." Ayahku sangat mencintai ibuku. Dia memintanya untuk menikah dengannya dan berbagi hidup dengannya. Dia menolaknya karena ia tidak memiliki portofolio besar dan kuat serta rekening bank yang cukup besar yang dia diperlukan dari seorang suami. Cinta bukanlah satu syarat untuk menikah menurut pendapat Monica Stanton dan karena mata sensualnya, desah suaranya yang indah sangat menarik bagi kebanyakan pria, dia tidak pernah puas karena merasa kekurangan apa-apa yang diinginkannya. Sayangnya dia tidak menginginkan ayahku untuk jangka panjang. Melirik jam, aku melihat sepuluh lewat tiga puluh. "Kurasa aku harus bersiap-siap." "Aku suka spa-day dengan ibumu." Cary tersenyum dan mengusir bayangan yang melekat pada suasana hatiku untuk menjauh. "Aku merasa seperti dewa setelah kita selesai spa."
58
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku juga. Dari dewi penggoda." Kami sangat bersemangat untuk pergi, kami turun untuk menunggu mobil dibawah daripada menunggu resepsionis menelepon keatas. Penjaga Pintu tersenyum saat kami melangkah keluar, aku memakai sandal hak dan maxi dress, dan Cary dengan jins model hip-hugging dan T-shirt lengan panjang. "Selamat pagi, Miss Tramell. Mr. Taylor. Apakah Anda perlu taksi hari ini?" "Tidak, terima kasih, Paul. Kami dijemput mobil." Cary menyeringai. "Ini saatnya spa-day di Perrini!" "Ah, Spa-Day di Perrini itu." Paul mengangguk dengan bijak. "Aku membelikan istriku hadiah voucher untuk ulang tahun pernikahan kami. Dia begitu menikmatinya, aku berencana untuk membuat itu menjadi tradisi." "Kau melakukan hal yang benar, Paul," kataku. "Memanjakan seorang wanita tidak akan pernah ketinggalan zaman." Sebuah mobil black town berhenti dengan Clancy di belakang kemudi. Paul membuka pintu belakang untuk kami dan kami naik masuk mobil, kami menjerit saat menemukan sebuah kotak Chocopologie buatan Knipschildt di kursi. Melambai pada Paul, kami duduk kembali dan mengambil camilan kecil dari truffle yang layak dinikmati perlahan-lahan. Clancy mengantar kami langsung ke tempat Perrini, dimana relaksasi sudah dimulai saat berjalan masuk melalui pintu. Melintasi ambang pintu itu seperti melakukan liburan di sisi yang jauh dari dunia. Setiap pintu lengkung dibingkai oleh sutra cerah bergaris tampak mewah, sementara bantal berhias permata didekorasikan ke kursi malas yang elegan dan kursi berlengan yang berukuran besar. Burung berkicau dari sangkar berlapis emas digantung dan tanaman pot memenuhi setiap sudut dengan daun yang rimbun. Air mancur hias kecil ditambahkan suara air mengalir, sedangkan musik petikan senar instrumental menggema diseluruh ruangan melalui speaker tersembunyi, sangat cerdik. Udara diwarnai dengan campuran rempah-rempah yang eksotis dan wewangian, membuat aku seperti merasa melangkah ke Arabian Nights. Inilah - mendekati untuk menjadi berlebihan, tapi tidak melewati batas. Sebaliknya, tempat Perrini adalah eksotik dan mewah, memperlakukan dengan memanjakan bagi mereka yang mampu. Seperti ibuku, yang baru saja selesai mandi susu dan madu saat kami tiba. Aku membaca menu perawatan yang tersedia, memutuskan untuk melewati yang biasa aku lakukan "warrior woman" dan lebih memilih "memanjakan gairah." Aku sudah wax seminggu sebelumnya, tapi perawatan yang disebut "dirancang untuk membuatmu secara seksual menjadi sangat menarik"- terdengar seperti persis apa yang aku butuhkan. Aku akhirnya berhasil mendapatkan pikiranku kembali ke zona aman untuk berpikir saat Cary bicara dari kursi pedicure di sampingku.
59
www.read-blogger.nlogspot.com
"Mrs. Stanton, apa anda sudah bertemu Gideon Cross?" Aku menganga padanya. Dia tahu betul ibuku akan gila atas semua berita tentang asmara dan yang bukan asmaraku, sebagaimana halnya mungkin tentang hubunganku. Ibuku, yang duduk di sebelah lain kursiku, mencondongkan tubuh ke depan dengan kegembiraannya kekanak-kanakan yang biasa dia lakukan pada seorang pria kaya tampan. "Tentu saja. Dia salah satu dari pria terkaya di dunia. Nomor dua puluh lima atau lebih dalam daftar Forbes, jika aku mengingat dengan benar. Seorang pemuda yang jelas sangat menarik, dan seorang donatur yang murah hati dengan banyak amal untuk anak-anak, aku menyukainya. Sangat layak, tentu saja, tapi aku tidak percaya kalau dia gay, Cary. Dia punya reputasi seperti playboy." "Kekalahanku." Cary menyeringai dan mengabaikan gelengan kepalaku. "Tapi itu akan siasia kalau aku naksir, karena dia sudah menyukai Eva." "Eva! Aku tidak percaya kau tidak mengatakan apa-apa. Bagaimana bisa kau tidak menceritakan sesuatu seperti itu?" Aku menatap ibuku, wajah mudanya terlihat sedang di scrub, tanpa keriput, yang sangat mirip dengan wajahku. Aku sangat jelas putri ibuku, sampai ke namaku. Satu-satunya konsesi yang dia diberikan untuk ayahku adalah memberi nama padaku sama dengan nama ibunya. "Tak ada yang perlu diceritakan," aku bersikeras. "Kami hanya ... berteman." "Kita bisa melakukan lebih baik dari itu," kata Monica, dengan tampilan penuh perhitungan yang menyerang ketakutan di hatiku. "Aku tak tahu bagaimana bisa lewat dari perhatianku bahwa kau bekerja di gedung yang sama dengan dia. Aku yakin ia naksir saat melihatmu. Meskipun dia dikenal lebih memilih rambut cokelat ... Hmm ... Lagipula. Dia juga terkenal atas seleranya yang sangat baik. Jelas yang terakhir ini kamu yang menang." "Ini tidak seperti itu. Tolong jangan mulai ikut campur. Kau akan mempermalukan aku." "Omong kosong. Jika ada yang tahu apa yang harus dilakukan dengan seorang pria, itu adalah aku." Aku meringis, sakit dibahuku seakan merayap sampai ke telingaku. Di saat pemijatku berjanji akan datang, satu-satunya yang sangat aku butuhkan. Aku berbaring di atas meja dan memejamkan mataku, tidur sebentar untuk persiapan nanti malam yang panjang. Aku suka berdandan supaya terlihat cantik sama seperti gadis lainnya, tapi pesta amal, banyak yang harus dilakukan. Berbasa-basi yang melelahkan, tersenyum tanpa henti sampai terasa sakit, dan pembicaraan tentang bisnis dengan orang yang tidak aku kenal terasa membosankan. Jika bukan karena untuk kepentingan Cary dari the exposure, aku akan melakukan penolakan yang lebih kuat untuk pergi kesana. Aku menghela napas. Siapa yang aku bodohi? Aku akhirnya juga akan tetap berangkat. Ibuku dan Stanton mendukung yayasan pelecehan terhadap anak-anak karena penting bagi mereka untuk diriku. Pergi ke acara pengap sesekali adalah harga kecil yang harus dibayar untuk balasannya.
60
www.read-blogger.nlogspot.com
Mengambil napas dalam-dalam, aku sengaja rileks. Aku mencatat dalam hati untuk menelepon ayahku saat aku sampai di rumah dan berpikir tentang bagaimana untuk mengirim ucapan terima kasih pada Gideon untuk hangover cure-nya. Aku seharusnya bisa e-mail ke dia menggunakan kontak informasi pada kartu namanya, tapi kurang berkelas. Selain itu, aku tak tahu siapa yang membaca inbox-nya. Aku langsung menelepon dia begitu sampai di rumah. Mengapa tidak? Ia akan bertanya tidak, ceritakan - padaku, dia menulis permintaan pada kartu namanya. Dan aku bisa mendengar suara merdunya lagi. Pintu terbuka dan tukang pijat masuk. "Halo, Eva. kau sudah siap?" Tidak terlalu. Tapi aku akan sampai ke sana. **** Setelah beberapa jam menyenangkan di spa, ibuku dan Cary menurunkan aku di apartemen, kemudian mereka pergi lagi untuk berburu manset baru untuk Stanton. Aku menggunakan waktu sendiriku untuk menelepon Gideon. Lebih-lebih aku sangat membutuhkan privasi, aku menekan beberapa angka nomor teleponnya di keypad berkali-kali sebelum akhirnya aku bisa masuk ke panggilan. Dia menjawab pada dering pertama. "Eva." Terkejut karena ia sudah tahu siapa yang menelepon, pikiranku bertarung sejenak. Bagaimana dia punya namaku dan nomor dalam daftar kontaknya? "Uh ... hi, Gideon." "Aku berada satu blok jauhnya dari tempatmu. Biarkan resepsionis tahu aku akan datang." "Apa?" Aku merasa seperti telah melewatkan bagian dari percakapan. "Datang kemana?" "Ke tempatmu. Aku sedang memutar ke ujung jalan sekarang. Telepon resepsionis, Eva." Dia menutup telepon dan aku menatap telepon, mencoba untuk menyerap fakta bahwa saat ini Gideon berada tidak jauh dariku lagi. Agak bingung, aku berjalan mendekati interkom dan berbicara dengan resepsionis, membiarkan mereka tahu aku sedang menunggu kedatangannya dan sementara aku sedang berbicara, dia sedang berjalan ke lobi. Beberapa saat kemudian, ia sudah berada di depan pintuku. Pada saat itulah aku ingat, aku hanya mengenakan jubah sutra yang panjangnya sepaha, dan wajah dan rambutku sudah ditata untuk acara makan malam. Apa kesan yang dia dapatkan dari penampilanku? Aku mengencangkan sabuk jubahku sebelum aku membiarkan dia masuk Ini tidak seperti aku mengundangnya untuk merayunya atau apapun.
61
www.read-blogger.nlogspot.com
Gideon berdiri di lorong untuk beberapa saat, tatapannya menyapuku dari kepala sampai jari kakiku yang sudah dimanikur ala Perancis. Aku juga sama tertegun dengan penampilannya. Da mengenakan celana jeans usang dan T-shirt membuatku ingin menanggalkan pakaiannya dengan gigiku. "Tidak percuma perjalanan ini saat melihat kau seperti ini, Eva." Dia melangkah masuk ke dalam dan mengunci pintu di belakangnya. "Bagaimana perasaanmu?" "Baik. Terima kasih atas kirimanmu. Terima kasih" Perutku bergetar karena dia ada di sini, bersamaku, yang membuatku merasa hampir ... limbung. "Itu tidak bisa menjadi alasan mengapa kau datang kesini." "Aku di sini karena kau terlalu lama untuk meneleponku." "Aku tidak menyadari kalau aku memiliki batas waktu." "Aku ingin menanyakan sesuatu yang mendesak, namun lebih dari itu, aku ingin tahu apakah kau merasa baik-baik saja setelah tadi malam." Matanya gelap saat menatapku, wajah mempesonanya itu dibingkai oleh rambut warna hitam pekat seperti tirai yang mewah. "Ya Tuhan. Kau tampak cantik, Eva. Aku tak pernah ingat menginginkan seseorang seperti ini." Dengan hanya kata-kata sederhana aku menjadi panas dan bergairah. Jadi terlalu rentan. "Apa yang memmbuatmu begitu mendesak?" "Pergi denganku untuk makan malam pusat advokasi malam ini." Aku mundur kebelakang, terkejut dan gembira oleh permintaannya. "Kau akan pergi?" "Begitu juga kau. Aku memeriksa, mengetahui ibumu akan berada di sana. Ayo kita pergi bersama." Tanganku memegang tenggorokanku, pikiranku terpecah antara berapa banyak keanehan yang ia tahu tentang aku dan kepedulian atas apa yang ia katakan padaku untuk pergi dengannya. "Bukan itu apa yang kumaksud saat aku mengatakan kita harus menghabiskan waktu bersama-sama." "Mengapa tidak?" Pertanyaan sederhana bercampur dengan tantangan. "Apa masalahnya dengan pergi bersama-sama ke acara yang sudah kita rencanakan akan hadir secara terpisah?" "Ini tidak terlalu hati-hati. Ini adalah acara kaum kelas atas." "Jadi?" Gideon melangkah mendekat dan menyentuh rambut ikalku. Suaranya mendengung berbahaya yang mengirimkan getaran melalui diriku. Aku bisa merasakan kehangatannya yang luar biasa, tubuh keras dan mencium aroma yang kaya akan kulit maskulinnya. Aku jatuh di bawah mantranya, lebih dalam di setiap menit yang sudah berlalu.
62
www.read-blogger.nlogspot.com
"Orang-orang akan membuat asumsi, khususnya ibuku. Dia sudah mencium aroma darah bujanganmu dari dalam air." Menurunkan kepalanya, Gideon menekan bibirnya ke pangkal leherku. "Aku tidak peduli apa yang dipikirkan orang. Kita tahu apa yang kita lakukan. Dan aku akan berurusan dengan ibumu." "Andai saja kau pikir kau akan bisa," kataku terengah-engah, "kau tak tahu dia dengan baik." "Aku akan menjemputmu pukul tujuh." Lidahnya menelusuri denyut nadiku yang liar di tenggorokanku dan aku meleleh ke dalam dirinya, tubuhku melemah saat ia menarikku mendekat. Namun, aku berhasil mengatakan, "Aku belum bilang ya." "Tapi kau tidak akan mengatakan tidak." Dia menangkap telingaku diantara giginya. "Aku tak akan membiarkanmu." Aku membuka mulut untuk protes dan ia menutup dengan bibirnya di atas bibirku, menutupku dengan ciuman basah yang bergairah. Lidahnya melakukan itu dengan lambat, menikmati lidahnya membuatku hingga mendambakan untuk merasakan dia melakukan hal yang sama di antara kedua kakiku. Tanganku meraih rambutnya, menggeser diantaranya, sambil menariknya. Ketika dia membungkus lengannya di sekelilingku, aku terangkat, melengkung di tangannya. Sama seperti di kantornya, ia mengangkatku ke sofa sebelum aku menyadari ia bergerak kepadaku, mulutnya menelan keterkejutanku yang melenguh. Jubah memberi jalan jari terampilnya, kemudian ia menghisap payudaraku, meremas mereka dengan lembut, meremas mengikuti irama. "Gideon-" "Shh." Dia mengisap bibir bawahku, jari-jarinya berputar dan menarik-narik puting lembutku. "Ini membuatku gila mengetahui kau telanjang di balik jubahmu." "Kau datang tanpa... Oh! Oh, Ya Tuhan ..." Mulutnya mengelilingi ujung payudaraku, menghilangkan panas dari keringat di kulitku menjadi uap. Tatapanku meluncur panik ke jam diatas box kabel. "Gideon, tidak." Kepalanya terangkat dan ia menatapku dengan mata biru penuh badai. "Ini gila, aku tahu. Aku tidak ... Aku tidak bisa menjelaskannya, Eva, tapi aku harus membuatmu datang. Aku sudah berpikir tentang ini terus-menerus pada hari ini." Salah satu tangannya mendorong antara kedua kakiku. Mereka turun membuka tanpa malumalu, tubuhku jadi terangsang, aku memerah dan hampir meriang. Tangan lainnya meneruskan ke payudaraku, membuatnya bertambah keras dan sensitif tak tertahankan.
63
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau basah untukku," gumamnya, tatapannya bergeser kebawah tubuhku ketempat ia memisahkan bagian tubuhku yang sensitif dengan jarinya. "Kau juga cantik di sini. Indah dan merah muda. Begitu lembut. Kau tidak wax hari ini, kan?" Aku menggeleng. "Terima kasih Tuhan. Kupikir aku tak akan tahan sepuluh menit tanpa menyentuhmu, apalagi sepuluh jam." Satu jarinya meluncur dengan hati-hati ke dalam diriku. Mataku tertutup terhadap kerentanan tak tertahankan karena telantang telanjang yang diusap oleh seorang pria yang akrab dengan aturan waxing Brasil mengkhianati pengetahuan yang mendalam tentang wanita. Seorang pria yang masih berpakaian lengkap dan berlutut di lantai di sampingku. "Kau begitu sempit." Gideon menarik keluar dan mendorong dengan lembut kembali ke dalam diriku. Pantatku melengkung saat aku menegang dengan tak sabar pada dirinya. "Dan begitu serakah. Berapa lama sejak terakhir kali kau berhubungan seks?" Aku menelan ludah. "Aku sibuk. Membuat tesis, mencari pekerjaan, pindah ..." "Berarti cukup lama" Dia menarik keluar dan mendorong kembali kedalam diriku dengan dua jarinya. Aku tak bisa menahan erangan gembira. Pria itu memiliki tangan yang berbakat, percaya diri dan terampil, dan ia mengambil apa yang ia inginkan dengan tangannya ini. "Apakah kau KB, Eva?" "Ya." Tanganku mencengkeram tepi bantal. "Tentu saja." "Aku akan membuktikan kalau aku bersih dan kau akan melakukan hal yang sama, setelah itu kau akan membiarkanku datang kedalam dirimu." "Ya Tuhan, Gideon." Aku terengah-engah padanya, pinggulku berputar-putar tanpa malumalu ke dorongan jari-jarinya. Aku merasa seperti spontan akan terbakar jika dia tidak memberikan aku orgasme. Aku belum pernah begitu terangsang dalam hidupku seperti saat ini. Aku nyaris kehilangan akal dengan kebutuhanku untuk mencapai orgasme. Jika Cary masuk saat ini dan menemukan aku menggeliat di ruang tamu kami sementara jari Gideon masuk kedalam diriku, kurasa aku tak akan peduli. Gideon terengah-engah, juga. Mukanya memerah dengan gairah. Untukku. Sementara aku tidak melakukan apa-apa lagi kecuali merespon tanpa daya padanya. Tangannya di payudaraku pindah ke pipiku dan mengelus di atasnya. "Kau memerah. Aku sudah mempermalukanmu." "Ya." Senyumnya diantara nakal dan senang, dan itu membuat dadaku menjadi sesak. "Aku ingin merasakan cairanku di dalam dirimu saat aku memasuki dirimu dengan jari-jariku. Aku ingin
64
www.read-blogger.nlogspot.com
kamu merasakan cairanku di dalam dirimu, hingga kau berpikir tentang bagaimana aku terlihat dan suara yang aku buat ketika aku mendorong ke dalam dirimu. Dan sementara kau berpikir tentang itu, kau akan menungguku melakukannya lagi dan lagi." Di dalam diriku berdesir di antara elusan jari-jarinya, kata-katanya mendorongku ke jurang orgasme. "Aku akan memberitahumu semua hal, aku ingin kau untuk menyenangkan aku, Eva, dan kau akan melakukan itu semua ... mengambil semuanya, dan kita akan memiliki seks yang eksplosif, primitif dan tanpa batas. Kau tahu itu, kan? Kau dapat merasakan bagaimana itu akan terjadi diantara kita." "Ya," desisku, meremas payudaraku untuk mengurangi rasa sakit yang mendalam dari putingku yang mengeras. "Kumohon, Gideon." "Shh ... Aku mendapatkanmu." Ibu jarinya mengusap memutar clit-ku dengan lembut. "Lihatlah ke mataku saat kau datang untukku." Semuanya semakin mengetat di pusatku, membangun ketegangan sambil memijat-mijat clitku dan mendorong jari-jarinya masuk kedalam dan keluar dengan sebuah irama, stabil tidak tergesa-gesa. "Berikan itu padaku, Eva," perintahnya. "Sekarang." Aku mencapai klimaks dengan jeritan lemah, jari-jariku sampai memutih mencengkeram sisi bantal, saat pinggulku memompa ke tangannya, pikiranku jauh melampaui rasa malu atau memalukan. Tatapanku terkunci padanya, tak mampu berpaling, terpaku oleh kemenangan gairah maskulin yang berkobar di matanya. Saat ini ia memiliki diriku. Aku akan melakukan apa pun yang ia inginkan. Dan dia tahu itu. Kenikmatan yang membakar, berdenyut melalui diriku. Melalui gemuruh darah di telingaku, aku pikir, aku mendengar dia bicara dengan serak, tapi aku kehilangan kata-kata saat ia mengangkat salah satu kakiku ke atas sandaran sofa dan menutupi bibir bawahku dengan mulutnya. "Jangan-" Aku mendorong kepalanya dengan tanganku. "Aku tidak bisa." Aku terlalu bengkak, terlalu sensitif. Tapi ketika lidahnya menyentuh clit-ku, menggoda di atasnya, Gairahku terbangun lagi. Lebih intens daripada yang pertama kalinya. Dia berputarputar di celahku yang bergetar, menggodaku, mengejekku dengan janji orgasme lain saat aku tahu, aku tidak bisa orgasme lagi begitu cepat. Kemudian lidahnya menusuk ke dalam diriku dan aku menggigit bibirku untuk menahan jeritanku. Aku datang untuk kedua kalinya, tubuhku bergetar keras, otot-otot lembut mengetat putus asa sekitar jilatannya yang dekaden. Erangannya bergetar melaluiku. Aku tak punya kekuatan untuk mendorong dia pergi saat dia kembali ke clit-ku dan mengisap lembut ... tanpa lelah ... sampai aku mencapai klimaks lagi, terengah-engah memanggil namanya. Aku seperti tak bertulang saat ia meluruskan kakiku dan masih terengah-engah ketika ia menciumi naik dari perutku sampai payudara. Dia menjilat setiap putingku, dan kemudian
65
www.read-blogger.nlogspot.com
mengangkatku dengan tangan dibelakang punggungku. Aku bergantung lemah dan lunglai dalam genggamannya sementara ia menekan mulutku dengan keras, bibirku bengkak dan mengkhianati seberapa dekat dengan dia. Dia menutup jubahku, kemudian berdiri, menatap ke arahku. "Gideon ...?" "Jam tujuh, Eva." Dia meraih ke bawah dan menyentuh pergelangan kakiku, ujung jarinya membelai gelang berlian kaki yang kupakai untuk persiapan nanti malam. "Dan tetap pakai ini. Aku ingin menyetubuhimu saat kau tak mengenakan apapun."
66
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 6
"Hei, Dad. Aku menangkapmu." Aku menyesuaikan peganganku di gagang telepon dan menarik bangku di meja sarapan. Aku merindukan ayahku. Selama empat tahun terakhir kami tinggal cukup dekat untuk bertemu satu sama lain setidaknya sekali seminggu. Sekarang rumahnya di Oceanside sejauh negara bagian lain. "Bagaimana kabarmu?" Dia menurunkan volume televisi. "Lebih baik, sekarang setelah kau menelpon. Bagaimana minggu pertamamu di tempat kerja?" Aku menceritakan hari-hariku selama bekerja dari hari Senin sampai Jumat, melompati semua bagian tentang Gideon. "Aku sangat suka bosku, Mark," selesaiku. "Dan suasana dalam agensi sangat energik dan sedikit aneh. Aku senang saat akan bekerja setiap hari, dan aku kecewa ketika saatnya untuk pulang." "Aku berharap tetap seperti itu. Tapi kau harus memastikan kau memiliki waktu santai, juga. Pergilah, menjadi muda, bersenang-senang. Tapi bersenang-senangnya jangan terlalu banyak." "Ya, aku sedikit terlalu banyak bersenang-senang tadi malam. Cary dan aku pergi clubbing, dan aku terbangun dengan mabuk yang parah." "Sial, jangan katakan itu." Dia mengerang. "Beberapa malam lalu aku bangun dengan keringat dingin memikirkan tentangmu di New York. Aku bisa melalui itu dengan mengatakan pada diriku sendiri kau terlalu pintar untuk mengambil resiko, berkat dua orang tua yang memborkan peraturan keselamatan dalam DNAmu." "Memang benar," kataku sambil tertawa. "Itu mengingatkanku ... aku akan mulai latihan Krav Maga." "Sungguh?" Ada suatu jeda untuk berpikir sejenak. "Salah satu dari orang-orang di kepolisian sering menceritakannya. Mungkin aku akan mengeceknya dan kita dapat membandingkan catatan ketika aku datang untuk mengunjungimu." "Kau akan datang ke New York?" Aku tak bisa menyembunyikan kegembiraanku. "Oh, Dad, aku akan senang jika kau ingin datang. Sebanyak apapun kerinduanku pada SoCal (South California), Manhattan benar-benar mengagumkan. Aku pikir kau akan menyukainya." "Aku akan menyukai semua tempat di dunia selama kau berada di sana." Dia menunggu sejenak, lalu bertanya, "Bagaimana ibumu?" "Yah ... dia Mom. cantik, menarik, dan obsesif-kompulsif." Dadaku sakit dan aku mengusapnya. Aku pikir ayahku mungkin masih mencintai ibuku. Dia tidak pernah menikah. Itu salah satu alasan aku tidak pernah bercerita tentang apa yang terjadi padaku. Sebagai seorang polisi, ia akan bersikeras melayangkan tuduhan dan skandal itu akan menghancurkan ibuku. Aku juga khawatir bahwa ia akan kehilangan rasa hormat untuknya atau bahkan menyalahkan dia, dan walaupun bukan salahnya. Segera setelah dia
67
www.read-blogger.nlogspot.com
tahu apa yang anak tirinya lakukan padaku, ia meninggalkan seorang suaminya yang dia sayangi dan mengajukan gugatan cerai. Aku terus bicara, melambaikan tangan pada Cary saat ia datang bergegas masuk dengan tas biru kecil Tiffany & Co. "Kami melakukan spa seharian hari ini. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk mengakhiri minggu." Aku bisa mendengar senyum dalam suaranya ketika dia berkata, "Aku senang kalian berdua mengelola waktu untuk dihabiskan bersama-sama. Apa rencanamu untuk sisa akhir pekan?" Aku mengelak dari subjek tentang acara amal, mengetahui seluruh bisnis karpet merah dan makan malam dengan harga selangit hanya akan menyoroti kesenjangan antara kehidupan orang tuaku. "Cary dan aku akan keluar untuk makan, dan kemudian aku berencana untuk tinggal dirumah saja besok. Bangun siang, nongkrong dengan memakai piyama sepanjang hari, mungkin nonton beberapa film dan pesan makanan dari beberapa tempat. Berdiam sedikit sebelum minggu kerja baru dimulai." "Kedengarannya seperti surga bagiku. Aku bisa menirumu ketika hari liburku nanti datang." Melirik jam di dinding, aku melihat waktu merayap melewati jam enam. "Aku harus bersiapsiap sekarang. Hati-hati di tempat kerja, oke? Aku mengkhawatirkanmu juga." "Akan kulakukan. Bye, Sayang." Ucapan perpisahan akrab itu telah membuatku begitu merindukannya sampai tenggorokanku sakit menahan tangis. "Oh, tunggu! Aku akan punya ponsel baru. Aku akan mnegirimimu nomor baruku segera setelah aku memilikinya.” "Lagi? Kau baru saja punya yang baru ketika kau pindah." "Ceritanya panjang dan membosankan." "Hmm ... Jangan menundanya. Itu baik untuk keselamatan dan juga baik untuk bermain Angry Birds." "Aku sudah bosan permainan itu!" Aku tertawa dan kehangatan menyebar melalui tubuhku mendengar dia tertawa juga. "Aku akan meneleponmu dalam beberapa hari. Baik-baiklah." "Itu kalimatku." Kami menutup telepon. Aku duduk selama beberapa saat berikutnya dalam keheningan, merasa seperti segala sesuatunya benar di duniaku, yang mana tak pernah berlangsung lama. Aku merenungi itu sejenak, kemudian Cary menbunyikan Hinder di stereo kamarnya dan membuatku kembali bersemangat. Aku bergegas ke kamarku untuk bersiap-siap untuk malam dengan Gideon. *** "Dengan kalung atau tanpa kalung?" Tanyaku pada Cary, ketika ia datang ke kamarku terlihat
68
www.read-blogger.nlogspot.com
benar-benar menakjubkan. Mengenakan tuksedo Brioni barunya, ia memukau dan juga gagah, dan tentunya menarik perhatian. "Hmm." Kepalanya miring ke samping saat dia menatapku. "Angkat itu lagi." Aku mengangkat kalung emas yang ketat ke tenggorokanku. Gaun yang telah ibuku kirim berwarna merah api dan ditata untuk seorang dewi Yunani. Bergantung pada satu bahu, dipotong diagonal pada belahan dadaku, gaun model ruche sampai ke pinggul, dan kemudian terbagi di paha kanan atasku sampai sepanjang bawah kakiku. Tidak ada bagian punggung, selain dari garis ramping batu rhinestone yang menghubungkan satu sisi ke sisi lain untuk menjaga bagian depan agar tidak jatuh. Selain iu, bagian punggung telanjang hanya di atas celah pantatku dengan potongan V yang berani. "Lupakan kalung itu," katanya. "Aku condong ke arah anting panjang emas, tapi sekarang aku berpikir anting bulat berlian. Yang terbesar yang kau punya." "Apa? Benarkah?” Aku mengerutkan dahi pada refleksi kami di cermin panjangku, menonton saat ia bergerak ke kotak perhiasanku dan mengaduk-aduk isinya. "Ini." Dia membawanya kepadaku dan aku mengamati anting bulat 2 inci yang ibuku telah berikan untuk ulang tahunku kedelapan belas. "Percayalah, Eva. Cobalah ini." Aku melakukannya dan menyadari bahwa dia benar. penampilanku sangat berbeda dengan kalung emas ketat, kurang glamor dan dengan sensualitas yang lebih liar. Dan anting ini cocok dengan gelang berlian pada kaki kananku yang aku tidak pernah berpikir dengan cara yang sama lagi setelah komentar Gideon itu. Dengan rambutku yang disapu dari wajahku menjadi ikal tebal dibuat sengaja berantakan, aku memiliki dengan tampilan barusan-bercinta yang dilengkapi dengan smoky eye shadow dan bibir glossy nude. Apa yang akan aku lakukan tanpamu, Cary Taylor?" "Baby girl” - Ia meletakkan tangannya di pundakku dan menekan pipinya ke pipiku "Kau tidak akan pernah tahu." "Ngomong-ngomong, kau tampak mengagumkan." "Bukankah aku selalu mengagumkan?" Dia mengedipkan matanya dan melangkah mundur, memamerkan diri. Dengan caranya sendiri, Cary bisa mengalahkan Gideon dengan uangnya ... eh, penampilannya. Cary itu berfitur lebih halus, hampir cantik dibandingkan dengan keindahan liar Gideon, tapi keduanya adalah laki-laki mencolok yang membuatmu melihat dua kali, dan
69
www.read-blogger.nlogspot.com
kemudian menatap mereka berlama-lama dengan senang hati. Cary belum begitu sempurna ketika aku bertemu dengannya. Dia kecanduan dan kurus, mata zamrudnya berawan dan tersesat. Tapi aku sudah tertarik padanya, keluar dari tempatku untuk duduk di sampingnya dalam terapi kelompok. Akhirnya dia memintaku dengan kasar, setelah percaya satu-satunya alasan orang mau terkait dengan dia adalah karena mereka ingin bercinta dengannya. Ketika itu aku menolak, tegas dan tidak dapat dibatalkan, akhirnya kami terhubung dan menjadi sahabat. Dia adalah saudara laki-laki yang tak pernah kupunyai. Interkom berdengung dan aku melompat, membuatku menyadari betapa gugupnya aku. Aku menatap Cary. "Aku lupa memberitahu meja resepsionis depan bahwa ia akan kembali." "Aku akan menemuinya." "Apakah kau akan baik-baik saja menumpang dengan Stanton dan ibuku?" "Apakah kau bercanda? Mereka mencintaiku." Senyumnya meredup. "Berpikir ulang tentang pergi bersama Cross?" Aku mengambil napas dalam-dalam, mengingat berada di mana aku sebelumnya-berbaring telentang dalam kabut multi orgasmik. "Tidak, tidak juga. Hanya saja semuanya terjadi begitu cepat dan lebih baik daripada yang aku harapkan atau menyadari bahwa aku ingin ... " "Kau bertanya-tanya apa yang akan didapatkan." Menjulurkan tangannya, ia menepuk hidungku dengan ujung jarinya. "Dia yang kau dapatkan Eva. Dan kau menaklukannya. Nikmati dirimu sendiri." "Aku sedang berusaha." Aku sangat bersyukur bahwa Cary mengerti aku dan cara pikiranku bekerja. Begitu mudah berada didekatnya, tahu dia bisa mengisi kekosongan ketika aku tak bisa menjelaskan suatu hal. "Aku telah melakukan riset habis-habisan tentang dia pagi ini dan mencetak hal-hal baru yang menarik. Itu ada di mejamu, jika kau memutuskan kau ingin memeriksanya." Aku ingat dia mencetak sesuatu sebelum kami bersiap-siap untuk spa. Berjinjit di kakiku, aku mencium pipinya. "Kau yang terbaik. Aku mencintaimu." "Kembali juga padamu, baby girl." Dia menuju keluar. "Aku akan menuju ke meja depan dan membawanya kemari. Pelan-pelan saja. Dia sepuluh menit lebih awal." Sambil tersenyum, aku melihat dia berjalan ke lorong. Pintu menutup di belakangnya ketika aku pindah ke ruang duduk kecil yang menempel ke kamarku. Di atas meja tulis tidak praktis yang ibuku telah memilihnya, aku menemukan sebuah folder penuh dengan artikel dan gambar yang dicetak. Aku duduk di kursi dan tersesat dalam sejarah Gideon Cross. Rasanya seperti menonton kecelakaan kereta api saat membaca bahwa ia adalah putra dari
70
www.read-blogger.nlogspot.com
Geoffrey Cross, mantan ketua sebuah perusahaan investasi sekuritas kemudian diketahui menjadi tersangka dalam kasus skema Ponzi. Gideon hanya berumur lima tahun ketika ayahnya bunuh diri dengan tembakan ke kepala daripada menjalani waktunya di penjara. Oh, Gideon. Aku mencoba membayangkan dia semuda itu dan membayangkan anak laki-laki berambut gelap tampan dengan mata biru yang indah penuh dengan kebingungan yang mengerikan dan kesedihan. Gambaran itu mematahkan hatiku. Bagaimana menghancurkannya bunuh diri ayahnya - keadaan yang mengelilingi masalah itu - pastinya, baik untuk dia dan ibunya. Stres dan ketegangan pada waktu yang sulit pasti sangat besar, terutama untuk anak seusia itu. Ibunya kemudian menikahi Christopher Vidal, seorang eksekutif musik, dan memiliki dua anak lagi, Christopher Vidal Jr. dan Irland Vidal, tapi sepertinya keluarga besar dan keamanan keuangan datang terlambat untuk membantu Gideon stabil setelah goncangan sebesar itu. Dia terlalu tertutup untuk tidak menanggung beberapa bekas luka emosional yang menyakitkan. Dengan mata kritis dan penasaran, aku mempelajari wanita yang sudah difoto dengan Gideon dan berpikir tentang pendekatannya untuk kencan, bersosialisasi, dan seks. Aku melihat bahwa ibuku memang benar - mereka semua berambut cokelat. Wanita yang tampil bersamanya paling sering memiliki keunggulan dari warisan Hispanik. Dia lebih tinggi dariku, ramping ketimbang berlekuk. "Magdalena Perez," gumamku, enggan mengakui bahwa dia cantik. Postur tubuhnya memiliki semacam kepercayaan diri flamboyan yang aku kagumi. "Oke, ini sudah cukup lama," sela Cary dengan nada geli. Dia memenuhi pintu kamarku sampai ke ruang dudukku, bersandar ke kusen pintu dengan angkuh. “Sungguh?" Aku sudah begitu asyik, aku tak menyadari betapa banyak waktu yang telah berlalu. "Aku mengira kau hanya punya sekitar satu menit darinya datang untuk mencarimu. Dia nyaris tak bisa menahan dirinya." Aku menutup folder dan berdiri. "Bacaan yang menarik, bukan?" "Sangat." Bagaimana ayahnya - atau lebih spesifiknya bunuh diri ayah Gideon mempengaruhi hidupnya? Aku tahu semua jawaban yang aku inginkan sedang menungguku di ruang sebelah. Meninggalkan kamar tidurku, aku mengambil jalan lorong menuju ke ruang tamu. Aku berhenti di ambang pintu, pandanganku terpaku ke belakang Gideon saat ia berdiri di depan jendela dan memandang kota. Detak jantungku naik. Bayangannya mengungkapkan suasana kontemplatif. Tatapannya tidak fokus dan mulutnya muram. Lengan disilangkannya mengkhianati kegelisahan yang melekat, seolah-olah ia keluar dari elemen-nya. Dia tampak terpencil dan terbuang, seorang pria yang benar-benar sendirian.
71
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia merasakan kehadiranku atau mungkin ia merasakan hasratku. Dia berputar, kemudian terdiam. Aku mengambil kesempatan untuk mengamatinya, tatapanku bergeser ke seluruh tubuhnya. Dia setiap inci seperti tokoh terkemuka yang kuat. Begitu tampan yang sensual mataku seperti dibakar hanya dengan menatapnya. Rambut hitam perlentenya yang jatuh di sekitar wajahnya membuat jari-jariku melenturkan dengan dorongan untuk menyentuhnya. Dan cara ia menatapku ... nadiku melompat. "Eva." Dia datang ke arahku, langkahnya anggun dan kuat. Dia menangkap tanganku dan mengangkatnya ke mulutnya. Tatapannya yang intens-begitu panas, sangat terfokus. Merasakan bibirnya di kulitku mengirim rasa merinding yang berpacu ke lenganku dan mengaduk kenangan dari mulut berdosa itu pada bagian lain dari tubuhku. Aku langsung terangsang. "Hai." Kegelian menghangatkan matanya. "Hai, juga. Kau terlihat menakjubkan. Aku tak sabar untuk memamerkanmu." Aku bernapas melalui kegembiraan yang aku rasakan dengan pujian itu. "Mari kita berharap aku bisa memenuhi harapan." Sebuah kerutan kecil muncul diantara alisnya. "Apakah kau memiliki semua yang kau butuhkan?" Cary muncul di sampingku, membawa selendang hitam beludru dan sarung tangan panjang opera. “Ini. Aku memasukkan lipgloss dalam dompetmu.” "Kau yang terbaik, Cary." Dia mengedipkan mata padaku -yang menyatakan bahwa dia melihat kondom yang telah aku selipkan di saku kecil dalam dompet. "Aku akan turun bersama kalian berdua." Gideon mengambil selendang dari Cary dan menyampirkan selendang itu di bahuku. Dia menarik rambutku keluar dari bawah selendangnya dan nuansa tangannya di leherku begitu mengangguku, aku hampir tak memperhatikan ketika Cary mendorong sarung tangan ke tanganku. Perjalanan naik lift menuju ke lobi adalah latihan bertahan dalam ketegangan seksual yang akut. Bukan berarti Cary menyadarinya. Dia berada di sebelah kiriku dengan kedua tangan di saku, bersiul. Gideon, di sisi lain, adalah kekuatan yang luar biasa di sisi lain dariku. Meskipun ia tidak bergerak atau bersuara, aku bisa merasakan energi tegang memancar darinya. Kulitku merinding dari daya tarik magnet diantara kami, dan napasku pendek dan cepat. Aku merasa lega ketika pintu dibuka dan membebaskan kami dari ruang tertutup. Dua wanita berdiri menunggu untuk masuk. Rahang mereka turun ketika mereka melihat Gideon dan Cary, dan itu meringankan suasana hatiku dan membuatku tersenyum. "Ladies," Cary menegur mereka, dengan senyum yang benar-benar tidak adil. Aku hampir bisa melihat sel-sel otak mereka macet.
72
www.read-blogger.nlogspot.com
Sebaliknya, Gideon mengangguk singkat dan membawaku keluar dengan sebuah tangan di punggungku, kulit ke kulit. Sentuhannya adalah listrik, mengirim panas mengaliri tubuhku. Aku meremas tangan Cary. "Simpan sebuah dansa untukku." "Selalu. Sampai ketemu lagi." Sebuah limusin sudah menunggu di pinggir jalan, dan sopir membuka pintu ketika Gideon dan aku melangkah ke luar. Aku meluncur di kursi bangku di sisi berlawanan dan merapikan gaunku. Ketika Gideon duduk di sampingku dan menutup pintu, aku menjadi sangat sadar seberapa harum bau tubuhnya. Aku menarik napas, mengatakan pada diriku sendiri untuk bersantai dan menikmati kebersamaan ini. Dia meraih tanganku dan menjalankan jarinya di atas telapak tanganku, sentuhan sederhana yang memicu sebuah nafsu sengit. Aku melepas selendangku, merasa terlalu panas untuk memakainya. "Eva." Dia menekan sebuah tombol dan kaca privasi di belakang sopir mulai bergeser ke atas. Saat berikutnya aku telah ditarik di pangkuannya dan mulutnya menempel dimulutku, menciumku dengan ganas. Aku melakukan apa yang aku ingin lakukan sejak aku melihatnya di ruang tamuku. Aku mendorong tanganku di rambutnya dan menciumnya kembali. Aku menyukai cara dia menciumku, seakan ia harus melakukannya, seolah-olah ia gila jika dia tidak melakukannya dan nyaris telah menunggu terlalu lama. Aku mengisap lidahnya, setelah mempelajari betapa ia menyukainya, setelah mempelajari betapa aku menyukainya, begitu banyak itu membuatku ingin mengisap dia di suatu bagian lain dengan semangat yang sama. "Tangannya meluncur ke punggung telanjangku dan aku mengerang, merasakan dorongan ereksinya pada pinggulku. Aku bergeser, bergerak mengangkanginya, mendorong rok gaunku keluar dari jalanku dan membuat catatan mental untuk berterima kasih kepada ibuku untuk gaun-yang memiliki sebuah celah yang nyaman. Dengan lututku di kedua sisi pinggulnya, aku membungkus lenganku di bahunya dan memperdalam ciumannya. Aku menjilat ke dalam mulutnya, menggigiti bibir bawahnya, membelai lidahku bersama lidahnya. Gideon mencengkeram pinggangku dan mendorongku menjauh. Dia bersandar ke kursi belakang, lehernya melengkung untuk menatap wajahku, dadanya naik-turun. "Apa yang kau lakukan padaku?" Aku menjalankan tanganku ke dadanya melalui kemejanya, merasakan kekerasan tak kenal ampun dari otot-ototnya. Jemariku menelusuri punggung perutnya, pikiranku membentuk sebuah gambaran tentang bagaimana ia mungkin terlihat saat telanjang. "Aku menyentuhmu. Menikmatimu habis-habisan. Aku menginginkanmu, Gideon." Dia menangkap pergelangan tanganku, menghentikan gerakanku. "Nanti. Kita berada di tengah-tengah Manhattan." "Tidak ada yang bisa melihat kita."
73
www.read-blogger.nlogspot.com
"Bukan itu maksudnya. Ini bukan waktu atau tempat untuk memulai sesuatu yang kita tidak bisa selesaikan selama berjam-jam. Aku telah kehilangan pikiranku sejak sore ini." "Jadi mari kita pastikan kita selesai sekarang." Cengkeramannya mengencang menyakitkan. "Kita tidak bisa melakukannya di sini." "Mengapa tidak?" Lalu pikiran mengejutkan memukulku. "Apakah kau tak pernah berhubungan seks dalam limusin?" "Tidak" Rahangnya mengeras. "Apakah kau pernah?" Melihat kearah lain tanpa menjawab, aku melihat lalu lintas dan pejalan kaki berada di sekitar kami. Kami hanya seinci dari ratusan orang, tapi kaca gelap menyembunyikan kami dan membuatku merasa sembrono. Aku ingin menyenangkan hatinya. Aku ingin tahu aku mampu mencapai ke Gideon Cross, dan tak ada yang akan menghentikanku, selain dia. Aku mengguncangkan pinggulku melawan dia, membelai diriku dengan kemaluan panjang kerasnya. Napasnya mendesis di antara gigi yang terkatup. "Aku membutuhkanmu, Gideon," kataku terengah-engah, menghirup aroma tubuhnya, yang lebih kaya sekarang karena ia terangsang. Aku rasa aku mungkin sedikit mabuk, hanya dari bau menarik kulitnya. "Kau membuatku gila." Ia melepaskan pergelangan tanganku dan menangkup wajahku, bibirnya menekan keras bibirku. Aku meraih bukaan dari celananya, membebaskan dua kancing untuk mengakses ritsleting tersembunyi. Dia menegang. "Aku membutuhkan ini," bisikku di telinganya. "Berikan aku ini." Dia tidak menjadi relaks, tetapi dia tak berusaha lebih lanjut untuk menghentikanku juga. Ketika ia jatuh berat ke telapak tanganku, dia mengerang, suaranya tampak kesakitan dan juga erotis. Aku meremasnya dengan lembut, sentuhan lembutku sengaja karena aku ingin mengukur dia dengan tanganku. Dia begitu keras, seperti batu, dan panas. Aku meluncurkan kedua kepalan tanganku pada batang ereksinya dari dasar sampai ke ujung, napasku tertahan ketika dia bergetar di bawahku. Gideon mencengkeram pahaku, tangannya meluncur ke atas bawah tepi gaunku sampai ibu jarinya menemukan renda merah thong-ku. "Punyamu rasamu begitu manis," gumamnya di mulutku. "Aku ingin membaringkanmu terlentang terbuka dan menjilatmu sampai kau memohon untuk penisku." "Aku akan memohon sekarang, jika kau menginginkannya."
74
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku membelai dia dengan satu tangan dan meraih dompetku dengan tangan yang lain, menyentaknya terbuka untuk mengambil kondom. Salah satu ibu jarinya meluncur di bawah ujung celana dalamku, ujungnya meyelip melalui kelicinan dari gairahku. "Aku hanya sedikit menyentuhmu," bisiknya, matanya berkilauan ke arahku dalam bayangbayang di kursi belakang, "Dan kau telah siap untukku." "Aku tidak bisa menahannya." "Aku tidak ingin kau menahannya." Dia mendorong ibu jarinya ke dalam diriku, menggigit bibir bawahnya ketika aku mengepalkan tanpa daya di sekelilingnya. "Ini tidak akan adil ketika aku tak bisa menghentikan apa yang kau lakukan padaku." Aku merobek paket foil sampai terbuka dengan gigiku dan mengulurkannya kepadanya dengan cincin kondom menonjol keluar dari robekan. "Aku tidak pandai dengan ini." Tangannya melingkar di sekitar tanganku. "Aku melanggar semua aturanku denganmu." Keseriusan nada rendahnya mengirim ledakan kehangatan dan kepercayaan diri melalui tubuhku. "Aturan dibuat untuk dilanggar." Aku melihat giginya berkilau putih, kemudian ia menekan tombol pada panel di sampingnya dan berkata, "Menyetirlah terus sampai aku mengatakan sebaliknya." Pipiku memanas. Lampu dari mobil lain menembus kaca berwarna gelap dan mengenai wajahku, mengkhianati rasa maluku. "Kenapa, Eva," Dia mendengung, menggulung kondom dengan cekatan. "Kau sudah menggodaku agar berhubungan seks di limusinku, tapi tersipu malu ketika aku memberitahu supirku, aku tak ingin diganggu saat kau melakukannya denganku?" Sikap main-main yang mendadak dari Gideon membuatku begitu putus asa untuk memiliki dia. Mengatur tanganku di pundaknya untuk keseimbangan, aku mengangkat tubuhku ke lututku, naik untuk mendapatkan ketinggian yang aku butuhkan untuk melayang di atas kepala tebal kemaluan Gideon. Tangannya mengepal di pinggulku dan aku mendengar sentakan ketika ia merobek celana dalamku. Suara tiba-tiba dan tindakan kekerasan di balik itu memacu keinginanku sampai puncaknya. "Bergerak dengan lambat," perintahnya dengan suara serak, mengangkat pinggulnya untuk mendorong celananya lebih ke bawah. Ereksinya menyapu kedua kakiku saat ia bergerak dan aku merintih, begitu nyeri dan kosong, seolah-olah orgasme yang dia berikan padaku sebelumnya hanya memperdalam keinginanku daripada meredakannya. Dia tegang ketika aku membungkus jari-jariku di sekelilingnya dan memposisikan dia,
75
www.read-blogger.nlogspot.com
menyelipkan puncak lebarnya terhadap lipatan basah belahan vaginaku. Aroma nafsu kami berat dan lembab di udara, campuran menggoda kebutuhan dan feromon yang membangunkan setiap sel dalam tubuhku. Kulitku memerah dan terasa geli, payudaraku berat dan lembut. Ini adalah apa yang aku inginkan dari saat aku pertama kali melihatnya - untuk memiliki dia, memanjat tubuh indahnya dan membawanya dalam diriku. "Tuhan. Eva," dia terengah-engah saat aku menurunkan diri padanya, tangannya meregang gelisah di atas pahaku. Aku memejamkan mata, merasa terlalu terekspos. Aku ingin keintiman dengan dia, namun ini tampak terlalu intim. Kami saling menatap, hanya seinci terpisah, bergulung dalam lingkupan di ruang kecil dengan seluruh dunia bergerak mengalir di sekitar kami. Aku bisa merasakan kegelisahannya, tahu ia merasa kehilangan keseimbangan sama seperti diriku. "Kau begitu ketat." Katanya terengah-engah yang berulir dengan sedikit penderitaan yang nikmat. Aku memasukkan lebih dirinya, membiarkan dia bergeser lebih dalam. Aku menarik napas dalam-dalam, merasa begitu terentang dengan nikmat. "Kau begitu besar." Menekan telapak tangannya datar ke perut bawahku, ia menyentuh klitku yang berdenyutdenyut dengan ujung jempolnya dan mulai memijatnya dengan lingkaran terampil yang lamban dan lembut. Segala sesuatu di inti tubuhku menegang dan mengepal, mengisap dia lebih dalam. Membuka mataku, aku menatapnya dari bawah kelopak mata yang berat. Dia begitu indah tergeletak di bawahku dalam tuksedo elegan, tubuh yang kuat tegang dengan kebutuhan mendasar untuk bercinta. Lehernya melengkung, kepalanya menekan keras ke sandaran seolah-olah ia sedang berjuang melawan ikatan tak terlihat. "Ah, Tuhan," Dia menggigit bibir, giginya gemertak. "Aku akan keluar begitu keras." Janji gelap itu menyemangatiku. Keringat berkabut dikulitku. Aku menjadi begitu basah dan panas sehingga aku meluncur lancar di sepanjang kemaluannya sampai aku nyaris menyelubungi dia. Sebuah isakan tak bernafas lolos sebelum aku membawanya sampai ke dasarnya. Dia begitu dalam sampai aku hampir tak bisa menerimanya, memaksaku untuk bergerak beralih dari sisi ke sisi, mencoba untuk mengurangi gigitan tak terduga dari ketidaknyamanan. Tapi tubuhku tampaknya tidak peduli bahwa ia terlalu besar. Berdesir di sekelilingnya, meremas, gemetar di ambang orgasme. Gideon mengutuk dan mencengkeram pinggulku dengan tangannya yang bebas, mendesakku untuk bersandar ke belakang saat dadanya menghela napas dengan panik. Posisinya mengubah penurunanku dan aku membuka, menerima semua dirinya. Segera suhu tubuhnya naik, tubuhnya memancarkan panas pengap melalui pakaiannya. Keringat menitik di bibir atasnya.
76
www.read-blogger.nlogspot.com
Miring ke depan, aku meluncurkan lidahku sepanjang lekuk yang terpahat miliknya, mengumpulkan keasinan dengan gumaman rendah gembira. Pinggulnya bergejolak tidak sabar. Aku mengangkat diriku hati-hati, bergeser ke atas beberapa inci sebelum ia menghentikanku dengan genggaman ganas di pinggangku. "Lambat," dia memperingatkanku lagi, dengan gigitan otoritatif yang mengirim nafsu berdenyut melaluiku. Aku menurunkan diri, membawa dia ke dalamku lagi, merasakan nyeri aneh lezat saat dia mendorong masuk sedikit melewati batasku. Mata kami terkunci pada satu sama lain saat kenikmatan menyebar dari tempat di mana kami terhubung. Aku tersadar kemudian bahwa kami berdua berpakaian lengkap kecuali untuk bagian-bagian paling pribadi dan intim dari tubuh kami. Aku menemukan ini luar biasa, seperti suara yang dibuatnya, seakan kenikmatan itu sekstrem baginya seperti juga untukku. Liar untuknya, aku menekan mulutku pada mulutnya, jariku mencengkeram akar rambut basah berkeringatnya. Aku menciumnya saat aku menggoyangkan pinggulku, mengendarai putaran memabukkan dari ibu jarinya, merasakan orgasme terbangun dengan setiap selipan penis panjang tebalnya pada inti tubuhku yang meleleh. Aku lambat laun kehilangan pikiranku, insting primitif mengambil alih sampai tubuhku benar-benar bertanggung jawab. Aku tidak bisa fokus pada apapun selain dorongan nafsu untuk bercinta, kebutuhan ganas untuk menaiki kemaluannya sampai ketegangan meledak dan membebaskanku dari rasa lapar yang menggelora. "Ini begitu nikmat," aku terisak, hilang kepadanya. "Kau terasa ... Ah, Tuhan, ini terlalu nikmat." Menggunakan kedua tangan, Gideon mengatur ritmeku, memiringkanku ke suatu sudut yang membuat mahkota besar kemaluannya menggosok suatu titik yang nyeri dan lembut didalamku. Saat aku menegang dan bergetar, aku menyadari bahwa aku akan terlepas karena itu, hanya dengan hentakan terampilnya dalam diriku. "Gideon." Dia menangkup tengkukku saat orgasmeku meledak, dimulai dengan kejangan bergairah dari intiku dan memancar keluar sampai seluruh tubuhku gemetar. Dia melihatku berantakan, menahan tatapanku ketika aku akan menutup mata. Dimiliki oleh tatapannya, aku mengerang dan terlepas lebih keras daripada yang pernah aku alami, tubuhku menyentak dengan setiap denyut kenikmatan. "F*ck, f*ck, f*ck," Dia menggeram, menghentakkan pinggulnya ke arahku, menarik pinggulku turun untuk bertemu dengan serangan menghukumnya. Dia memukul akhirku dengan setiap dorongan yang mendalam, memukul ke dalam diriku. Aku bisa merasakan dia berkembang lebih keras dan tebal. Aku menatapnya dengan antusias, perlu melihatnya ketika dia menuju ke akhir untukku. Matanya liar dengan kebutuhannya, kehilangan fokus saat kontrol dirinya compang-camping, wajah tampannya dilanda oleh perlombaan brutal untuk mencapai klimaks.
77
www.read-blogger.nlogspot.com
"Eva!" Dia datang dengan suara hewan liar ekstasi, sebuah geraman terlepas memakuku dengan keganasan. Ia bergetar saat orgasme merobek ke dalam dirinya, wajahnya menulak untuk sesaat dengan kerentanan tak terduga. Menangkup wajahnya, aku menggosok bibirku ke bibirnya, menghibur dia saat semburan kuat dari napas terengah-engahnya memukul pipiku. "Eva." Dia membungkus lengannya di sekitarku dan memelukku kuat ke tubuhnya, menekan wajahnya yang basah ke dalam lekukan leherku. Aku tahu bagaimana perasaannya. Terlucuti. Telanjang. Kami tetap seperti itu untuk waktu yang lama, memeluk satu sama lain, menyerap sisa efek dari guncangan. Dia memutar kepalanya dan menciumku lembut, menggosokkan lidahnya ke dalam mulutku untung menenangkan emosi tak teraturku. "Wow," desisku, terguncang. Mulutnya berkedut. "Ya." Aku tersenyum, merasa bingung dan linglung. Gideon menyapu rambut basahku dari pelipis, ujung jarinya meluncur lembut di wajahku. Cara dia menatapku membuat dadaku sakit. Dia tampak tertegun dan...berterima kasih, matanya hangat dan lembut. "Aku tak ingin mengakhiri momen ini." Karena aku bisa mendengarnya menggantung di udara, aku mengisinya. "Tapi ...?" "Tapi aku tak bisa meninggalkan acara makan malam ini. Aku harus menyampaikan pidato." "Oh." Momen ini secara efektif langsung rusak. Aku mengangkat diri hati-hati darinya, menggigit bibirku saat merasakan dirinya menyelip keluar dengan basah dariku. Gesekan sudah cukup untuk membuatku ingin lebih. Dia hampir tak pernah melunak. "Sialan," katanya kasar. "Aku menginginkan kau lagi." Dia menangkapku sebelum aku bergerak, menarik saputangan keluar dari suatu tempat dan menggosok lembut di antara kedua kakiku. Itu adalah tindakan yang sangat intim, setara dengan seks yang baru saja kami lakukan. Ketika aku sudah kering, aku menetap di kursi di sampingnya dan mengeluarkan lipgloss dari dompetku. Aku melihat Gideon diujung cermin kecilku saat ia melepas kondom dan mengikatnya. Ia membungkusnya dengan serbet, kemudian melemparkannya di tempat sampah yang disembunyikan dengan cerdik. Setelah memulihkan penampilannya, ia mengatakan kepada pengemudi untuk menuju ke tujuan kami. Lalu ia duduk di kursi dan menatap keluar jendela.
78
www.read-blogger.nlogspot.com
Dengan setiap detik yang berlalu, aku merasa dia menarik diri, koneksi antara kita tergelincir semakin jauh. Aku mendapati diriku menyusut ke sudut kursi, jauh darinya, meniru jarak yang aku rasa terbangun diantara kami. Semua kehangatan yang aku rasakan surut menjadi suatu kebekuan, cukup membuatku kedinginan sehingga aku menarik selendangku dan memasangnya lagi di sekelilingku. Dia tidak bergerak sedikit pun saat aku bergeser di sampingnya dan menyimpan cerminku, seolah-olah ia bahkan tidak menyadari aku ada di sana. Tiba-tiba, Gideon membuka bar dan mengeluarkan botol. Tanpa menatapku, ia bertanya, "Brandy?" "Tidak, terima kasih." Suaraku kecil, tapi dia tampaknya tak memerhatikannya. Atau mungkin dia tidak peduli. Dia menuang minuman dan melemparkannya kembali. Bingung dan merasa terluka, aku menarik sarung tanganku dan mencoba untuk mencari tahu apa sebenarnya yang salah.
79
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 7
Aku tak ingat banyak tentang apa yang terjadi setelah kami tiba. Cahaya kamera menyilaukan di sekeliling kami seperti kembang api saat kami berjalan di sepanjang pers yang mengganggu, tapi aku hampir tak memikirkan mereka sedikit pun, aku tersenyum secara spontanitas. Aku menarik diri dan putus asa untuk menjauh dari pancaran gelombang ketegangan Gideon. Pada saat kami menyeberang memasuki gedung, seseorang memanggil namanya dan ia berbalik. Aku menyelinap menjauh, bergegas di sekitar sisa tamu yang menghalangi pintu masuk yang dilapisi karpet. Ketika aku tiba di ruang resepsi, aku menyambar dua gelas sampanye dari pelayan yang lewat dan mencari Cary saat aku menghabiskan satu gelasku. Aku melihat dia di sisi yang jauh dari ruangan dengan ibuku dan Stanton, dan aku menyeberang menuju mereka, menempatkan gelas kosongku di atas sebuah meja saat aku melewatinya. "Eva!" Wajah ibuku berseri ketika dia melihatku. "Gaun itu terlihat sangat menakjubkan ditubuhmu!" Dia mecium kedua pipiku. Dia cantik memakai gaun berkilauan warna biru es yang pas di tubuhnya. Batu Safir bergantungan dari telinga, leher, dan pergelangan tangannya, kontras dengan warna mata dan kulit pucatnya. "Terima kasih." Aku meneguk sampanye dari gelas keduaku, teringat bahwa aku sudah berencana untuk menyampaikan rasa terima kasih untuk gaun itu. Sementara aku masih menghargai hadiah itu, aku tidak lagi begitu senang dengan celah pahanya yang nyaman. Cary melangkah mendekat, menangkap sikuku. Satu tatapan ke mukaku dan dia tahu aku sedang marah. Aku menggelengkan kepalaku, tidak ingin menceritakan itu sekarang. "Mau sampanye lagi?" Tanyanya lembut. "Boleh." Aku merasakan Gideon mendekat karena aku melihat wajah ibuku yang berbinar seperti Pesta dansa Tahun Baru di Times Square. Stanton juga tampak berdiri tegak dan mempersiapkan diri. "Eva." Gideon menempatkan tangannya di kulit telanjang punggungku sebelah bawah dan kesadaranku terguncang bergerak melalui diriku. Ketika jari-jarinya melentur di tubuhku, aku bertanya-tanya apakah ia juga merasakan hal yang sama. "Kau melarikan diri." Aku menegang saat aku mendengar nada suaranya seperti menegurku. Aku memelototinya dengan pandangan yang mengatakan hal ini tidak bisa aku jawab karena kami berada di tempat yang ramai. "Richard, kau sudah kenal Gideon Cross?"
80
www.read-blogger.nlogspot.com
"Ya, tentu saja." Kedua pria itu berjabat tangan. Gideon menarikku lebih dekat ke sisinya. "Kita berbagi nasib baik menemani dua wanita paling cantik di New York." Stanton setuju, tersenyum sayang pada ibuku. Aku menghabiskan kembali sisa sampanye-ku dan bersyukur menukar gelas kosong dengan gelas baru yang Cary berikan padaku. Ada sedikit kehangatan yang timbul di dalam perutku karena pengaruh alkohol itu dan melonggarkan simpul yang telah terbentuk di sana. Gideon membungkuk dan berbisik keras."Jangan lupa kau di sini bersamaku." Dia marah? Apa-apaan sih? Tatapanku menyipit. "Kau yang bicara." "Tidak di sini, Eva."Dia mengangguk pada setiap orang dan membawaku menjauh."Tidak sekarang." "Tidak akan pernah," gumamku, pergi bersamanya hanya untuk menghindari keributan didepan ibuku. Meneguk sampanye-ku, aku seperti meluncur masuk ke dalam autopilot mode - penjagaan diri yang sudah lama tidak aku gunakan selama bertahun-tahun. Gideon memperkenalkan aku kepada orang-orang dan aku harus tampil sebaik-baiknya - berbicara pada saat yang tepat dan tersenyum jika diperlukan - tapi aku benar-benar tidak memberikan perhatian. Aku begitu sadar ada dinding es diantara kami dan kemarahanku yang menyakitkan. Jika aku butuh bukti bahwa Gideon orang yang kaku karena tak bersosialisasi dengan wanita yang dia tiduri, aku sudah punya bukti itu. Ketika makan malam diumumkan, aku pergi dengannya ke ruang makan dan mengaduk-aduk makananku. Aku minum beberapa gelas anggur merah yang mereka sajikan dengan makanan dan mendengar Gideon berbicara dengan teman semeja kami, meskipun aku tidak memperhatikan kata-katanya, hanya mendengar irama dan nadanya yang begitu dalam, itu sangat menggoda. Dia tak berusaha untuk menarikku ke dalam pembicaraan dan aku merasa senang. Aku tidak berpikir aku bisa mengatakan sesuatu hal yang baik. Aku tak begitu memperhatikan sampai ia berdiri dengan diringi tepuk tangan yang meriah dan menuju panggung. Lalu aku kembali kekursiku dan mengawasi dia berjalan ke podium, aku tak bisa menahan untuk mengagumi anugrah kejantanan dan ketampanannya yang menakjubkan. Setiap langkah yang ia ambil menarik perhatian dan rasa hormat, yang mana itu merupakan sebuah prestasi, mengingat langkahnya yang anggun dan santai. Tampaknya tidak ada yang salah dengan pakaiannya setelah kami melakukan hubungan seks di limosin-nya. Bahkan, ia tampak seperti orang yang benar-benar berbeda. Sekali lagi, dia orang yang sama saat kutemui di lobi Crossfire, orang yang paling bisa menahan diri dan ketenangannya yang sangat kuat.
81
www.read-blogger.nlogspot.com
"Di Amerika Utara," ia memulai, "pelecehan seksual semasa kecil dialami satu dari setiap empat wanita dan satu dari setiap enam laki-laki. Perhatikan baik-baik di sekitar Anda. Seseorang di meja Anda mungkin salah satu korban atau mengenal seseorang yang menjadi korban. Itulah kebenaran yang tidak dapat diterima." Aku terpaku. Gideon adalah seorang orator yang sempurna, suara baritonnya yang bersemangat sungguh mempesona. Tapi topik pembicaraan itu begitu dekat dengan aku, serta semangat dan cara membahasnya terkadang sangat mengejutkan, itu membuat hatiku tergerak. Amarah yang membuatku bingung mulai mencair, dan kepercayaan diriku yang rusak ditumbangkan oleh suatu keajaiban. Pandanganku tentang dia telah bergeser dan berubah, saat aku hanya menjadi orang lain sebagai pendengar yang penuh perhatian. Dia seperti bukan seorang pria yang baru saja melukai perasaanku, dia hanya seorang pembicara yang terlatih membahas sebuah topik yang sangat penting bagiku. Ketika ia selesai, aku berdiri dan bertepuk tangan, kami berdua saling memandang yang membuatku terkejut. Rupanya yang lain segera bergabung denganku dengan berdiri sambil bertepuk tangan dan aku mendengar bisik-bisik percakapan di sekitarku, diam-diam menyuarakan pujian, Gideon memang layak. "Kau seorang wanita muda yang beruntung." Aku berbalik untuk melihat wanita yang berbicara itu, berambut merah yang indah, kelihatannya berusia awal empat puluhan."Kami hanya ... berteman." Entah bagaimana dengan tenang dia mengelola senyumnya untuk tidak mempercayaiku. Orang-orang mulai melangkah menjauh dari meja mereka. Seorang pria muda datang kepadaku, ketika aku hendak mengambil dompetku supaya aku bisa segera pulang. Rambutnya merah acak-acakan langsung membuat iri orang lain serta mata hijau keabuabuannya yang lembut dan ramah. Tampan dan memamerkan senyum kekanak-kanakan, aku terpancing memberinya senyum yang tulus seperti saat pertama kali di dalam limusin. "Halo," katanya. Tampaknya dia tahu siapa aku, yang membuat aku menjadi canggung dan aku berpura-pura tahu siapa dia. "Halo." Dia tertawa, dan suaranya enteng dan mempesona. "Aku Christopher Vidal, adik Gideon." "Oh, tentu saja." Wajahku memanas. Aku tak percaya bahwa aku merasa begitu tersesat di pesta ini karena mengasihani diriku sendiri hingga aku tak pernah bersosialisasi dengan yang lainnya disini. "Mukamu merona." "Maafkan aku." Aku tersenyum malu." Aku tak yakin bagaimana berbicara setelah membaca artikel tentangmu tanpa merasa canggung."
82
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia tertawa. "Aku merasa tersanjung kau mengingat itu. Hanya saja jangan katakan padaku artikelnya ada di Page Six (nama majalah gosip)." Kolom gosip itu terkenal suka mendapatkan berita tentang selebriti dan tokoh terkenal di New York. "Tidak," kataku cepat. "Mungkin majalah Rolling Stone?" "Aku bisa hidup dengan itu." Dia mengulurkan tangannya kepadaku. "Apakah kau mau berdansa?" Aku melirik ke tempat Gideon yang sedang berdiri di kaki tangga menuju panggung. Dia dikelilingi orang-orang yang ingin berbicara dengannya, kebanyakan perempuan. "Masih lama kau akan bertemu lagi dengannya," kata Christopher, dengan sedikit geli. "Ya." Ketika aku hendak berpaling aku mengenali wanita yang berdiri di samping GideonMagdalena Perez. Aku mengambil dompetku dan berusaha tersenyum pada Christopher. "Aku menyukai dansa." Dengan menggandeng lengannya kami menuju ballroom dan melangkah ke lantai dansa. Band mulai memainkan lagu pertama dengan irama waltz dan kami berdansa dengan mudah, secara alami mengikuti alunan musiknya.Dia seorang pedansa yang terlatih, lincah dan percaya diri dalam memimpin gerakan dansa ini. "Jadi, bagaimana kau mengenal Gideon?" "Aku tidak begitu mengenalnya." Aku mengangguk pada Cary ketika ia berdansa dengan seorang wanita seperti boneka pirang. "Aku bekerja di Crossfire dan kami bertemu sekali atau dua kali." "Kau bekerja untuknya?" "Tidak Aku asisten di Waters Field dan Leaman." "Ah." Dia menyeringai. "Agensi Iklan." "Ya." "Gideon pasti menyukai pertemuan denganmu yang sekali atau dua kali itu untuk menarikmu keluar dan berkencan seperti ini." Aku mengutuk dalam hati. Aku sudah tahu dia akan membuat asumsi seperti itu, tapi sebelum itu aku harus menghindari penghinaan lebih jauh lagi." Ibuku sudah mengenal Gideon dan aku sudah diajak ibuku untuk datang, jadi bukan masalah dua orang pergi ke acara yang sama dalam satu mobil daripada dua mobil terpisah." "Jadi kau masih sendiri?"
83
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengambil napas panjang, merasa tak nyaman meskipun seberapa mulusnya kami bergerak bersama-sama. "Well, aku belum punya pasangan." Christopher menyalakan senyum karismatiknyayang kekanak-kanakan. "Malamku baru saja berubah menjadi lebih baik." Dia mengisi sisa dansa dengan anekdot lucu tentang industri musik yang membuatku tertawa dan mengalihkan pikiranku pada Gideon. Ketika dansa berakhir, Cary ada di sana untuk mengajakku dansa yang berikutnya. Kami menari dengan baik sebagai pasangan karena kami sudah pernah mengambil pelajaran dansa bersama-sama. Aku tenang dalam dekapannya, bersyukur memiliki dia sebagai dukungan moral. "Apakah kau menikmati pesta ini?" Tanyaku padanya. "Aku seperti terjepit pada diriku sendiri selama makan malam ketika aku menyadari bahwa aku sedang duduk di samping koordinator top Fashion Week. Dan dia main mata denganku. "Dia tersenyum, Namun matanya sendu. "Setiap kali aku menemukan diriku di tempattempat seperti ini...berpakaian seperti ini...Aku tak bisa percaya. Kau menyelamatkan hidupku, Eva. Kau sudah mengubahku sepenuhnya." "Kau menyelamatkan kewarasanku sepanjang waktu. Percayalah, kita impas." Tangannya mencengkeramku, tatapannya mengeras. "Kau tampak menderita. Bagaimana dia mengacaukannya?" "Aku pikir aku yang melakukannya. Kita akan membicarakan itu nanti." "Kamu takut aku akan menendang pantatnya di sini, di depan semua orang." Aku menghela napas. "Aku lebih suka kau tidak melakukannya, demi ibuku." Cary menekan bibirnya sebentar ke dahiku. "Aku sudah pernah memperingatkan dia sebelumnya. Dia tahu itu pasti akan terjadi." "Oh, Cary." Cintanya seperti mencekik leherku walaupun dengan enggan bibirku melengkung kegelian. Aku seharusnya sudah tahu Cary akan memberikan ancaman pada Gideon seperti layaknya seorang kakak laki-laki atau semacamnya. Memang seperti itu sifatnya. Gideon muncul di samping kami. "Aku memotong dansa ini." Sepertinya ini bukan permintaan. Cary berhenti dan menatapku. Aku mengangguk. Dia mundur sambil membungkuk, tatapannya panas dan sengit pada Gideon. Gideon menarikku lebih dekat dan mengambil alih dansa ini, seperti cara dia mengambil alih
84
www.read-blogger.nlogspot.com
segalanya dengan kepercayaan diri yang mendominasi. Ini merupakan pengalaman dansa dengannya yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan dua pasangan dansaku sebelumnya. Gideon memiliki gabungan dari kedua pasanganku tadi seperti kepiawaian saudaranya dan keakraban Cary dalam berdansa yang membawa tubuhku bergerak, tetapi Gideon lebih berani, bergaya agresif yang lebih mengarah ke seksual. Hal ini tidak bisa membantu untuk menjadi lebih dekat pada seorang pria yang baru saja berhubungan intim denganku yang menggoda kesadaranku, meskipun akhirnya tidak membuatku bahagia. Baunya sangat nikmat, dengan aroma sehabis melakukan seks, dan cara dia membawaku berdansa melalui langkah-langkahnya yang berani membuatku merasakan kenyerian jauh di dalam diriku, mengingatkan aku bahwa dia sudah pernah ada didalam diriku belum lama ini. "Kau terus menjauh," gumamnya, cemberut ke arahku. "Sepertinya Magdalena sudah mengambil alih dengan cepat." Alisnya melengkung dan dia memelukku erat."Cemburu?" "Benarkah?" Aku membuang muka. Suaranya seperti frustrasi. "Menjauhlah dari adik laki-lakiku, Eva." "Kenapa?" "Karena aku bilang begitu." Kemarahanku langsung terbakar, rasanya lebih baik setelah semua tuduhan dan keraguanku yang sudah tenggelam sejak kami berhubungan seks seperti kelinci liar. Aku memutuskan untuk melihat apakah membalikkan masalah adalah permainan yang adil di dunia Gideon Cross. "Jauhi Magdalena, Gideon." Rahangnya menegang. "Dia hanya seorang teman." "Itu berarti kau tidak tidur dengannya...? Atau belum." "Tidak, sialan. Dan aku tidak menginginkannya. Dengar..." Musik mulai melambat dan ia mengurangi kecepatan dansanya. "Aku harus pergi. Aku yang membawamu ke sini. Dan aku lebih suka menjadi seseorang yang mengantarmu pulang, tapi aku tak ingin memaksamu pulang kalau kamu masih ingin menikmati pesta ini. Apa kau ingin tetap disini dan pulang dengan Stanton dan ibumu?" Aku menikmati pesta ini? Apakah dia bercanda atau tidak mengerti? Atau lebih buruk lagi. Mungkin dia akan menulis untukku secara lengkap bahwa dia sama sekali tidak menaruh perhatian padaku. Aku menjauh darinya, membutuhkan sedikit jarak. Aromanya bermain-main di kepalaku. "Aku akan baik-baik saja. Lupakan saja aku." "Eva." Ia mencoba meraihku dan aku melangkah mundur dengan cepat.
