PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Di Indonesia, UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UKM di Indonesia sangat penting bagi perekonomian karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas, baru 25% atau 13 juta pelaku UKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masingmasing Provinsi atau Kabupaten/Kota. Maka UKM adalah bagian dari perekonomian yang penting dan vital di Indonesia (Disperindagkop, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa
UKM mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di Kabupaten Semarang. Gambar 1.1. berikut ini menunjukkan perincian jumlah UKM per tahun:
2
Gambar 1.1. Perincian Jumlah UKM di Kabupaten Semarang Tahun 2008-2012
Sumber: Disperindagkop (2013) Gambar 1.1 Perincian Jumlah UKM Rosok di Kabupaten Semarang Tahun 2008-2012
Sumber: Disperindagkop (2013)
3
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa semakin meningkatnya jumlah UKM, khususnya UKM rosok menjadikan bisnis dibidang ini menjanjikan. Salah satu bentuk UKM di Salatiga adalah UKM rosok. Bisnis rosok banyak bermunculan karena banyaknya barang baru dan membutuhkan bahan baku, daripada perusahaan membeli dari pabrik yang lebih mahal, maka digunakan rosok untuk bahan baku yang didaur ulang (recycle). Dalam setiap usaha termasuk UKM rosok, manajemen persediaan adalah hal penting untuk diperhatikan karena menyangkut persediaan barang dagangan. Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Oleh karena itu, kebijaksanaan manajemen persediaan menjadi sebuah komponen penting untuk memenangkan persaingan yang kompetitif (Turban, 2004). Dalam
mengadakan
suatu
persediaan
maka
perusahaan
harus
mempertimbangkan berbagai macam faktor. Jika perusahaan mengadakan persediaan terlalu besar, maka banyak dana menganggur yang ditanamkan dalam persediaan. Sedangkan jika persediaan terlalu kecil untuk menghemat
4
biaya persediaan, maka perusahaan terancam suatu saat mengalami kehabisan persediaan (out of stock) ketika terdapat jumlah permintaan produksi yang melonjak. Dari kedua kendala tersebut maka perusahaan memuat suatu persediaan yang bernilai optimum, dimana nilai persediaan tersebut tidak terlalu kecil sehingga tetap dapat menunjang kelancaran produksi dan juga tidak terlalu besar sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak (Erlina, 2011). Untuk menghitung besarnya jumlah persediaan yang optimum, maka perusahaan dapat menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Untuk menerapkan dan menghitung metode EOQ maka dibutuhkan tenaga terampil yang memiliki keahlian dalam bidang produksi. Bagi UKM metode EOQ telah banyak diterapkan karena adanya ketersediaan tenaga terampil untuk melaksanakannya (Nasution, 2002). UD Berkah Dalem adalah unit dagang yang bergerak di bidang jual beli barang bekas. Usaha ini didirikan pada tahun 2008. Tingkat persediaan yang tidak optimal akan menjadi masalah pada sebuah usaha termasuk pada usaha UKM Lapak Rosok UD Berkah Dalem, karena apabila tingkat persediaan kurang menjadikan kerugian, sebaliknya jika berlebihan maka menjadikan tingkat biaya simpan yang tinggi. Pada UD Berkah Dalem ini ada 4 macam jenis persediaan barang dagangan yaitu: besi, logam, kardus, dan plastik.
