KESIAPAN MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (Analisis terhadap kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
di MI se Kota Bandar Lampung) Baharudin Dosen Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Abstrac
In order to contribute to the success of government programs related to the implementation of Curriculum 2013 in madrassas which started in this academic year 2014/2015, the assessment of the readiness of the Government Elementary School (MI) in the implementation of Curriculum 2013 to a strategic move. Teachers become the most important actors, because no matter how comprehensive planning of the government (the curriculum), in the end all will depend on the quality of teachers in the field. Pedagodik teacher competence includes the ability to design a lesson plan, the implementation of scientific-thematic integrative learning, and assessment processes and outcomes authentically greatly impact on the smooth and the achievement of the goal of improving the quality of Islamic education that is now being promoted. Kata Kunci: Government Elementary School (MI), Curriculum 2013. A. Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) yang yang telah dirintis pada tahun 2004. KBK dijadikan acuhan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Secara umum, Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan dengan 2 (dua) strategi utama yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. 1 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Sholeh Hidayat menjelaskan bahwa sejak Indonesia merdeka, pendidikan Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Dinamika ini merupakan konsekuensi logis dari perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Secara konseptual, perubahan kurikulum 2013 meliputi empat elemen yaitu : pertama; standar kompetensi kelulusan, kedua standar isi, ketiga, standar proses dan keempat, standar penilaian. Pendidikan madrasah sebagai salah satu komponen elemen lembaga pendidikan harus menyelaraskan dengan berbagai kebijakan nasional. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan guru madrasah untuk mengimplemtasikan kurikulum 2013. 1. Dalam proses pembelajaran guru madrasah harus memahami betul tentang (a) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (b) ermendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan (faktual, konseptual, teknologi, seni dan budaya) dan keterampilan (kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret), (c) Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang menggariskan bahwa sikap dinilai dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarteman dan jurnal; pengetahuan dinilai dengan tes tulis, tes lisan dan penugasan (termasuk Projek) dan keterampilan dinilai melalui tes parktik, projek dan portofolio; (d) Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang merupakan criteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan; dan (e) Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah; 2. Merubah pola pikir bagaimana guru mampu menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) serta menekankan pada pembelajaran siswa aktif dengan diterapkannya model pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) serta pembelajaran berbasis pemecahan masalah (Problem Based Learning);
2 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
3. Merubah gaya mengajar guru dengan mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri. 4. Guru harus mengikuti perubahan dengan mengubah pola pikir terbuka terhadap perubahan saat ini. Guru wajib mengikuti atau disertakan dalam program pelatihan dan pengembangan profesi yang bersifat periodik. Guru dan tenaga kependidikan hendaknya dapat mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, maupun kunjungan studi. Guru secara pribadi, dan sekolah secara kelembagaan, harus mencari solusi dan langkah-langkah strategis agar guru dapat mengikuti berbagai program peningkatan pengetahuan dan keterampilan guna menunjang pembelajaran. Guru secara pribadi juga harus mempunyai motivasi berprestasi untuk mengembangkan potensi dirinya.Tantangan lainnya dalam pelaksanaan Kurikulun 2013 bahwa guru juga perlu menambah durasi membaca buku atau hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran dan pendidikan atau mengkaji penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Secara praktek di lapangan, berangkat dari Surat Edaran yang ditandatangi Dirjen