85
www.read-blogger.nlogspot.com
Sebuah tangan muncul di punggungku dan Cary berbicara. "Aku akan bersamanya, Cross." "Jangan menghalangiku, Taylor," Gideon memperingatkan. Cary mendengus. "Aku mendapat kesan kau sudah melakukan pekerjaan dengan baik, tapi semua itu untuk dirimu sendiri." Aku menelan ludah merasakan ganjalan di tenggorokanku. "Kau memberikan pidato yang begitu indah, Gideon. Itu adalah malam yang terindah buatku." Dia menarik napas panjang pada kata-kataku yang menyiratkan penghinaan itu, kemudian mendorong tangannya melewati sela-sela rambutnya. Tiba-tiba, dia mengumpat dan aku menyadari mengapa itu ketika ia menarik teleponnya yang bergetar dari sakunya dan melirik layar. "Aku harus pergi." Tatapannya menangkap mataku dan menahannya. Ujung jarinya melayang di atas pipiku. "Aku akan meneleponmu." Kemudian ia pergi. "Apa kau ingin tetap tinggal?" Tanya Cary tenang. "Tidak." "Aku akan mengantarmu pulang." "Tidak, tidak usah." Aku ingin sendirian sebentar. Berendam air panas di dalam bak mandi dengan sebotol anggur dingin dan menarik diriku untuk keluar dari ketakutanku. "Kau harus di sini. Ini akan membuat karirmu menjadi lebih baik. Kita bisa berbicara ketika kau tiba di rumah. Atau besok. Aku akan bermalas-malasan di sofa sepanjang hari." Tatapannya meluncur di wajahku, mencoba membaca pikiranku. "Kau yakin?" Aku mengangguk. "Baiklah." Tapi dia sepertinya tidak yakin. "Mungkin kau bisa keluar dan meminta petugas valet untuk membawa Limo Stanton di depan, aku ingin ke toilet sebentar." "Oke." Tangan Cary mengambil lenganku. "Aku akan mengambilkan selendangmu dari coatroom (ruang penyimpanan mantel) dan menemui kamu di depan." Butuh waktu lebih lama untuk sampai ke kamar kecil daripada yang seharusnya. Satu, sejumlah orang secara mengejutkan menghentikan aku untuk berbasa-basi, karena aku adalah teman kencan Gideon Cross. Dua, aku menghindari toilet wanita yang terdekat karena banyaknya wanita yang keluar-masuk disitu, dan aku menemukan satu yang letaknya sangat jauh. Aku mengunci diriku di dalam bilik toilet dan memerlukan beberapa waktu untuk kencing lebih lama daripada waktu yang benar-benar diperlukan. Tak ada orang lain di
86
www.read-blogger.nlogspot.com
ruangan ini selain petugas kebersihan itu, sehingga tak ada orang yang membuatku terburuburu. Aku sangat terluka dengan sikap Gideon, rasanya sulit untuk bernapas dan aku begitu bingung dengan perubahan suasana hatinya. Kenapa dia menyentuh wajahku seperti itu? Mengapa ia menjadi marah ketika aku tidak berdiri di sampingnya? Dan kenapa dia begitu sialan mengancam Cary? Gideon memberikan arti baru untuk pepatah lama tentang "berjalan diatas suhu yang panas dan dingin." Menutup mataku, aku harus meningkatkan kesabaranku. Ya Tuhan. Aku tidak membutuhkan ini. Aku mengobral perasaanku saat di dalam limo dan aku masih merasa ngeri dan rentan – kondisi dimana aku menghabiskan banyak terapi selama berjam-jam untuk belajar menghindari seks. Aku tak ingin hanya sebagai simpanan dan disembunyikan, aku ingin bebas bergerak dari tekanan itu seperti aku benar-benar ingin melangkah bersamanya disaat aku membutuhkannya. Kau mengarahkan dirimu sendiri untuk hal ini, aku mengingatkan diriku. Pikirkan itu. Mengambil napas dalam-dalam, aku melangkah keluar dan mundur lagi ketika melihat Magdalena yang bersandar dengan tangan bersedekap penuh kesombongan. Dia berada disini jelas untuk menemui aku, bersandar sambil menungguku disaat pertahananku sedang melemah. Langkahku terhenti, setelah aku pulih akuberjalan menuju wastafel untuk mencuci tanganku. Dia berbalik menghadap cermin, mempelajari refleksiku. Aku juga mengamatinya. Sosoknya bahkan lebih cantik daripada gambar di fotonya. Tinggi dan langsing, dengan mata gelap yang besar dan rambutnya cokelat lurus berjatuhan. Bibirnya penuh dan merah, bentuk tulang pipinya tinggi. Bajunya sederhana tapi seksi, membalut pas ditubuhnya, terbuat dari satin krem yang kontras dengan warna kulit zaitunnya yang indah. Sialan itu dia tampak seperti supermodel dan memancarkan daya tarik seks yang eksotis. Aku menerima handuk tangan dari petugas kamar mandi yang dia berikan padaku, dan Magdalena berbicara kepada wanita itu dengan bahasa Spanyol, memintanya untuk memberi kami privasi. Aku mengakhiri permintaannya dengan, "Por favor, gracias (Silahkan, terimakasih)." Aku mendapati Magdalena yang melengkungkan alisnya dan hasil pengamatannya, dia dan aku hampir setara, dimana ketenanganku sudah kembali menjadi sama dengan dia. "Oh, sayang," gumamnya, saat petugas itu berjalan diluar jangkauan pendengaran. Dia membuat suara desisan seakan menggores di atas sarafku seperti suara paku yang digoreskan di papan tulis. "Kau sudah berhubungan seks dengannya." "Dan kau belum." Tampaknya itu mengejutkan dia. "Kau benar, aku belum. Kau tahu kenapa?" Aku menarik keluar lima dollar dari genggamanku dan menjatuhkannya di ujung baki perak. "Karena dia tidak menginginkanmu."
87
www.read-blogger.nlogspot.com
"Karena aku tidak ingin menjadi salah satu dari wanita yang seperti itu, karena dia tidak mau berkomitmen. Dia masih muda, tampan, kaya, dan dia menikmati itu." "Ya." Aku mengangguk. "Tentu saja dia seperti itu." Tatapannya menyempit, sedikit kesenangan dapat dilihat dari ekspresinya. "Dia tidak menghormati wanita yang dia tiduri. Begitu ia mendorong miliknya masuk ke dalam dirimu, kamu selesai. Seperti yang wanita-wanita lainnya. Tapi aku masih di sini, karena akulah satusatunya yang dia inginkan untuk dimiliki selamanya." Aku mempertahankan sikap dinginku meskipun pukulan itu tepat mengenai sasaran di tempat yang berefek merusak paling parah. "Itu mengenaskan." Aku berjalan keluar dan tidak berhenti sampai aku tiba mencapai limusin Stanton. Sambil meremas tangan Cary saat aku masuk kedalam limo, aku berhasil menunggu sampai mobil menjauh dari pinggir jalan dan mulai menangis. *** "Hei, baby girl," Cary memanggilku ketika aku berjalan memasuki ruang tamu keesokan harinya. Hanya mengenakan celana training longgar yang sudah usang, ia berbaring disofa dan kakinya disilangkan yang menopang di meja kopi. Dia terlihat tampan, acak-acakan dan nyaman pada tubuhnya sendiri. "Bagaimana dengan tidurmu?" Aku memberinya acungan jempol keatas dan menuju ke dapur untuk mendapatkan kopi. Aku berhenti di bar sarapan, aku mengangkat alisku melihat penataan bertangkai-tangkai mawar merah diatas meja. Aromanya wangi sekali dan aku menghirupnya dengan napas yang panjang. "Apa ini?" "Itu untukmu, datang sekitar satu jam yang lalu. Sebuah pengiriman di Hari Minggu. Sangat dan super mahal." Aku mencabut kartu dari balik plastik bening itu dan membukanya. Aku masih memikirkan tentangmu. Gideon "Dari Cross?" Tanya Cary. "Ya." Ibu jariku meraba diatasnya yang aku duga itu tulisan tangannya. Itu tegas, maskulin dan seksi. Sikap romantis dari seorang pria yang tidak memiliki jiwa romantis dalam perbendaharaannya. Aku menjatuhkan kartu di meja seolah-olah itu akan membakarku dan mengambil satu cangkir kopi, berdoa supaya kafein ini akan memberiku kekuatan dan mengembalikan akal sehatku. "Tampaknya kau tidak terkesan." Dia menurunkan volume pertandingan sepak bola yang sedang dia tonton. "Dia berita buruk bagiku. Dia seperti salah satu pemicu kemarahanku. Aku hanya perlu untuk
88
www.read-blogger.nlogspot.com
menjauh dari dia." Cary baru saja melakukan terapi denganku dan ia tahu latihan itu. Dia tidak memandangku aneh, dalam istilah terapi ketika aku membanting benda, dan dia tidak punya masalah untuk melemparkan kembali padaku dengan cara yang sama. "Teleponnya juga sudah berdering sepanjang pagi. Aku tidak ingin mengganggumu, jadi aku matikan volumenya." Menyadari akan rasa nyeri di antara kedua kakiku, aku meringkuk di sofa dan melawan dorongan untuk mendengarkan pesan suara telepon kami dan melihat apakah Gideon yang menelepon. Aku ingin mendengar suaranya, dan sebuah penjelasan yang masuk akal tentang apa yang terjadi tadi malam. "Kedengarannya menyenangkan buatku. Ayo abaikan itu semua seharian." "Apa yang terjadi?" Aku meniup uap dari atas mug-ku dan mencoba meneguknya sedikit. "Aku berhubungan seks habis-habisan dengannya di limo dan dia berubah seperti kutub utara sesudahnya." Cary menontonku dengan mata zamrud yang indah, mata itu telah melihat lebih dari siapa pun yang harus dia tundukkan. "Kau mengguncangkan dunianya, kan?" "Ya, benar." Dan aku merasa kesal hanya karena memikirkan tentang hal itu. Kami sepertinya sudah terhubung. Aku tahu itu. Aku menginginkan dia lebih dari apa yang terjadi tadi malam, dan hari ini aku tak ingin berhubungan dengan dia lagi. "Sangat intens. Pengalaman seksual yang terbaik dalam hidupku, dan dia benar-benar di sana denganku. Aku tahu dia juga merasakan seperti itu. Pertama kali ia pernah melakukan itu didalam mobil, dan pada awalnya ia agak menentang, tapi kemudian aku membuat dia begitu panas untuk itu dan ia tak bisa mengatakan tidak." "Sungguh? Tidak pernah?" Dia mengusap janggutnya yang baru tumbuh. "Kebanyakan pria waktu SMA mempunyai daftar bercintanya yaitu menggerayangi sampai menggoyangkan mobil. Bahkan, aku tak bisa memikirkan seseorang yang tidak melakukan itu, kecuali pria kutu buku dan pria yang sangat jelek, dan dia bukan salah satu dari itu." Aku mengangkat bahu. "Aku kira menggoyangkan mobil membuatku seperti pelacur." Cary masih dengan ketenangannya. "Apa itu yang dia katakan?" "Tidak. Dia tidak mengatakan apapun. Aku mendapatkan itu dari 'teman' nya, Magdalena. Kau tahu cewek itu ada di sebagian besar foto yang kau cetak dari Internet? Dia memutuskan untuk mempertajam cakarnya, seorang gadis yang mirip kucing kecil mengajak ngobrol di kamar mandi." "Perempuan sialan itu pasti cemburu." "Frustrasi karena seksual. Dia tidak bisa berhubungan intim dengannya, ternyata gadis yang berhubungan intim dengannya akan dibuang menjadi tumpukan sampah." "Apa Gideon yang mengatakan itu?" Sekali lagi, kemarahan bercampur dengan pertanyaan singkatnya.
89
www.read-blogger.nlogspot.com
"Tidak begitu banyak kata-kata. Dia mengatakan dia tidak tidur dengan teman wanitanya. Dia punya masalah dengan wanita yang menginginkan lebih selain waktu yang menyenangkan di tempat tidur, jadi dia menyimpan wanita yang dia gauli dan wanita yang diajak hang out seperti dua kamp yang terpisah." Aku minum kembali kopiku. "Aku memperingatkan dia bahwa pengaturan semacam itu tidak akan bekerja untukku dan dia mengatakan akan membuat beberapa penyesuaian, tapi kurasa dia salah satu dari pria-pria yang akan mengatakan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan." "Atau selain itu kau membuat dia lari ketakutan." Aku melotot. "Jangan membuat alasan untuk dia. Kamu berpihak pada siapa, sih?" "Tentu saja kau, baby girl." Dia mengulurkan tangan dan membelai lututku. "Selalu kamu." Aku membungkus tanganku di sekitar lengan berototnya dan jariku dengan lembut membelai sampai bagian bawah lengannya dalam keheningan dengan rasa terima kasih. Aku tidak bisa merasakan banyaknya bekas luka warna putih yang halus akibat sayatan yang merusak kulitnya, tapi aku tak pernah lupa mereka pernah ada di sana. Aku bersyukur setiap hari bahwa ia masih hidup, sehat, dan ia merupakan bagian penting dari hidupku. "Bagaimana dengan malammu?" "Aku tidak bisa mengeluh." Matanya berkilau dengan nakal. "Aku bercinta dengan si pirang berpayudara besar di didalam ruang maintenance. Payudaranya benar-benar asli." "Bagus kalau begitu." Aku tersenyum. "Kau menjadikan malamnya berkesan, aku yakin." "Aku mencoba." Dia mengangkat gagang telepon dan mengedipkan mata padaku. "Makanan pesan antar apa yang kau inginkan? Subs? Cina? Indian?" "Aku tidak lapar." "Kau selalu lapar. Jika kau tidak memilih sesuatu, aku akan memasak dan kau harus makan itu." Aku mengangkat tanganku tanda menyerah. "Oke, oke. Kau yang memilih." *** Aku berangkat kerja dengan memperhitungkan waktu dua puluh menit lebih awal pada hari Senin, aku melarikan diri dari Gideon. Ketika aku sampai di mejaku tanpa insiden, aku merasa lega dan aku tahu bahwa aku mempunyai masalah yang serius karena itu ia merasa khawatir. Suasana hatiku telah bergeser di seluruh tempat. Mark tiba dengan semangat yang tinggi, masih melayang atas keberhasilan terbesarnya minggu sebelumnya, dan tepat sekali kami mengambil pekerjaan itu. Aku telah melakukan perbandingan beberapa vodka dipasaran pada hari Minggu dan ia cukup puas untuk membahas itu denganku dan mendengarkan pengalamanku. Mark juga memberi tugas pada akun membuat e-reader menjadi produsen baru, jadi kami sudah memulai pekerjaan itu. Dengan adanya pagi yang sibuk ini, waktu sepertinya melayang dengan cepat dan aku tidak punya waktu untuk berpikir tentang kehidupan pribadiku. Aku benar-benar berterima kasih
90
www.read-blogger.nlogspot.com
untuk itu. Lalu aku menjawab telepon dan mendengar suara Gideon di telepon. Aku tidak siap menghadapinya. "Bagaimana dengan hari Senin-mu sejauh ini?" Tanya dia, suaranya mengirimkan getaran kepeduliannya melalui diriku. "Sibuk." Aku melirik jam dinding dan terkejut melihat itu, pukul dua belas kurang dua puluh menit. "Bagus." Ada jeda. "Aku mencoba meneleponmu kemarin. Aku meninggalkan dua pesan. Aku ingin mendengar suaramu." Aku menutupkan mataku dan mengambil napas dalam-dalam. Rasanya ini sudah mengambil setiap bagian dari tekadku agar aku bisa melewati hari ini tanpa mendengarkan pesan suaranya di telepon. Aku bahkan meminta Cary untuk masalah itu, memberitahu dia untuk mencegah aku secara paksa jika aku mungkin seperti mau menyerah pada keinginan untuk mendengarkan pesan suaranya. "Aku bertapa dan sedikit bekerja." "Apa kau sudah menerima bunga yang kukirim?" "Ya. Bunganya sangat indah. Terima kasih." "Bunganya mengingatkan aku pada gaunmu." Apa sih yang dia lakukan? Aku mulai berpikir ia memiliki gangguan kepribadian ganda. "Beberapa wanita mungkin mengatakan itu romantis." "Aku hanya peduli apa yang kau katakan." Kursinya berderit seolah ia mendorong dengan kakinya. "Aku berpikir untuk mampir...ku menginginkan itu." Aku menghela napas, menyerah pada kebingunganku. "Aku senang kau tidak melakukannya." Ada jeda lagi yang panjang. "Aku memang layak mendapatkannya." "Aku tak bilang itu brengsek. Hanya saja itu memang kenyataan." "Aku tahu. Dengar...Aku akan menyiapkan makan siang di sini di kantorku jadi kita tidak perlu membuang waktu untuk pergi dan kembali lagi." Setelah berpisah dengannya, aku akan meneleponmu, aku bertanya-tanya apakah dia ingin bersama-sama lagi setelah ia duduk tenang dan melakukan perjalanan kemanapun ia berada. Kemungkinan itu sudah membuatku takut sejak Sabtu malam, menyadari bahwa aku perlu menjauh darinya, namun perasaanku seperti dibentangkan karena hasrat itu untuk bisa bersamanya. Jelas-jelas aku ingin mengalami itu lagi, kami akan berbagi momen keintiman yang sempurna. Tapi aku tidak menyadari betapa mahalnya satu momen itu dibandingkan dengan semua momen lain ketika dia membuat aku merasa seperti sampah.
91
www.read-blogger.nlogspot.com
"Gideon, kita tidak punya alasan untuk makan siang bersama-sama. Kita hanya kebetulan bertemu diluar pada Jumat malam, dan kita...mengurus bisnis Sabtu kemarin. Anggap saja kita cukup sampai disitu." "Eva." Suaranya berubah parau. "Aku tahu aku mengacaukannya. Biarkan aku menjelaskan." "Kau tak harus menjelaskannya. Tidak masalah." "Bukan itu. Aku ingin bertemu denganmu." "Aku tidak mau..." "Kita dapat melakukan ini dengan cara yang mudah, Eva. Atau kau bisa membuatnya menjadi sulit." Nadanya menjadi agak keras yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. "Bagaimanapun juga, kau harus mendengarkan penjelasanku." Aku memejamkan mataku, memahami bahwa aku tak cukup beruntung untuk bisa lolos hanya dengan mengobrol dengan baik dan segera mengucapkan selamat tinggal di telepon. "Baik. Aku akan datang." "Terima kasih." Terdengar dia menghela napas. "Aku tak sabar untuk bertemu denganmu." Aku meletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya dan menatap foto di mejaku, mencoba menyusun kata-kata apa yang kubutuhkan untuk berbicara padanya dan menguatkan diriku untuk melihat pengaruh dari Gideon lagi. Keliaran dari respon tubuhku terhadap dia, tak memungkinkan aku bisa mengontrolnya. Entah bagaimana aku harus melewatinya dan menyelesaikan urusan ini. Kemudian, aku akan memiikirkan bagaimana caranya aku melihat dia di gedung ini setiap hari, minggu, bulan dan seterusnya. Untuk saat ini, aku hanya fokus pada acara makan siang saja. Menyerah pada sesuatu yang tak bisa kuhindari, aku kembali bekerja membandingkan dampak visual dari beberapa contoh kartu yang datang dengan tiba-tiba. "Eva." Aku melompat dan berputar di kursiku, terkejut menemukan Gideon berdiri di samping bilikku. Memandangnya saja sudah mengejutkan aku, seperti biasa, dan jantungku berdebar di dadaku. Melihat sekilas jam dinding, membuktikan bahwa semua itu sudah berlalu seperempat jam dengan cepat sekali. "Gid...Mr. Cross. Kamu tidak perlu turun ke sini." Wajahnya tenang dan tanpa ekspresi, namun matanya seperti badai dan panas. "Siap?" Aku membuka laci dan mengeluarkan dompetku, mengambil kesempatan untuk menghirup napasku dalam-dalam dengan gemetar. Dia beraroma fenomenal dan tampak lebih baik. "Mr. Cross." Suara Mark. "Senang bertemu dengan anda. Apakah ada sesuatu yang ...?" "Aku di sini untuk menjemput Eva. Kami memiliki kencan makan siang."
92
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku menegakkan tubuhku tepat pada waktunya untuk melihat alis Mark naik keatas. Dia pulih dengan cepat, wajahnya halus, seperti biasa ketampanannya yang alami. "Aku akan kembali pada jam satu," aku meyakinkannya. "Sampai jumpa nanti. Nikmati makan siangmu." Gideon meletakkan tangannya di pinggangku dan mengarahkan aku ke lift, Megumi mengerutkan alisnya ketika kami melewati resepsionis. Aku bergeser dengan gelisah saat ia menekan tombol untuk memanggil lift, berharap aku mungkin berhasil melalui hari tanpa melihat pria dimana sentuhannya sangat kudambakan seperti candu. Dia menatapku saat kami menunggu lift, melarikan ujung jarinya menuruni lengan blus satinku. "Setiap kali aku memejamkan mata, aku melihatmu terbalut dalam gaun merah. Aku mendengar suara yang kau buat ketika kamu mulai menyala. Aku merasa kau meluncur di atas tubuhku, meremasku seperti mengepalku, membuatku datang begitu keras, rasanya sangat menyenangkan." "Jangan." Aku memalingkan muka, tak tahan dengan cara dia menatapku dengan mesra. "Aku tidak bisa menahannya." Kedatangan lift membuatku lega. Dia menangkap tanganku dan menarikku ke dalam lift. Setelah ia memasukkan kuncinya di panel, dia menarikku lebih dekat. "Aku akan menciummu, Eva." "Aku tidak..." Dia menarikku semakin mendekat dan mulutnya diatas mulutku. Aku melawan selagi aku bisa, tapi akhirnya aku meleleh saat merasakan lidahnya membelai dengan perlahan dan manis di atas bibirku. Aku menginginkan ciumannya sejak kita berhubungan seks. Aku ingin kepastian bahwa dia menghargai apa yang telah kami lakukan bersama, bahwa itu sangat berarti baginya seperti halnya denganku. Aku menjadi kehilangan kendali sekali lagi ketika ia menarik diri. "Ayo." Dia menarik kunci saat pintu terbuka. Resepsionis Gideon berambut merah tidak mengatakan apa-apa kali ini, meskipun dia menatapku dengan aneh. Sebaliknya, sekretaris Gideon, Scott, langsung berdiri ketika kami mendekatinya dan menyapa namaku dengan ramah. "Selamat siang, Miss Tramell." "Hi, Scott." Gideon memberinya anggukan singkat. "Tahan telepon untukku." "Ya, tentu saja."
93
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku memasuki kantor Gideon yang sangat luas, pandanganku melayang ke sofa dimana ia pertama kali menyentuhku dengan intim. Makan siang disusun di bar - dua piring ditutup dengan talam terbuat dari logam. "Bolehkah aku mengambil dompetmu?" Tanyanya. Aku menatapnya, melihat dia melepaskan jasnya dan disampirkan di atas lengannya. Dia berdiri di sana dengan celana panjang sesuai dengan rompinya, kemeja dan dasi keduanya warna putih bersih, rambutnya hitam dan tebal, wajahnya berbentuk hati, matanya biru dan liar sungguh mempesona. Dengan kata lain, dia membuatku kagum. Aku tidak percaya aku bercinta dengan seorang pria yang tampan ini. Tapi kemudian, itu tak berarti suatu hal yang sama baginya. "Eva?" "Kau tampan, Gideon." Kata-kata itu keluar dari mulutku tanpa sadar. Alisnya terangkat, kemudian kelembutan datang di matanya. "Aku senang kau menyukai apa yang kau lihat." Aku memberikan dia tasku dan bergerak menjauh, aku membutuhkan jarak. Dia menggantung mantelnya dan tasku di rak mantel, kemudian berjalan menuju bar. Aku menyilangkan lenganku. "Ayo kita selesaikan ini. Aku tak ingin bertemu denganmu lagi."
94
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 8
Gideon mendorong tangannya diatas rambutnya dan bernapas dengan keras. “Kau tak bermaksud seperti itu.” Aku tiba-tiba merasa sangat lelah, kelelahan karena bertarung melawan diri sendiri karena dia. ”Aku sungguh-sungguh. Kau dan aku...adalah sebuah kesalahan.” Rahangnya menegang. “Tidak seperti itu. Caraku menangani ini yang kemudian menjadi sebuah kesalahan.” Aku memandanginya, terkejut oleh keganasan penyangkalannya. “Aku tidak bicara mengenai seks-nya, Gideon. Aku bicara mengenai persetujuanku terhadap perjanjian strangers-withbenefits yang gila diantara kita. Aku tahu semua ini sudah salah dari awalnya. Aku seharusnya mendengar instingku. “Kau mau bersamaku, Eva?” “Tidak. Itulah apa yang-“ “Tidak seperti yang telah kita diskusikan di bar. Lebih daripada itu.” Jantungku mulai berdebar keras. “Apa yang sedang kau bicarakan?” “Semuanya.” Dia meninggalkan bar dan mendekat. “Aku ingin bersamamu” “kau tak terlihat seperti ini hari sabtu kemarin.” Lenganku menegang di sekitar pinggangku. “Aku hanya...kaget.” “jadi? Aku juga begitu.” Tangannya bergerak ke pinggulnya. Lalu kedua lengannya disilangkan sepertiku. “Ya TUhan, Eva.” Aku melihatnya menggeliat dan merasa harapannya mengembang. “Jika hanya itu yang bisa kau lakukan, kita selesai.” “inilah kita.” “kita sudah mendapati sebuah kebuntuan jika kau hanya mengambil kesenangan pribadi setiap kali kita berhubungan seks.” Ia tampak berjuang dengan apa yang harus dia katakan. “Aku biasanya selalu punya kontrol. Aku butuh itu. Dan kau meniup semuanya sampai ke neraka saat kita berada di limousine. Aku tidak menanganinya dengan baik.” “begitukah?”
95
www.read-blogger.nlogspot.com
“Eva”. Dia mendekat. “Aku tidak pernah mengalami seperti itu. Dan aku juga tidak berpikir bahwa hal ini mungkin untukku. Sekarang aku harus...aku harus mendapatkannya. Aku harus mendapatkanmu.” “Ini hanya soal seks. Gideon. Seks yang sangat mengagumkan. Tapi itu bisa benar-benar mengacaukan kepalamu ketika dua orang melakukan hal yang tidak baik untuk satu sama lain.” “Omong kosong. Aku mengakui aku mengacaukannya. Aku tak bisa mengubah keadaan yang telah terjadi, tapi aku bisa meyakini bahwa kau ingin meninggalkanku karena itu. kau keluarkan semua peraturanmu, aku menyesuaikan semuanya, tapi kau tidak mau membuat sedikit saja penyesuaian denganku. Kau harus menemuiku ditengah-tengah.” Wajahnya keras karena frustasi. “setidaknya beri aku waktu.” Aku memandanginya, mencoba memahami apa yang sedang dia lakukan dan dimana ini berlangsung. “Apa yang kau inginkan, Gideon?” aku bertanya dengan lembut. Dia menarikku lebih dekat dan menangkup pipiku dengan satu tangan. “Aku ingin mempertahankan rasa yang aku rasakan ketika aku bersamamu. Katakan saja apa yang harus kulakukan. Dan beri aku sedikit ruang untuk mengacau. Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya. Inilah learning curve (kurva pembelajaran – suatu usaha yang menuju kearah perbaikan)." Aku letakkan telapak tanganku di jantungnya dan merasakan ritme debarannya. Ia gelisah dan bersemangat, dan ini yang menempatkanku di tepian. Bagaimana seharusnya aku merespon? Haruskah aku mengikuti intuisiku atau akal sehatku? “Melakukan sebelumnya apa?” “Apapun yang terjadi untuk menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersamamu. Di ranjang dan di luar ranjang.” Gemercik kebahagiaan menyapu melewati diriku dengan begitu gilanya. “Apa kau mengerti berapa banyak usaha dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun hubungan kita, Gideon? Aku sudah merasa lelah. Ditambah aku masih mengurusi masalah pribadiku, dan aku mendapat pekerjaan baru...ibuku yang gila...” Jari-jariku menutup mulutnya sebelum ia sempat membukanya. “Tapi kau berharga, dan aku sangat menginginkanmu. Jadi kurasa aku tak punya pilihan, benar kan? “Eva, sialan kau.” Gideon mengangkatku, meletakkan satu lengannya di bagian bawah belakang tubuhku, mendesakku untuk melingkarkan kakiku di pinggangnya. Dia mencium mulutku dengan bernafsu dan dia menyentuh hidungku dengan hidungnya. “kita akan mencari tahu” “kau bilang bahwa ini akan mudah,” aku tahu aku terlalu hati-hati dan dia jelas telah melakukan hal yang sama. “mudah itu membosankan.” Dia membawaku ke bar dan mendudukkanku di kursi bar. Dia mendorong tudung saji ke arahku kemudian membukanya dan menunjukkan sebuah
96
www.read-blogger.nlogspot.com
cheeseburger yang sangat besar serta kentang goreng. Makananannya masih hangat, terimasih untuk pemanas lempengan granit yang ada di bawah piring. “Yum,” aku menggugam, baru menyadari betapa laparnya diriku. Sekarang setelah kita sudah melakukan pembicaraan, rasa laparku kembali dengan kekuatan penuh. Dia menghentakkan serbet dan menaruhnya di atas pangkuanku sambil meremas lututku; lalu dia duduk di sebelahku. “Jadi bagaimana kita melakukan ini?” “Yah, ambil dengan tanganmu dan masukkan kedalam mulutmu.” Dia melihatku dengan tatapan masam yang membuatku tersenyum. Rasanya nyaman bisa tersenyum. Merasa nyaman bersama dengan dirinya. Memang selalu begitu...untuk sementara waktu. Aku gigit sedikit burgerku, lalu mengerang saat merasakan tendangan dari rasa dari burger itu. Ini cheeseburger tradisional, tapi rasanya sungguh nikmat. “Enak, kan?” dia bertanya. “Sangat enak. Faktanya, pria yang tahu tentang burger yang enak ini mungkin patut untuk menjaga diriku.” Aku mengusap mulut dan tanganku. “Seberapa tahan kau terhadap keeksklusifan?” Saat dia menaruh burgernya, saat itu pula ada kesunyian yang mencekam dalam dirinya. Aku tak bisa mulai menebak apa yang dia pikirkan. “Aku beranggapan ada yang tersirat dalam aturan kita. Tapi untuk menghindari segala keraguan, aku akan menjelaskan dan mengatakan bahwa tidak akan ada laki-laki lain untukmu, Eva.” Tiba-tiba aku menggigil mendengar akhir dari intonasi suaranya yang kurang sopan dan tatapan matanya yang dingin. Aku tahu dia memiliki sisi gelap; aku pun sudah belajar sejak dulu bagaimana cara untuk menempatkan dan menghindari pria yang memiliki bayangan berbahaya dalam matanya. Tapi alarm yang aku kenali tidak berdering disekitar Gideon yang mungkin seharusnya dia miliki. “Tapi kalau teman wanita tidak masalah?” aku bertanya untuk membangkitkan semangat. Alisnya naik. “Aku tahu teman se apartemenmu biseksual. Iya kan?” “Akankah itu mengganggumu?” “membagimu yang akan menggangguku. Itu bukan pilihan. Tubuhmu milikku, Eva.” “dan tubuhmu milikku? Secara eksklusif? Tatapannya berubah menjadi panas. “Ya. Dan aku berharap kau mengambil keuntungannya sesering dan sebanyak mungkin." Yah, tapi...”Tapi kau sudah pernah melihatku telanjang,” aku menggodanya, suaraku serak. “Kau tahu apa yang kau dapatkan. Sedangkan aku tidak. Aku menyukai apa yang sudah aku lihat dari tubuhmu sejauh ini, tapi itu belum seluruhnya.” “Kita bisa memperbaikinya sekarang.”
97
www.read-blogger.nlogspot.com
Pikiran akan dirinya yang telanjang untukku membuatku menggeliat dalam dudukku. Dia memperhatikan dan mulutnya melengkung dengan jahat. “Sebaiknya jangan kau lakukan,” aku berkata ragu-ragu. “Aku sudah pernah terlambat kembali kerja pada hari jumat.” “Malam ini kalau begitu.” Aku menelan dengan keras. “Tentu saja.” “Aku akan pastikan mengosongkan jadwalku pada pukul lima.” Dia melanjutkan makan, benar-benar merasa nyaman dengan kenyataan bahwa kami berdua baru saja dituliskan “seks yang menakjubkan” ke dalam kalender harian batin kita. “kau tak perlu melakukan itu.” Aku membuka botol saus kecil dengan piringku. “Aku butuh ke gym setelah bekerja.” “kita akan pergi bersama” “Benarkah?” aku membalik botol ke arah bawah dan menepuk bagian bawah botol dengan telapak tangan. Dia mengambil botol saus itu dariku dan menggunakan pisaunya untuk mengeluarkan saus ke dalam piringku. “Ini mungkin hal terbaik untuk mengolah energi sebelum aku membuatmu telanjang. Aku yakin kau senang jika bisa berjalan besok.” Aku memandanginya, heran oleh kesantaiannya dalam membuat pernyataan dan kesenangan mengisi wajahnya yang mengatakan kepadaku bahwa dia tidak sepenuhnya bercanda. Organ seksku mengencang menantikan kenikmatan. Aku bisa dengan mudah membayangkan menjadi pecandu serius Gideon Cross. Aku memakan beberapa kentang goreng, memikirkan orang lain yang kecanduan Gideon Cross juga. “Magdalene bisa menjadi sebuah masalah untukku.” Dia mengunyah gigitan burgernya dan menelannya dengan sebuah tegukan besar dari botol airnya. “Dia bilang padaku bahwa dia bicara denganmu, dan pembicaraannya tidak berjalan dengan baik.” Aku beri penghargaan pada kelicikan Magdalene dan usaha pintarnya untuk memotong jalanku. Aku harus sangat berhati-hati dengan wanita ini, dan Gideon harus melakukan sesuatu tentang dia - seperti menyingkirkannya, titik. “Tidak. Memang tidak berjalan dengan baik,” Aku setuju. “Tapi aku tidak suka karena diberitahu bahwa kau tak menghormati wanita yang kau setubuhi dan pada saat kau mendorong kemaluanmu ke dalam diriku maka urusanmu denganku pun selesai.” Gideon terpaku, “Dia bilang begitu?” “Kata demi kata. Dia juga bilang bahwa kau mempertahankan sikap dinginnya sampai kau
98
www.read-blogger.nlogspot.com
siap untuk menetap.” “Dia melakukan itu sekarang?” suara rendahnya dingin dan menggigit. Perutku melilit, mengetahui bahwa hal ini bisa menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk, tergantung apa yang akan Gideon katakana selanjutnya. “kau tak percaya padaku?” “Tentu saja aku percaya padamu.” “Dia bisa menjadi masalah bagiku,” aku mengulangi perkataanku, tidak membiarkan persoalan ini pergi begitu saja. “wanita itu tak akan menjadi masalah. Aku akan bicara padanya.” Aku benci membayangkan dia bicara dengan wanita itu, karena ini membuatku sakit dengan kecemburuan. Lalu aku berpikir ada sebuah persoalan yang harus aku ungkapkan di depan. “Gideon...” “Ya?” dia selesai menghabiskan burgernya dan sedang memakan kentang-kentangnya. “Aku adalah orang yang sangat pencemburu. Aku bisa menjadi tidak rasional karenanya.” Aku menusuk burger dengan sebuah kentang. “kau mungkin mau memikirkan ini, dan apakah kau mau atau tidak berurusan dengan seseorang yang memiliki masalah penghargaan-diri seperti aku. Ini salah satu poin yang melekat ketika pertama kali kau mengajakku bercinta, aku tahu ini bisa membuatku gila mengetahui ada perempuan yang bernafsu disekitarmu dan aku tak punya hak untuk mengatakan segala hal tentang itu.” “kau punya haknya sekarang.” “kau tidak menganggapku serius.” Aku menggelengkan kepala dan menggigit lagi cheeseburger-ku. “Aku belum pernah seserius ini tentang apapun dalam hidupku.” Sambil meraihku, Gideon menggerakkan ujung jarinya ke sudut bibirku, dan menjilat setetes saus yang dia ambil dari situ. “Kau bukan satu-satunya orang yang bisa jadi posesif, aku sangat menjaga apa yang sudah menjadi milikku.” Aku tidak meragukannya semenitpun. Aku menggigit burgerku lagi dan berpikir tentang malam yang akan datang. Aku sangat berhasrat. Dengan cara yang gila juga. Aku sekarat melihat Gideon tanpa busana. Sangat ingin untuk menggerakkan tangan dan bibirku di seluruh tubuhnya. Sekarat karena ingin membuatnya tergila-gila, dan aku hampir putus asa untuk berada di bawahnya, untuk merasakan dia mengejang di tubuhku, mengentakan tubuhnya di dalam diriku, datang dengan keras dan jauh di dalam tubuhku... “Tetaplah memikirkan itu,” dia berkata dengan kasar, “dan kau akan terlambat lagi.” Aku melihatnya dengan alis terangkat, “Bagaimana kau bisa tahu apa yang aku pikirkan?”
99
www.read-blogger.nlogspot.com
“Wajahmu terlihat seperti itu saat kau sedang bernafsu. Aku berniat untuk membuat wajahmu seperti itu sesering mungkin.” Gideon menutup piringnya kembali dan berdiri, menarik kartu nama dari kantongnya dan menaruhnya di sampingku. Aku bisa melihat ia menuliskan nomor telepon rumah dan ponselnya di bagian belakang kartu nama. “Aku merasa bodoh untuk menanyakan pertanyaan ini mengingat percakapan kita sekarang, tapi aku butuh nomor ponselmu.” “Oh”, aku memaksa menarik pikiranku keluar dari tempat tidur. “Aku harus membelinya dulu. Sudah ada di dalam daftar-rencanaku.” “Apa yang terjadi dengan ponsel yang kau pakai untuk mengirim pesan minggu lalu?” Aku mengerutkan hidung. “Ibu menggunakan ponselku untuk melacak pergerakanku di sekitar kota. Ibuku agak...overprotektif.” “oh begitu.” Dia membelai pipiku dengan bagian belakang jarinya. “Ternyata ini maksudnya saat kau bilang ibumu menguntitmu.” “Ya, sayang sekali.” “baiklah kalau begitu. Kita akan mengurus masalah ponsel setelah bekerja dan sebelum kita berangkat ke gym. Lebih aman jika kau memiliki ponsel. Dan aku ingin dengan mudah bisa menghubungi dimanapun sesukaku.” Aku taruh seperempat sisa burgerku yang sudah tidak sanggup aku makan, dan menyeka tangan dan mulutku. “Makanannya sungguh lezat. Terima kasih.” “dengan senang hati.” Dia membungkuk kemudian memberikan ciuman singkat di bibirku. “kau butuh ke kamar kecil?” “Ya. Aku juga butuh sikat gigi yang ada di tasku.” Beberapa menit kemudian, aku menemukan diriku berdiri di kamar kecil tersembunyi di balik pintu panel kayu mahoni yang dicampur dengan mulus di balik layar datar. Kami menyikat gigi berdampingan di wastafel ganda yang mewah, tatapan kita bertemu dalam pantulan kaca. Ini seperti halnya dalam keluarga, hal yang normal dilakukan namun kita berdua gembira didalamnya. “Aku akan mengantarmu ke bawah,” katanya sambil melintasi ruangan kantornya menuju gantungan mantel. Aku mengikutinya, tapi berbelok ketika sampai di mejanya. Aku melangkah dan meletakkan tanganku di tempat yang terang di depan kursinya. “disinikah tempatmu menghabiskan waktu hampir seharian?” “Ya.” Dia mengangkat bahu ke dalam jaketnya dan aku ingin menggigitnya. Dia terlihat sangat lezat. Malah, aku berharap bisa duduk tepat di depan kursinya. Menurut jamku aku punya waktu lima menit. Hampir tidak cukup waktu untuk kembali bekerja, tapi tetap. Aku tak bisa tahan
100
www.read-blogger.nlogspot.com
untuk melaksanakan hak yang baru aku dapat. Aku menunjuk ke kursinya. “Duduk.” Alisnya terangkat, tapi dia menghampiri tanpa berargumen dan duduk dengan anggun ke kursi. Ku rentangkan kaki dan melengkungkan jariku. “Lebih dekat.” Dia bergerak maju, mengisi ruang kosong diantara pahaku. Dia lingkarkan tangannya di sekitar pinggulku dan menatapku. “Suatu hari nanti, Eva, aku akan bercinta denganmu disini.” “Sekarang sebuah ciuman saja,” gumamku, sambil membungkuk ke depan untuk mendapatkan bibirnya. Dengan tanganku di pundaknya sebagai penyeimbang, aku menjilati seluruh bibirnya; lalu memasukan lidahku kedalam dan menggodanya dengan kelembutan. Sambil mengerang, dia memperdalam ciuman, memakan mulutku dengan cara yang dapat membuatku sakit dan basah. “suatu hari nanti,” ulangku diantara bibirnya, “Aku akan berlutut diantara kakimu di bawah meja ini dan menghisapmu. Mungkin saat kau sedang menelepon jutaanmu seperti monopoli. Kau, Mr. Gideon, akan kehilangan itu dan hanya mendapatkan dua ratus dollar-mu. Bibirnya melengkung di bibirku.”aku bisa melihat bagaimana ini terjadi. Kau membuatku kehilangan akalku dimanapun aku bisa datang dalam tubuh ketat dan badan seksimu.” “Apa kau mengeluh?” “Angel, aku bernafsu.” Aku melongo dengan rasa kasih yang ditunjukkannya, meskipun aku menyukai kemanisannya. “Angel?” Dia menggumamkan persetujuannya dengan lembut dan menciumku. Aku tidak bisa percaya perbedaan yang kami lakukan dalam sejam ini. Aku meninggalkan kantor Gideon dengan rumusan pikiran yang sangat berbeda daripada saat diawal aku mendatanginya. Nuansa tangannya di bagian kecil punggungku membuat tubuhku bersenandung dengan pengharapan daripada dengan kesedihan yang aku rasakan saat memasuki kantornya. Aku melambai pada Scott dan tersenyum cerah pada resepsionis yang cemberut. “Aku tidak berpikir dia menyukaiku,” ujarku kepada Gideon saat menunggu lift. “Siapa?” “Resepsionismu.” Gideon melirik resepsionis tersebut dan si kepala merah itu berseri-seri kepadanya.
101
www.read-blogger.nlogspot.com
“Nah,” gumamku. “Dia menyukaimu.” “Aku menjamin gaji wanita itu.” Mulutku melengkung. “Ya aku yakin itulah yang terjadi. Ini pasti tidak ada hubungannya denganmu sebagai pria terseksi yang pernah hidup.” “begitukah aku saat ini?” dia mengurungku di dinding dan membakarku dengan tatapan yang membara. Kuletakkan tanganku di perutnya, menjilat bibir bawahku ketika aku merasakan gumpalan otot mengencang di bawah sentuhanku. “hanya observasi.” “Aku menyukaimu.” Telapak tangannya menekan bidang datar dinding di kedua sisi kepalaku. Dia menurunkan bibirnya ke bibirku dan menciumku dengan lembut. “Aku juga menyukaimu. kau sadar kau sedang bekerja kan?” “Apa bagusnya menjadi seorang boss jika kau tak bisa melakukan apa yang kau mau?” “Hmm.” Saat lift datang, aku merunduk di bawah lengan Gideon dan masuk ke dalam. Dia berkeliaran di sekitarku; lalu melingkariku seperti seorang pemangsa, bergeser ke belakangku untuk menarikku kembali padanya. Dia mendorong tangannya kedalam kantong depanku dan merentangkan tangannya di tulang pinggulku, menjaga ku tetap dekat. Kehangatan sentuhannya begitu dekat dengan rasa sakit yang kurasakan untuknya dan ini merupakan jenis penyiksaan yang khusus. Sebagai pembalasan, kuliukan pantatku padanya dan tersenyum saat dia mendesis dan napasnya memberat. “Jaga sikapmu,” dia menegur dengan keras. “Aku ada temu janji lima belas menit lagi.” “Akankah kau memikirkanku ketika kau berada di mejamu?” “Tidak diragukan. kau juga pasti akan memikirkanku ketika kau berada di mejamu. Ini perintah, Miss Tramell.” Aku menjatuhkan kepalaku didadanya, menyukai perintah yang keluar dari suaranya. “Aku tidak melihat bagaimana itu tak akan terjadi, Mr. Cross. Mengingat bagaimana aku selalu memikirkanmu kemanapun aku pergi.” Dia melangkah keluar bersamaku ketika kita sampai di lantai dua puluh. “Terimakasih untuk makan siangnya.” “Kurasa itu harusnya menjadi kalimatku.” Aku berbalik. “Sampai ketemu nanti, Dark and Dangerous.” Keningnya melengkung saat mendengar panggilan dariku untuknya. “Jam lima. Jangan membuatku menunggu.”
102
www.read-blogger.nlogspot.com
Salah satu lift di bagian ujung kiri terbuka. Megumi melangkah keluar dan Gideon melangkah masuk, tatapannya terkunci padaku sampai pintunya tertutup. “Whew,” kata Megumi. “Kau sudah dapat. Aku cemburu.” Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk membalas perkataannya. Ini semua masih sangat baru dan aku takut bernasib sial. Di belakang pikiranku, aku tahu perasaan senang itu tidak akan bertahan. Segalanya berjalan terlalu baik. Aku mempercepat langkahku menuju meja dan kembali bekerja. “Eva,” aku melihat Mark berdiri diambang pintu ruang kerjanya. “Bisa aku bicara denganmu beberapa menit?” “Tentu saja.” Aku mengambil tabletku, meskipun dari wajah dan suaranya yang suram, aku tahu aku tidak membutuhkan benda itu. Ketakutanku meningkat. “Apa semuanya baik-baik saja?” “Ya.” Dia menunggu sampai aku duduk; dan mengambil kursi lalu memilih untuk di sebelahku daripada duduk di belakang mejanya. “Aku tak tahu bagaiamana mengatakan ini...” “Katakan saja. Aku akan mencoba untuk memahaminya.” Dia menatapku dengan mata yang iba dan takut terhadap keadaan yang memalukan. “Ini bukan wilayahku untuk ikut campur. Aku hanya boss-mu dan ada garis batas disitu. Tapi aku akan melangkahi garis batas itu karena aku menyukaimu, Eva, dan aku ingin kau bekerja disini dalam waktu yang lama.” Perutku mengencang. “Bagus sekali. Aku sangat mencintai pekerjaanku.” “Bagus. Bagus. Aku gembira.” Dia tersenyum sedikit padaku. “Hanya saja...berhati-hatilah dengan Cross, oke?” Aku berkedip, terkejut dengan arah pembicaraan ini. “oke.” “Dia pria yang hebat, kaya, dan seksi, jadi aku mengerti daya tariknya. Sama seperti aku mencintai Steven, aku membuat diriku sendiri bingung berada di sekitar Cross. Dia seperti memiliki daya tarik.” Mark berbicara cepat dan bergeser karena rasa malunya yang tampak dengan jelas. “dan aku mengerti sekali mengapa dia tertarik padamu. kau cantik, pintar, jujur, penuh perhatian...aku bisa menyebutkan lebih banyak lagi, karena kau sangat hebat.” “Terimakasih.” kataku pelan, berharap aku tidak terlihat buruk seperti yang aku rasakan. Ini seperti peringatan dari seorang teman, dan mengetahui bahwa orang lain akan berpikir bahwa aku hanyalah kekasih-minggu-ini yang lain, sungguh hal yang sangat merampas ketidakamananku. “Aku hanya tidak mau melihatmu terluka,” gumamnya, dia terlihat sama sedihnya seperti yang aku rasakan. “aku akan mengakui ini sedikit egois. Aku tidak mau kehilangan asisten hebat hanya karena dia tidak mau bekerja di gedung milik mantan pacarnya.”
103
www.read-blogger.nlogspot.com
“Mark, ini sangat berarti untukku karena kau perhatian dan bahwa aku pantas berada di sini. Tapi kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku wanita yang tangguh. Selain itu, tak ada yang bisa membuatku keluar dari pekerjaan ini.” Dia menghembuskan napasnya, sangat lega. “Baiklah. Lupakan semua ini dan kembali bekerja.” Lalu kami kembali bekerja, tapi aku menempatkan diriku pada masa penyiksaan dengan berlangganan harian Google alert (sebuah program dari google untuk meng-update sebuah pencarian melalui e-mail) untuk nama Gideon. Dan ketika jam lima telah bergulir, kesadaranku akan berbagai kekurangan masih terus menyebar melalui kebahagiaanku seperti sebuah noda. Gideon setepat ancamannya dan dia tidak memperhatikan suasana hatiku yang sedang siaga saat kita turun ke bawah di dalam lift yang ramai. Lebih dari satu wanita didalam lift diamdiam melirik ke arahnya. Tapi aku tidak memikirkan hal-hal seperti itu. Dia memang seksi. Aku malah akan terkejut jika mereka tidak melihatnya. Dia menangkap tanganku ketika melewati pintu putar, menautkan jarinya-jarinya di jarijariku. Sikap sederhana yang intim ini sangat berarti bagiku saat ini dan kueratkan genggamanku padanya. Dan aku benar-benar harus memperhatikan ini. Kejadian yang membuatku sangat bersyukur karena ia mau menghabiskan waktunya bersamaku dan ini akan menjadi awal dari sebuah akhir. Tak satupun dari kami yang akan menghargai diriku jika hal itu terjadi. Bentley SUV terparkir di pinggir jalan dan supir Gideon sudah berdiri di pintu belakang. Gideon menatapku. “aku punya beberapa pakaian olahraga yang sudah di siapkan dan di bawa kemari, andai kau berencana untuk mengunjungi tempat gym mu. Equinox, benar? Atau kita bisa pergi ke tempatku. “Dimana tempatmu?” “Aku lebih memilih untuk pergi ke CrossTrainer di blok tigapuluh-lima.” Rasa penasaranku tentang bagaimana ia tahu gym yang sering aku datangi hilang ketika aku mendengar kata “Cross” di dalam nama tempat gym nya. “kau tidak kebetulan memiliki gym itu kan?” Seketika ia menyeringai. “Sang pemilik. Biasanya, aku latihan seni bela diri dengan seorang pelatih pribadi, tapi kadang-kadang ke gym juga." “Sang pemilik,” aku mengulangi kata-katanya. “tentu saja.” “Tergantung pilihanmu,” katanya dengan penuh perhatian. “Aku ikut kemanapun yang kau mau.” “Tentu saja, ayo kita pergi ke gym-mu.” Dia membuka pintu belakang, dan aku meluncur masuk. Aku tempatkan dompet dan tas
104
www.read-blogger.nlogspot.com
gym-ku di pangkuanku, dan menatap keluar jendela saat mobil keluar dari pinggir jalan. Sedan yang bergerak di samping kita sangat dekat sehingga aku tak perlu menggapai jauh untuk menyentuhnya. Aku masih harus membiasakan diriku dengan jam sibuk di Manhattan. SoCal pun macetnya juga bumper-to-bumper (kendaraan yang bergerak sangat lambat dan jarak antara satu mobil dengan mobil yang lainnya sangat dekat sekali), tapi bergeraknya di kecepatan siput. Disini, di New York, kecepatan berpadu dengan kesesakan di jalan yang seringkali membuatku menutup mata dan berdoa agar aku selamat di perjalanan. Ini adalah keseluruhan dunia. Sebuah kota baru, apartemen baru, pekerjaan baru, dan pria yang baru. Terlalu banyak hal untuk diambil sekaligus. Aku seharusnya bisa mengerti bahwa aku merasa kehilangan keseimbangan. ku melirik Gideon dan menemukan bahwa dia sedang mentapku dengan ekspresi yang sulit dipahami. Segala sesuatu dalam diriku berputar ke dalam nafsu liar yang kacau dan bergetar karena kegelisahan. Aku tidak mengerti apa yang sedang aku lakukan dengan pria ini, hanya saja aku tidak bisa berhenti bahkan jika aku ingin melakukannya.
105
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 9
Kami langsung menuju toko selular dulu. Pemiliknya membantu kami tampak sangat peka terhadap daya tarik magnetis Gideon. Dia bisa dibilang dirinya langsung terjun pada saat Gideon menunjukkan sedikit minatnya akan sesuatu, dengan cepat memberikan penjelasan secara rinci dan bersandar di ruang pribadinya untuk mendemonstrasikan. Aku mencoba memisahkan diri dari mereka untuk menemukan seseorang yang benar-benar akan membantuku, tapi cengkeraman Gideon di tanganku tidak akan membiarkan aku bergerak lebih jauh darinya. Kemudian kami berdebat tentang siapa yang akan membayar, sepertinya ia berpikir dia yang harus membayar meskipun telepon dan akun itu milikku. "Kau seenaknya sendiri memilih layanan provider itu," kataku, mendorong kartu kreditnya ke samping dan menyodorkan punyaku ke gadis itu. "Karena itu praktis. Kita akan berada di jaringan yang sama, jadi panggilan untukku jadi gratis." Dia menukar kartu kreditnya dengan cekatan. "Aku tak akan meneleponmu sama sekali, jika kau tidak mengambil kartu kredit sialanmu menjauh!" Itu adalah trik, meskipun aku tahu dia tak akan senang tentang hal itu. Dia seharusnya bisa mengatasi itu. Setelah kami masuk kembali ke Bentley, suasana hatinya tampak pulih. "Kau bisa langsung menuju gym sekarang, Angus," katanya pada sopirnya, bersandar kembali di kursi. Lalu ia mengeluarkan smartphone-nya dari sakunya. Dia menyimpan nomor baruku ke daftar kontaknya, kemudian ia mengambil telepon baruku dari tanganku dan mengisi daftar kontakku dengan nomor rumah, kantor, dan selulernya. Dia hampir selesai ketika kami tiba di CrossTrainer. Tidak mengherankan, pusat kebugaran bertingkat tiga ini adalah mimpi penggemar kesehatan. Aku terkesan dengan setiap inchi garis atasnya itu, mengkilap, modern. Bahkan ruang ganti wanita seperti sesuatu tayangan dari film fiksi ilmiah. Tapi aku benar-benar kagum ketika melihat bayangan Gideon sendiri ketika aku selesai mengganti pakaianku menjadi pakaian olahraga dan menemukan dia menungguku di lorong. Ia sudah berganti memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan, yang memberikan pemandangan pertamaku dengan melihat lengan dan kaki telanjangnya. Aku berjalan, mendadak berhenti dan seseorang keluar dari belakang menabrakku. Aku hampir tidak bisa meminta maaf, aku terlalu sibuk menatap bentuk tubuh seksinya Gideon yang panas. Kakinya yang kencang dan kuat, proporsional sempurna dengan pinggulnya yang langsing dan bentuk pinggangnya. Lengannya membuat air liurku keluar. Otot bisepnya persis terbelah dengan lengan bawahnya dengan nadi tebalnya seperti mengalir deras, kedua lengannya terlihat kasar dan sangat seksi. Dia mengikat rambutnya ke belakang, yang memamerkan bentukleher dan lekukannya, serta bentuk rahangnya terpahat diwajahnya.
106
www.read-blogger.nlogspot.com
Ya Tuhan. Aku mengenal pria ini begitu intim. Nyata-nyata otakku tidak bisa membungkus mengelilingi dirinya sendiri, tidak pada saat dihadapkan dengan bukti tak terbantahkan mengenai bagaimana ketampanannya yang unik. Dan dia merengut padaku. Menegakkan tubuhnya menjauh dari dinding di mana ia bersandar, dia mendatangiku, kemudian memelukku. Ujung jarinya berjalan sepanjang perutku yang telanjang dan kembali saat ia membuat revolusi itu, mengirim getaran yang berpacu di atas kulitku. Ketika ia berhenti di depanku, aku melemparkan lenganku di lehernya dan menariknya supaya mulutnya turun untuk sekedar menanamkan ciuman sambil bercanda. "Apa-apaan yang kau pakai?" Tanya dia, tampaknya sedikit mereda oleh sambutanku yang antusias. "Pakaian." "Kau terlihat telanjang dengan atasan itu." "Kupikir kau menyukaiku telanjang." Diam-diam aku senang dengan pilihan pakaianku, yang sudah aku menyiapkan tadi pagi sebelum aku tahu dia akan bersamaku. Bagian atas adalah tali Velcro sepanjang bahu dan tulang rusuk seperti segitiga, fungsinya untuk pengamanan dan bisa dikenakan dalam berbagai cara yang memungkinkan pemakainya untuk memastikan di mana payudaranya sangat membutuhkan dukungan. Ini dirancang khusus untuk wanita bertubuh curvy (berlekuk) dan bagian atas pertama yang pernah kulakukan membuat seluruh payudaraku tertahan dengan kuat. Apa yang jadi keberatan Gideon adalah warna yang sama dengan kulitku, yang dikoordinasikan dengan garis-garis yang cocok dengan celana yoga warna hitam. "Aku menyukai kamu telanjang secara pribadi," gumamnya. "Aku harus bersamamu setiap kali kau pergi ke gym." "Aku tidak akan mengeluh, karena aku sangat menikmati pemandangan pada saat ini." Dan, anehnya aku merasa gembira dengan sikap posesifnya setelah rasa sakit yang ia timbulkan dengan penarikan dirinya pada Sabtu malam kemarin. Kedua perbedaannya sangat ekstrim Lompatan pertama yang banyak, aku yakin. "Ayo kita lakukan ini secepatnya." Dia meraih tanganku dan membawaku menjauh dari kamar ganti, menyambar dua handuk berlogo dari tumpukan ketika kami melewati tumpukan handuk itu. "Aku ingin berhubungan seks denganmu." "Aku ingin melakukan itu." "Ya Tuhan, Eva." Cengkeramannya di tanganku mengencangkan ke titik yang menyakitkan. "Kemana dulu? Angkat beban? Mesin? Treadmill?" "Treadmill. Aku ingin lari sedikit." Dia membawaku ke arah itu. Aku melihat cara wanita mengikutinya dengan tatapan mereka,
107
www.read-blogger.nlogspot.com
lalu mereka berdiri. Mereka ingin berada di bagian gym apapun supaya dekat dengan dia, dan aku tidak bisa menyalahkan mereka. Aku juga sangat ingin melihat dia berolah raga. Ketika kami sampai di deretan treadmill dan sepeda, dan sepertinya tak ada habisnya, kami tidak menemukan dua treadmill kosong yang saling berdekatan. Gideon mendekati treadmill, menatap seorang pria yang berada diantara dua tempat yang kosong itu. "Saya sangat berterima kasih jika Anda bisa bergeser disebelahnya." Orang itu menatapku dan tersenyum. "Ya, tentu." "Terima kasih. Saya menghargai itu." Gideon mengambil alih treadmill pria itu dan memberi isyarat kepadaku untuk memakai disampingnya. Sebelum ia memprogram latihannya, aku membungkuk kearahnya. "Jangan membakar energi terlalu banyak," bisikku. "Aku ingin kau bergaya seperti misionaris untuk pertama kalinya. Aku sudah mempunyai fantasi kamu berada di atas, menyentakku dari atas habis-habisan." Tatapannya terbakar ke dalam diriku. "Eva, kau tak tahu." Agak pusing mengantisipasi ini dan lonjakan yang menyenangkan dari kekuatan femininku, aku fokus pada treadmill-ku dan mulai dengan berjalan agak cepat. Sementara aku melakukan pemanasan, aku mengatur shuffle di iPod-ku supaya lagunya mengacak dan ketika lagu "Sexy Back" dari Justin Timberlake mengalun, aku mempercepat langkahku dan semakin cepat. Berlari adalah baik untuk latihan mental dan fisik bagiku. Kadang-kadang aku berharap hanya dengan berlari cepat bisa membuatku menjauh dari apa pun yang menggangguku. Setelah dua puluh menit aku mengurangi kecepatan, lalu berhenti, pada akhirnya mengambil resiko melirik Gideon yang berlari dengan lancar dari mesin yang terpelihara. Dia sedang menonton CNN pada layar diatas kepalanya, tapi ia melayangkan senyuman padaku saat aku menyeka keringat dari wajahku. Aku meneguk botol airku ketika aku pindah ke mesin, memilih salah satu yang memberiku pemandangan yang lebih jelas dari dirinya. Dia menyelesaikan selama tiga puluh menit penuh di atas treadmill, kemudian ia pindah ke angkat beban, dia selalu berada dalam garis pandanganku. Saat ia mulai angkat beban dengan cepat dan efisien, aku tidak bisa menahan untuk berpikir bagaimana dia begitu jantan. Itu membantu karena aku tahu persis apa yang ada di dalam celana pendeknya, tapi terlepas dari itu, ia adalah seorang pria yang bekerja di belakang meja, namun tetap bentuk tubuhnya begitu jantan. Ketika aku mengambil bola kebugaran untuk melakukan beberapa sit-up, salah satu pelatih mendatangiku. Supaya salah satu hasil yang diharapkan di atas alat gym ini berhasil, dia tampan dan ototnya sudah terbentuk dengan baik. "Hai," dia menyapaku, dengan senyum seperti bintang film yang memamerkan gigi putihnya yang sempurna. Dia memiliki rambut coklat gelap dan warna matanya hampir sama. "Pertama kali, benarkah? Saya belum pernah melihat Anda di sini sebelumnya."
108
www.read-blogger.nlogspot.com
"Ya, pertama kali." "Saya Daniel." Dia mengulurkan tangannya, dan aku menyebutkan namaku. "Apakah kau menemukan semua yang kau butuhkan, Eva?" "Sejauh ini sudah cukup, terima kasih." "Apa kau mendapatkan seseorang untuk melatihmu?" Aku mengerutkan kening. "Maaf?" "Kamu bebas mendapatkan seseorang untuk mengarahkanmu." Dia menyilangkan lengannya tampak otot bisepnya yang kekar menegang diujung lengan seragam kaos polonya yang sempit. "Kau tidak mendapatkan salah satu pelatih dari bar bawah ketika kau mendaftar? Kau seharusnya mendapatkan itu." "Ah, well." Aku mengangkat bahu malu-malu, berpikir semua perlatan sama bagusnya. "Aku biasanya tidak perlu diarahkan." "Apa kau sudah melihat sekeliling? Seandainya belum, biarkan aku mengajakmu berkeliling." Dia menyentuh sikuku dengan lembut dan menunjuk ke arah tangga. "Kau juga mendapatkan satu jam gratis pelatihan secara pribadi. Kita bisa melakukan nanti malam atau membuat janji untuk hari lain. Dan aku akan senang mengajakmu turun ke bar kesehatan dan mencoret daftar pelatihnya, juga." "Oh, aku benar-benar tidak bisa." Aku mengkerutkan hidungku. "Aku bukan anggota." "Ah." Dia mengedipkan mata. "Kau kesini memakai pass temporer? Tidak masalah. Kau tak bisa diharapkan mengambil keputusanmu jika kau tidak mendapatkan pengalaman penuh. Aku bisa menjamin itu, meskipun, CrossTrainer itu adalah gym terbaik di Manhattan." Gideon muncul di balik bahu Daniel. "Pengalaman penuh sudah termasuk," katanya, mendekat dan berjalan di belakangku untuk menggeser-geserkan tangannya di sekitar pinggangku, "ketika kau adalah pacarnya pemilik gym ini." Kata "pacar" bergema melalui diriku, mengirimkan dorongan adrenalin yang hebat melalui sistem syarafku. Ini masih jauh dibawah tingkat komitmen yang kami miliki, tapi itu tidak menghentikanku berpikir untuk memperlihatkan aku memiliki cincin yang bagus. "Mr. Cross." Daniel menegakkan tubuhnya dan melangkah mundur, kemudian mengulurkan tangannya. "Suatu kehormatan untuk bertemu dengan Anda." "Daniel telah mempromosikan tempat ini padaku," kataku pada Gideon, saat mereka berjabat tangan. "Kupikir aku sudah melakukannya." Rambutnya basah dengan keringat dan dia berbau sangat istimewa. Aku tak pernah tahu bahwa seorang pria berkeringat bisa tercium begitu sangat menggairahkan. Tangannya mengelus lengan bawahku dan aku merasa bibirnya di puncak kepalaku. "Ayo
109
www.read-blogger.nlogspot.com
kita pergi. Sampai ketemu lagi, Daniel." Aku melambaikan tangan perpisahan saat kami berjalan menjauh darinya. "Terima kasih, Daniel." "Kapan saja." "Aku yakin itu," gumam Gideon. "Dia tak bisa menjauhkan matanya dari payudaramu." "Payudara yang sangat bagus." Dia membuat suara menggeram dengan pelan. Aku menyembunyikan kesenanganku. Dia memukul pantatku cukup keras, membuatku maju selangkah dan meninggalkan sengatan panas di pantat dari balik celanaku. "Perban sialan yang kau sebut sebagai kaos itu tak bisa meninggalkan banyak imajinasi. Jangan terlalu lama di kamar mandi. Kau nantinya juga akan berkeringat lagi." "Tunggu." Aku menangkap lengannya sebelum ia melewati kamar ganti wanita dalam perjalanannya menuju kamar ganti pria. "Apa kau merasa kotor jika aku katakan aku tidak ingin kau mandi? Seandainya aku bilang aku ingin menemukan tempat benar-benar dekat supaya aku bisa menubrukmu sementara keringatmu masih menetes?" Rahang Gideon menegang dan tatapannya bertambah gelap, berbahaya. "Aku mulai takut untuk keselamatanmu, Eva. Ambil barang-barangmu. Ada sebuah hotel di tikungan jalan." Tak satu pun dari kami berganti pakaian dan kami berada di luar dalam lima menit. Gideon berjalan cepat dan aku bergegas untuk mengikuti langkahnya. Ketika ia tiba-tiba berhenti, berbalik, dan menciumku lagi menjadi ciuman panas yang bergairah di trotoar yang penuh sesak, aku terlalu kaget untuk melakukan lebih dari bertahan. Mulut kami menyatu seakan merenggut jiwaku, penuh gairah dan spontanitas yang menyenangkan membuat nyeri dihatiku. Tepuk tangan merebak di sekeliling kami. Ketika dia menegakkan tubuhnya lagi, aku terengah-engah dan pusing. "Apa ini?" Aku tersentak. "Sebuah pendahuluan." Dia melanjutkan perjalanan kami ke Hotel terdekat, aku tak tahu namanya saat ia menarikku melewati penjaga pintu dan melintasi langsung menuju lift. Jelas bagiku bahwa ini salah satu properti Gideon bahkan sebelum seorang manajer menyambut dengan menyebut namanya sebelum pintu lift tertutup. Gideon menjatuhkan ransel di lantai lift dan menyibukkan diri dengan mencari tahu bagaimana caranya melepaskan bagian atas kaos olahragaku. Aku menepuk tangannya menjauh ketika pintu terbuka dan ia mengambil tasnya. Tak ada seorangpun yang menunggu di lantai kami dan tak seorang pun di lorong. Dia menarik master key dari suatu tempat dan beberapa saat kemudian kami berada di dalam ruangan. Aku menyambar, mendorong tanganku keatas dibalik kaosnya untuk merasakan kulit
110
www.read-blogger.nlogspot.com
lembabnya dan kekerasan otot dibaliknya. "Kau harus telanjang. Sekarang juga." Dia tertawa saat ia melepas sepatu dan menarik kaos tanpa lengannya ke atas kepalanya. Ya Tuhan...melihat tubuhnya - semua bentuk tubuhnya, saat celana pendeknya sudah turun di lantai - seperti membakar syaraf. Tidak sedikitpun daging berlebihan ditubuhnya, hanya lempengan otot kerasnya yang terasah. Perutnya seperti papan penggilas cucian dan otot pada panggulnya berbentuk V sangat seksi sekali yang biasa Cary sebut ‘the Loin of Apollo’. Dada Gideon tidak melakukan wax di bagian dadanya seperti yang dilakukan Cary, tapi ia terawat dengan perawatan yang sama yang ia tunjukkan diseluruh tubuhnya. Dia murni pria primitif, perwujudan dari semua yang aku dambakan, aku khayalkan, dan aku harapkan. "Sepertinya aku sudah mati dan pergi ke surga," kataku, menatap malu. "Kau masih berpakaian." Dia menjamah pakaianku, dengan cepat melonggarkan dan menariknya keatas sebelum aku benar-benar menarik napas. Celanaku bergumul dibawah dengan terburu-buru aku menendang sepatuku keluar yang membuatku kehilangan keseimbangan dan jatuh di tempat tidur. Aku nyaris tidak bisa bernapas sebelum ia berada di atasku. Kami berguling sampai kasurnya kusut. Di mana-mana ia menyentuhku meninggalkan jejak bara di belakangnya. Aroma kulit bersihnya seorang pekerja keras adalah afrodisiak dan sekaligus memabukkan, memacu hasratku kepadanya sampai aku merasa seperti aku akan kehilangan pikiranku. "Kau sangat cantik, Eva." Tangannya meremas salah satu payudaraku yang bulat sebelum mengambil putingku untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Aku menjerit karena panas yang membara oleh jilatan lidahnya, di bagian dalam tubuhku mengetat pada setiap hisapan yang lembut. Tanganku dengan serakah meluncur melewati kulitnya yang basah dan berkeringat, membelai dan meremas, mencari tempat yang membuat dia menggeram dan mengerang. Kakiku melilitnya dan mencoba untuk menggulingkannya, tapi dia terlalu berat dan terlalu kuat. Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum ke arahku. "Sekarang giliranku kali ini." Apa yang kurasakan untuknya pada saat ini, melihat senyum itu dan matanya yang membara, begitu intens sangat menyakitkan. Terlalu cepat, pikirku. Aku jatuh cinta begitu cepat. "Gideon-" Dia menciumku begitu mendalam, dengan cara dia menjilati masuk ke dalam mulutku. Aku pikir dia benar-benar bisa membuatku datang hanya dengan ciuman, jika kita melakukan itu cukup lama. Segala sesuatu tentang dia bisa menyalakan aku, dari caranya dia terlihat dan cara dia melihat aku yang merasakan di bawah tangannya dan saat menyentuhku. Keserakahan dan kebutuhan diamnya yang membuat tubuhku seperti menyala, keteladanannya yang kuat dimana ia menyenangkan aku dan membuatnya senang sebagai imbalannya, membuatku bertambah liar. Aku menjalankan tanganku melalui rambut sutranya yang basah. Rambut keriting di dadanya menggoda memperketat putingku dan nuansa seperti batu keras tubuhnya terhadapku adalah cukup untuk membuatku basah dan membutuhkan.
111
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku menyukai tubuhmu," bisiknya, bibirnya bergerak melintasi pipiku ke leherku. Tangannya membelai sepanjang tubuhku dari payudara ke pinggul. "Aku tak pernah mendapatkan cukup dari ini." "Kau belum mendapatkan terlalu banyak," godaku. "Kupikir aku tak akan pernah menjadi puas." Menggigit dan menjilati sepanjang bahuku, dia meluncur turun dan menangkap putingku yang satunya diantara giginya. Dia menyentak dan sedikit melepas penderitaan itu membuat punggungku melengkung dengan sebuah jeritan kecil. Dia meredakan sengatan itu dengan mengisap lembut, kemudian ciumannya berjalan turun. "Aku tak pernah menginginkan sesuatu sampai separah ini." "Jadi lakukan itu padaku!" "Belum," gumamnya, bergerak lebih rendah, berputar-putar di pusarku dengan ujung lidahnya. "Kau belum siap." "Apa? Ah, Ya Tuhan...aku sudah merasakan lebih siap dari apapun." Aku menarik-narik rambutnya, mencoba untuk menarik perhatiannya. Gideon menangkap pergelangan tanganku dan menempelkannya ke kasur. "Punyamu masih sedikit ketat, Eva. Aku akan meremukkanmu jika aku tidak membuatmu menjadi lembut dan rileks." Gelombang kekerasan gairah bergerak melalui tubuhku. Itu merubahku disaat ia berbicara begitu blak-blakan tentang seks. Lalu ia meluncur lebih rendah dan aku menjadi tegang. "Tidak, Gideon. Aku perlu mandi untuk melakukan itu." Dia membenamkan wajahnya di belahanku dan aku berjuang melawan cengkeramannya, memerah karena tiba-tiba merasa malu. Dia menggigit di bagian dalam pangkal pahaku dengan giginya. "Hentikan." "Jangan. Kumohon. Kamu tak harus melakukannya." Tatapannya menghentikan gerakan kepanikanku. "Apa kau pikir aku terasa berbeda dengan tubuhmu seperti yang kau lakukan kepadaku?" tanya dia dengan kasar. "Aku menginginkan kamu, Eva." Aku menjilat bibirku yang kering, begitu terangsang luar biasa oleh kebutuhan liarnya dan aku tak bisa mengucapkan satu katapun. Dia menggeram pelan dan merunduk di antara kedua kakiku. Lidahnya mendorong ke dalam diriku, menjilati sambil memisahkan daerah sensitif. Pinggulku bergejolak dengan gelisah, tubuhku diam-diam memohon untuk minta lebih. Rasanya begitu nikmat aku hanya bisa menangis. "Ya Tuhan, Eva. Aku menginginkan mulutku diantara pangkal pahamu setiap hari sejak aku bertemu denganmu." Kelembutan lidahnya seperti beludru melintasi di atas clit-ku yang sudah membengkak, kepalaku menekan keras ke bantal. "Ya. Seperti itu. Buat aku datang."