5
Masalah yang terjadi pada UD Berkah Dalem adalah pada awal tahun 2013 harga besi menurun dan pabrik menjadi tidak mau menerima pasokan dari suplier kecil karena takut merugi. Padahal persediaan selalu datang dan tidak dapat dijual ke pabrik, kondisi seperti ini menjadikan persediaan yang semakin menumpuk sehingga menimbulkan persediaan yang tidak optimal. Berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi peneliti diketahui bahwa pada UD Berkah Dalem terdapat masalah yaitu dengan tingginya biaya yang dikeluarkan untuk persediaan sehingga terjadi pembengkakan biaya yang menyebabkan laba tidak optimal dan merugi yang mencapai hampir Rp 6.000.000 per bulan. Selain itu dilihat dari data yang diperoleh ada bulan tertentu persediaan rendah seperti pada bulan Oktober, November dan Desember: Tabel 1.1. Data Persediaan UD Berkah Dalem Tahun 2013 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Data Primer
Persediaan (dalam ton) 12.30 14.60 13.40 17.20 15.60 17.50 19.50 14.40 18.20 11.20 10.70 9.50
6
Pada penelitian ini hanya difokuskan pada jenis persediaan barang dagang yaitu besi pada UD Berkah Dalem dengan alasan bahwa besi merupakan persediaan yang barangnya lebih cepat masuk, tetapi penjualannya lambat sehingga terjadi masalah adanya penumpukan persediaan. Maka berdasarkan pada uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis tingkat persediaan optimal pada usaha UKM lapak rosok UD. Berkah Dalem. Dalam perhitungan tingkat persediaan optimal ini menjadi alternatif solusi dalam mengatasi sistem akuntansi yang masih kurang efektif dalam perusahaan khususnya terkait stock barang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis tingkat persediaan optimal pada Usaha Mikro Lapak Rosok UD Berkah Dalem dengan menghitung tingkat reorder point, jumlah persediaan optimal dan total biaya persediaan optimal. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membantu perusahaan dalam mengetahui tingkat persediaan dengan metode EOQ sehingga mendukung operasi perusahaan, serta dikemudian hari dapat meningkatkan laba dan usahanya.
7
LANDASAN TEORI Persediaan Usaha Dagang Menurut Prawirosentono (2000), persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material, bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods). Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan. Menurut Heizer & Render (2001: 314), persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Persediaan barang dagang (merchandise inventory) diartikan sebagai barang yang dimiliki oleh perusahaan yang didapatkan dengan cara membelinya dari pemasok atau membuatnya sendiri kemudian disimpan untuk sementara yang diperuntukan untuk dijual kepada konsumen atau untuk memproduksi barang yang akan dijual dalam operasi usahanya. Persediaan barang dagang digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu persediaan barang dalam perusahaan dagang dan persediaan dalam perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan dagang persediaan barang dagang diartikan sebagai seluruh barang yang dibeli dari pemasok, disimpan dalam gudang dan dijual kepada konsumen. Jadi persediaan barang dalam perusahaan dagang tidak mengalami proses pengolahan barang, perlakuan persediaan
8
barang dalam perusahaan dagang hanya dibeli,disimpan dan dijual (Heizer & Render, 2001). Sedangkan pada perusahaan manufaktur ada barang bahan baku, barang dalam proses produksi dan persediaan barang jadi.
Biaya-Biaya Dalam Persediaan Usaha Dagang Menurut Ahyari (2003), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan di dalam suatu perusahaan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan. a. Biaya pemesanan Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.
Hal
yang
diperhitungkan di dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan. Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain: 1) Biaya persiapan pembelian 2) Biaya pembuatan faktur 3) Biaya ekspedisi dan administrasi 4) Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan untuk setiap kali pembelian 5) Biaya-biaya pemesan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.
9
Biaya pemesanan ini sering kali disebut sebagai biaya persiapan pembelian, set up cost, procurenment cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan. b. Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus di tanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain: 1) Biaya simpan bahan 2) Biaya asuransi bahan 3) Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan 4) Biaya pemeliharaan bahan 5) Biaya pengepakan kembali 6) Biaya modal untuk investasi bahan 7) Biaya kerugian penyimpanan 8) Biaya sewa gudang per satuan unit bahan 9) Resiko tidak terpakainya bahan karena using 10) Biaya-biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang bersangkutan. Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.