Pendis bernomor SE/Dj.I/PP.00/50/2013 tentang implementasi kurikulum 2013 pada madrasah. Kementerian Agama akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mulai tahun pelajaran 2014/2015, yang akan diterapkan pada tingkat MI di kelas I dan IV, tingkat MTs kelas VII dan tingkat MA kelas X. Dalam implemetasi Kurikulum 2013, kunci keberhasilan penerapan kurikulum terletak pada kualitas dan profesionalitas guru. Hal ini beralasan, sebab kurikulum sebagai dokumen adalah variabel instrumen keberhasilan pendidikan. Akan tetapi yang menjadi variabel substansialnya adalah para guru. Dengan demikian, kompetensi pedagogik guru untuk mengembangkan profesionalitasnya dalam pelaksanaan kurikulum 2013 . Pertanyaan yang muncul, sudahkan guru-guru madrasah memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menerapkan Kurikulum 3 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
2013? Apakah guru-guru secara profesional pedagogik telah memiliki keterampilan untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach). Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting dan tidak dapat ditemukan tanpa melakukan penelitian ilmiah. B. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive), yaitu MIN 1 Tanjung Karang Bandar Lampung dan MIN 1 Way Halim Bandar Lampung. Responden/informan adalah Kepala Madrasah dan guru Kelas I dan IV yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam implementasi Kurikulum 2013. Demi menjaga kerahasiaan identitas informan, peneliti tidak menulis dengan identitas asli, hanya menggunakan pengkodean misalnya; Kepala Madrasah disingkat (KM.1), GK.1 (guru Kelas pada Madrasah). Sedangkan angka 1, setelah singkatan menunjukkan urutan nama madrasah. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik wawancara mendalam, pengamatan langsung atau observasi dan studi atau kajian dokumentasi. Wawancara, diawali dengan menggali informasi dengan Kepala Madrasah Ibtidaiyah. Secara spesifik difokuskan pada kompetensi pedagogik guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan tematikintegratif. Kemudian, observasi dengan mengamati proses pembelajaran di kelas secara nonpartisipatif. Tujuan observasi untuk mendeskripsikan mengenai kesiapan guru Madrasah Ibtidaiyah dalam implementasi kurikulum 2013, yang secara spesifik difokuskan pada penelitian kompetensi pedagogik guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan tematik-integratif. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber. Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data interaktif (interactive model) yang mengacu pada pendapat Miler dan Huberman, terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi (conclution drawing/verification). Kemudian, untuk mengecek atau memeriksa keabsahan data mengenai temuan data yang dihasilkan, maka berdasarkan data 4 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
yang terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa teknik keabsahan data, meliputi: kredibilitas, trasferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas
C. Hasil Penelitian 1. Pemaparan Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Kurikulum 2013 Dari sejumlah informan KM.1, KM.2, GM.1 dan GM.2 secara umum disimpulkan kesiapan sekolah dan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 masih belum siap. Banyak faktor penghambatnya, diantaranya : a) kurang sosialisasi sehingga menyebabkan kebingungan dari pihak sekolah dan guru, b) kurang pelatihan yang dilaksanakan Kanwil Provinsi. Kalaupun ada, hanya satu atau dua orang guru. Itupun mendadak dan pelatihannya sangat singkat, c) fasilitas sekolah kurang memadai sehingga menghambat kelancaran implementasi, d) buku panduan guru dan siswa belum menyeluruh diterima sekolah, masih sangat sedikit sehingga terbatas penggunaannya, dan e) tak kalah lebih penting juga, yaitu mindset untuk melakukan perubahan belum begitu terbentuk pada pihak sekolah dan guru. Meskipun kesiapan sekolah sangat minim, namun dilihat dari semangat dan antusias mereka untuk memahami Kurikulum 2013 sangat besar. Ini terlihat dari kemauan mereka untuk belajar sangat tinggi, dengan banyak melakukan diskusi dengan teman sejawat hingga melakukan koordinasi antar madrasah untuk saling memberikan informasi dan saran mengenai penerapan Kurikulum 2013. Selain itu juga, upaya mereka dengan mengoptimalkan KKG, MGMP, dan organisasi guru lainnya. Berikut salah satu petikan waancara. Berdasarkam KM.1 mengenai tindak lanjut pelatiham Kurikulum 2013, kami selalu mengadakan koordinasi dengan setiap madrasah, kegiatan ini sebagai upaya peningkatan pemahaman kepada dewan guru agar informasi mengenai Kurikulum 2013 tersampaikan dengan baik. Namun kami menyadari bahwa pihak kementerian belum seluruhnya memberikan informasi tentang Kurikulum 2013, sehingga kami juga melakukan sosialisasi di tingkat madrasah. 5 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