112
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia melakukannya, dengan lembut menghisap dan melakukan jilatan keras. Aku meliuk-liuk saat orgasme mengguncang melalui diriku, Di kedalamanku menegang keras, kakiku bergetar. Lidahnya mendorong kedalam diriku saat berguncang, berdesir selama penetrasi yang mulai menurun, mencoba untuk menarik dia lebih dalam. Erangannya bergetar didalam tubuhku yang membengkak, mendorong klimaks itu dengan berputar dan terus berputar. Air mata menyengat dimataku dan membasahi pelipisku, kenikmatan fisik ini menghancurkan dinding yang membuat emosiku berliku-liku. Dan Gideon tidak berhenti. Dia terus berputar-putar di tubuhku yang masih bergetar dengan ujung lidahnya dan menjilati clit-ku yang berdenyut sampai aku mempercepat lagi. Dua jari mendorong kedalam diriku, melingkari dan membelai. Aku begitu sensitif, Aku merontaronta melawan serangannya. Ketika ia menghisap clit-ku dengan kuat, hisapannya berirama, aku datang lagi, berteriak dengan suara serak. Lalu tiga jarinya masuk kedalam diriku, berputar-putar dan membuka diriku. "Tidak." Aku menggelengkan kepalaku, setiap inci kulitku seperti menggelenyar dan terbakar. "Jangan lagi." "Sekali lagi," bujuk dia dengan suara serak. "Sekali lagi, setelah itu aku akan memasuki dirimu." "Aku tidak bisa..." "Kau pasti bisa." Dia meniupkan aliran udara dengan lembut ke bagian tubuhku yang basah, terasa menyejukkan diatas kulitku yang memanas, membangkitkan kembali ujung-ujung saraf yang liar. "Aku suka melihatmu datang, Eva. Suka mendengar suara teriakanmu, bagaimana tubuhmu bergetar..." Dia memijat di tempat lembut dalam diriku dan orgasme berdenyut melalui diriku perlahanlahan, kenikmatan berputar-putar memanas, tak kalah dahsyatnya dibanding perlakuannya yang lembut dari dua orgasme sebelumnya. Berat badan dan panas tubuhnya meninggalkan aku. Di sudut yang jauh dari pikiranku merasa bingung, aku mendengar laci dibuka, diikuti dengan cepat suara robekan foil. Kasur merosot saat ia kembali, tangannya kasar saat ia menarikku turun supaya di tengah tempat tidur. Dia membaringkan dirinya di atas tubuhku, menjepitku, menyelipkan lengannya di luar otot bisepku dan menekannya ke sampingku, seperti memenjarakanku. Tatapanku tertuju ke wajah tampannya yang menegang. Wajahnya keras bergairah, kulitnya meregang ketat diatas tulang pipi dan rahangnya. Matanya begitu gelap dan melebar semakin hitam, dan aku tahu aku menatap wajah pria yang sudah melewati batas dari kontrolnya. Itu penting bagiku bahwa dia sudah melakukan sampai sejauh ini untuk kepentinganku dan ia melakukannya untuk kesenangan dan mempersiapkanku yang aku tahu ini akan jadi hubungan seks yang keras. Tanganku mengepal di seprai, membangun antisipasi. Dia memastikan aku akan mendapatkannya lagi, lagi, dan lagi. Ini adalah untuknya. "Masuki diriku," Aku memerintahkan, menantangnya dengan mataku.
113
www.read-blogger.nlogspot.com
"Eva." Dia berteriak mengeluarkan namaku saat ia menghujam, menenggelamkan diri ke tubuhku – begitu dalam dengan satu dorongan yang keras. Aku terkesiap. Dia begitu besar, keras seperti batu, dan begitu dalam. Koneksi ini sangat intens hingga mengejutkan. Secara emosional. Secara mental. Aku tak pernah merasa begitu benar-benar... diambil. Dimiliki. Aku tak pernah berpikir aku bisa tahan harus dikendalikan saat berhubungan seks, bukan karena keberadaan di masa laluku bagaimana merasakan itu, tapi Dominasi total Gideon ke tubuhku menggeser gairahku ketingkat yang sangat memalukan. Aku belum pernah begitu panas untuk hal ini dalam hidupku, rasanya seperti gila setelah apa yang aku alami dengan dia sejauh ini. Aku mengetatkan diri padanya, menikmati nuansa dia didalam diriku, mengisiku. Pinggulnya menekanku, mendorong seolah-olah mengatakan, Merasakan diriku? Aku ada didalam dirimu. Aku sudah memilikimu. Seluruh tubuhnya mengeras, otot-otot dadanya dan lengan menegang saat ia menarik keluar sampai ke ujung. Pengetatan perutnya yang kaku hanyalah peringatan yang aku dapatkan sebelum dia mendorong lagi. Lebih keras. Aku menjerit dan dadanya bergemuruh dengan pelan, suaranya primitif. "Ya Tuhan...kau terasa begitu nikmat." Mengencangkan pegangannya, dia mulai memasuki diriku lagi, menancapkan pinggulku ke kasur dengan dorongan liar dan keras. Kenikmatan berdesir melewati diriku lagi, mendorongku dengan setiap desakan panas tubuhnya ke dalam diriku. Aku pikir aku suka seperti ini. Aku hanya ingin kau seperti ini. Dia membenamkan wajahnya di leherku dan mendekapku erat di tempat, mendorong dengan keras dan cepat, terengah-engah dengan liar, kata-kata seks panas membuatku gila dengan hasrat. "Aku belum pernah begitu keras dan besar. Aku begitu jauh di dalam dirimu...Aku bisa merasakan itu di perutku...rasakan tubuhku yang keras ini menghentak didalam dirimu." Aku pikir putaran ini adalah miliknya, namun ia masih bersamaku, masih terfokus pada diriku, pinggulnya berputar untuk membujuk kenikmatan di kedalaman tubuhku yang meleleh. Aku membuat suara pelan, tak berdaya oleh kebutuhan dan mulutnya miring diatas diriku. Aku merasa putus asa pada dia, kukuku mencengkeram pinggulnya yang memompa, bergumul dengan desakan yang berputar-putar menjadi dorongan liar tubuhnya yang semakin keras dan membesar itu. Keringat kami menetes, kulit kami panas dan tergelincir bersama-sama, napas kami terengahengah mengambil udara. Saat orgasme datang seperti ada badai dalam diriku, semuanya menegang, mencengkeram, dan meremas. Dia mengumpat dan mendorong satu tangannya di bawah pinggul, menangkup bokongku dan mengangkatku kedalam dorongannya hingga ujungnya yang ada dalam diriku membelai berulang kali ke titik nikmatnya itu. "Ayo, Eva," perintahnya kasar. "Datanglah sekarang."
114
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku terdesak mencapai klimaks yang membuatku terisak memanggil namanya, sensasi itu semakin meningkat dan membesar dengan cara ia membatasi tubuhku. Ia menyentakkan kepalanya ke belakang, bergetar. "Ah, Eva!" Dia mencengkeramku begitu erat hingga aku tak bisa bernapas, pinggulnya memompa saat ia datang lama dan keras. Aku tak tahu berapa lama kita berbaring seperti itu, ambruk, mulutnya meluncur di atas bahu dan leherku untuk meredakan dan menenangkan. Seluruh tubuhku menggelenyar dan berdenyut. "Wow," akhirnya aku berhasil bicara. "Kau akan membunuhku," gumamnya saat bibirnya di rahangku. "Kita bisa mati karena saling meniduri satu sama lain." "Aku? Aku tidak melakukan apapun." Dia mengontrolku sepenuhnya dan bagaimana seksinya hubungan seks ini? "Kau masih bernapas. Itu sudah cukup." Aku tertawa, memeluknya. Mengangkat kepalanya, dia menciumi hidungku. "Kita makan dulu, kemudian kita akan melakukannya lagi." Alisku terangkat. "Kau bisa melakukannya lagi?" "Sepanjang malam." Dia memutar pinggulnya dan aku bisa merasakan dia yang masih agak keras. "Kau seperti mesin," kataku. "Atau dewa." "Ini karena kamu." Dengan ciuman manis yang lembut, dia meninggalkanku. Dia melepas kondom, dibungkusnya dengan tisu yang dia ambil dari meja di samping ranjang, dan melemparkan semua itu ke keranjang sampah di samping tempat tidur. "Ayo kita mandi, lalu memesan makanan dari restoran lantai bawah. Kecuali jika kau mau turun?" "Kurasa aku tidak bisa jalan." Kilatan senyumnya menghentikan jantungku selama satu menit. "Senang rasanya aku bukan satu-satunya." "Kau kelihatan baik-baik saja." "Aku merasa fenomenal." Dia duduk kembali di sisi tempat tidur dan menyisir rambutku kebelakang dari dahiku. Wajahnya lembut, senyumnya hangat penuh kasih sayang. Kurasa aku melihat sesuatu yang lain di matanya dan kemungkinan itu menutup
115
www.read-blogger.nlogspot.com
tenggorokanku. Ini membuatku takut. "Mandilah bersamaku," katanya, mengulurkan tangannya ke tanganku. "Beri aku aku satu menit untuk menjernihkan pikiranku, setelah itu aku akan bergabung denganmu." "Oke." Dia pergi ke kamar mandi, memberiku pemandangan terbaik bentuk punggungnya dan sialan sempurna. Aku mendesah dengan penghargaan murni seorang wanita kepada contoh pria yang terbaik ini. Terdengar suara air dari shower. Aku berhasil duduk dan menggeser kakiku ke sisi tempat tidur, gemetar dengan sempuna. Pandanganku menangkap laci sedikit terbuka disamping tempat tidur dan aku melihat kondom melalui celahnya. Perutku seperti melilit. Hotel ini terlalu mewah untuk menjadi kelas yang menyediakan kondom bersamaan Alkitab yang diperlukan. Dengan tangan sedikit gemetar, aku menarik laci keluar lebih jauh dan menemukan jumlah yang cukup banyak alat kontrasepsi, termasuk sebotol pelumas untuk wanita dan gel spermisida (gel KB untuk wanita). Jantungku mulai berdebar lagi. Di dalam pikiranku, aku mundur kebelakang dimulai dari gairah kami yang memicu perjalanan menuju hotel. Gideon tidak bertanya lagi dimana kamar yang tersedia. Apakah ia memiliki kunci master atau tidak, ia perlu tahu mana kamar yang akan ditempati sebelum ia mengambil satu...kecuali dia sudah tahu sebelumnya bahwa kamar khusus ini kosong. Jelas ini adalah kamarnya – tempat khusus berhubungan seks yang dilengkapi dengan segala sesuatu yang ia butuhkan untuk bersenang-senang dengan wanita yang melayani keinginan dalam hidupnya itu. Ketika aku mendorong kakiku dan berjalan ke lemari, aku mendengar pintu kaca shower terbuka di kamar mandi, kemudian menutup. Aku memegang dua kenop pintu lemari model louvered walnut dan mendorongnya terbuka. Ada sedikit pilihan pakaian pria yang tergantung pada batang logam, beberapa kemeja bisnis dan celana panjang, dan juga celana khaki dan celana jins. Suhu tubuhku langsung turun dan kesedihan yang menyakitkan menyebar melalui puncak orgasme-ku. Laci sebelah kanan lemari ada T-shirt yang dilipat rapi, celana boxer, dan kaus kaki. Yang paling atas di sebelah kiri terdapat mainan seks yang masih dalam kemasan. Aku tidak melihat salah satu laci di bawah. Aku sudah cukup melihat. Aku menarik keatas celanaku dan mengambil salah satu dari kemeja Gideon. Saat aku berpakaian, pikiranku melayang melalui langkah-langkahku, aku belajar menjalani terapi: Bicarakanlah itu. Jelas apa yang memicu perasaan negatif itu pada pasanganmu. Hadapi pemicunya dan berusahalah untuk melewatinya. Mungkin kalau rasa terguncangku sudah berkurang karena perasaanku pada Gideon begitu dalam, aku bisa menerima semua itu. mungkin jika kami tidak hanya memikirkan - ingin berhubungan seks, aku merasa kurang pengalaman dan rentan. Aku tidak akan pernah tahu. Apa yang aku sekarang rasakan adalah sedikit kotor, merasa agak dimanfaatkan dan banyak
116
www.read-blogger.nlogspot.com
sekali rasa sakit. Pengungkapan khusus ini telah memukulku dengan kekuatan yang menyakitkan, dan seperti anak kecil, aku ingin balas menyakitinya. Aku mengambil kondom, pelumas, dan mainan seks, dan melemparkannya di atas tempat tidur. Kemudian, disaat ia memanggil namaku dengan suara geli dan menggoda, aku mengambil tasku dan meninggalkan dia.
117
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 10
Aku tetap menundukkan kepalaku seraya melangkah dengan malu-malu melewati meja registrasi dan keluar hotel melalui pintu samping. Wajahku memerah dengan memalukan mengingat sang manajer yang menyapa Gideon saat kita berada di lift. Aku hanya bisa membayangkan apa yang dia pikirkan tentang aku. Dia pasti sudah tahu Gideon memesan kamar itu untuk tujuan apa. Aku tidak bisa menahan pikiran tentang menjadi yang berikutnya dari sekian banyak wanita yang pernah ia ajak ke hotel itu, namun aku benar-benar telah menjadi salah satu dari mereka sejak saat kita memasuki hotel itu. Seberapa sulit hal ini akan diberhentikan oleh dan menjaga kamar yang kita miliki sendiri? Aku mulai berjalan tanpa arah dan tujuan di dalam pikiranku. Cuaca diluar gelap saat ini, kota telah mengambil seluruh kehidupan dan energi dari apa yang dimiliki selama hari-hari kerja. Gerobak makanan yang mengepul menghiasi trotoar, bersama dengan penjual yang menjajakan bingkai karya seni, yang lain menjual kaus-kaus oblong masa kini, namun yang lainnya lagi memiliki dua meja lipat yang mengulas film dan naskah episode di televisi. Dengan setiap langkah yang aku ambil, adrenalin yang mengaliriku ikut terbakar pergi. Pikiran jahat yang menyenangkan tentang Gideon yang keluar dari kamar mandi lalu mendapatkan kamarnya telah kosong dan peralatan-berserakan di kasur berlari memburunya. Aku mulai tenang....Dan serius berpikir tentang apa yang baru saja terjadi. Apakah ini sebuah ketidaksengajaan bahwa Gideon mengundangku ke gym yang hanya kebetulan menjadi nyaman dekat dengan kamar sialannya? Aku ingat percakapan yang kita lakukan dikantornya saat makan siang dan cara dia berjuang mengungkapkan dirinya untuk memiliki aku. Dia sama bingung dan tercabiknya seperti aku memikirkan tentang bagaimana ini bisa terjadi diantara kita. Dan aku tahu betapa mudahnya hal ini jatuh ke dalam pola yang sudah dibentuk. Pada akhirnya, akankah aku jatuh kedalam kepasrahan diriku sendiri? Aku sudah menghabiskan banyak waktu di terapi agar mengetahui dengan lebih baik daripada harus terluka dan lari ketika aku sedang tersakiti. Dengan gundah gulana, aku melangkah masuk ke dalam rumah makan Italia dan mendatangi sebuah meja. Aku memesan sebuah shiraz dan pizza margherita, berharap wine dan makanan bisa menenangkan getaran kegelisahan dalam diriku sehingga aku bisa berpikir dengan baik. Ketika pelayan kembali membawa wine, aku meneguk setengah gelas tanpa benar-benar merasakannya. Aku mulai merindukan Gideon, rindu akan susana hatinya yang bermain dengan gembira sesaat sebelum aku pergi. Aroma tubuhnya ada di sekujur tubuhku - aroma dari kulit dan panas tubuhnya, seks keras. Mataku tersengat dan aku membiarkan air mata meluncur di wajahku, meskipun di tengah orang banyak, di restoran yang sangat sibuk. Makananku datang dan aku mengambilnya. Rasanya seperti kertas karton, meskipun aku ragu ini ada hubungannya dengan chef atau tempatnya. Aku menarik kursi dimana kuletakkan tasku, aku mengeluarkan smartphone baruku dengan niat meninggalkan pesan untuk layanan jawaban milik Dr. Travis. Dia menyarankan untuk berkomunikasi melalui video chat sampai aku menemukan terapis baru di New York dan aku menutuskan untuk menerima tawarannya. Saat itulah aku menyadari ada duapuluh-satu panggilan tak terjawab dari Gideon dan sebuah pesan;
118
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengacau lagi. Jangan putus denganku. Bicaralah padaku. Kumohon. Air mataku menggenang lagi. Aku menggenggam erat ponsel di jantungku, sebagai rasa kehilangan atas apa yang aku lakukan. Aku tidak bisa mengenyahkan gambaran Gideon dengan wanita lain dari dalam pikiranku. Aku tidak bisa berhenti membayangkan dia tidur bersama wanita lain dalam satu ranjang, menggunakan mainannya terhadap wanita itu, membuat wanita itu tergila-gila, mengambil kesenangannya dari tubuh wanita itu... Sangat tak masuk akal dan tidak berarti memikirkan hal-hal seperti itu, dan ini membuatku merasa picik dan kecil dan sakit secara fisik. Aku terkejut saat ponselku bergetar di tanganku, hampir saja aku menjatuhkannya. Seraya merawat rasa sakitku, aku berdebat untuk membiarkan panggilan itu ke voice mail karena aku bisa lihat di layar bahwa panggilan itu dari Gideon - ditambah lagi cuma dia satu-satunya orang yang mengetahui nomor ponselku - tapi aku tak bisa menghiraukannya, karena dia sangat jelas sedang gelisah. Seberapa ingin aku ingin menyakitinya tadi, sebesar itu pula aku tak dapat membiarkan ini sekarang. "Hello." Suaraku tidak terdengar seperti biasanya, tercekat oleh air mata dan emosi. "Eva! Terimakasih Tuhan." Suara Gideon terdengar sangat cemas. "Dimana kau?" Melihat sekeliling, aku tidak lihat apapun yang dapat memberitahuku nama rumah makan ini. "Aku tak tahu. Ma..Maafkan aku, Gideon." "Tidak, Eva. Jangan. Ini salahku. Aku harus menemukanmu. Bisa kau jabarkan dimana kau sekarang? Apa kau jalan kaki?" "Ya. Aku tadi jalan kaki." "Aku tahu lewat mana tadi kau keluar. Jalan mana yang kau ambil?" Dia bernapas cepat dan aku mendengar suara lalu lintas dan klakson mobil di belakangnya. "Ke kiri." "Apakah kau berbelok di ujung jalan manapun setelah itu?" "Mungkin tidak. Aku tak tahu." Aku melihat sekeliling untuk mencari pelayanan yang bisa aku tanyai. "Aku di sebuah restoran Italia. Disana ada beberapa bangku di pinggir jalan... Dan pagar dari besi tempa. Pintu perancis...Ya Tuhan, Gideon, aku-" Dia muncul, membentuk bayangan di pintu masuk sambil memegang ponsel di telinganya. Aku segera mengenalinya, memperhatikan dia membeku ketika dia melihatku duduk bersandar di dinding arah belakang. Mendorong ponselnya ke dalam kantong jeansnya yang ia simpan di dalam hotel, dia melangkah melewati pelayan yang mulai berbicara padanya dan berjalan lurus ke arahku. Aku baru akan mengatur agar bisa berdiri di kakiku sebelum dia menarikku ke dirinya dan memelukku dengan erat.
119
www.read-blogger.nlogspot.com
"Ya Tuhan." Ia sedikit gemetar dan menenggelamkan wajahnya dileherku. "Eva." Aku memeluknya juga. Dia sudah segar sehabis mandi, membuatku pedih menyadari kebutuhanku untuk mandi juga. "Aku tidak bisa berada disini," katanya dengan parau, mendorong kebelakang untuk menangkup wajahku di tangannya. "Aku tidak bisa berada di keramaian sekarang. Maukah kamu ikut pulang bersamaku?" Sesuatu diwajahku pasti mengungkapkan sifat hati-hatiku yang berlama-lama karena dia menekan bibirnya di dahiku dan menggumam, "Ini tidak seperti di hotel tadi, aku janji. Ibuku adalah satu-satunya wanita yang pernah datang ke tempatku, selain pembantu dan beberapa pekerja." "Ini sangat bodoh," gumamku. "Aku jadi sangat bodoh." "Tidak." Dia menyisir kebelakang rambut dari wajahku dan membungkuk untuk berbisik ditelingaku. "Jika kau membawaku ke tempat yang dipesan untuk bercinta dengan pria lain, aku pun juga akan tersesat." Si pelayan kembali, dan kami menjauh. "Bisa saya memberikan anda menu, Pak?" "Tidak perlu." Gideon mengeluarkan dompet dari saku belakangnya dan menyerahkan kartu kredit. "Kita akan pergi." *** Kami menggunakan sebuah taksi ke kediaman Gideon dan dia menggenggam tanganku sepanjang waktu. Aku tidak pernah segugup ini saat menaiki lift pribadi menuju apartemen griya tawang di Fifth Avenue. Pemandangan atap yang tinggi dan arsitektur pra perang bukanlah hal yang baru bagiku, dan sungguh, ini semua seperti yang sudah di sangka ketika mengencani seorang pria yang sepertinya hampir memiliki segalanya. Dan gambaran yang diharapkan dari Central Park...well, tentu saja dia memiliki salah satunya. Tapi ketegangan Gideon sangat jelas, dan ini membuatku sadar bahwa segalanya merupakan masalah besar baginya. Ketika pintu lift tiba secara langsung masuk ke dalam ruang depan apartemennya yang terbuat dari pualam. Dia mengenggam erat tanganku sebelum dia melepaskanku. Dia membuka kunci pintu masuk ganda untuk membawaku masuk kedalam., dan aku bisa merasakan kecemasannya saat dia memperhatikan reaksiku. Rumah Gideon sama indahnya dengan dirinya. Benar-benar sangat berbeda dengan suasana dikantornya, yang mengkilap, modern, dan keren. Ruangan pribadinya hangat dan mewah, diisi dengan permadani antik dan berseni dari Aubussion yang luar biasa terhampar diatas lantai kayu yang berkilau. "Ini sungguh luar biasa," kataku lembut, aku merasa menjadi orang yang istimewa saat
120
www.read-blogger.nlogspot.com
melihat itu. Hanya melihat sekilas kedalam ruang pribadi Gideon yang sangat ingin kuketahui dan ternyata sungguh mengagumkan. "Masuklah." Dia menarikku untuk masuk lebih dalam ke apartemennya. "Aku ingin kamu tidur disini malam ini." "Aku tak punya pakaian dan barang lainnya..." "Yang kau butuhkan hanya sikat gigi didalam tasmu. Sisanya kita bisa ambil di apartemenmu besok pagi. Aku janji akan mengantarmu kekantor tepat waktu." Dia menarikku ke pelukannya dan menempatkan dagunya di atas kepalaku. "Aku benar-benar ingin kau tetap tinggal, Eva. Aku tidak menyalahkan kepergianmu, tapi itu membuatku diriku ketakutan. Aku butuh bersamamu untuk sementara. "Aku butuh pegangan." aku mendorong tanganku dibawah baju belakangnya agar bisa membelai pinggangnya yang keras nan lembut. "Aku juga harus mandi." Dengan hidungnya di rambutku, dia menarik napas dalam. "Aku suka baumu yang serupa dengan bauku." Tapi dia menuntunku melewati ruang tengah dan menuruni ruang besar menuju ke kamar tidurnya. "Wow," Aku terkejut ketika dia menyalakan lampu. Sebuah rentetan kasur yang sangat besar mendominasi ruangan, lantai yang gelap - yang sepertinya pilihan dia - dan seprai krim lembut. Perabotan yang lain senada dengan kasur dan di beri aksen warna emas. Sungguh hangat, ruangan yang maskulin tanpa barang seni di dinding untuk mengurangi pemandangan malam Central Park yang terang dan gedung-gedung tempat tinggal yang sungguh indah di sisi yang lain. Pandanganku terhadap Manhattan. "Kamar mandinya disini." Sesaat setelah aku membuang waktu, terlihat sebuah lemari kaca coklat muda antik berkakicakar, dia menarik keluar beberapa handuk dari sebuah lemari berpintu dua dan memberikannya untukku, begerak dengan kepercayaan dirinya yang anggun dan sensual yang sangat aku kagumi. Melihat dia berada dirumahnya, berpakaian sangat sederhana, menyentuh diriku. Mengetahui bahwa aku satu-satunya wanita yang memeliki pengalaman ini bersamanya dan hal itu lebih dari sekedar mempengaruhiku. Aku merasa seperti melihatnya lebih dari telanjang saat ini daripada sebelumnya. "Terimakasih." Dia melihatku sekilas dan sepertinya mengerti bahwa ungkapanku lebih dari sekedar handuk yang sudah dia berikan untukku. Tatapannya membakarku. "Senang rasanya kamu ada disini." "Aku tidak mengerti bagaimana aku bisa berakhir seperti ini, bersamamu." Tapi aku benarbenar, sungguh menyukai ini. "Apakah itu masalah?" Gideon menghampiriku, mengangkat daguku untuk memberikan
121
www.read-blogger.nlogspot.com
ciuman diujung hidungku. "Akan ku letakkan sebuah kaos untukmu di atas ranjang. Apakah kamu mau Caviar dan vodka?" "Well...itu lebih baik dari pizza." Dia tersenyum. "Petrossian's Ossetra." "Tetap aku koreksi." Aku tersenyum kembali. "Seratus kali lebih baik." Aku mandi dan mengenakan baju Cross Industries kebesaran yang tadi diletakkannya untukku; dan aku menghubungi Carry untuk memberitahunya bahwa aku tidak akan menginap diluar dan memberinya penjelasan singkat tentang kejadian di hotel. Dia bersiul. "Aku bahkan tak yakin mau mengatakan apa tentang ini." Carry yang tidak menyebutkan apa-apa bahkan sudah menjelaskan segalanya. Aku bergabung dengan Gideon di ruang tengah, dan kita duduk di lantai didekat meja kopi untuk menyantap caviar yang berharga dengan roti panggang kecil dan creme fraiche. Kami menonton siaran ulang dari aturan tata cara polisi New York yang baru saja terjadi dan menampilkan sebuah adegan film dijalanan di depan Crossfire. "Menurutku keren sekali bisa menyaksikan gedung yang kita miliki muncul di televisi seperti itu," kataku. "Lumayan, jika mereka tidak terlalu dekat dengan jalan selama beberapa jam untuk syuting." Aku membenturkan pundakku padanya. "Pesimis." Kami merangkak naik ke ranjang Gideon pada pukul setengah sebelas dan menonton setengah jam tayangan terakhir ketika kita melingkar bersama. Ketegangan seksual berderak di udara diantara kami, tapi dia tidak membuat tawaran jadi akupun tidak menawarkan apapun. Aku mengira dia masih mencoba untuk mengganti rugi atas kejadia di hotel, mencoba untuk membuktikan bahwa dia ingin menghabiskan waktunya denganku tanpa "semangat bercinta". Dan ternyata berhasil. Sebesar aku menginginkan tubuhnya yang seksi luar biasa, rasanya nyaman dengan hanya menghabiskan waktu bersama. Dia tidur tanpa busana, dan ini sangat menyenangkan untukku saat berpelukan dengannya. Aku meletakkan kakiku ditubuhnya, membungkus pinggangnya dengan lenganku dan mengistirahatkan kepalaku di dadanya. Aku tidak mengingat akhir dari tayangan itu, jadi aku pasti sudah tertidur sebelum tayangannya berakhir. Ketika aku bangun, keadaan masih gelap didalam kamar dan aku bergeser dari sisiku ke sudut ranjang. Aku bangun untuk melihat jam digital yang terpampang di dinding kamar Gideon dan mendapati bahwa jam menunjukkan hampir pukul tiga pagi. Biasanya aku tidur sepanjang malam dan berpikir mungkin ada keanehan yang terjadi saat aku sedang tertidur lelap; lalu Gideon mengerang dan bergeser dengan gelisah dan aku menyadari apa yang telah mengusikku. Suara yang dibuatnya penuh kesakitan, suara yang berikutnya berupa desisan
122
www.read-blogger.nlogspot.com
napas yang tersiksa. "Jangan sentuh aku," Dia berbisik dengan kasar. "Jauhkan tangan sialanmu dariku!" Aku membeku, debaran jantungku berpacu. Kata-katanya membelah melalui kegelapan, diisi dengan amarah. "Kau bajingan sialan." Dia menggeliat, kakinya menendang selimut. Punggungnya melengkun dalam erangan yang terdengar erotis dengan cara yang aneh. "Jangan. Ah, Tuhan...sakit." Dia pun mengejang, badannya berputar-putar, aku tidak kuasa melihatnya. "Gideon." Karena Carry sesekali juga bermimpi buruk, aku tahu dengan baik daripada menyentuh pria yang sedang mengalami pergolakan seperti ini. Lebih baik aku berlutut disampingnya dan memanggil namanya. "Gideon, bangun." Tiba-tiba dengan kasar, dia jatuh dipunggungnya, tegang dan penuh pengharapan. Dadanya menghela dengan lukisan napas. Organ seks nya keras dan tergeletak dengan berat di sepanjang perutnya. Aku berbicara dengan sungguh-sungguh, meskipun hatiku hancur. "Gideon. Kamu sedang bermimpi. Kembalilah padaku.' Dia jatuh ke kasur. "Eva...?" "Aku disini." Bergerak, aku bergeser keluar dari cahaya bulan, tapi tidak melihat cahaya yang berkilau yang dapat memberitahuku bahwa matanya terbuka. "Apa kamu bangun?" Napasnya mulai melambat, tapi dia tidak bicara. Tangannya mengepal di bawah seprai. Aku menarik baju yang kupakai melalui kepalaku dan menjatuhkannya di kasur. Aku beringsut mendekat, menggapai dengan tanganku yang ragu untuk menyentuhya. Ketika dia tidak bergerak, aku membelainya, ujung jariku bergeser dengan lembut ke otot lengan atasnya yang keras. "Gideon?" Dia tersentak bangun. "Apa? Apa ini?" Aku duduk diatas tumitku dengan tangan diatas paha. Au melihatnya berkedip padaku, dan mendorong kedua tangannya melalui rambutnya. Aku bisa merasakan mimpi buruk itu masih melekat padanya, aku merasakan itu dari kekauan tubuhnya. "Apa yang terjadi?" dia bertanya dengan keras, mengangkat badannya dengan satu siku. "Kau baik-baik saja?" "Aku menginginkanmu." Kubentangkan tanganku padanya, menjajarkan tubuh telanjang ku dengannya. Menekan wajahku pada tenggorokannya yang lembab. Aku menghisap dengan lembut kulit asinnya. Aku tahu dari mimpi burukku sendiri bahwa dimiliki dan dicintai dapat mendorong momok yang menyeramkan itu kembali terkunci untuk sementata waktu. Lengannya mengelilingiku, dan tangannya membelai naik dan turun pada lekukan tulang belakangku. Aku merasakan dia sudah membiarkan mimpinya pergi dengan desahan yang
123
www.read-blogger.nlogspot.com
panjang dan dalam. Mendorong dia kebelakang, aku memanjat keatasnya dan mengunci mulutku ke mulutnya. Ereksinya membingkai diantara bibir organ seksku dan aku mengguncangkannya ditubuhnya. Merasakan tangannya dirambutku, menahanku untuk mengontrol ciumannya, dengan cepat membuatku basah dan siap. Api menjilat tepat dibawah kulitku. Aku mengusapkan clitku keatas dan kebawah pada tubuhnya sempurnanya yang panjang, menggunakannya untuk membuatku masturbasi sehingga dia membuat suara yang berat oleh hasrat dan berbalik untuk menempatkanku di bawahnya. "Aku tak punya kondom dirumah ini," dia bergumam sebelum membungkus bibirnya disekitar puting dan menghisapnya dengan lembut. Aku suka ketidaksiapannya. Ini bukan kamar-bercintanya; ini adalah rumahnya dan aku adalah kekasih satu-satunya yang dia bawa masuk ke dalam rumah ini. "Aku tahu kau menyebutkan tentang menukar tagihan dari kesehatan ketika kita sedang bicara tentang mengendalikan kelahiran dan ini merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan. Tapi-" "Aku percaya padamu." Dia mengangkat kepalanya, menatapku dalam cahaya bulan yang redup. Berlutut membuka lebar kakiku, dia mendorong ujung tubuh telanjangnya ke dalam diriku. Dia terbakar terbakar panas dan lembut bagaikan sutera. "Eva," Dia menghela napas, mencengkeram erat tubuhku padanya. "Aku tidak pernah... Tuhan, kau terasa sangat nikmat. Aku bersyukur kau ada disini." Aku merenggut bibirnya ke bibirku dan menciumnya. "Aku juga." *** Aku terbangun dengan keadaan yang sama seperti saat aku tertidur, dengan Gideon diatas dan didalam ku. Dia menatap melalui kelopak matanya yang berat dengan hasrat yang ku kembangkan dari ketidaksadaran dalam nafsu yang menggairahkan. Rambutnya menggantung di sekitar bahu dan wajah, terlihat lebih dari seksi karena terlihat kusut saat tidur. Tapi yang terbaik dari semua adalah, dimata kerennya tidak terlihat bayang-bayang, tidak ada kepedihan yang berlama-lama menghantui mimpinya. "Aku harap kau tak keberatan," dia bergumam dengan seringai jahat, menggeser masuk dan keluar. "Kau hangat dan lembut. Aku tidak berdaya karna menginginkanmu." Ku regangkan kedua lenganku melewati kepalaku dan melengkungkan punggungku, menekankan payudaraku ke dadanya. Melalui lengkungan - atas jendela yang tipis, aku melihat cahaya lembut dari fajar yang mengisi langit. "Umm.. Aku harus terbiasa untuk bangun dengan keadaan seperti ini." "Itu adalah anganku saat jam tiga pagi tadi." Dia memutar panggulnya dan tenggelam lebih dalam di tubuhku. "Aku pikir aku harus membalas kebaikanmu."
124
www.read-blogger.nlogspot.com
Tubuhku berputar karena semangat, detak jantungku semakin cepat. "Ya, kumohon." *** Carry sudah pergi ketika kita sampai di apartemenku, meninggkalkan sebuah pesan di belakang yang menjelaskan bahwa dia sedang bekerja, tapi akan kembali dalam cukup waktu untuk makan pizza bersama Trey. Semenjak aku sangat marah untuk menikmati pie ku pada malam sebelumnya, aku siap untuk mencoba lagi di saat aku sedang memiliki waktu yang baik. "Aku ada bisnis makan malam hari ini," kata Gideon, bersandar pada bahuku untuk membaca reaksiku. "Aku berharap kamu mau ikut denganku dan membuat makan malam itu jadi tidak membosankan." 'Aku tidak bisa memberikan jaminan pada Cary," aku berkata dengan penuh penyesalan, menoleh untuk melihatnya. "Chicks before dicks (ungkapan yg digunakan oleh perempuan, artinya: lebih memilih teman dulu baru kemudian pacar) dan begiulah." Mulutnya mengejang dan dia mengurungku ke meja sarapan. Dia mengenakan pakaian kerja dengan setelan yang sudah aku pilihkan, sebuah grafit abu-abu Prada dengan kilauan lembut. Dasinya berwarna biru yang sesuai dengan warna matanya, dan waktu aku merebahkan diriku d ranjangnya dan menontonnya berpakaian, aku harus menahan keinginanku untuk melepaskan pakaiannya. "Cary bukan anak kecil. Tapi aku mengerti maksudmu. Aku ingin bertemu denganmu malam ini. Bolehkan aku datang setelah makan malam dan tetap disini sepanjang malam?" Pengharapan yang menggelora bergegas melewatiku. Aku merapikan tanganku diatas rompinya, merasa seperti aku memiliki rahasia spesial karna aku mengetahui dengan pasti seperti apa dia terlihat tanpa pakaian ini. "Aku senang jika kamu mau datang." "Bagus." Dia memberikan anggukan puas. "saat kamu berpakaian, aku akan membuat kopi untuk kita berdua." "Kacangnya ada di lemari pendingin. Penggilingnya ada di sebelah toples kopi." Aku menjelaskan. "Dan aku senang memakai banyak susu dan sedikit pemanis." Ketika aku keluar kamar dua puluh menit kemudian, Gideon meraih dua gelas kopi untuk berpergian dan berjalan kebawah menuju lobby. Paul bergegas menuntun kami keluar dari pintu depan dan mengantar masuk ke bagian belakang mobil Bentley SUV Gideon yang sudah menunggu. Bersamaan dengan supir Gideon yang masuk ke dalam lalu lintas, Gideon pun memeriksa ku dan berkata "Kamu pasti berusaha membunuhku. Apa kamu memakai garter lagi?" Menarik ujung rokku keatas, aku menunjukkan padanya bagian atas stoking sutera hitamku yang berkait pada sabuk garter renda hitam milikku.
125
www.read-blogger.nlogspot.com
Umpatannya yang menggumam membuatku tersenyun. Aku memilih sweater turtleneck lengan pendek sutera dipadu dengan sangat baik memakai rok lipit pendek dalam lipstik merah dan sepatu hak tinggi Mary Janes. Karena Cary tidak ada untuk membantuku mengatur rambut dengan sesuatu yang indah, aku hanya mengikat kuda rambutku. "Kau suka?" "Aku jadi keras." Suaranya serak dan dia menegaskan dirinya di dalam celananya. "Bagaimana aku bisa melewati hari dengan memikirkan mu berpakaian seperti itu?" "Selalu ada saat makan siang," aku menyarankan, berfantasi tentang siang hari berada di sofa kantor Gideon. "Aku ada bisnis makan siang hari ini. Aku akan menjadwal ulang, jika aku belum memindahkannya kemarin." "Kau menjadwal ulang temu janji mu karena aku? Aku sungguh tersanjung." Dia menggapai dan menyapukan ujung jarinya di pipiku, sebuah sikap kebiasaan-saat ini menunjukkan kasih sayang yang lembut dan kehangatan yang mendalam. Aku telah mempercayai untuk menerima berbagai sentuhan itu. Kusandarkan pipiku di telapak tangannya. "Bisakah kamu memotong lima belas menit waktumu untukku?" "Aku akan mengaturnya." "Hubungi aku saat kau tahu waktunya." Mengambil napas yang dalam, aku menggali tasku dan membungkus tanganku disekitar hadiah yang aku tak yakin dia menginginkannya, tapi aku tak bisa menyingkirkan memori tentang mimpi buruknya keluar dari kepalaku. Aku berharap bahwa hadiahku untuknya akan mengingatkannya padaku dan seks jam tiga pagi, serta membantu mengatasi mimpinya. "Aku punya sesuatu. Aku pikir..." Dengan tiba-tiba aku merasa angkuh untuk memberikannya apa yang aku bawa. Dia mengerutkan dahi. "Ada apa?" "Tak ada apa-apa. Ini hanya..." Aku menghela napas dengan cepat. "Dengar, aku punya sesuatu untukmu, tapi aku baru sadar ini salah satu dari banyak hadiah - well, ini bukan hadiah sesungguhnya. Aku sudah berpikir bahwa ini tidak sesuai dan-" Dia mendorong keluar tangannya. "Berikan padaku." "Kau benar-benar bisa memutuskan untuk tidak menerima-" "Diam, Eva." Dia melengkungkan jarinya. "Berikan padaku."
126
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengeluarkan hadiah itu keluar dari tasku dan menyerahkan padanya. Gideon menatap kebawah pada bingkai foto dalam keheningan yang lengkap. Itu adalah frame baru yang melukiskan potongan gambar dari hal-hal yang berhubungan dengan wisuda, termasuk sebuah jam digital yang menunjukkan pukul 3:00 dini hari. Gambarnya adalah fotoku yang sedang berpose di pantai Coronado mengenakan bikini warna merah kerang dengan topi jerami besar yang terkulai - kulitku kecoklatan, bahagia, dan meniupkan sebuah ciuman untuk Cary, yang sedang berpura-pura memerankan seorang fotografer fashion kelas atas sedang memanggil dengan ucapan konyol. Cantik, sayang. Perlihatkan padaku sassy. Tunjukkan keseksian padaku. Sungguh hebat. Tunjukkan padaku catty... rawr... Dengan malu-malu, aku menggeliat sedikit dalam dudukku. "Seperti yang aku bilang, kamu tidak perlu menyimpan-" "Aku-" Dia membersihkan tenggorokannya. "Terimakasih, Eva." "Ah, baiklah..." Aku sangat bersyukur melihat Crossfire diluar melalui jendelaku. Aku melompat keluar dengan cepat saat supir menepi dan melarikan tanganku melalui rokku, merasakan kesadaran-diri. "Jika kau mau, aku bisa menyimpannya dulu sampai nanti." Gideon menutup pintu Bentley-nya dan menggelengkan kepala. "Ini milikku. Kau tak boleh mengambilnya kembali." Dia mengaitkan jari-jarinya ke jari-jariku dan begerak menuju pintu putat dengan sebelah tangan menggenggam frame. Aku menghangat saat menyadari bahwa dia bermaksud untuk membawa fotoku ke kantor bersamanya. *** Salah satu hal yang menyenangkan tentang perusahaan periklanan adalah tak ada hari yang benar-benar sama dengan hari sebelumnya. Aku berharap di keseluruhan pagi dan mulai merenungkan apa yang dilakukan nanti saat makan siang ketika telepon berbunyi. "Kantor Mark Garrity, Eva Tramell yang berbicara." "Aku punya kabar," Kata Cary sebagai caranya menyampaikan salam. "Apa?" Aku bisa mengatakan dari suaranya bahwa ini merupakan kabar baik, apapun itu. "Aku mendapatkan kampanye Grey Isles." "Ya Tuhan! Cary, ini sungguh mengagumkan. Aku suka jeans mereka." "Apa yang akan kau lakukan saat makan siang nanti?" Aku tersenyum lebar. "Merayakannya bersamamu. Bisakah kamu kesini siang nanti?" "Aku sudah dijalan." Aku menutup telepon dan berguncang dibalik kursiku. Getaran gairah untuk Cary yang aku
127
www.read-blogger.nlogspot.com
rasakan seperti sedang menari. Aku butuh melakukan sesuatu untuk mempercepat lima belas menit yang tersisa sebelum istirahat makan siangku, aku memeriksa kotak masukku lagi dan menemukan sebuah penggalian Google Alert untuk nama Gideon. Lebih dari tigapuluh singgungan, hanya dalam satu hari. Aku buka e-mail itu dan terkejut sedikit pada banyak sekali judul berita "wanita misterius". Ku klik pada tautan pertama dan menemukan diriku tertera pada blog gosip itu. Disana, dalam warna yang hidup, adalah sebuah foto Gideon yang sedang menciumku tanpa prikemanusiaan di sisi jalan di depan gym miliknya. Arikel yang mengikuti sangat pendek dan to the point: "Gideon Cross, bujangan New York yang sangat berkualitas sejak John F. Kennedy Jr., telah tertangkap kamera kemarin dalam sebuah pelukan umum yang bergairah. Seorang sumber dari Cross Industries mengenali perempuan misterius yang beruntung itu adalah sosialita Eva Tramell, putri dari seorang miliuner Richard Stanton dan istrinya, Monica. Ketika kami bertanya mengenai dasar tentang hubungan diantara Cross dan Tramell, narasumber mengkonfirmasi bahwa nona Tramell adalah "wanita penting" dalam kehadirannya di kehidupan pengusaha. Kita membayangkan banyak yang patah hati di seantero kota pagi ini." "Oh, sialan," Aku menarik napas.
128
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 11
Aku segera meng klik ringkasan dari link lainnya dan menemukan gambar yang serupa dengan keterangan dan artikel yang sama. Dengan cemas, aku duduk kembali dan berpikir tentang apa arti semua ini. Jika salah satu ciuman adalah berita utama, peluang apa yang harus kulakukan dengan Gideon supaya hubungan ini berhasil? Tanganku masih gemetaran saat aku menutup tab browser. Aku tidak akan memikirkan pemberitaan pers itu, tapi aku tak bisa. "Sialan." Anonimitas sudah menjadi temanku. Melindungiku dari masa laluku sendiri. Melindungi keluargaku dari rasa malu, dan Gideon juga. Aku bahkan tidak memiliki akun jejaring sosial sehingga orang yang tidak kukenal dalam kehidupanku tidak bisa menemukanku. Sebuah pembatas dinding tipis yang tidak terlihat antara aku yang tertutup dan aku yang membuka diri sudah hilang. "Brengsek," aku menarik napasku, menemukan diriku sendiri dengan situasi yang menyakitkan yang seharusnya bisa kuhindari jika aku bisa mendedikasikan salah satu sel otakku untuk memikirkan sesuatu yang lain daripada memikirkan Gideon. Selain itu juga reaksinya terhadap kekacauan ini untuk mempertimbangkan ... Aku meringis dalam hati hanya memikirkan tentang hal itu. Dan ibuku. Ini tak akan butuh waktu yang lama sebelum dia menelepon dan segala sesuatunya akan meledak keluar dari .... "Sial." Saat mengingat bahwa dia tidak punya nomor HP ku yang baru, aku mengangkat telepon di mejaku dan menelepon untuk mendengar pesan suara apakah ia sudah berusaha untuk menghubungiku. Aku meringis ketika aku mendengar mailbox-ku itu sudah penuh. Aku menutup telepon dan menyambar dompetku, lalu keluar untuk makan siang, aku tahu Cary akan membantuku memecahkan masalah ini dari sudut pandang dia. Aku begitu gugup saat lift sudah mencapai lobby dan aku bergegas keluar dari lift dan hanya berpikir untuk menemukan teman se apartemenku. Ketika aku melihatnya, aku tak memperhatikan orang lain sampai Gideon tiba-tiba di depanku yang datang dari arah samping dan menghalangi jalanku. "Eva." Dia mengerutkan dahi ke arahku. Memegang sikuku, dia berbalik dan berdiri disampingku. Saat itulah aku melihat dua wanita dan seorang pria karena tubuh Gedeon tadi menutupi pandanganku. Aku berusaha menemukan senyumku untuk mereka. "Halo." Gideon memperkenalkan aku pada teman makan siangnya. Lalu ia minta maaf karena ingin berbicara berdua denganku dan menarikku ke samping. "Apa ada yang salah? Kau terlihat kesal." "Hubungan yang kita tutupi sudah berakhir," bisikku. "Ada gambar kita saat bersama."
129
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia mengangguk. "Aku sudah melihatnya." Aku mengerjapkan mata ke arahnya, bingung dengan sikapnya. "Kau tidak apa-apa dengan itu?" "Kenapa tidak? Untuk pertama kali, mereka memberikan laporkan yang sebenarnya." Sebuah kecurigaan khawatir padaku. "Kau merencanakan itu. Kau yang membuat cerita itu." "Tidak sepenuhnya benar," ujarnya lancar. "Fotografer itu kebetulan ada di sana. Aku hanya memberinya gambar yang layak untuk dicetak, dan menyuruh humas untuk membuat penjelasan siapa kamu dan apa artinya kamu bagiku." "Kenapa? Kenapa kau melakukan itu?" "Kau memiliki masalah yang berurusan dengan kecemburuan dan aku juga memiliki itu. Kita berdua akan keluar dari bursa pasar jodoh itu karena sekarang semua orang sudah tahu. Kenapa kau begitu mempersoalkan hal itu?" "Aku khawatir dengan reaksimu, tapi ada lagi ... Ada hal-hal yang tidak kau ketahui dan aku ..." Aku menarik napas dengan gemetar. "Tidak harus seperti itu diantara kita, Gideon. Kita tidak bisa muncul di publik. Aku tak ingin - Sialan. Aku akan membuatmu malu." "Kau tak akan membuatku malu. Itu tidak mungkin." Dia menyentuh rambut di mukaku yang lolos dari ikatan. "Bisakah kita membicarakan masalah ini nanti? Seandainya kau memerlukan aku ..." "Tidak, tidak apa-apa. Pergilah." Cary mendatangi kami. Mengenakan celana baggy cargo warna hitam dan kaos leher V putih, ia masih berusaha tampil mewah. "Semuanya oke?" "Hai, Cary. Semuanya baik-baik saja." Gideon meremas tanganku. "Nikmati makan siangmu, tak usah khawatir masalah itu." Dia mungkin mengatakan itu karena ia tak tahu kata-kata yang lebih baik. Dan aku tak tahu apakah ia tak lagi menginginkanku setelah dia mengatakan itu. Cary menatapku saat Gideon berjalan menjauh. "Khawatir tentang apa? Ada apa?" "Tentang sesuatu." Desahku. "Ayo kita keluar dari sini, aku akan menceritakan padamu saat makan siang." *** "Well," gumam Cary, saat melihat link yang aku forward dari smartphone-ku ke dia. "Itu hanya sekedar ciuman. Memasukkan lidahnya adalah sentuhan yang hebat. Dia tidak bisa mempertontonkan hubungan lebih dalam jika ia mencoba menyiratkan itu."
130
www.read-blogger.nlogspot.com
"Nah, itu dia." Aku meneguk air lagi agak banyak. "Dia sudah mencoba untuk itu." Dia memasukkan telepon ke dalam sakunya. "Minggu lalu kau bertahan saat dia terus menerus hanya menginginkan berhubungan seks saja denganmu. Minggu ini dia mempublikasikan bahwa dia berkomitmen menjalin hubungan yang bergairah denganmu, dan kau masih tidak bahagia. Aku mulai merasa kasihan pada pria itu. Dia tidak bisa menang walau sudah mencoba." Seperti menyengat. "Wartawan akan terus menggali informasi, Cary, dan mereka akan menemukan masa laluku. Dan karena masa laluku menarik, mereka yangakan mnyebarkan ke seluruh dunia sialan itu, dan itu akan mempermalukan Gideon." "Baby girl." Dia meletakkan tangannya di atas tanganku. "Stanton sudah mengubur masalah itu semua." Stanton. Aku menegakkan posisi dudukku. Aku tidak memikirkan ayah tiriku. Seandainya dia melihat masalah itu datang, dia akan menutupinya karena ia tahu pernyataan apa yang akan dilakukan untuk ibuku. Yaitu diam ... "Aku harus bicara dengan Gideon tentang masalah ini. Dia punya hak untuk diperingatkan." Hanya memikirkan percakapan itu saja langsung membuatku sedih. Cary tahu apa yang kupikirkan. "Jika kau berpikir dia akan memutuskan hubungan dan meninggalkanmu, kupikir kau salah. Saat dia menatapmu seperti kau satu-satunya orang di dalam ruangan itu." Aku menusuk-nusuk tuna Caesar salad. "Dia memiliki ketakutan sendiri. Mimpi buruk. Kurasa dia berusaha menutup diri, karena apapun yang ada mengarah padanya." "Tapi dia membiarkan kau masuk." Dan ia sudah menunjukkan isyarat tentang bagaimana dia bisa begitu posesifnya mengenai hubungan kami. Aku menerimanya karena itu adalah kekurangan yang bisa aku atasi bersama, tapi masih ... "Kau terlalu berlebihan menganalisa ini, Eva," kata Cary. "Kau pikir perasaan dia terhadapmu cuma kebetulan saja atau merupakan sebuah kesalahan. Seseorang seperti dia tidak benar-benar menyukaimu hanya untuk membesarkan hatimu dan sangat peduli padamu, benarkah itu yang kau rasakan?" "Harga diriku tidak seburuk itu," protesku. Dia meneguk sampanye-nya. "Benarkah itu? Jadi, katakan padaku sesuatu yang kau pikirkan dia harus menyukai kamu yang tidak harus melakukan hubungan seks atau menjadi terikat dengannya." Aku memikirkan itu dan jelas bukan itu yang aku inginkan dan itu membuat aku cemberut. "Bagus," dia melanjutkan dengan anggukan. "Dan jika Cross mendekati kacau seperti kita, dia akan berpikir begitu juga sebaliknya, bertanya-tanya apakah tubuhmu yang begitu panas
131
www.read-blogger.nlogspot.com
bisa melihat pria seperti dia. Kau punya uang, sehingga dia tidak punya apa-apa selain menjadi pejantan yang terus mengacaukan?" Bersandar kembali ke kursiku, aku menyerap segala sesuatu yang dia katakan. "Cary, aku sangat mencintaimu." Dia menyeringai. "Mengapa aku tidak melihat itu, sayang. Saranku, apa itu layak? Kalian berdua ikut terapi. Ini selalu menjadi rencanaku untuk terapi berdua ketika aku menemukan seseorang yang kuinginkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Dan mencoba untuk bersenang-senang dengannya. Kamu harus memiliki waktu yang baik sebanyak waktumu yang buruk atau semuanya akan terasa begitu menyakitkan dan terlalu banyak yang dilakukan." Aku mengulurkan tangan dan meremas tangannya. "Terima kasih." "Untuk apa?" Dia mengabaikan rasa terima kasihku dengan lambaian tangannya yang elegan. "Sangat mudah untuk membantu melepaskan masalah kehidupan orang lain. Kau tahu aku tak bisa melewati kondisi yang buruk tanpamu." "Kondisimu tidak buruk sekarang," kataku, dan aku segera mengalihkan fokus kepadanya. "Kau akan segera terpampang di papan reklame Times Square. Kau tak akan menjadi rahasiaku lebih lama lagi. Haruskah kita meningkatkan makan malam dari pizza menjadi sesuatu yang lebih layak untuk acara itu? Bagaimana kalau kita menyeret keluar kejadian ini dengan anggur Cristal yang Stanton berikan kepada kita?" "Sekarang kau mau membicarakan itu." "Film? Sesuatu yang khusus ingin kamu tonton?" "Apa pun yang kau inginkan. Aku tak ingin menjadi kacau dengan kegembiraanmu yang besar dan konyol dengan menonton film." Aku tersenyum, aku tahu perasaanku akan menjadi lebih baik setelah aku menghabiskan waktu satu jam dengan Cary. "Kau akan memberitahuku jika aku terlalu sibuk untuk mengetahui kapan kau dan Trey ingin sendirian." "Ha! Jangan khawatir tentang itu. Kehidupan cintamu yang menggelora membuatku akan merasa jemu dan bosan. Aku bisa bercinta dengan diriku sendiri." "Kau baru saja bergelut di lemari maintenance dua hari yang lalu!" Dia menghela napas. "Aku hampir lupa. Betapa menyedihkan itu?" "Pasti tidak, saat melihat matamu yang tertawa." *** Aku baru saja kembali ke mejaku ketika aku periksa smartphone-ku dan menemukan sms dari Gideon yang memberitahuku dia punya waktu kosong lima belas menit pada jam tiga kurang seperempat. Buru-buru aku mengantisipasi dengan merencanakan sesuatu untuk satu
132
www.read-blogger.nlogspot.com
jam setengah lagi, setelah memutuskan menerima saran Cary untuk sedikit bersenang-senang. Aku akan memberitahu Gideon tentang keburukan masa laluku nanti, tetapi untuk Sekarang, aku bisa memberikan sesuatu yang bisa membuat kami berdua tersenyum. Aku mengirim sms padanya tepat sebelum aku berangkat, membiarkan dia tahu aku dalam perjalanan. Mengingat keterbatasan waktu, kami tak bisa membuang satu menitpun. Gideon pasti merasakan hal yang sama, karena aku menemukan Scott menungguku di resepsionis ketika aku sampai di ruang tunggu Cross Industries. Dia berjalan kearahku setelah resepsionis meneleponnya bahwa aku memasuki ruangannya. "Bagaimana dengan harimu?" Tanyaku padanya. Dia tersenyum. "Sejauh ini baik. Kamu?" Aku tersenyum kembali. "Aku lebih buruk." Gideon sedang berbicara di telepon ketika aku memasuki kantornya. Nadanya pendek dan tidak sabar saat ia berbicara pada seseorang di ujung telepon supaya mereka harus bisa menangani pekerjaan tanpa dia harus terjun langsung mengawasi sendiri. Dia mengangkat satu jari kearahku untuk memberitahuku dia butuh satu menit lagi. Aku menanggapi dengan meniup permen karet menjadi gelembung besar dan memasukkannya, membuat bunyi keras lalu mengunyahnya. Alisnya terangkat, dan dia menekan tombol untuk menutup pintu dan dinding kaca es. Sambil menyeringai, aku melenggang mendekati mejanya dan melompat ke atasnya, memutar-mutar jariku di sekitar bibirku sambil mengayunkan kakiku. Jarinya menusuk dengan cepat pada gelembung berikutnya yang aku tiup. Aku cemberut dengan manis. "Atasi itu," katanya tenang, dia memiliki otoritas memberi perintah pada seseorang di ujung telepon itu. "Sampai minggu depan sebelum saya bisa pergi kesana dan tunggu kami akan mengatur kembali lebih lanjut. Berhenti bicara dulu. Aku punya sesuatu yang sensitif terhadap waktu di mejaku dan kau membuat aku menjauh dari itu. Ku jamin itu tidak memperbaiki ketepatan waktuku. Perbaiki apa yang harus diperbaiki dan besok laporkan kembali padaku." Dia meletakkan telepon ke tempatnya dengan menekan keras. "Eva-" Aku mengangkat satu tangan untuk membersihkan jarinya dan membungkus permen karetku dengan kertas yang tak terpakai yang kuambil dari atas mejanya. "Sebelum kau menegurku, Mr. Cross, aku ingin mengatakan itu ketika kita tidak mencapai titik temu dalam pembicaraan merger kita di hotel kemarin aku seharusnya tidak lari. Itu tidak membantu untuk mengatasi situasi. Dan aku tahu aku bereaksi tidak begitu baik tentang masalah penjelasan humas dengan foto itu. Tapi tetap saja ... Meskipun aku sudah menjadi sekretaris nakal, aku pikir aku harus diberi kesempatan lain untuk menunjukkan prestasi." Tatapannya menyipit saat dia mengamatiku, menilai dan mengevaluasi kembali situasi dengan cepat. "Apakah aku minta pendapatmu untuk mengambil tindakan yang sepantasnya, Miss Tramell?"
133
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku menggelengkan kepala dan menatapnya dari balik bulu mataku. Aku bisa melihat frustrasi yang masih tersisa setelah ia selesai berbicara di telepon, digantikan oleh ketertarikan yang berkembang dan bergairah. Melompat turun dari meja, aku beringsut lebih dekat dan merapikan dasinya yang mulus dengan kedua tanganku. "Tidak bisakah kita melakukan sesuatu? Aku memiliki berbagai macam ketrampilan yang sangat berguna." Dia menangkap pinggulku. "Salah satu dari berbagai alasan kau satu-satunya wanita yang pernah aku pertimbangkan untuk posisi itu." Kehangatan mengalir melalui diriku mendengar kata-katanya. Dengan berani aku menangkup tubuhnya yang mengeras dengan tanganku, aku membelai dia dibalik celana panjangnya. "Mungkinlah aku harus mengajukan permohonan diriku lagi untuk tugasku itu? Aku bisa menunjukkan berbagai caraku yang unik untuk memenuhi syarat sebagai asistenmu." Gideon mengeras dengan kecepatan yang luar biasa. "Inisiatif sekali, Miss Tramell. Tetapi pertemuanku berikutnya sepuluh menit lagi. Selain itu, aku tidak terbiasa mengeksplorasi pekerjaan pengayaan di kantorku." Aku melepaskan kancing celananya dan menurunkan ritsletingnya. Dengan menempelkan bibirku ke rahangnya, aku berbisik, "Jika pikiranmu kemana-mana aku tidak akan membuatmu datang, kau harus meninjau kembali dan merevisinya." "Eva," desahnya, matanya panas dan lembut. Dia menangkup leherku, ibu jarinya membelai diatas rahangku. "Kau sudah menelanjangiku. Apakah kau tahu itu? Apakah kau sengaja melakukannya?" Aku merogoh celana boxer dan tanganku membungkus di sekelilingnya, menawarkan bibirku untuk sebuah ciuman. Dia memaksaku, mengambil mulutku dengan gairah yang membuatku terengah-engah. "Aku menginginkanmu," geramnya. Aku berlutut di atas lantai berkarpet, sambil menarik celananya turun, cukup untuk memberikan akses yang kubutuhkan. Dia menghela napas dengan kasar. "Eva, apa yang kau ..." Bibirku membasahi di atas puncak yang lebar. Dia meraih pinggir mejanya kembali, tangannya sampai pucat mencengkeram begitu kuatnya di sekitar pinggir meja. Aku memegangnya dengan kedua tangan dan memasukkan kemulut, mengisap dengan lembut. Kelembutan kulitnya dan aroma uniknya yang menarik membuatku mengerang. Aku merasakan desiran getaran melalui sekujur tubuhnya dan mendengar gemuruh suara kasar di dadanya. Gideon menyentuh pipiku. "Jilat itu." Terangsang dengan perintahnya, Aku menggerakkan lidahku melintasi bagian bawah dan
134
www.read-blogger.nlogspot.com
bergetar penuh kegirangan saat dia memberi imbalan padaku dengan ledakan panas pre-cum. Menggenggam pangkalnya dengan satu tangan, aku mencekungkan pipiku dan menariknya dengan irama, berharap untuk lebih dalam. Aku berharap aku punya waktu untuk membuatnya bertahan lebih lama. Membuatnya gila ... Dia membuat suara yang diisi dengan penderitaan karena kenikmatan. "Ya Tuhan, Eva ... mulutmu. Terus hisap. Seperti itu ... keras dan yang dalam." Aku begitu terangsang melihatnya bergairah aku menggeliat. Tangannya menggenggam kuncir rambutku mendorong, menarik dan menyentak pada pangkalnya. Aku menyukai bagaimana ia memulai dengan lembut, kemudian berkembang menjadi lebih ketat saat dia kewalahan mengontrol kebutuhannya yang ia rasakan untukku. Penderitaan dari gigitan lembutku membuat aku semakin lapar, dan bertambah rakus. Kepalaku berayun saat aku berusaha membuatnya semakin bergairah, mengangkatnya dengan satu tangan sementara aku mengisap dan membelai ujungnya dengan mulutku. Pembuluh darahnya mengeras menjalar sepanjang kemaluannya, dan aku menyelipkan lidahku bersama mereka, memiringkan kepalaku untuk mencari dan membelainya. Dia membengkak, tumbuh lebih besar dan memanjang. Aku berlutut merasa tak nyaman, tapi aku tak peduli, tatapanku terpaku pada Gideon saat kepalanya jatuh kebelakang dan ia berjuang untuk bernapas. "Eva, rasanya begitu nikmat saat kau melakukannya." Dia masih memegang kepalaku dan butuh lebih. Menyodorkan pinggulnya. Memasuki mulutku. Dorongan sampai ke tingkat dimana pacuan menuju orgasme hanyalah satu-satunya hal terpenting sekarang. Pikiran itu membuatku gila, gambaran dalam benakku tentang bagaimana kami terlihat: Gideon yang begitu sopannya dan berwibawa, duduk di mejanya di mana ia memimpin sebuah kerajaan, aku membelai miliknya yang membesar keluar-masuk dari mulutku yang serakah. Aku mencengkeram pahanya yang menegang di kedua tangan, bibir dan lidahku bekerja dengan penuh kekalutan, sangat membutuhkan klimaks-nya. Miliknya keras dan membesar, menunjukkan kekuatan kejantanannya. Aku menangkupkan mereka, memutarnya dengan lembut, merasakan mereka mengencang dan membesar. "Ah, Eva." Suaranya serak dan parau. Cengkeraman di rambutku semakin ketat. "Kau membuatku datang." Menyembur cairan pertama yang begitu kental, aku berusaha untuk menelan. Tanpa memikirkan kenikmatannya, Gideon menyodorkan kedalam tenggorokanku, miliknya berdenyut dengan setiap denyut nadinya merenggut masuk ke dalam mulutku. Mataku melunak dan paru-paruku terbakar, tapi kepalan tanganku masih bergerak, meremasnya. Seluruh tubuhnya bergetar saat aku mengambil semua yang dia miliki. Suara erangan terengah-engah yang dia buat seperti pujian baru yang pernah kudengar, rasanya sangat memuaskan. Aku menjilatnya sampai bersih, mengagumi bagaimana ia tidak sepenuhnya melemas bahkan
135
www.read-blogger.nlogspot.com
setelah orgasme itu meledak. Dia masih lebih dari mampu memasuki dan memenuhi diriku, tidak masuk akal, aku tahu. Tapi tak ada waktu dan aku senang mengetahui itu. Aku ingin melakukan hal ini untuknya. Untuk kami. Benar-benar untukku, karena aku perlu tahu aku bisa menikmati seksual tanpa pamrih bertindak tanpa merasa dimanfaatkan. "Aku harus pergi," gumamku, aku berdiri dan mengecup bibirnya. "Aku berharap sisa harimu menjadi luar biasa, juga dengan bisnis makan malammu." Aku mulai menjauh, tapi ia menangkap pergelangan tanganku, tatapannya pada display jam di telepon mejanya. Aku melihat fotoku itu, berdiri di tempat yang gampang dia lihat sepanjang hari. "Eva ... Sial. Tunggu." Aku mengerutkan kening mendengar nadanya yang gelisah. Frustrasi. Dia segera memperbaiki penampilannya, menyelipkan miliknya kembali ke dalam celana boxernya dan meluruskan pinggiran kemejanya sehingga dia bisa mengancingkan celananya. Ada sesuatu yang begitu menyenangkan saat menonton dia merapikan pakaiannya kembali, memulihkan tampilan yang dia dikenakan untuk dunia sementara aku paling tidak sedikit tahu apa yang ada dibalik pakaian pria itu. Menarikku mendekat, Gideon menekan bibirnya ke alisku. Tangannya bergerak melalui rambutku untuk melepas jepit kura-kuraku. "Aku tidak bisa membiarkan kau pergi seperti itu." "Tidak perlu." Aku suka merasakan tangannya di atas kulit kepalaku. "Itu hanya seperti guncangan." Ia terlalu fokus pada memperbaiki rambutku, pipinya memerah karena orgasmenya. "Aku tahu kau juga membutuhkan itu," bantahnya dengan suara serak. "Aku tak bisa membiarkanmu meninggalkan perasaan seperti aku telah menggunakan dirimu." Sebuah kelembutan dan pahit menusukku. Dia menyimak. Dia peduli. Aku menangkupkan wajahnya di tanganku. "Kau menggunakan diriku, dengan izinku, dan itu benar-benar panas. Aku ingin memberimu ini, Gideon. Ingat? Aku pernah memperingatkanmu. Aku ingin kau untuk memiliki memori ini dariku." Matanya melebar seperti khawatir. "Kenapa sih harus aku yang perlu memori ketika memilikimu? Eva, jika ini adalah tentang foto itu-" "Diamlah dan nikmati kenikmatan itu." Kita tak punyai waktu untuk mempermasalah foto itu sekarang dan aku tidak menginginkan itu. Masalah itu akan menghancurkan semuanya. "Seandainya kita punya waktu satu jam, aku masih tidak akan membiarkanmu mendapatkanku. aku tidak menghitung skor denganmu, jagoan. Dan jujur, aku bisa mengatakan kau adalah orang yang pertama. Sekarang, aku harus pergi. Kau juga harus pergi." Aku mulai menjauhi lagi, tapi dia menangkapku kembali.
136
www.read-blogger.nlogspot.com
Suara Scott muncul melalui speaker. "Maafkan saya, Mr. Cross. Sekarang sudah jam 03:00." "Tidak apa-apa, Gideon," aku meyakinkan dia. "Kau akan datang nanti malam, kan?" "Tidak ada yang bisa membuatku menjauh." Aku mendekat, berjinjit dan mencium pipinya. "Kita nanti akan membicarakannya." *** Sepulang kerja, aku lewat tangga untuk turun ke lantai dasar karena merasa bersalah melewatkan waktu yang seharusnya ke gym dan aku begitu menyesal pada saat sampai di lobi. Karena kurangnya tidur dari semalam telah membuatku kacau. Aku sedang mempertimbangkan naik kereta bawah tanah daripada berjalan kaki saat aku melihat Bentley Gideon di pinggir jalan. Aku terkejut, tiba-tiba berhenti saat sopirnya keluar dan menyapaku dengan memanggil namaku. "Mr. Cross meminta agar saya mengantar anda pulang," katanya, terlihat santun dengan setelan jas hitam dan topi sopir. Dia adalah seorang pria tua dengan rambut merah yang sudah mulai beruban, matanya biru pucat, dan aksennya yang sopan terdengar sangat lembut. Sepertinya kakiku terasa sakit, aku berterima kasih atas tawarannya. "Terima kasih ...? Maafkan aku - siapa nama anda?" "Angus, Miss Tramell." Bagaimana aku tak ingat itu? Nama itu begitu cocok untuknya, dan itu membuatku tersenyum. "Terima kasih, Angus." Dia memiringkan topinya. "Sama-sama." Aku masuk pintu belakang yang dia buka untukku dan saat aku duduk di kursi, aku menangkap sekilas Pistol yang dikenakannya dalam sarung dibahunya dibalik jaketnya. Ternyata Angus, seperti Clancy, mereka berdua sebagai pengawal dan sopir. Mobil kami menjauh dari tepi jalan dan aku bertanya, "Berapa lama Anda bekerja dengan Mr. Cross, Angus?" "Sudah delapan tahun." "Lumayan lama juga." "Saya sudah mengenal dia lebih lama dari itu," dia menjelaskan tanpa kuminta, memandangku dari kaca spion. "Saya mengantarnya ke sekolahnya ketika ia masih kecil. Dia mempekerjakan saya untuk menjauh dari Mr. Vidal ketika dia sudah berhasil." Sekali lagi, aku mencoba membayangkan Gideon sebagai seorang anak kecil. Tak diragukan lagi dia pasti tampan dan karismatik bahkan sampai sekarang.
137
www.read-blogger.nlogspot.com
Apakah ia menikmati hubungan seksual yang "normal" ketika ia masih remaja? Aku tak bisa membayangkan wanita itu yang tidak melemparkan diri padanya bahkan sampai sekarang. Dan karena seksual sudah bawaannya, aku membayangkan dia menjadi remaja yang selalu ingin berhubungan seks. Merogoh tasku, aku menarik keluar kunciku dan sambil duduk aku mencondongkan tubuhku kedepan. "Bisakah Anda memberikan kunci ini pada Gideon? Dia akan datang setelah apa pun yang dia lakukan malam ini dan menurutku pasti sudah larut malam, aku mungkin tidak mendengarnya mengetuk pintu." "Tentu saja." Paul membuka pintu untukku ketika kami sampai di apartemenku dan ia menyambut Angus dengan memanggil namanya, mengingatkan aku bahwa Gideon pemilik gedung ini. Aku melambaikan tangan untuk kedua laki-laki itu, memberitahu meja resepsionis bahwa nanti Gideon akan datang, dan kemudian aku naik lantai atas sendirian. Cary yang menaikkan alisnya ketika ia membukakan pintu untukku dan membuatku tertawa. "Gideon nanti akan datang," aku menjelaskan, "tapi aku merasa kepalaku seperti dipukul sekarang, aku mungkin tidak bisa tetap terjaga sampai malam. Jadi aku memberinya kunciku dan membiarkan dia supaya masuk sendiri. Apakah kau sudah memesan makanan?" "Sudah. Dan aku memasukkan beberapa botol anggur Cristal di lemari es." "Kau memang yang terbaik." Aku mendorong tasku ketubuhnya. Aku mandi dan menelepon ibuku dari telepon kamarku, meringis saat mendengar suara lantangnya, "sudah berhari-hari aku mencoba menghubungimu!" "Ma, jika itu tentang Gideon Cross-" "Well, tentu saja, sebagian mengenai dia! Ya Tuhan, Eva. Kau menjadi wanita penting dalam hidupnya. Bagaimana bisa aku tidak ingin membicarakan halnya?" "Ma-" "Tapi ada juga janji pertemuan yang kau minta padaku, janji bertemu dengan Dr. Petersen." Nada suaranya geli sedikit puas yang membuatku tersenyum. "Kita dijadwalkan bertemu dengan dia pada hari Kamis pada jam enam malam. Aku harap kau akan datang. Dia tidak biasa membuat janji pada malam hari." Aku menghempaskan diriku terlentang ditempat tidur sambil mendesah. Pikiranku begitu teralihkan mengenai jadwal bertemu Dr. Petersen dengan pekerjaanku dan Gideon tadi. "Baik kamis jam enam malam. Terima kasih." "Sekarang. Ceritakan tentang Cross ..." *** Saat keluar dari kamar tidur aku mengenakan celana jersey dan sweater San Diego State
138
www.read-blogger.nlogspot.com
University, aku menemukan Trey duduk dengan Cary dalam ruang tamu. Kedua pria berdiri ketika aku mendatangi mereka dan Trey memberiku dengan senyuman ramah. "Maaf aku terlihat begitu acak-acakan," kataku malu-malu, menjalankan jariku melalui kunciran rambutku yang masih basah. "Menuruni tangga di tempat kerja hampir membunuhku hari ini." "Liftnya mati?" Tanyanya. "Tidak. Naluri saja. Aku tak tahu apa sih yang kupikirkan tadi?" Menghabiskan malam dengan Gideon sama saja dengan berolah raga. Bel pintu berbunyi dan Cary yang membukakan pintunya sementara aku menuju dapur untuk mengambil Cristal. Aku bergabung dengannya di bar sarapan ketika ia menandatangani tanda terima kartu kredit itu dan sorot matanya melirik Trey yang memberiku senyum dengan sembunyi-sembunyi. Mereka banyak terlihat bimbang saat malam semakin larut. Dan aku harus setuju dengan Cary bahwa Trey adalah seksi. Mengenakan celana jeans ketat, cocok dengan rompinya, dan kemeja lengan panjang, calon dokter hewan tampak kasual namun juga seksi. Kepribadiannya bijaksana sangat berbeda dengan tipe cowok Cary yang biasa dia kencani. Trey tampak lebih ramah, bukan pemurung, tapi jelas tidak bertingkah. Kupikir dia akan menjadi pengaruh yang baik untuk Cary, jika mereka cukup lama tinggal bersama. Kami bertiga berhasil menghabiskan dua botol Cristal dan dua pizza, sambil menonton Demolition Man sebelum film-nya selesai aku pamit tidur karena sudah larut malam. Aku mendesak Trey tinggal untuk meneruskan aksinya Stallone sampai selesai, lalu aku masuk ke kamarku dan mengganti pakaianku dengan baby doll warna hitam yang seksi, hadiah sebagai pengiring pengantin yang diberikan kepadaku dan celana dalam yang sepadan. Membiarkan lilin menyala untuk Gideon, Aku jatuh tertidur. *** Aku terbangun dalam kegelapan dan tercium aroma kulit Gideon, lampu dan suara dari kota terhalang oleh tirai buram dan kedap suara jendela. Gideon meluncur di atasku, seperti bayangan bergerak, kulit telanjangnya yang dingin menyentuhku. Mulutnya miring di atas bibirku, menciumku perlahan dan mendalam, mencicipi rasa mint dan rasa uniknya. Tanganku meluncur turun ke otot punggungnya yang halus, kakiku terpisah sehingga ia bisa berbaring nyaman diantara mereka. Berat tubuhnya menindihku membuat jantungku berdebar dan darahku menghangat dengan hasrat yang menggelora. "Well, Halo juga," kataku terengah-engah ketika ia membiarkan aku untuk mengambil nafas. "Lain kali kau ikut denganku," gumamnya dengan suara serak yang seksi, sambil menggigit leherku dengan lembut.