10
c. Biaya tetap persediaan Biaya tetap persediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya persediaan bahan di dalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan di dalam perusahaan tersebut. Beberapa contoh dari biaya tetap persediaan antara lain: 1) Biaya sewa gudang per bulan 2) Gaji penjaga gudang per bulan 3) Biaya bongkar bahan per unit 4) Biaya – biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan frekuensi dan jumlah unit yang disimpan d. Diskon Pembelian. Diskon perdagangan dan diskon pembelian dalam jumlah besar bias anya tidak catat oleh cacatan akutansi manapun melainkan keduanya diperlukan sebagai pengurang harga. Yaitu, harga yang dibayar ke pemasok di catat pada harga sesudah diskon. Meskipun karaktristik dari diskon tunai, jumlah yang dibebankan ke bahan baku sering kali ditentukan sebelum pengurangan diskon tunai. Akun diskon tunai di kredit, untuk menghindari perlunya menghitung diskon tunai untuk setiap item bahan baku
11
Economic Order Quantity (EOQ) Perumusan EOQ Salah satu metode manajemen persediaan yang paling dikenal adalah metode Economic Order Quantity atau biasa disebut dengan EOQ. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun barang yang diproduksi sediri. Model EOQ dapat digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan. Menurut Render dan Heizer (2005:177) Economic Order Quantity adalah sebuah teknik statistik yang menggunakan rata-rata seperti rata-rata permintaan dalam 1 tahun. Sedangkan teknik MRP mengasumsikan permintaan dependent yang digambarkan dalam MPS.
Anggapan-Anggapan Dalam EOQ Rumusan EOQ dapat digunakan bila anggapan ini terpenuhi. Anggapan tersebut antara lain: a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik). b. Harga per unit produk adalah konstan c. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan d. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah kostan
12
e. Waktu antara pesanan di lakukan dan barang-barang diterima (Lead Time) adalah konstan f. Tidak terjadi kekurangan barang atau “Back order”
Persediaan Maksimum / Maksimum Inventory Sangat sering perusahaan dapat dan akan mengalami kekurangan persediaan tanpa kehilangan penjualan selama periode kehabisan persediaan (out of stock). Bila barang terlambat disuplai ke pasaran di waktu lalu, “backordering” terjadi. Hal ini akan menyebabkan adanya biaya “bacordering” persediaan. Bila biaya backordering besarnya proporsional dengan kuantitas unit dan waktu barang-barang dipesan kembali, model sederhana dapat digunakan untuk menentukan EOQ. Anggapan-anggapan dan istilah model backorder identik dengan EOQ dasar tetapi ada beberapa pengecualian sebagai berikut: 1. Ada waktu dimana ada surplus persediaan 2. Ada waktu dimana ada kekurangan persediaan 3. setiap siklus memerlukan waktu yang sama 4. biaya “backordering” per unit per tahun adalah konstan 5. Backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan
13
Konsep dalam EOQ Safety stock
Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan.
Pemesanan kembali (reorder point) Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ (Gitosudarmo, 2002). Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku (TIC) TIC merupakan total inventory cost atau total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan untku jumlah persediaannya. Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang diperlukan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ.
14
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah UD Berkah Dalem yang berlokasi di Jl. Diponegoro174 Dsn. Karanglo, Kecamatan Beringin, Kabupaten Semarang. Kontak HP. 081390162932, (0298) 342053
Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian menggunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode tersebut didapat langsung dari UD Berkah Dalem. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak pemilik UD Berkah Dalem. Data primer meliputi: data tentang masalah persediaan, jenis persediaan. Data sekunder diperoleh dengan metode dokumentasi, yang meliputi : 1. Persediaan awal barang selama tahun 2013. 2. Pembelian barang selama tahun 2013. 3. Persediaan akhir barang selama tahun 2013. 4. Biaya pesan yang dikeluarkan selama tahun 2013 seperti biaya telpon, transportasi, dan biaya pemeriksaan barang. 5. Biaya penyimpanan
15
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui analisis tingkat persediaan optimal pada Usaha Mikro Lapak Rosok UD Berkah Dalem menggunakan analisis data dengan menggunakan perhitungan stock aman (safety stock), waktu order kembali (reorder point) dan total biaya penyimpanan (total inventory cost) akan menjadi optimal jika QOQ optimal. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah analisis dengan metode EOQ. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1.