2. Pemaparan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Kompetensi pedagogik guru, yang diteliti meliputi kemampuan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar yang di dalamnya memiliki karakteristik dari Kurikulum 2013 berupa pendekatan saintifik, pembelajaran terpadu, dan penilaian autentik. a. Perencanaan Pembelajaran Tiga hal penting yang minimal harus guru persiapkan dalam membuat perencanaan pembelajaran, yaitu mendesain RPP, menguasai materi yang akan diajarkan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran dan dibantu dengan berbagai alat peraga/media pembelajaran, dan terakhir menyiapkan alat/cara untuk menilai hasil belajar siswa tersebut. Para informan mengungkapkan tentang bagaimana para guru selama ini dalam menyusun RPP. Seperti yang diungkapkan oleh GM.1, “Sudah membuat tapi belum dicetak, tapi dalam membuatnya saya tetap berpedoman pada rambu-rambu saintifik. “ dalam artian, sudah mencoba menyusun RPP tapi belum dalam bentuk hardfile. Secara umum, dari berbagai informan (KM.1, GM.1, KM.2 dan GM.2) menyebutkan bahwa guru dalam menyusun RPP masih dalam soft copy, cara membuatnya masih terbawa dengan cara lama sehingga tidak murni sesuai cara pada kurikulum 2013, dalam pengaplikasiaanya dikondisikan sebagaimana kondisi di lapangan sehingga tidak selalu pas sesuai dengan rencana, dan terakhir capaian keberhasilan belajar siswa masih lebih diorientasikan pada aspek pengetahuan dan keterampilan, sementara aspek sikap masih kurang mendapat prioritas seimbang. Berikut salah satu petikan waancara “Komponen yang ada dalam penyusunan perangkat pembelajaran saya masih sama seperti RPP sebelumnya, yang ada indikator, tujuan, kompetensi yang harus dicapai, dan lainnya. Sementara untuk kegiatan inti saya lebih mengarahkan pada kompetensi inti 3 yang mengarah pada pengetahuan konsep dan kompetensi inti 4 yang mengarahkan pada hasil/produk.” 6 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Setiap penyusunan RPP yang dibuat oleh GM.1 selama ini masih memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan RPP. Karakteristik yang dimaksud adalah sistematika penulisan RPP, perbedaannya ada pada kegiatan inti karena KM.1 lebih menekankan untuk mengembangkan pengetahuan konsep siswa dan mengarahkan siswa pada hasil akhir. Sementara itu, GM.1 menjelaskan bahwa: “Saat itu karena memang kurang persiapan tetapi berhubung karena sudah dibekali silabus dan buku pegangan jadi saya mencoba berusaha mengerti apa yang diinginkan dari Kurikulum 2013 lalu menyusun rencana pembelajaran tersebut entah usaha yang saya lakukan tersebut benar atau tidak tapi saya sudah mencoba membuatnya.” Berdasarkan jawaban yang diungkapkan oleh GM.1, bahwa kurangnya persiapan yang dilakukan guru menyebabkan guru harus mencoba sendiri untuk mengimplementasikan apa yang diharapkan dari Kurikulum 2013. Seperti dalam hal penyusunan perangkat pembelajaran untuk RPP sebagai salah satu komponen perencanan pembelajaran maka guru mencoba membuatnya dengan berpedoman pada silabus dan buku pegangan yang memang saat ini berasal dari pemerintah sebagai bekal. Meskipun secara umum, guru masih kurang mendesain RPP sesuai dengan Kurikulum 2013, tetapi mereka sudah memahami inti pebedaan RPP Kurikulum 2013 dan RPP KTSP. Pada RPP KTSP, kegiatan inti pembelajaran meliputi kegiatan mengelaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi, sedangkan untuk Kurikulum lebih bervariasi seperti mengamati, menalar, menanya, mencoba, dan membuat jejaring. Jadi intinya, guru dalam RPP dituntut untuk fokus hanya di awal dan di akhir saja, itupun kurang lebih hanya 10 menit saja, selebihnya siswa yang aktif. Tidak jauh berbeda, KM.2 mengungkapkan bahwa: “Format RPP sendiri sudah mengalami beberapa perubahan, ada yang dari LPMP, guru inti, Dirjen, dan yang saya menggunakan format yang dari dirjen. Sebenarnya secara keseluruhan hampir sama, karena pada intinya itu sama menekankan pada pembelajaran saintifik yang