139
www.read-blogger.nlogspot.com
"Maukah aku?" Godaku. Tangannya turun kebawah dan menangkup pantatku, meremas dan mengangkatnya dan menempel pinggulnya yang bergerak-gerak. "Ya. Aku merindukanmu, Eva." Aku menjalankan jariku melalui rambutnya, berharap aku bisa melihatnya. "Kau belum cukup lama mengenalku untuk merindukanku." "Tunjukkan seberapa banyak kau merindukanku," ejek Gideon, menggeser ke bawah dan mencium diantara buah dadaku. Aku tersentak saat mulutnya menutupi putingku dan menghisap melalui satin, menarik kuat dan mencengkeram di pusat kedalaman yang menggema. Dia pindah ke payudaraku yang satunya, tangannya mendorong naik pinggiran baby dollku. Aku melengkung ke arahnya, tersesat oleh keajaiban mulutnya yang menciumi diatas tubuhku, lidahnya masuk ke dalam pusarku, kemudian menggeser kebawah. "Dan kau merindukanku, juga," gumannya dengan kepuasan yang maskulin, ujung jari tengahnya menyentuh pangkal pahaku. "Kau bengkak dan basah untukku." Dia menarik kakiku di atas bahunya dan lidahnyadiantara pangkal pahaku, lembut, panas seperti beludru merangsang di area sensitif-ku. Tanganku mengepal di sprei, dadaku naikturun saat ia berputar-putar di clit-ku dengan ujung lidahnya, lalu menyentuh simpul sarafku yang hipersensitif. Aku langsung bergairah, pinggulku bergerak-gerak gelisah karena siksaan yang berliku, ototku mengetat dengan menjepit keinginan untuk datang. Cahaya melayang sungguh menggoda membuatku gila, cukup membuatku tersiksa tapi tidak cukup untuk membuatkanku datang. "Gideon, kumohon." "Belum." Dia menyiksaku, membujuk tubuhku ke tepi jurang orgasme, dan kemudian membiarkan aku bergeser ke bawah. Berulang-ulang. Sampai kulitku berkabut karena keringat, jantungku rasanya seperti mau meledak. Lidahnya tanpa lelah dan jahat, sangat pintar berfokus pada clit-ku sehingga dengan satu belaian akan membuatku datang, kemudian bergerak lebih pelan mendorong ke dalam diriku. Dengan ringan, masuk tidak dalam membuatku gila, belaian terhadap seluruh jaringan saraf membuatku sangat putus asa tanpa malu untuk memohonnya. "Kumohon, Gideon ... biarkan aku datang ... Aku ingin datang, kumohon." "Shh, angel ... Aku akan mengurusmu." Dia memberiku dengan kelembutan yang membuat orgasme berguling melalui diriku seperti gelombang yang menerjangku, membangun dan membengkak, serta menyerang melalui diriku di dalam kehangatan penuh kenikmatan. Jarinya menyusup kedalam diriku ketika dia menghampiri lagi, tangan satunya menahan lenganku. Dia memasuki diriku, mendorong tanpa ampun ke dalam diriku. Aku mengerang, bergeser untuk menyelaraskannya.
140
www.read-blogger.nlogspot.com
Hembusan napas Gideon begitu keras dan lembab di leherku, tubuhnya bergetar saat ia meluncur dengan hati-hati dalam diriku. "Kau begitu lembut dan hangat. Milikku, Eva. Kau adalah milikku." Aku membungkus kakiku di sekeliling pinggulnya, menyambut dia lebih dalam, merasakan lenturan pantatnya dan membebaskan betisku saat ia mendorongku semakin dalam. Tangan kami terkait saat ia menciumku dan mulai bergerak, meluncur masuk dan keluar dengan perlahan yang begitu ahlinya, temponya tepat dan tanpa henti namun begitu mudah dan tenang. Aku merasakan kekerasan setiap inci dirinya, dan sebaliknya tak diragukan lagi dia juga merasakan bahwa setiap inci diriku adalah untuk dimilikinya. Dia mendorong berulang kali sampai aku terengah-engah di mulutnya, meronta-ronta dengan gelisah di bawahnya, tanganku memerah karena kuatnya cengkeramanku di tubuhnya. Dia memberi pujian yang panas dan memberi semangat, dengan mengatakan betapa cantiknya aku ... bagaimana sempurnanya aku merasakan dia ... bagaimana dia tidak pernah berhenti ... tidak bisa berhenti. Aku datang dengan lega sambil berteriak keras, bergetar dengan kenikmatan itu, dan ia di sana denganku. Mempercepat langkahnya dengan beberapa hempasan dorongan, kemudian ia mencapai klimaks dengan mendesiskan namaku, tumpah kedalam diriku. Aku tenggelam lemah ke dalam kasur, berkeringat dan tidak bertenaga dan merasa puas. "Aku belum selesai," bisiknya muram, mengatur lututnya untuk meningkatkan kekuatan dorongannya. Kecepatannya tetap, terukur seperti seorang ahli, setiap di dalam seakan menandakan kepemilikan - tubuhmu ada untuk melayaniku. Menggigit bibirku, aku berjuang kembali, suara kenikmatan tak berdaya mungkin telah memecahkan keheningan malam ... dan mengkhianati ketakutanku akan kedalaman emosi yang mulai kurasakan terhadap Gideon Cross.
141
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 12
Gideon menemukan aku di kamar mandi keesokan harinya. Dia melangkah masuk ke kamar mandi utama dengan telanjang yang tampak luar biasa, bergerak dengan tubuhnya yang ramping dan sempurna dia terlihat percaya diri, aku sudah mengagumi tubuhnya sejak semula. Rambutnya berantakan membingkai wajahnya dan disela-sela bahunya terlihat sangat seksi, penampilannya membuat seorang wanita menjerit dan dengan tangan serakahnya ingin mencengkeram dengan kasar rambut sutra hitamnya itu. Aku menonton kelenturan ototnya saat ia bergerak, aku bahkan tidak berpura-pura lagi memandang bagian tubuhnya, diantara kedua kakinya yang luar biasa itu. Meskipun airnya panas, putingku muncul mengetat dan rasa menggelenyar seakan berlomba melintasi kulitku. Melihat senyumnya dia pasti tahu saat bergabung denganku, seperti mengatakan kepadaku dia tahu persis seperti apa efek dia terhadapku. Aku membalas dengan menjalankan sabun ke seluruh tubuh dewanya, kemudian duduk di tempat duduk dan mengisap dia dengan bergairah, hingga ia harus menopang dirinya dengan kedua telapak tangannya menekan ke dinding ubin. Ketelanjangannya, serta suaranya yang serak saat memberi instruksi seakan mengirimkan gema ke dalam pikiranku, secara keseluruhan membuatku bergairah untuk melakukannya dengan cepat - sebelum ia menyelesaikan mandinya dan aku menghisapnya hingga keluar saat ia mengancam tepat sebelum menyembur keras ke dalam tenggorokanku. Dia tidak memiliki mimpi buruk sepanjang malam. Ternyata seks seperti obat penenang tampaknya bekerja, dan aku sangat bersyukur untuk itu. "Aku harap kau tidak berpikir berhasil lolos dari apa yang telah kau lakukan tadi," katanya saat ia keluar mencariku ke dapur. Mengenakan setelan rapi bergaris-garis hitam, ia menerima secangkir kopi yang kuberikan kepadanya dan memberiku tatapan yang menjanjikan segala macam hal-hal yang nakal. Aku melihat dia mengenakan pakaian yang sangat sopan dan berpikir tentang pria yang tak pernah puas itu telah menyelinap ke tempat tidurku sepanjang malam. Darahku mengalir semakin cepat. Aku merasa nyeri, otot-ototku mengetuk-ngetuk karena mengingat kenikmatan itu, dan aku masih melanjutkan memikirkan itu. "Terus menatapku seperti itu," katanya memperingatkan, bersandar dengan santai di meja dapur sambil menyeruput kopinya. "Lihat apa yang akan terjadi." "Aku akan kehilangan pekerjaanku karena kamu." "Aku akan memberimu yang lain." Aku mendengus. "Seperti apa? Sebagai budak seksmu?" "Saran yang provokatif. Mari kita diskusikan itu."
142
www.read-blogger.nlogspot.com
"Penjahat," gumamku, membilas cangkirku di bak cuci piring dan memasukkannya ke dalam mesin pencuci piring. "Siap? Untuk berangkat kerja?" Dia menghabiskan kopinya dan aku mengulurkan tanganku untuk mengambil cangkirnya, tapi dia melewati aku dan membilas itu sendiri. Tugas lain sebagai manusia yang membuat dirinya mudah diterima, sedikit fantasi, aku belum pernah memiliki kesempatan untuk bertahan dengannya. Dia menatapku. "Aku ingin mengajakmu keluar makan malam, nanti malam, setelah itu membawamu pulang ke tempat tidurku." "Aku tidak ingin kau menghabiskan waktumu hanya untuk menyenangkan aku, Gideon." Dia seorang pria yang terbiasa sendirian, seorang pria yang tidak memiliki hubungan fisik yang berarti hubungan dalam jangka waktu yang lama, itu pun jika pernah. Berapa lama sebelum naluri kebosanannya muncul? Selain itu, kami benar-benar perlu bersembunyi dari mata publik sebagai pasangan ... "Jangan membuat alasan." Wajahnya mengeras. "Kau tidak bisa memutuskan aku tidak bisa melakukan ini." Aku menendang diriku sendiri karena penyinggung perasaannya. Dia mencoba untuk behubungan normal dan aku harus memastikan ia mendapat penghargaan untuk hal itu, bukan mengecewakannya. "Bukan itu yang kumaksud. Aku hanya tidak ingin bertemu dengan orang-orang disekitarmu. Ditambah lagi kita masih perlu-" "Eva." Dia menghela napas, ketegangan itu sulit meninggalkannya hingga dia mengambil napas dengan frustrasi. "Kau harus percaya padaku. Aku mempercayaimu. Aku harus membuktikan itu atau kita tidak akan berada di sini sekarang." Oke. Aku mengangguk, sambil menelan ludah dengan kaku. "Makan malam kemudian menginap di tempatmu. Terus terang aku tidak sabar menunggu." *** Kata-kata Gideon tentang kepercayaan melekat di pikiranku sepanjang pagi ini, sesuatu hal yang baik sebelum Google alert itu masuk inbox-ku. Kali ini ada lebih dari satu foto. Setiap artikel dan posting blog memiliki beberapa gambarku berpelukan dengan Cary saat mengucapkan selamat tinggal di luar restoran itu, tempat kami makan siang sehari sebelumnya. Keterangan gambarnya berspekulasi tentang jenis hubungan kami dan menyebutkan bahwa kami hidup bersama. Ada yang lain memberi kesan seolaholah aku tergila-gila pada "miliarder playboy Cross" sekaligus mempertahankan pacarku seorang model yang mulai populer disampingku. Alasan untuk publisitas semakin jelas ketika aku melihat gambar Gideon berbaur dengan orang-orang itu selain aku dan Cary. Gambar ini pasti diambil tadi malam, sementara aku sedang menonton film dengan Cary dan Trey - sementara Gideon seharusnya sedang melakukan jamuan makan malamdengan rekan bisnisnya. Di foto, Gideon dan Magdalena saling tersenyum dengan mesra, tangan Magdalena Perez di lengan bawah Gideon saat
143
www.read-blogger.nlogspot.com
mereka berdiri diluar sebuah restoran. Keterangan berkisar antara pujian untuk "perkumpulan sosialita yang akrab" Gideon dengan spekulasi bahwa ia bersembunyi karena patah hati atas perselingkuhanku dan berkencan dengan wanita lain. Kau harus percaya padaku. Aku menutup inbox-ku, napasku bertambah cepat dan detak jantungku juga semakin cepat. Kekacauan karena cemburu seperti mengaduk-aduk perutku. Aku tahu dia tidak mungkin secara fisik mesra dengan wanita lain dan aku tahu dia peduli padaku. Tapi aku sangat membenci Magdalena – tentu saja dia memberikan aku alasan yang baik selama kami berbicara di kamar mandi hanya saja aku tidak suka melihat dia bersama Gideon. Tidak tahan melihat Gideon tersenyum begitu sayang kepadanya, terutama setelah caranya Magdalena memperlakukan aku. Tapi aku harus menyingkirkan itu. Aku memasukkannya ke dalam kotak pikirankusehingga aku bisa fokus pada pekerjaanku. Mark akan meeting dengan Gideon besok membahas RFP untuk promosi Kingsman itu dan aku akan mengatur informasinya supaya lancar antara Mark dan departemen yang mengucurkan dana tersebut. "Hei, Eva." Kepala Mark menjulur keluar dari ruang kerjanya. "Steve dan aku akan bertemu di Bryant Park Grill untuk makan siang. Dia menanyakan apakah kau mau bergabung. Dia ingin bertemu denganmu lagi." "Aku mau." Sepanjang siangku akan cerah dengan membayangkan akan menikmati makan siang di salah satu restoran favoritku dengan dua pria yang benar-benar mempesona. Mereka akan mengalihkan perhatianku dari pemikiran tentang pebicaraanku berjam-jam lagi dengan Gideon tentang masa laluku. Privasi-ku jelas sudah hilang. Aku harus memberipenjelasan dan berbicara tentang masa laluku dengan Gideon sebelum kami pergi keluar untuk makan malam. Sebelum ia terlihat di depan umum denganku lebih jauh lagi. Dia perlu tahu risiko apa yang dia ambil yang berkaitan dengan aku. Ketika aku menerima amplop antar kantor beberapa saat kemudian, aku menduga itu mockup (presentasi desain untuk klien) dari salah satu iklan Kingsman, tapi sebaliknya ternyata sebuah kartu catatan dari Gideon. Siang ini. Di kantorku. "Benarkah?" Gumamku, jengkel karena tidak ada salam dan penutup. Belum lagi tidak ada kata-kata permintaan. Dan siapa yang bisa melupakan fakta bahwa Gideon bahkan tidak menyebut dia bersama Magdalena saat makan malam? Apakah ia mengundangnya sebagai teman kencannya menggantikan aku? Bagaimanapun juga itulah gunanya dia ada di sana. Untuk menjadi salah satu wanita yang disosialisasikan, bukan wanita yang ada di dalam kamar hotelnya. Aku membalik kartu Gideon atas dan menulis dengan jumlah kata-kata yang sama tanpa tanda tangan:
144
www.read-blogger.nlogspot.com
Maaf. Aku punya rencana. Sebuah jawaban seperti anak bandel, tapi dia layak mendapatkannya. Ketika jam bergulir dua belas kurang seperempat, Aku dan Mark menuju ke lantai dasar. Aku dihentikan oleh keamanan dan petugas itu menelepon Gideon, mengatakan padanya aku sudah berada di lobi, kejengkelanku memuncak menjadi kemarahan. "Ayo kita pergi," kataku pada Mark, melangkah menuju pintu putar dan mengabaikan permintaan dari petugas keamanan untuk menunggu sejenak. Sebenarnya aku merasa bersalah menempatkan dia ditengah-tengah situasi ini. Aku melihat Angus dan Bentley di pinggir jalan pada saat yang sama aku mendengar Gideon berteriak memanggil namaku seperti suara cambuk yang dilecutkan di belakangku. Aku menatapnya saat dia bergabung dengan kami di trotoar dengan wajah tenang dan tatapan dinginnya. "Aku akan makan siang dengan bos-ku," kataku padanya, sambil mengangkat daguku. "Di mana kau akan makan siang, Garrity?" Tanya Gideon tanpa mengalihkan tatapan matanya dariku. "Bryant Park Grill." "Aku akan mengantarnya sendiri sampai di sana." Setelah itu, ia mengambil tanganku dan mengarahkan aku dengan tegas ke Bentley langsung menuju pintu belakang yang dibukakan Angus untukku. Sepertinya Gideon mengikuti masuk di belakangku, memaksaku cepat masuk hingga kami duduk saling berhadapan. Pintu ditutup dan kamipun berangkat. Aku menarik rok model sheath dress back-ku diantara pahaku dan jok mobil. "Apa yang kamu lakukan? Selain mempermalukanku di depan bos-ku!" Dia melingkarkan satu lengannya di atas sandaran kursi dan mencondongkan tubuh ke arahku. "Apakah Cary mencintaimu?" "Apa? Tidak!" "Apa kau berhubungan seks dengan dia?" "Apa kau sudah kehilangan akalmu?" Merasa malu, aku melirik sekilas ke Angus dan melihat dia bersikap seakan-akan dia tuli. "Persetan denganmu, playboy milyuner dengan perkumpulan sosialita cantik milikmu." "Jadi, kau sudah melihat foto-foto itu." Aku begitu marah sampai aku terengah-engah. Dengan memberanikan diri, aku menoleh menjauhi tatapannya, mengabaikannya dari tuduhannya yang konyol. "Cary seperti saudara bagiku. Kau tahu itu." "Ah, tapi apa anggapan dia terhadapmu? Foto-foto itu sangat jelas, Eva. Aku tahu itu cinta
145
www.read-blogger.nlogspot.com
saat aku melihat foto itu." Angus melambat karena ada sekelompok pejalan kaki sedang menyeberang jalan. Aku mendorong pintu terbuka dan memandang Gideon dari atas bahuku, membiarkan dia melihat ekspresi wajahku dengan baik. "Jelas, kau tidak tahu itu." Aku membanting pintu hingga tertutup dan berjalan dengan cepat, aku benar-benar marah. Aku berusaha menahan pertanyaanku dan rasa cemburuku sendiri dengan usaha yang keras, dan apa yang aku dapatkan untuk ini? Sebuah kemarahan yang tidak rasional lepas dari Gideon. "Eva. Berhenti sekarang." Aku mengibaskan tangan dibahuku seakan dia seekor burung di atas bahuku dan dia bergegas dengan melompati anak tangga Bryant Park, Taman ini seperti sebuah oasis dengan tanaman hijau dan tenang di tengah-tengah kota. Hanya menyeberang dan melewati trotoar itu seperti diangkut ke dunia yang sama sekali berbeda. Telihat kecil diantara gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sekitarnya, Bryant Park adalah taman di belakang perpustakaan tua yang indah. Sebuah tempat di mana waktu seperti melambat, anak-anak tertawa dengan kepolosannya naik komidi putar, dan buku-buku adalah sahabat yang paling berharga. Tapi tidak menguntungkan bagiku, Monster tampan dari satu-satunya di dunia ini mengejarku dari sisi yang lain. Gideon menangkap pinggangku. "Jangan kabur," desisnya di telingaku. "Kau bertingkah seperti orang gila." "Mungkin karena kau membuatku menjadi luar biasa gila." Lengannya semakin ketat seperti ikatan terbuat dari baja. "Kau milikku. Katakan supaya Cary tahu itu." "Benar. Sepertinya Magdalena juga harus tahu kau milikku." Aku berharap dia memiliki sesuatu yang ada didekat ku supaya aku bisa menggigit itu. "Kau membuat kita jadi tontonan." "Kita bisa melakukan ini di kantorku, jika kau tidak begitu benar-benar keras kepala." "Aku punya rencana, brengsek. Dan kau membuat mereka menontonku." Suaraku pecah, air mata mengalir saat aku merasa sejumlah orang memperhatikan kami. Aku marah sekali karena malu menjadi tontonan orang banyak. "Kau mengacaukan semuanya." Gideon langsung melepaskanku, membalikkan tubuhku agar bisa menghadapnya. Cengkeramannya di bahuku memastikan aku tidak bisa melarikan diri. "Ya Tuhan." Dia memelukku sangat erat ketubuhnya, bibirnya mencium rambutku. "Jangan menangis. Maafkan aku." Aku memukulkan kepalan tanganku ke dadanya, yang sama efektifnya seperti memukul dinding batu. "Ada apa sih denganmu? Kau bisa pergi dengan kucing jalang yang menyebutku pelacur dan berpikir dia akan menikah denganmu, tapi aku tak bisa makan siang
146
www.read-blogger.nlogspot.com
dengan teman dekatku yang sudah membujukku untuk berhubungan denganmu sejak semula?" "Eva." Dia menangkupkan belakang kepalaku dengan satu tangannya dan menekan pipinya ke pelipisku. "Maggie hanya kebetulan berada di restoran yang sama di mana aku makan malam dengan rekan bisnisku." "Aku tidak peduli. Kau hanya ingin bicara tentang ekspresi di wajah seseorang. Bagaimana dengan ekspresi-mu... Bagaimana kau bisa menatapnya seperti itu setelah apa yang dia katakan padaku?" "Angel ..." Bibirnya bergerak dengan bergairah di atas wajahku. "Ekspresi itu sebenarnya untukmu. Maggie memergokiku di luar dan aku bilang aku akan ke rumahmu. Aku tak bisa mencegah bagaimana aku ekspresiku ketika aku sedang berpikir tentang kita sedang sendirian berdua." "Dan kau berharap aku percaya dia tersenyum tentang hal itu?" "Dia mengatakan padaku ingin mengucapkan halo padamu, tapi kupikir itu tak akan jadi lebih baik, dan aku tak ingin merusak malam kita karena dia." Lenganku meluncur di sekeliling pinggangnya dibalik jaketnya. "Kita perlu bicara. Nanti malam, Gideon. Ada hal yang harus aku kuceritakan padamu. Jika seorang wartawan melihat kebenaran dan beruntung ... Kita harus menjaga hubungan pribadi kita tertutup atau mengakhirinya. Kau harus memilih salah satu yang terbaik untukmu." Gideon menangkup wajahku dan menekan dahinya ke dahiku. "Keduanya bukanlah pilihan. Apapun itu, kita akan mencari jalan keluar." Aku mendorong jari-jari kakiku keatas dan menekan mulutku ke mulutnya. Lidah kami saling membelai didalam mulut kita, ciuman liar penuh gairah. Aku tidak begitu menyadari banyaknya orang yang berkerumun di sekitar kami, suara seperti dengungan dari berbagai percakapan, dan suara menderu lalu lintas di tengah kota terus menerus tanpa henti, tapi tidak ada yang penting ketika aku berada dalam pelukan Gideon. Merasa disayangi. Ia bagaikan seorang penyiksa dan pemberi kenikmatan, seorang pria dengan suasana hati yang selalu berubah-ubah dan gairahnya bergejolak menyaingi diriku. "Lihat," bisiknya, jarinya bergerak turun ke pipiku. "Biarkan ini menyebar." "Kau tidak mendengarkan aku, kau orang gila yang keras kepala. Aku harus pergi." "Kita akan balik kerumah bersama-sama sepulang kerja." Dia mundur perlahan, masih memegang tanganku sampai jari-jari kami terpisah. Ketika aku berbalik menuju restoran terbaik, aku melihat Mark dan Steven sedang menungguku di pintu masuk. Mereka tampak seperti pasangan, Mark dengan jas dan dasinya sedangkan Steven memakai celana jins dan sepatu bot. Steven berdiri dengan tangan di sakunya dan senyum lebar tampak di wajahnya yang tampan. "Aku merasa seperti harus bertepuk tangan. Dan ini lebih bagus daripada menonton film
147
www.read-blogger.nlogspot.com
drama." Wajahku memanas dan aku menggeserkan kakiku. Mark membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk ke dalam. "Kurasa kau bisa mengabaikan kata-kata bijakku sebelumnya tentang Cross yang suka main perempuan." "Terima kasih karena tidak memecatku," jawabku dengan masam saat kami menunggu pelayan restoran sedang memeriksa reservasi dan meja kami. "Atau paling tidak memberiku makan dulu." Steven menepuk bahuku. "Mark tidak akan berani kehilanganmu." Sambil menarik keluar kursi untukku, Mark tersenyum. "Apa lagi yang bisa aku berikan pada Steven informasi terkini tentang kehidupan asmaramu? Kau tahu dia pecandu sinetron. Dia menyukai cerita drama romantis." Aku mendengus. "Kau pasti bercanda." Steven mengusap dagunya dan tersenyum. "Aku tak akan pernah mengakui salah satu atau yang lainnya. Seorang pria yang harus menyimpan rahasianya." Mulutku melengkung, aku sangat menyadari bahwa aku menyembunyikan kebenaran itu. Dan berapa lama lagi waktu berlalu sebelum aku harus mengungkapkannya. *** Pukul lima aku berusaha menguatkan diriku untuk mengungkapkan rahasiaku. Aku merasa tegang dan muram ketika Gideon dan aku menyelinap masuk Bentley, dan kegelisahanku bertambah buruk ketika aku merasa dia mempelajari sisi wajahku yang berpaling darinya. Ketika ia meraih tanganku dan mengangkatnya ke bibir, aku merasa seperti mau menangis. Aku masih berusaha menyesuaikan diri setelah pertengkaran kami di taman tadi, dan itu hanya sedikit dari apa yang harus kami hadapi nanti. Kami tidak bicara sampai kami tiba di apartemennya. Ketika kami memasuki rumahnya yang indah, ia membawaku langsung melewati ruang tengahnya yang luas dan menyusuri koridor menuju kamar tidurnya. Disana, di atas tempat tidur ada gaun cocktail yang menakjubkan warnanya sama dengan mata Gideon, dan jubah sutra hitam yang panjangnya sampai mata kaki. "Aku punya sedikit waktu untuk berbelanja sebelum makan malam kemarin," jelasnya. Ketakutanku sedikit menurun, melunak, senang karena perhatiannya. "Terima kasih." Dia meletakkan tasku di kursi dekat lemari. "Aku ingin kau merasa nyaman. Kau bisa mengenakan jubah itu atau sesuatu milikku. Aku akan membuka sebotol anggur dan kita akan segera menyelesaikan ini. Ketika kau sudah siap, kita akan bicara." "Aku akan mandi dengan cepat." Aku berharap kami bisa memisahkan apa yang terjadi di taman dengan apa yang akan aku ceritakan kepadanya sehingga masing-masing masalah bisa
148
www.read-blogger.nlogspot.com
ditangani dengan pantas, tapi aku tidak punya pilihan. Setiap hari, orang lain akan mempunyai kesempatan memberitahu rahasiaku pada Gideon yang seharusnya langsung mendengar dariku. "Apapun yang kau inginkan, angel. Anggap saja rumah sendiri." Saat aku melepaskan sepatu hak-ku dan berjalan ke kamar mandi, aku merasakan besarnya kepedulian dirinya, namun pengungkapanku harus kuteruskan sampai aku bisa menenangkan diriku menjadi lebih baik. Usaha untuk mendapatkan kontrol itu, aku mengambil waktuku di kamar mandi. Tapi sayangnya, hal ini membuatku jadi teringat apa yang telah kitalalui bersama-sama di kamar mandi tadi pagi. Apakah bagi kami berdua kejadian itu yang pertama dan terakhir kali sebagai pasangan? Ketika aku sudah selesai mandi, aku menemukan Gideon berdiri disamping sofa di ruang tengah. Dia telah mengganti pakaiannya menjadi piyama sutra hitam dengan celana yang menggantung rendah di sekitar pinggulnya. Tidak ada yang lain. Api kecil menyala di perapian dan sebotol anggur ada di dalam ember penuh es di meja tamu. Beberapa lilin warna gading dirangkai jadi satu tempat diletakkan ditengah-tengah meja, cahaya keemasan mereka hanya satu-satunya penerangan selain cahaya api diperapian. "Permisi," kataku dari ambang pintu ruangan itu. "Aku mencari Gideon Cross, seorang pria yang tidak memiliki sisi romantis dalam perbendaharaannya." Dia menyeringai malu, senyum kekanak-kanakan begitu bertentangan dengan seksualitas kedewasaannya saat melihat tubuhnya yang dipamerkan itu. "Aku tidak berpikiran seperti itu. Aku hanya mencoba menebak apa yang mungkin bisa menyenangkanmu, aku membuatnya seperti ini dan berharap ini yang terbaik." "Kau sudah membuatku senang." Aku berjalan kearahnya, jubah hitam berayun di sekitar kakiku. Aku menyukai itu karena dia memakai piyama yang sepadan dengan jubah yang dia berikan padaku. "Aku ingin melakukannya," katanya dengan tenang. "Aku sedang berusaha untuk menyenangkanmu." Berhenti di depannya, aku menatap keindahan wajahnya dan membelai ujung rambut di atas bahunya yang terlihat sangat seksi. Aku menjalankan telapak tanganku turun ke otot bisepnya, meremas ototnya yang keras dengan lembut sebelum melangkah mendekatinya dan menekan wajahku di dadanya. "Hei," gumamnya, sambil membungkus lengannya di sekelilingku. "Apakah ini tentang aku yang bersikap brengsek saat makan siang tadi? Atau apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku? Bicaralah padaku, Eva, jadi aku bisa mengatakan padamu bahwa ini akan menjadi baik-baik saja." Aku menciumi otot dadanya, merasakan segarnya bulu dadanya yang menggelitik dipipiku dan menghirup aroma kulitnya yang seperti biasanya begitu menenangkan. "Kau harus duduk. Aku akan menceritakan sesuatu tentang diriku. Sesuatu yang buruk." Gideon terpaksa membiarkan aku pergi ketika aku menarik diriku darinya. Aku meringkuk di
149
www.read-blogger.nlogspot.com
sofa dengan kakiku menyelip dibawahku dan dia menuangkan dua gelas anggur warna keemasan sebelum duduk di sofa. Mencondongkan tubuhnya ke arahku,ia melingkarkan satu lengannya di atas sandaran sofa, tangan satunya memegang gelas, dan memberiku perhatian penuh. "Oke. Begini."Aku mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai bicara, merasa pusing karena denyut nadiku meningkat. Aku tidak bisa mengingat kapan terakhir kali aku begitu gugup atau perutku sakit. "Ayah dan ibuku tidak pernah menikah. aku benar-benar tidak tahu banyak bagaimana mereka bertemu, karena tak satu pun dari mereka berbicara tentang hal itu. Aku tahu ibuku menginginkan pria yang banyak uangnya. Tidak semua yang dinikahi ibuku orang kaya, tapi sebagian besar dengan orang yang berduit. Dia wanita yg tampil pertama kali di pesta. Memiliki gaun putih yang lengkap dan presentasi dirinya. Saat dia hamil aku,itu merupakan kesalahan yang membuat dia di usir dari keluarganya, tapi dia tetap mempertahankan aku." Aku melihat bawah ke gelasku. "Aku benar-benar mengaguminya untuk hal itu. Dia mengalami banyak tekanan sewaktu hamil - membuat diriku – ingin digugurkan, tetapi dia tetap mempertahankan kehamilannya. Tentu saja itu sudah jelas." Jari-jarinya menyentuh rambutku yang masih basah setelah keramas. "Beruntungnya diriku." Aku menangkap jari-jarinya dan mencium buku-buku jarinya, kemudian mengangkat tangannya dan kutempatkan di atas pangkuanku. "Bahkan dengan seorang anak di belakangnya, dia masih mampu mendaratkan dirinya ke seorang jutawan. Dia adalah seorang duda dengan seorang anak laki-laki yang selisihnya hanya dua tahun lebih tua dariku, jadi kurasa mereka berdua berpikir akan menemukan pengaturan yang sempurna. Suaminya sering bepergian dan jarang di rumah, dan ibuku yang menghabiskan uangnya dan mengambil alih membesarkan anaknya." "Aku memahami kebutuhan akan uang, Eva," gumamnya. "Aku ingin memiliki itu juga. Aku membutuhkan uang supaya kuat. Jaminan agar bisa bertahan." Mata kami bertemu. Sesuatu terjadi di antara kami dengan pengakuan kecil ini. Yang membuatku lebih mudah lagi untuk mengatakan apa yang terjadi selanjutnya. "Umurku sepuluh tahun saat pertama kalinya kakak tiriku memperkosaku-" Tangkai gelasnya patah di tangannya. Dia bergerak sangat cepat, menangkap mangkuk gelasnya diatas paha sebelum isinya tumpah dan mengotorinya. Aku cepat-cepat berdiri ketika dia bangkit dari sofa. "Apakah kau terluka? Apakah kau baikbaik saja?" "Aku tidak apa-apa," katanya sambil berjalan keluar. Dia menuju dapur dan melemparkan pecahan kaca, hingga bertambah hancur. Aku meletakkan gelasku sendiri dengan hati-hati, tanganku gemetar. Aku mendengar lemari dibuka lalu ditutup. Beberapa menit kemudian Gideon kembali membawa gelas minum dan sesuatuyang gelap di tangannya. "Duduklah, Eva."
150
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku menatapnya. Tubuhnya yang kaku, matanya sedingin es. Dia menggosok tangan di wajahnya dan berkata lebih lembut, "Duduklah ... kumohon." Lututku yang lemas menyerah dan aku duduk di pinggir sofa, menarik jubah lebih erat di sekelilingku. Gideon tetap berdiri, meneguk banyak dari apapun yang ada di tangannya. "Kau bilang pertama kalinya. Berapa kali dia melakukan itu?" Aku mengambil napas dengan sengaja, berusaha untuk menenangkan diriku sendiri. "Aku tidak tahu. Aku tak bisa menghitungnya." "Apakah kau memberitahu seseorang? Apa kau menceritakan pada ibumu?" "Tidak. Ya Tuhan, seandainya ibuku tahu, sudah pasti dia akan mengeluarkanku dari sana. Tapi Nathan mengancam, aku terlalu takut untuk menceritakan pada ibuku." Aku mencoba menelan ludah sambil mengernyit melewati tenggorokanku yang rapat dan kering seperti kertas amplas, rasanya menyakitkan. Ketika suaraku bisa keluar lagi, itupun hanya berupa bisikan. "Ada satu saat ketika itu sudah begitu parahnya, aku hampir saja mengatakan pada ibuku, namun dia tahu. Nathan tahu aku akan mengatakan pada ibuku. Lalu dia mematahkan leher kucingku dan meninggalkannya di tempat tidurku." "Ya Tuhan." Dadanya naik-turun. "Dia tidak hanya kacau, dia gila. Dan ia sudah menyentuhmu ... Eva." "Para pelayan sudah tahu," aku melanjutkan dengan kaku, menatap tanganku yang kuputarputar. Aku hanya ingin ini cepat selesai, untuk menceritakan semuanya sampai tuntas, sehingga aku bisa memasukkannya kembali ke dalam kotak di pikiranku di mana aku akan melupakannya dalam kehidupanku sehari-hari. "Kenyataannya mereka tidak mengatakan apapun yang terjadi padaku, mereka juga merasa ketakutan. Mereka adalah orang-orang dewasa dan mereka tidak mengucapkan sepatah katapun. Apalagi aku masih anak-anak. Apa yang bisa kulakukan jika mereka tidak bisa melakukan sesuatu?" "Bagaimana kau bisa keluar?" Tanyanya dengan suara serak. "Kapan itu berakhir?" "Ketika aku berusia empat belas. Aku berpikir aku sedang mengalami haid, tapi darahnya terlalu banyak. Ibuku langsung panik dan membawaku ke ruang gawat darurat. Aku mengalami keguguran. Dalam proses pemeriksaan, mereka menemukan bukti ... trauma lainnya. Vagina dan dubur banyak bekas luka-" Gideon meletakkan gelas di ujung meja sampai terdengar gedebuk keras. "Maafkan aku," bisikku, aku merasakan seperti kesakitan. "Aku menceritakan padamu secara detail, supaya kau tahu, mungkin ada seseorang yang ingin membongkar masa laluku. Rumah sakit sudah melaporkan pelecehan seksual ini ke bagian layanan anak. Semua masalahnya ini sudah menjadi catatan publik yang selama ini sudah disegel, tapi ada orang yang tahu cerita ini. Ketika ibuku menikahi Stanton, ia kembali dan mengencangkan segel itu, membayar sebagai imbalan untuk sepakat menjaga rahasia ... seperti menyumpalnya. Dan kau berhak untuk tahu jika seandainya masalah ini muncul yang akan mempermalukan dirimu."
151
www.read-blogger.nlogspot.com
"Mempemalukan aku?" Bentaknya, bergetar karena marah. "Malu tidak masuk dalam daftar yang kini kurasakan." "Gideon-" "Aku akan menghancurkan karir siapa pun wartawan yang menulis tentang hal ini, kemudian aku akan membongkar penerbitnya menjadi potongan kecil-kecil." Dia begitu dingin dengan kemarahannya, ia sedingin es. "Aku akan menemukan bajingan yang menyakitimu, Eva, dimanapun dia berada, dan aku akan membuat dia berharap dia ingin mati." Rasa gemetar bergerak memasuki diriku, karena aku mempercayai dia. Saat melihat raut mukanya. Suaranya. Energi yang dia pancarkan dan fokusnya seperti diasah tajam. Dia tidak hanya gelap, penampilannya tampak berbahaya. Gideon adalah seorang pria yang bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, apa pun resikonya. Aku mendorong kakiku berdiri. "Dia tidak berharga dengan usaha ini. Tidak layak dengan waktumu yang terbuang." "Kau berharga. Kau layak untuk itu. Sialan. Semoga brengsek itu pergi ke neraka." Aku berjalan mendekati perapian, membutuhkan kehangatan. "Ada jejak uang disana juga. Polisi dan wartawan selalu mengikuti uangnya. Seseorang mungkin bertanya-tanya mengapa ibuku meninggalkan perkawinan pertamanya dengan membawa uang dua juta dolar, sedangkan putri dari hubungannya sebelumnya membawa lima juta dolar." Tanpa melihat, mendadak aku merasakan kesunyian. "Tentu saja," aku melanjutkan, "bahwa uang sogokan itu mungkin sudah berkembang jauh lebih banyak sekarang. Aku tidak akan menyentuhnya, namun Stanton yang mengelola akun broker tersebut dimana aku memasukkan uang itu kesana dan semua orang tahu dia memiliki sentuhan Midas (pandai mengelola uang menjadi lebih banyak). Jika kau pernah merasa khawatir bahwa aku menginginkan uangmu-" "Cukup." Aku berbalik menghadapi dia. Aku melihat wajahnya, matanya. Melihat belas kasihan dan kengeriannya. Tapi aku melihat bahwa itulah yang paling menyakitkan. Aku sadar bahwa ini adalah mimpi burukku yang terbesar. Aku takut bahwa masa laluku mungkin berdampak negatif akan ketertarikannya padaku. Aku akan mengatakan pada Cary mungkin semua alasannya salah mengenai Gideon yang ingin tinggal denganku. Bahwa dia mungkin tinggal di sisiku, tapi aku masih - dalam setiap pengertian praktis - masih akan tetap kehilangan dia. Dan sepertinya aku sudah kehilangan dia.
152
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 13
Ku kencangkan sabuk pada jubahku. “Aku akan mengenakan pakaianku dan pergi.” “Apa?” Gideon membelalak. “Pergi kemana?” “Rumahku,” Kataku, lelah hingga ke tulang. “Kupikir kau perlu mencerna semua permasalahan ini.” Dia menyilangkan kedua lengannya. “Kita bisa melakukan ini bersama-sama.” “Kupikir tidak.” Daguku terangkat, merasakan kepedihan yang jauh melebihi rasa maluku dan kekecewaan yang menyayat hati. “Tidak selama kau melihatku seperti kau sedang merasa bersedih untukku.” “Aku tidak terbuat dari batu, Eva. Aku tidak bisa menjadi manusia jika aku tak perduli.” Emosiku yang bergejolak sejak makan siang kini bersatu dalam rasa sakit yang membakar dadaku dan membersihkan kemarahan yang meledak. “Aku tak mau rasa kasihanmu.” Dia menyapukan kedua tangannya melalui rambutnya. “Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan?” “kau! Aku mau kau.” “kau memiliki aku. Berapa kali harus kukatakan itu padamu?” “Kata-katamu tidak berarti sama sekali saat kau tak bisa membuktikannya. Sejak saat kita bertemu, kau sangat panas terhadapku. kau tak pernah bisa melihatku tanpa dengan sangat jelas sangat ingin meniduriku. Dan semua itu lenyap, Gideon.” Mataku terbakar. “Tatapan itu...sudah lenyap.” “kau pasti bercanda.” Dia menatapku seolah-olah aku tumbuh dengan dua kepala. “Kupikir kau tak tahu betapa gairahmu sangat mempengaruhiku.” Kedua lenganku membungkus diriku, menutupi payudaraku. Tiba-tiba aku merasa telanjang dalam cara yang sangat buruk. “Gairahmu membuatku merasa cantik. Membuatku merasa kuat dan hidup. Aku- aku tidak bisa bertahan denganmu jika kau tidak merasa seperti itu lagi terhadapku.” “Eva, aku...” Suaranya memudar dalam kesunyian. Wajahnya menjadi kejam dan tak ramah, tangannya mengepal di samping tubuhnya. Aku mengendurkan ikat pinggangku dan melepaskan seluruh pakaianku. “Lihat aku Gideon. Lihat tubuhku. Ini masih sama dengan yang tadi malam, tubuh yang tak pernah cukup untuk kau dapatkan. Tubuh yang sama, yang kau sampai berputus asa untuk mendapatkannya dan membawanya ke kamar hotel sialan itu. Jika kau tak lagi menginginkan tubuh ini... jika kau tidak menjadi keras saat melihat ini-“
153
www.read-blogger.nlogspot.com
“Apakah ini cukup keras untukmu?” Dia membuka tali celananya dan mendorong kebawah untuk memperlihatkan organ seksnya yang keras, tebal berurat memanjang di seluruh ereksinya. Kita berdua menerjang dalam waktu yang bersamaan, bertabrakan. Mulut kami saling beradu satu sama lain bersamaan dengan gerakannya yang mengangkatku agar kakiku membungkus pinggulnya. Dia tersandung ke sofa dan jatuh, menyeimbangkan berat badan kami dengan satu tangan yang diulurkan. Aku tergeletak dibawahnya, terengah-engah dan terisak, saat dia berlutut dan menjilati celahku. Dia menjadi kasar dan tidak sabar, mengurangi kemahiran yang biasa aku rasakan, dan aku suka dia seperti itu. Lebih suka lagi saat dia mengangkat tubuhku dan mendorong organ seksnya kedalam diriku. Aku belum sepenuhnya basah dan situasi yang membakar itu membuatku terkesiap, lalu jempolnya berada di clitku, menggeseknya dalam lingkaran yang membuat pinggulku berputar. “Yes,” Aku mengerang, menancapkan kukuku di tubuhnya. Dia tidak bersikap dingin lagi, dia sedang terbakar. “bercinta denganku, Gideon. Bercinta yang keras denganku.” “Eva.” Mulutnya menutupi mulutku. Dia menggenggam rambutku, membuatku tetap diam saat dia menerjangku lagi dan lagi, menghentak dengan keras dan dalam. Ia menendang lengan kursi dengan satu kaki, menguasai diriku, mengarahkan orgasmenya dengan keganasan dan hanya satu tujuan. “Milikku..milikku..milikku..” Iramanya membuat bola kerasnya menampar lengkungan pantatku dan kekasaran dari katakata posesifnya membuatku gila dengan berahi. Aku merasa diriku melaju dengan setiap denyut dari rasa sakit, merasakan organ seksku mengencang seiring dengan gairah yang memuncak. Dengan erangan yang parau dan panjang, dia mulai datang, tubuhnya meregang saat dia menggerakkan dirinya ke dalam tubuhku. Aku mencengkeramnya saat dia mencapai klimaks, membelai punggungnya, mendesak beberapa ciuman di sepanjang bahunya. “Sebentar,” Dia berkata dengan kasar, menekan tangannya ke bawah tubuhku, menindih payudaraku dengan tubuhnya. Gideon menarikku bangun, dan kemudian aku duduk dengan mengangkangi pinggulnya. Tubuhku licin karena orgasmenya, membuatnya lebih mudah saat Gideon mendorong dirinya ke dalam tubuhku lagi. Tangannya menyapu rambut yang jatuh di wajahku; lalu mengusap airmata kelegaanku. “Aku selalu keras untukmu, selalu panas untukmu. Aku selalu hampir gila karena menginginkanmu. Jika sesuatu bisa merubah itu, aku pasti sudah menyelesaikan segalanya sebelum kita melangkah sejauh ini. Mengerti?”
154
www.read-blogger.nlogspot.com
Tanganku memeluk pinggangnya. “Ya.” “Sekarang, setelah semua ini tunjukkan padaku bahwa kau masih menginginkanku.” Wajahnya memerah dan basah, matanya gelap dan bergelora. ”Aku perlu tahu bahwa kehilangan kontrol tidak berarti aku kehilanganmu.” Aku menekan telapak tangannya dari wajahku dan mendesaknya turun ke payudaraku. Ketika dia menangkupnya, aku merentangkan tanganku di bahunya dan mengguncang pinggulku. Dia setengah-keras, tapi segera membesar saat aku mulai bergoyang seperti ombak. Jarijarinya menelusuri puting payudaraku, memutar dan menariknya, mengirim gelombang kenikmatan pada diriku, rangsangan lembutnya memanah menuju bagian intiku. Ketika dia mendesakku lebih dekat dan mengambil ujung kerasnya ke mulutnya yang aku menjerit, tubuhku terpicu dengan keinginan yang lebih. Sambil mengencangkan pahaku, aku berdiri. Kututup mataku untuk memfokuskan apa yang dia rasakan saat dia menarik keluar; lalu menggigit bibirku saat dia sedang meregang masuk kembali dalam tubuhku. “Ini dia.” Gumamnya, menjilat di sepanjang dadaku menuju ke putingku yang lain. Menjalankan lidahnya lebih ketat, ujung yang sakit. “Datanglah untukku. Aku mau kau datang dengan menaiki kejantananku. Aku memutar pinggulku, menikmati keindahan rasa dari dirinya yang mengisiku dengan kesempurnaan. Aku tidak malu, tidak ragu saat membuat diriku bekerja dalam kegilaan penisnya yang keras, menyesuaikan sudutnya sehingga mahkota tebalnya mengusap tepat di tempat yang aku butuhkan. “Gideon.” Aku tersengal. “Oh, Ya...oh tolonglah...” “kau sangat cantik.” Dia mencengkeram bagian belakang leherku dengan satu tangan dan pinggangku di tangannya yang lain, melengkungkan pinggulnya untuk mendorong sedikit lebih dalam. “Sangat seksi. Aku akan datang untukmu lagi. Itulah yang kau lakukan padaku, Eva. Ini tidak akan pernah cukup.” Aku merintih saat semua mengetat, saat tekanan yang manis terbangun dari irama buaian yang dalam. Aku terengah-engah dan bingung, memompa pinggulku. Meraih diantara kedua kakiku, aku mengusap klitku dengan bantalan jariku, mempercepat klimaksku. Dia terkesiap, kepalanya dilemparkan kebelakang keatas bantalan sofa, lehernya dijalin dengan ketegangan. “Aku merasakan kau akan segera datang, milikmu menjadi panas dan sempit, sangat serakah.” Kata-kata dan suaranya mendorongku lebih jauh. Aku berteriak saat getaran keras yang pertama menghantamku; dan kemudian saat orgasmeku berdesir melalui tubuhku, organ seksku mengejang di sekitar ereksi Gideon yang sekeras baja. Terdengar giginya berkertak, dia menggenggam sampai kepalannya mulai mnegendur; lalu mencengkeram dengan tinggi pinggulku dan memompa keatas ke dalam diriku. Sekali, dua kali. Pada dorongan ketiga yang dalam, dia menggeram menyebut namaku dan menyemprot
155
www.read-blogger.nlogspot.com
dengan panas, meletakkan ketakutan terakhirku dan keraguanku untuk beristirahat. *** Aku tak tahu berapa lama kami tergeletak di atas sofa seperti itu, terhubung dan sangat dekat, kepalaku berada di bahunya dan tangannya membelai lekukan tulang belakangku. Gideon menekan bibirnya di dahiku dan bergumam, “Tinggallah.” “Ya.” Dia memelukku. “kau sangat berani, Eva. Sangat kuat dan jujur. kau adalah sebuah keajaiban. Keajaibanku.” “Mungkin sebuah keajaiban dari terapi modern.” Aku mendengus, memainkan jari-jariku di rambut lebatnya. “Dan meskipun begitu, aku benar-benar mengacau dan masih ada beberapa pemicu yang kupikir aku tak akan pernah bisa melewatinya.” “Ya Tuhan. Saat pertama kali aku datang padamu...aku bisa saja mengacaukan kita bahkan sebelum kita memulainya. Dan makan malam advokasi itu—“ Dia menggigil dan menguburkan wajahnya di leherku. “Eva, jangan biarkan aku mengungkapkan ini semua. Jangan biarkan aku menjauhkan dirimu.” Dengan mengangkat kepalaku, aku mencari wajahnya. Dia benar-benar tampan. Aku sering bermasalah dalam menerima hal itu. “kau tak bisa menebak segala sesuatu yang kau lakukan atau kau katakan padaku karena Nathan dan apa yang telah dia lakukan padaku. Itu akan membuat kita putus. Dan akan mengakhiri hubungan diantara kita.” “Jangan katakan itu. Bahkan jangan pernah berpikir seperti itu.” Aku merapikan alisnya dengan belaian ibu jariku. “Aku berharap tak akan pernah memberitahumu. Aku berharap kau tidak perlu mengetahui segalanya.” Dia menangkap tanganku dan menekan ujung jariku ke bibirnya. “Aku harus tahu segalanya, setiap bagian dari dirimu, luar dan dalam, setiap detailnya.” “Seorang wanita harus punya beberapa rahasia.” Godaku. “kau tak perlu menyimpan rahasia apapun dariku.” Dia menangkapku dari rambut dan sebelah lengan terikat disekitar pinggulku. Mendesak diriku kepadanya, mengingatkanku— seolah aku akan lupa—bahwa dia masih berada dalam diriku. “Aku akan memilikimu, Eva. Ini semata-mata menjadi adil karena kau juga memilikiku.” “Dan bagaimana tentang rahasiamu, Gideon?” Wajahnya berubah dengan halus dalam topeng tanpa emosi, tindakan yang sangat mudah dilakukan yang aku tahu telah menjadi sesuatu yang biasa baginya. “Aku mulai dari nol saat aku bertemu denganmu. Segala yang aku pikir dulu, segala yang kupikir aku butuhkan...”
156
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia menggelengkan kepalanya “Kita akan mencari tahu tentang aku bersama-sama. kau adalah satu-satunya orang yang akan tahu tentang diriku.” Tapi aku tidak begitu. Tidak juga. Aku sedang menerka dirinya, mempelajari dirinya sedikit demi sedikit, tapi dia tetap menjadi sebuah misteri bagiku dalam berbagai hal. “Eva...jika saja kau mengatakan apa yang kau mau—“ tenggorokannya bergerak saat dia menelan. “Aku bisa menjadi lebih baik dengan ini, jika kau memberiku kesempatan. Hanya jangan...jangan pernah menyerah dariku.” Tuhan. Dia bisa mencabikku dengan sangat mudah. Hanya dengan beberapa kata, tatapan putus asa, dan aku benar-benar menjadi potongan yang terbuka lebar. Ku sentuh wajahnya, rambutnya, bahunya. Dia juga terluka sama seperti diriku, dalam cara yang belum aku pahami. “Aku butuh sesuatu darimu, Gideon.” “Apapun. Katakan padaku apa itu.” “Setiap hari, aku butuh kau memberitahuku sesuatu yang tidak aku ketahui tentangmu. Sesuatu yang berwawasan, sekecil apapun itu. Aku ingin kau berjanji padaku bahwa kau akan melakukannya.” Gideon mentapku dengan hati-hati. “Apapun yang aku mau?” Aku mengangguk, yakin dengan diriku sendiri dan harapan untuk mengenal dirinya. Dia menghembuskan napasnya dnegan keras. “Oke.” Aku menciumnya dengan lembut, keheningan yang memperlihatkan rasa terima kasihku. Mengendus hidungnya di hidungku, dia bertanya, “Ayo pergi untuk makan malam. Atau kau mau pesan antar?” “Apa kau yakin kita harus keluar?” “Aku ingin berkencan denganmu.” Tidak ada cara bagiku untuk mengatakan tidak, bukan saat aku tahu ini semua merupakan langkah besar baginya. Sebuah langkah besar untuk kami berdua, sungguh, sejak terakhir kali kita pergi berkencan dengan berakhir dengan bencana. “Kedengaran romantis. Dan tak bisa ditolak.” Senyum kebahagiannya adalah hadiah untukku, saat kita memutuskan untuk mandi dan membersihkan diri. Aku menyukai kedekatan saat aku membersihkan tubuhnya sebesar aku menyukai sentuhan telapak tangannya meluncur diseluruh tubuhku. Ketika aku mengambil tangannya dan menaruhnya diantara kedua kakiku, mendesak dua jarinya memasukiku, aku melihat bara yang sudah akrab dan sangat menyambut dimatanya saat dia merasakan sari licin yang dia tinggalkan sebelumnya.
157
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia menciumku dan bergumam, “ Milikku.” Seperti yang diminta, aku menyorong kedua tanganku pada organ seksnya dan membisikkan kalimat penegasanku padanya. Di dalam kamar, aku melihat lalu mengambil gaun biru baruku di atas ranjang dan memeluknya. “kau memilihkan ini untukku, Gideon?” “Ya aku yang memilihnya. kau suka?” “Ini sungguh cantik,” Aku tersenyum. “Ibuku bilang kau memiliki selera yang sungguh bagus...kecuali pilihanmu pada si rambut coklat.” Dia memandangku sekilas sesaat sebelum pantat keras dan indahnya menghilang ke dalam lemari dinding pakaiannya yang sangat besar. “Si rambut cokelat apa?” “Ohh, sudahlah.” “Lihat ke laci paling atas di sebelah kanan.” Dia memnaggilku Saat dia mencoba untuk mengalihkan pikiranku dari semua wanita berambut cokelat yang berfoto bersamanya—termasuk Magdalene? Kutinggalkan gaunku diatas kasur dan membuka laci. Didalamnya ada selusin setelan Carine Gilson lingerie, semua ukuranku, dan dalam banyak pilihan warna. Disitu juga ada garter dan stoking sutera yang masih terbungkus rapi. Aku menatap Gideon saat dia kembali membawa pakaian di tangannya. “Aku punya laci sendiri?” “kau punya tiga di ruang ganti dan dua lagi di kamar mandi.” “Gideon.” Aku tersenyum. “Membuat dan menyusun sebuah laci pakaian biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan.” “Bagaimana kau bisa tahu?” Dia meletakkan pakaian di atas kasur. “kau pernah tinggal dengan pria lain selain Cary?” Aku melempar tatapanku padanya. “Memiliki sebuah laci bukan berarti kau tinggal bersama dengan seseorang.” “Itu bukan jawaban.” Dia berjelan mendekatiku dan membelaiku dengan halus dan singkat lalu mengarah kesamping untuk mengambil sebuah boxer. Merasakan ketertarikannya dan susasana hatinya yang menjadi gelap, aku membalas belaiannya sebelum dia beranjak pergi. “Tidak. Aku belum pernah tinggal dengan pria manapun.” Bersandar padaku, Gideon mencium dahiku dengan kasar sebelum ia kembali ke kasur. Dia terhenti di atas papan kaki dengan memunggungiku. “Aku ingin hubungan ini lebih berarti
158
www.read-blogger.nlogspot.com
ketimbang hubunganmu dengan siapapun yang pernah kau miliki.” “Memang seperti itu keadaannya. Sejauh ini.” Aku kencangkan simpul handukku diantara kedua payudaraku. “Aku sedikit berjuang dengan ini. Ini semua menjadi penting dengan sangat cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku tetap berpikiran bahwa ini sangat baik untuk diwujudkan.” Ia berbalik dan memandangku. “Mungkin memang seharusnya begitu. Jika kita memang layak mendapatkannya.” Aku mendatanginya dan mebiarkannya menarikku dalam pelukannya. Disinilah aku benarbenar ingin berada lebih dari di tempat lain. Dia memberikan ciuman di ujung kepalaku. “Aku tidak bisa berhenti berpikir bahwa kau menunggu agar segalanya berakhir. Itulah yang kau lakukan bukan? Sepertinya memang begitu.” “Maafkan aku.” “Kita hanya harus membuatmu merasa aman.” Dia melarikan jari-jarinya melalui rambutku. “Bagaimana cara kita melakukannya?” Aku sempat ragu sebentar, lalu melanjutkannya. “Maukah kau melakukan terapi pasangan bersamaku?” Belaian tangannya terhenti. Dia berdiri sejenak dalam diam. Bernapas dengan dalam. “Pikirkan tentang itu,” Aku menyarankan. “Mungkin kau melihatnya, memahami segala sesuatu tentang ini.” “Apa aku melakukan kesalahan? kau dan aku? Apa aku membuat keadaan menjadi begitu kacau?” Aku mundur dan menatapnya. “Tidak, Gideon. kau sempurna. Sempurna untukku, aku tegilagila padamu. Aku pikir kau-“ Dia menciumku. “Aku akan melakukannya. Aku akan pergi kesana.” Dalam keadaan itu aku sungguh mencintainya. Dengan liar. Dan untuk seterusnya. Dan semua melalui perjalanan pada sesuatu yang ternyata menjadi begitu menyilaukan, makan malam yang begitu intim di restoran Masa. Kami salah satu dari tiga kelompok di dalam restoran itu dan Gideon disambut menurut nama yang terlihat. Makanan yang disajikan untuk kami sungguh lezat seperti makanan dari dunia luar dan winenya terlalu mahal untuk dipikirkan atau aku tidak sanggup untuk menyantapnya. Gideon memiliki karisma yang gelap; pesonanya santai dan menggiurkan. Aku merasa cantik dalam balutan gaun yang dia pilihkan dan suasana hatiku ringan. Dia sudah tahu bagian yang paling buruk dari diriku, namun dia tetap bersamaku. Ujung jarinya membelai bahuku... membuat lingkaran di tengkukku... turun ke punggungku. Dia mencium pelipisku dan menciumi bagian bawah telingaku, lidahnya yang ringan menyentuh bagian
159
www.read-blogger.nlogspot.com
sensitif kulitku. Di bawah meja, tangannya meremas pahaku dan menangkup bagian belakang lututku. Seluruh tubuhku bergetar dengan kesadaran atas dirinya. Aku sakit karena sangat menginginkannya. “Bagaimana kau bertemu Cary?” dia bertanya, menatapku melalui bibir gelas winenya. “Dari kelompok terapi.” Aku meletakkan tanganku padanya untuk membuat gerakan tangannya meluncur ke atas kakiku, tersenyum pada mata nakalnya yang berkelip redup. “Ayahku seorang polisi dan dia mendengar terapis yang menurut dugaan memiliki kemampuan yang gila dalam menghadapi anak-anak liar, seperti aku. Cary pun menemui Dr. travis juga.” “Kemampuan yang gila, huh?” Gideon tersenyum. “Dr. Travis tidak seperti terapis lain yang pernah aku temui. Kantornya merupakan sebuah tempat olahraga tua yang dia kembangkan. Dia memiliki aturan terbuka dengan “anakanaknya” dan berkumpul bersama kami sehingga tercipta suasana yang lebih nyata daripada hanya duduk di sofa. Ditambah dia punya peraturan; tidak ada-omong kosong. Bersamanya harus langsung jujur atau dia akan marah. Aku selalu menyukainya karena itu. Bahwa dia cukup perhatian untuk menjadi emosional.” “Apa kau memilih SDSU (San Diego State University–pent.) karena ayahmu tinggal di California Selatan?” Bibirku berpuntir kecut saat dia mengugnkapkan sedikit pengetahuan tentang diriku yang tidak aku berikan padanya. “Berapa banyak yang mau kau gali tentang aku?” “Apapun yang bisa aku temukan.” “Apa aku harus tahu seberapa luasnya itu?” Dia mengangkat tanganku ke bibirnya dan mencium punggung tanganku. “Kemungkinan tidak.” Aku menggelengkan kepalaku dengan kesal. “Ya, karena itulah aku kuliah di SDSU. Aku tak menghabiskan banyak waktu dengan ayahku saat aku tumbuh dewasa. Ditambah ibuku yang selalu membuatku sesak nafas sampai ingin mati.” “Dan kau tidak pernah memberitahu ayahmu tentang apa yang telah terjadi padamu?” “Tidak.” Aku memutar tangkai gelas wine diantara jari-jariku. “Dia tahu kalau aku ini seorang pembuat masalah yang pemarah dengan masalah penghargaan-diri, tapi dia tidak tahu soal Nathan.”
160
www.read-blogger.nlogspot.com
“Kenapa tidak?” “Karena dia tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi. Nathan sudah dihukum secara sah. Ayahnya membayar ganti rugi dalam jumlah besar. Keadilan sudah ditegakkan.” Gideon bicara dingin. “Aku tidak setuju.” “Apa lagi yang kau harapkan?” Dia minum dengan dalam sebelum membalas pertanyaanku. “Ini tidak cocok dibicarakan saat kita sedang makan malam.” “Oh.” Karena suaranya yang terdengar tidak menyenangkan, khususnya ketika dipadu dengan tatapan matanya yang dingin, aku mengembalikan perhatianku pada makanan yang ada dihadapanku. Tidak ada menu di Masa, hanya omakase (makanan ala jepang yang menunya ditentukan oleh chef –pent.), jadi setiap gigitan merupakan sebuah kejutan yang menggembirakan. Dan pelanggan yang langka di restoran ini membuat kita seperti memiliki sendiri seluruh tempat ini. Setelah beberapa saat, dia berkata, “Aku suka melihatmu makan.” Aku melemparkan tatapanku padanya. “Apa sebenarnya maksudmu?” kau makan dengan semangat. Dan erangan kecil karena kenikmatanmu membuatku keras. Aku menyenggolkan bahuku padanya. “Dari pengakuanmu sendiri, kau selalu keras.” “kau salah,” Dia berkata sambil menyeringai, yang membuatku tersenyum lebar juga. Gideon makan dengan lebih penuh pertimbangan daripada aku dan tidak melihat pada pemeriksaan astronomi. Sebelum kami melangkah keluar, dia memakaikan jaketnya di bahuku dan berkata, “Ayo pergi ke gym-mu besok.” Aku meliriknya sekilas. “Gym milikmu lebih bagus.” “Tentu saja. Tapi aku pergi kemana kau suka.” “Ke suatu tempat tanpa ada pelatih yang suka menolong bernama Daniel?” Aku bertanya dengan manis. Dia menatapku dengan alis terangkat dan bibir masamnya yang melengkung. “Hati-hati dengan dirimu, Angel. Sebelum aku memikirkan konsekuensi yang cocok karena telah mengejek keposesifanku yang kau khawatirkan.” Aku memperhatikan dia sudah tidak mengancamku dengan tamparan di pantat lagi. Apakah dia mengerti bahwa memberikan rasa sakit saat berhubungan seks merupakan pemicu yang
161
www.read-blogger.nlogspot.com
utama untukku? Ini membuat ku kembali pada mental yang aku tidak pernah ingin kembali kesana. Dalam perjalanan kembali ke kediaman Gideon, aku bergelung padanya di kursi belakang mobil Bentley-nya, kakiku tersampir pada salah satu pahanya dan kepalaku di bahunya. Aku berpikir tentang bagaimana perlakuan kejam Nathan masih mempengaruhi hidupkukhususnya kehidupan seksku. Berapa banyak iblis yang harus Gideon dan aku usir bersama-sama? Setelah memahami sedikit dari mainan yang aku lihat di laci hotel, ini sudah jelas dia sudah sangat berpengalaman dan memiliki petualangan seks daripada aku. Dan kenikmatan yang berasal dari keganasannya dalam bercinta di sofa tadi membuktikan padaku bahwa di biasa melakukan hal-hal yang orang lain tidak bisa melakukannya padaku. “Aku mempercayaimu,” Bisikku. Tangannya mengencang di sekitarku. Dengan bibirnya di rambutku, dia bergumam, “Kita akan baik-baik saja satu sama lain, Eva.” Ketika aku tertidur di lengannya setelah malam itu, kalimat itulah yang terus ada dikepalaku. *** “Jangan...tidak. Tidak, jangan... Kumohon.” Tangisan Gideon membuatku duduk terlipat diatas kasur, jantungku berdebar dengan hebat. Aku berjuang untuk bernapas, memandang terbelalak pada laki-laki yang sedang memukulmukul disampingku ini. Aku mundur, takut dia memukulku dengan tidak sengaja dalam mimpinya. “Pergi dariku,” Dia terengah-engah. “Gideon! Bangun.” “Pergi...” Pinggulnya melengkung keatas dengan desisan dari rasa sakit. Dia melayang disana, menggeretakan gigi, punggungnya membentuk busur seolah-olah ada api di bawahnya. Lalu dia jatuh, kasur menyentak saat dia terhempas disana. “Gideon.” Aku meraih lampu tidur, tenggorokanku terbakar. Aku tidak bisa menggapainya, aku harus melempar selimut yang kusut agar bisa lebih dekat dengannya. Gideon menggeliat kesakitan, mendera dengan sangat hebat dia mengguncang di kasur. Kamar menyala tiba-tiba oleh suar pencahayaan. Aku kembali mendatanginya… Aku menemukannya sedang masturbasi dengan keganasan yang mengejutkan. Tangan kanannya meremas organ seksnya dengan buku jarinya yang memutih, memompanya dengan kecepatan yang brutal. Tangan kirinya mengepal di seprei. Siksaan dan kepedihan berputar di wajah indahnya.
162
www.read-blogger.nlogspot.com
Takut akan keselamatannya, aku mendorong bahunya dengan kedua tanganku. “Gideon, sialan. Bangun!” Teriakanku memecah melalui mimpi buruknya. Matanya terayun membuka dan dia tersentak bangun, matanya melesat dengan panik. “Apa?” Dia terkesiap, dadanya berat. Wajahnya memerah, bibir dan pipinya memerah dengan gairah. “Ada apa ini?” “Tuhan.” Aku mendorong tanganku melalui rambutku dan turun keluar dari ranjang, menyambar jubah hitam yang aku gantung pada papan gantungan. Apa yang ada dipikirannya? Apa yang bisa membuat seseorang memiliki mimpi kekerasan seksual seperti itu? Suaraku terguncang. “kau baru saja bermimpi buruk. kau membuatku ketakutan.” “Eva.” Dia menunduk melihat ereksinya dan warna dirinya menjadi gelap dengan rasa malu. Aku menatapnya dari tempat amanku di dekat jendela, mengikat ban pinggang jubahku dengan sentakan. “kau bermimpi tentang apa?” Dia menggelengkan kepalanya, menurunkan pandangannya karena kehinaan, postur rentan yang tidak aku kenali darinya. Seperti orang lain telah mengambil alih tubuh Gideon. “Aku tidak tahu.” “Omong kosong. Sesuatu dalam dirimu, sesuatu yang meresahkanmu. Apa itu?” Dia nampak berhimpun saat otaknya berjuang membebaskan dirinya dari rasa kantuk. “Itu hanya mimpi, Eva. Orang-orang juga bermimpi.” Aku menatapnya, rasa sakit berkembang saat dia seperti meneriakiku, bahwa aku sedang berpikir tidak rasional. “Sialan kau.” Bahunya menjadi sejajar, dan dia menarik seprei untuk menutupi dirinya. “Kenapa kau marah?” “Karena kau berbohong.” Dadanya membesar dalam tarikan nafas yang dalam; lalu dia melepaskannya dengan cepat. “Maaf aku membangunkanmu.” Aku mencubit batang hidungku, merasa sakit kepala bertemu kekuatan. Mataku tersengat karena ingin menangis untuknya, menangis untuk penderitaan yang pernah dia lewati dalam hidupnya. Dan menangis untuk kami, karena jika dia tidak membiarkanku memasuki kehidupannya, hubungan kami tidak punya tujuan. “Sekali lagi, Gideon; apa yang kau mimpikan?
163
www.read-blogger.nlogspot.com
“Aku tidak ingat.” Dia melarikan tangannya melalui rambutnya dan menggeser kakinya ke ujung ranjang. “Aku ada beberapa bisnis yang sedang kupikirkan dan kemungkinan ini yang membuatku terjaga. Aku akan bekerja di rumah untuk sementara. Kembalilah ke kasur, dan coba untuk tidur.” “Ada beberapa jawaban yang benar dari pertanyaan itu, Gideon. ‘Ayo kita bicarakan ini besok’ adalah yang pertama. ‘ayo bicarakan masalah ini saat akhir pekan’ adalah jawaban yang lain. Dan meskipun ‘aku belum siap untuk membicarakan tentang ini’ juga tidak apaapa. Tapi kau sudah bertindak lancang bagai orang yang tidak mengerti apa yang aku bicarakan saat kau seperti mengatakan padaku bahwa aku ini tidak masuk akal.” “Angel-“ “Jangan.” Tanganku membungkus pinggangku. “Apa kau pikir mudah untuk memberitahumu tentang masa laluku? Apa kau pikir ini tak terasa sakit saat aku membuka lebar diriku dan membiarkan bagian burukku meluap keluar? Ini akan lebih simpel untuk menjauhimu dan mengencani orang lain yang tidak menonjol. Aku mengambil resiko karena aku ingin bersamamu. Mungkin suatu hari nanti kau akan merasakan apa yang aku rasakan.” Aku meninggalkan kamar. “Eva! Eva, sial, kembali kemari. Ada apa denganmu?” Aku berjalan dengan cepat, aku tahu perasaannya; kesakitan di dalam usus yang menyebar seperti kanker, kemarahan yang tak tertolong, dan kebutuhan untuk melekuk dalam kesendirian dan menemukan kekuatan untuk mendorong kembali memori ke lubang dalam dan gelap dimana mereka tinggal. Bukan sebuah alasan untuk menimpakan atau membiaskan kesalahan padaku. Aku menyambar tas kecilku di kursi dimana aku menjatuhkannya saat pulang dari makan malam dan aku terburu-buru keluar dari pintu depan menuju lift di ruang masuk. Pintu lift tertutup dengan aku didalamnya ketika aku melihat Gideon melangkah ke ruang tengah melalui pintu depan yang terbuka. Tubuhnya yang telanjang memastikan bahwa dia tidak bisa mengejarku, saat tatapan di matanya memastikan aku tidak akan tinggal. Dia mengenakan topengnya lagi, bahwa wajahnya yang mencolok sekeras batu yang tetap membuat dunia menjaga jarak aman. Terguncang, aku bersander pada pegangan yang terbuat dari kuningan sebagai tumpuan. Aku tercabik diantara perhatianku padanya, yang mendesakku untuk tetap tinggal, dan pengetahuan yang susah kuperoleh, yang meyakinkanku bahwa strategi mengatasi masalahnya bukan cara yang bisa aku terima. Jalan menuju pemulihkanku beraspalkan kebenaran, bukan sangkalan dan kebohongan. Menyapu pada pipiku yang basah ketika aku melewati lantai tiga, aku mengambil napas yang dalam dan mengumpulkan kekuatanku sebelum pintu membuka pada lantai lobi.
164
www.read-blogger.nlogspot.com
Penjaga pintu bersiul untuk memanggilkan aku taksi dan betapa mahir dan profesionalnya ia bersikap seolah-olah aku sedang mengenakan pakaian kerja daripada menatapku dari kaki telanjangku dan gaun malam yang ku kenakan. Dari lubuk hatiku aku berterima kasih padanya. Dan aku sangat bersyukur pada taksi yang mengantarku dengan cepat sampai ke rumah dan aku memberinya tip yang bagus dan aku tak perduli pada tatapan tersembunyi dari penjaga pintu apartemenku dan staf meja tamu. Aku bahkan tak perduli pada tatapan seorang wanita rambut pirang yang seperti patung dan mempesona yang melangkah keluar dari lift yang sedang aku tunggu, sampai kau mnecium bau cologne Cary pada wanita itu dan menyadari baju kaus yang dipakainya adalah salah satu kaus milik Cary. Dia melihat keadaan setengah-berpakaianku dengan pandangan geli. “Jubah yang keren.” “Kaus yang bagus.” Si pirang itu pergi dengan menyeringai. Ketika aku sampai di lantaiku, aku menemukan Cary sedang santai pada pintu masuk yang terbuka dalam balutan jubah miliknya. Dia merentangkan dan membuka tangannya padaku. “Kemarilah, baby girl.” Aku berjalan langsung menuju padanya dan memeluknya dengan erat, mencium bau parfum seorang wanita dan seks keras di sekitar tubuhnya. “Siapa wanita yang baru saja pergi?” “Model yang lain. Tidak usah mengkhawatirkannya.” Dia menuntunku masuk ke dalam apartemen, dan menutup serta mengunci pintu. “Cross menelepon. Dia bilang kau sedang dalam perjalan pulang, dan dia memiliki kuncimu. Dia ingin meyakini bahwa aku ada disini dan bangun untuk menunggumu masuk. Dari apa yang dia lakukan, dia terdengar jantan dan cemas. kau mau membicarakan ini?” Meletakkan tas kecilku di meja sarapan, aku melangkah ke dapur, “Dia bermimpi buruk lagi. Yang satu ini sangat buruk. Ketika aku bertanya tentang itu dia menyangkal, dia berbohong, dan dia bertingkah seolah-olah aku ini gila.” “Ah, masalah klasik.” Telepon mulai berbunyi. Aku meng klik tombol di pusat telpon dan mematikan deringannya dan Cary melakukan hal yang sama pada handset-nya yang dia tinggalkan di meja pajangan. Lalu aku keluarkan smartphone-ku, menutup pemberitahuan yang mengatakan aku melewatkan banyak sekali panggilan dari Gideon, dan aku mengirim pesan padanya; 'Sampai di rumah dengan selamat. Aku harap kau bisa tidur nyenyak di sisa malam ini.' Aku mematikan ponselku dan melemparnya lagi ke dalam tas kecilku; lalu aku mengambil sebuah botol air putih dari kulkas. “Yang aku keluhkan adalah aku memberitahunya semua masa laluku tadi malam.”