Menghitung besarnya persediaan optimal dengan rumus EOQ yaitu: EOQ =
2DS H
Keterangan: EOQ = persediaan optimal D = pemakaian tahunan S = biaya pesan H = biaya penyimpanan (per tahun per unit), terdiri dari biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, nilai sewa gudang, biaya atas modal. 2. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Safety Stock = factor keamanan x standar deviasi Rumus : SD
x x'
2
n
16
Keterangan : X : pemakaian yang sesungguhnya X’ : perkiraan pemakaian n : jumlah atau banyaknya data 3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Reorder point dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
R EDL SS
EDL DLi .PDLi Keterangan : R : reorder point EDL :
expected usage during lead time
SS
safety stock
:
DLi :
tingkat pemakaian selama lead time
P(DLi)
:
probabilistik pemakaian selama lead time
4. Total Inventory Cost (TIC) Total Inventory Cost dihitung sebagai berikut :
TIC s
Q D h C so Q 2
Keterangan : Cso
: biaya kehabisan persediaan (stock out)
17
D : jumlah kebutuhan barang untuk satu periode Q : jumlah pembelian barang optimal S : biaya pemesanan setiap kali pesan yaitu h : biaya penyimpanan yaitu
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN UD Berkah Dalem adalah unit dagang yang bergerak di bidang jual beli barang bekas. Usaha ini didirikan pada tahun 2008. Tingkat persediaan yang tidak optimal akan menjadi masalah pada sebuah usaha termasuk pada usaha UKM Lapak Rosok UD Berkah Dalem, Kabupaten Semarang karena apabila tingkat persediaan berlebihan menjadikan kerugian, sebaliknya jika berlebihan maka menjadikan tingkat biaya simpan yang tinggi pula. Pada UD Berkah Dalem ini ada 4 macam jenis persediaan barang dagangan yaitu: besi, logam, kardus, dan plastik. Penjualan rata-rata perusahaan adalah sekitar 14 ton per bulan. Jenis persediaan besi dipilih pada fokus penelitian ini karena perputarannya cepat dibandingkan dengan jenis persediaan lainnya. Persediaan kardus perputaran cepat tetapi modal lebih banyak, sedangkan persediaan logam lama perputarannya mencapai 2 minggu hingga 1 bulan baru bisa dijual. UD Berkah Dalem didirikan oleh Bapak Yustinus Roy. UD Berkah Dalem memiliki 9 orang karyawan yaitu bagian gudang, untuk bagian administrasi dan keuangan adalah Ibu Yustinus. Bagian gudang terdiri dari bagian penerimaan
18
barang terdiri dari 3 orang dan 6 orang bagian penyortiran. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi dari UD Berkah Dalem:
Pimpinan
Wakil (merangkap bagian keuangan)
Bagian gudang
Bagian penerimaan barang
Bagian penyortiran
Gambar 1. Struktur Organisasi UD Berkah Dalem
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam perhitungan EOQ dibutuhkan data pembelian bahan baku, kebutuhan biaya pemesanan, biaya simpan selama periode Januari hingga Desember 2013 dengan alasan data setahun terakhir yang terbaru.