langkah-langkahnya seperti mengamati, menalar, mencoba, dan lainnya yang harus tercantum dalam RPP.” 7 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Berdasarkan jawaban dari GM.2 bahwa selama ini guru menyusun perencanaan pembelajaran dengan menekankan pada pembelajaran saintifik, yaitu dengan langkah-langkah mengamati, menalar, menanya, mencoba, dan membuat jejaring. Hal tersebut dipertegas GM.2 yang menyatakan, “Seperti biasa, mulai ada pendahuluan, kegiatan inti, sama penutup. Nah, pada kegiatan inti itu nanti ada mengamati, menalar, mencoba, menanya, sama mengkomunikasikan, sedangkan pada KTSP dulu kan hanya eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.” Kesimpulannya, guru dalam membuat RPP sudah memiliki format yang sesuai dengan Kurikulum 2013, yang mencantumkan langkah-langkah pembelajaran saintifik serta telah menyusun rencana penilaian yang akan digunakan sesuai penilaian autentik. Hanya kendalanya, guru masih belum menyusun RPP tersebut tepat waktu atau maksudnya disusun setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran saintifik serta pembelajaran yang terpadu (tematik-integratif). Secara umum dari informasi yang peneliti himpun dari sejumlah informan disimpulkan bahwa pihak sekolah/guru telah berusaha untuk mulai mencoba menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Walaupun masih ragu, apakah yang dilakukan ini sudah pas/benar atau malah keliru. Pembelajaran saintifik salah satu tujuannya adalah agar dapat menciptakan pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk lebih aktif., dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Pengimplementasiaan ini, sebagaimana GM.1 ungkapkan, yaitu: “Pembelajaran dengan Kurikulum 2013 sekarang menuntut siswa untuk aktif dan menemukan pengetahuannya sendiri, sehingga saya bagaimana caranya ketika menjelaskan sesuatu maka tidak langsung dijelaskan atau ketika ada pertanyaan dari siswa maka tidak langsung dijawab, tapi berusaha 8 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
mendorong siswa untuk mencari tahu seperti dengan bertanya pada teman, atau mencari di internet dan berbagi pada teman. Hal tersebut juga dikarenakan materi pada buku pegangan siswa juga berisi materi yang sangat sedikit sehingga siswa menjadi kritis ketika mengalami kesulitan dan pertanyaan. Selain itu, sebelumnya telah saya susun dalam RPP secara lengkap sehingga apa saja yang harus dibawa ke dalam kelas telah saya persiapkan sebelumnya, misalnya menggunakan rubrik atau lembar kerja siswa, maupun lembar pengamatan untuk siswa.” Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, KM.1 selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan menemukan pengetahuannya sendiri. Situasi tersebut diciptakanagar siswa kritis dalam bertanya dan antusias untuk mencari tahu sendiri jawabannya, dengancara melakukan percobaan maupun mencari dari sumber lain. GM.2 menyatakan tentang pembelajaran saintifik selama ini sudah mencoba dilaksanakan dalam setiap pembelajaran. GM.2 merasa dengan pembelajaran saintifik tersebut siswa menjadi terbiasa untuk belajar aktif, seperti yang diungkapkan GM.2 berikut: “Sudah mencobanya pada setiap pembelajaran, dengan saintifik anak lebih mudah menerima pembelajaran dan lebih mengena pada siswa sebab pembelajaran mendukung siswa untuk menemukan pemahamannya sendiri. Sebenarnya jika dibandingkan dengan kelas yang belum menggunakan pendekatan saintifik, siswa kelas 4 itu lebih enak karena mereka sudah terbiasa. Siswa kelas 1 jika mereka masih harus diarahkan. Lebih lanjut GM.2 menyatakan bahwa pembelajaran Kurikulum 2013 di kelas 1 ini berbeda pada kelas atas atau 4, dikelas satu diupayakan menumbuhkan kesenangan dalam belajar artinya masih belum pada konten keilmuan” Singkatnya, pelaksanaan pembelajaran saintifik selama ini sudah dilaksanakan oleh sekolah dengan tetap berpedoman pada karakteristik pendekatan saintifik. Meskipun demikian, tidak sepenuhnya pelaksanaan
9 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
pembelajaran selalu menerapkan pendekatan saintifik, karena tidak semua materi bisa diajarkan secara saintifik. Selain itu pula kendalanya adalah tidak mudah mengajak siswa aktif, karena untuk mengontrol siswa apalagi di kelas 1 perlu kesabaran khusus. Selama ini siswa sulit diajak bekerja sama agar aktif dan tetap fokus dalam pembelajaran, meskipun sudah digunakan metode yang mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. c.
Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian dalam Kurikulum 2013 menekankan penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Penilaian tersebut merupakan pergeseran dari penilaian melalui tes yang mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja menjadi penilaian otentik yang mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Dengan demikian, penilaian dilaksanakan secara menyeluruh yang tidak hanya berdasarkan satu aspek saja. GM.1 menjelaskan selama ini dalam melakukan penilaian di Kurikulum 2013 bahwa: “Tidak selalu saya lakukan selama ini. Saya akan melakukan penilaian autentik jika diperlukan saja. Biasanya saya melakukan penilaian, seperti penilaian proses atau penilaian sikap, saya lakukan dengan cara menghafal siswa, anak yang ini seperti ini sementara yang lain seperti itu. Jadi selama ini masih saya ingatingat saja, dan belum saya buatkan daftar penilaian siswa yang seperti itu.” Selama ini masih belum selalu melakukan penilaian autentik. Penilaian sikap dan proses dari siswa, masih mengandalkan ingatan dan menghafal perilaku siswa selama proses pembelajaran yang selanjutnya akan direkap pada akhir proses pembelajaran. Hal tersebut dipertegas dari jawaban KM.1 yang menyatakan bahwa: “Untuk menilai sikap siswa sampai saat ini saya masih dengan cara pengamatan. Jadi saya masih terus mengamati perilaku siswa selama ini seperti apa, selama mengikuti pembelajaran seperti apa, selama menyelesaikan tugas seperti apa. Ya masih sekedar itu.”
10 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Ketika melakukan penilaian sikap pada siswa, guru akan menggunakan pengamatan pada siswa tentang perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian guru tidak langsung memberikan penilaian pada siswa tetapi baru sekedar mengingat perilaku siswa satu per satu dari seluruh siswa tentang perilaku siswa tersebut. Sementara itu dalam melakukan penilaian keterampilan dalam mendukung penilaian autentik, Kurikulum 2013 selama ini baru sekali memberikan tugas pertofolio pada siswa. Lembar penilaian keterampilan siswa tersebut pun belum dibuat oleh guru. KM.2 menyebutkan. “Untuk menilai keterampilan siswa saya biasanya menggunakan rubrik, ataupun dengan menugaskan siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dengan tugas seperti itu, maka saya dapat menilai mulai dari kesiapan siswa sampai hasil kerjanya.” Selain penilaian sikap dan keterampilan, penilaian pengetahuan juga tetap ada seperti pada kurikulum sebelumnya. “Penilaian kognitif siswa sendiri masih sama seperti kurikulum sebelumnya karena sebenarnya kan antara kurikulum sekarang dengan yang lama kan sama cuma yang sekarang lebih ditekankan lagi untuk aspek-aspek yang belum terlaksana pada kurikulum sebelumnya. Jadi untuk menilai pengetahuan konsep siswa menggunakan ulanganulangan harian, tanya jawab, samaulangan tengah semester.” KM.1 telah mengungkapkan bahwa pelaksanaan penilaian autentik selama ini diakui sudah dilaksanakan namun belum berjalan optimal secara keseluruhan. Hal tersebut diungkapkan oleh KM.1 bahwa: “Sebenarnya saya masih mengalami kesulitan karena saya juga harus menilai proses, sikap, serta keterampilan. Sehingga saya tidak sepenuhnya melakukan hal itu karena merasa direpotkan dengan tugas seperti itu. Kemudian memasukan penilaian di rapot kami masih mengalami kebinggunan. Berdasarkan dokumentasi yang peneliti peroleh, bahwa untuk penilaian proses serta menilai sikap dan 11 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