165
www.read-blogger.nlogspot.com
Alis Cary terangkat. “Jadi kau sudah melakukannya. Bagaimana dia menerima itu?” “Lebih baik daripada yang kukira. Nathan sebaiknya berharap dia tidak bertemu dengan Gideon satu sama lain.” Aku menghabiskan air dalam botolku. “Dan Gideon setuju pada konsultasi pasangan yang kau sarankan. Aku pikir kita sudah menemukan jalan. Mungkin saja begitu, tapi kita menabrak tembok lagi.” “Meskipun begitu kau terlihat baik-baik saja.” Cary bersender pada meja sarapan. “Tidak ada air mata. Sangat tenang. Haruskah aku khawatir?” Aku mengusap perutku untuk menghapuskan ketakutan yang berakar disana. “Tidak, aku akan baik-baik saja. Hanya saja... aku ingin masalah ini teratasi diantara kami. Aku ingin bersamanya, tapi membohongiku tentang masalah yang serius adalah pematah kesepakatan bagiku.” Ya Tuhan. Aku bahkan tidak membiarkan diriku untuk mempertimbangkan bahwa kita mungkin tidak dapat melewati ini. Aku sudah merasa gelisah. Kebutuhan untuk bersama Gideon adalah debaran dahsyat dalam aliran darahku. “kau orang yang kuat, baby girl. Aku bangga padamu.” Dia mendatangiku, menautkan tangan kami, dan mematikan lampu dapur. “Ayo hancurkan dan mulai hari baru saat kita bangun nanti.” Senyum lebarnya adalah mulia. “Sayang, kupikir aku sedang jatuh cinta.” “Dengan siapa?” aku menyandarkan pipiku pada bahunya. “Trey atau si pirang itu?” “Trey, bodoh. Si pirang hanya sekedar pelepasan.” Banyak yang ingin aku katakan tentang ini, tapi ini bukan waktunya mendapatkan cerita Cary dari menyabotase kebahagiannya. Dan mungkin memfokuskan pada bagaimana beberapa hal baik ada pada Trey adalah jalan terbaik untuk menangani kejadian ini. “Jadi akhirnya kau jatuh cinta pada pria baik-baik. Kita harus merayakannya.” “Hey, itu kata-kataku.” ***
166
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 14
Pagi berikutnya tersadar dengan sebuah mimpi aneh. Aku membuat mimpi itu mempengaruhiku lebih jauh, lalu sampai ke sebagian besar waktu sebelum makan siangku jadi seperti kabut yang dingin. Aku tak bisa mendapatkan cukup kehangatan, meskipun aku sudah memakai cardigan di atas kemejaku dan sebuah syal yang sama sekali tidak cocok dengan pakaian yang kukenakan. Ini membuatku mengambil beberapa menit lebih lama dari seharusnya untuk memproses permintaan, dan aku tidak bisa melepaskan diri dari merasakan rasa takut. Gideon tidak menghubungiku sama sekali. Tidak di smartphone-ku atau e-mail setelah pesan yang kukirimkan padanya kemarin malam. Tak ada di kotak masuk e-mailku. Juga tak ada pesan antar-kantor. Keheningan ini sungguh menyiksa. Khususnya saat Google Alert harian menemukan kotak masukku dan aku melihat foto-foto dan beberapa video dari ponsel tentang aku dan Gideon saat di Bryant Park. Melihat bagaimana keadaan kami berdua saat itu — gairah dan kebutuhan, rasa sakit yang mendamba di wajah kami, dan rasa syukur saat kami rujuk kembali sungguh pahit-manis yang dirasakan. Rasa sakit membelit dadaku. Gideon. Jika kita tak bisa memperbaiki keadaan ini, bisakah aku berhenti memikirkan dirinya dan berharap kita bisa melaluinya? Aku berjuang untuk mengumpulkan diriku lagi. Mark ada janji temu dengan Gideon hari ini. Mungkin karena itulah Gideon tidak merasa ditekan untuk menghubungiku. Atau dia memang hanya sedang sibuk. Aku tahu dia memang sibuk, mengingat kalender bisnisnya. Dan sejauh yang aku tahu, kita masih memiliki rencana untuk pergi ke gym seusai kerja. Aku menghela napas dengan cepat dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa setiap masalah bagaimanapun juga akan terselesaikan. Memang seharusnya begitu. Saat menjelang siang telepon di mejaku berdering. Dilihat dari layarnya panggilan itu berasal dari resepsionis, aku mendesah dengan kekecewaan dan kemudian menjawab telepon itu. “Hey, Eva,” Kata Megumi riang. “Ada Magdelene Perez disini datang untuk menemuimu.” “Benarkah?” Aku menatap monitorku, bingung dan kesal. Apakah foto-foto di Bryant Park memikat Magdalene untuk keluar dari suatu tempat di kolong jembatan yang dia sebut rumah? Tanpa memperhatikan alasannya, aku tidak tertarik untuk bicara padanya. “Bisakah kau menahannya disana untukku? Aku harus mengurus sesuatu terlebih dahulu.” “Tentu saja. Aku akan menyuruhnya untuk duduk.” Aku menutup telepon, lalu menarik keluar smartphoneku dan menggulir ke daftar kontak
167
www.read-blogger.nlogspot.com
sampai aku menemukan nomor dari kantor Gideon. Aku menghubungi nomor itu dan merasa lega saat Scott yang menjawab. “Hey, Scott. Ini Eva Tramell.” “Hi, Eva. Kau ingin bicara dengan Mr. Cross? Dia sedang ada pertemuan saat ini, tapi aku bisa memanggilnya.” “Tidak. Tidak, jangan menganggunya.” “Ini perintah tetap. Dia tidak akan terganggu.” Ini sangat membuatku tenang saat mendengarnya. “Aku benci melemparkan masalah ini padamu, tapi aku punya sebuah permintaan untukmu.” “Apapun yang kau butuhkan. Ini juga merupakan perintah tetap.” Kegelian dalam suaranya membuatku lagi-lagi menjadi lebih santai. “Magdalene Perez ada di bawah di lantai dua puluh. Sebetulnya, satu-satunya hal yang yang membuat kami memiliki kesamaan adalah Gideon, dan itu bukan hal yang baik. Jika dia memiliki sesuatu untuk dikatakan, harusnya dia bicara kepada bosmu. Bisakah kau menyuruh seseorang untuk mengantarnya ke atas?” “Tentu saja. Aku akan mengurusnya sekarang.” “Terima kasih, Scott. Aku sangat menghargainya.” “Dengan senang hati, Eva.” Aku menutup telepon, dan merosot kembali di kursiku, sudah merasa lebih baik dan bangga terhadap diriku yang tidak membiarkan rasa cemburu merebut hal baik dariku. Meskipun aku tetap sangat membenci memikirkan dia akan memiliki beberapa waktu bersama Gideon, aku tidak bohong saat mengatakan aku percaya padanya. Aku percaya Gideon punya perasaan yang kuat dan dalam untukku. Aku hanya tak tahu apakah itu cukup untuk mengesampingkan naluri kehidupannya. Megumi meneleponku lagi. “Ya Tuhan,” katanya tertawa. “Kau harusnya melihat wajah wanita itu ketika siapapun itu datang untuk menjemputnya.” “Bagus.” Aku menyeringai. “Aku membayangkan dia pasti berniat tidak baik. Lalu, apa dia sudah pergi?” “Yep.” “Terimakasih.” Aku menyebrangi bilah sempit di lorong menuju pintu ruangan Mark dan menyelipkan kepalaku untuk mencari tahu jika dia menginginkanku untuk membawakannya beberapa makanan untuk makan siang.
168
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia mengerutkan dahi, sedang berpikir tentang makan siangnya. “Tidak, terima kasih. Aku akan sangat gugup untuk bisa makan sampai nanti setelah pertemuanku denga Gideon. Saat itu apapun yang kau bawa untukku pasti akan menunggu lama.” “kalau begitu bagaimana dengan minuman buah berprotein? Itu akan memberikanmu sedikit rasa kenyang sampai nanti saat kau sudah merasa sanggup untuk makan.” “Bagus sekali.” Senyumnya menyala pada matanya yang gelap. “Sesuatu yang enak dengan sedikit campuran Vodka, hanya untuk mengembalikan suasana hatiku.” “Ada sesuatu yang tidak kau suka? Alergi terhadap sesuatu?” “Tidak ada.” “Oke. Sampai ketemu sejam lagi.” Aku tahu kemana tempat yang akan kutuju. Toko makanan yang ada dalam pikiranku hanya berjarak dua blok dan menawarkan minuman buah, salad, dan beragam panini (sandwich Italia) yang dibuat sesuai pesanan dengan pelayanan yang cepat. Aku menuju ke lantai bawah dan mencoba untuk tidak memikirkan aksi diam Gideon. Aku mengharapkan mendengar sesuatu setelah kejadian Magdalene. Tak ada reaksi membuatku menjadi semakin khawatir. Aku melangkah menuju jalan raya melalui pintu putar dan hampir tidak memperhatikan seorang pria yang sedang melangkah keluar dari belakang mobilnya yang berada di tepi jalan sampai dia memanggil namaku. Aku berbalik, dan menemukan diriku sedang berhadapan dengan Christopher Vidal. “Oh..Hi,” Aku menyapanya. “Apa kabar?” “Lebih baik setelah melihatmu. Kau terlihat luar biasa.” “Terima kasih. Begitu pula denganmu.” Seperti dirinya yang berbeda dari Gideon, dia terlihat tampan dalam caranya sendiri dengan rambut coklat kemerahannya yang bergelombang, mata hijau abu-abu, dan senyum yang menawan. Dia mengenakan celana jeans longgar dan sweater coklat muda berkerah V, tampilan yang sangat seksi baginya. “Apa kau disini untuk menemui kakakmu?” Aku bertanya. “Ya, dan kamu.” “Aku?” “Pergi untuk makan siang? Aku akan ikut denganmu dan menjelaskannya.” Aku ingat dengan singkat akan peringatan Gideon untuk menjauh dari Christopher, tapi sekarang aku beranggapan dia percaya padaku. Terutama bersama saudara laki-lakinya.
169
www.read-blogger.nlogspot.com
“Aku akan pergi ke toko makanan tidak jauh dari sini,” kataku. “Jika kau ingin ikut.” “Tentu saja.” Kita mulai berjalan. “Apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?” tanyaku, terlalu penasaran untuk menunggu. Dia meraih ke dalam salah satu dari dua kantong besar celana jeansnya dan mengeluarkan sebuah undangan resmi dalam amplop kertas kulit. “Aku datang untuk mengundangmu menghadiri pesta kebun yang diadakan di kediaman orang tuaku pada hari minggu. Campuran antara bisnis dan kesenangan. Banyak artis dari Vidal Records yang akan hadir. Kurasa ini akan bagus untuk membangun jaringan bagi teman seapartemenmu — dia punya wajah yang menarik untuk menjadi bintang video klip. Wajahku menjadi cerah. “Hebat sekali.” Christopher tersenyum lebar dan menyerahkan undangannya padaku. “Dan kalian berdua akan bersenang-senang. Tidak pernah ada yang membuat pesta seperti ibuku,” Aku melirik sekilas pada amplop di tanganku. Kenapa Gideon tak pernah bilang apa-apa soal acara ini? “Jika kau berpikir kenapa Gideon tidak pernah memberitahumu tentang ini,” katanya, seperti sedang membaca pikiranku, “itu karena dia tidak mau datang. Dia tidak pernah mau datang. Meskipun dia pemegang saham paling besar di perusahaan, menurutku dia menemukan industri musik dan para pemusiknya dengan sangat tidak terduga untuk seleranya. Dan sekarang, kau tau dia seperti apa.” Gelap dan intens. Magnet yang sangat kuat dan makhluk seksual yang penuh gairah. Ya aku tahu bagaimana dia. Dan dia lebih suka dikenal dari apa yang sudah dia dapatkan. Aku menunjuk pada toko makanan saat kami sudah hampir sampai disana, dan melangkah masuk lalu mulai ikut mengantri. “Tempat ini aromanya lezat.” Kata Christopher, dia menatap ponselnya saat sedang mengetik sebuah pesan singkat. “Aromanya mengantarkan kelezatan seperti yang dijanjikan, percaya padaku.” Dia menampakkan sebuah senyuman menyenangkan seperti anak laki-laki yang aku yakin akan memikat gairah semua wanita. “Orangtuaku benar-benar menantikan pertemuan denganmu, Eva.” “Oh?” “Melihat fotomu dengan Gideon sepanjang minggu lalu benar-benar merupakan sebuah kejutan. Kejutan yang baik.” Dia cepat-cepat mengklarifikasi saat aku meringis. “Ini pertama kalinya kami melihat dia benar-benar menyukai teman kencannya.” Aku menghela napas, memikirkan bahwa dia tidak benar-benar menyukaiku saat ini. Apakah
170
www.read-blogger.nlogspot.com
aku telah melakukan kesalahan yang buruk sekali karena sudah meninggalkannya sendiri tadi malam? Ketika kami sampai di meja kasir, aku memesan sayuran panggang dan keju Panini dengan dua minuman buah pomegranate, meminta pelayannya untuk menyimpan satu dari minuman protein itu selama tiga puluh menit sehingga aku bisa makan terlebih dahulu. Christopher memesan yang sama, dan kami mencari sebuah meja di dalam keramaian toko makanan itu. Kita membicarakan pekerjaan, mentertawakan dua kejadian belakangan ini antara blunder iklan makanan bayi yang telah menyebar luas dan beberapa cerita lucu di belakang panggung tentang ulah Christopher saat sedang bekerja disana. Waktu berlalu dengan cepat, dan ketika kami berpisah di pintu masuk Crossfire, aku mengucapkan selamat tinggal dengan perasaan yang sungguh-sungguh. Aku menuju lantai duapuluh, dan menemukan Mark masih berada di mejanya. Dia memberikanku senyuman singkat meskipun ekspresinya dipenuhi konsentrasi. “Jika kau tidak benar-benar membutuhkan aku,” kataku, “Kupikir akan lebih baik jika aku tidak ikut dalam presentasi ini.” Meskipun dia mencoba untuk menyembunyikannya, aku melihat kilatan cahaya kelegaan. Itu tidak menyinggungku. Stres tetap saja stres, dan hubunganku dengan Gideon yang gampang berubah adalah sesuatu yang tidak perlu dipikirkan oleh Mark saat dia sedang bekerja pada perhitungan yang penting. “Kau adalah yang terbaik, Eva. Kau tahu itu?” Aku tersenyum dan meletakkan gelas minuman di depannya. “Minum smoothies (minuman buah) mu. Ini benar-benar enak. Dan proteinnya sedikit lebih lama akan menahanmu dari rasa lapar. Aku akan berada di mejaku jika kau membutuhkanku.” Sebelum aku menaruh tas kecilku di laci, aku mengetik pesan untuk Cary untuk menanyakan apa ia punya rencana pada hari minggu atau jika ia ingin pergi ke pesta Vidal Records. Lalu aku kembali bekerja. Aku mulai mengorganisir arsip-arsip Mark ke dalam server, merangkaikan mereka dan menempatkannya di direktori agar lebih mudah untuk kita menghimpun banyak portfolio di tempat penyimpanan. Saat Mark pergi untuk pertemuan dengan Gideon, jantungku berdebar kencang dan cengkeraman antisipasi mengencang di perutku. Aku tak percaya kegembiraanku hanya dari mengetahui apa yang Gideon lakukan saat momen tertentu, dan dia memikirkanku saat dia melihat Mark. Kuharap aku akan mendengarnya setelah itu. Suasana hatiku mengambil alih pikiranku. Sejam berikutnya, aku gelisah untuk mendengar bagaimana keadaan disana berjalan. Saat Mark muncul kembali dengan senyum lebar dan loncatan dalam langkahnya, aku berdiri dalam ruang kecilku dan bertepuk tangan untuknya. Dia membungkuk dengan sikap gagah yang di lebih-lebihkan. “Terimakasih nona Tramell.” “Aku sangat gembira untukmu.” “Cross memintaku untuk memberikanmu ini.” Dia menyerahkan padaku sebuah amplop
171
www.read-blogger.nlogspot.com
manila yang tertutup. “Datanglah ke ruanganku dan aku akan memberikanmu rinciannya.” Amplopnya berat dan berderak. Aku tahu dari sentuhanku apa isi amplop itu sebelum aku membukanya, tapi tetap pemandangan saat kunci-kunci milikku meluncur keluar dan jatuh ke dalam telapak tanganku sangat membuatku terpukul. Terengah-engah dengan rasa sakit yang kuat daripada yang pernah aku ingat, aku membaca kartu catatan yang mengikutinya. Terimakasih, Eva. Untuk segalanya. Milikmu, G. A Dear Jane (kata/istilah yang digunakan untuk mengakhiri sebuah hubungan) pesan menolak. Memang sudah seharusnya. Jika tidak, dia pasti akan memberikan kunci ini seusai jam kerja dalam perjalanan kami menuju gym. Ada sebuah kekelaman bergemuruh di telingaku. Aku merasa pusing. Bingung. Aku ketakutan dan menderita. Geram. Tapi aku juga sedang bekerja. Menutup mataku dan mengepalkan tinjuku, aku menarik diriku lagi bersama-sama dan berjuang dari rasa yang mendesak untuk naik ke lantai atas dan memanggil Gideon pengecut. Dia mungkin melihatku sebagai ancaman, seseorang yang datang, tidak diinginkan dan tak diundang, dan mengguncang dunianya yang stabil. Seseorang yang menuntut lebih darinya daripada hanya sekedar tubuh panasnya serta banyaknya isi rekening bank-nya. Aku menyimpan emosiku di belakang dinding kaca dimana aku sadar mereka menungguku di belakang sana, tapi aku bisa melewatinya selama sisa jam kerjaku. Saat aku absen untuk pulang dan menuju lantai bawah, aku tetap tidak mendengar apa-apa dari Gideon. Aku seperti sebuah malapetaka emosi saat itu yang aku rasakan hanyalah kesendirian, sengatan tajam dari rasa putus asa saat aku keluar dari Crossfire. Aku membawanya ke gym. Aku mematikan otakku dan lari dengan penuh kebosanan pada treadmill, melarikan diri dari kesedihan yang mendalam akan memukulku dengan segera. Aku lari sampai keringat membasahi aliran sungai di wajah dan tubuhku, dan kakiku yang sudah seperti karet memaksaku untuk berhenti. Merasa babak belur dan lelah, aku mandi. Lalu menelepon ibuku dan memintanya mengirim Clancy ke gym untuk menjemputku untuk janji temu kami dengan Dr. Petersen. Saat aku selesai berpakaian, aku mengerahkan energiku untuk melalui ujian terakhir sebelum aku pulang dan ambruk di kasurku. Aku menunggu mobil di pinggir jalan, merasa terpisah dari kepadatan kota disekitarku. Ketika Clancy berhenti dan melompat keluar untuk membukakan pintu belakang untukku, aku terkejut melihat ibuku sudah berada didalam. Ini terlalu cepat. Aku menyangka akan berkendara sendiri apartemennya bersama Stanton dan menunggunya selama dua puluh menit atau lebih. Pasti seperti itu setiap kalinya. “Hey, ma,” kataku letih, menempatkan diriku untuk duduk disebelahnya.
172
www.read-blogger.nlogspot.com
“Teganya kamu, Eva?” Dia sedang menangis di saputangan berlukis huruf miliknya, wajahnya tetap cantik meskipun saat wajahnya memerah dan basah karena menangis. “Kenapa?” Sentakan keluar dari kesakitanku karena penderitaannya, aku mengerutkan dahi dan bertanya, “Apa kesalahanku sekarang?” Telepon genggam yang baru, jika dia entah bagaimana tahu mengenai itu, tidak akan sampai mencetuskan drama ini. Dan ini terlalu cepat setelah kenyataan untuknya tahu tentang putusnya aku dengan Gideon. “Kau memberi tahu Gideon Cross tentang...apa yang terjadi padamu.” Bibir bawahnya gemetar karena penderitaan. Kepalaku tersentak kembali karena terkejut. Bagaimana dia bisa tahu? Ya Tuhan...apa dia menyadap tempatku? Tas kecilku...? “Apa?” “Jangan bersikap pura-pura tak tahu!” “Bagaimana kau tahu aku memberitahunya?” Suaraku hanya berupa bisikan sedih. “Kami baru membicarakannya tadi malam.” “Dia menemui Richard hari ini karena masalah itu.” Aku mencoba membayangkan wajah Stanton selama percakapan itu. Aku tak bisa membayangkan ayah tiriku bisa menanganinya dengan baik. “Kenapa dia melakukan itu?” “Dia ingin tahu apa yang sudah dilakukan untuk mencegah kebocoran informasi. Dan dia ingin tahu dimana Nathan berada—“ Dia terisak. “Dia ingin tahu segalanya.” Napasku mendesis keluar melalui gigiku. Aku tak begitu yakin apa motivasi Gideon, tapi kemungkinannya dia mencampakkanku karena Nathan dan sekarang meyakini bahwa dia aman dari skandal buruk yang bisa merusak lebih dari apapun. Aku terbelit dalam kepedihan, punggungku melengkung menjauh dari kursi. Aku berpikir ini tentang masa lalunya yang melaju dalam desakan diantara kami, tapi aku akan lebih mengerti jika ini menyangkut masa laluku. Untuk kali ini aku bersyukur karena ibuku sibuk memikirkan diri sendiri, yang membuatnya tak dapat melihat betapa hancurnya diriku. “Dia berhak untuk tahu,” aku mengeluarkan suara yang begitu kasar yang terdengar seperti bukan suaraku sendiri. “Dan dia punya hak untuk mencoba dan melindungi diri sendirinya dari konsekuensi yang tidak diinginkan.” “Kau belum pernah memberi tahu pacar-pacarmu sebelumnya.” “Aku pun tidak pernah berkencan dengan siapapun yang bisa membuat berita nasional di halaman depan hanya dari bersinnya saja.” Aku menatap lalu lintas diluar melalui jendela mobil yang mengkotakkan kami disini.
173
www.read-blogger.nlogspot.com
“Gideon Cross dan Cross industries merupakan pemberitaan global, Ibu. Dia jaraknya jutaan tahun cahaya dari semua laki-laki yang aku kencani semasa kuliah.” Dia berbicara lebih banyak, tapi aku tidak mendengarkannya. Aku mematikan pertahanandiriku, memutus hubungan dengan realitas bahwa tiba-tiba ini semua terlalu sakit untuk ditanggung. *** Kantor Dr. Petersen tepat seperti yang aku ingat. Dekorasinya murni menyenangkan, antara professional dan kenyamanan. Dr. Petersen masih tetap sama — pria tampan dengan rambut abu-abu dan lemah lembut, mata biru yang cerdas. Dia menyambut kami ke dalam kantornya dengan senyum lebar, berkomentar tentang betapa ibuku tampak sangat cantik dan bagaimana aku sungguh mirip dengannya. Dia berkata dia senang berjumpa dengan ku lagi dan aku terlihat baik, tapi aku bisa bilang dia bicara seperti itu untuk kebaikan ibuku. Dia sangat terlatih dalam mengamati untuk melewatkan emosi hebatku yang ditahan. “Jadi,” dia memulai, menurun ke dalam kursinya yang bersebrangan dengan sofa yang aku dan ibuku duduki. “Apa yang membawa kalian kemari hari ini?” Aku memberitahunya tentang bagaimana ibuku melacak pergerakanku melalui sinyal telepon genggamku dan betapa itu melanggar apa yang aku rasakan. Ibu memberitahunya tentang ketertarikanku pada Krav Maga dan bagaimana ia menyimpulkan bahwa ini adalah tanda aku tidak merasa aman. Aku mengatakan pada Dr. Petersen bagaimana ibuku sedikit banyak mengambil alih studio Parker, yang membuatku merasa tercekik dan sesak. Ibuku memberitahunya aku mengkhianati kepercayaannya dengan membocorkan masalah pribadi yang dalam kepada orang asing, yang membuatnya merasa telanjang dan dicampakkan dengan rasa perih. Selama percakapan itu, Dr. Petersen mendengarkan dengan penuh perhatian, memegang catatan dan jarang berbicara, sampai kami mengeluarkan semuanya. Saat kami diam, dia bertanya, “Monica, kenapa kau tidak memberitahuku tentang dirimu melacak telepon genggam Eva?” Sudut dagu ibuku berubah, sebuah sikap pertahanan diri yang sudah aku kenal. “Aku tidak melihat ada yang salah dengan itu. Banyak para orangtua yang melacak anak-anak mereka melalui telepon genggam.” “Anak di bawah umur.” Aku membalas. “Aku orang dewasa. Waktu pribadiku persis seperti itu.” “Jika kau membayangkan dirimu berada di posisinya, Monica,” Dr. Petersen menyela, “akankah mungkin kau bisa merasakan apa yang ia rasakan? Bagaimana jika kau mengetahui seseorang telah mengawasi pergerakanmu tanpa sepengetahuan atau seijinmu?” “Tidak jika orang itu adalah ibuku dan aku tahu hal itu akan membuat pikirannya tenang.” Dia berargumen. “Dan pernahkah kau mempertimbangkan bagaimana tindakanmu mempengaruhi ketenangan
174
www.read-blogger.nlogspot.com
Eva?” dia bertanya dengan lembut. “Bisa dimengerti bahwa kau ingin melindunginya, tapi kau harus mendiskusikan langkahlangkah yang kau ambil secara terbuka dengannya. Ini sangat penting untuk memperoleh masukan darinya — dan mengharap kerja sama hanya saat dia memilih untuk memberikannya. Kau harus menghormati hak prerogatif-nya untuk menetapkan batasan yang mungkin tidak sebesar yang kau harapkan.” Ibuku tergagap karena marah. “Eva membutuhkan batasannya, Monica,” dia melanjutkan, “dan perasaan untuk mengontrol sendiri hidupnya. Hal-hal tersebut sudah diambil darinya dari sekian lama dan kita harus menghargai jalannya untuk menentukan itu sekarang dalam sikap yang sesuai dengan dirinya.” “Oh.” Ibuku memutar saputangannya di sekitar jari-jarinya. “Aku tidak berpikir seperti itu.” Aku meraih tangan ibuku saat bibir bawahnya gemetar dengan hebat. “Tidak ada yang bisa memberhentikanku untuk memberitahu Gideon tentang masa laluku. Tapi aku bisa diperingatkan olehmu. Maaf aku tidak berpikir tentang itu.” “Kau jauh lebih kuat dari diriku,” ibuku berujar, “tapi aku tidak bisa menahan rasa khawatir.” “Saranku.” Kata Dr. Petersen, “kau harus meluangkan waktu, Monica, dan benar-benar berpikir tentang beberapa macam peristiwa dan situasi yang menjadi penyebab kegelisahanmu. Lalu menuliskannya.” Ibuku mengangguk. “Saat kau memiliki apa yang pasti tidak akan menjadi daftar yang lengkap tapi awal yang kuat,” dia melanjutkan, “kau bisa duduk bersama Eva dan mendiskusikan strategi untuk menangani urusan itu — strategi yang kalian berdua dapat merasa nyaman. Contohnya, jika kau tidak mendengar kabar dari Eva selama beberapa hari membuatmu kacau, mungkin sebuah pesan atau sebuah email dapat meredakannya.” “Oke.” “Jika kau suka, kita bisa membuat daftar itu bersama-sama.” Pikiran bolak-balik tentang dua hal itu membuatku ingin berteriak. Ini menghina rasa terlukaku. Aku tidak menyangka Dr. Petersen bisa memberikan pengertian yang masuk ke dalam diri ibuku, tapi aku harap dia bisa setidaknya membuat batas keras — Tuhan tahu seseorang sedang membutuhkan itu, seseorang yang memiliki pengaruh yang dia hormati. Ketika sejam telah berlalu dan kita sedang berjalan keluar, aku meminta ibuku untuk menunggu sebentar jadi aku bisa bertanya pada Dr. Petersen satu pertanyaan pribadi dan tersendiri. “Ya, Eva?” dia berdiri di depanku, terlihat jauh lebih sabar dan dewasa. “Aku hanya bertanya-tanya...” aku membuat jeda, perlu untuk menelan gumpalan di dalam tenggorokanku. “Apakah mungkin bagi dua orang yang selamat dari perlakuan kejam untuk memiliki hubungan romantis yang fungsionil?”
175
www.read-blogger.nlogspot.com
“Tentu saja.” Dia buru-buru dan dengan tegas menjawab udara yang terpaksa terperangkap dari paru-paruku. Aku menjabat tangannya. “Terima kasih.” *** Saat aku sampai di rumah, aku membuka kunci pintuku dengan kunci yang Gideon sudah kembalikan padaku dan aku melangkah langsung menuju kamarku, memberikan lambaian lemah pada Cary, yang sedang berlatih Yoga dari DVD di ruang tengah. Aku menanggalkan pakaianku saat menyebrangi jarak antara pintu kamar yang tertutup dengan ranjang, akhirnya merangkak diantara seprai dingin dan di dalam pakaian dalamku. Aku memeluk bantal dan menutup mataku, sangat lelah dan terkuras dari apa yang sudah tidak tersisa. Pintu terbuka di belakangku dan sesaat kemudian Cary duduk di sebelahku. Dia menyisir rambutku ke belakang dari wajahku yang berlinang air mata. “Ada masalah apa, baby girl?” “Aku telah dicampakkan hari ini. Lewat sebuah kartu catatan sialan.” Dia menghela napas. “Kau tahu akibatnya, Eva. Dia akan tetap menyingkirkanmu, karena dia mengira kau membuatnya gagal seperti yang sudah orang lain lakukan terhadapnya.” “Dan aku membuktikan itu benar.” Aku mengenali diriku dalam gambaran yang sudah pernah diberikan Cary. Aku berlari saat keadaan menjadi sulit, karena aku sangat yakin semua ini akan berakhir dengan buruk. Satu-satunya kontrol yang aku miliki adalah untuk menjadi orang yang meninggalkan, daripada menjadi orang yang ditinggalkan di belakang. “Karena kau berjuang untuk melindungi pemulihanmu.” Dia bersandar dan memelukku dari belakang, membungkus satu lengannya yang berotot dan tidak berlemak di sekitarku dan menyelimutiku dengan erat pada tubuhnya. Aku meringkuk pada kasih sayang tubuhnya yang tidak aku sadari bahwa aku membutuhkannya. “Dia mungkin mencampakkanku karena masa laluku, bukan masa lalu dirinya. “Jika benar begitu, sangat baik ini sudah berakhir. Tapi aku berpikir kalian berdua akan saling menemukan, setidaknya aku berharap kau yang akan menemukannya.” Lenguhannya lembut di leherku. “Aku ingin ini semua indah pada akhirnya untuk semua masalah yang memusingkan. Tunjukkan aku caranya, Eva sayang. Buat aku percaya.” ***
Bab 15 Pada hari Jumat, aku menemukan Trey bergabung sarapan dengan kami, setelah Cary dan aku menghabiskan waktu semalam. Saat minum secangkir kopi pertamaku pagi ini, aku memperhatikan dia berinteraksi dengan Cary, dan aku benar-benar terharu melihat senyumannya yang begitu intim dan mereka saling memberikan sentuhan dengan sembunyi-
176
www.read-blogger.nlogspot.com
sembunyi. Aku pernah mempunyai hubungan yang sederhana seperti itu dan aku tak menghargai mereka pada saat itu. Mereka begitu nyaman serta tidak tampak rumit, namun mereka benar-benar tidak bisa membuat suatu hubungan secara prinsip, juga. Seberapa dalam hubungan cinta bisa didapatkan jika kau tidak mengetahui relung tergelap dari jiwa kekasihmu? Seperti dilema saat aku berhadapan dengan Gideon. Hari kedua setelah berpisah dengan Gideon. Aku mendapati diriku ingin menemuinya dan meminta maaf karena meninggalkan dia sekali lagi. Aku ingin mengatakan padanya aku akan berada di sana untuk dia, siap mendengarkan atau hanya menawarkan kenyamanan saja. Tapi perasaanku terlalu emosional. Aku begitu mudah terluka. Aku sangat takut ditolak. Dan tahu bahwa ia tak akan membiarkanku terlalu dekat, hanya meningkatkan ketakutan itu. Bahkan jika kami melakukan sesuatu untuk mencari tahu, aku akan merobek diriku sendiri menjadi terpisah mencoba untuk bertahan hidup hanya dengan kepingan-kepingan ketika ia memutuskan untuk berbagi denganku. Paling tidak pekerjaanku berjalan lancar. Perayaan makan siang yang para eksekutif berikan terhadap penghormatan untuk agensi yang telah memperoleh Kingsman sebagai klien membuatku benar-benar bahagia. Aku merasa diberkati bekerja dalam satu lingkungan yang positif. Tapi ketika aku mendengar bahwa Gideon telah diundang - meskipun tidak ada seorangpun mengharapkan dia datang - Aku diam-diam kembali ke mejaku dan fokus pada sisa pekerjaan sore hari ini. Aku mampir ke gym dulu dalam perjalanan pulang, kemudian membeli beberapa bahan makanan untuk membuat fettuccini alfredo untuk makan malam dengan crème brulée sebagai makanan penutup - jenis makanan yang lezat, dijamin bisa membuatku koma karena kelebihan karbohidrat. Aku berharap bisa tidur dan membuat aku bisa istirahat tanpa batas – itupun seandainya otakku bisa didaur ulang, mudah-mudahan sepanjang Sabtu pagi. Cary dan aku makan di ruang tengah dengan sumpit, idenya untuk menghiburku. Dia mengatakan makan malamnya sangat enak, tapi aku tidak menjawabnya. Aku tersentak, keluar dari lamunanku ketika ia juga terdiam, dan aku sadar bahwa aku bersikap kurang perhatian dengan temanku yang ingin terkenal ini. "Kapan iklan promosi Grey Isles muncul?" Tanyaku. "Aku tidak yakin, tapi mendapatkan ini..." Dia menyeringai. "Kau tahu bagaimana perlakuan mereka pada model pria - kami dibuang seperti kondom di pesta seks. Sulit untuk terlihat dari kerumunan banyak orang, kecuali jika kau berkencan dengan orang yang terkenal. Dan tibatiba gerak-gerikku menjadi bahan berita sejak foto-fotomu dan aku terpampang di manamana. Aku seperti produk sampingan dari aksi hubunganmu dengan Gideon Cross. Kau sudah melakukan keajaiban sehingga bisa membuatku seperti komoditi panas." Aku tertawa. "Kau tak perlu bantuanku untuk itu." "Well, tentu saja tidak ada salahnya. Lagi pula, mereka menghubungiku beberapa kali pemotretan lagi. Kupikir mereka hanya memakaiku lebih dari lima menit."
177
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kita harus merayakannya," godaku. "Tentu saja. Karena kau bagian dari itu." Kami akhirnya nongkrong dan menonton film Tron. Smartphone-nya berdering dua puluh menit setelah film berlangsung dan aku mendengar dia berbicara pada agensinya. "Tentu aku akan ke sana dalam lima belas, hebat. Aku akan meneleponmu ketika aku sampai di sana." "Ada kerjaan?" Tanyaku setelah ia menutup telepon. "Ya. Seorang model muncul untuk pemotretan malam dalam kondisi sangat mabuk dia sangat tidak menghargainya." Dia menilaiku. "Kau mau ikut?" Aku meluruskan kakiku di sofa. "Tidak. Aku nyaman disini." "Kau yakin tidak apa-apa?" "Yang aku butuhkan adalah hiburan tanpa berpikir. Hanya berpikir harus berganti pakaian lagi sudah membuatku lelah." Aku akan senang mengenakan celana piyama flanel-ku dan tank top lama yang sudah sobek sepanjang akhir pekan ini. Sama seperti hatiku yang terluka, memperlihatkan rasa nyaman dari luar sepertinya harus kulakukan. "Jangan mengkhawatirkanku. Kutahu aku sedang kacau belakangan ini, tapi aku akan melewatinya. Pergilah dan nikmati dirimu sendiri." Setelah Cary bergegas keluar, aku menghentikan sebentar filmnya dan pergi ke dapur untuk mengambil anggur. Aku berhenti di bar sarapan, ujung jariku meluncur di atas mawar yang dikirimkan Gideon padaku akhir pekan sebelumnya. Kelopaknya jatuh ke meja dapur seperti air mata. Aku berpikir tentang memotong tangkainya dan menggunakan bunga itu untuk dirangkai menjadi karangan bunga, tapi rasanya sia-sia untuk menggantung rangkaian bunga itu. Aku akan membuang jauh-jauh bunga itu besok, seakan ini sebagai pengingat terakhir hubungan kami yang sama-sama telah hancur. Hubunganku sangat mendalam dengan Gideon meski baru satu minggu berbeda dengan hubungan lain yang pernah aku miliki yang berlangsung sampai dua tahun. Aku akan selalu mencintainya karena itu. Mungkin aku akan selalu mencintainya, titik. Dan suatu hari, mungkin ini tak akan terasa sakit lagi. **** "Bangunlah, tukang tidur," suara monoton Cary saat ia menarik selimutku keluar. "Ugh. Pergilah." "Kau hanya punya waktu lima menit untuk membawa pantatmu turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi, atau shower yang akan mendatangimu." Membuka satu mata, aku mengintipnya. Dia bertelanjang dada dan mengenakan celana baggy
178
www.read-blogger.nlogspot.com
yang nyaris menempel di pinggulnya. Selama membangunkan aku, ia terlihat prima. "Mengapa aku harus bangun?" "Karena kalau kau terlentang diatas punggungmu, kau tidak akan bisa berdiri diatas kakimu." "Wow. Ancaman itu sangat mendalam, Cary Taylor." Dia menyilangkan lengannya dan menatap tajam ke arahku dengan alis melengkung. "Kita harus pergi berbelanja." Aku membenamkan wajahku di bantal. "Tidak" "Ya. Aku sepertinya ingat kau pernah mengatakan dengan kalimat yang sama 'pesta kebun di hari Minggu' dan 'berkumpulnya para rock star'. Apa sih yang bisa aku kenakan untuk acara seperti itu?" "Ah, well. Pendapat yang bagus." "Apa yang akan kau pakai?" "Aku...aku tak tahu. Aku condong ke arahnya 'pakaian acara minum teh', tapi sekarang aku tidak begitu yakin." Dia mengangguk senang. "Baik. Ayo kita pergi ke toko dan menemukan sesuatu yang seksi, berkelas, dan keren." Geraman adalah tanda protesku, aku berguling dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Tak mungkin mandi tanpa memikirkan Gideon, tanpa membayangkan tubuhnya yang sempurna dan mengingat suara putus asa yang ia buat ketika ia datang di dalam mulutku. Kemanapun aku menatap, Gideon selalu ada di sana. Aku bahkan mulai berhalusinasi Bentley SUV hitam ada di seluruh kota. Aku merasa melihat satu mobil sialan itu ada ke mana pun aku pergi. Cary dan aku makan siang; kemudian kami menjelajah ke seluruh penjuru kota, menemukan toko barang bekas terbaik di bagian timur kota dan butik di sepanjang Madison Avenue sebelum naik taksi ke pusat kota menuju SoHo. Sepanjang perjalanan, Cary bertemu dengan dua gadis remaja untuk meminta tanda tangannya, kupikir itu membuatku lebih geli dari dia. "Sudah kubilang padamu," celotehnya. "Bilang apa?" "Mereka mengenalku dari blog berita hiburan. Salah satu posting tentang kau dan Cross." Aku mendengus. "Senang rasanya kehidupan cintaku bisa berguna untuk seseorang." Dia dijadwalkan ada pekerjaan lain sekitar jam tiga dan aku ikut bersamanya, menghabiskan beberapa jam di studio dengan seorang fotografer yang bersuara keras dan tidak tahu malu. Mengingat ini hari Sabtu, aku menyelinap menjauh ke pojokan dan melakukan panggilan mingguan untuk ayahku.
179
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau masih senang di New York?" Tanyanya padaku dengan suara latar belakang kebisingan pembicaraan mengenai pengutusan personil dari radio panggil di mobil patrolinya. "Sejauh ini cukup menyenangkan." Sebuah kebohongan, tapi seandainya bicara yang sebenarnya juga tak akan memperbaiki keadaan. Rekannya mengatakan sesuatu yang tak bisa kudengar. Ayahku mendengus dan berkata, "Hei, Chris bersikeras ia melihatmu di TV beberapa hari yang lalu. Di saluran TV kabel, berita gosip selebriti. Orang-orang jadi tak mau berhenti menanyaiku." Aku menghela napas. "Katakan pada mereka, menonton acara itu akan merusak sel-sel otak mereka." "Jadi kau tidak berkencan dengan salah satu orang terkaya di Amerika itu?" "Tidak. Bagaimana dengan kehidupan cintamu?" tanyaku, segera mengalihkan pembicaraannya. "Apakah kau bertemu dengan seseorang?" "Tidak ada yang serius. Tunggu." Ia menanggapi panggilan di radionya, lalu berkata, "Maaf, sayang. Aku harus jalan. Aku mencintaimu. Aku sangat merindukanmu." "Aku juga merindukanmu, Dad. Hati-hati." "Selalu. Bye." Aku menutup telepon dan kembali ke tempatku sebelumnya, menunggu Cary sampai selesai. Dalam keheningan, pikiranku seakan menyiksaku. Di mana Gideon sekarang? Apa yang dia lakukan? Apakah besok hari Senin inbox-ku akan memperlihatkan penuh dengan foto dia dengan wanita lain? *** Minggu sore aku meminjam Clancy dan salah satu mobil kota Stanton untuk mengantar ke Vidal estate di Dutchess County. Bersandar di kursi, aku melihat keluar jendela, sambil melamun mengagumi pemandangan yang tenang, hamparan padang rumput dan hutan hijau yang terlihat membentang di kejauhan cakrawala. Aku menyadari bahwa aku sudah melewati hari keempat putus dengan Gideon. Rasa sakit yang kurasakan sejak hari pertama telah berubah menjadi denyutan membosankan yang terasa hampir seperti sakit flu. Setiap bagian tubuhku terasa sakit, seolah-olah aku sedang mengalami semacam pemunduran fisik dan tenggorokanku seakan terbakar dengan air mata yang tidak bisa mengalir. "Apakah kau gelisah?" Tanya Cary padaku. Aku meliriknya. "Tidak terlalu. Gideon tidak akan berada disana." "Kau yakin tentang hal itu?"
180
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku tidak akan pergi jika aku berpikir sebaliknya. Kau tahu aku punya harga diri." Aku melihat dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya pada sandaran tangan di antara dua kursi. Saat belanja yang kami lakukan kemarin, dia hanya melakukan satu pembelian: dasi kulit warna hitam. Aku menggodanya tanpa ampun tentang hal itu, rasa fashionnya yang biasanya sempurna seperti hilang dengan sesuatu yang seperti itu. Dia memergokiku dengan tatapan yang ditujukan kearahku. "Apa? kau masih tidak menyukai dasiku? Kurasa dasi ini cocok dengan celana emo jeans dan lounge lizard jacket-ku." "Cary" - bibirku melengkung - "Kau bisa memakai apapun." Memang benar. Cary bisa terlihat menarik setiap saat, salah satu keuntungan memiliki tubuh indah berkaki panjang dan wajah yang bisa membuat cewek-cewek menangis histeris. Aku menempatkan tanganku di atas jari-jarinya yang tidak bisa diam. "Apa kau gelisah?" "Trey tidak menelepon semalam," gumamnya. "Dia bilang dia akan menelepon." Aku meremas tangannya untuk menenangkannya. "Itu hanya satu panggilan tak terjawab, Cary. Aku yakin itu bukan berarti ada sesuatu yang serius." "Dia kan bisa menelepon tadi pagi," tegasnya. "Trey bukan orang yang tidak bertanggung jawab seperti kencanku yang lain. Dia tidak akan lupa menelepon, itu berarti ia hanya tak ingin bicara." "Dia brengsek. Aku akan memastikan untuk mengambil banyak fotomu yang sedang bersenang-senang terlihat seksi, berkelas, dan keren untuk menyiksanya pada hari Senin nanti." Mulutnya berkedut. "Ah, tipu daya dari pikiran wanita. Sayang Cross tidak akan menemuimu hari ini. Kupikir aku sudah melihat separuh tubuhmu ketika kau keluar dari kamarmu dengan gaun itu." "Eww!" Aku memukul bahunya dan pura-pura melotot padanya ketika ia tertawa. Gaun ini tampak sempurna bagiku ketika kami berdua menemukannya. Potongan untuk pesta kebun berbentuk klasik- model korset pas bentuk ukuran tubuh dengan rok selutut yang melebar dari pinggang. Warna putih dengan bunga-bunga. Tapi itu dimana model ‘the tea and crumpets’ berakhir. Ketajamannya berasal dari bentuk pakaianku tanpa tali dibahu, selang seling lapisan satin hitam dan merah underskirts (model rok bertumpuk) yang membuatnya mengembang, dan bunga kulit hitam yang tampak seperti mainan pinwheels (baling2 dr kertas) yang nakal. Cary memilihkan sepatu merah Jimmy Choo Peep Toe Pumps dari lemariku dan anting ruby yang panjang untuk memberikan sentuhan akhir. Kami telah memutuskan untuk membiarkan rambutku terurai di sekitar bahuku, setelah kami tiba dan tahu bahwa topi memang diperlukan. Secara keseluruhan, aku merasa cantik dan percaya diri. Clancy mengantarkan kami melewati pintu gerbang monogram yang mengagumkan dan memutar memasuki jalan masuk yang melingkar, mengikuti arahan petugas valet. Cary dan
181
www.read-blogger.nlogspot.com
aku keluar di dekat pintu masuk, dan ia mengambil lenganku saat sepatu hak-ku melesak masuk ke dalam kerikil biru-abu-abu di jalan setapak menuju rumah. Setelah memasuki mansion Vidal yang bergaya Tudor, kami disambut hangat oleh keluarga Gideon yang berjejer saat menerima tamu – ibunya, ayah tirinya, Christopher, dan adik perempuan mereka. Aku memandang mereka, berpikir keluarga Vidal akan terlihat lebih sempurna jika Gideon ikut berjejer dengan mereka. Ibu dan adiknya seakan memberi warna, kedua wanita itu samasama memamerkan rambut obsidian mengkilap dan memakai maskara yang tebal di balik mata birunya. Mereka berdua tampak cantik dalam penampilan yang sempurna. "Eva!" ibu Gideon menarikku ke arahnya, kemudian mencium kedua pipiku. "Aku sangat senang akhirnya bertemu denganmu. Bagaimana melihat seorang gadis cantik sepertimu! Dan pakaianmu. Aku sangat menyukainya." "Terima kasih." Tangannya membelai rambutku, menangkup wajahku, kemudian meluncur turun ke lenganku. Sulit bagiku untuk menanggungnya, karena kadang-kadang sentuhan akan memicu kecemasan bagiku jika itu dari orang asing. "Rambutmu, apa ini pirang alami?" "Ya," jawabku, terkejut dan bingung oleh pertanyaannya. Siapa yang mengajukan pertanyaan seperti itu dari orang asing? "Betapa menariknya. Well, selamat datang. Aku harap kau memiliki waktu yang indah. Kami sangat senang kau bisa hadir." Perasaanku menjadi aneh dan gelisah, aku bersyukur ketika perhatiannya pindah ke Cary dan memusatkan perhatian kepadanya. "Dan kau pasti Cary," gumam dia. "Di sini aku pernah meyakini dua anak laki-lakiku adalah yang paling menarik di dunia. Aku tahu tenyata aku salah tentang hal itu. Kau benar-benar menakjubkan, anak muda." Cary memberinya senyuman megawatt-nya. "Ah, kupikir aku sedang jatuh cinta, Mrs. Vidal." Dia tertawa gembira dengan suara seraknya. "Tolong. Panggil aku Elizabeth. Atau Lizzie, jika kau cukup berani memanggil itu." Berpaling, aku menemukan tanganku digenggam oleh Christopher Vidal Senior. Dalam banyak hal, ia mengingatkan aku pada anaknya, dengan mata hijau keabu-abuan dan senyum kekanak-kanakannya. Selain itu, tanpa diduga ternyata dia orang yang ramah. Mengenakan celana khaki, sepatu pantofel, dan kardigan kasmir (sweater rajutan), ia lebih mirip seorang profesor perguruan tinggi daripada seorang eksekutif perusahaan musik. "Eva. Bolehkah aku memanggilmu Eva?" "Silakan."
182
www.read-blogger.nlogspot.com
"Panggil aku Chris. Supaya sedikit lebih mudah untuk membedakan antara aku dan Christopher." Kepalanya miring ke samping saat ia menjelaskan padaku dibalik kacamata kuningannya yang unik. "Aku bisa melihat mengapa Gideon sangat tertarik padamu. Matamu abu-abu seperti badai, namun mereka begitu bening dan terang. Kurasa betul-betul mata paling indah yang pernah kulihat, selain mata dari istriku." Aku memerah. "Terima kasih." "Apa Gideon datang?" "Tidak, yang aku tahu dia tidak akan datang." Mengapa orang tuanya tidak tahu jawaban untuk pertanyaan itu? "Kami selalu mengharapkan kedatangannya." Dia memberi isyarat seperti layaknya seorang penerima tamu. "Silakan masuk kebelakang menuju kebun dan anggap saja rumah sendiri." Christopher menyambutku dengan pelukan dan ciuman di pipi, sementara Ireland adik Gideon memberi pandangan menilai padaku dengan sikap merajuk, hanya seorang remaja yang bisa melakukan itu. "Kau pirang," katanya. Astaga. Apakah kesukaan Gideon pada wanita berambut gelap sudah menjadi hukum atau semacamnya? " Dan gadis berambut cokelat yang sangat cantik." Cary menawarkan lengannya dan aku menerimanya dengan rasa syukur. Saat kami melangkah menjauh, dia bertanya padaku dengan tenang, "Apakah mereka seperti yang kau harapkan?" "Ibunya, mungkin. Ayah tirinya, tidak." Aku melihat dari balik bahuku, memakai gaun krem panjang sampai lantai yang elegan pas menempel tubuh langsing Elizabeth Vidal. Kupikir aku hanya tahu sedikit tentang keluarga Gideon. "Bagaimana seorang anak laki-laki tumbuh menjadi pengusaha yang mengambil alih bisnis keluarga ayah tirinya?" "Cross memiliki saham di Vidal Records?" "Controlling interest (pemegang saham terbesar sehingga bisa mengontrol perusahaan)" "Hmm. Mungkin itu bailout (pemberi/penyuntik modal)?" katanya. "Orang yang mengulurkan tangannya selama memulai usaha di industri musik?" "Mengapa tidak hanya memberinya uang saja?" Tanyaku. "Karena dia seorang pengusaha yang lihai?" Dengan mengambil napas dalam-dalam, aku membuang pertanyaan itu dan membersihkan pikiranku. Aku menghadiri pesta untuk Cary, bukan Gideon, dan aku akan tetap fokus dengan tujuanku yang pertama dan yang paling penting dalam pikiranku. Setelah kami sampai diluar rumah, kami menemukan tenda besar dihias dengan rumit didirikan di kebun belakang. Meskipun hari ini cukup indah untuk tetap diluar di bawah sinar
183
www.read-blogger.nlogspot.com
matahari, aku menemukan tempat duduk di sebuah meja bundar ditutupi taplak dari kain sutera putih. Cary menepuk bahuku. "Kau rileks saja. Aku akan melakukan cari kenalan." "Pergilah gunakan tampilan profil itu." Dia pergi menjauh, berniat menjalankan sesuai agendanya. Aku meneguk sampanye dan mengobrol dengan setiap orang yang berhenti untuk mengajak mengobrol. Ada banyak artis rekaman datang di pesta ini yang karyanya sudah pernah kudengarkan, dan aku memperhatikan mereka diam-diam, sedikit merasa starstruck (terpesona terhadap status selebriti). Karena semua dalam suasana lingkungan yang elegan dan jumlah pelayan seakan tak ada habisnya, suasana secara keseluruhan adalah santai dan rileks. Aku mulai menikmati diriku sendiri ketika ada seseorang yang tidak pernah aku harapkan untuk melihatnya lagi melangkah dari rumah keluar teras: Magdalena Perez, penampilannya fenomenal dalam gaun sifon kombinasi mawar yang melayang mengelilingi lututnya. Sebuah tangan ditempatkan di bahuku dan meremasku, membuat jantungku berpacu karena mengingatkanku pada malam itu ketika Cary dan aku pergi ke klub milik Gideon. Tapi sosok yang memutarku kali ini adalah Christopher. "Hei, Eva." Dia mengambil kursi di sebelahku dan meletakkan sikunya di lututnya, mencondongkan tubuhnya ke arahku. "Apakah kau bersenang-senang? Kau tidak membaur dengan banyak orang." "Aku sudah bersenang-senang." Setidaknya itu telah kulakukan." Terima kasih kau telah mengundangku." "Terima kasih sudah datang. Orang tuaku yang memaksa supaya kau berada disini. Tapi aku juga, tentu saja." Seringainya membuatku tersenyum, begitu pula saat melihat dasinya, yang bergambar cartoon vinyl records di atasnya. "Apakah kau lapar? Crab cakes cukup enak. Ambil satu ketika pelayan membawa nampan datang mendekat." "Aku akan mencobanya." "Beritahu aku jika kau butuh sesuatu. Dan berdansalah nanti denganku." Dia mengedipkan mata, kemudian melompat berdiri dan pergi menjauh. Ireland mengambil bekas tempat duduk kakaknya, mengatur dirinya dengan melatih duduk dengan anggun seperti lulusan sekolah kepribadian. Rambut panjangnya jatuh menjadi satu sampai pinggang dan aku menghargai matanya yang benar-benar indah. Dia tampak lebih dewasa dibandingkan dengan umurnya yang baru tujuh belas tahun. "Hai." "Halo." "Di mana Gideon?"
184
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengangkat bahu dengan pertanyaannya yang terus terang itu. "Aku tidak yakin." Dia mengangguk dengan bijak. "Dia suka menyendiri." "Apakah dia selalu seperti itu?" "Kurasa begitu. Dia pindah keluar ketika aku masih kecil. Apakah kau mencintai dia?" Napasku seakan berhenti selama dua detik. Buru-buru aku membuang napasku dan hanya mengatakan, "Ya." "Kupikir juga begitu, ketika aku melihat video kalian berdua di Bryant Park." Dia menggigit bibir bawahnya yang penuh. "Apakah dia menyenangkan? Kau pasti tahu...bergaul dengannya?" "Oh. Well..." Ya Tuhan. Apakah ada seseorang yang tahu mengenai Gideon? "Aku tidak akan mengatakan dia menyenangkan, tapi dia tidak pernah membosankan." Live musik mulai memainkan lagu "I’ve Got You Under My Skin" dan Cary muncul di sampingku seolah-olah aku tersihir. "Saatnya membuatku terlihat bagus, Ginger." "Aku akan mencoba yang terbaik, Fred." Aku tersenyum pada Ireland. "Permisi, hanya satu menit." "Tiga menit, empat puluh detik," ralatnya, menunjukkan keahlian keluarganya di bidang musik. Cary membawaku ke lantai dansa di tempat yang kosong dan menarikku sambil melakukan gerakan foxtrot dengan cepat. Aku butuh satu menit untuk melemaskan gerakan itu, aku merasa kaku dan tegang karena kesedihan selama beberapa hari. Kemudian sinergi sebagai pasangan yang sudah lama langsung menyatu dan kami meluncur melintasi lantai dengan menyapu langkah-langkah kami. Ketika suara penyanyi mulai menghilang bersamaan dengan musik itu, kami berhenti, terengah-engah. Kami sangat terkejut mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Cary membungkukkan badannya dengan elegan dan aku memegang tangannya untuk kestabilanku saat aku merendah menghormat sambil menekuk lututku. Ketika aku mengangkat kepalaku dan berdiri tegak, aku menemukan Gideon berdiri di depanku. Terkejut, aku tersandung saat melangkah mundur. Dia tampak serius dengan memakai pakaian santai, celana jeans dan kemeja putih yang tidak dimasukkan dengan kerah terbuka dan lengan digulung, tapi ia begitu sialan tampak baik-baik saja, ia masih membuat setiap pria lain yang hadir menjadi rendah diri. Kerinduan luar biasa yang aku rasakan saat melihat dia membuatku kewalahan. Samar-samar aku menyadari penyanyi band yang menarik Cary pergi menjauh, tapi aku tidak bisa melepas tatapanku menjauh dari Gideon, mata biru liar yang terbakar menatapku. "Apa yang kau lakukan di sini?" Bentaknya, gusar. Aku tersentak dengan kekasarannya itu. "Permisi?"
185
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau seharusnya tidak berada di sini." Dia menyambar sikuku dan mulai menyeretku menuju kedalam rumah. "Aku tidak ingin kau di sini." Jika dia meludah di wajahku, itu tidak akan bisa menghancurkanku lebih besar lagi. Aku menarik lenganku membebaskan diri dari dia dan berjalan cepat menuju rumah dengan kepalaku terangkat tinggi. Aku berdoa bisa mendapatkan privasi masuk ke mobil kota dan kaca pelindung Clancy bisa menutupinya sebelum air mata itu mulai jatuh. Di belakangku, aku mendengar suara wanita datang mendekat dan memanggil nama Gideon dan aku mengirim doa supaya wanita itu bisa mengulurkan waktunya cukup lama agar aku bisa keluar tanpa konfrontasi lebih jauh. Kupikir aku bisa melakukannya ketika aku masuk ke bagian dalam rumah yang sejuk ini. "Eva, tunggu." Bahuku membungkuk saat mendengar suara Gideon dan aku tidak mau melihatnya. "Pergi sana. Aku bisa keluar sendiri." "Aku belum selesai-" "Aku sudah!" Aku berbalik untuk menghadapinya. "Kau tak bisa bicara padaku seperti itu. Kau pikir kau siapa? Kau pikir aku datang ke sini mencari kamu? Dan berharap aku akan bertemu denganmu dan kau akan melempari aku dengan memo sialan itu...sedikit pengakuan yang menyedihkan tentang eksistensiku? Mungkin aku akan bisa menggodamu untuk melakukan hubungan seks cepat yang liar di sudut suatu tempat dalam usaha yang begitu menyedihkan untuk mendapatkanmu kembali?" "Diam, Eva." Tatapannya benar-benar panas, rahangnya kencang dan keras. "Dengarkan aku" "Aku di sini hanya karena aku tahu kau tak akan ada di sini. Aku di sini untuk Cary dan karirnya. Jadi kau bisa kembali ke pesta dan melupakan aku sepenuhnya. Percayalah, ketika aku keluar pintu, aku juga akan keluar dari hidupmu." "Tutup mulut sialanmu itu." Dia menangkap sikuku dan mengguncang tubuhku begitu keras hingga gigiku gemeletuk secara bersamaan. "Tutup mulutmu dan biarkan aku bicara." Aku menamparnya cukup keras sampai kepalanya miring. "Jangan menyentuhku." Dengan mengeram, Gideon menyeretku mendekat ke arahnya dan menciumku dengan keras, yang bisa membuat bibirku memar. Tangannya di rambutku, menggenggamnya dengan kasar, menahanku ditempat hingga aku tidak bisa memalingkan muka. Aku menggigit bibirnya saat dia mendorong lidahnya dengan agresif ke dalam mulutku, kemudian bibir bawahnya, aku merasakan ada darah, tapi dia tidak berhenti. Aku mendorong bahunya dengan semua kekuatan yang aku miliki, tapi aku tak bisa menggoyahkannya. Sialan Stanton! Jika bukan karena dia dan ibuku yang gila, aku sudah mengikuti kelas Krav Maga dan memiliki beberapa trik sekarang ...
186
www.read-blogger.nlogspot.com
Gideon menciumku seolah-olah ia kelaparan oleh rasaku dan perlawananku mulai mencair. Dia berbau sangat nikmat, begitu akrab. Tubuhnya terasa begitu sempurna tepat dihadapan tubuhku. Putingku seakan mengkhianatiku, mengeras menjadi titik yang ketat, dan perlahanlahan panas meresap menjadi gairah yang mengumpul didalam intiku. Jantungku bergemuruh di dadaku. Ya Tuhan, aku menginginkan dia. Keinginan itu belum pergi, bahkan untuk satu menit saja. Dia mengangkatku. Menahan dengan cengkeraman yang ketat, membuatku sulit untuk bernapas dan kepalaku mulai berputar. Ketika ia membawaku melewati pintu dan menendangnya hingga pintu tertutup di belakangnya, aku tidak bisa melakukan lebih daripada membuat suara protes yang pelan. Aku menemukan diriku ditekan di pintu kaca yang tebal di sisi lain perpustakaan, tubuh Gideon keras dan kuat melemahkan diriku. Lengannya di pinggangku meluncur lebih rendah, tangannya seakan menggali dibawah rokku dan menemukan lekuk pantatku yang memperlihatkan celana dalam model lacy boy shorts milikku. Dia merenggut pinggulku dengan keras untuk mendekat kepadanya, membuat aku bisa merasakan bagaimana kerasnya dia, bagaimana terangsangnya dia. Seks-ku gemetar dengan keinginan, terasa sakit dan kosong. Semua perlawanan telah meninggalkan diriku. Lenganku jatuh ke samping tubuhku, telapak tanganku menekan merata ke kaca. Aku merasakan ketegangan yang sudah rapuh mengalir dari tubuhnya saat aku melunak dalam penyerahan diri, tekanan di mulutnya melonggar dan ciumannya berubah membujuk menjadi sebuah gairah. "Eva," bisiknya parau. "Jangan melawanku. Aku tidak tahan." Mataku tertutup. "Biarkan aku pergi, Gideon." Dia menempelkan pipinya ke arah pipiku, napasnya berhembus keras dan cepat diatas telingaku. "Aku tidak bisa. Aku tahu kau muak dengan apa yang kau lihat malam itu...apa yang aku lakukan untuk diriku sendiri-" "Gideon, tidak!" Ya Tuhan. Apakah dia berpikir aku meninggalkan dia karena itu? "Itu bukan alasan kenapa-" "Aku kehilangan akal tanpa dirimu." Bibirnya meluncur turun ke leherku, lidahnya membelai diatas denyut nadiku yang berpacu. Dia mengisap diatas kulitku dan kenikmatan terpancar melalui diriku. "Aku tidak bisa berpikir. Aku tidak bisa bekerja atau tidur. Tubuhku terasa sakit karenamu. Aku bisa membuatmu menginginkanku lagi. Biarkan aku mencoba." Air mata meluncur bebas dan berjalan menuruni wajahku. Mereka memercik di atas tonjolan payudaraku dan dia menjilati air matanya, menjilatnya sampai hilang. Bagaimana aku bisa pulih jika ia bercinta denganku lagi? Bagaimana aku bertahan jika dia juga tidak bisa? "Aku tak pernah berhenti menginginkanmu," bisikku. "Aku tidak bisa menghentikannya. Tapi kau menyakitiku, Gideon. Kau memiliki kekuatan untuk menyakitiku yang tak ada
187
www.read-blogger.nlogspot.com
satupun orang lain yang bisa melakukannya." Tatapannya kaku dan bingung kearahku. "Aku menyakitimu? Bagaimana bisa?" "Kau berbohong padaku. Kau menutup diri dariku." Aku menangkup wajahnya, membutuhkan dia untuk memahami yang satu ini supaya tidak ragu. "Masa lalumu tak memiliki kekuatan untuk mendorongku pergi menjauh. Hanya kau yang bisa melakukan itu, dan kau melakukannya." "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan," sergahnya. "Aku tak pernah ingin kau melihat aku seperti itu..." "Itulah masalahnya, Gideon. Aku ingin tahu siapa kamu, dalam keadaan baik dan buruk, dan kau ingin menyimpan bagian dirimu sendiri dan menyembunyikannya dariku. Jika kau tak membuka diri, kita akan merasakan saling kehilangan di ujung jalan dan aku tak akan bisa menerimanya. Aku hampir tak bisa bertahan sekarang. Aku seakan merangkak selama empat hari terakhir dalam hidupku. Seminggu lagi, satu bulan...Ini akan menghancurkan aku untuk melepaskanmu." "Aku bisa membiarkanmu masuk, Eva. Aku akan mencoba. Tapi respon pertama kali darimu ketika aku mengacaukan, kamu langsung melarikan diri. Kau melakukannya setiap saat dan aku tak tahan merasa seperti itu pada waktu aku akan melakukan atau mengatakan sesuatu yang salah dan kamu akan lari." Mulutnya melembut lagi saat ia mengusap bibirnya bolak-balik diatas bibirku. Aku tidak berdebat dengannya. Bagaimana aku bisa, ketika dia memang benar? "Aku berharap kau akan kembali karena keinginanmu sendiri," gumamnya, "tapi aku tak bisa menjauh lagi. Aku akan menggendongmu keluar dari sini jika aku harus melakukannya. Apapun yang diperlukan untuk mendapatkanmu kembali di ruangan yang sama denganku, membicarakan tentang hal ini." Jantungku seperti tergagap. "Kau berharap aku akan kembali? Kupikir...Kau sudah mengembalikan kunciku. Kupikir hubungan kita sudah berakhir." Dia mundur, wajahnya diatur dalam garis sengit. "Kita tidak akan pernah berakhir, Eva." Aku menatapnya, hatiku sakit seperti luka yang terbuka saat melihat betapa tampannya dia, bagaimana patah hatinya dia dan rasa sakit yang dia rasakan – rasa sakit yang disebabkan karena aku pada tingkat tertentu. Berjinjit, aku mencium bekas tamparan yang kutinggalkan di pipinya yang memerah, mencengkeram rambut tebalnya yang halus di tanganku. Gideon menekuk lututnya untuk menyelaraskan tubuh kami, napasnya berat dan tidak teratur. "Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan, apa pun yang kau butuhkan. Apapun. Hanya biarkan aku kembali." Mungkin aku seharusnya takut atas kedalaman kebutuhannya, tapi aku merasakan kegilaan akan gairah yang sama pada dirinya.
188
www.read-blogger.nlogspot.com
Menjalankan tanganku turun ke dadanya sebagai upaya untuk meredakan gemetarannya, aku memberinya penjelasan tentang kebenaran dengan keras. "Kita sepertinya tidak bisa berhenti saling menyakiti. Aku tidak bisa terus melakukan hal ini kepadamu dan aku tidak bisa terus melewati pasang-surut kegilaan ini. Kita butuh bantuan, Gideon. Kita serius mengalami disfungsional." "Aku menemui Dr. Petersen pada hari Jumat. Dia akan menerimaku sebagai pasiennya, danjika kau setuju-dia akan menerima kita berdua sebagai pasangan pasien. Aku berpikir jika kau percaya padanya, aku akan mencobanya." "Dr. Petersen?" Aku ingat, aku sempat tersentak sebentar ketika aku merasa melihat Bentley SUV hitam saat Clancy membawa mobilnya keluar dari ruang praktek dokter itu. Pada saat itu, aku berkata pada diriku sendiri bahwa itu hanyalah khayalanku saja. Setelah semua itu, rasanya seperti ada banyak sekali SUV hitam di New York. "Kau selalu mengikutiku." Dadanya melebar karena dia mengambil napas dalam-dalam. Dia tidak menyangkalnya. Aku menahan kemarahanku. Aku hanya bisa membayangkan betapa mengerikan itu harus terjadi padanya karena menjadi begitu tergantung pada sesuatu - seseorang - yang tak bisa dia kontrol. Apa yang paling penting pada saat ini adalah keinginannya untuk mencoba dan kenyataannya itu bukan hanya bicara saja. Dia benar-benar sudah mengambil langkahlangkah itu. "Ini akan menjadi usaha yang berat, Gideon," aku memperingatkannya. "Aku tidak takut berusaha." Dia menyentuhku dengan gelisah, tangannya meluncur di atas pahaku dan pantatku seolah membelai kulit telanjangku adalah kebutuhan dia untuk bernapas. "Aku hanya takut kehilangan dirimu." Aku menempelkan pipiku kepipinya. Kami saling melengkapi. Bahkan sekarang, saat tangannya menjelajahi dengan posesifnya diatas diriku, aku seakan meleleh didalam jiwaku, lega dari rasa putus asa karena akhirnya bisa bertahan – dengan pria yang bisa memahami dan memuaskan diriku yang paling dalam, hasrat yang paling intim. "Aku membutuhkanmu." Mulutnya meluncur dari atas pipiku dan turun ketenggorokanku. "Aku ingin berada di dalam dirimu..." "Tidak. Ya Tuhan. Jangan di sini." Tapi protesku terdengar sangat pelan bahkan di telingaku sendiri. Aku menginginkan dia di mana saja, kapan saja, dengan cara apapun... "Harus di sini," gumamnya, meluncur kebawah dan berlutut. "Dan harus sekarang." Dia membuat kulitku lecet saat merobek celana dalam rendaku keluar, kemudian ia mendorong rokku sampai pinggangku dan menjilat pangkal pahaku, lidahnya memisahkan lipatan-ku untuk membelai di atas clit-ku yang sudah berdenyut. Aku tersentak dan mencoba untuk mundur, tapi tak ada tempat untuk menjauh. Tidak bisa karena adanya pintu di belakangku dan suara geraman seperti suatu tekad Gideon di depanku, satu tangannya menjepit untuk menahanku sementara yang lain mengangkat kaki kiriku dan meletakkan diatas bahunya, membukaku mendekatkan ke mulutnya yang bergairah.
189
www.read-blogger.nlogspot.com
Kepalaku terhentak membentur kaca, panas berdenyut melalui darahku dari titik di mana lidahnya membuatku gila. Kakiku menekuk menarik punggungnya, mendesak dia agar lebih dekat, tanganku menangkup kepalanya untuk menahannya supaya diam saat aku menggoyangkan tubuhku ke dirinya. Merasakan setiap helai rambutnya yang halus seakan terasa kasar melawan sensitifnya bagian dalam pahaku yang memancing gairahku, aku harus meningkatkan kesadaranku dari segala sesuatu di sekelilingku ... Kami berada di rumah orang tua Gideon, di tengah-tengah pesta yang dihadiri oleh puluhan orang-orang terkenal, dan dia sedang berlutut, menggeram seperti dia kelaparan saat ia menjilat dan mengisap area licinku, belahanku terasa sakit akan kebutuhan. Dia tahu bagaimana menuju kesana, tahu apa yang aku sukai dan yang aku butuhkan. Dia memiliki pemahaman tentang kebiasaanku untuk sampai ke puncak melalui keahlian oralnya yang luar biasa itu. Kombinasi itu sangat efektif dan membuatku ketagihan. Tubuhku bergetar, kelopak mataku terasa berat karena kenikmatan yang terlarang itu. "Gideon...Kau membuatku datang begitu keras." Lidahnya mengusap berulang-ulang melilit keluar masuk ke dalam tubuhku, menggodaku, membuatku bergerak tanpa malu-malu menuju ketrampilan mulutnya. Tangannya menangkup pantat telanjangkku, meremas, mendesakku ke lidahnya ketika dia mendorong lidahnya ke dalam diriku. Seperti ada penghormatan melihat cara dia dengan serakahnya menikmati diriku, dalam artian yang sangat jelas bahwa ia memuja tubuhku, bahwa kesenangan itu membawa kenikmatan seolah sama pentingnya baginya seperti darah didalam urat nadinya. "Ya," aku mendesis, merasakan orgasme mulai terbangun. Aku melayang karena sampanye tadi dan aroma panas kulit Gideon bercampur dengan gairahku sendiri. Payudaraku menegang semakin ketat dalam kungkungan bra strapless-ku, tubuhku gemetar di atas tepi orgasme yang sangat kuinginkan. "Aku sangat dekat." Sebuah gerakan di sisi seberang ruangan yang tertangkap mataku dan aku membeku, tatapanku mengunci mata Magdalena. Dia berdiri tepat di dekat pintu, berhenti ditengah langkahnya, menatapku dengan mata terbelalak dan mulut menganga di belakang Gideon yang sedang menggerakan kepalanya. Tapi dia benar-benar tidak menyadari atau karena terlalu bergairah untuk perduli. Bibirnya melingkari clit-ku dan keliaran mulutnya seperti mensucikannya. Mengisap mengikuti irama, dia memijat simpul yang hipersensitif itu dengan ujung lidahnya. Semuanya mengencang dengan liar, kemudian lepas dalam ledakan api kenikmatan. Orgasme tumpah melalui diriku di suatu gelombang yang sangat panas. Aku berteriak, tanpa berpikir memompa pinggulku ke dalam mulutnya, tersesat menuju koneksi primitif diantara kami. Gideon menahanku saat lututku melemah, gerakan lidahnya membuat tubuhku gemetaran sampai getaran terakhir memudar. Ketika aku membuka mataku lagi, satu-satunya penonton kami sudah telah menghilang. Berdiri dengan terburu-buru, Gideon mengangkatku dan membawaku ke sofa. Dia menurunkan aku membujurkan diatas bantal; kemudian menyeret pinggulku sampai
190
www.read-blogger.nlogspot.com
bertumpu pada sandaran tangan kursi, melengkungkan punggungku. Aku mengamatinya keatas melalui sepanjang tubuhku. Mengapa ia tidak membungkukkan aku saja dan memasuki diriku dari belakang? Lalu ia membuka paksa celananya - kancingnya melayang dan mengeluarkan miliknya yang begitu besar itu, bagian tubuhnya yang indah itupun keluar, dan aku tidak peduli bagaimana dia membawaku begitu lama seperti yang dia lakukan. Aku merintih saat ia mendorong ke dalam diriku, tubuhku berusaha untuk mengakomodasi rasa penuh dari keindahan miliknya yang aku dambakan. Menghentakkan pinggulku untuk bertemu dengan kekuatan dorongannya, Gideon mendorong keluar masuk ke seks lembutkudengan miliknya yang mengeras itu, tatapannya gelap dan posesif, napasnya meninggalkan dia dengan erangan primitif setiap kali ia mendorong masuk kedalam diriku. Suara erangan gemetar keluar dari diriku, gesekan akibat dari dorongannya mengaduk-aduk kebutuhanku yang tak pernah puas menjadi kacau dan liar karena dia. Hanya dia. Beberapa hentakan kemudian kepalanya tersentak kebelakang saat dia meneriakkan namaku, pinggulnya bergulir untuk membangkitkan aku menjadi sebuah kegilaan. "Remas aku, Eva. Remas milikku." Ketika aku memenuhi permintaannya, suara kasar yang dia buat menyebabkan seks-ku sangat erotis gemetar mengapresiasikan itu. "Ya, angel...seperti itu." Aku perketat milikku disekelilingnya dan dia mengutuk. Tatapannya menemukan mataku, biru berkabut begitu menakjubkan dengan euforia seksual. Sebuah goncangan getaran melanda kekuatan tubuhnya, diikuti oleh suara siksaan dari gairah yang luar biasa. Kemaluannya menyentak kedalam diriku, sekali, dua kali, kemudian ia datang lama dan keras, menyembur hangat di kedalaman cengkeraman tubuhku. Aku tidak punya waktu untuk klimaks lagi, tetapi itu tidak masalah. Aku melihat dia dengan perasaan kagum dan murni keberhasilan wanita. Aku bisa melakukan ini untuknya. Pada momen orgasme, aku memiliki dia sepenuhnya sama seperti dia memiliki diriku. ****
191
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 16
Tubuh Gideon terlipat di atasku, rambutnya jatuh ke depan menggelitik dadaku, paru-parunya naik-turun. "Tuhan. Aku tidak bisa pergi berhari-hari tanpa ini. Bahkan jam-jam di tempat kerja terasa terlalu lama." Aku menjalankan jariku melalui akar rambut basah berkeringatnya. "Aku merindukanmu, juga." Dia menciumi payudaraku. "Bila kau tidak denganku, aku merasa-Jangan lari lagi, Eva. Aku tidak bisa menerimanya." Dia menarikku untuk berdiri di depannya, menjaga kemaluannya tetap di dalam diriku sampai telapak kakiku menyentuh lantai kayu. "Ayo pulang denganku sekarang." "Aku tidak bisa meninggalkan Cary." "Kalau begitu kita akan menyeretnya keluar dari sini bersama kita. Shh...Sebelum kau mengeluh, apapun yang ia harapkan untuk didapat dalam pesta ini, aku bisa wujudkan. Berada di sini tidak menyelesaikan apa-apa." "Mungkin dia bersenang-senang." "Aku tidak ingin kau di sini." Dia tiba-tiba tampak jauh, nadanya terlalu dikontrol. "Apakah kau tahu betapa menyakitkannya hal itu bagiku ketika kau mengatakan itu?" Aku terisak pelan, dadaku mengencang dengan rasa sakit itu. "Apa yang salah denganku kau tidak ingin aku disekitar keluargamu?" "Angel, tidak." Dia memelukku, tangannya berkeliaran di punggungku dengan belaian menenangkan. "Tidak ada yang salah denganmu. Masalahnya adalah tempat ini. Aku tidak mau-aku tidak bisa berada di sini. Kau ingin tahu apa yang ada dalam mimpiku? adalah rumah ini." "Oh." Perutku diikat dengan kekhawatiran dan kebingungan. "Maafkan aku. Aku tak tahu." Sesuatu dalam suaraku menarik dia untuk menekan ciuman di antara alisku. "Aku sudah kasar denganmu hari ini. Maafkan aku. Aku tegang dan gelisah berada di sini, tapi itu bukan alasan." Aku menangkupkan wajahnya dan menatap matanya, melihat emosi begitu penuh gejolak yang ia sembunyikan. "Jangan pernah meminta maaf untuk jadi dirimu sendiri denganku. Itu yang aku inginkan. Aku ingin menjadi tempat yang aman untukmu, Gideon."