19
Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Berikut ini adalah tabel data pembelian bahan baku dalam ton pada UD Berkah Dalem: Tabel 1. Pembelian dan Kebutuhan Besi dalam Tahun 2013 pada UD Berkah Dalem +/-
D
Pembelian PE (ton) Q
Januari
12.30
15.50
Februari
14.60
16.30
Maret
13.40
15.60
April
17.20
19.80
Mei
15.60
16.70
Juni
17.50
19.40
Juli
19.50
21.20
Agustus
14.40
17.80
September
18.20
21.40
Oktober
11.20
14.50
November
10.70
14.70
3.20 1.70 2.20 2.60 1.10 1.90 1.70 3.40 3.20 3.30 4.00 1.70 30.00 2.50
Bulan (tahun 2013)
Penjualan PE (ton)
Desember
9.50
11.20
Jumlah
174.10
204
Rata-rata:
14.51
17.01
Kondisi riil di lapangan menunjukkan pada bulan Oktober hingga Desember, tingkat persediaan terendah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa pembelian berfluktuasi dari bulan ke bulan selama tahun 2013. Sesuai dengan karakteristik perusahaan dagang, maka alurnya adalah sebagai berikut: dari tukang rosok per bulan pembelian sekitar 5 ton dan sisanya dibeli dari lapak lain. Hal inilah yang menyebabkan kelebihan target pada pembelian
20
bahan baku yaitu karena untuk menjaga hubungan baik dengan lapak lain sehingga menyebabkan kelebihan pembelian. Kemudian dijual kepada perusahaan pengolahan besi baja di Klaten. Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan pemilik, pembelian tertinggi adalah bulan Juli dan September yaitu pada saat menjelang lebaran (dimana banyak orang menjual barang bekas untuk keperluan lebaran) dan setelah lebaran (dimana setelah lebaran banyak sampah bekas perayaan lebaran), dimana stock akan melimpah pada periode tersebut. Sedangkan pembelian terendah adalah pada bulan Desember 2013 dengan alasan karena akan tutup buku sehingga aktivitas operasional perusahaan sedikit. Dari tabel 1. dapat disimpulkan bahwa untuk rata-rata penggunaan kebutuhan (PE) selama dari periode Januari hingga Desember tahun 2013 lebih besar pembelian dan kebutuhan besinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelian lebih besar daripada penggunaan, sehingga masih ada stock persediaan yang sisa sekitar 2.50 ton (17.01 – 14.51 ton). Adanya surplus ini maka membutuhkan biaya penyimpanan.
Biaya Pemesanan Biaya pemesanan setiap kali dilakukan pemesanan terdiri dari biaya pengangkutan, biaya telepon, biaya administrasi dan biaya pemeriksaan. Untuk lebih jelasnya perincian biaya pemesanan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
21
Tabel 2. Biaya Pemesanan Rata-rata Bahan Baku Besi Tahun 2013 pada UD Berkah Dalem Bulan (tahun 2013)
Biaya Pesan (Rp)
Biaya telepon
250.000
Biaya administrasi
50.000
Biaya pemeriksaan
100.000
Jumlah:
400.000
Terlihat dari tabel tersebut bahwa biaya pemesanan setiap kali pesan sejumlah Rp 400.000 dengan asumsi rata-rata setiap kali pesan sama setiap bulannya. Biaya administrasi meliputi biaya bongkar muat, komisi dan sopir. Sedangkan untuk biaya pemeriksaan meliputi biaya QC (Quality Control) untuk pemeriksaan saat barang datang.
Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan pada UD Berkah Dalem terdiri dari biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, nilai sewa gudang. Berikut ini adalah tabel perincian biaya penyimpanan pada UD Berkah Dalem:
22
Tabel 3. Biaya Penyimpanan Bahan Baku Tahun 2013 pada UD Berkah Dalem Biaya Pemeliharaan (Rp)
BIaya kerusakan (Rp)
Nilai sewa gudang (Rp)
Jumlah
280.000
150.000
510.000
Februari
80.000 80.000
280.000
150.000
510.000
Maret
80.000
280.000
150.000
510.000
April
80.000
280.000
150.000
510.000
Mei
80.000
280.000
150.000
510.000
Juni
80.000
280.000
150.000
510.000
Juli
80.000
280.000
150.000
510.000
Agustus
80.000
280.000
150.000
510.000
September
80.000
280.000
150.000
510.000
Oktober
80.000
280.000
150.000
510.000
November
80.000
280.000
150.000
510.000
Desember
80.000
280.000
150.000
510.000
Bulan (tahun 2013) Januari
(Rp)
Berdasarkan pada tabel 4. Diketahui bahwa untuk biaya penyimpanan bahan baku besi selama tahun 2013 yaitu dari bulan Januari hingga Desember mengalami fluktuasi. Untuk biaya pemeliharaan (yaitu biaya alat-alat gudang), biaya kerusakan (adalah 5% dari pembelian) dan sewa gudang relatif sama.