keterampilan siswa belum berjalan secara optimal. Untuk penilaian sikap dan keterampilan, guru melakukan penilaian dengan pengamatan atau observasi semata, sedangkan instrumen lain untuk menilai proses serta menilai sikap dan keterampilan tidak digunakan, seperti penilaian diri, penilaian antar teman, atau penilaian proyek, dan lain-lain. Hal itu pun tidak didukung dengan hasil penilaian yang dilakukan setiap pertemuan, artinya berdasarkan daftar nilai yang dimiliki oleh guru, penilaian masih tidak melihat proses dan dilakukan pada akhir. D. Kesimpulan, Keterbatasan, dan saran-saran Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk tingkat madrasah (lembaga pendidikan di bawah naungan Kemenag), implemetasi Kurikulum 2013 baru dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 ini. Secara umum, pihak sekolah dan guru mengaku kurang siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Banyak faktor, diantaranya a) kurang sosialisasi dan pelatihan. Pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dalam hal ini Kanwil Provinsi Lampung sangat mendadak dan setiap satu sekolah hanya diwakilkan oleh satu orang guru saja. b) koordinasi dengan setiap madrasah masih kurang, dan c) fasilitas sekolah masih kurang lengkap dan memadai terutama buku panduan guru dan siswa yang belum ada. 2. Secara garis besar, kompetensi pedagogik guru diukur dari kemampuan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar yang di dalamnya memiliki karakteristik dari Kurikulum 2013 berupa pendekatan saintifik, pembelajaran terpadu, dan penilaian autentik. Hasil penelitian menunjukkan : a. Pelaksanaan perencanaan pembelajaran di MIN Way Halim Bandar Lampung dan MIN Tanjung Karang Bandar Lampung belum berjalan baik. Perencanaan pembelajaran yang seharusnya disusun sebelum kegiatan pembelajaran tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Meskipun demikian, penyusunan RPP sebagai salah satu perencanaan pembelajaran sudah sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berjalan dengan didukung model pembelajaran yang 12 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
biasa digunakan seperti cooperative learning dan problem based learning, tetapi dalam langkah-langkah pembelajaran saintifiknya masih ada yang terlewati. Pelaksanaan pembelajaran secara terpadu berjalan sesuai kompetensi yang telah ada serta dibantu dari buku pegangan guru/siswa yang memang didesain sudah terpadu, selain itu didukung dengan metode, seperti diskusi, dan beberapa penugasan yang menjadikan pembelajaran mendukung pengintegrasian ranah afektif dan psikomotorik pada siswa. c. Pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar dalam Kurikulum 2013 sudah berjalan cukup baik, karena guru sudah mulai menilai baik proses maupun hasil belajar siswa meskipun guru kurang bervariasi dalam melakukan penilaian serta tidak dijalankan secara berkelanjutan dan hanya dilakukan beberapa kali saja selama satu semester. Instrumen yang digunakan guru dalam penilaian sikap adalah observasi atau pengamatan saja. Penilaian yang dilakukan untuk menilai keterampilan siswa selama ini masih mengandalkan kegiatan presentasi siswa di depan kelas, sedangkan untuk menilai pengetahuan siswa, tidak jauh berbeda dibanding pada kurikulum sebelumnya, guru menggunakan tugas-tugas baik individu maupun kelompok, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Meskipun penelitian ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya namun tidak terlepas dari kelemahan dan keterbatasan. Keterbatasan yang dihadapi adalah ketika melakukan penelitian dengan teknik observasi rawan akan kesengajaan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Kesengajaan yang dimaksud peneliti dalam kegiatan observasi mengikuti kegiatan pembelajaran adalah subjek penelitian akan melakukan kegiatan pembelajaran yang memiliki kecenderungan untuk menunjukkan hal-hal yang baik dan tidak apa adanya seperti biasa. Berikut beberapa saran untuk perbaikan penelitian. 1. Diharapkan meningkatkan pemahaman guru dalam memahami ketentuan-ketentuan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta penilaian proses dan hasil 13 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kemauan guru untuk terus belajar dan berkomitmen dalam penerapan Kurikulum 2013, serta dengan mengikuti pelatihan atau seminar ataupun workshop, dan diskusi dari sesama guru baik dari satu lingkungan sekolah maupun sekolah lain. 2. Diharapkan guru membuat perencanaan pembelajaran dengan matang untuk setiap pembelajaran sesuai dengan format RPP dalam Kurikulum 2013 demi kelancaran pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan dari implementasi suatu kebijakan kurikulum pemerintah. 