192
www.read-blogger.nlogspot.com
"Ya, kau tempat amanku. Kau tak tahu seberapa besar arti dirimu untukku, tapi aku akan menemukan cara untuk memberitahumu." Dia mengistirahatkan dahinya ke dahiku. "Mari kita pulang. Aku membeli beberapa barang untukmu." "Oh? Aku suka hadiah." Terutama ketika mereka datang dari pacarku yang mengaku tidak romantis... Dengan hati-hati, ia mulai menarik diri keluar dariku. Aku terkejut merasakan betapa basah aku, betapa derasnya dia datang. Beberapa inci terakhir dari kemaluannya meluncur keluar terburu-buru dan air mani licin membasahi paha dalamku. Sesaat kemudian, dua tetesan yang berani jatuh ke lantai kayu dia antara kakiku yang terbuka. "Oh, Sialan." Dia mengerang. "Itu terlihat begitu panas. Aku mulai keras lagi." Aku menatap pada pemandangan kurang ajar dari kejantanannya dan merasa hangat. "kau tidak bisa mulai lagi setelah itu." "Persetan jika aku tak bisa." Menangkup kemaluanku di tangannya, ia mengusap kelicinan yang ada di seluruh vaginaku, lapisan bibir luar dan memijat ke dalam lipatan. Euphoria menyebar melaluiku seperti kehangatan minuman keras yang bagus, rasa kepuasan yang datang hanya dari mengetahui bahwa Gideon menemukan kepuasan dalam diriku dan tubuhku. "Aku menjadi hewan jika denganmu," gumamnya. "Aku ingin menandaimu. Aku ingin memilikimu seutuhnya sehingga tidak ada pemisahan diantara kita." Pinggulku mulai bergerak dalam lingkaran kecil saat kata-katanya dan sentuhannya menyulut hasrat yang dia pancing dengan dorongan dari miliknya. Aku ingin datang lagi, tahu aku akan menjadi sengsara jika aku harus menunggu sampai kami mencapai tempat tidurnya. Aku menjadi makhluk seksual bersamanya juga, secara fisik selaras dengan dia dan begitu positif bahwa ia tidak akan pernah secara fisik menyakitiku, bahwa aku...bebas. Aku melingkari pergelangan tangannya dengan jari-jariku dan dengan lembut mengarahkan tangannya di sekitar pinggulku untuk mencapaiku dari belakang. Menggigit rahangnya dengan gigiku, aku mengumpulkan keberaniannya yang menginspirasiku dan berbisik, "Sentuh aku di sini dengan jari-jarimu. Tandai aku di sana." Dia membeku, dadanya terangkat dan jatuh dengan cepat. "Aku tidak" - suaranya menguat "Aku tidak melakukan permainan anal, Eva." Melihat ke matanya, aku melihat sesuatu yang gelap dan mudah terlepas. Sesuatu yang sangat menyakitkan. Dari semua hal bagi kami untuk memiliki kesamaan... Gairah kasar dari nafsu kami melembut menjadi keakraban hangat cinta. Dengan hati hancurku, aku mengaku, "Aku juga tidak pernah. Setidaknya tidak secara sukarela." "Lalu...kenapa?" Kebingungan dalam suaranya menggerakkanku begitu dalam. Aku memeluknya, menekan pipiku ke bahunya dan mendengarkan irama yang sedikit panik
193
www.read-blogger.nlogspot.com
detak jantungnya. "Karena aku percaya sentuhanmu bisa menghapus sentuhan Nathan." "Oh, Eva." Ditekan pipinya ke puncak kepalaku. Aku meringkuk lebih dekat. "Kau membuatku merasa aman." Kami berpelukan untuk saat yang lama. Aku mendengarkan detak jantungnya melambat dan napasnya lancar. Aku menarik napas dalam, menikmati campuran aroma pribadinya bercampur dengan aroma nafsu keras dan seks yang lebih keras. Ketika ujung jari tengahnya meyelip masuk dengan halus-lembut ke atas kerutan dari anusku, aku terdiam dan kembali menatapnya. "Gideon?" "Kenapa aku?" Tanyanya lembut, mata indahnya gelap dan penuh badai. "Kau tahu aku kacau, Eva. Kau melihat apa yang aku...malam itu kau membangunkanku...Kau melihatnya, sialan. Bagaimana bisa kau mempercayaiku dengan tubuhmu dengan cara ini?" "Aku percaya hatiku dan apa yang hatiku katakan." Aku merapikan garis kerutan di antara alisnya. "Kau dapat memberikan tubuhku kembali ke padaku, Gideon. Aku percaya kau satusatunya yang bisa." Matanya ditutup dan dahinya yang basah menyentuh dahiku. "Apakah kau memiliki sebuah SafeWord, Eva?" Kaget, aku menarik diri kembali untuk mempelajari wajahnya. Beberapa anggota dari kelompok terapiku telah berbicara tentang hubungan Dom/Sub. Beberapa membutuhkan kontrol total yang untuk merasa aman selama seks. Lainnya jatuh di sisi berlawanan dari garis, menemukan bahwa perbudakan dan penghinaan memuaskan kebutuhan dalam mereka untuk merasakan sakit untuk mengalami kesenangan. Bagi mereka yang mempraktekkan gaya hidup itu, SafeWord yang adalah cara yang jelas untuk mengatakan "berhenti." Tapi aku tidak bisa melihat relevansinya dengan hubunganku dan Gideon. "Apakah kau punya?" "Aku tidak perlu itu." Diantara kakiku, gerakan lembut jarinya menjadi lebih berani. Dia mengulangi pertanyaannya, "Apakah kau memiliki sebuah SafeWord?" "Tidak Aku tidak pernah membutuhkannya. Misionaris, doggy style, B.O.B...hanya sejauh itu keterampilan gilaku dalam berhubungan seks." Itu membawa sebuah sentuhan kegelian di wajahnya yang keras. "Terima kasih Tuhan. Aku tidak akan bertahan jika kau sebaliknya." Dan masih saja jarinya memijatku, memacu sebuah kerinduan gelap. Gideon bisa melakukan itu padaku, membuatku melupakan segala sesuatu yang terjadi sebelumnya. Aku tidak punya pemicu seksual negatif dengan dia, tidak ragu-ragu atau ketakutan. Dia memberiku itu.
194
www.read-blogger.nlogspot.com
Sebagai imbalannya, aku ingin memberinya tubuh yang ia bebaskan dari masa laluku. Jam berkotak panjang dekat pintu mulai berdentang menunjukkan pergantian jam. "Gideon, kita sudah pergi lama. Seseorang akan datang mencari kita." Dia menempatkan tekanan sedikit terhadap roset sensitifku, nyaris menekan. "Apakah kau benar-benar peduli jika mereka mencari kita?" Pinggulku melengkung menuju sentuhannya. Antisipasi itu membuatku panas sekali lagi. "Aku tidak peduli tentang apa pun kecuali kau ketika kau menyentuhku." Mengangkat tangannya yang bebas untuk meraih rambutku dan memegangnya di akar, menjaga kepalaku tetap diam. "Apakah kau pernah menikmati bermain anal sengaja atau dengan paksaan?" "Tidak." "Namun kau cukup mempercayaiku untuk memintaku untuk ini." Dia mencium keningku sambil menarik kelicinan air maninya kembali ke lubang belakangku. Aku mencengkeram pinggangnya. "Kau tidak perlu-" "Ya, aku akan lakukan." Suaranya memiliki gigitan nakal didalamnya. "Jika kau menginginkan sesuatu, aku akan menjadi orang yang memberikannya kepadamu, semua kebutuhanmu, Eva, adalah milikku untuk memenuhinya. Berapapun harga yang harus aku tanggung.” "Terima kasih, Gideon." Pinggulku bergeser gelisah saat dia sambil terus melumasiku lembut. "Aku ingin menjadi apa yang kau butuhkan, juga." "Aku sudah bilang apa yang aku butuhkan, Eva - kontrol." Dia mengusap bibirnya yang terbuka bolak-balik dibibirku. "Kau memintaku untuk membawamu kembali ke tempattempat yang menyakitkan dan aku akan melakukannya, jika itu yang kau butuhkan. Tapi kita harus sangat berhati-hati." "Aku tahu." "Kepercayaan adalah hal yang sulit bagi kita berdua. Jika kita menghancurkannya, kita bisa kehilangan segalanya. Pikirkan sebuah kata yang kau kaitkan dengan kekuasaan. SafeWordmu, Angel. pilihlah." Tekanan dari jari tunggal itu menjadi lebih mendesak. Aku mengerang, "Crossfire." "Umm...Aku suka itu. Sangat pas." Lidahnya dicelupkan ke dalam mulutku, nyaris tidak menyentuh lidahku sebelum mundur. Jarinya mengitari anusku berulang-ulang, mendorong air maninya ke dalam lubang yang mengerut itu, geraman lembut terlepas darinya saat aku melentur karena permintaan hening untuk lebih.
195
www.read-blogger.nlogspot.com
Berikutnya ia menekan lingkaran lubang itu, aku didorong keluar dan ia menyelipkan ujung jarinya dalam diriku. Perasaan penetrasi ini begitu mengejutkan intens. Sama seperti sebelumnya, penyerahan diri menghimpit tubuhku, membuatku lesu. "Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Gideon kasar saat aku merosot kearahnya. "Haruskah aku berhenti?" "Tidak...Jangan berhenti." Dia mendorong sedikit lebih dalam dan aku mencengkram sekelilingnya, reaksi tak berdaya untuk merasakan sesuatu yang meluncur di jaringan lembutku. "Kau ketat dan begitu panas," gumamnya. "Dan begitu lembut. Apakah itu sakit?" "Tidak! please. Lagi." Gideon mundur sampai ujung jarinya, kemudian meluncur masuk sampai buku jari, lambat dan mudah. Aku bergetar dengan gembira, terkejut oleh seberapa nikmat rasanya, rasa penuh yang sedikit menggoda di belakangku. "Bagaimana?" Tanyanya dengan suara serak. "Nikmat. Segala sesuatu yang kau lakukan untukku terasa nikmat." Dia menarik lagi, meluncur ke dalam lagi. Maju ke depan, aku mendorong pinggulku kearahnya untuk memberinya akses yang lebih mudah dan menekan payudaraku ke dadanya. Kepalan tangannya dirambutku mengencang, menarik kepalaku kembali sehingga ia bisa menarik mulutku untuk ciuman yang basah dan penuh. Mulut terbuka kami menyelip melintasi satu sama lain, lebih liar saat hasrat meningkat. Merasakan jari Gideon di tempat seksual gelap, mendorong masuk dengan irama yang lembut, membuatku bergoyang mundur untuk memenuhi gerakan dalamnya. "Kau sangat cantik," gumamnya, suaranya lembut tak terhingga. "Aku suka membuatmu merasa nikmat. Suka menonton sebuah orgasme bergerak melalui tubuhmu." "Gideon." Aku hilang, tenggelam dalam kegembiraan kuat dipeluk olehnya, dicintai oleh dia. Empat hari saja telah mengajarkanku menyadari betapa menyedihkan aku jika kita tidak bisa menyelesaikan masalah, bagaimana kusam dan tak berwarnanya duniaku tanpa dia di dalamnya. "Aku membutuhkanmu." "Aku tahu." Dia menjilati di bibirku, membuat kepalaku berputar. "Aku di sini. Vaginamu gemetar dan mengetat. Kau akan datang untukku lagi." Dengan tangan gemetar, aku mencapai di antara kami untuk kemaluannya, menemukannya sudah keras. Aku mengangkat lapisan rok dalamku sehingga aku bisa memasukkan dia ke dalam vagina basahku. Dia meluncur beberapa inci, posisi berdiri kami mencegah penetrasi lebih dalam, tapi koneksi saja sudah cukup. Aku membungkuskan tanganku di bahunya, mengubur wajahku di lehernya saat lututku melemah. Tangannya meninggalkan rambutku, lengannya menggenggam punggungku dan memelukku erat.
196
www.read-blogger.nlogspot.com
"Eva." tempo dorongan jarinya dipercepat. "Apakah kau tahu apa yang kau lakukan padaku?" Pinggulnya menyenggol pinggulku, puncak luas penisnya memijat tempat manis lembutku. "Kau memerah kepala penisku dengan gerakan meremas itu. Kau akan membuatku datang untukmu. Ketika kau akan terlepas, aku akan bersamamu." Aku samar-samar menyadari suara tak berdaya tumpah dari tenggorokanku. Indraku terlau penuh dengan aroma Gideon dan panas tubuh kerasnya, nuansa gesekan kemaluannya dalam diriku dan jarinya memompa ke belakangku. Aku dikelilingi oleh dia, diisi dengan dia, bahagia dimilikinya dalam segala hal. Sebuah klimaks mulai terbangun dengan penuh kekuatan, menghentak melaluiku, menyatu dalam inti tubuhku. Bukan hanya dari kenikmatan fisik tetapi dari pengetahuan bahwa ia telah bersedia mengambil risiko. Sekali lagi. Untukku. Jarinya terhenti dan aku membuat suara protes. "Hush," bisiknya. "Ada yang datang." "Oh Tuhan! Magdalena datang tadi dan melihat kita. Bagaimana jika dia mengatakan-" "Jangan bergerak." Gideon tidak membiarkanku pergi. Dia tetap berdiri ditempat, mengisiku dari depan dan belakang, tangannya membelai sepanjang tulang belakangku dan merapikan bajuku. "Rokmu menyembunyikan segala sesuatunya." Dengan punggungku menghadap ke pintu masuk ruangan, aku menekan wajah memerahku ke dalam kemejanya. Pintu dibuka. Ada jeda kemudian, "Apakah semuanya baik-baik saja?" Christopher. Aku merasa canggung tidak mampu berbalik. "Tentu saja," kata Gideon lancar, dingin memegang kendali. "Apa yang kau inginkan?" Yang membuatku ngeri, ia kembali menekan dan menarik jarinya. Bukan dengan gerakan mendalam seperti sebelumnya, namun dorongan dangkal lambat yang tidak mengganggu rokku. Sudah begitu terangsang sampai terasa demam dan melayang di ambang orgasme, kuku tanganku menggali ke lehernya. Ketegangan di tubuhku dari melihat Christopher di kamar malah menambah sensasi erotisnya. "Eva?" Tanya Christopher. Aku menelan ludah. "Ya?" "Apakah kau baik-baik saja?" Gideon menyesuaikan sikapnya, yang juga menggerakkan kemaluannya dalam diriku dan menabrak panggulnya di clitku yang berdenyut. "Y-ya. Kami hanya...berbicara. Tentang. Makan malam." Mataku tertutup saat ujung jari Gideon menyerempet dinding tipis yang memisahkan penisnya dari sentuhannya. Jika ia menyenggol clitku lagi, aku akan datang. Aku terlalu tegang untuk menghentikannya. Dada Gideon bergetar pipiku saat ia berbicara. "Kami akan melakukannya lebih cepat jika kau pergi, jadi katakan padaku apa yang kau butuhkan."
197
www.read-blogger.nlogspot.com
"Ibu sedang mencarimu." "Kenapa?" Gideon bergeser lagi, menggoyang ke clitku pada saat yang sama ia memberikan dorongan cepat dan mendalam jarinya ke belakangku. Aku mencapai klimaks. Takut raungan kenikmatan yang ingin keluar dariku, aku menenggelamkan gigiku ke dada keras Gideon. Ia mendengus pelan dan mulai datang, kemaluannya menyentak saat dia dipompa menyembur dengan deras air mani panasnya ke dalam diriku. Sisa percakapan itu hilang di bawah deru darahku. Christopher mengatakan sesuatu, Gideon menjawab, dan kemudian pintu tertutup lagi. Aku diangkat untuk duduk di sandaran sofa dan Gideon mulai menghentak diantara pahaku yang terbuka, menggunakan tubuhku untuk menggosok keluar sisa orgasmenya, menggeram di mulutku ketika kami selesai dari pertemuan seksual paling liar, paling ekshibisionis dari hidupku. *** Setelah itu, Gideon memimpin tanganku ke kamar mandi, di mana dia dengan ringan menyabuni kain lap dan membersihkan di antara kedua kakiku sebelum dia membayar perhatian yang sama pada kemaluannya. Cara ia merawatku adalah keintiman yang manis, menunjukkan sekali lagi bahwa seliar apapun nafsunya untukku, aku berharga baginya. "Aku tidak ingin kita bertengkar lagi," kataku pelan dari tempatku bertengger di meja wastafel. Dia melemparkan handuk ke bawah parasut binatu tersembunyi dan rmemasang kembali celananya. Kemudian dia datang kepadaku, menggosokkan ujung jari dinginnya ke pipiku. "Kita tidak bertengkar, angel. Kita hanya harus belajar untuk tidak membuat takut satu sama lain." "Kau membuatnya terdengar begitu mudah," gerutuku. Memanggil salah satu dari kita dengan sebutan perawan akan konyol, namun secara emosional itulah yang kita. Meraba-raba dalam gelap dan terlalu bersemangat, benar-benar keluar dari kedalaman emosi kita dan kepercayaan diri, berusaha untuk mengesankan dan kehilangan semua nuansa halus. "Mudah atau sulit, tidak masalah. Kita akan melewati ini karena kita harus melewatinya." Dia mendorong jari-jarinya melalui rambutku, memulihkan kerapian dari gelungan acakacakannya. "Kita akan membahasnya setelah kita pulang. Aku pikir aku telah menemukan inti dari masalah kita." Keyakinan dan tekadnya menenangkan kegelisahan yang aku telah merasakan beberapa hari terakhir. Menutup mataku, aku rileks dan menikmati kegembiraan sentuhannya saat rambutku dimainkan. "Ibumu tampak terkejut bahwa aku pirang." "Benarkah?" "Ibuku juga. Bukan tentang aku pirang," aku menjelaskan. "Terkejut bahwa kau akan tertarik pada salah seorang berambut pirang."
198
www.read-blogger.nlogspot.com
"Benarkah?" "Gideon!" "Hmm?" Dia mencium ujung hidungku dan menjalankan tangannya ke lenganku. "Aku bukan tipe kau biasanya ajak kencan, bukan?" Alisnya melengkung. "Aku hanya memiliki satu tipe: Eva Lauren Tramell. Itu saja." Aku memutar mataku. "Oke. Terserahlah." "Apa bedanya? Kau wanita yang bersamaku sekarang." "Itu tidak masalah. Aku hanya ingin tahu. Orang biasanya tidak menyimpang dari tipe yang mereka sukai." Melangkah di antara kedua kakiku, ia meletakkan tangannya di pinggulku. "Beruntung bagiku bahwa aku cocok dengan tipemu." "Gideon, kau tidak cocok dengan tipe apapun," gerutuku. "Kau berada di kelas sendiri." Matanya berbinar. "Suka apa yang kau lihat, kan?" "Kau tahu aku memang suka, itulah sebabnya mengapa kita benar-benar harus keluar dari sini sebelum kita mulai bercinta seperti musang lagi." Menekan pipinya ke pipiku, dia berbisik, "Hanya kau yang bisa meniup pikiran di tempat yang selalu membuatku merinding. Terima kasih untuk menjadi apa yang aku inginkan dan butuhkan." "Oh, Gideon." Aku membungkuskan lengan dan kakiku di sekelilingnya, memegang dia sedekat yang aku bisa. "Kau datang ke sini untukku, kan? Untuk membawaku pergi dari tempat ini yang kau benci." "Aku akan berjalan ke dalam neraka untukmu, Eva, dan tempat sialan ini cukup dekat." Dia menghela napas dengan kasar. "Aku hendak pergi ke apartemenmu dan menyeretmu pergi denganku ketika aku tahu akan datang ke sini. Kau harus menjauh dari Christopher." "Kenapa kau terus mengatakan itu? Dia tampak sopan." Gideon menarik diri, memilah rambutku melalui jari-jarinya. Matanya tetap terkunci dengan mataku. "Dia membuat rivalitas antara saudara menjadi ekstrim, dan dia cukup tidak stabil yang membuatnya berbahaya. Dia menjangkaumu karena ia tahu ia bisa menyakitiku melaluimu. Kau harus percaya padaku dalam hal ini." Mengapa Gideon sangat mencurigai motif saudara tirinya itu? Dia pasti memiliki alasan yang baik. Itu lain halnya jika ia tidak sepenuhnya membaginya denganku. "Aku percaya padamu. Tentu saja aku percaya. Aku akan menjaga jarak.”
199
www.read-blogger.nlogspot.com
"Terima kasih." Menangkap pinggangku, ia mengangkat aku dari meja dan menurunkanku di lantai. "Mari kita bawa Cary dan keluar dari neraka ini." Kami berjalan kembali ke luar dengan tanganku ditangannya. Aku dengan tidak nyaman menyadari bahwa kami telah pergi dalam waktu yang sangat lama. Matahari akan terbenam. Dan aku tanpa celana dalam. Celana dalamku yang sudah kotor dimasukkan ke saku depan celana jeans Gideon. Dia melirik padaku saat kami memasuki tenda. "Aku pernah bilang sebelumnya. Kau tampak cantik, Eva. Gaun itu menakjubkan padamu dan demikian pula sepatu seksi hak tinggi warna merah itu." "Yah, jelas itu berhasil." Aku menyenggolkan bahuku ke bahunya. "Terima kasih." "Untuk pujian itu? Atau seks?" “Hush," tegurku, memerah. Suara tertawa seperti beludru hitamnya membuat setiap kepala wanita dalam jarak pendengaran menoleh dan beberapa pria juga. Menempatkan tangan kami yang terkait di punggungku, dia menarikku dekat dan memberi ciuman di mulutku. "Gideon!" Ibu meluncur datang pada kami dengan mata berbinar dan senyum lebar di wajahnya yang cantik. "Aku sangat senang kau ada di sini." Dia tampak seperti dia ingin memeluknya, namun postur Gideon berubah halus, mengisi udara di sekelilingnya dengan medan tak terlihat kekuasaan yang mencakup aku juga. Elizabeth menarik diri, tiba-tiba berhenti. "Ibu," dia menyapa dirinya dengan kehangatan seperti badai Arktik. "Kau bisa berterima kasih Eva untuk keberadaanku di sini. Aku datang untuk membawanya pergi." "Tapi dia bersenang-senang, kan, Eva? Kau harus tinggal demi dirinya." Elizabeth menatap padaku dengan permohonan di matanya. Jari-jariku mengencang di sekitar tangan Gideon. Dia yang aku utamakan, itu tidak akan pernah dipertanyakan, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk berharap aku tahu cerita di balik sikap dinginnya ke arah seorang ibu yang tampaknya mencintainya. Tatapan memujanya meluncur di wajah yang memiliki nuansa kemiripan dengannya, menatap setiap fitur Gideon dengan rakus. Sudah berapa lama sejak terakhir kali ia melihatnya secara langsung? Lalu aku bertanya-tanya apakah mungkin dia terlalu mencintainya... Jijik membuat tulangku menjadi kaku. "Jangan jadikan Eva alasan," kata Gideon, menggosok pungung jarinya ke punggung tegangku. "Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan - kau sudah bertemu dengannya."
200
www.read-blogger.nlogspot.com
"Mungkin kau berdua akan datang untuk makan malam akhir pekan ini?" Jawaban Gideon satu-satunya adalah sebuah alis melengkung. Kemudian tatapannya terangkat, memikat perhatianku untuk mengikutinya. Aku menemukan Cary muncul dari tampaknya labirin pagar tanaman dengan seorang penyanyi pop muda yang sangat dikenal di lengannya. Gideon memanggil dia untuk mendekat. "Oh, tidak Cary, juga!" Protes Elizabeth. "Dia adalah kehidupan dari pesta ini." "Aku pikir kau mungkin suka dia." Gideon memamerkan giginya menjadi sesuatu yang terlalu tajam menjadi senyuman. "Hanya ingat bahwa dia teman Eva, Ibu. Itu membuatnya dia temanku juga." Aku sangat lega ketika Cary bergabung dengan kami, memecahkan ketegangan dengan cara santainya. "Aku sedang mencarimu," katanya kepadaku. "Aku berharap kau akan siap untuk pergi. Aku menerima telepon yang kutunggu." Melihat ke mata berbinarnya, aku tahu Trey telah menghubunginya. "Ya, kita sudah siap." Cary dan aku berjalan berkeliling untuk mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kami. Gideon tetap di sisiku seperti bayangan posesif, sikapnya tenang tapi sangat nyata menyendiri. Kami semua berjalan menuju rumah ketika aku melihat Irland ke sisi samping menatap Gideon. Aku berhenti dan menatapnya. "Pergi datangi adikmu sehingga kita dapat mengucapkan selamat tinggal." "Apa?" "Dia berdiri di sebelah kirimu." Aku melihat ke kanan kami untuk menyembunyikan doronganku dari gadis muda yang aku menduga mungkin dia mengidolakan kakak lakilakinya tertuanya. Dia menunjuk Irland untuk mendekat dengan lambaian kasar dari tangannya. Dia berjalan berlama-lama untuk mendekat, wajah cantiknya dididik menjadi ekspresi bosan yang terlatih. Aku menatap Cary dengan gelengan kepalaku, mengingat hari-hari itu begitu baik. "Dengar." Aku meremas pergelangan Gideon. "Katakan padanya kau menyesal kalian berdua tidak bisa menceritakan kabar masing-masing saat kau berada di sini dan dia harus meneleponmu kapan-kapan, jika dia ingin." Gideon memberiku sebuah tatapan heran. "menceritakan kabar masing-masing apa?" Menggosok bisepnya, aku berkata, "Dia akan melakukan semua pembicaraan jika diberi kesempatan."
201
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia merengut. "Dia seorang gadis remaja. Mengapa aku memberinya kesempatan untuk bicara untuk membuat kupingku panas?" Aku berjinjit dan berbisik di telinganya, "Karena aku berutang budi padamu." "Kau sedang merencanakan sesuatu." Dia mengamatiku dengan waspada sejenak, kemudian mengecup keras bibirku dengan geraman. "Jadi kita akan membuka tagihan dan mengatakan kau berutang padaku lebih dari satu. Jumlah yang akan ditentukan" Aku mengangguk. Cary bergoyang pada tumitnya dan memutar salah satu jari telunjuknya ke jari lainnya dalam artian tanda ‘sudah ada dalam genggamanmu’. Memang adil, kupikir, karena ia menggenggam hatiku. *** Aku terkejut ketika Gideon menerima kunci SUV Bentley dari salah satu valet. "Kau menyetir? Dimana Angus?" "Libur." Dia menciumi pelipisku. "Aku rindu padamu, Eva." Aku duduk di kursi penumpang depan, dan ia menutup pintu di belakangku Saat aku sudah aman dengan sabuk pengaman, aku melihat dia berhenti dekat kap mesin, membuat kontak mata dengan dua pria berpakaian hitam yang menunggu di samping sedan Mercedes hitam ramping pada ujung jalan. Mereka mengangguk dan masuk ke dalam Benz. Ketika Gideon keluar dari halaman Vidal, mereka mengikuti tepat di belakang kami. " Keamanan?" Tanyaku. "Ya. Aku langsung bergerak cepat ketika aku diberitahu kau ada di sini, dan mereka kehilanganku untuk sementara waktu." Cary pulang dengan Clancy, sehingga Gideon dan aku langsung menuju ke penthousenya. Aku menemukan diriku terangsang dari menonton Gideon menyetir. Dia menangani kendaraan mewah dengan cara dia menangani segalanya - percaya diri, agresif, dan dengan kontrol yang terampil. Dia melaju cepat tapi tidak sembarangan, meluncur mudah melewati belokan dan jalan lurus dari rute dengan pemandangan indah kembali ke kota. Hampir tidak ada lalu lintas sampai kami mencapai kemacetan dari Manhattan. Ketika kami tiba di apartemennya, kami berdua langsung ke kamar mandi utama dan melepas pakaian untuk mandi. Seolah-olah ia tidak bisa berhenti menyentuhku, Gideon mencuciku dari ujung kepala sampai kaki, kemudian ia mengeringkanku dengan handuk dan membungkusku dalam jubah sutra baru berbordir dengan lengan kimono. Dia selesai dengan menarik sepasang celana sutra berwarna senada keluar dari laci untuk dirinya sendiri. "Aku tidak mendapatkan celana dalam?" Tanyaku, memikirkan laciku yang berisi pakaian dalam seksi.
202
www.read-blogger.nlogspot.com
"Tidak. Ada telepon yang tergantung di dinding di dapur. Tekan satu panggilan cepat dan memberitahu orang yang menjawab bahwa aku ingin dia untuk mengambil dua pesanan makan malam biasaku dari Peter Luger." "Baiklah." Aku keluar menuju ke ruang tamu dan membuat panggilan, dan aku harus mencari Gideon. Aku menemukannya di kantor rumahnya, sebuah ruangan yang aku tidak berada di situ sebelumnya. Aku tidak bisa melihat dengan baik di ruangan itu pada awalnya karena pencahayaan hanya berasal dari lampu bergambar malaikat di dinding dan lampu pengacara di meja kayu terpelitur miliknya. Ditambah mataku lebih tertarik untuk fokus pada dirinya. Dia tampak benar-benar sensual dan menarik tergeletak di kursi kulit besar hitamnya. Dia memegang gelas tulip dari beberapa minuman keras yang ia hangatkan di antara tangannya dan keindahan bisep lenturnya yang mengirim sensasi berpacu dalam diriku, begitu pula otot kencang di perutnya. Tatapannya berada di dinding yang diterangi oleh cahaya gambar, yang menarik perhatianku juga. Aku terkejut ketika aku melihat karya seni itu - kolase besar foto-foto dia dan aku: gambar ciuman kami di jalan di luar gym...sebuah foto kami dari pers di malam advokasi... sebuah foto kilat manis setelah pertengkaran kami di Bryant Park... Titik fokus adalah gambar di tengah yang telah diambil sementara aku tidur di tempat tidurku sendiri, hanya diterangi oleh lilin yang aku tinggalkan terbakar untuknya. Itu adalah potretan voyeuristik intim, salah satu yang mengatakan lebih banyak tentang fotografernya daripada subjek itu sendiri. Aku sangat tersentuh oleh bukti bahwa ia telah jatuh cinta seperti juga diriku. Gideon menunjuk pada minuman yang ia tuangkan untukku dan diletakkan di tepi mejanya. "Silakan duduk." Aku mematuhi, penasaran. Ada sesuatu aneh yang baru padanya, perasaan bertujuan dan tekad yang tenang dipadukan dengan laser fokus yang tepat. Apa yang membawa suasana hatinya seperti ini? Dan apa artinya itu untuk sisa malam kami? Lalu aku melihat bingkai foto kecil kolase tergeletak di desktop di sebelah minumanku dan kekhawatiranku memudar. Bingkai ini sangat mirip dengan yang sudah ada di mejaku, tapi yang satu ini menyimpan tiga foto Gideon dan aku bersama-sama. "Aku ingin kau membawa ini ke tempat kerja," katanya pelan "Terima kasih." Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, aku bahagia. Aku memeluk bingkai ke dadaku dengan satu tangan, dan mengambil gelasku dengan yang lain. Matanya berkilat saat ia melihatku mengambil kursi. "Kau menanyakan padaku sepanjang hari tentang fotomu di mejaku. Kupikir itu adil bahwa kau sama-sama mengingatkanku. Mengingat kita." Aku menghela napas terburu-buru, detak jantungku tidak cukup stabil. "Aku tidak pernah
203
www.read-blogger.nlogspot.com
melupakanmu atau kita." "Aku tidak akan membiarkanmu jika kau ingin mencoba melupakannya." Gideon meneguk minuman, tenggorokannya bekerja untuk menelan. "Kupikir aku sudah tahu di mana kita membuat kesalahan langkah pertama kita, salah satu yang menyebabkan semuanya tersandung sejak kita bersama." “Oh?” "Minumlah Armagnac-mu dulu, angel. Kurasa kau akan membutuhkannya." Aku meneguk minuman dengan hati-hati, merasakan terbakar sesaat, diikuti dengan kesadaran bahwa aku menyukai rasanya. Aku meminum lebih banyak. Menggulirkan gelasnya dia antara kedua telapak tangannya, Gideon mengambil minuman lagi dan menatapku serius. "Katakan yang mana yang lebih panas, Eva: seks di limo ketika kau yang memimpin atau seks di hotel ketika aku yang memimpin?" "Oh?" Aku bergeser gelisah, tak yakin di mana arah percakapan ini. "Kupikir kau menikmati apa yang terjadi di limo. Saat itu terjadi, maksudku. Jelas tidak sesudahnya." "Aku menyukainya," katanya dengan keyakinan yang tenang. "Citramu dalam gaun merah itu, mengerang dan memberitahuku begitu nikmat penisku rasanya dalam dirimu, akan menghantuiku selama aku hidup. Jika kau ingin berada diatasku lagi di masa depan, aku pasti mau." Perutku menegang. Otot-otot di bahuku mulai tersimpul. "Gideon, aku mulai sedikit panik. Semua pembicaraan mengenai safewords dan berada di atas...rasanya seperti percakapan ini menuju suatu tempat yang aku tidak bisa pergi." "Kau berpikir bondage dan rasa sakit. Aku sedang berbicara tentang pertukaran kekuasaan dalam seks konsensual." Gideon mengamatiku dengan saksama. "Apakah kau ingin brandy lagi? Kau sangat pucat." "Kau pikir begitu?" Aku meletakkan gelas yang sudah kosong ke bawah. "Kedengarannya seperti kau bilang kau seorang Dominan." "Angel, kau sudah tahu itu." Mulutnya melengkung dalam senyuman lembut seksi. "Apa yang ingin aku katakan padamu adalah bahwa kau seorang Submisif." ***
204
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 17
Aku mendorong kakiku dengan terburu-buru. "Jangan," ia memperingatkan dengan suara mirip dengungan yang suram. "Kau tak boleh lari. Kita belum selesai." "Kau tak tahu apa yang kau bicarakan." Seakan berada di bawah ibu jari orang lain kehilangan hak ku untuk mengatakan tidak - tidak akan pernah terjadi lagi. "Kau tahu apa yang telah aku lalui. Aku perlu kontrol sebanyak dirimu." "Duduklah, Eva." Aku berdiri diatas kakiku, hanya untuk membuktikan maksudku. Senyumnya melebar dan didalam diriku meleleh. "Apa kau tahu bagaimana aku tergila-gila padamu?” Dia bergumam. "Kau memang gila, jika kau berpikir aku harus siap jika diperintah dalam segala hal, terutama masalah seksual." "Ayolah, Eva. Kau tahu aku tak ingin memukulmu, menghukummu, menyakitimu, merendahkanmu, atau memerintahkanmu seperti hewan peliharaan. Itu tidak dibutuhkan oleh salah satu dari kita." Sambil menegakkan duduknya, Gideon mencondongkan tubuhnya kedepan dan menempatkan sikunya diatas meja. "Kau yang paling penting dalam hidupku. Aku menghargaimu. Aku ingin melindungimu dan membuatmu merasa aman. Itulah mengapa kita harus bicara tentang hal ini." Ya Tuhan. Bagaimana dia bisa begitu tampan dan sangat gila pada saat yang sama? "Aku tidak mau didominasi!" "Yang kau butuhkan adalah seseorang untuk di percaya – Bukan itu maksudku. Tutup mulutmu, Eva. Kamu harus menunggu sampai aku menyelesaikan kata-kataku." Protesku menyembur menjadi keheningan. "Kau memintaku untuk membiasakan diri dengan tubuhmu seperti tindakan yang tadinya menyakiti dan menerormu. Aku tidak bisa memberitahumu apa artinya kepercayaanmu kepadaku atau apa yang akan terjadi padaku jika aku melanggar kepercayaan itu. Aku tak mau mengambil risiko itu,Eva. Kita harus melakukan ini dengan benar." Aku menyilangkan lenganku. "Kurasa aku lebih bodoh daripada batu. Kupikir kehidupan seks kita benar-benar hebat." Meletakkan gelasnya dimeja, Gideon meneruskan kata-katanya seakan-akan aku tidak bicara. "Kau memintaku untuk memenuhi kebutuhanmu hari ini dan aku setuju. Sekarang kita perlu" "Jika aku bukan yang kau inginkan, katakan saja!" aku menaruh bingkai foto dan gelasku
205
www.read-blogger.nlogspot.com
sebelum aku melakukan sesuatu dengan itu yang nantinya akan membuatku menyesal. "Jangan coba-coba dan cukup itu dengan-" Dia mengitari meja dan berjalan kearahku sebelum aku terbentur dibelakangku lebih dari dua langkah. Mulutnya mengunci mulutku, tangannya mengurung diriku. Saat ia melakukan ini terlebih dahulu ia membawaku ke dinding dan menahanku disana, tangannya mencengkeram pergelangan tanganku dan mengangkatnya jauh ketas kepalaku. Terperangkap, aku tak bisa berbuat apa-apa saat ia menekuk lututnya dan mengusap pangkal pahakuku dengan miliknya yang panjang dan mengeras itu. Sekali, dua kali. Kain sutra menempel dan digosok-gosokkan ke klitoris-ku yang membengkak. Giginya mengigit menutupi putingku mengirimkan perasaan menggelenyar melalui diriku, sementara aroma kehangatan kulit bersihnya membuatku mabuk. Dengan terengah-engah, aku merosot ke dalam pelukannya. "Lihat betapa mudahnya kamu menyerah saat aku mengambil alih?" Bibirnya mengikuti lengkungan alisku. "Dan rasanya nikmat kan? Benar benar nikmat." "Itu tidak adil." Aku menatap ke arahnya. Bagaimana mungkin dia mengharapkan aku untuk meresponnya dengan cara yang berbeda? Sama terganggu dan bingungnya seperti diriku, aku tak berdaya karena dirinya. "Tentu saja. Itu juga benar." Tatapanku menjelajahi diatas kemilaunya bulu tengkuk dari rambutnya yang seperti tinta dan pahatan garis wajahnya yang tiada tara. Kerinduan yang kurasakan begitu pedih, terasa menyakitkan. Kerusakan yang tersembunyi di dalam dirinya hanya membuatku semakin mencintainya. Ada saat-saat ketika aku merasakan seperti menemukan bagian lain dari diriku di dalam dirinya. "Aku tak bisa mencegahnya ketika kau membuatku bergairah," gumamku, "Tubuhku secara fisiologis langsung melembut dan rileks, sehingga kau dapat mendorong milikmu yang besar itu ke dalam diriku." "Eva. Mari kita jujur. Kau pasti menginginkan aku memiliki total kontrol. Sangat penting untukmu dan kau bisa percaya padaku untuk menangani dirimu. Tidak ada yang salah dengan itu. Kebalikannya denganku - Aku ingin kau percaya padaku untuk menyerahkan kontrol itu." Aku tidak bisa berpikir saat ia menempel padaku, tubuhku terasa sakit saat menyadari setiap inci bagian tubuhnya yang mengeras itu. "Aku bukan submisif." "Kau bersamaku. Jika kau melihat ke belakang, kau akan melihat bagaimana kau selalu menyerah padaku selama ini." "Kau hebat di atas ranjang! Dan memiliki pengalaman yang lebih. Tentu saja aku membiarkanmu melakukan apa yang ingin kau lakukan padaku.” Aku menggigit bibir bawahku untuk menghentikan rasa gemetaran. "Aku minta maaf aku belum bisa menyenangkanmu."
206
www.read-blogger.nlogspot.com
"Omong kosong, Eva. Kau tahu betapa aku menikmati saat-saat bercinta denganmu. Jika aku bisa menjauh dari itu, aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kita tidak bicara tentang permainan untuk membuat aku orgasme." "Lalu kita membicarakan tentang aku yang menginginkan orgasme? Inikah inti dari semuanya?" "Ya. Kupikir begitu." Dia mengerutkan kening. "Kau sedang marah. Sialan - Aku tidak bermaksud seperti itu. Kupikir dengan pembicaraan ini bisa menyelesaikan masalah kita." "Gideon." Mataku seperti tersengat, kemudian dibanjiri dengan air mata. Dia tampak sama terluka dan bingungnya seperti yang aku rasakan. "Kau menghancurkan hatiku." Melepaskan pergelangan tanganku, dia melangkah mundur dan menarikku ke dalam pelukannya, membawaku keluar dari ruang kerjanya dan menyusuri lorong menuju pintu yang tertutup. "Putar handle pintunya," katanya pelan. Kami memasuki ruang yang diterangi oleh cahaya lilin, masih sedikit bau cat baru. Untuk sesaat aku merasa bingung, tidak dapat memahami bagaimana kami seakan-akan melangkah keluar dari apartemen Gideon dan masuk ke dalam kamar tidurku. "Aku tidak mengerti." Satu pernyataan yang benar-benar salah, tapi otakku masih berusaha untuk melewati perasaan seperti teleportasi yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. "Kau ... menyuruhku disini untuk tinggal bersamamu?" "Tidak juga." Dia mendudukan aku, tapi lengannya tetap melingkariku. "Aku mebuatkan kau kamar yang sama berdasarkan foto yang kuambil saat kau sedang tidur." "Kenapa?" Apa artinya ini? Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu? Apakah ini semua untuk mencegah aku menyaksikan mimpi buruknya? Pikiran itu menghancurkan hatiku lebih lanjut. Aku merasa sepertinya Gideon dan aku saling menyimpang terlalu jauh pada saat ini. Tangannya menyisir rambut basahku, yang bisa meningkatkan kegelisahanku. Aku merasa seperti terpukul seandainya aku jauh dari sentuhannya dan menempatkan minimal jarak ruang diantara kami. Mungkin hanya dua kamar. "Jika kau merasa perlu melarikan diri," katanya lembut, "kau bisa masuk ke sini dan menutup pintu. Aku berjanji tidak akan mengganggumu sampai kau bersedia. Dengan cara ini, kau memiliki tempat aman dan aku tahu bahwa kau tidak meninggalkan aku." Sejuta pertanyaan dan spekulasi bergelora melalui pikiranku, tapi satu hal yang mencuat keluar, "Apa kita masih akan berbagi tempat tidur ketika kita sedang tidur?" "Setiap malam." Bibir Gideon menyentuh dahiku. "Bagaimana bisa kau berpikir jika kita tidak tidur bersama? Bicaralah padaku, Eva. Apa yang ada di dalam kepala cantikmu?" "Apa yang ada di dalam kepalaku?" bentakku. "Apa yang ada di hati sialanmu? Apa yang
207
www.read-blogger.nlogspot.com
terjadi padamu selama empat hari saat kita putus?" Rahangnya menegang. "Kita tidak pernah putus, Eva." Telepon berdering di ruangan lain. Aku mengumpat dalam hati. Aku ingin kami bicara dan aku ingin dia pergi menjauh pada saat yang bersamaan. Dia meremas bahuku, dan kemudian melepaskan aku lalu pergi. "Itu makan malam kita." Aku tidak mengikutinya ketika ia meninggalkanku, perasaanku terlalu gelisah untuk makan. Sebaliknya, aku merangkak ke tempat tidur yang sama persis dengan kepunyaanku dirumah dan meringkuk di bantal, menutup mataku. Aku tidak mendengar Gideon datang kembali, tapi aku bisa merasakan kehadirannya saat ia datang dan berhenti di tepi tempat tidur. "Tolong jangan membuat aku makan sendirian," katanya di belakang tubuhku yang kaku. "Kenapa kau tidak memintaku untuk makan denganmu?" Dia menghela napas, kemudian meluncur diatas tempat tidur untuk memelukku dari belakang. Kehangatan yang menyenangkan, mengusir rasa dingin yang membuat kulitku jadi merinding. Dia tidak mengatakan apapun untuk beberapa lama, hanya memberiku kenyamanan dengan mendekatkan dirinya. Atau mungkin ia mengambil kenyamanan dalam diriku. "Eva." Jari-jarinya membelai sepanjang lengan pakaian sutraku. "Aku tidak bisa bertahan jika kau tidak bahagia. Bicaralah padaku." "Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Kupikir kita akhirnya bisa sampai ke satu titik di mana sesuatu akan menjadi lancar diantara kita." Aku memeluk bantal semakin erat. "Jangan menegang, Eva. Rasanya menyakitkan saat kau menarik diri dariku." Aku merasa dia seperti mendorongku menjauh. Berputar, aku mendorong merebahkan tubuhnya, kemudian aku menduduki dia, jubahku tersingkap saat aku mengangkangi pinggulnya. Aku menjalankan telapak tanganku di atas dadanya yang kuat dan meraup dada kecokelatan itu dengan kukuku. Menggerak-gerakkan pinggulku diatasnya, mengusap pangkal pahaku yang telanjang diatas kemaluannya. Melalui sutra tipis celananya, aku bisa merasakan setiap gundukan dan uratnya yang membesar. Dari cara matanya semakin gelap dan bentuk bibirnya yang terpisah dengan napas semakin cepat, aku tahu dia bisa merasakan milikku yang panas dan lembab juga. "Apa ini begitu buruk bagimu?" Tanyaku, sambil menggoyangkan pinggulku. "Apakah saat kau berbaring disitu, kau berpikir tak bisa memberi apa yang kuinginkan karena aku yang berkuasa?" Gideon meletakkan tangannya diatas pahaku. Bahkan sentuhan sepele itu terasa mendominasi. Aku merasa gelisah dan lebih fokus, tak lama kemudian tiba-tiba ada yang membuatku jadi
208
www.read-blogger.nlogspot.com
mengerti - dia tak lagi mengekang kekuatan kehendaknya lagi. Kekuatan yang luar biasa dalam dirinya sekarang diarahkan padaku seperti semburan panas. "Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya," katanya parau. "Aku akan mengambilmu namun aku juga bisa mendapatkanmu." "Terserah. Jangan kira aku tidak tahu kau sangat menyenangkan dari bawah." Mulutnya melengkung dengan geli tanpa menyesal. Meluncur ke bawah, aku menggoda lingkaran datar putingnya dengan ujung lidahku. Aku menyelimuti dia seperti ia melakukan padaku seperti sebelumnya, meregangkan tubuhku diatas pinggul dan kakinya, tanganku menyelip ke bawah pantatnya yang indah untuk meremasnya dengan kuat dan menahan kekerasannya terhadap diriku. Miliknya panjang dan besar menempel diperutku, memperbaharui gairahku yang dahsyat terhadap dirinya. "Apakah kau akan menghukumku dengan kenikmatan?" Katanya pelan. "Karena kau bisa. Kau bisa membuatku berlutut, Eva." Dahiku turun ke dadanya dan udara meninggalkan paru-paruku terdengar lebih cepat. "Aku menginginkannya." "Tolong jangan terlalu cemas. Kita akan melewati ini bersama dengan yang lainnya." "Kata-katamu sangat meyakinkan tapi kau memang benar." Tatapanku menyempit. "Kau mencoba untuk membuktikan suatu hal." "Dan kau mungkin bisa membuktikannya." Gideon menjilati bibir bawahnya dan seks-ku mengepal diam-diam membutuhkan. Dikedalaman matanya terlihat emosi yang cemerlang. Apapun yang terjadi dalam hubungan kami, tidak ada keraguan bahwa kita benar-benar sudah terbelit satu sama lain. Dan aku hendak mendemostrasikan itu di tubuhnya. Leher Gideon melengkung saat mulutku bergerak diatas seluruh tubuhnya. "Oh, Eva." "Duniamu akan segera terguncang, Mr. Cross." Ya. Aku akan memastikan hal itu. *** Perasaan konyol atas kemenangan seorang wanita, aku duduk di meja makan Gideon dan mengingatnya saat dia baru saja - basah dengan keringat sambil terengah-engah, memaki saat aku pelan-pelan menikmati tubuhnya yang terasa nikmat.
209
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia menelan sepotong steaknya, dan terus menjaga kesopanannya yang begitu panas dari tempat yang hangat, dan berkata dengan tenang, "Kau tak pernah puas." "Well, duh. Kau tampan, seksi, dan milikmu juga sangat besar." "Aku senang kau menyetujui. Aku juga sangat kaya." Aku melambaikan satu tangan dengan sembarangan, menunjuk ke seluruh apartemennya yang berharga lima puluh juta dolar. "Siapa yang peduli tentang hal itu?" "Well, sebenarnya aku yang peduli." Mulutnya melengkung. Aku menusukkan garpuku ke dalam kentang goreng Jerman, berpikir bahwa makanan Peter Luger hampir sama nikmatnya dengan seks. "Aku tertarik uangmu hanya jika itu artinya kau berhenti bekerja untuk duduk santai sambil telanjang sebagai budak seks-ku." "Aku mampu, secara finansial, ya. Tapi kau akan bosan dan mencampakkan aku, lalu dimana lagi aku akan bertahan?" Tatapannya hangat dan geli. "Menurutmu kau telah membuktikan dari sudut pandangmu, kan?" Aku mengunyah, kemudian berkata, "Haruskah aku membuktikannya lagi?" "Kenyataan bahwa kau masih cukup terangsang untuk ingin membuktikan maksudku." "Hmm." Aku minum anggurku. "Apakah kau merencanakannya?" Dia menghujamku dengan satu tatapan dan santai mengunyah potongan lain dari steak yang paling lunak yang pernah aku makan. Gelisah dan cemas, aku mengambil napas dalam-dalam dan bertanya, "Maukah kau memberitahuku jika kehidupan seks kita tidak memuaskanmu?" "Jangan konyol, Eva." Apa lagi ya yang bisa mendorongnya untuk membawa pembicaraan ini menjadi terbuka setelah empat hari perpisahan kita? "Aku yakin itu tak akan berhasil karena aku bukan typemu yang biasanya kau ajak. Dan kita belum pernah menggunakan salah satu dari mainan yang kau punyai di hotel itu-" "Berhentilah bicara." "Maaf?" Gideon meletakkan peralatan makan ke piring. "Aku tidak akan mendengarkan kau mengoyak harga dirimu." "Apa? Kau satu-satunya orang yang boleh mengatakan hal ini?" "Kau bisa memulai pertengkaran denganku, Eva, tapi itu tak akan membuatmu mendapatkan seks dariku."
210
www.read-blogger.nlogspot.com
"Siapa bilang-" Aku jadi terdiam ketika dia melotot padaku. Dia benar. Aku masih menginginkan dia. Aku menginginkan dia di atasku, secara eksplosif penuh gairah, benarbenar mengendalikan kami berdua kenikmatanku dan dirinya. Mendorong menjauh dari meja, ia berkata singkat, "Tunggu di sini." Ketika ia kembali beberapa saat kemudian, ia meletakkan sebuah kotak kulit cincin warna hitam di samping piringku dan kembali duduk dikursinya. Pemandangan itu seakan memukulku seperti sebuah pukulan fisik. Untuk pertama kalinya rasa takut melanda diriku, rasanya sedingin es. Diikuti dengan cepat kerinduan oleh semburan api. Tanganku gemetar di pangkuanku. Aku menggenggam jariku bersama-sama dan menyadari seluruh tubuhku gemetar. Rasanya seperti kosong, aku mengangkat pandanganku ke wajah Gideon. Merasakan ujung jarinya menyentuh pipiku sangat menenangkan kecemasan yang bergetar didalam diriku, menyisakan kerinduan yang mendalam. "Ini bukan cincin yang seperti itu," gumamnya lembut. "Belum saatnya. Kau belum siap." Sesuatu dalam diriku mulai meredup. Kemudian perasaan lega membanjiri diriku. Itu terlalu cepat. Tak satupun dari kami siap. Tapi jika aku pernah berpikir seberapa dalam aku merasakan jatuh cinta pada Gideon, sekarang aku tahu. Aku mengangguk. "Buka saja," katanya. Perlahan dengan jari, aku menarik kotak agar lebih dekat menggunakan ibu jari aku membuka tutupnya. "Oh." Berada di dalam kulit hitam dan beludru ada sebuah cincin tidak seperti yang lainnya. Rangkaian seperti tali yang terbuat dari emas, saling terkait berbentuk huruf X yang tertutup berlian. "Pengikat," aku bergumam, "dilindungi oleh banyak tanda silang (=cross)." Gideon Cross. "Tidak juga. Aku melihat tali sebagai wakil dari beberapa tarikan benang halus dari dirimu, bukan ikatan. Tapi ya, simbol banyak X aku merasa terikat padamu. Dengan kukuku, rasanya seperti itu." Dia menghabiskan anggur digelasnya dan mengisi lagi gelas kami berdua. Aku duduk tidak bergerak, tertegun, mencoba untuk mengambil semua termasuk didalamnya. Semua yang ia lakukan pada waktu kami berpisah- foto-foto itu, cincin, Dr. Petersen, membuatkan aku kamar tidur persis punyaku, dan siapa yang terus menguntitku mengatakan bahwa aku tak pernah jauh dari pikirannya, bahkan mungkin tak pernah pergi sama sekali.
211
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau telah mengembalikan kunciku," bisikku, masih mengingat rasa sakitnya. Mengulurkan Tangannya dan menutupi tanganku. "Ada banyak alasan mengapa aku melakukan itu. Kau meninggalkan aku dengan tidak mengenakan apapun selain memakai jubah, Eva, dan tanpa membawa kunci apartemenmu. Aku seakan tidak bisa berdiri memikirkan apa yang bisa saja terjadi jika Cary belum pulang untuk membiarkanmu masuk kedalam." Mengangkat tangannya ke mulutku, aku mencium bagian belakang tangannya, kemudian melepaskannya dan menutup tutup kotak cincin. "Cincinnya sangat indah, Gideon. Terima kasih. Ini berarti sangat banyak bagiku." "Tapi kau tidak akan memakainya." Itu bukan pertanyaan. "Setelah pembicaraan ini, kita masih punya malam ini, ini rasanya seperti sebuah ikatan." Setelah beberapa saat, ia mengangguk. "Kau sama sekali tidak salah." Otakku terasa sakit dan hatiku terluka. Empat malam tidur gelisah rasanya tidak membantu. Aku tak bisa mengerti mengapa dia merasa aku begitu dibutuhkan, meskipun aku merasa seperti itu tentang dia. Ada ribuan wanita single di New York yang bisa menggantikan aku dalam kehidupannya, tetapi hanya ada satu Gideon Cross. "Aku merasa seperti mengecewakanmu, Gideon. Setelah semua yang telah kita bicarakan malam ini ... Aku merasa ini seperti awal yang akan berakhir." Mendorong kursinya kebelakang, ia miring ke arahku dan menyentuh pipiku. "Ini bukan seperti itu." "Kapan kita akan bertemu dengan Dr. Petersen?" "Aku akan pergi sendiri pada hari Selasa. Setelah kau bicara dengannya dan menyetujui untuk konseling sebagai pasangan, kita bisa pergi bersama-sama pada hari Kamis." "Dua jam dalam seminggu, setiap minggu. Tidak termasuk perjalanan bolak-baliknya. Sebuah komitmen besar." Aku mengulurkan tangan dan menyentuh rambut belakangnya dengan tanganku dari pipinya. "Terima kasih." Gideon menangkap tanganku dan mencium telapak tanganku. "Ini bukan pengorbanan, Eva." Ia memasuki ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya sebentar sebelum tidur dan aku membawa kotak cincin masuk ke dalam kamar mandi utama. Aku mengamati cincin itu lebih lanjut saat aku menggosok gigi dan menyisir rambut. Ada senandung lembut sebuah kebutuhan di bawah kulitku, satu tingkat terus-menerus dari gairah yang seharusnya tidak mungkin terjadi mengingat banyaknya orgasme yang sudah kumiliki sepanjang hari ini. Itu adalah kebutuhan emosional yang didorong supaya terhubung ke Gideon, untuk menenangkan diriku sendiri bahwa kami baik-baik saja.
212
www.read-blogger.nlogspot.com
Menggenggam kotak cincin di tanganku, aku berjalan menuju sisiku di tempat tidur Gideon dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur. Aku ingin melihatnya pertama kali saat bangun pada pagi hari, setelah tidur nyenyak. Sambil menghela napas, aku membungkus jubah baru indahku menutupi sepanjang kakiku dan merangkak ke tempat tidur. Setelah melemparkan diriku dan berbalik selama beberapa saat, akhirnya aku tertidur. *** Tiba-tiba aku terbangun di tengah malam oleh denyut nadi yang berpacu kencang dan cepat, pernapasanku tersengal-sengal. Merasa bingung, aku berbaring dengan tidak bergerak sebentar, mengumpulkan kesadaranku dan mengingat di mana aku berada. Aku menegang ketika menyadarinya, telingaku berusaha untuk mendengar seandainya Gideon sedang mengalami mimpi buruk yang lain. Aku menemukan dia sedang berbaring tidak bergerak di sampingku, nafasnya berat dan tenang, aku menjadi santai sambil mendesah. Jam berapa akhirnya ia naik ke tempat tidur? Setelah beberapa hari yang lalu kami berpisah, hal ini yang membuatku merasa khawatir karena ia mungkin merasa perlu untuk sendirian. Lalu aku sadar. Aku menjadi bergairah. Begitu menyakitkan. Payudaraku penuh dan mengeras, putingku bergulung dan mengetat. Pusat tubuhku terasa sakit dan pangkal pahaku menjadi basah. Ketika aku berbaring di sana di dalam kegelapan cahaya bulan, aku menyadari bahwa tubuhku sendiri telah membangunkanku dengan tuntutannya. Apakah aku bermimpi sesuatu yang erotis? Atau hanya karena Gideon berbaring di sampingku? Mendorong tubuhku dan bertumpu pada sikuku, aku menatap dia. seprei dan selimut hanya menempel sampai pinggangnya, memperlihatkan bentuk pahatan dadanya dan bisepnya yang telanjang. Lengan kanannya berada di atas kepalanya, menampilkan rambut gelapnya yang jatuh di sekitar wajahnya yang luar biasa tampan. Lengan kirinya tergeletak di antara kami di atas selimut, tangannya mengepal dan membawa bebas jaringan otot tebalnya yang menyebar sampai lengan bawahnya. Bahkan dalam istirahat ia tampak garang dan kuat. Aku menjadi lebih menyadari akan ketegangan dalam diriku, aku merasa tertarik padanya karena tekad akan keinginannya yang diam-diam sangat tangguh. Rasanya tak mungkin kalau ia bisa membutuhkan kepasrahanku sementara dia tidur, namun aku merasakannya seperti itu, merasa seperti ada tali tanpa terlihat diantara kami yang menarikku kearahnya. Denyutan diantara kedua kakiku mulai menngkat, rasanya tak tertahankan lagi dan aku menekan dengan satu tangan kearah denyutan yang menggila itu, berharap rasa nyeri tersebut berkurang. Tekanan itu malah semakin memburuk. Aku tidak bisa tinggal diam. Melempar selimut agar terlepas, aku meluncurkan kakiku turun dari samping kasur dan berpikir untuk mencoba minum segelas susu hangat dengan brendi yang Gideon telah berikan padaku sebelumnya. Tiba-tiba, aku berhenti sejenak, terpaku melihat cahaya bulan yang berkilauan memantul ke kulit dari kotak cincin di atas nakas di sebelah tempat tidur. Aku memikirkan perhiasan yang ada di dalamnya dan hasratku
213
www.read-blogger.nlogspot.com
langsung melonjak. Pada saat ini, memikirkan tentang diikat oleh Gideon telah memenuhiku dengan kerinduan yang memanas. Kau hanya terangsang, aku memarahi diriku sendiri. Salah satu dari gadis-gadis dalam kelompok terapiku pernah mengatakan tentang bagaimana "tuan" nya bisa menggunakan tubuhnya setiap waktu dan dengan cara apapun yang ia inginkan, untuk kesenangannya sendiri. Tidak ada sedikitpun tentang hal itu yang menurutku seksi...sampai aku menempatkan Gideon dalam gambaran seperti itu. Aku suka membuatnya lepas kendali. Aku suka membuat dia datang. Hanya itu. Jemariku mengusap tutup kotak kecil itu. Mengembuskan napas dengan gemetar, aku mengambilnya dan membukanya. Sesaat kemudian aku menyelipkan cincin dingin itu ke jari manis tangan kananku. "Apakah kau suka itu, Eva?" Rasa gemetar bergerak melalui diriku karena mendengar suara Gideon, lebih dalam dan lebih kasar daripada yang pernah aku dengarkan. Dia sudah terjaga, mengawasiku. Berapa lama ia sadar? Apakah dia selalu selaras denganku saat tidur seperti juga aku terhadap dirinya? "Aku menyukainya." Aku mencintaimu. Menempatkan kotak cincin itu ke samping, aku menoleh dan menemukan dia telah duduk. Matanya berkilat dengan cara yang membuatku mustahil untuk lebih terangsang lagi, tapi juga mengirimkan ketakutan yang menggigit seluruh tubuhku. Tatapannya tak tertahankan, seperti tatapan yang benar-benar bisa membuatku jatuh dengan pantatku ketika pertama kali kami bertemu - membara dan posesif, diisi dengan ancaman gelap penuh kenikmatan. Wajah tampannya keras terlihat dalam bayang-bayang, rahangnya menegang saat ia mengangkat tangan kananku ke mulutnya dan mencium cincin yang dia berikan padaku. Aku bergerak untuk berlutut di tempat tidur dan membungkuskan lenganku di lehernya. "Bawa aku. Carte blanche (dengan kekuasaan penuh)." Dia menangkup pantatku dan meremasnya. "Bagaimana rasanya mengatakan itu? " "Hampir sama nikmatnya dengan orgasme yang kau berikan padaku." "Ah, sebuah tantangan." Ujung lidahnya menggoda kerutan bibirku, menggodaku dengan janji ciuman yang sengaja dia tahan. "Gideon!" "Berbaringlah, angel, dan cengkeram bantal dengan kedua tanganmu." Mulutnya melengkung dengan senyuman jahat. "Jangan biarkan terlepas untuk alasan apapun. Mengerti?" Menelan ludah dalam-dalam, aku melakukan seperti yang dia katakan, aku merasa sangat terangsang, kupikir aku akan datang hanya dengan kekejangan tanpa henti karena kebutuhan dari seks-ku.
214
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia menendang selimut turun sampai ke kaki ranjang. "Sebarkan kakimu dan tarik lututmu keatas." Napasku terdengar tertahan saat putingku semakin mengeras, menyebabkan rasa sakit yang mendalam di payudaraku. Ya Tuhan, Gideon tampak panas sekali seperti ini. Aku terengahengah penuh gairah, pikiranku berputar dengan segala kemungkinan. Inti diantara kedua kakiku gemetar dengan keinginan. "Oh, Eva," rayunya, menjalankan jari telunjuknya masuk ke dalam diriku. "Lihatlah bagaimana serakahnya kau untukku. Pekerjaan ini membutuhkan waktu yang penuh untuk menjaga milikmu yang manis dan mungil ini terpuaskan." Sebuah jari keras mendorong masuk ke dalam diriku, memisahkan milikku yang membengkak. Aku mengencang di sekelilingnya, begitu dekat untuk datang, aku bisa merasakannya. Dia menarik jarinya dan mengangkat tangannya ke mulutnya, menjilati rasaku dari jarinya. Pinggulku melengkung tanpa kemauan, tubuhku berusaha menuju arahnya. "Salahmu aku menjadi begitu panas untukmu," Aku terengah-engah. "Kau sibuk dengan pekerjaan selama berhari-hari." "Jadi lebih baik aku menebus waktu yang hilang." Bergeser ke posisi tiarap, ia menempatkan bahunya dibawah pahaku dan melingkari pintu masuk tubuhku yang bergetar dengan ujung lidahnya. Berputar-putar. Mengabaikan clit-ku dan menahan diri memasuki diriku bahkan ketika aku memohon. "Gideon, please." "Shh. aku harus membuatmu siap dulu." "Aku sudah siap. Aku sudah siap sebelum kau bangun." "Kau seharusnya membangunkan aku sebelumnya. Aku akan selalu mengurusimu, Eva. Aku hidup untuk itu." Merintih dalam penderitaan, aku mengguncangkan pinggulku menuju lidahnya yang menggoda itu. Ketika aku sangat basah bukti dari gairahku sendiri, mengeluarkan cairan dengan sendirinya karena ingin merasakan setiap bagian dari dirinya yang bisa aku dapatkan di dalam diriku, dia merangkak mendekatiku dan menetap di antara paha terbukaku, menempatkan lengannya bertumpu di tempat tidur. Dia membalas tatapanku. Bagian tubuhnya, panas membara dan keras seperti batu, berbaring menempel di pangkal pahaku. Aku menginginkannya dia berada didalam diriku lebih daripada aku ingin bernapas. "Sekarang," aku terengah-engah. "Sekarang." Dengan geseran yang sudah terlatih dari pinggulnya, ia menghujam jauh masuk kedalam diriku, mendorongku naik ke tempat tidur. "Ah, ya Tuhan," aku terkesiap, bergetar karena gairah di sekeliling miliknya yang keras dan membesar itu merasuki diriku. Inilah apa yang aku butuhkan sejak kami berbicara di ruang kerja dirumahnya itu, apa yang aku dambakan saat aku menaikinya dan memasukkan dirinya
215
www.read-blogger.nlogspot.com
yang keras seperti baja sebelum makan malam, apa yang aku butuhkan bahkan saat aku mencapai klimaks disekeliling miliknya yang besar dan panjang itu. "Jangan datang," gumamnya di telingaku, menangkup payudaraku dengan tangannya dan menggulung putingku di antara ibu jari dan jari telunjuk miliknya. "Apa?" Aku cukup yakin jika dia hanya mengambil napas dalam-dalam aku akan meledak. "Dan jangan melepaskan bantal." Gideon mulai bergerak dengan irama yang lambat dan bermalas-malasan. "Kau menginginkan itu," gumamnya, mengendus tempat sensitif di bawah telingaku. "Kau suka mencengkeram rambutku dan menggarukkan kukumu ke punggungku. Dan ketika kau sudah dekat untuk datang, kau ingin meremas pantatku dan menarikku lebih dalam. Membuatku begitu keras ketika kau menjadi liar seperti itu, ketika kau menunjukkan betapa kau begitu menyukai bagaimana aku rasanya berada didalam dirimu." "Tidak adil," keluhku, menyadari bahwa dia sengaja memprovokasiku. Suara seraknya begitu sempurna waktunya seirama goyangan tiada henti dari pinggulnya. "Kau sangat menyiksaku." "Sesuatu yang menyenangkan untuk mereka yang menunggu datang." Lidahnya menelusuri daun telingaku, lalu memasukkan lidahnya ke dalamnya pada saat yang sama ia menariknarik putingku. Aku mendorong keatas menuju hujaman dia berikutnya dan hampir aku datang. Gideon mengenal tubuhku dengan baik, tahu semua rahasia dan zona erotisku. Dia dengan ahli mengusapkan miliknya didalam diriku, menggosok berulang-ulang kumpulan saraf lembut yang bergetar dalam kenikmatan. Menggoyang pinggulnya, dia benar-benar mendorong masuk ke dalam diriku, mengeksploitasi titik-titik yang lain. Aku membuat suara penderitaan, terbakar karena dia, sangat bersemangat. Jemariku seperti kram karena genggamanku pada bantal, kepalaku meronta-ronta dengan kebutuhan yang mendorong menuju orgasme. Dia bisa membuatku berada disana hanya dengan menggosok-gosokkan dirinya di dalam diriku, satu-satunya pria yang cukup ahli untuk memberikan aku satu orgasme yang intens. "Jangan datang," ulangnya, suaranya serak. "Tahanlah selama mungkin." "Aku t-tidak bisa. Rasanya terlalu nikmat. Ya Tuhan, Gideon ... " Air mata mengalir keluar dari sudut mataku. "Aku ... rasanya aku tersesat di dalam dirimu." Aku menangis pelan, takut untuk mengatakan kelanjutan huruf L (love) karena terlalu dini dan berisiko mengacaukan ketenangan diantara kami. "Oh, Eva." Dia mengusap pipinya ke wajah lembabku. "Aku pasti telah berharap padamu sangat keras dan begitu sering kau tidak punya pilihan selain menjadikan itu kenyataan." "Tolonglah," aku memohon dengan pelan. "Pelan-pelanlah."
216
www.read-blogger.nlogspot.com
Gideon mengangkat kepalanya untuk menatapku, memilih saat yang tepat untuk menjepit putingku dengan kekuatan bisa menimbulkan sedikit rasa sakit. Otot-otot lembut dalam diriku mengencang begitu keras sehingga hentakan dia berikutnya menyebabkan dia mengerang. "Please," aku memohon lagi, gemetar berusaha mencegah klimaksku yang sudah terbangun. "Aku akan datang jika kau tidak pelan-pelan." Tatapannya panas di wajahku, pinggulnya masih menerjang dengan tempo terukur yang perlahan-lahan mencuri kewarasanku. "Tidakkah kau ingin datang, Eva" dia medengus dengan suara yang bisa memikatku ke neraka dengan senyuman yang memabukkan. "Bukankah itu yang kau usahakan untuk mencapainya sepanjang malam?" Leherku melengkung saat bibirnya melayang melintasi tenggorokanku. "Hanya...ketika kau mengatakan aku bisa," aku terengah. "Hanya ... ketika kau mengatakan boleh." "Angel." Satu tangan pindah ke wajahku, menyapu helaian rambut yang menempel ke kulitku yang berkeringat. Dia menciumku dalam-dalam, penuh kasih sayang, menjilati jauh ke dalam mulutku. Ya... "Ayo datang untukku," bujuk dia, mempercepat kecepatannya. "Ayo, Eva." Seperti di perintah, orgasme melandaku seperti ledakan, mengejutkan sistemku dengan sensasi yang terlalu banyak. Gelombang demi gelombang panas berdenyut bergulung melaluiku, mengkontraksikan diriku dan intiku yang mengencang. Aku berteriak, pertama kalinya dengan suara tak jelas dari kenikmatan yang menyakitkan, kemudian memanggil namanya. Mengucapkan namanya berulang-ulang saat ia menghentakkan miliknya yang indah ke dalam diriku, memperpanjang klimaksku, sebelum mendorongku ke orgasme yang lain. "Sentuhlah aku," sergahnya, saat aku jatuh di bawah dia. "Peluklah aku." Dibebaskan dari perintahnya untuk menggenggam bantal, aku menariknya ke tubuh licinku yang berkeringat dengan tangan dan kaki. Ia menghentak dalam dan keras, berpacu keras menuju klimaksnya. Dia datang dengan geraman, kepalanya mendongak keatas saat ia menyembur kedalam tubuhku selama beberapa menit. Aku memeluknya sampai tubuh kami mendingin dan pernapasan kami normal. Ketika Gideon akhirnya berguling keluar dari diriku, dia tidak menjauh. Dia membungkuskan dirinya di sekitar punggungku dan berbisik, "Sekarang tidur." Aku tak ingat apakah aku tetap terjaga cukup lama untuk menjawabnya. ***
217
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 18
Senin pagi bisa menjadi luar biasa, ketika dimulai dengan Gideon Cross. Kami naik mobil bersama untuk bekerja dengan punggungku bersandar sisinya dan lengannya tersampir di bahuku sehingga jari-jarinya bisa terhubung dengan jariku. Saat ia bermain-main dengan cincin yang dia berikan padaku, aku menjulurkan kakiku dan menatap sepatu hak tinggi berwarna nude klasik yang dibelinya untukku bersama dengan beberapa pakaian untuk dikenakan pada saat aku menginap ditempatnya. Untuk memulai minggu baru ini, aku memutuskan mengenakan gaun selubung hitam bergaris-garis biru dengan sabuk tipis yang mengingatkanku warna matanya. Dia memiliki selera yang bagus, aku harus mengakuinya untuk itu. Kecuali ia mengirimkan salah satu dari wanita berambut coklat "kenalannya" pergi melakukan belanja sesuka hati...? Aku mengesampingkan pikiran tak menyenangkan itu. Ketika aku memeriksa laci yang ia disisihkan untukku di kamar mandinya, aku menemukan semua kosmetik yang biasa aku pakai dan peralatan mandi dengan semua nuansa yang biasa aku gunakan. Aku tidak repot-repot untuk bertanya bagaimana dia tahu, yang mungkin bisa menyebabkanku panik. Sebaliknya, aku memilih untuk melihatnya lebih sebagai bukti perhatiannya. Dia memikirkan segalanya. Peristiwa paling menarik dari pagiku adalah membantu Gideon berpakaian dengan salah satu setelan benar-benar seksi miliknya. Aku mengancingkan kemejanya, ia menjejalkannya ke dalam celananya. Aku mengikatkan celananya, ia menyimpulkan dasinya. Dia memasang rompinya, aku merapikan bahan halus yang dijahit rapi ke atas bajunya yang juga sama bagusnya, kagum menemukan bahwa hal itu bisa sama seksinya memakaikan pakaian pada dirinya seperti juga melepas pakaiannya. Rasanya seperti membungkus hadiah untukku sendiri. Dunia akan melihat keindahan kemasan luarnya, tetapi hanya aku yang tahu orang di dalamnya dan betapa berharganya dia. Senyum intimnya dan suara tertawa seraknya, kelembutan sentuhannya dan keganasan gairahnya semua hanya untukku. Bentley melambung dengan ringan melewati lubang di jalan dan Gideon mengencangkan genggamannya. "Apa rencanamu setelah bekerja?" "Aku harus mulai kelas Krav Maga-ku hari ini." Aku tak bisa menahan kegembiraan keluar dari suaraku. "Ah, itu benar." Bibirnya menyapu pelipisku. "Kau tahu aku harus menontonmu melalui latihan itu. Hanya berpikir tentang hal itu saja membuatku keras." "Bukankah kita sudah sepakat bahwa segala hal bisa membuatmu keras?" Godaku, menyenggol dia dengan sikuku.