Perhitungan EOQ Dari data tersebut maka langkah pertama adalah menghitung persediaan optimal (EOQ) berdasarkan pada rumus: EOQ =
2DS H
Keterangan: EOQ = persediaan optimal 23
D = kebutuhan tahunan S = biaya pesan H = biaya penyimpanan (per tahun per unit) Berikut ini adalah data untuk perhitungan EOQ: Tabel 4. Perhitungan EOQ Tahun 2013 UD Berkah Dalem Kebutuhan PE (ton)
Biaya Pesan
Biaya Simpan
D
S
C atau H
Januari
12.30
400,000
510,000
Februari
14.60
400,000
510,000
Maret
13.40
400,000
510,000
April
17.20
400,000
510,000
Mei
15.60
400,000
510,000
Juni
17.50
400,000
510,000
Juli
19.50
400,000
510,000
Agustus
14.40
400,000
510,000
September
18.20
400,000
510,000
Oktober
11.20
400,000
510,000
November
10.70
400,000
510,000
Desember
9.50
400,000
510,000
Bulan (tahun 2013)
EOQ=Ѵ2DS/H (dalam ton) 4.39 4.79 4.58 5.19 4.95 5.24 5.53 4.75 5.34 4.19 4.10 3.86
Jumlah Rata-rata:
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai biaya pesan untuk setiap bulan sama karena terdiri dari biaya pemesanan pada supplier, biaya telepon dan hanya biaya angkut. Sedangkan untuk biaya simpan berbeda setiap bulan karena pembelian dan kebutuhan yang berbeda pula. Untuk biaya simpan ini terdiri dari biaya penyimpanan di gudang dan juga biaya pemeliharaan.
24
Berdasarkan pada hasil perhitungan EOQ diketahui bahwa untuk EOQ optimal masing-masing bulan berbeda-beda. Nilai tertinggi adalah pada bulan Juni 2013 dan terendah adalah pada bulan November yaitu 4.10 ton (artinya tingkat pembelian bahan baku optimal sebesar 4.10 ton pada bulan November mengindikasikan biaya pembelian bahan baku terhemat). Hal ini disebabkan karena selisih antara kebutuhan dan pembelian dari bulan Juni terendah dan pada bulan November adalah tertinggi. Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan pemilik UD Berkah Dalem, diketahui bahwa nilai EOQ tertinggi adalah pada bulan Juni 2013 yaitu menjelang lebaran. Sedangkan terendah adalah pada November 2013 yaitu menjelang akhir tahun tutup buku.
Perhitungan Safety Stock Langkah kedua adalah menghitung persediaan pengaman atau Safety Stock rumus: Safety Stock = factor keamanan x standar deviasi (SD) Rumus : SD
x x'
2
n
Keterangan : X : pemakaian yang sesungguhnya X’ : perkiraan pemakaian n : jumlah atau banyaknya data Berdasarkan pada hasil perhitungan (tabel 6) diketahui bahwa untuk rata-rata persediaan pengaman (SD) adalah 2.65 ton. Kemudian untuk menghitung Safety 25
Stock dengan rumus: faktor keamanan x standar deviasi (SD). Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti, faktor keamanan adalah 5% dari pembelian (berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan pemilik) sehingga hasilnya adalah 5% x 17.01 ton = 0.85 x 2.65 = 2.25 ton. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungannya: Tabel 5. Hasil Perhitungan Safety Stock
Bulan
Kebutuhan PE (ton) (X)
Pembelian PE (ton) (X')
Januari
12.30
15.50
Februari
14.60
16.30
Maret
13.40
15.60
April
17.20
19.80
Mei
15.60
16.70
Juni
17.50
19.40
Juli
19.50
21.20
Agustus
14.40
17.80
September
18.20
21.40
Oktober
11.20
14.50
November
10.70
14.70
Desember
9.50
11.20
Selisih (ton) 3.20 1.70 2.20 2.60 1.10 1.90 1.70 3.40 3.20 3.30 4.00 1.70