3. Mengoptimalkan fungsi dan peran kegiatan dalam bentuk MGMP, KKG, ataupun PKG yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum 2013. 4. Pengintensifan kegiatan sosialisasi kepada para pihak yang terlibat langsung dalam implementasi Kurikulum 2013, karena sosialisasi dalam Kurikulum 2013 sangat penting agar semua pihak yang terlibat di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan. Daftar Rujukan Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi, Bandung: Rosdakarya Offset, 2008 _____________ Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014. Abdul Munir, dkk., Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Beverley Hancock dan Division of General Practice dkk, An Introduction to Qualitative Research, England: Trent Focus, 2002 David Pratt, Curriculum Design and Development, New York: Harcourt Brace Javanovich Publishers, 1980 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan
14 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Elly Herliani dan Indrawati. Penilaian Hasil Belajar Untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA, 2009. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013: Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting ____________ Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007 F. Michael Connelly dan D. Jean Clandinin, Teacher as Curriculum Planners, Amsterdam Vanue: Teacher College Press, 1988 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Selemba Humanika, 2011 Huberman A. Mikel & Miles M.B. Qualitative Data Analisis. Beverly Hills: SAGE Publication, Inc, 1992 Imas Kurinasih. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena, 2014. Indah Surya Wardhani, “Jarak Idealisme Kurikulum dan Realitas”, Kompas, (Semarang: 4 Mei 2013) Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif), Jakarta: GP. Press, 2009 James H. McMillan dan Sally Schumacher. Research In Education a Conceptual Introduction. 5th Edition. New York: Addison Wesley Longmen Inc, 2001. Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013, Peduli terhadap Makhluk Hidup Buku Guru SD/MI Kelas IV, Jakarta: Lazurdi GIS dan Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep Pendekatan Sceintific. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidiakn, Dikbud., 2014 Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail Media Group,2008. Mida Latifatul. Kupas Tuntas Kurikulum 2013, Kata Pene, 2013.
15 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo,2005. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Ramayulis, Metodologi PAI, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Aliyn and Bacon, Inc., 1998 Sambah Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi, regresi, dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2009. Sonhaji. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif, dalam Imron Arifin (ed.). Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang : Kalimasada, 1994 Sholeh Hidayat. “Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013”, Artikel Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013, Universitas Sultan Agung Tirtayasa ____________ Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta, 2007 Suharsimi Arikunto, Prosedur pebelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002 Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989 Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarata : Alfabeta, 2011. Ujang Sukandi, dkk. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, mengapa, dan bagaimana. Jakarta:The British Council, 2001. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 35 ayat (1). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 35, ayat (1). Y. S. Lincoln, & Guba E. G. Naturalistic Inquiry. Beverly Hill: SAGE Publication. Inc, 1985
16 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014