218
www.read-blogger.nlogspot.com
“Segala hal tentangmu. Yang untungnya bagi kita, karena kau juga tak pernah puas. Kirim SMS padaku ketika kau sudah selesai dan aku akan menemuimu di tempatmu." Merogoh isi tasku, aku mengeluarkan smartphoneku untuk melihat apakah itu masih memiliki baterai dan melihat pesan dari Cary. Aku membukanya dan menemukan video ditambah teks, Apakah Cross tahu saudara laki-lakinya adalah orang brengsek? Jauhi CV, baby girl *cium* Aku mulai memutar videonya tapi aku butuh satu menit untuk tahu apa yang aku lihat. Ketika pemahaman mulai masuk, aku membeku. "Apa itu?" Tanya Gideon dengan bibirnya di rambutku. Lalu ia menegang di belakangku, yang mengatakan padaku dia melihat dari atas bahuku. Cary telah menfilmkan video di pesta kebun Vidal. Dari pagar setinggi delapan kaki sebagai latar belakang, ia berada di labirin, dan dari daun-daun yang membingkai layar, dia bersembunyi. Bintang pertunjukan itu adalah pasangan dalam pelukan penuh gairah. Wanitanya cantik dengan mata berkaca-kaca, sedangkan si pria menciumnya saat si wanita berkata dengan paniknya dan menghiburnya dengan belain lembut tangannya. Mereka bicara tentangku dan Gideon, bicara tentang bagaimana aku menggunakan tubuhku untuk mendapatkan uang jutaan miliknya. "Jangan khawatir," gumam Christopher ke Magdalene yang bingung. "Kau tahu Gideon cepat bosan." Dia bersikap berbeda dengan dirinya. Aku-aku pikir dia mencintainya." Dia mencium keningnya. "Dia bukan tipenya." Jari-jariku yang telah dikaitkan dengan Gideon mengencang. Seperti yang kami saksikan, sikap Magdalene perlahan-lahan berubah. Dia mulai condong ke sentuhan Christopher, suaranya melunak, mulutnya mencari-cari. Dari sudut pandang penonton, Christopher jelas tahu tubuhnya dengan baik - bagian mana untuk dielus dan di mana untuk menggesek. Ketika dia menanggapi rayuan trampilnya, ia mengangkat gaunnya dan menyetubuhinya. Bahwa ia mengambil keuntungan dari Magdalene itu sudah jelas. Itu adalah tampilan menghina penuh kemenangan di wajahnya saat ia menyetubuhinya sampai Magdalene terkulai lemas. Aku tidak mengenali Christopher di layar. Wajahnya, postur tubuhnya, suaranya ... itu seperti dia adalah orang yang berbeda. Aku bersyukur ketika baterai smartphone-ku mati dan layar tiba-tiba berkedip mati. Gideon membungkuskan lengannya di sekitarku. "Yuck," bisikku, meringkuk dengan hati-hati ke dia jadi riasanku tidak menempel di
219
www.read-blogger.nlogspot.com
kerahnya. "Sangat menyeramkan. Aku merasa kasihan untuk Magdalene." Dia menghela napas kasar. "Itulah Christopher." "Keparat. Kesombongan yang terlihat diwajahnya - Ugh." Aku bergidik. Menekan bibirnya ke rambutku, dia bergumam, "Kupikir Maggie akan aman darinya. Ibu kami sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Aku lupa betapa bencinya dia padaku." "Kenapa?" Aku bertanya-tanya sebentar jika mimpi buruk Gideon berhubungan dengan Christopher, lalu aku mengesampingkan pikiran itu. Tidak mungkin. Gideon lebih tua beberapa tahun dan lebih tangguh. Dia bisa menghajar Christopher. "Dia pikir aku mendapatkan semua perhatian ketika kami masih kecil," kata Gideon letih, "karena semua orang khawatir tentang bagaimana aku menangani bunuh diri ayahku. Jadi dia ingin apa yang jadi milikku. Semuanya yang bisa dia dapatkan dengan tangannya." Aku berbalik ke arah dia, mendorong lenganku ke bawah jaketnya untuk membuat dia lebih dekat. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku terluka untuknya. Rumah keluarganya adalah tempat yang katanya menghantui mimpi buruknya dan dia sangat jauh dari keluarganya. Dia tidak pernah dicintai. Itu sangat sederhana tapi juga sangat rumit. "Gideon?" "Hmm?" Aku berbalik menatapnya. Menggapai ke depan, aku menelusuri lengkungan tajam alisnya. "Aku mencintaimu." Sebuah getaran keras mengalir melalui tubuhnya, satu getaran yang cukup keras hingga mengguncangku juga. "Aku tak bermaksud membuatmu panik," aku meyakinkannya dengan cepat, memalingkan wajahku untuk memberinya sedikit privasi. "Kau tak perlu melakukan apapun tentang hal itu. Aku hanya tak ingin satu menit berlalu pergi tanpa kau mengetahui bagaimana perasaanku. Kau bisa menyimpannya dengan aman sekarang." Salah satu tangannya mencengkeram tengkukku, tangan yang lain mencengkeram hampir menyakitkan di pinggangku. Gideon memegangku di sana, tidak bergerak, terkunci pada dirinya seolah-olah aku akan pergi meninggalkannya. Napasnya kasar, detak jantungnya berdegup kencang. Dia tak mengatakan apapun selama sisa perjalanan menuju tempat kerja, tapi ia juga tidak melepaskanku. Aku berencana mengatakan lagi padanya suatu hari nanti, tapi sejauh saat pertama kali kami
220
www.read-blogger.nlogspot.com
bersama, aku pikir kami berdua melakukannya dengan baik. *** Pukul sepuluh tepat, aku mendapat dua lusin mawar merah bertangkai panjang dikirim ke kantor Gideon dengan catatan: Dalam perayaan gaun-gaun merah dan perjalanan dengan limo. Sepuluh menit kemudian, aku menerima sebuah amplop antar kantor dengan kartu catatan yang bertuliskan: Mari kita lakukan itu lagi. Segera. Pada pukul sebelas, aku punya karangan bunga calla lily berwarna hitam dan putih dikirim ke kantornya dengan catatan: Untuk menghormati gaun pesta kebun hitam & putih dan diseret ke perpustakaan ... Sepuluh menit kemudian, aku menerima jawabannya: Aku akan menyeretmu ke lantai dalam satu menit ... Pada siang hari, aku pergi berbelanja. Berbelanja cincin. Aku mengunjungi enam toko yang berbeda sebelum aku menemukan sebuah cincin yang menurutku benar-benar sempurna. Terbuat dari platina terukir dan bertatahkan berlian hitam, itu adalah sebuah cincin yang tampak industrial yang membuatku berpikir tentang kekuasaan dan bondage. Itu adalah cincin untuk dominan, sangat gagah dan maskulin. Aku harus membuka rekening tagihan baru dengan toko itu untuk menutupi biayanya yang mahal, tapi aku menganggap bulanbulan pembayaran di depanku layak untuk ini. Aku menelepon kantor Gideon dan berbicara dengan Scott, yang membantuku mengatur jatah waktu lima belas menit di hari Gideon yang padat untukku mampir. "Terima kasih banyak atas bantuanmu, Scott." "Sama-sama. Aku sudah menikmati menonton dia menerima bunga darimu hari ini. Kurasa aku belum pernah melihatnya tersenyum seperti itu." Sebuah aliaran hangat cinta mengalir melaluiku. Aku ingin membuat Gideon bahagia. Seperti yang dia katakan, aku hidup untuk itu. Aku kembali bekerja dengan tersenyum-senyum sendiri. Pukul dua siang, aku mendapat karangan bunga tiger lily disampaikan ke kantor Gideon diikuti dengan catatan pribadi yang dikirim melalui amplop antar kantor: Rasa syukur untuk semua seks liar kita. Balasannya: Tinggalkan Krav Maga. Aku yang akan memberikanmu olah raga.
221
www.read-blogger.nlogspot.com
Ketika jam tiga empat puluh mendekat - lima menit sebelum janjiku dengan Gideon - aku menjadi gugup. Aku berdiri dari kursiku dengan kaki gemetar dan mondar-mandir di lift di jalan sampai ke lantainya. Sekarang waktunya telah datang untuk memberinya hadiah, aku khawatir bahwa mungkin dia tidak suka cincin ... lagipula, dia tidak mengenakan satupun. Apakah aku terlalu lancang dan posesif ingin dia memakainya hanya karena aku juga memakainya? Resepsionis berambut merah tidak memberiku kesulitan untuk masuk dan ketika Scott melihatku muncul dari lorong, ia berdiri dari mejanya dan menyapaku dengan senyum lebar. Ketika aku melangkah ke kantor Gideon, Scott menutup pintu di belakangku. Aku segera dihantam oleh aroma indah bunga-bunga dan bagaimnana bunga-bunga itu menghangatkan kantor modern yang dingin ini. Gideon mendongak dari monitornya, mengangkat alisnya ketika ia melihatku. Dia dengan lancar berdiri. "Eva. Apakah ada yang salah?" Aku melihat dia berubah dari profesional menjadi personal, tatapannya melembut saat ia menatapku. "Tidak Hanya saja..." Aku mengambil napas dalam-dalam dan pergi kepadanya. "Aku punya sesuatu untukmu." "Lagi? Apakah aku lupa sebuah acara khusus?" Aku meletakkan kotak cincin turun di tengah-tengah mejanya. Lalu aku berbalik, merasa mual. Aku serius meragukan pertimbangan hadiah tidak sabarku. Sepertinya ide itu kelihatan bodoh sekarang. Apa yang bisa aku katakan untuk membebaskannya dari rasa bersalah karena tidak menginginkan itu? Seolah-olah itu tidaklah cukup buruk saat aku menjatuhkan bom "L" pada hari ini juga, lalu di ikuti dengan sebuah cincin sialan. Dia mungkin merasakan beban bola dan rantai, menyeretnya saat dia berlari. Dan jeratnya mengencangAku mendengar kotak cincin terbuka dan tarikan nafas tajam Gideon. "Eva." Suaranya gelap dan berbahaya. Aku berbalik hati-hati, mengernyit pada ketegangan fiturnya dan kedinginan dari tatapannya. Buku tangannya memutih pada kotaknya. "Terlalu banyak?" Tanyaku dengan suara serak. "Ya." Dia meletakkan kotaknya dan mengelilingi meja. "Terlalu banyak. Aku tidak bisa duduk diam, aku tak bisa berkonsentrasi. Aku tak bisa membuatmu keluar dari kepalaku. Aku benar-benar gelisah, dan aku tak pernah mengalaminya ketika aku di tempat kerja. Aku terlalu sibuk. Tapi kau membuatku terkepung." Aku tahu betul bagaimana begitu menuntutnya pekerjaannya, namun aku tak menjadikan itu pertimbangan ketika muncul ide untuk mengejutkannya - lagi dan lagi - menghantamku. "Maafkan aku, Gideon. Aku tidak berpikir."
222
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia mendekati dengan langkah seksi yang mengisyaratkan betapa hebatnya dia dalam hubungan seks. "Jangan menyesal. Hari ini telah menjadi hari terbaik dalam hidupku." "Sungguh?" Aku melihat dia menyelipkan cincin ke jari manis kanannya. "Aku ingin menyenangkanmu. Apakah tepat? Aku sudah mengira..." "Ini sempurna. Kau sempurna." Gideon menangkap tanganku dan mencium cincinku, kemudian melihat saat aku mengulangi gerakan yang sama terhadap cincinnya. "Apa yang kau membuatku merasa, Eva ... itu menyakitkan." Denyut nadiku melonjak. "Apakah itu buruk?" "Ini luar biasa." Dia menangkupkan wajahku, cincinnya terasa dingin dipipiku. Dia menciumku penuh gairah, bibirnya menuntut bibirku, menyodorkan lidahnya dengan keterampilan nakal ke dalam mulutku. Aku ingin lebih, tapi menahan diri, berpikir bahwa aku sudah terlalu cukup berlebihan untuk satu hari. Ditambah, ia telah terlalu teralihkan oleh kedatangan tak terdugaku untuk memburamkan dinding kaca untuk member kami privasi. "Katakan lagi apa yang kau katakan tadi di dalam mobil." bisiknya. "Hmm ... Aku tak tahu." Aku menyapukan tanganku yang bebas di rompinya. Aku takut untuk mengatakan lagi bahwa aku mencintainya. Dia sulit menerimanya saat pertama kali, dan aku tak yakin ia sepenuhnya paham apa artinya itu bagi kita. Baginya. "Kau tampan sekali sampai tidak masuk akal, kau tahu. Itu adalah kejutan yang tak terduga setiap kali aku melihatmu. lagipula ... Aku tak ingin mengambil risiko menakut-nakutimu sampai pergi." Condong ke arahku, ia menyentuh dahinya ke dahiku. "Kau menyesali apa yang kau ucapkan, kan? Semua bunga, cincin-" "Apakah kau benar-benar menyukainya?" Tanyaku cemas, menarik diri kembali untuk mempelajari wajahnya dan melihat apakah menutupi kebenaran. "Aku tak ingin kau memakainya untukku jika kau membencinya." Jari-jarinya menelusuri dauni telingaku. "Ini sempurna. Ini adalah cara kau melihatku. Aku bangga memakainya." Aku suka ia mendapatkannya. Tentu saja, itu karena dia mendapatkanku. "Jika kau mencoba untuk memperlunak goncangan dengan menarik kembali kata-katamu-" ia mulai, tatapannya mengkhianati kecemasannya yang mengejutkan.
223
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku tak bisa tahan dengan permohonan lembut di matanya. "Aku bersungguh-sungguh pada setiap kata-kataku, Gideon." "Aku akan membuatmu mengatakannya lagi," ancamnya dalam bisikan menggoda. "Kau akan meneriakkannya saat aku sudah selesai denganmu." Aku nyengir dan mundur. "Kembali bekerja, iblis." "Aku akan memberimu tumpangan pulang jam lima nanti." Dia melihatku bergerak ke pintu. "Aku ingin vaginamu telanjang dan basah ketika kau ada ke mobil. Jika kau menyentuh dirimu sendiri untuk mencapainya, jangan sampai membuat dirimu datang atau akan ada konsekuensi." Konsekuensi. Sebuah getaran kecil melaluiku, tapi itu membawa tingkat ketakutan yang masih bisa aku tangani. Aku percaya Gideon mengetahui seberapa jauh untuk mendorongku. "Apakah kau akan keras dan siap?" Sebuah senyum kecut memutar bibirnya. "Kapan aku tidak keras saat bersamamu? Terima kasih untuk hari ini, Eva. Setiap menitnya." Aku meniupkan ciuman dan menyaksikan matanya menggelap. Bayangan wajahnya tetap ada bersamaku sepanjang sisa hariku. *** Itu pukul enam sore sebelum aku berhasil kembali ke apartemenku dalam keadaan kusut dan kacau karena puas bercinta. Aku tahu apa yang aku akan alami ketika aku menemukan limusin Gideon di pinggir jalan setelah bekerja, bukan Bentley. Dia nyaris menangkapku saat aku naik ke bagian belakang, kemudian melanjutkan untuk menunjukkan keterampilan fenomenal oralnya sebelum bercinta denganku di kursi dengan antusiasme yang kuat. Aku bersyukur bahwa aku menjaga kesehatan tubuhku. Jika tidak, nafsu seksual tak terpuaskan Gideon dikombinasikan dengan staminanya yang tampaknya tak berujung mungkin telah membuatku kelelahan sekarang. Bukan berarti aku mengeluh. Hanya sebuah pengamatan. Clancy sudah menungguku di lobi gedung apartemenku ketika aku bergegas masuk. Jika ia mengamati gaunku yang kusut, pipi memerah, dan rambut berantakan, dia tidak menunjukkan itu. Aku bersalin pakaian dengan cepat di lantai atas dan kami berangkat ke studio Parker. Aku berharap orientasi akan mulai dengan mudah karena kakiku masih seperti jeli dari dua orgasme yang mengeritingkan jari kakiku. Pada saat kami tiba di gudang yang sudah dikonversi di Brooklyn, aku sangat senang dan siap untuk belajar. Sekitar selusin siswa terlibat dalam berbagai latihan dengan Parker mengawasi dan memberikan semangat dari tepi matras. Ketika dia melihatku, dia datang dan mengarahkanku ke sudut jauh dari daerah area sparring di mana kami bisa latihan satu lawan satu.
224
www.read-blogger.nlogspot.com
"Jadi...bagaimana kabarmu?" Tanyaku, untuk memecahkan keteganganku sendiri. Dia tersenyum, memamerkan wajah yang sangat menarik dan menawan. "Gugup?" "Sedikit." "Kita akan memfokuskan pada kekuatan fisik dan stamina, serta kesiap siagaanmu. Aku juga akan memulai melatihmu untuk tidak membeku atau ragu-ragu dalam konfrontasi yang tak terduga." Sebelum kita mulai, kupikir aku punya kekuatan fisik dan stamina yang cukup baik, tapi aku belajar keduanya bisa lebih baik. Kami mulai dengan pengenalan singkat peralatan dan tata letak ruang, dan kemudian pindah ke penjelasan pada posisi stan pertarungan yang netral/pasif. Kami melakukan pemanasan dengan senam berat badan dasar, kemudian berlanjut ke "tagging" di mana kami mencoba untuk menepuk bahu masing-masing dan lutut sambil berdiri berhadap-hadapan dan memblokir gerakan-gerakan balasan. Parker menakjubkan di tagging, tentu saja, tapi aku mulai menguasainya. Walaupun begitu, sebagian besar waktu dihabiskan dengan mempelajari dasar-dasar dan aku benar-benar serius dalam hal itu. Aku tahu betul bagaimana rasanya dijatuhkan dan pada posisi yang kurang menguntungkan. Jika Parker mencatat betapa berapi-api dasarku, dia tidak mengomentarinya. *** Ketika Gideon muncul di apartemenku saat malam, ia menemukan aku merendam tubuh nyeriku di bak mandiku. Meskipun aku tahu dia segar dari mandi setelah latihan sendiri dengan pelatih pribadinya, ia menelanjangi diri dan meluncur ke dalam bak di belakangku, menggendongku dengan tangan dan kakinya. Aku merintih saat dia membuaiku. "Itu bagus, ya?" Katanya menggoda, menangkap telingaku di giginya. "Siapa yang tahu berguling-guling selama satu jam dengan seorang pria panas bisa begitu melelahkan?" Cary ternyata benar bahwa Krav Maga menyebabkan memar, aku bisa melihat beberapa bayangan sudah muncul di bawah kulitku dan kami bahkan belum sampai pada bagian yang sulit. "Aku mungkin cemburu," gumam Gideon, meremas payudaraku, "jika aku tidak tahu Smith menikah dan punya anak-anak." Aku mendengus pada pengetahuan remeh yang dia tidak seharusnya tahu. "Apakah kau juga tahu ukuran sepatu dan topinya?" "Belum." Dia tertawa pada geraman jengkelku dan aku tak bisa menahan senyum saat mendengar suara langka itu.
225
www.read-blogger.nlogspot.com
Suatu hari nanti kami harus bicara tentang obsesinya dengan pengumpulan informasi, tapi hari ini bukan hari untuk mendapatkan informasi itu. Kami telah berselisih terlalu banyak akhir-akhir ini dan peringatan Cary mengenai memastikan kami mengalami hal-hal menyenangkan sebanyak mungkin selalu hadir dalam pikiranku. Bermain dengan cincin di jari Gideon, aku bercerita tentang percakapanku dengan ayahku pada hari Sabtu dan bagaimana rekannya sesama polisi telah mengejek dia atas gosip tentangku kencan dengan Gideon Cross. Dia menghela napas. "Maafkan aku." Berbalik, aku menghadapi dia. "Ini bukan salahmu kau jadi berita. Kau tidak mencegah menjadi orang yang benar-benar menarik." "Suatu hari," katanya datar, "Aku akan mencari tahu apakah wajahku adalah kutukan atau tidak." "Hmm, kalau pendapatku masuk perhitungan, aku sepertinya lebih menyukai wajah itu." Bibir Gideon berkedut dan dia menyentuh pipiku. "Pendapatmu adalah satu-satunya yang berarti. Dan ayahmu. Aku ingin dia menyukaiku, Eva, bukan mengganggap aku mengekspos putrinya untuk menginvasi privasinya." "Kau akan memenangkan dirinya. Dia hanya ingin aku menjadi aman dan bahagia." Dia tampak santai dan menarikku lebih dekat. "Apakah aku membuatmu bahagia?" "Ya." Aku mengistirahatkan pipiku di jantungnya. "Aku suka berada bersamamu. Ketika kita tidak bersama-sama, aku berharap kita bersama." "Kau bilang kau tidak ingin bertengkar lagi," gumamnya di rambutku. "Ini mengganggu pikiranku. Apakah kau lelah padaku yang mengacaukan segalanya sepanjang waktu?" "Kau tidak mengacaukan segalanya sepanjang waktu. Dan aku membuat kacau, juga. Hubungan itu sulit, Gideon. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki seks hebat seperti yang kita lakukan. Aku menempatkan kita di kolom orang-orang yang beruntung." Dia menangkupkan air di tangannya dan menuangkan ke punggungku, berulang-ulang, menenangkanku dengan kehangatan yang berliku-liku. "Aku tidak benar-benar mengingat ayahku." "Oh?" Aku mencoba untuk tidak tegang dan mengungkapkan keterkejutanku. Atau kegembiraan gelisahku dan kelaparan putus asa-ku untuk belajar lebih banyak tentang dirinya. Dia tak pernah bicara tentang keluarganya sebelum ini. Ini membunuhku untuk tidak mendesaknya dengan pertanyaan, tapi aku tak ingin memaksanya jika ia tidak siap.... Dadanya naik dan turun dengan napas yang dalam. Ada sesuatu dalam suara napasnya yang membuat kepalaku terangkat dan merusak niatku untuk berhati-hati.
226
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku tanganku menelusuri otot dadanya yang keras. "Ingin bicara tentang apa yang kau ingat?" "Hanya...kesan-kesan. Dia jarang berada dirumah. Dia banyak bekerja. Aku kira aku meniru dari dia." "Mungkin gila kerja - apa itu kata yang benar? Suatu kesamaan yang kau miliki dengan dia, tapi itu saja." "Bagaimana kau tahu?" dia membalas, menantang. Meraihnya, aku menyibak rambut dari wajahnya. "Maafkan aku, Gideon, tapi ayahmu adalah penipu yang mengambil jalan keluar dengan cara mudah dan egois. Kau tak memiliki sifat itu dalam dirimu untuk jadi seperti itu." "Bukan yang itu, bukan." Dia berhenti. "Tapi kupikir ia tak pernah belajar bagaimana untuk terhubung dengan orang-orang, cara peduli tentang apa pun kecuali kebutuhan sendiri." Aku mengamatinya. "Apakah kau pikir bahwa itu menggambarkan dirimu?" "Aku tak tahu," jawabnya tenang. "Yah, aku tahu, dan kau bukan seperti itu." Aku menekan ciuman ke ujung hidungnya. "Kau seorang penjaga." "Aku harap benar." Lengannya mengencang disekitar tubuhku. "Aku tak bisa membayangkan kau dengan orang lain, Eva. Hanya ide orang lain melihatmu dengan cara yang aku lakukan, melihat kau seperti ini ... meletakkan tangannya padamu ... Itu membawaku ke tempat yang gelap." "Itu tidak akan terjadi, Gideon." Aku tahu bagaimana perasaannya. Aku tak akan mampu menanggungnya jika dia intim dengan wanita lain. "Kau sudah mengubah segalanya bagiku. Aku tak tahan kehilangan dirimu." Aku memeluknya. "Perasaan itu timbal balik." Memiringkan kepalaku ke belakang, Gideon menguasai mulutku dalam ciuman yang bergairah. Dalam saat-saat ini menjadi jelas kami segera akan menumpahkan air ke seluruh lantai. Aku menarik diri. "Aku harus makan jika kau ingin melakukannya lagi, iblis." "Itu kata seorang pacar yang menggesekkan tubuhnya yang basah dan telanjang ke seluruh tubuhku" Dia duduk kembali dengan senyum penuh dosa.
227
www.read-blogger.nlogspot.com
"Mari kita memesan masakan Cina murahan dan memakannya dari kotak dengan sumpit." "Mari kita pesan makanan Cina yang enak dan melakukannya." ***
228
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 19
Cary bergabung dengan kami di ruang tamu untuk masakan china yang lezat, anggur buah plum yang manis, dan acara televisi Senin malam. Saat kami mengganti saluran televisi dan tertawa atas nama konyol dari beberapa reality show televisi, aku menyaksikan dua orang yang paling penting dalam hidupku menikmati beberapa waktu relaksasi dan satu sama lain. Mereka bergaul dengan baik, saling ejek dan bercanda menghina satu sama lain dengan cara khas pria. Aku tak pernah melihat sisi Gideon sebelum ini dan aku menyukainya. Sementara aku menguasai salah satu sisi seluruh sofa bersekat kami, dua pria duduk bersila di lantai dan menggunakan meja kopi sudut sebagai meja makan. Keduanya mengenakan celana olahraga longgar dan T-shirt ketat dan aku menghargai pemandangan ini. Apakah aku ini seorang gadis yang beruntung atau apa? Membunyikan buku jarinya, Cary dengan dramatis siap untuk membuka kue keberuntungannya. "Mari kita lihat. Apakah aku akan menjadi kaya? Terkenal? akan bertemu Tuan atau Nona Tinggi, gelap, dan lezat? Bepergian ke negeri-negeri yang jauh? Apa yang kalian dapatkan?" "Punyaku terdengar bodoh," kataku, "Pada akhirnya semua hal akan diketahui. Duh. Aku tidak membutuhkan sebuah kue keberuntungan untuk mencari tahu." Gideon membuka kue miliknya dan membaca, "Kemakmuran akan mengetuk pintumu segera." Aku mendengus. Cary memberiku tatapan. "Aku tahu, kan? kau menyambar kue orang lain, Cross." "Dia lebih baik tidak berada di dekat kue orang lain," kataku datar. Meraih kedepan, Gideon memotong setengah kue milikku keluar dari jari-jariku. "Jangan khawatir, Angel. kuemu adalah satu-satunya yang aku inginkan." Dia memasukkan kue ke mulutnya dengan mengedipkan mata. "Memuakkan," gumam Cary. "Cari kamar sana." Dia memecahkan kue keberuntungannya dengan keras, dan kemudian merengut. "Apa-apaan ini?" Aku membungkuk. "Apa tulisannya?" "Kata-kata Konfusius," Gideon berimprovisasi, "Pria dengan tangan di didalam sakunya merasa sombong sepanjang hari." Cary melemparkan setengah kuenya ke Gideon, yang menangkapnya dengan cekatan dan
229
www.read-blogger.nlogspot.com
menyeringai. "Berikan padaku." Aku menyambar kue keberuntungan diantara jari-jari Cary dan membacanya. Lalu tertawa. "Persetan kau, Eva." "Jadi?" Desak Gideon. "Pilih kue lain." Gideon tersenyum. "Berdasar keberuntungan." Cary melemparkan lagi setengah kuenya yang lain. Aku teringat malam yang mirip yang dihabiskan dengan Cary ketika aku masuk ke SDSU, yang membuat aku mencoba membayangkan seperti apa Gideon saat di perguruan tinggi. Dari artikel yang pernah aku baca, aku tahu dia masuk Columbia untuk studi sarjana, kemudian meninggalkannya untuk fokus pada kepentingan memperluas usahanya. Apakah ia berhubungan dengan mahasiswa lain? Apakah dia pergi ke pesta-pesta frat (semacam perkumpulan persaudaraan mahasiswa), membuat ulah dan/atau minum terlalu banyak? Dia adalah pria yang terkontrol, aku sulit membayangkan dia sebebas itu, namun di sini ia menjadi persis seperti itu bersamaku dan Cary. Dia melirikku kemudian, masih tersenyum, dan jantungku berdesir di dadaku. Dia tampak seperti usianya sekarang, muda dan baik-baik saja dan sangat normal. Pada saat ini, kami hanya pasangan berusia duapuluhan yang santai di rumah dengan teman seapartemen dan remote control. Dia hanya pacarku, nongkrong. Ini semua begitu manis dan tidak rumit. Aku menemukan ilusi ini adalah salah satu ilusi yang menyakitkan. Interkom berdengung dan Cary melompat berdiri untuk menjawabnya. Dia melirikku dengan senyuman. "Mungkin itu Trey." Aku mengangkat sebelah tangan dengan jari-jariku bertautan. Tapi ketika Cary menjawab pintu beberapa menit kemudian, yang datang adalah pirang berkaki panjang dari malam sebelumnya yang datang masuk, "Hei," katanya, melihat sisa-sisa makan malam pada meja. Dia mengamati Gideon dan menilainya saat ia dengan sopan bangkit dan berdiri dengan cara kuat dan anggun miliknya. Gadis itu memberiku seringai, kemudian menebarkan senyum supermodel mempesonanya pada Gideon dan mengulurkan tangannya. "Tatiana Cherlin." Dia menjabat tangannya. "Pacarnya Eva." Alisku terangkat karena cara perkenalannya. Apakah dia melindungi identitasnya? Atau ruang pribadinya? Apapun maksudnya, aku menyukai jawabannya.
230
www.read-blogger.nlogspot.com
Cary kembali ke kamar dengan sebotol anggur dan dua gelas. "Ayolah," katanya, menunjuk ke lorong ke kamar tidurnya. Tatiana memberikan lambaian kecil dan mendahului Cary keluar. Aku mengucapkan kata dibelakang punggungnya pada Cary, Apa yang kau lakukan? Dia mengedipkan mata dan berbisik, "Memilih kue lain." Gideon dan aku merasa sudah larut malam tak lama kemudian dan menuju ke kamarku. Saat kami bersiap-siap untuk tidur, aku bertanya sesuatu padanya hal yang aku bertanya-tanya sebelumnya. "Apakah kau memiliki kamar bercinta di perguruan tinggi, juga?" Dia melepas T-shirt lewat atas kepalanya. "Maaf?" "Kau tahu, seperti kamar hotel. Kau seorang pria penuh gairah. Aku hanya bertanya-tanya apakah kau akan memiliki semacam pengaturan bahkan disaat dulu." Dia menggelengkan kepalanya saat aku melirik tubuh sempurnanya dan pinggul rampingnya. "Aku berhubungan seks lebih banyak sejak aku bertemu denganmu dibandingkan dua tahun terakhirku sebelum bertemu denganmu, digabung jadi satu." "Tidak mungkin." Aku bekerja keras dan olahraga lebih keras, keduanya membuatku kelelahan. Kadangkadang, aku mungkin mendapat tawaran yang aku tidak tolak, tapi kalau tidak aku bisa menerima atau meninggalkan seks sampai aku bertemu denganmu." "Omong kosong." Aku menganggap bahwa itu sulit untuk percaya. Dia memberikan tatapan tajam padaku sebelum ia menuju kamar mandi dengan tas perlengkapan mandi kulit berwarna hitam. "Terus meragukanku, Eva. Lihat apa yang akan terjadi." "Apa?" Aku mengikutinya, menikmati pemandangan pantat lezatnya. "Kau akan membuktikan bahwa kau dapat menerima atau meninggalkan seks dengan melakukannya denganku lagi?" "Dibutuhkan dua orang." Dia membuka tasnya dan mengeluarkan sikat gigi baru yang ia lepaskan dari kemasannya dan menjatuhkannya ke penahan sikat gigiku. "Kau sudah menginisiasi seks di antara kita sebanyak aku juga. Kau memerlukan koneksi antara kita sebanyak yang aku butuhkan." "Kau benar. Hanya saja..."
231
www.read-blogger.nlogspot.com
"Hanya apa?" Dia menarik buka sebuah laci, mengerutkan kening menemukan itu penuh, dan pindah untuk menarik yang lain. "Wastafel lain," kataku, tersenyum pada anggapan bahwa ia akan mendapatkan laci di tempatku juga, dan ia cemberut ketika ia tidak bisa menemukannya. "Ini semua milikmu." Gideon pindah ke wastafel kedua dan mulai membongkar isi tasnya dan memasukkan ke dalam lacinya. "Hanya apa?" Ulangnya, mengambil sampo dan bodywash ke pancuran mandiku. Memiringkan pinggulku ke wastafel dan menyilangkan lenganku, aku melihat dia mengklaim seluruh kamar mandiku. Tak ada keraguan apa yang dia lakukan, seperti juga tak ada keraguan bahwa siapa pun yang berjalan ke dalam ruangan akan segera tahu ada seorang pria dalam hidupku. Aku tersadar kemudian bahwa aku memiliki klaim yang sama pada ruang pribadinya. Staf rumah tangganya harus tahu bos mereka berkomitmen menjalin hubungan dengan seseorang sekarang. Pikiran itu memberiku sedikit sensasi. "Aku sedang membayangkan tentangmu di perguruan tinggi tadi," aku melanjutkan, "ketika kita sedang makan malam, membayangkan apa akan yang terjadi jika melihatmu di sekitar kampus. Aku akan sudah terobsesi denganmu. Aku akan pergi keluar untuk melihatmu hanya untuk menikmati pemandangan. Aku akan mencoba untuk masuk ke kelas-kelas yang sama sepertimu, jadi aku bisa melamun selama kuliah tentang bisa masuk ke dalam celanamu " "Maniak seks." Dia mencium ujung hidungku saat ia melewatiku dan pergi untuk menyikat giginya. "Kita berdua tahu apa yang akan terjadi setelah aku melihatmu." Aku menyisir rambutku dan menggosok gigi, kemudian mencuci wajahku. "Jadi... kau memiliki tempat berhubungan seks untuk sesekali dengan beberapa cewek yang beruntung mendapatmu di tempat tidur?" Tatapannya tertangkap dari pantulan cermin tubuhku yang penuh sabun. "Aku selalu menggunakan hotel." "Itulah satu-satunya tempatmu sudah berhubungan seks? Sebelumku?” “Satu-satunya tempat aku mendapatkan seks konsensual,"katanya pelan, "sebelum kau." "Oh." Hatiku hancur karenanya. Aku berjalan ke arahnya, memeluknya dari belakang. Aku mengusap pipiku di punggungnya. Kami pergi ke tempat tidur dan memeluk satu sama lain. Aku membenamkan wajahku di
232
www.read-blogger.nlogspot.com
lehernya dan menghirup aroma tubuhnya, meringkuk dalam pelukannya. Tubuhnya keras, namun luar biasa nyaman padaku. Dia begitu hangat dan kuat, pria yang begitu kuat. Aku hanya perlu memikirkan dia untuk menginginkannya. Aku meluncurkan kakiku melewati pinggulnya dan naik di atasnya, tanganku terentang di atas pinggir perutnya. Saat ini gelap, aku tak bisa melihatnya, tapi aku juga tak perlu. Meskipun aku sangat suka wajahnya - wajah yang kadangkala ia sendiri benci -itu adalah bagaimana dia menyentuhku dan berbisik padaku yang benar-benar menyentuh hatiku. Seolah-olah tak ada orang lain di dunia ini untuknya, tak ada yang lebih diinginkannya. "Gideon." Aku tak perlu mengatakan apa-apa lagi. Duduk tegak, dia membungkus tangannya di sekitarku dan menciumku dalam-dalam. Lalu ia menggulingkan aku hingga aku ada di bawahnya dan bercinta denganku dengan keposesifan lembut yang mengguncangkanku hingga ke dalam jiwa. *** Aku terbangun oleh sentakan yang mengejutkanku. Sebuah beban berat menindihku dan suara yang keras yang meluncurkan kata-kata jahat dan kotor ke telingaku. Panik mencengkeramku, menghentikan napasku. Tidak lagi. Tidak...Kumohon, tidak... Tangan kakak tiriku menutup mulutku dan dia menarik kakiku agar terbuka. Aku merasakan barang yang keras di antara kedua kakinya menusuk membabi buta, mencoba untuk mendorong ke dalam tubuhku. Jeritanku teredam oleh telapak tangannya yang dibekapkan di bibirku dan aku meringis, hatiku berdebar begitu keras hingga kurasa akan meledak. Nathan begitu berat. Begitu berat dan kuat. Aku tak bisa menghempaskannya menjauh. Aku tak bisa mendorong dia pergi. Hentikan! menjauh dariku. Jangan sentuh aku. Oh, Tuhan ...Kumohon jangan lakukan itu padaku...tidak lagi... Dimana Mama? Ma-ma! Aku menjerit, tapi tangan Nathan menutup mulutku. Menekanku, membenamkan kepalaku ke bantal. Semakin aku berjuang, semakin bersemangat dia. Terengah-engah seperti anjing, ia merangsek masuk dalam diriku berulang-ulang ... berusaha mendorong dirinya dalam diriku ... "Kau akan tahu bagaimana rasanya." Aku membeku. Aku kenal suara itu. Aku itu bukan suara Nathan. Bukan sebuah mimpi. Tapi masih merupakan mimpi buruk. Ya Tuhan, tidak. Berkedip liar dalam kegelapan, aku berjuang untuk melihat. Darah bergemuruh di telingaku. Aku tak bisa mendengar.
233
www.read-blogger.nlogspot.com
Tapi aku tahu bau kulitnya. Tahu sentuhannya, bahkan ketika sentuhannya itu kejam. Tahu nuansa tubuhnya diatas tubuhku, bahkan ketika itu hanya mencoba untuk menginvasiku. Ereksi Gideon memukul ke lipatan pahaku. Panik, aku menghela naik keatas dengan semua kekuatanku. Tangannya di wajahku terlepas. Mengisap udara masuk ke paru-paruku, aku menjerit. Dadanya terangkat saat ia menggeram, "Tidak begitu rapi dan bersih ketika kau yang disetubuhi." "Crossfire," aku terkesiap. Sebuah kilatan cahaya dari lorong membutakanku, diikuti dengan hilangkannya berat tubuh Gideon yang membekapku. Bergulir ke sisi sampingku, aku menangis tersedu-sedu, mataku yang dialiri air mata mengaburkan pandanganku Cary mendorong tubuh Gideon ke seberang ruangan dan ke arah dinding, menabrak ke dinding. "Eva! Apakah kau baik-baik saja? "Cary menyalakan lampu samping tempat tidur, mengutuk ketika ia melihat aku meringkuk dalam posisi seperti janin, gemetar dengan keras. Ketika Gideon meluruskan badan, Cary menuju ke arahnya. "Jangan menggerakkan satu ototpun sebelum polisi sampai di sini atau aku akan menghajarmu sampai menjadi bubur darah!" Menelan ludah melewati tenggorokan terbakarku, aku mendorong diri ke posisi duduk. Tatapanku terkunci dengan Gideon dan aku menyaksikan kabut tidur meninggalkan matanya, digantikan oleh kesadaran atas kondisi yang menakutkan sekarang. "Mimpi," aku tersedak, menangkap lengan Cary saat ia meraih telepon. "Dia m-mimpi." Cary melirik dimana Gideon berjongkok telanjang di lantai seperti binatang liar. Lengan Cary turun kembali ke sisi tubuhnya. "Ya Tuhan," desahnya. "Dan kupikir aku orang yang kacau." Turun dari tempat tidur, aku berdiri dengan kaki gemetarku, mual dengan rasa takut yang masih tersisa. Lututku menyerah dan Cary menangkapku, turun ke lantai denganku dan memelukku saat aku menangis. *** "Aku akan tidur di sofa." Cary mengusap rambutnya yang berantakan karena tidur dan bersandar ke dinding lorong. Pintu kamarku terbuka di belakangku dan Gideon berada di dalam, tampak pucat dan ketakutan. "Aku akan menyiapkan beberapa selimut dan bantal untuknya juga. Kurasa ia tidak seharusnya pulang sendirian. Dia sedang rapuh." "Terima kasih, Cary." Lenganku yang melilit perutku mengencang. "Apakah Tatiana masih di sini?" "Tentu saja tidak. tidak seperti itu. Kami hanya berhubungan seks." "Bagaimana dengan Trey?" Tanyaku pelan, pikiranku sudah melayang kembali ke Gideon.
234
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku cinta Trey. Kupikir dia adalah orang terbaik yang pernah aku temui selain dirimu.” Dia membungkuk ke depan dan mencium keningku. "Dan apa yang dia tidak tahu tak akan menyakitinya. Berhentilah mengkhawatirkan tentang aku dan jaga dirimu." Aku menatapnya, mataku mengenang dengan air mata. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan." Cary mendesah, mata hijaunya gelap dan serius. "Kurasa kau harus memutuskan apakah kau ada di atas kepalamu, baby girl. Beberapa orang tidak bisa diperbaiki. Lihatlah aku. Aku punya orang yang hebat dan aku menukarnya dengan seorang gadis yang bahkan aku tidak tahan bersamanya." "Cary..." meraihnya, aku menyentuh bahunya. Ia menangkap tanganku dan meremasnya. "Aku di sini jika kau membutuhkanku." Gideon menutup risliting tas ranselnya ketika aku kembali ke kamarku. Dia menatapku dan ketakutan merayap di perutku. Bukan atas diriku, tapi baginya. Aku belum pernah melihat orang terlihat begitu sunyi, begitu benar-benar rusak. Kesuraman di matanya yang indah membuatku takut. Tidak ada kehidupan dalam dirinya. Dia sepucat mayat dengan bayangan gelap di semua sudut dan tubuh dari wajah indahnya. "Apa yang kau lakukan?" Aku berbisik. Dia mundur, seolah-olah ia ingin jauh sebisa mungkin dariku. "Aku tidak bisa tinggal." Itu mengkhawatirku bahwa aku merasa lega memikirkan tinggal sendirian. "Kita sepakat tidak ada yang kabur." "Itu sebelum aku menyerangmu!" bentaknya, menunjukkan tanda pertama dari semangat dalam waktu lebih dari satu jam. "Kau tidak sadar." "Kau tak akan menjadi korban lagi, Eva, Ya Tuhan...apa yang aku hampir lakukan padamu..." Dia berbalik padaku, bahunya membungkuk dengan cara yang membuatku takut seperti serangan tadi. "Jika kau pergi, kita berdua kalah dan masa lalu kita yang menang." Aku melihat kata-kataku menerjangnya seperti pukulan. Setiap cahaya di kamarku menyala, seolah-olah cahaya lampu bisa membuang semua bayangan pada jiwa kami. "Jika kau menyerah sekarang, aku takut itu akan lebih mudah bagimu untuk menjauh dan bagiku untuk membiarkanmu pergi. Kita akan berakhir, Gideon." "Bagaimana aku bisa tinggal. Mengapa kau ingin aku tinggal?" Berbalik, ia menatapku dengan kerinduan yang membawa air mata segar di mataku.
235
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku akan membunuh diriku sendiri sebelum aku menyakitimu." Itu merupakan salah satu ketakutanku. Aku sulit membayangkan Gideon yang aku kenal Dominan - penuh keinginan dari kekuatan alami - mengambil hidupnya sendiri, tapi Gideon yang berdiri di depanku adalah orang yang sama sekali berbeda. Dan dia adalah anak dari orang tua yang melakukan bunuh diri. Jariku menarik-narik ujung T-shirt ku. "kau tak akan pernah menyakitiku." "Kau takut padaku," katanya dengan suara serak. "Aku bisa melihatnya di wajahmu. Aku takut pada diriku sendiri. Takut tidur denganmu dan melakukan sesuatu yang akan menghancurkan kita berdua." Dia benar. Aku takut. Ketakutan mendinginkan perutku. Sekarang aku tahu kekuatan eksplosit yang mudah meledak dalam dirinya. Kemarahan yang memburuk. Dan kami sangat bersemangat satu sama lain. Aku menampar wajahnya di pesta kebun, memukul secara fisik ketika aku tidak pernah melakukannya. Itu adalah sifat dari hubungan kami penuh nafsu dan emosional, bersahaja dan liar. Kepercayaan yang mengikat kami juga membuka kami satu sama lain dengan cara yang membuat kami berdua rentan dan berbahaya. Dan itu akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Dia mendorong tangan di atas rambutnya. "Eva, aku-" "Aku mencintaimu, Gideon." "Tuhan." Dia menatapku dengan sesuatu yang mirip perasaan jijik. Entah itu ditujukan padaku atau dirinya sendiri, aku tak tahu. "Bagaimana kau bisa berkata begitu?" "Karena itulah yang sebenarnya." "Kau hanya melihat ini-" Ia menunjuk dirinya sendiri dengan lambaian tangannya. "Kau tidak melihat orang yang kacau, hancur berantakan di dalamnya." Aku menarik napas dengan tajam. "Kau dapat mengatakan itu padaku? Ketika kau tahu aku juga kacau dan rusak?" "Mungkin kau terhubung untuk mendapatkan seseorang yang mengerikan bagimu," katanya getir. "Hentikan. Aku tahu kau terluka, tapi mencaciku hanya akan membuatmu terluka lebih parah." Aku melirik jam dan melihat itu sudah jam empat pagi. Aku berjalan ke arahnya, perlu melewati ketakutanku dari menyentuh dia dan disentuh olehnya. Dia mengangkat tangan seolah-olah untuk menahanku. "Aku mau pulang, Eva."
236
www.read-blogger.nlogspot.com
"Tidur di sofa sini. Jangan melawanku tentang ini, Gideon. Kumohon. Aku akan sangat khawatir jika kau pergi." "Kau akan lebih khawatir jika aku tinggal." Dia menatapku, tampak hilang dan marah dan penuh dengan kerinduan yang mengerikan. Matanya memohonku untuk pengampunan, tetapi ia tak akan menerimanya ketika aku mencoba untuk memberikannya. Aku berjalan kearahnya dan mengambil tangannya, berusaha menahan gelombang ketakutan yang menerpaku ketika kami bersentuhan. Sarafku yang masih liar, tenggorokan dan mulutku masih nyeri, memori dari usaha penetrasinya - seperti Nathan - masih terlalu segar. "Kita akan b-bisa melewati ini," aku berjanji padanya, membenci bahwa suaraku bergetar. "Kau akan berbicara dengan Dr. Petersen dan kita akan mulai dari sana." Tangannya terangkat seolah-olah ingin menyentuh wajahku. "Kalau Cary tidak berada di sini-" "Dia ada disini, dan aku akan baik-baik saja. Aku mencintaimu. Kita akan bisa melewati ini." Aku berjalan kepadanya, memeluknya, mendorong tanganku di balik bajunya untuk menyentuh kulitnya yang telanjang. "Kita tak akan membiarkan masa lalu menghalangi apa yang sudah kita miliki." Aku tak yakin yang mana dari kita yang aku coba untuk diyakinkan. "Eva." Pelukan balasannya menekan keluar semua udara dalam diriku. "Maafkan aku. Ini membunuhku. Kumohon. Maafkan aku...Aku tak bisa kehilanganmu." "Kau tak akan kehilanganku." Menutup mataku, fokus pada nuansa dirinya. Baunya. Mengingatkanku bahwa aku tak pernah takut apapun ketika aku bersamanya. "Maafkan aku." Tangannya yang gemetar membelai lengkungan tulang belakangku. "Aku akan melakukan apa saja..." "Shh. Aku mencintaimu. Kita akan baik-baik saja." Memutar kepalanya, dia menciumku lembut. "Maafkan aku, Eva. Aku membutuhkanmu. Aku takut akan jadi apa nantinya aku jika kehilangan dirimu..." "Aku tak akan kemana-mana." Kulitku tergelitik dibawah usapan gelisah tangannya di punggungku. "Aku di sini. Tak ada lagi niat untuk kabur."
237
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia berhenti sejenak, napasnya berhembus keras terhadap bibirku. Lalu ia memiringkan kepalanya dan menempelkan mulutnya dimulutku. Tubuhku menanggapi bujukan lembut ciumannya. Aku melengkung ke dia atas kemauanku sendiri, menariknya lebih dekat. Dia menangkup payudaraku di tangannya, meremasnya, melingkari ibu jarinya di atas putingku sampai memuncak dan nyeri. Aku mengerang dengan campuran ketakutan dan kelaparan, dan dia bergetar karenanya. "Eva ...?" "Aku - aku tidak bisa." Memori bagaimana aku terbangun terlalu segar dalam pikiranku. Ini menyakitkan untuk menolaknya, tahu ia membutuhkan hal yang sama dariku saat aku juga membutuhkan dia ketika aku bercerita tentang Nathan - bukti bahwa gairah itu masih ada, bahwa seburuk apapun bekas luka dari masa lalu kami, itu tidak mempengaruhi kami satu sama lain sekarang. Tapi aku tak bisa memberinya. Belum. Aku merasa terlalu luka dan rentan. "Peluk saja aku, Gideon. Tolong." Dia mengangguk, membungkus lengannya ditubuhku. Aku mendesaknya untuk tenggelam ke lantai denganku, berharap aku bisa membuatnya tertidur. Aku meringkuk di sisinya, kakiku dilemparkan keatasnya, lenganku menutupi perutnya yang keras. Dia meremasku dengan lembut, menekan bibirnya ke dahiku, berbisik berulang-ulang betapa menyesalnya dia. "Jangan tinggalkan aku," bisikku. "Tinggallah." Gideon tidak menjawab, tidak membuat janji, tapi ia juga tidak membiarkanku lepas. *** Aku terbangun beberapa saat kemudian, mendengar jantung Gideon berdetak stabil di bawah telingaku. Semua lampu masih menyala, dan lantai berkarpet ini keras dan tidak nyaman. Gideon berbaring telentang, wajah tampannya terlihat muda dalam tidur, kemejanya terangkat hanya cukup untuk mengekspos pusarnya dan otot terpahat pada perutnya. Ini adalah orang yang aku cintai. Ini adalah orang yang tubuhnya memberiku begitu banyak kenikmatan, yang dengan penuh perhatian menggerak didiriku lagi dan lagi. Dia masih di sini. Dan dari kerutan yang merusak ruang antara alisnya, dia masih terluka. Aku menyelipkan tanganku ke celananya. Untuk pertama kalinya sejak kami telah bersamasama, ia tidak panas dan sekeras baja di telapak tanganku, tapi ia dengan cepat membengkak dan membesar saat aku ragu-ragu mengelus dia dari pangkal sampai ke ujungnya. Ketakutan masih ada di bawah gairahku, tapi aku lebih takut kehilangan dia daripada hidup dengan setan dalam dirinya. Dia bergerak, lengannya mengencang di punggungku. "Eva ...?"
238
www.read-blogger.nlogspot.com
Kali ini aku menjawab dia dengan cara yang aku tidak bisa katakan sebelumnya. "Mari kita lupakan," desisku ke dalam mulutnya. "Buat kita berdua lupa." "Eva." Dia berguling mendekatiku, melepas bajuku dengan gerakan hati-hati. Aku sama ragunya dalam membuka bajunya. Kami mendekati satu sama lain seolah-olah kita masing-masing adalah barang yang mudah pecah. Ikatan antara kami rapuh saat itu, kami berdua khawatir tentang masa depan dan luka yang kita bisa hasilkan dengan semua tepi bergerigi kami. Bibirnya melilit putingku, pipinya berlekuk perlahan, rayuannya tenang. Hisapan lembut yang terasa begitu nikmat aku tersentak dan melengkung dibawah sentuhannya. Dia membelai sisi tubuhku dari payudara ke pinggul dan kembali lagi, berulang-ulang, dengan lembut membelaiku saat hatiku berpacu dengan liar. Dia mencium di antara dadaku ke payudara yang lain, menggumamkan kata-kata permintaan maaf dan kebutuhan dengan suara pecah oleh penyesalan dan penderitaan. Lidahnya menjilat puncakku yang mengeras, menggodanya, sebelum mengelilinginya dengan hisapannya yang panas basah. "Gideon." Tarikan halus dengan ahli membujuk gairah melalui pikiranku yang gugup. Tubuhku sudah tersesat dalam dirinya, rakus mencari kenikmatan dan keindahan dari dirinya. "Jangan takut padaku," bisiknya. "Jangan menarik diri." Dia mencium pusarku, dan kemudian pindah lebih rendah, rambutnya membelai perutku saat ia menetap diantara kedua kakiku. Dia memegangku hingga terbuka dengan tangan gemetar dan menciumi clit-ku. Jilatan lembut dan menggodanya melalui celahku dan membelai milikku yang gemetar membawaku ke tepi kegilaan. Punggungku melengkung. Permohonan serak meninggalkan bibirku. Ketegangan menyebar melalui tubuhku, mengencangkan segala sesuatu sampai aku merasa seperti aku bisa patah di bawah tekanan. Dan kemudian dia mendorongku menuju orgasme dengan dorongan lembut dari ujung lidahnya. Aku menjerit, panas kelegaan berdenyut melalui tubuhku yang menggeliat. "Aku tak bisa membiarkan kau pergi, Eva." Gideon mengangkat tubuhnya diatasku saat aku bergetar dengan kenikmatan. "Aku tak bisa." Menyeka air mata dari wajahnya, aku menatap ke mata memerahnya. Siksaannya itu menyakitkan bagiku untuk menyaksikannya, menyakiti hatiku. "Aku tak akan membiarkanmu jika kau mencoba melepaskanku." Dia memegang miliknya dan memasukkan kemaluannya perlahan-lahan, hati-hati ke dalam
239
www.read-blogger.nlogspot.com
diriku. Kepalaku ditekan keras ke lantai ketika ia tenggelam lebih dalam, memiliki tubuhku se inci demi se inchi. Ketika aku menerima semua dari dirinya, ia mulai bergerak dengan hentakan terukur dan terjaga. Aku menutup mataku dan terfokus pada hubungan antara kami. Kemudian dia menetap di atasku, perutnya ditekan diperutku, dan denyut nadiku melompat dengan panik. Tiba-tiba takut, aku jadi ragu-ragu. "Tatap aku, Eva." Suaranya begitu serak untuk dikenali. Aku menatapnya, dan melihat penderitaannya. "Bercintalah denganku," pintanya dengan bisikan terengah-engah. "Bercinta denganku. Sentuh aku, angel. Letakkan tanganmu padaku." "Ya." Telapak tanganku menekan datar ke punggungnya, kemudian membelai otot-otot bergetar di atas pantatnya. Meremas daging yang meregang keras, aku mendesaknya untuk bergerak lebih cepat, tenggelam lebih dalam. Serangan berirama miliknya kedalaman diriku yang mengetat mendorong ekstasi melaluiku dalam gelombang panas. Dia terasa begitu nikmat. Kakiku melilit pinggulnya, napasku bertambah cepat saat simpul dingin dalam diriku mulai mencair. Tatapan kami saling bertemu. Air mata mata membasahi pelipisku. "Aku mencintaimu, Gideon." "Tolonglah..." Matanya ditutup. "Aku mencintaimu." Dia memikatku untuk orgasme dengan goyangan pinggulnya yang terampil, memutar kemaluannya dalam diriku. Otot internalku mencengkeram erat, berusaha menahannya, berusaha untuk membuatnya tetap berada dalam dalam diriku. "Ayo, Eva," dia terengah-engah di leherku. Aku berjuang untuk itu, berjuang untuk melewati ketakutan berkepanjangan yang disebabkan karena dia berada di atas tubuhku. Kecemasan bercampur dengan keinginan, menjagaku tetap berada di ujung. Dia membuat suara serak penuh dengan rasa sakit dan penyesalan. "Aku perlu kau orgasme, Eva... perlu merasakanmu ...tolonglah..." Menangkup pantatku, dia memiringkan pinggulku dan menggesek berulang titik sensitif di dalam diriku. Dia tak kenal lelah, tanpa henti, mencumbuiku lama dan kuat sampai pikiranku kehilangan kendali atas tubuhku dan aku orgasme dengan sangat kuat. Aku menggigit bahunya untuk membendung tangisanku saat aku bergetar di bawahnya, otot-otot kecil di dalamku gemetar dengan gelombang kesenangan luar biasa. Dia mengerang dalam di dadanya, suara geraman kenikmatan yang tersiksa. "Lagi," perintahnya, memperdalam gerakannya untuk memberiku gigitan lezat rasa nyeri.
240
www.read-blogger.nlogspot.com
Bahwa dia sekali lagi percaya kami berdua cukup untuk mengenal sedikit sentuhan rasa sakit mengusir semua sisa keraguanku. Sama seperti kita saling percaya, kita juga belajar untuk mempercayai naluri kita. Aku orgasme lagi, dengan ganasnya, ujung jari kakiku menekuk sampai kram. Aku merasakan ketegangan akrab mencengkram Gideon dan memperketat pegangku di pinggulku, memacu dia, putus asa untuk merasakan dia muncrat dalam diriku. "Tidak!" Dia merenggut pergi, jatuh ke punggungnya dan melemparkan sebuah lengan di atas matanya. Menghukum dirinya sendiri dengan menolak tubuhnya menerima kenyamanan dan kenikmatan dari tubuhku. Dadanya naik turun dan berkilau dengan keringat. Kemaluannya berbaring berat di perutnya, tampak brutal dengan kepala yang besar keunguan dan garis pembuluh darah yang tebal. Aku menangkapnya dengan tangan dan mulutku, mengabaikan makiannya. Menjepit tubuhnya dengan lenganku, aku memompa dia dengan keras dengan kepalan tanganku yang lain dan mengisap lahap pada mahkota sensitifnya. Pahanya bergetar, kakinya menendang dengan gelisah. "Sialan, Eva. F***." Dia mengejang dan terengah, tangannya mendorong ke rambutku, pinggulnya melengkung. "Oh, persetan. Hisap dengan kuat ... Ah, Tuhan... " Dia meledak dengan semburan yang begitu kuat yang hampir membuatku tersedak, klimaks dengan keras, membanjiri mulutku. Aku mengambil semuanya, kepalanku terus memerah setiap denyut demi denyut sepanjang kemaluan yang berdenyut-denyutnya, menelan berulang kali sampai ia menggigil dengan kejenuhan sensasi dan memintaku untuk berhenti. Aku menegakkan diri dan Gideon duduk dan memeluk tubuhku. Dia membawaku kembali ke lantai di mana ia membenamkan wajahnya di tenggorokanku dan menangis sampai fajar. *** Aku mengenakan blus lengan panjang dan celana panjang sutra hitam untuk bekerja pada hari Selasa, merasa perlu untuk memiliki penghalang antara diriku sendiri dan dunia luar. Di dapur, Gideon menangkup wajahku di tangannya dan menggosok mulutnya kemulutku dengan kelembutan menyayat hati. Tatapannya tetap menghantui. "Makan siang?" Tanyaku, merasa seperti kami harus melekat pada hubungan diantara kami. "Aku ada janji makan siang." Dia mengusap rambutku. "Maukah kau datang? aku akan memastikan Angus membuatmu kembali bekerja tepat waktu?" "Aku ingin ikut." Aku memikirkan jadwal acara-acara malam, pertemuan-pertemuan, dan janji-janji yang dia kirim ke smartphone-ku. "Dan besok malam kita makan malam amal di Waldorf-Astoria?"
241
www.read-blogger.nlogspot.com
Tatapannya melunak. Berpakaian untuk bekerja, ia tampak muram tapi tenang. Aku tahu dia sama sekali tidak tenang. "Kau benar-benar tak akan menyerah padaku, ya?" ia bertanya pelan. Aku mengangkat tangan kananku dan menunjukkan kepadanya cincinku. "Kau terjebak denganku, Cross. Biasakanlah untuk itu." Pada perjalanan menuju tempat kerja, aku meringkuk di pangkuannya, dan lagi dalam perjalanan untuk makan siang di Jean Georges. Aku tidak bicara lebih dari selusin kata selama makan, yang Gideon pesankan bagiku dan aku sangat menikmatinya. Aku duduk diam di sisinya, tangan kiriku bertumpu pada paha kerasnya dibawah taplak meja, penegasan tanpa kata-kata komitmenku kepadanya. Untuk kita. Salah satu tangannya ada di atas tanganku, hangat dan kuat, saat ia membahas properti baru dalam pembangunan di St. Croix. Kami terus hubungan selama jamuan makan, masing-masing dari kami memilih untuk makan satu tangan ketimbang terpisah. Dengan setiap jam yang berlalu, aku merasakan kengerian malam sebelumnya terkuras pergi dari kami berdua. Ini akan menjadi bekas luka lain untuk ditambahkan pada dirinya, kenangan pahit lain yang dia selalu memiliki, sebuah memori yang aku akan bagi dengannya dan ketakutan bersama dengannya, tapi itu tak akan menguasai kami. Kami tak akan membiarkan hal itu terjadi. *** Angus sudah menunggu untuk membawaku pulang ketika hariku berakhir. Gideon sedang kerja lembur, dan kemudian pergi langsung dari Crossfire ke kantor Dr. Petersen. Aku menggunakan perjalanan panjang ini untuk menguatkan diriku untuk menghadapi ronde berikutnya latihan dengan Parker. Aku berdebat untuk membolos, tapi akhirnya memutuskan itu penting untuk menjaganya sebagai rutinitas. Begitu banyak dalam hidupku yang tak terkendali saat ini. Mengikuti jadwal adalah salah satu dari beberapa hal yang benar-benar dalam kekuasaanku. Setelah satu jam setengah saling tagging dan latihan dasar dengan Parker di studio, aku lega ketika Clancy menurunkanku di rumah dan bangga pada diriku sendiri untuk berolahraga ketika itu adalah hal terakhir yang aku ingin lakukan. Ketika aku melangkah ke lobi, aku menemukan Trey sedang bicara dengan petugas meja resepsionis. "Hei," aku menyapa dia. "Mau ke atas?" Dia berbalik menghadapku, mata cokelat hangat dan senyumnya merekah. Trey memiliki kelembutan, semacam kenaifan langsung yang berbeda dari hubungan lainnya Cary miliki sebelumnya. Atau mungkin aku harus mengatakan Trey adalah "normal," yang begitu sedikit dari orang-orang di kehidupanku dan Cary.
242
www.read-blogger.nlogspot.com
"Cary tidak dalam," katanya. "Mereka baru saja mencoba menelepon." "Kau boleh naik ke atas denganku dan menunggu. Aku tak akan pergi keluar lagi." "Jika kau benar-benar tidak keberatan." Dia melangkah di sampingku saat aku melambaikan tangan ke petugas di meja depan dan bergerak menuju lift. "Aku membawa sesuatu untuknya." "Aku tidak keberatan sama sekali," aku meyakinkannya, membalas senyuman manisnya. Dia menatap celana yoga dan tanktop-ku. "Kau baru kembali dari gym?" "Ya. Meskipun saat ini menjadi salah satu dari hari-hari ketika aku lebih suka melakukan hal lain." Dia tertawa saat kami melangkah ke lift. "Aku tahu perasaan itu." Saat kami naik ke atas, keheningan terjadi, membuat suasana tidak nyaman. "Semuanya baik-baik saja?" Tanyaku padanya. "Yah..." Trey menyesuaikan tali dari ranselnya. "Cary hanya tampak sedikit aneh dari beberapa hari terakhir." "Oh?" Aku menggigit bibir bawahku. "Dalam hal apa?" "Aku tak tahu. Sulit untuk menjelaskan. Aku hanya merasa seperti mungkin ada sesuatu dengan dia dan aku tak tahu apa itu." Aku memikirkan gadis pirang itu dan meringis dalam hati. "Mungkin dia stres tentang pekerjaan Isles Grey dan dia tidak ingin mengganggumu dengan itu. Dia tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu dan kuliah." Ketegangan di bahunya melunak. "Mungkin itu saja. Hal itu masuk akal. Oke. Terima kasih." Aku membiarkan kami masuk ke apartemen dan menyuruhnya untuk merasa nyaman seperti di rumah sendiri. Trey menuju ke kamar Cary untuk menjatuhkan barang-barangnya, sementara aku pergi menuju telepon untuk memeriksa pesan suara. Sebuah teriakan dari lorong menyebabkanku meraih telepon untuk alasan yang berbeda, hatiku berdebar dengan pikiran tentang penyusup dan bahaya yang mengancam. Berikutnya diikuti teriakan-teriakan, dengan satu suara jelas milik Cary. Aku menghela napas terburu-buru, lega. Dengan telepon di tanganku, aku memberanikan diri untuk melihat apa gerangan yang terjadi. Aku hampir tertabrak Tatiana yang mengelilingi sudut lorong masih mengancingkan blusnya. "Ups," katanya, dengan senyum menyesal. "Sampai jumpa." Aku tak bisa mendengar pintu menutup di belakangnya karena teriakan Trey.
243
www.read-blogger.nlogspot.com
"Persetan kau, Cary. Kita sudah membicarakan tentang hal ini! Kau berjanji!" "Kau terlalu membesar-besarkan ini melebihi proporsinya," Cary menyalak. "Ini bukan apa yang kau pikirkan." Trey menyerbu keluar dari kamar tidur Cary sedemikian terburu-buru sehingga aku menempelkan diri di dinding lorong untuk tidak menghalangi jalannya. Cary mengikutinya, dengan selembar kain terlilit di sekitar pinggangnya. Ketika dia melewatiku, aku memberinya tatapan dengan mata menyipit dan balasannya adalah sebuah jari tengah. Aku meninggalkan dua orang pria itu berdua saja dan melarikan diri ke kamar mandiku, marah pada Cary karena sekali lagi merusak sesuatu yang bagus dalam hidupnya. Itu adalah pola miliknya yang aku terus berharap dia akan menghentikannya, tapi ia tampaknya tak bisa menyingkirkannya. Ketika aku ke dapur setengah jam kemudian, keheningan di apartemen sangat terasa. Aku memfokuskan diri memasak makan malam, memutuskan masak daging panggang dan kentang dengan asparagus, salah satu makan malam favorit Cary, kalau-kalau dia ada di rumah untuk makan malam dan memerlukan suatu untuk dirayakan. Melihat Trey melangkah ke lorong sementara aku menempatkan panggangan dalam oven mengejutkanku, dan kemudian juga membuatku sedih. Aku benci melihatnya harus pergi terlihat memerah, berantakan, dan menangis. Rasa kasihanku berubah menjadi kekecewaan sengit ketika Cary bergabung denganku di dapur dengan aroma keringat pria dan seks menempel padanya. Dia memberiku pandangan marah saat dia melewatiku menuju kulkas untuk mengambil anggur. Aku menghadapi dia dengan tanganku bersilang. "Berhubungan seks dengan kekasihmu yang patah hati di tempat tidur yang sama dimana dia baru saja menangkapmu selingkuh tak akan membuat segalanya menjadi lebih baik." "Diam, Eva." "Dia mungkin membenci dirinya sekarang karena menyerah." "Aku bilang tutup mulutmu." "Baik." Aku berpaling darinya dan berfokus pada membumbui kentang untuk dimasukkan ke dalam oven dengan daging panggang. Cary menyambar gelas anggur dari lemari. "Aku bisa merasa bahwa kau menilaiku. Hentikan. Dia tidak akan semarah itu jika dia memergokiku bercinta dengan pria lain." "Ini semua salahnya, ya?" "Sekilas berita: kehidupan cintamu tidak sempurna." "Itu penghinaan, Cary. Aku tak mau jadi sasaran kemarahan karena ini. Kau kacau dan lalu kau membuatnya lebih buruk. Ini semua karena ulahmu."
244
www.read-blogger.nlogspot.com
"Jangan sombong. Kau tidur dengan seorang pria yang akan memperkosamu setiap saat." "Ini tidak seperti itu!" Dia mendengus dan menyandarkan pinggulnya ke pinggir meja, mata hijaunya penuh dengan penderitaan dan kemarahan. "Jika kau akan membuat alasan baginya karena dia tidur ketika dia menyerangmu, kau harus membuat alasan yang sama untuk pemabuk dan pemakai. Mereka juga tak tahu apa yang mereka lakukan." Kebenaran kata-katanya menerpaku dengan keras, begitu pula fakta bahwa ia sengaja mencoba untuk melukaiku. "Kau bisa berhenti dari alkohol. Tapi kau tak akan bisa berhenti tidur." Menegakkan badan, Cary membuka botol yang dia pilih dan menuangkan dua gelas, meluncurkan satu di seberang meja ke arahku. "Jika ada yang tahu bagaimana rasanya untuk terlibat dengan orang-orang yang menyakitimu, itu adalah aku. Kau mencintainya. Kau ingin menyelamatkannya. Tapi siapa yang akan menyelamatkanmu, Eva? Aku tidak selalu akan berada di dekatmu ketika kau bersama dia dan dia adalah semacam bom waktu." "Kau ingin bicara tentang bagaimana berada dalam hubungan yang menyakitkan, Cary?" Jawabku, membelokkannya menjauh dari kebenaran yang menyakitkanku. "Apakah kau mengacaukan Trey lebih untuk melindungi diri sendiri? Apakah kau mengetahui kau mendorongnya sebelum ia memiliki kesempatan untuk mengecewakanmu?" Mulut Cary melengkung pahit. Dia mendentingkan gelasnya ke gelasku, yang masih ada di atas meja. "Cheers untuk kita berdua, orang yang benar-benar kacau. Setidaknya kita memiliki satu sama lain." Dia berjalan keluar dari ruangan dan aku melemas. Aku tahu ini akan terjadi - Hancurnya keadaan yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Kepuasan dan kebahagiaan tidak ada dalam hidupku selama lebih dari beberapa saat pada satu waktu, dan mereka benar-benar hanya ilusi. Selalu ada sesuatu yang tersembunyi. Berbaring menunggu untuk memunculkan diri dan menghancurkan segalanya. ***
245
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 20
Gideon tiba saat hidangan makan malam baru saja keluar dari oven. Dia membawa tas pakaian pada salah satu tangannya dan tas laptop di tangannya yang lain. Aku khawatir saat dia berusaha untuk pulang sendirian setelah sesi dengan Dr. Petersen dan merasa lega ketika ia menelpon dan mengatakan bahwa dia sedang dalam perjalanan kemari. Berdiri dengan tenang, saat pertama kali aku membuka pintu dan melihat dia di ambang pintu, getaran kegelisahan meluncur melalui tubuhku. "Hei," katanya pelan, mengikuti dibelakangku masuk ke dapur. "Baunya enak di sini." "Aku harap kau lapar. Ada banyak makanan dan aku akan senang jika Cary bergabung dengan kita untuk membantu menghabiskan makanan ini semuanya." Gideon menjatuhkan barang-barangnya di bar sarapan dengan hati-hati mendekatiku, tatapannya mencari wajahku saat ia mendekatiku. "Aku membawa beberapa barangku untuk menginap malam ini, tapi aku akan pergi jika kau menginginkan aku pergi. Setiap saat. Katakan saja padaku." Aku menghembuskan napasku dengan keras dan terburu-buru, bertekad untuk tidak membiarkan rasa takut mendikte tindakanku. "Aku ingin kau di sini." "Aku ingin berada di sini." Dia berhenti di sampingku. "Bisakah aku memelukmu?" Aku berputar menghadapinya dan memeluknya dengan keras. "Silakan." Dia menekan pipinya ke pipiku dan memelukku erat. Pelukan itu tidak sealami dan semudah seperti yang biasa kami lakukan. Ada kecemasan baru diantara kami yang sedikit berbeda dari apa pun yang telah kami rasakan sebelumnya. "Bagaimana kabarmu?" Gumamnya. "Sekarang lebih baik karena kau sudah berada di sini." "Tampaknya kau masih gugup." Dia menekan bibirnya ke dahiku. "Aku juga merasa begitu. Aku tak tahu bagaimana kita berdua akan bisa tidur berdampingan lagi." Sedikit mundur kebelakang, aku menatapnya. Itu ketakutanku juga, dan percakapanku sebelumnya dengan Cary tidak bisa membantu masalah ini. Dia seperti seorang bom waktu yang siap meledak ... "Kita akan mencari tahu," kataku. Dia diam sampai waktu yang lama. "Apakah Nathan pernah menghubungimu?" "Tidak." Meskipun aku punya ketakutan mendalam bahwa mungkin aku akan bertemu dia lagi suatu hari nanti, apakah sengaja atau tidak sengaja. Dia ada di luar sana, menghirup
246
www.read-blogger.nlogspot.com
udara yang sama ... "Kenapa?" "Itu ada di pikiranku saat ini." Aku menarik diriku kebelakang untuk melihat raut wajahnya, sebuah ganjalan terbentuk di tenggorokanku saat melihat betapa ia tampak seperti tersiksa. "Kenapa?" "Karena kita berdua memiliki banyak masalah di masa lalu." "Apakah kau sangat memikirkan itu?" Gideon menggeleng. "Aku tak bisa berpikir seperti itu." Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan atau katakan. Apa jaminan yang bisa aku berikan padanya, ketika aku tak yakin akan cintaku dan kebutuhannya sudah cukup untuk membuat hubungan kami berhasil? "Apa yang ada dalam pikiranmu?" Tanyanya. "Berpikir tentang makanan. Aku kelaparan. Mengapa kau tidak menemui Cary dan bertanya apakah dia ingin makan sekarang? Kemudian kita bisa memulai makan malam." *** Gideon menemukan Cary sedang tertidur, jadi ia dan aku makan malam dengan lilin untuk dua orang di meja makan, sebuah jamuan yang agak formal meskipun sedikit santai dengan memakai T-shirt usang dan celana piyama yang kami kenakan setelah kami mandi sendirisendiri. Aku mengkhawatirkan Cary, tapi menghabiskan waktu santai dan tenang sendirian saja dengan Gideon rasanya seperti itulah yang kami butuhkan. "Aku tadi makan siang dengan Magdalene di kantorku kemarin," katanya setelah kami baru menikmati beberapa gigitan. "Oh?" Disaat aku sedang membeli cincin itu, Magdalene sedang menikmati waktu berduaan dengan pacarku? "Jangan menggunakan nada seperti itu," tegurnya. "Dia makan makanan di kantor yang dipenuhi oleh bunga kiriman darimu, kau seperti meniupkan ciuman dari mejaku. Kau seperti berada disana dengan dia juga." "Maaf. Reaksi spontan." Dia mengangkat tanganku ke mulutnya dan menekannya dengan ciuman cepat dan keras dibelakang telapak tanganku. "Aku lega kau masih bisa cemburu padaku." Aku menghela napas. Emosiku ada dimana-mana pada hari ini; aku tak bisa memutuskan bagaimana perasaanku tentang apapun itu. "Apakah kau mengatakan sesuatu padanya tentang Christopher?" "Itulah maksud dari makan siang kami. Aku menunjukkan padanya tentang video mereka."