Harga Rp 3900 Rp 3800 Rp 3850 Rp 3950 Rp 4000 Rp 4000 Rp 3900 Rp 3900 Rp 3850 Rp 3750 Rp 3800 Rp 3800 Jumlah:
SD Safety Stock
(x - x')2 10.24 2.89 4.84 6.76 1.21 3.61 2.89 11.56 10.24 10.89 16.00 2.89 7.00 2.65 2.25
Dari tabel tersebut diketahui bahwa ada selisih antara kebutuhan dan pembelian, dimana pada bulan Januari ada selisih 3.20 ton dan ini besar sama seperti bulan September. Selisih tertinggi adalah pada bulan November yaitu 4 ton, kemudian bulan Agustus yaitu 3.40 ton serta bulan Oktober 3.30 ton. Kemudian selisih pada bulan Februari dan Juli adalah 1.70 ton tidak setinggi bulan sebelumnya,
26
dan pada bulan Maret 2.20 ton serta 2.60 ton pada bulan April. Pada bulan Mei adalah selisih terendah yaitu 1.10 ton (tetapi tetap saja cukup besar dan merugikan karena dalam ton). Pada bulan Juni selisihnya sebesar 1.90 ton dan Desember 1.70 ton. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata supaya perusahaan ingin aman dan tidak kehabisan stock tetapi biaya tetap optimal dimana biaya simpan tidak terlalu tinggi, harus ada persediaan pengaman atau safety stock sebesar 2.25 ton. Tetapi meskipun demikian nilai untuk safety stock setiap bulan berbeda-beda dimana yang tertinggi adalah pada bulan November 2013 dan terendah adalah pada bulan Mei 2013 karena semuanya itu tergantung pada nilai selisih kebutuhan dan pembelian bahan baku. Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan pihak pemilik UD Berkah Dalem diketahui bahwa nilai safety stock tertinggi adalah pada bulan November 2013 karena menjelang akhir tahun dan digunakan untuk safety stock pada awal tahunnya. Sedangkan safety stock terendah adalah pada bulan Mei 2013 karena menjelang pertengahan tahun aktivitas transaksi meningkat.
Perhitungan Reorder Point Kemudian langkah ketiga adalah menghitung Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) dengan rumus: (Ruauw, 2011)
R EDL SS
EDL DLi .PDLi
27
Keterangan : R
: reorder point
EDL
: expected usage during lead time
SS
: safety stock
DLi
: tingkat pemakaian selama lead time
P(DLi) : probabilistik pemakaian selama lead time
Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Perhitungan Reorder Point Kebutuhan PE (ton) (X)
Bulan
Pembelian PE (ton) (X')
Januari
12.30
15.50
Februari
14.60
16.30
Maret
13.40
15.60
April
17.20
19.80
Mei
15.60
16.70
Juni
17.50
19.40
Juli
19.50
21.20
Agustus
14.40
17.80
September
18.20
21.40
Oktober
11.20
14.50
November
10.70
14.70
Desember
9.50
11.20 Jumlah: SD:
(x - x')2 10.24 2.89 4.84 6.76 1.21 3.61 2.89 11.56 10.24 10.89 16.00 2.89 7.00
DLi
P(DLi)
EDL
SS
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
3
0.50
1.50
2.25
3.98
36
2.65
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti diketahui bahwa besarnya DLi atau tingkat pemakaian selama lead time (waktu tunggu) adalah 3 ton. Kemudian besarnya P(DLi) atau probabilistik pemakaian selama lead time adalah 0.5 ton (berdasarkan pada hasil wawancara peneliti dengan pihak pimpinan UD Berkah Dalem). Dari tabel 28
R
tersebut diketahui bahwa ternyata titik reorder point (R) adalah ketika bahan baku mencapai titik 3.98 ton jadi pihak perusahaan harus memesan kembali supaya tidak terjadi stock out atau menanggung rugi karena kehabisan stock barang.