247
www.read-blogger.nlogspot.com
"Apa?" Aku mengerutkan kening, mengingat teleponku kehabisan baterei di dalam mobilnya. "Bagaimana kau melakukan itu?" "Aku membawa teleponmu ke kantorku dan mengambil video itu melalui USB. Apakah kau tidak melihat aku membawanya kembali tadi malam, dengan baterei yang sudah penuh?" "Tidak." Aku meletakkan peralatan makanku. Dominan atau bukan, Gideon dan aku harus membahas di mana batas yang di langgar dari zona amanku. "Kau tak bisa begitu saja menghack ponselku, Gideon." "Aku tidak menghack ponselmu. Kau tidak memasang password." "Bukan itu masalahnya! Ini adalah invasi serius terhadap privasiku. Ya Tuhan... " Kenapa sih tak ada seseorang pun didalam kehidupanku yang mau mengerti bahwa aku punya batasan? "Apakah kau suka kalau aku mengaduk-aduk barang-barangmu?" "Aku tak punya apa-apa untuk disembunyikan." Ia menarik smartphonenya keluar dari saku celananya dan mengulurkannya padaku. "Dan kau tak akan menemukan apa-apa." Aku tak ingin bertengkar sekarang, sesuatu yang kami rasakan sangat tidak sehat saat ini, tapi aku tak akan membiarkan hal ini berlalu cukup lama. "Tak peduli aku punya sesuatu entah ada atau tidak yang aku tak ingin kau melihatnya. Aku punya hak untuk ruang dan privasi, dan kau harus bertanya dulu sebelum kau ingin memperoleh informasi tentangku dan barangbarang milikku. Kau harus berhenti untuk mengambil apapun yang kau inginkan tanpa ijinku." "Apakahnya yang pribadi tentang itu?" Ia bertanya dengan kening berkerut. "Kau menunjukkan itu sendiri padaku." "Jangan seperti ibuku, Gideon!" Aku berteriak. "Hanya ada satu kegilaan yang bisa aku tanggung." Dia tersentak kebelakang atas kemarahanku, jelas terkejut melihat betapa kesalnya aku. "Oke. Maafkan aku." Aku meneguk anggurku, mencoba untuk mengendalikan emosi dan kegelisahanku. "Maaf karena aku marah? Atau maaf karena kau sudah melakukan itu?" Setelah beberapa saat, Gideon berkata, "Aku minta maaf karena membuatmu marah." Dia benar-benar tidak mengerti. "Kenapa kau tidak melihat betapa anehnya ini?" "Eva." desahnya dan mendorong tangan melalui rambutnya. "Aku menghabiskan seperempat hariku setiap hari berada didalam dirimu. Ketika kau menetapkan batasan itu, aku malah berpikir itu sebagai kesewenang-wenangan." "Well, bukan seperti itu. Hal itu penting bagiku. Jika ada sesuatu yang ingin kau ketahui, kau harus bertanya padaku."
248
www.read-blogger.nlogspot.com
"Baiklah." "Jangan lakukan itu lagi," aku memperingatkan. "Aku tidak bercanda, Gideon." Rahangnya menegang. "Oke. Aku paham." Sesudah itu, karena aku benar-benar tak ingin bertengkar, aku mengganti topik pembicaraan. "Apa yang dia katakan ketika dia melihatnya?" Tampaknya dia langsung santai. "Tentu saja itu sulit baginya. Lebih sulit lagi ketika dia tahu aku juga melihatnya." "Dia melihat kita di perpustakaan." "Kami tidak membicarakan tentang hal itu secara langsung, tapi, apa yang harus dikatakan? Aku tak akan minta maaf karena bercinta dengan pacarku di ruang tertutup." Dia bersandar di kursinya dan menghela napas dengan kasar. "Melihat wajah Christopher di video itu - melihat apa yang benar-benar Christopher pikirkan tentang dirinya - itu pasti akan menyakiti hatinya. Sulit rasanya apabila melihat dirimu yang digunakan dengan cara seperti itu. Terutama dengan seseorang yang sudah kau anggap mengenal dirinya dengan baik, seseorang yang seharusnya peduli padamu." Untuk menyembunyikan reaksiku, aku menyibukkan diri dengan mengisi gelas kami berdua. Dia bicara seperti itu seolah-olah pernah mengalaminya. Apa sebenarnya yang telah dilakukan padanya? Setelah meneguk anggur dengan cepat, aku bertanya, "Apa yang akan kau lakukan tentang hal itu?" "Apa yang bisa aku lakukan? Selama bertahun-tahun, aku telah berusaha untuk bicara dengan Christopher. Aku sudah mencoba melemparkan uang ke arahnya. Aku sudah mencoba mengancam dirinya. Dia tak pernah menunjukkan keinginannya untuk berubah. Aku sudah menyadarinya sejak dulu bahwa yang aku bisa hanya mengendalikan efek dari kerusakannya. Dan membuatmu sejauh mungkin untuk menjauh darinya." "Aku akan membantumu menyelesaikan urusan itu, karena sekarang aku sudah tahu." "Bagus." Dia meneguk minumannya, menatapku dari atas bibir gelasnya. "Kau tidak bertanya padaku tentang pertemuanku dengan Dr. Petersen." "Itu bukan urusanku. Kecuali kau ingin berbagi. "Aku bertemu dengan tatapan matanya, berharap dia akan menceritakannya. "Aku di sini untuk mendengarkan setiap kali kau butuh telinga, tapi aku tidak akan turut campur. Ketika kau siap untuk membiarkan aku masuk kedalam pikiranmu, kau bisa melakukannya. Bisa dikatakan, aku dengan senang hati ingin tahu apakah kau menyukai dirinya." "Sejauh ini, ya." Dia tersenyum. "Dia bicara berputar-putar denganku. Tidak banyak orang yang bisa melakukan itu." "Ya. Dia mengajakmu bicara berputar-putar dan membuatmu bisa melihat masalahmu dari
249
www.read-blogger.nlogspot.com
sudut yang berbeda dibanding yang kau pikirkan sebelumnya, lalu kau berpikir 'kenapa baru sekarang aku melihatnya seperti itu'?" Jari Gideon membelai keatas dan ke bawah gagang gelasnya. "Dia memberi suatu resep bagiku untuk di minum setiap malam sebelum tidur. Aku membelinya sebelum datang kemari." "Bagaimana perasaanmu tentang minum obat?" Dia menatapku dengan mata gelap dan sedih. "Aku merasa itu sangat penting. Aku ingin bersamamu dan aku harus membuat dirimu menjadi aman, apapun yang diperlukan. Dr. Petersen mengatakan obat itu apabila dikombinasikan dengan terapi telah berhasil pada kasus seksual yang tidak normal akibat parasomnia yang lainnya. Aku harus percaya itu." Aku mengulurkan tangan untuk meremas tangannya. Minum obat adalah langkah yang besar, terutama bagi seseorang yang telah menghindari masalahnya sejak lama. "Terima kasih." Genggaman Gideon mengencang. "Rupanya ada cukup banyak orang dengan masalah yang sama sampai ada penelitian yang mempelajari tentang tidurnya untuk kasus itu. Dia mengatakan padaku tentang kasus yang didokumentasikan di mana seorang pria melakukan kekerasan seksual pada istrinya dalam tidurnya selama dua belas tahun sebelum mereka meminta bantuan." "Dua belas tahun? Ya Tuhan." "Rupanya sebagian dari alasan mereka menunggu begitu lama adalah karena pria itu lebih baik dalam berhubungan seks ketika dia sedang tidur," katanya datar. "Dan jika fakta itu tidak menghancurkan egonya, aku tak tahu itu apa." Aku menatapnya. "Wah, sialan." "Aku tahu, benarkan?" Senyum kecutnya memudar. "Tapi aku tak ingin kau merasa tertekan untuk berbagi tempat tidur denganku, Eva. Tak ada yang namanya pil ajaib. Aku bisa tidur di sofa atau aku bisa pulang, meskipun dari dua pilihan itu aku lebih suka memilih sofa. Sepanjang hariku terasa lebih baik setelah menyiapkan diriku untuk melakukannya dengan dirimu." "Begitu juga denganku." Meraih ke depan, Gideon menangkap tanganku dan mengangkatnya ke bibirnya. "Aku tak pernah membayangkan aku bisa memiliki ... Seseorang dalam hidupku yang tahu apa yang bisa kau lakukan tentang diriku. Seseorang yang bisa diajak bicara tentang masalahku pada saat makan malam karena dia menerimaku apa adanya... Aku bersyukur pada dirimu, Eva." Hatiku seperti terpilin dengan rasa sakit yang manis di dadaku. Dia bisa mengatakan sesuatu yang indah seperti itu, sesuatu yang sempurna. "Aku merasakan hal yang sama tentangmu, Ace." Mungkin lebih mendalam, karena aku mencintainya. Tapi aku tak mengatakannya dengan keras. Dia akan mendengarnya itu suatu hari nanti. Aku tak akan menyerah sampai akhirnya ia benar-benar menjadi milikku.
250
www.read-blogger.nlogspot.com
*** Dengan kakinya yang telanjang bersandar di meja ruang tamu dan komputer di pangkuannya, Gideon tampak begitu rileks dan santai yang membuat perhatianku terpecah pada acara televisi. Bagaimana kita bisa sampai di sini? Aku bertanya pada diriku sendiri. Pria yang luar biasa seksi ini dan aku? "Kau menatapku," gumamnya, tatapannya masih tertuju pada layar laptop-nya. Aku menjulurkan lidahku kearahnya. "Apakah itu petunjuk yang mengarah ke seksual, Miss Tramell?" "Bagaimana kau bisa melihat aku sedang menatapmu saat kau sedang menatap apapun yang sedang kau kerjakan?" Dia lalu mendongak dan menangkap tatapanku. Matanya yang biru menyala dengan kekuatan dan terbakar. "Aku selalu bisa melihatmu, Angel. Dari pertama saat kau bertemu denganku, aku tak melihat apapun selain kamu." *** Rabu pagi diawali dengan barang milik Gideon yang mendorong ke dalam diriku dari belakang, cara baru favoritku untuk bangun. "Well, kalau begitu," kataku dengan suara serak, sambil menggosok-gosokkan mataku dari rasa kantuk saat lengannya melingkari pinggangku dan menarikku lebih dekat ke dadanya yang hangat dan keras. "Kau begitu enerjik pagi ini." "Kau cantik dan seksi setiap pagi," gumamnya, menggigit bahuku. "Aku suka bangun di dekatmu." Kami merayakan tidur malam tanpa gangguan dengan beberapa orgasme diantara kami. *** Beberapa jam kemudian, aku makan siang dengan Mark dan pasangannya Steven di sebuah restoran Meksiko yang tampaknya menyenangkan terletak di bawah jalan. Kami menuruni anak tangga pendek dari semen untuk memasuki restoran yang ternyata sangat luas dengan staf pribadi berpakaian serba hitam yang menunggu didepan dan tempatnya cukup terang. "Kau harus mengajak cowokmu kembali ke sini," kata Steven," dan meminta dia membelikanmu salah satu pomegranate margarita." "Rasanya enak?" Tanyaku. "Oh, ya."
251
www.read-blogger.nlogspot.com
Ketika pelayan datang untuk mengambil pesanan kami, dia terang-terangan main mata dengan Mark, mengedipkan bulu matanya yang panjang. Mark membalas main mata dengannya. Saat makan berlangsung, si rambut merah yang periang - yang memperkenalkan dirinya sambil menunjukkan name tagnya Shawna - dia semakin berani, menyentuh bahu Mark dan bagian belakang lehernya setiap kali dia datang. Sebagai balasannya, olok-olok Mark menjadi lebih sugestif, sampai aku menatap Steven dengan gugup, menonton wajahnya yang memerah dan cemberutnya semakin dalam pada saat ini. Dengan bergeser tidak nyaman, aku menghitung mundur setiap menit ketegangan itu - sampai makan benar-benar selesai. "Ayo kita bertemu malam ini," kata Shawna kepada Mark ketika ia membawa cek. "Satu malam denganku dan aku akan menyembuhkanmu." Aku ternganga. Serius? "Jam tujuh apa kau bisa?" guman Mark. "Aku akan menghancurkanmu, Shawna. Kau tahu apa yang terjadi ketika kau melakukannya dengan orang kulit hitam..." Aku menarik napas bersamaan dengan air yang kuminum turun di pipa tenggorokan secara salah dan aku langsung tersedak. Steven melompat berdiri dan mengitari meja, menepuk-nepuk punggungku. "Sialan, Eva," katanya, tertawa. "Kita hanya bercanda denganmu. Jangan mati didepan kita." "Apa?" Aku tersentak, mataku berair. Sambil menyeringai, ia memeluk bahuku dan melemparkan lengannya di sekeliling pelayan itu. "Eva, kenalkan adikku, Shawna. Shawna, Eva ini adalah orang yang membuat hidup Mark menjadi lebih mudah." "Baguslah," kata Shawna," karena dia memiliki kamu yang membuat keadaannya menjadi lebih sulit." Steven mengedip padaku. "Itulah sebabnya dia mempertahankan aku." Melihat pasangan kakak dan adik begitu sangat dekat bersama-sama, aku akhirnya menemukan kemiripan yang telah kulewatkan sebelumnya. Aku merosot ke kursiku dan menyipitkan mataku kearah Mark. "Sangat jahat. Kupikir Steven akan meledak amarahnya." Mark mengangkat tangannya keatas untuk menunjukkan tanda menyerah. "Itu semua idenya. Steven kan ratu drama, ingat nggak?" Mengayunkan tumitnya kebelakang, Steven menyeringai dan berkata, "Nah, Eva. Kau tahu Mark ada hubungannya dengan hal ini karena dialah yang membuat ide itu." Shawna merogoh kartu nama dari sakunya dan memberikan padaku. "Nomorku ada di sisi baliknya. Teleponlah aku. Aku punya rahasia mereka berdua. Kau bisa membalas keisengan mereka secara setimpal."
252
www.read-blogger.nlogspot.com
"Pengkhianat!" Tuduh Steven. "Hei." Shawna mengangkat bahu. "Kita para cewek harus bisa sama-sama mendukung." *** Sepulang kerja, Gideon dan aku pergi ke gym. Angus menurunkan kami di pinggir jalan dan kami menuju ke dalam. Segera menuju ruang ganti dan ternyata sangat ramai. Aku berganti pakaian dan menyimpan barang-barangku, kemudian bertemu Gideon di lorong. Aku melambaikan tangan pada Daniel, pelatih yang pernah bicara padaku pada kunjungan pertamaku ke CrossTrainer, dan aku mendapatkan pukulan di pantat karena itu. "Hei," protesku, memukul tangan isengnya Gideon. "Hentikan itu." Dia menarik kuncirku dan dengan lembut mendorong kepalaku kebelakang, memiringkan mulutku keatas jadi dia seakan menandai wilayahnya dengan sebuah ciuman yang mendalam. Saat ia menarik rambutku terasa seperti mengirimkan listrik yang menyapu keseluruh tubuhku. "Jika ini adalah idemu sebagai penangkal," bisikku di bibirnya, "Aku harus mengatakan itu lebih mirip insentif." "Aku tidak ragu-ragu untuk membawanya ke tingkat yang lebih lanjut." Dia menggigit bibir bawahku dengan giginya. "Tapi aku tidak akan menyarankan menguji batas-batasku seperti itu, Eva." "Jangan khawatir. Aku punya cara lain untuk melakukannya." Gideon menggunakan treadmill lebih dulu, membuatku menjadi senang saat melihat tubuhnya berkilauan dengan keringat ... di tempat umum. Sering kali aku melihatnya seperti itu secara pribadi, tak pernah berhenti membuatku bergairah. Ya Tuhan, aku menyukai tampilannya dengan rambut diikat ke belakang. Dan lenturan ototototnya di bawah kulitnya yang sedikit kecokelatan. Dan kekuatan yang anggun dari gerakannya. Melihat dia seperti seorang pria elegan yang sopan saat melepaskan jasnya dan memamerkan sisi keliarannya menghidupkan semua tombol-tombol yang membuatku memanas. Aku tak bisa berhenti menatapnya dan merasa gembira bahwa aku tak harus melakukannya. Karena dia adalah milikku, bagaimanapun juga; sebuah fakta yang mengirimkan kehangatan yang terasa nikmat meluncur keseluruh tubuhku. Selain itu, setiap wanita lain di gym itu selalu mengawasi dia juga. Saat ia pindah dari alat fitness yang satu ke tempat yang lain, puluhan mata mengagumi serta mengikutinya kemana dia bergerak. Ketika dia memergoki, aku mengerling, aku menatapnya sekilas secara sugestif sambil menggerakkan lidahku di sepanjang bibir bawahku. Alisnya melengkung dengan masam dan setengah tersenyum yang membuatku merasa geli. Aku tak bisa mengingat kapan terakhir kali aku merasa begitu termotivasi saat fitness. Satu jam setengah sudah berlalu. Pada saat kami kembali ke Bentley dan menuju ke penthouse, aku menggeliat di kursiku.
253
www.read-blogger.nlogspot.com
Tatapanku meluncur berulang kali kearah Gideon mengisyaratkan undangan secara diamdiam. Dia mengaitkan jari-jarinya dengan jariku. "Kau akan menunggunya untuk itu." Pernyataannya mengejutkanku. "Apa?" "Kau pasti mendengarkan aku." Dia mencium jariku dan dengan lancang memberiku senyum nakal. "Menunda kepuasan, angel." "Kenapa kita melakukan itu?" "Pikirkan tentang bagaimana gilanya kita berdua setelah makan malam." Aku mencondongkan tubuhku lebih dekat sehingga Angus tidak mendengarkan aku, meskipun aku tahu dia cukup profesional untuk mengabaikan kita. "Ini sudah pasti, menunggu atau tidak. Aku katakan kita akan melakukannya atau tidak sama sekali." Tapi dia tidak bergeming. Sebaliknya, dia menyiksa kami berdua. Setelah kami berdua menanggalkan pakaian untuk mandi uap, tangan kami saling membelai dan mengusap lekuk dan cekungan dari tubuh kami; kemudian berpakaian untuk makan malam. Dia mengeluarkan semua dasi hitam, namun mengabaikan dasi itu. Kemejanya putih rapi tidak terkancing pada kerahnya, menyingkapkan sebagian kulitnya. Gaun koktail yang dia pilihkan untukku adalah sutra warna sampanye buatan Vera Wang dengan korset model kemben tanpa tali dibahu, bagian punggung terbuka, dan rok berlapis yang panjangnya beberapa inci di atas lututku. Aku tersenyum ketika aku melihat gaun itu, tahu itu akan membuatnya gila saat melihat aku memakai gaun itu sepanjang malam. Sangat indah dan aku menyukainya, tapi model itu ditujukan untuk yang bertubuh tinggi, tubuh ramping, bukan untuk gadis pendek dengan bentuk tubuh yang lebih berlekuk. Dalam upaya yang menyedihkan untuk terlihat sopan, aku membiarkan rambutku menggantung diatas payudaraku, tapi itu tidak membantu banyak jika ekspresi Gideon menberikan indikasi seperti itu. "Ya Tuhan, Eva." Dia membetulkan posisi celananya. "Aku harus mengubah pikiran mengenai gaun ini. Kamu seharusnya tidak memakainya di depan umum." "Kita tidak memiliki waktu lagi dengan adanya pikiranmuyang berubah." "Kupikir bahannya lebih banyak dari pada itu." Aku mengangkat bahu sambil tersenyum. "Apa yang bisa kukatakan? Kau yang membelikannya." "Aku jadi berpikir dua kali. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melepasnya?" Menggeserkan lidahku di sepanjang bibir bawahku, sambil berkata, "Aku tak tahu. Kenapa kau tidak mencobanya sendiri?" Matanya menjadi gelap. "Kita tak akan pernah keluar dari sini."
254
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku tak akan mengeluh." Dia tampak begitu panas dan aku menginginkan dia - seperti biasa - benar-benar sangat menginginkannya. "Apakah tak ada jaket atau sesuatu yang bisa kau pakai diatasnya? mungkin parka? Atau mantel?" Tertawa, aku melepaskan genggamanku dari meja rias dan membungkus lenganku ketubuhnya. "Jangan khawatir. Setiap orang akan begitu sibuk mengamatimu tanpa repotrepot memperhatikanku." Dia merengut saat aku menarik dia keluar dari kamar tidur. "Serius. Apakah payudaramu jadi tambah besar? Seakan mau tumpah keluar dari atas situ." "Umurku sudah dua puluh empat tahun, Gideon," kataku datar. "Aku sudah berhenti berkembang sejak bertahun-tahun yang lalu. Apa yang kau lihat adalah apa yang kau dapatkan." "Ya, tapi aku seharusnya satu-satu orang yang melihat itu, karena aku satu-satunya yang diperbolehkan untuk mendapatkannya." Kami berjalan memasuki ruang tamu. Dalam waktu singkat membawa kami melewati foyer, aku menikmati keindahan dan ketenangan tempat tinggal Gideon. Aku menyukai bagaimana hangat serta mengundangnya ini. Dengan keindahan dunia lama dekorasi yang begitu elegan, namun juga terasa sangat nyaman. Pemandangan yang menakjubkan terlihat dari jendela melengkung yang dilengkapi interior, namun tidak mengalihkan perhatian dari itu. Campuran dari kayu gelap, batu yang aus, warna-warna hangat, dan aksen permata berkilauan jelas sangat mahal, begitu juga karya seni yang tergantung di dinding, tapi itu adalah tampilan berkelas dari kekayaannya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan seseorang yang akan canggung tentang apa yang boleh disentuhnya atau dimana dia akan duduk. Ini bukan ruangan semacam itu. Kami memasuki lift pribadi dan Gideon menatapku saat pintu tertutup. Dia segera mencoba menarik korsetku ke atas. "Jika kau tidak hati-hati," aku memperingatkan, "Kau sebaliknya malah akan mengekspos selangkanganku." "Sialan." "Kita bisa bersenang-senang dengan ini. aku bisa memainkan peran lelucon seorang bubble headed blonde bimbo (pemeran Harlequinade di film batman) yang mengincar kemaluan dan kekayaanmu, dan kau bisa menjadi dirimu sendiri - seorang miliarder playboy dengan mainan terbarunya. Pura-pura saja terlihat bosan dan memanjakannya ketika aku mengelus dan bergumam lembut tentang bagaimana briliannya dirimu." "Itu tidak lucu." Kemudian ia berubah cerah. "Bagaimana dengan syal?" ***
255
www.read-blogger.nlogspot.com
Setelah kami check in untuk jamuan makan malam untuk mencari dana buat tempat penampungan baru untuk wanita dan anak-anak, kami diarahkan ke barisan pers, sehingga memicu ketakutanku karena merasa terekspos. Aku akan fokus pada Gideon karena itu tidak akan mengalihkan perhatianku sepenuhnya seperti yang ia lakukan. Dan karena aku memberikan perhatian yang begitu dekat, aku bisa melihat perubahannya ketika itu terjadi dari seorang pria sebagai pacarku berganti menjadi seseorang yang berada di depan publik. Topeng itu menyelinap dengan mulus ke tempatnya. Iris matanya biru sedingin es dan mulut sensualnya langsung hilang yang bisa terlihat dari lengkungan mulutnya. Aku hampir bisa merasakan kekuatan tekadnya yang menyertai kami. Seperti ada perisai diantara kami dan seluruh dunia hanya karena ia berharap seperti itu. Berdiri di sampingnya, aku tahu tak ada seorangpun yang akan mendekati atau berbicara kepadaku sampai ia memberi mereka beberapa tanda bahwa mereka bisa berbicara denganku. Namun, larangan jangan menyentuh tidak mencakup untuk memandang. Gideon jadi pusat perhatian saat kami berjalan menuju ballroom dan semua mata mengikutinya. aku menjadi berkedut gugup karena semua perhatian tertuju padanya, tapi tampaknya ia tak menyadari dan sama sekali tidak terusik. Kalau saja aku sampai hati merayu dan mengelus ke seluruh tubuh Gideon, aku sudah menunggu dalam antrean. Cukup banyak yang mengerumuninya saat kami berhenti berjalan. aku melangkah menjauhinya untuk memberikan ruang bagi orang-orang berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya dan berkelana untuk mencari sampanye. Waters Field & Leaman telah melakukan iklan cuma-cuma untuk acara gala ini, dan aku melihat beberapa orang yang kukenal. Aku berhasil mengambil gelas dari nampan pelayan yang lewat ketika aku mendengar seseorang memanggil namaku. Berbalik, aku melihat keponakan Stanton mendekat dengan senyuman yang lebar. Berambut gelap dan bermata hijau, ia berusia hampir sama dengan usiaku. aku mengenalnya setelah beberapa kali aku mengunjungi ibuku pada saat liburanku dan rasanya senang bertemu dengannya. "Martin!" Aku menyambutnya dengan tangan terbuka dan kami berpelukan secara singkat. "Bagaimana kabarmu? Kau tampak luar biasa." "Aku pun akan mengatakan hal yang sama." Dia kagum melihat gaunku. "Aku mendengar kau pindah ke New York dan bermaksud ingin mengunjungimu. Berapa lama kau berada di kota ini?" "Belum lama. Baru beberapa minggu." "Minum sampanye-mu," katanya. "Dan mari kita berdansa." Anggur masih menggelembung terasaenak melalui sistem syarafku ketika kami pindah ke lantai dansa diiringi dengan suara Billie Holliday yang menyanyikan lagu "Summertime." "Jadi," ia mulai bergerak, "apa kau sudah bekerja?" Saat kami berdansa, aku bercerita tentang pekerjaanku dan aku bertanya saat ini apa yang dia lakukan. Aku tak terkejut mendengar dia bekerja untuk perusahaan investasi Stanton dan
256
www.read-blogger.nlogspot.com
bekerja dengan baik. "Aku senang datang di kota ini dan kapan-kapan aku ingin mengajakmu keluar untuk makan siang," katanya. "Sangat menyenangkan." Aku melangkah kebelakang saat musik berakhir dan menabrak seseorang di belakangku. Sebuah tangan menyentuh pinggangku untuk menyeimbangkan tubuhku dan aku menoleh lalu menemukan Gideon di belakangku. "Halo," gumamnya, tatapannya dingin pada Martin. "Perkenalkan kami." "Gideon, ini adalah Martin Stanton. Kami sudah saling kenal selama beberapa tahun. Dia keponakan ayah tiriku." Aku mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Martin, ini adalah pria yang sangat penting dalam hidupku, Gideon Cross." "Cross." Martin menyeringai dan mengulurkan tangannya. "Aku tahu siapa anda, tentu saja. Senang bertemu dengan anda. Jika hal ini berjalan dengan baik, mungkin aku akan melihat anda di beberapa pertemuan keluarga." Lengan Gideon menyelip di bahuku. "Undanglah aku." Martin disapa oleh seseorang yang dia kenal dan dia membungkuk untuk mencium pipiku. "Aku akan meneleponmu tentang makan siang. Minggu depan mungkin?" "Baiklah." Aku sangat sadar Gideon bergetar dengan energinya disampingku, meskipun ketika aku meliriknya, wajahnya tenang dan tanpa ekspresi. Dia menarikku ke lantai dansa, dengan suara Louis Armstrong yang sedang menyanyikan lagu "What a Wonderful World." "Aku tidak yakin aku menyukainya," gumamnya. "Martin pria yang sangat baik." "Hanya selama dia tahu kau milikku." Dia menekan pipinya ke dahiku dan menempatkan tangannya tepat pada potongan gaunku, kulitnya menempel langsung ke kulitku. Tidak ada cara untuk meragukan bahwa aku miliknya saat ia memelukku seperti itu. Aku menikmati kesempatan itu untuk menjadi begitu dekat dengan tubuhnya yang nikmat itu di depan umum. Bernapas bersamanya, aku menjadi relaks dalam pelukan ahlinya. "Aku menyukai ini." Mengendusku, dia bergumam, "Itulah maksudnya." Kebahagiaan. Ini berlangsung selama kami berdansa. Kami keluar dari lantai dansa ketika aku melihat Magdalene pergi ke samping. Aku butuh beberapa saat untuk mengenalinya karena dia memotong rambutnya menjadi potongan bob yang keren. Dia tampak ramping dan berkelas dengan gaun koktail hitam sederhana, tapi terhalang oleh si rambut cokelat mencolok yang sedang dia ajak bicara.
257
www.read-blogger.nlogspot.com
Langkah Gideon tersendat, sedikit melambat sebelum melanjutkan langkahnya seperti biasa. Aku melihat ke bawah, berpikir ia menghindari sesuatu di lantai, ketika ia berkata pelan, "Aku perlu memperkenalkanmu dengan seseorang." Perhatianku bergeser untuk melihat kemana arah pembicaran kami. Wanita yang bersama Magdalene telah melihat Gideon dan berbalik untuk menghadapinya. Aku merasa lengannya menegang di bawah jari-jariku saat tatapan mereka bertemu. Aku tahu mengapa. Wanita itu, siapapun dia, sangat mencintai Gideon. Itu terlihat di wajahnya dan di wajah pucatnya, serta mata birunya yang menyesatkan. Kecantikannya menakjubkan, begitu indah sangat nyata. Rambutnya hitam seperti tinta dan tergantung tebal dan lurus hampir ke pinggang. Warna bajunya icy hue (semua warna pelangi) sama seperti matanya, kulitnya keemasan karena paparan matahari, tubuhnya tinggi dan melekuk sempurna. "Corinne," ia menyapa wanita itu, serak alami dalam suaranya bahkan lebih jelas. Dia membebaskanku dan menangkap tangan wanita itu. "Kau tak bilang kau sudah kembali. Aku pasti akan menjemputmu." "Aku meninggalkan beberapa pesan di voice mail rumahmu," katanya, dengan suaranya yang sopan dan halus. "Ah, aku belum pulang kerumah akhir-akhir ini." Seolah-olah itu mengingatkannya akan keberadaanku di sampingnya, ia melepaskan genggaman wanita itu dan menarikku ke sisinya. "Corinne, ini Eva Tramell. Eva, Corinne Giroux. Seorang teman lama." Aku mengulurkan tanganku dan dia menjabat tanganku. "Siapa saja teman Gideon adalah temanku juga," katanya dengan senyum hangat. "Aku berharap itu berlaku untuk pacarnya juga." Ketika tatapannya bertemu dengan tatapanku, saat itulah ia sadar. "Terutama pacar. Jika kau bisa membebaskan dia sejenak, aku berharap agar bisa memperkenalkan dia ke rekanku." "Tentu saja." Suaraku tenang, padahal aku sama sekali tidak tenang. Gideon memberiku ciuman sekadarnya di dahi sebelum ia melangkah lebih dekat ke Corinne dan menawarkan lengannya kepadanya, meninggalkan Magdalene berdiri canggung di sampingku. Aku benar-benar merasa kasihan padanya, ia tampak begitu sedih. "Model rambut barumu sangat bagus, Magdalene." Dia melirik ke arahku, mulutnya mengetat, dan kemudian melunak dengan desahan yang terdengar penuh dengan kepasrahan. "Terima kasih. Sudah waktunya untuk berubah. Saatnya untuk beberapa perubahan, kupikir. Dan juga, tak ada alasan untuk meniru orang yang dulu pergi dan sekarang telah kembali."
258
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mengerutkan kening kebingungan. "Kau membuatku bingung." "Aku sedang bicara tentang Corinne." Dia mempelajari wajahku. "Kau tidak tahu. Dia dan Gideon pernah bertunangan, selama lebih dari setahun. Dia putus, menikah dengan seorang pria kaya dari Prancis, dan pindah ke Eropa. Tapi pernikahan mereka berantakan. Mereka sekarang bercerai dan dia pindah kembali ke New York." Bertunangan. Aku merasakan darah mengalir dari wajahku, tatapanku beralih ke tempat pria yang kucintai berdiri dengan wanita yang pasti pernah dicintainya, tangannya bergerak ke punggungnya untuk menenangkan saat wanita itu bersandar pada Gideon sambil tertawa. Saat perutku berputar dengan kecemburuan dan ketakutan yang menyakitkan, aku tersadar bahwa aku mengira dia tidak pernah memiliki hubungan romantis yang serius sebelum denganku. Bodoh. Pria seksi seperti dia, aku seharusnya mengetahuinya dengan lebih baik. Magdalene menyentuh bahuku. "Kau harus duduk, Eva. Kau sangat pucat." Aku tahu aku bernapas terlalu cepat dan denyut nadiku bertambah cepat semakin tinggi. "Kau benar." Pindah ke kursi yang ada didekatku, aku menurunkan kakiku. Magdalene duduk di sampingku. "Kau mencintainya," katanya. "Aku tidak melihatnya. Maafkan aku. Dan aku minta maaf atas apa yang kukatakan padamu saat pertama kali kita bertemu." "Kau mencintainya, juga," jawabku kaku, pandanganku tidak fokus. "Dan pada saat itu, aku tidak mencintainya. Belum." "Tidak ada alasan bagiku, bukankah begitu?" Aku bersyukur menerima segelas sampanye ketika itu ditawarkan padaku dan mengambil gelas kedua untuk Magdalene sebelum pelayan pergi untuk melanjutkan tugasnya. Kami mendentingkan gelas seperti wujud menyedihkan solidaritas perempuan yang dicemooh. Aku ingin pergi. Aku ingin berdiri dan berjalan keluar. Aku ingin Gideon menyadari bahwa aku meninggalkannya, dan dia terpaksa pergi hanya untuk mengejarku. Aku ingin dia merasakan beberapa rasa sakit yang kurasakan. Bodoh, tidak dewasa, imajinasi yang menyakitkan yang membuatku merasa seperti anak kecil. Aku berusaha duduk nyaman dengan kebisuan Magdalene di sampingku yang merasa menyesal. Dia tahu bagaimana rasanya mencintai Gideon dan sangat menginginkannya. Aku merasa dia menderita seperti diriku karena aku seakan menegaskan bahwa Corinne mungkin menjadi ancaman bagiku. Apakah Gideon merindukan wanita itu sepanjang waktu? Apakah karena dia alasan Gideon menutup dirinya dari wanita lain? "Disini kau rupanya."
259
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku mendongak saat Gideon menemukanku. Tentu saja Corinne masih di lengannya dan aku mendapat efek penuh dari mereka berdua sebagai pasangan. Begitulah mereka, cukup sederhana, seseorang yang begitu tampan dan cantik bersama-sama. Corinne mengambil tempat duduk di sampingku dan Gideon menyapukan ujung jarinya di atas pipiku. "Aku harus bicara dengan seseorang," katanya. "Apakah kau ingin aku membawakanmu sesuatu saat aku kembali nanti?" "Stoli dan cranberry. Jadikan itu double." Aku butuh alkohol. Sangat butuh. "Baiklah." Tapi dia mengerutkan kening dengan permintaanku sebelum ia berjalan pergi. "Aku sangat senang bertemu denganmu, Eva," kata Corinne. "Gideon telah bercerita banyak tentang dirimu." "Tidak banyak yang bisa di ceritakan. Kalian berdua pergi tidak terlalu lama." "Kami berbicara hampir setiap hari." Dia tersenyum, dan tidak ada kepalsuan atau berbahaya dari ekspresinya. "Kami sudah berteman sejak lama." "Lebih dari sekedar teman," kata Magdalene tajam. Corinne mengerutkan kening pada Magdalene dan aku sadar bahwa aku tak seharusnya mengetahui itu. Apakah itu dia atau Gideon atau mereka berdua telah memutuskan yang terbaik untuk tidak memberitahuku? Mengapa menutupi sesuatu jika tidak ada yang harus disembunyikan? "Ya, itu benar," dia mengakuinya dengan keengganan yang tampak jelas. "Meskipun itu beberapa tahun yang lalu." Aku memutar di kursiku untuk menatapnya. "Kau masih mencintainya." "Kau tidak bisa menyalahkan aku untuk itu. Setiap wanita yang menghabiskan waktu dengan dia pasti jatuh cinta dengannya. Dia tampan dan tak tersentuh. Itu kombinasi yang sangat menarik." Senyumnya melunak. "Dia bilang padaku bahwa kau adalah inspirasinya untuk mulai membuka dirinya. Aku berterima kasih padamu untuk itu." Aku ingin mengatakan, aku melakukan itu bukan untukmu. Kemudian sebuah keraguan yang licik melayang dalam pikiranku, membuat titik yang rentan didalam diriku menutup dengan sendirinya. Apakah aku melakukannya untuk wanita ini tanpa aku menyadarinya? Aku memutar-mutar dasar gelas sampanye kosong di atas meja. "Dia akan menikah denganmu." "Dan itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku yang sudah lama berlalu." Tangan Corinne menyentuh tenggorokannya, jarinya yang ramping dengan gelisah membelainya, seolah bermain-main dengan sebuah kalung yang biasa dia temukan disana. "Aku masih muda dan dalam beberapa hal ia membuatku takut. Dia begitu posesif. Barulah setelah aku menikah aku
260
www.read-blogger.nlogspot.com
menyadari bahwa sikap posesif jauh lebih baik daripada tidak dipedulikan. Setidaknya bagiku." Aku melengos, melawan rasa mual yang naik di tenggorokan. "Kau sangat pendiam," katanya. "Apa yang harus dikatakan?" Magdalene melontarkan keluar kata-katanya. Kami semua mencintainya. Kami semua tersedia untuknya. Pada akhirnya, dia akan membuat pilihan diantara kami. "Kau harus tahu, Eva," Corinne memulai, menatapku dengan mata biru lautnya yang jernih, "dia mengatakan padaku betapa istimewanya kau baginya. Butuh beberapa waktu untuk mengumpulkan keberanianku untuk datang kembali ke sini dan menghadapi kalian berdua bersama-sama. Aku bahkan telah membatalkan penerbangan yang telah aku pesan dua minggu yang lalu. Aku menginterupsinya di tengah acara amal saat ia sedang memberikan pidato disana, pria malang, untuk memberitahu dia bahwa aku sedang dalam perjalanan dan untuk meminta bantuannya agar membuatku tentram." Aku membeku, merasa rapuh seperti kaca retak. Dia sedang berbicara tentang makan malam pusat advokasi, malam itu saat Gideon dan aku berhubungan seks untuk pertama kalinya. Malam itu saat kami meresmikan limo-nya dan ia dengan tiba-tiba menjadi pendiam, kemudian meninggalkanku dengan tiba-tiba. "Ketika dia meneleponku kembali," ia melanjutkan, "Dia bilang dia bertemu dengan seseorang. Dia ingin kau dan aku bertemu saat aku tiba di kota. Aku akhirnya menjadi pengecut. Dia tidak pernah memintaku untuk bertemu seorang wanita dalam hidupnya sebelumnya." Ya Tuhan. Aku melirik Magdalene. Gideon meninggalkanku dengan terburu-buru malam itu untuk wanita ini. Untuk Corinne. ***
261
www.read-blogger.nlogspot.com
Bab 21
"Permisi." Aku mendorong kursi kebelakang dari meja dan mencari Gideon. Aku melihat dia di bar dan berjalan ke tempatnya. Dia baru saja berbalik dan menjauh dari bartender dengan membawa dua gelas di tangannya ketika aku mencegatnya. Aku mengambil minumanku dan meneguknya, gigiku terasa ngilu saat es batu membenturnya. "Eva-" Ada perhatian lembut yang menyiksa disuaranya. "Aku akan pulang," kataku datar, melangkah memutarinya untuk meletakkan gelas kosongku diatas bar. "Aku tidak bermaksud melarikan diri, karena aku memberitahumu terlebih dulu dan memberimu pilihan apakah kau mau ikut denganku atau tidak." Dia menghela napas dengan keras dan aku bisa melihat bahwa dia memahami suasana hatiku. Dia tahu aku tahu. "Aku tidak bisa pulang sekarang." Aku berbalik menjauhinya. Dia menangkap lenganku. "Kau tahu aku tidak bisa tinggal jika kamu pergi. Tidak ada alasannya kau marah, Eva." "Tidak ada?" Aku menatap di mana tangannya mencengkeramku. "Aku sudah pernah memperingatkanmu kalau aku bisa marah dan cemburu. Kali ini, kau sudah memberiku alasan yang tepat." "Apakah memperingatkanku lebih dulu itu menjadikanmu alasan ketika kau sendiri bersikap konyol tentang hal ini?" Wajahnya terlihat santai, suaranya pelan dan tenang. Tak seorangpun dari kejauhan melihat ketegangan diantara kami, tapi terlihat sangat jelas di matanya. Gairah yang terbakar dan amarah sedingin es. Dia begitu pandai menempatkan keduanya secara bersamaan. "Siapa yang konyol? Bagaimana dengan Daniel, pelatih pribadi itu? Atau Martin, anggota keluarga dari ayah tiriku?" Aku mencondongkan tubuhku lebih mendekat dan berbisik, "Aku tidak pernah berhubungan seks dengan salah satu dari mereka, apalagi sepakat akan menikah! Aku juga yakin sekali bahwa aku tidak bicara dengan mereka setiap hari!" Tiba-tiba, ia menangkap pinggangku dan mengangkatku sampai erat menempel dirinya. "Kau ingin disetubuhi sekarang," katanya mendesis di telingaku, menggigit lembut daun telingaku dengan giginya. "Aku seharusnya tidak membuat kita menunggu." "Mungkin kau merencanakan itu ke depan," jawabku. "Menyimpannya jika kekasih lama muncul kembali kedalam kehidupanmu, seseorang yang lebih kau sukai untuk disetubuhi sebagai gantinya." Gideon menaruh kembali minumannya; kemudian dia menarikku ke sampingnya dengan lengan baja disekeliling pinggangku dan membawaku menembus kerumunan orang-orang
262
www.read-blogger.nlogspot.com
menuju pintu. Dia mengeluarkan smartphone-nya dari sakunya dan memerintahkan limo segera datang. Pada saat kita sampai di jalan, mobil panjang ramping itu sudah ada di sana. Gideon mendorongku melalui pintu terbuka yang ditahan oleh Angus dan mengatakan padanya, "Berkeliling blok sampai aku mengatakan sebaliknya." Lalu ia masuk kedalam tepat di belakangku, begitu dekat sampai aku bisa merasakan napasnya punggung telanjangku. Aku bergegas menuju kursi yang diseberang, bertekad untuk menjauh dari dirinya... "Berhenti," bentaknya. Aku berlutut di lantai karpet, mengambil napas dengan keras. Aku bisa lari ke ujung bumi dan aku masih tak bisa menghindari kenyataan bahwa Corinne Giroux lebih baik untuk Gideon daripada diriku. Dia tenang dan kalem, keberadaannya begitu menenangkan bahkan bagi diriku - diriku adalah seorang yang mudah panik terhadap fakta bahwa aku tidak menyukai keberadaannya. Inilah mimpi terburuk. Tangannya membelit kedalam rambutku yang terurai, menahanku. Kakinya menyebar melingkariku, cengkeramannya mengetat sehingga kepalaku tertarik kebelakang perlahan menyentuh bahunya. "Aku akan memberimu apa yang kita berdua butuhkan, Eva. Kita akan berhubungan seks selama diperlukan untuk menghilangkan kebutuhanmu sampai tiba saatnya makan malam. Dan kau tak perlu khawatir tentang Corinne, karena sementara dia berada di dalam ballroom, aku akan berada jauh didalam dirimu." "Ya," bisikku, menjilati bibirku yang kering. "Kau lupa siapa submisif, Eva," katanya dengan kasar. "Aku sudah menyerahkan kontrol untukmu. Aku sudah menyesuaikan diri untukmu. Aku akan melakukan apa saja untuk tetap bersamamu dan membuatmu bahagia. Tapi aku tidak bisa menjadi ditundukkan atau di dominan. Jangan menyalahartikan istilah terlalu memanjakan sebagai suatu kelemahan." Aku menelan ludah, darahku membara untuknya. "Gideon ..." "Letakkan kedua tanganmu keatas dan berpegangan pada pegangan tangan diatas jendela. Tahan disana sampai aku memberitahumu, mengerti?" Aku melakukan apa yang ia perintahkan, mendorong tanganku sampai ke grab handle yang terbuat dari kulit. Ketika genggamanku sudah mantap, tubuhku tersulut menjadi hidup, membuatku menyadari bagaimana dia memang benar tentang apa yang aku inginkan. Dia mengtahui diriku dengan baik, inilah kekasihku. Mendorong tangannya masuk ke dalam korsetku, Gideon meremas payudara milikku yang penuh, dan terasa sakit. Ketika ia memutari lalu menarik putingku, kepalaku terkulai bersandar padanya, mendorong ketegangan meninggalkan tubuhku. "Ya Tuhan." Mulutnya mencium pelipisku. "Rasanya begitu sempurna ketika kau menyerahkan dirimu padaku seperti ini... secara menyeluruh, seolah-olah itu adalah sebuah pembebasan yang sangat besar." "Becintalah denganku," aku memohon, membutuhkan dirinya berada didalam diriku.
263
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kumohon." Melepaskan rambutku, dia meraih dibawah gaunku dan menarik celana dalamku menuruni pahaku. Jasnya melayang melewatiku dan mendarat di kursi; kemudian tangannya mendorong diantara kedua kakiku dari depan. Dia mengeram saat menemukan diriku begitu basah dan bengkak. "Kau ditakdirkan untukku, Eva. Kau tak bisa pergi terlalu lama tanpa aku ada di dalam dirimu." Dia masih memancing hasratku, menjalankan jari terampilnya diantara celah pangkal pahaku, menyebarkan kelembaban di atas klit-ku dan bibir seks-ku. Dia mendorong dua jarinya masuk ke dalam diriku, menjepitnya, mempersiapkanku terhadap miliknya yang panjang dan besar itu memasuki diriku. "Apakah kau menginginkan aku, Gideon?" Tanyaku dengan suara serak, butuh untuk mendekati dorongan dari jari-jarinya, namun terhambat oleh jauhnya aku harus mencapai grab handle. "Melebihi kebutuhan akan menghirup napas bagiku." Bibirnya bergerak di tenggorokanku lalu ke atas bahuku, lidahnya yang hangat bagaikan beluDr.u meluncur menggoda melintasi kulitku. "Aku juga tak bisa lama-lama tanpa dirimu, Eva. Kau membuatku kecanduan...obsesiku..." Giginya menggigit lembut kulitku, menyampaikan kebutuhanannya yang liar dengan suara kasar gairahnya. Sementara dia menyetubuhiku dengan jari-jarinya, tangan lainnya memijat klit-ku, membuatku orgasme, lagi dan lagi dari rangsangan secara bersamaan. "Gideon!" Aku tersentak, ketika jari-jariku basah mulai terlepas dari kulit grab handle. Tangannya meninggalkan diriku dan aku mendengar bunyi erotis dari ritsletingnya saat diturunkan. "Mari kita lakukan dan berbaringlah telentang dengan membuka kakimu." Aku bergerak dan berbaring di sepanjang kursi, memberikan tubuhku padanya, bergetar dalam penantian. Tatapannya bertemu dengan tatapanku, wajahnya sekilas disinari oleh lampu mobil yang lewat. "Jangan takut." Dia mendekat diatasku, mengatur berat tubuhnya diatas diriku dengan sangat hati-hati. "Aku sangat terangsang untuk merasa takut." Aku meraih dia dan mendorong tubuhku keatas untuk menekan tubuhnya yang keras. "Aku menginginkanmu." Ujung kepala miliknya menyentuh bibir seks-ku. Dengan melenturkan pinggulnya, ia mendorong masuk ke dalam diriku, napasnya mendesis sama seperti diriku pada saat terjadi koneksi yang membakar. Aku mengangkat pantatku menjauh dari kursi, jari-jariku nyaris melekat dipinggangnya yang ramping. "Aku mencintaimu," bisikku, menatap wajahnya saat ia mulai bergerak. Setiap inci kulitku terbakar seolah-olah terkena panasnya sinar matahari, dan dadaku begitu padat dengan kerinduan dan emosi yang membuatku sulit untuk bernapas. "Dan aku membutuhkanmu, Gideon."
264
www.read-blogger.nlogspot.com
"Kau memilikiku," bisiknya, miliknya bergerak masuk dan keluar. "Aku tak bisa lebih lagi jadi milikmu." Aku bergetar dan menegang, pinggulku memenuhi dorongannya yang lambat dan teratur tanpa hentinya. Aku mencapai klimaks dengan jeritan karena kehabisan napas, gemetar saat kenikmatan berdesir melewati seks-ku, sambil meremas erat miliknya sampai dia menggeram dan mulai mendorong dengan cepat ke dalam diriku. "Eva." Aku terguncang karena dorongannya yang liar, mendesaknya keatas. Dia mencengkeramku, mendorongku semakin keras dan cepat. Kepalaku meronta-ronta dan aku mengerang tanpa malu-malu, menyukai nuansa darinya, sensasi yang dekaden karena dimiliki dan diberi kenikmatan tanpa ampun. Kami sama-sama menjadi liar, berhubungan seks seperti binatang liar, dan aku begitu terangsang oleh gairah primitif kami, kurasa aku akan mati karena orgasme yang mulai terbangun di dalam diriku. "Kau sangat hebat dalam hal ini, Gideon. Sangat hebat... " Dia mencengkeram pantatku dan menarikku untuk bertemu dengan dorongan yang berikutnya, mendorongnya sampai jauh kedalam diriku, memaksa keluar desahan nikmat/sakit dari tenggorokanku. Aku klimaks lagi, mencengkeram miliknya dengan keras. "Ah, Ya Tuhan. Eva." Dengan erangan yang bergetar, Dia menyembur dengan keras, membanjiriku dengan cairan panasnya. Menjepit pinggulku, dia merapatkan tubuhnya padaku, mengosongkan dirinya sejauh mungkin di dalam diriku. Ketika ia selesai, ia menarik napas keras dan menyibakkan rambutku dengan tangannya, mencium samping leherku yang basah. "Aku ingin kau tahu apa yang kau lakukan padaku. Aku berharap aku bisa memberitahu padamu." Aku memeluknya erat-erat. "Aku tak bisa mencegah diriku berubah menjadi bodoh saat bersama denganmu. Hanya saja ini terlalu banyak, Gideon. Ini-" "-Tidak terkendali." Dia memulai lagi, menyodok dengan berirama. Menikamati dengan santai. Seolah-olah kami memiliki semua waktu di dunia ini. Miliknya berubah membesar dan memanjang dengan setap dorongan dan tarikan. "Dan kau membutuhkan kontrol." Aku kehilangan napasku terutama pada dorongannya yang sangat ahli. "Aku membutuhkanmu, Eva." Tatapannya keras di wajahku saat ia bergerak di dalam diriku. "Aku membutuhkanmu." *** Gideon tidak pernah menjauh dari sisiku, atau mengijinkanku untuk meninggalkan dirinya,
265
www.read-blogger.nlogspot.com
pada sisa malam ini. Tangan kanannya selalu terkait dengan tangan kiriku selama makan malam, sekali lagi dia lebih memilih makan dengan satu tangannya daripada melepaskan genggaman tangannya pada tanganku. Corinne - yang mengambil tempat duduk di sisi lain dari Gideon di meja kami - menatapnya dengan pandangan bertanya. "Sepertinya aku ingat kau bukan orang kidal." "Aku masih seperti dulu," katanya, mengangkat genggaman tangan kami berdua dari bawah meja dan mencium ujung jariku. Aku merasa seperti orang bodoh dan menajdi tak percaya diri ketika ia melakukannya - dan menyadari bahwa Corinne masih mengawasi kami. Tapi sayangnya, sikap romantismya tak bisa menahannya untuk berbicara dengan Corinne selama makan malam, bukannya malah bicara denganku - yang membuatku merasa menjadi gelisah dan tidak merasa senang. Aku melihat lebih banyak bagian belakang kepala Gideon daripada wajahnya. "Setidaknya itu bukan ayam." Aku menoleh ke arah pria yang duduk di sampingku. Aku begitu fokus saat berusaha untuk menguping percakapan Gideon sehingga aku tidak memberi perhatian pada teman satu meja kami. "Aku menyukai ayam," kataku. Dan aku menyukai sajian ikan nila untuk makan malam ini aku telah menghabiskannya di piringku. "Jelas, rasanya tidak kenyal." Dia menyeringai dan tiba-tiba aku menyadari dia tampak jauh lebih muda dari rambut putihnya yang menunjukkan dia sudah berumur. "Ah, kau tersenyum," gumamnya. "Dan itu senyum yang sangat cantik." "Terima kasih." Aku memperkenalkan diriku. "Dr. Terrence Lucas,"katanya. "Tapi aku lebih suka dipanggil Terry." "Dr. Terry. Senang bertemu denganmu." Dia tersenyum lagi. "Terry saja, Eva." Selama beberapa menit kami terlibat dalam pembicaraan, aku mulai percaya bahwa Dr. Lucas umurnya tidak jauh dariku, hanya rambutnya saja sudah beruban terlalu dini. Selain itu, wajahnya sangat tampan dan belum berkerut, mata hijaunya terlihat cerdas dan baik hati. Aku memperbaiki angka perkiraanku dari usianya sekitar pertengahan sampai akhir tiga puluhan. "Kau sepertinya tampak bosan seperti yang kurasakan," katanya. "Acara ini memang mengumpulkan uang yang cukup banyak untuk tempat penampungan, tapi acaranya bisa menjadi membosankan. Apakah kau ingin menemaniku ke bar? Aku akan membelikan kau minuman." Di bawah meja, aku menguji pegangan Gideon dengan meregangkan tanganku. Genggamannya semakin mengetat.
266
www.read-blogger.nlogspot.com
"Apa yang kau lakukan?" Gumamnya. Melihat dari balik bahuku, aku melihatnya mengawasiku. Lalu aku melihat pandangannya terangkat saat Dr. Lucas berdiri di belakangku. Tatapan Gideon terasa lebih dingin. "Dia ingin mengurangi kebosanannya karena merasa diabaikan, Cross," kata Terry, saat menempatkan tangannya di belakang kursiku, "karena menghabiskan waktunya dengan seseorang yang lebih dari senang memberi perhatikan pada seorang wanita cantik yang lain." Aku langsung merasa tidak nyaman, menyadari adanya gertakan permusuhan antara dua pria ini. Aku menarik tanganku dari genggamannya, tapi Gideon tidak melepaskanku. "Pergilah, Terry," Gideon memperingatkan. "Kau begitu asyik berbicara dengan Mrs. Giroux, kau bahkan tidak menyadari ketika aku duduk di mejamu." Terry setengah tersenyum. "Eva. Maukah kau?" "Jangan bergerak, Eva." Aku menggigil mendengar suara Gideon yang sedingin es, tapi merasa cukup tersinggung sampai mengatakan, "Ini bukan salahnya dia memang ada benarnya." Cengkeraman Gideon semakin keras terasa sangat menyakitkan. "Jangan sekarang." Tatapan Terry pindah ke wajahku. "Kau tak boleh membiarkan dia berbicara denganmu seperti itu. Semua uang di dunia tidak bisa membuat siapa pun memiliki hak untuk memerintahmu dengan seenaknya." Marah dan merasa sangat dipermalukan, aku memandang Gideon. "Crossfire." Aku tak yakin aku bisa menggunakan kata aman diluar tempat tidur, tapi dia membebaskan genggamannya seolah-olah akan terbakar. Aku mendorong kursiku kebelakang dan melemparkan serbet ke atas piringku. "Permisi. Kalian berdua." Dengan tas kecil di tanganku, aku berjalan menjauh dari meja, aku melangkah dengan santai dan halus. Aku langsung menuju ke arah toilet, berniat untuk merapikan makeup-ku dan menenangkan diri, tapi kemudian aku melihat tanda exit menyala dan pergi dengan keinginan untuk menyelamatkan diriku. Aku mengeluarkan smartphone-ku ketika aku sampai trotoar dan mengirimkan SMS untuk Gideon; Bukan melarikan diri. Hanya pergi. Aku berhasil memanggil taksi yang lewat, dan pulang ke rumah untuk mengobati kemarahanku. *** Aku sangat menginginkan mandi air panas dan sebotol anggur ketika aku tiba di apartemen.
267
www.read-blogger.nlogspot.com
Memasukkan kunci ke lubang kunci, aku memutar kenop pintu dan melangkah masuk seakan melihat video porno. Dalam hitungan detik dari rasa keterkejutanku, aku menyadari apa yang kulihat, aku berdiri terpaku di ambang pintu, dilorong dibelakangku di banjiri suara musik techno pop yang menggelegar. Ada banyak organ tubuh yang terlibat, aku hanya punya waktu untuk cepatcepat membanting pintu di belakangku sebelum aku menyatukan semua kepingan yang kulihat menjadi satu. Seorang wanita dengan posisi lengan dan kakinya terentang di lantai. Wajah wanita lain berada di selangkangannya. Cary menyetubuhinya sementara pria lain memasuki pantatnya. Aku mendongakkan kepalaku dan berteriak sekeras-kerasnya, benar-benar muak dengan semua orang dalam kehidupanku. Karena aku sedang bersaing dengan sound system, aku melepaskan salah satu sepatu hakku dan melemparkannya ke arah itu. CD player itu terlewatkan, tapi bisa mengejutkan ménage a quatre (empat orang) yang sedang beraktivitas di lantai ruang tamuku menjadi sadar akan kehadiranku. Aku tertatih-tatih di atas mereka dan mematikan volumenya; kemudian menghadapi mereka semuanya. "Keluar dari rumahku," teriakku. "Sekarang juga!" "Siapa sebenarnya dia?" Si rambut merah di bagian paling bawah tumpukan mereka bertanya. "Istrimu?" Ada kilatan singkat rasa malu dan perasaan bersalah di wajah Cary, dan kemudian dia menatapku dengan senyum angkuh. "Teman sekamarku. Ada ruang lebih, baby girl." "Cary Taylor. Jangan mendesakku," aku memperingatkan. "Ini benar-benar, bukan malam yang tepat!" pria berambut gelap paling atas melepas dirinya dari Cary dan berdiri, berjalan santai ke arahku. Saat dia sudah didekat, aku melihat mata hazel-nya melebar secara tidak alami dan nadi di lehernya berdenyut dengan liar. "Aku bisa membuatnya lebih baik," dia menawarkan dengan satu kerlingan. "Mundur dariku!" Aku menyesuaikan sikapku, mempersiapkan diri untuk mengusir dia pergi secara fisik jika diperlukan. "Jangan ganggu dia, Ian," bentak Cary, berusaha untuk berdiri. "Ayolah, baby girl," bujuk Ian, membuatku merasa sakit saat dia menggunakan nama panggilan Cary untukku. "Kau butuh bersenang-senang. Biar kutunjukkan salah satunya." Satu menit dia berada satu inci di depanku, selanjutnya dia melayang ke sofa dengan sebuah jeritan. Gideon bergerak ke posisi di antara aku dan yang lainnya, bergetar dengan amarahnya. "Bawa dia ke kamarmu, Cary," katanya tertahan. "Atau bawa ke tempat lain." Ian sedang menjerit di sofaku, hidungnya menyemburkan darah meskipun dua tangannya berusaha dengan gigih menutupinya. Cary menyambar celana jinsnya dari lantai. "Kau bukan ibuku, Eva."
268
www.read-blogger.nlogspot.com
Aku melangkah kesamping memutari Gideon. "Bukankah masalahmu dengan Trey merupakan pelajaran yang cukup untukmu, tolol?" "Ini bukan tentang Trey!" "Siapa Trey?" Tanya si bottle blonde (pirang buatan) saat dia bangkit berdiri. Ketika dia terperangkap dengan keindahan tampilan Gideon, dia tampak membersihkan bulu-bulu karpet yang menempel ditubuhnya, memamerkan tubuhnya yang memang cantik. Usahanya ternyata hanya memperoleh pandangan jijik sekilas dan mengacuhkannya dan tidak terkesan, ia akhirnya sadar sampai tersipu dan segera menutupi tubuhnya dengan gaun lamé ketat warna emas, dia mengambilnya dari lantai. Dan karena aku dalam suasana hati yang baik, aku berkata, "Jangan tersinggung. Dia lebih suka berambut cokelat." Gideon memberikan tatapan mematikan padaku. Aku belum pernah melihat dia terlihat begitu murka. Dia benar-benar gemetar menahan amarahnya. Takut akan tatapannya, aku mengambil satu langkah mundur. Dia mengumpat dengan keras dan mendorong kedua tangan kerambutnya. Tiba-tiba merasa lemah sampai ke tulang dan merasa sangat kecewa dengan pria dalam kehidupanku, aku berpaling. "bawa kekacauan ini keluar dari rumahku, Cary." Aku melangkah menuruni lorong, melepaskan sepatu hak-ku yang lain ditengah jalan. Aku melepas gaunku sebelum aku berjalan menuju kamar mandiku dan memasuki shower kurang dari satu menit tidak lebih dari itu. Aku menjauh dari jangkauan semprotan shower sampai air hangat keluar, kemudian aku melangkah tepat di bawahnya. Terlalu lelah untuk berdiri lama, aku merosot ke lantai dan hanya duduk dibawah pancuran dengan mata tertutup dan dengan tangan memeluk lututku. "Eva." Aku mengernyit ketika aku mendengar suara Gideon, dan menekuk menjadi lebih erat lagi seperti bola. "Brengsek," bentaknya. "Kau membuatku marah lebih buruk daripada siapapun yang aku tahu." Aku menatapnya melalui tabir rambutku yang basah. Dia mondar-mandir sepanjang kamar mandiku, jasnya dilepaskan di suatu tempat dan kemejanya tidak dimasukkan. "Pulanglah, Gideon." Dia berhenti dan tatapannya seakan menusukku sedikit tidak percaya. "Sialan, aku tak akan meninggalkanmu di sini. Cary telah kehilangan akalnya! Si brengsek yang sangat bersemangat itu beberapa detik lagi akan menjamahmu ketika aku sampai di sini." "Cary tak akan membiarkan hal itu terjadi. Tapi bagaimanapun juga, aku tak mau berurusan dengan dia dan kau secara bersamaan." Sebenarnya aku tak mau berurusan dengan salah satu dari mereka. Aku hanya ingin sendirian.
269
www.read-blogger.nlogspot.com
"Jadi kau hanya akan berurusan denganku saja." Aku meraup rambutku kebelakang dari wajahku dengan tidak sabar mengibarkannya dengan tanganku. "Oh? Aku seharusnya menjadikan kau prioritas utama?" Dia mundur seolah-olah aku memukulnya. "Aku menganggap bahwa kita berdua sebagai prioritas utama msaing-masing." "Ya, aku juga berpikir begitu. Hingga malam ini." "Ya Tuhan. Maukah kau meninggalkan urusan tentang Corinne?" Dia membentangkan kedua tangannya melebar. "Aku di sini denganmu, kan? Bahkan aku sama sekali tidak mengatakan selamat tinggal padanya karena aku langsung mengejarmu. Lagi." "Persetan kau! Jangan seolah-olah kau membantuku." Gideon melompat ke shower masih berpakaian lengkap. Dia menarikku hingga berdiri dan menciumku. Keras. Mulutnya melahap bibirku, tangannya mencengkeram lengan atasku menahanku supaya diam ditempat. Tapi aku tidak melembut kali ini. Aku tidak menyerah. Bahkan ketika ia mencoba membangkitkanku dengan nafsu dan jilatan sugestif. "Kenapa?" Gumamnya, bibirnya meluncur ke tenggorokanku. "Kenapa kau membuatku gila?" "Aku tak tahu apa masalahmu dengan Dr. Lucas, dan aku benar-benar tidak peduli. Tapi dia benar. Corinne mendapat perhatian terlalu banyak dari dirimu malam ini. Kau nyaris mengabaikanku selama makan malam." "Tak mungkin aku mengabaikanmu, Eva." Wajahnya keras dan tegang. "Jika kau berada di ruangan yang sama denganku, aku tidak bisa melihat orang lain." "Lucu. Setiap kali aku melihatmu, kau memandang dia." "Ini konyol." Dia melepaskan aku dan mendorong kebelakang rambut basahnya yang menutupi wajahnya. "Kau tahu bagaimana perasaanku padamu." "Benarkah? Kau menginginkan aku. Kau membutuhkan aku. Tapi apakah kau mencintai Corinne?" "Oh, untuk cinta sialan itu. Tidak." Dia mematikan air, mengurungku menempel di kaca dengan kedua lengannya. "Kau menginginkan aku untuk memberitahumu bahwa aku mencintaimu, Eva? Apakah ini permasalahannya?" Perutku seperti kram seolah-olah ia memukulku dengan kekuatan penuh kepalan tangannya. Aku tak pernah merasakan kesakitan seperti ini sebelumnya, tak tahu kalau rasa sakit seperti itu benar-benar ada. Mataku terbakar dan aku merunduk di bawah lengannya sebelum aku malu pada diri sendiri karena ingin menangis. "Aku mohon. Pulanglah, Gideon."
270
www.read-blogger.nlogspot.com
"Aku sudah berada di rumah." Dia menarik punggungku dan mengubur wajahnya di rambut basahku. "Aku bersamamu." Aku berjuang untuk membebaskan diri, tapi aku terlalu lelah. Secara fisik. Secara emosional. Air mata datang mengalir deras dan aku tak bisa menghentikannya. Dan aku benci menangis di depan orang. "Kumohon. Pergilah." "Aku mencintaimu, Eva. Tentu saja aku sangat mencintaimu." "Ya Tuhan." Aku menendang kearahnya, membabi buta. Apa saja untuk menjauhkan diri dari orang yang menjadi sumber penderitaan dan kesedihan yang sangat besar itu. "Aku tak ingin belas kasihan darimu. Aku hanya ingin kau pergi." "Aku tak bisa. Kau tahu itu aku tak bisa. Eva, berhentilah melawan. Dengarkan aku." "Semuanya yang kau katakan menyakitkan hatiku, Gideon." "Ini bukan kata yang tepat, Eva," dia menekankan kata itu dengan gigihnya, bibirnya menempel di telingaku. "Itulah sebabnya aku tidak mengatakannya. Ini bukan kata yang tepat untukmu tapi itulah apa yang aku rasakan padamu." "Diamlah. Jika kau sangat peduli denganku, kau harus tutup mulut dan pergi." "Aku sudah pernah dicintai sebelumnya - oleh Corinne, oleh wanita lain...Tapi apa sih yang mereka tahu tentang aku? Apa sih yang mereka cintai dengan ketidak tahuan mereka bagaimana kacaunya aku? Jika itu cinta, itu bukan apa-apa dibandingkan dengan apa yang kurasakan padamu." Aku terdiam, gemetar, pandanganku ke cermin yang memantulkan wajahku dengan maskara yang luntur, berlepotan di wajahku dan rambutku basah kuyup seakan merusak keindahan Gideon di sampingku. Wajahnya terlihat seperti sedang mengatasi emosinya yang bergejolak saat ia membungkus dirinya erat-erat ke tubuhku. Kami masing-masing melihat semua kesalahan kami. Namun aku memahami, aku merasa asing saat berada di sekitar orang lain yang benar-benar tidak bisa melihatmu atau memilih untuk mengabaikan. Aku merasa benci pada diriku sendiri karena menjadi seorang penipu, menggambarkan sosokmu yang berharap kau bisa menjadi sempurna tapi ternyata tidak bisa. Aku hidup dalam ketakutan bahwa orang-orang yang kau cintai mungkin akan berpaling darimu jika mereka mengetahui kebenaran seseorang yang disembunyikan di dalamnya. "Gideon-" Bibirnya menyentuh keningku. "Kurasa aku mencintaimu saat pertama kali aku bertemu denganmu. Lalu kita bercinta pertama kalinya di dalam limosin dan itu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih." "Terserah. Kau melukaiku malam itu dan meninggalkanku, dibelakangku kau mengurus Corinne. Bagaimana kau bisa, Gideon?"
271
www.read-blogger.nlogspot.com
Dia membebaskan aku hanya agar bisa mengangkatku keatas dan membawaku ke tempat jubah mandiku yang tergantung digantungan baju belakang pintu. Dia membungkusku; kemudian mendudukkan aku di pinggir bath tub lalu ia pergi ke wastafel dan menghapus makeup-ku dengan tisu yang dia ambil dari laci. Berjongkok di depanku, dia membelai dengan tisu itu diatas pipiku. "Ketika Corinne menelepon saat makan malam advokasi, itu adalah waktu yang tepat untuk membuatku melakukan sesuatu yang bodoh." Tatapannya melembut dan menghangat saat melihat air mataku yang mengalir diwajahku. "Kau dan aku baru saja bercinta, dan aku tak bisa berpikiran jernih. Aku bilang padanya aku sedang sibuk dan aku sedang bersama seseorang, dan ketika aku mendengar rasa sakit dari nada suaranya, aku tahu aku harus bertemu dengan dia sehingga aku bisa melangkah ke depan bersamamu." "Aku tak mengerti. Kau meninggalkan aku untuk menemuinya. Bagaimana kita bisa melangkah ke depan?" "Aku melakukan kesalahan dengan Corinne, Eva." Dia memiringkan daguku kebelakang untuk mengusap bekas maskaraku yang berlepotan di sana. "Aku bertemu dengannya saat aku masuk kuliah tahun pertama di Columbia. Tentu saja aku memperhatikan dia. Dia cantik dan manis, dan tak pernah bicara dengan kata-kata kasar dengan siapapun. Ketika dia mengejarku, aku membiarkan diriku tertangkap dan ia menjadi pengalaman seks konsensualku yang pertama." "Aku benci dia." Hal itu membuat mulutnya sedikit melengkung. "Aku tidak bercanda, Gideon. Aku muak dengan kecemburuanku saat ini." "Itu hanya sekedar seks dengannya, angel. Sekasar kau dan aku berhubungan seks, itu masih dianggap sebagai bercinta. Setiap waktu, mulai dari yang pertama kalinya. Kau satu-satunya wanita yang membuatku merasa seperti itu." Aku menghela napas. "Oke. Aku sedikit lebih baik." Dia menciumku. "Kurasa kau bisa menyebut Corinne dan aku berkencan. Kami adalah pasangan seksual yang eksklusif dan kami akhirnya sering pergi ke tempat yang sama sebagai pasangan. Namun, ketika dia mengatakan padaku bahwa dia mencintaiku, aku terkejut. Dan merasa tersanjung. Aku peduli dengan dia. Aku menikmati menghabiskan waktuku dengan dia." "Rupanya masih tetap sama," gumamku. "Dengarkan dulu." Dia menegurku dengan menekan jarinya ke ujung hidungku. "Ku pikir mungkin aku juga mencintainya, dengan caraku sendiri...satu-satunya cara yang aku tahu bagaimana itu. Bahwa aku tak ingin dia dengan orang lain. Jadi aku berkata ya ketika ia mengajukan lamaran." Aku menyentakkan kepalaku kebelakang untuk menatapnya. "Dia yang mengajukan
272
www.read-blogger.nlogspot.com
lamaran?" "Jangan terkejut," katanya masam. "Kau melukai egoku." Perasaan lega buru-buru membanjiriku yang membuatku pusing. Aku melemparkan diriku kearahnya, memeluknya sekencang mungkin. "Hei." Pelukannya kembali mengetat. "Kamu oke?" "Ya. Ya, aku hampir baikan." Aku menarik kebelakang dan menangkup rahangnya dengan tanganku. "Teruskan." "Aku bilang ya untuk semua alasan yang salah. Setelah dua tahun hang out, kami tidak pernah menghabiskan waktu semalaman bersama-sama. Tak pernah bicara tentang sesuatu hal seperti saat aku berbicara denganmu tentang semuanya. Dia tidak mengenalku, benarbenar tak tahu, namun aku berusaha meyakini pada diriku sendiri jika ingin terus dicintai maka itu aku harus tetap bertahan. Siapa lagi yang akan melakukan itu dengan benar, jika tidak dengan dia?" Perhatiannya pindah ke mataku yang lain, membersihkan garis-garis hitam bekas maskara. "Ku pikir dia berharap dengan bertunangan akan membawa kami ke tingkat yang berbeda. Mungkin aku akan lebih banyak terbuka. Mungkin kami akan menginap di hotel - yang menurut dia itulah yang dimaksud dengan romantis - Malah sebaliknya itu hanyalah sebutan early night (istilah tidur lebih awal untuk berhubungan seks) karena besok pagi harus kuliah. Aku tak tahu kenapa bisa begitu." Kupikir sepertinya dia dulu sangat kesepian. Gideonku yang malang. Dia selalu sendirian selama ini. Mungkin sepanjang hidupnya. "Dan mungkin ketika dia memutuskan hubungan setelah satu tahun," katanya melanjutkan, "ia juga berharap hal itu bisa memulai sesuatu. Berharap aku akan melakukan upaya yang lebih besar untuk mempertahankan dirinya. Tapi sebaliknya, aku merasa lega karena aku baru menyadari rasanya tak mungkin tinggal serumah bersamanya. Alasan apa yang harus kuberikan jika aku ingin tidur di kamar terpisah dan memiliki ruang sendiri?" "Kau tak pernah mempertimbangkan untuk mengatakan padanya?" "Tidak." Dia mengangkat bahu. "Sampai aku bertemu denganmu, aku tak pernah menganggap masa laluku sebagai masalah. Tapi ya juga, itu pasti mempengaruhi caraku saat aku melakukan sesuatu, tapi semuanya itu ada tempatnya dan aku tidak merasa kalau aku tidak bahagia. Kenyataannya, kupikir aku merasa kehidupanku nyaman dan tidak rumit." "Oh, boy." Aku mengerutkan hidungku. "Halo, Mr. Comfortable. Aku Mrs. Complicated." Seringainya menyala. "Tak pernah ada saat yang membosankan." ***
273