Perhitungan TIC Kemudian langkah terakhir adalah menghitung Total Inventory Cost (TIC) dengan rumus:
TIC s
D Q
Keterangan : D : jumlah kebutuhan barang untuk satu periode Q : jumlah pembelian barang optimal S : biaya pemesanan setiap kali pesan yaitu Berdasarkan pada rumus tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Perhitungan TIC TIC (dalam Rp)
TIC actual
Januari
317,419
510,000
Februari
358,282
510,000
Maret
343,590
510,000
April
347,475
510,000
Mei
373,653
510,000
Juni
360,825
510,000
Juli
367,925
510,000
Agustus
323,596
510,000
September
340,187
510,000
Oktober
308,966
510,000
Bulan
29
November
291,156
510,000
Desember
339,286
510,000
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa nilai TIC untuk setiap bulannya berfluktuasi atau mengalami naik dan turun sehingga dari bulan Januari hingga Desember mengalami perbedaan untuk TIC. Nilai TIC tertinggi adalah pada bulan Mei dan terendah adalah pada bulan November. Jika dibandingkan dengan TIC actual masih ada selisih yang cukup besar. Penjualan dilakukan kepada CV Graha Logam, sebuah perusahaan di Surabaya dengan pola penjualan sesuai dengan tabel kebutuhan UD Berkah Dalem. Dengan adanya implementasi untuk tingkat persediaan optimal tentunya dapat mengatasi masalah kerugian yang terjadi karena akan berdampak pada laporan laba rugi perusahaan. Maka berdasarkan pada hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat persediaan dengan metode EOQ sehingga mendukung operasi perusahaan. Hasil ini dikemudian hari dapat meningkatkan laba dan usahanya yaitu dengan memesan ketika bahan baku mencapai titik 3.98 ton sehingga tidak kekurangan bahan baku dan rata-rata EOQ nya 3.89 ton per bulan. Hal ini diketahui berdasarkan pada hasil perhitungan EOQ perusahaan. Apabila semakin optimal pembelian melalui perhitungan EOQ maka akan tercapai pula total biaya persediaan (TIC) optimal. Jika perusahaan mengalami masalah kelebihan bahan baku maka harus mengerem atau memperkecil pemesanan pada next order sedangkan jika terjadi
30
kekurangan bahan persediaan maka hendaknya tidak terlambat dalam melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier.
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: analisis tingkat persediaan optimal pada Usaha Mikro Lapak Rosok UD Berkah Dalem adalah ketika EOQ sebesar 3.89 ton per bulan dengan safety stock sebesar 2.25 ton sehingga akan meminimalkan nilai TIC. Untuk EOQ optimal masing-masing bulan berbeda-beda. Nilai tertinggi adalah pada bulan April 2013 dan terendah adalah pada bulan Oktober yaitu 3.68. Hal ini disebabkan karena selisih antara kebutuhan dan pembelian dari bulan April terendah dan pada bulan Oktober
adalah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata supaya
perusahaan ingin aman dan tidak kehabisan stock tetapi biaya tetap optimal dimana biaya simpan tidak terlalu tinggi, harus ada persediaan pengaman atau safety stock sebesar 2.25 ton. Nilai TIC untuk setiap bulannya berfluktuasi atau mengalami naik dan turun sehingga dari bulan Januari hingga Desember mengalami perbedaan untuk TIC. Apabila semakin optimal pembelian melalui perhitungan EOQ maka akan tercapai pula total biaya persediaan (TIC) optimal.
31
SARAN Sedangkan saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah: 1. Sebaiknya pihak UD Berkah Dalem dapat menerapkan besarnya EOQ optimal yaitu sebesar 3.89 ton per bulan dengan safety stock 2.25 ton, sehingga dapat meminimalkan biaya persediaannya. 2. Pada penelitian selanjutnya dengan topik serupa dapat dilakukan perbandingan beberapa lapak rosok untuk perbandingan hasil optimal dalam perhitungan EOQ.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.
Erlina, 2011. Manajemen Persediaan. Jakarta; Erlangga.
Nasution, 2002. Manajemen Mutu. Jakarta: Rajawali Press.
Prawirosentono. 2000. Manajemen Operasi : Analisis dan Studi Kasus. Jakarta: Bumi Aksara.
Render, Barry and Jay Heizer. 2001.Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Jakarta: PT. Salemba Empat.
Render, Barry and Jay Heizer. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Jakarta: PT. Salemba Empat.
Turban, R. 2004. Supply Chain Management. Prentice Hall.
Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Ekonisia. FE UII.
33