BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1.
Konsep Makro dan Kontekstual Site Komunitas komik di Yogyakarta yang kebanyakan cenderung bersifat indie atau bergerak dengan modal swadaya dari komunitas sendiri sehingga karya yang dicetak terbatas. Padahal prinsip copyleft komik indie ini dengan memperbolehkan karya mereka disebarluaskan mampu membuka jalan komik lokal yang harganya bisa lebih terjangkau oleh masyarakat, namun saat ini masih terbatas pada kalangan pekerja seni. Pintu masuk masyarakat pada komunitas masih terbatas ketika diadakannya pameran dan festival. Padahal kualitas sudah diakui pekerja seni lain bahkan ada yang mendapat penghargaan tingkat nasional dan internasional. Fungsi pusat komunitas komik sebagai pusat informasi dan dokumentasi ini bisa menjadi alternatif komunitas komik di daerah Yogyakarta dan sekitarnya sebagai ajang pamer dengan menitipkan komik karya mereka untuk dijual dan dikoleksi di dalam galeri taman baca. Komik indie yang dapat difotokopi akan lebih mudah menyebar. Selain itu, juga dapat menjadi lokasi diadakannya diskusi atau workshop. Sehingga terbentuk suatu konsep one stop antara bangunan dan kawasan sekitarnya dalam satu lokasi masyarakat dapat menikmati berbagai hal tentang komik lokal secara khusus. Bahkan lebih jauh lagi bisa menjadi potensi sebuah objek wisata baru bagi Yogyakarta.
Gambar 5. 1. Konsep One Stop Bangunan Sumber: Penulis
Lokasi site yang berada di dekat kawasan wisata Kraton yang khas dengan citra arsitektur Jawa perlu menjadi pertimbangan penampakan bangunan. Nantinya akan diterapkan sebagai inspirasi dalam beberapa aspek, seperti filosofi hierarki ruang berdasarkan waktu kegiatan tertentu atau pencahayaan.
Gambar 5. 2. Beberapa Bangunan Heritage di Sekitar Kraton Sumber: http://www.yogyes.com/
5.2.
Konsep Filosofi Dalam komik setiap tindakan atau adegan dituangkan dalam beberapa panel yang memiliki alur. Di dalam rangkaian panel tersebut komik menyimulasikan waktu dan gerak. Bahkan di dalam panel komik dapat menyampaikan atau membangkitkan emosional dan sensasi pembacanya melalui goresan garis, gaya gambar, kata-kata, karakter huruf, bentuk balon kata, warna, latar atau setting, dan simbol-simbol yang dikenal masyarakat luas. Dalam arsitektur panel bisa diasumsikan sebagai ruangan. Dan dari kemampuan komik ini akan diambil sebagai konsep. Di antaranya dapat diambil konsep blocking the act, framing time, dan expression. Blocking
the act diterapkan untuk mengarahkan perilaku pengunjung dalam alur bangunan, lalu framing time, di mana fungsi ruang dapat disesuaikan berdasarkan
waktu
kegiatan
komunitas
sehingga
dapat
tercapai
fleksibilitas ruang, dan expression ialah pengembangan karakteristik tiap ruang itu sendiri terhadap suasana yang membangun dalam fungsi kegiatan tertentu. Semua itu diharapkan dapat membangun mental, teknik, serta wawasan komikus dan masyarakat terhadap perkomikan anak bangsa.
Gambar 5. 3. Konsep yang Diambil Sumber: Analisis penulis
Gambar 5. 4. Penerapan Ekspresionisme Komik Sumber: Analisis penulis
5.3.
Konsep Arsitektur
5.3.1. Konsep Zonasi dan Programatik Zonasi dalam bangunan Pusat Komunitas Komik Indonesia ini dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona promosi, komunitas, dan penunjang. Zona komunitas merupakan pusat kegiatan komunitas dan masyarakat dalam mengembangkan komik, zona promosi sebagai zona komersial sekaligus ajang pameran hasil karya yang dihasilkan, dan zona penunjang yang mendukung kedua fungsi lainnya. Selain itu terdapat ruang publik di area depan site sebagai meeting point.
Gambar 5. 5. Pembagian Zonasi Sumber: Analisis penulis
Orientasi bangunan searah dengan Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim untuk mengoptimalkan visibilitas area showroom dan komersial. Namun hal tersebut menyebabkan bangunan menghadap arah timur-barat sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam mengatasi sinar matahari yang berlebih. Untuk massa area komunitas, ruang kelas, dan kantor memiliki massa tersendiri yang mengarah utara-selatan demi kenyamanan nantinya,
Gambar 5. 6. Orientasi Bangunan Sumber: Analisis penulis
Jenis pengguna dalam Pusat Komunitas Komik Indonesia ini dapat dibagi menjadi tiga. Pertama pengguna utama bangunan terdiri anggota komunitas komik dan peserta didik menggunakan fasilitas secara rutin, yang kedua staf atau pengelola komunitas dan fasilitas penunjangnya, seperti kurator galeri, pengajar, dan ketiga pengunjung.
Gambar 5. 7. Pengguna Fasilitas Sumber: Analisis penulis Tabel 5. 1. Jenis Pengguna dan Deskripsi Kegiatan
No.
Jenis Pengguna
Deskripsi Kegiatan
Kehadiran
1.
Staf Pengelola
Pengelolaan fasilitas, pengelolaan kegiatan, dan penjadwalan penggunaan fasilitas
Setiap saat
3.
Anggota Komunitas
Pengguna utama fasilitas komunitas seperti ruang studio, ruang diskusi, dll.
Rutin, terjadwal
4.
Siswa/Peserta didik
Pengguna fasilitas edukasi kelas gambar dan lokakarya
Rutin, terjadwal
5.
Pengunjung
Pengunjung yang tidak tergabung dalam komunitas, pengunjung kafe, galeri, dll.
Sewaktuwaktu
Sumber: Analisis penulis
Dalam bangunan Pusat Komunitas Komik Indonesia ini terdapat beberapa fungsi besar yaitu fungsi komunitas, promosi, dan pengelola. Fungsi komunitas berisi kegiatan komunitas dalam pembuatan dan pengembangan komik serta mengedukasi masyarakat yang ingin belajar komik, fungsi promosi sebagai area pamer hasil karya komunitas dan tempat dilaksanakannya acara, sedangkan fungsi pengelolaan disini sebagai area servis pendukung fungsi lainnya.
Nama Ruang
Tabel 5. 2. Program Ruang Pusat Komunitas Luas KaStandibuPengSumpasiJum dar tuhguna ber tas -lah 2 (m ) kan (org) 2 (m )
Sirkulasi 20%
Total Luas Ruang 2 (m )
FUNGSI KOMUNITAS PENERIMA Hall/Lobi
C
1,5
NAD
Informasi
A
2,5
NAD
Sekuriti
A
2
TSS
A,B,C
2
NAD
A
20
ASM
A
25%
NAD
Cafe Gudang Makanan Dapur Toilet
A,B,C
2,25
NAD
300 orang 2 orang 2 orang 100 orang
10 orang
1
450
90
540
1
5
1
6
1
4
0,8
4,8
1
200
40
240
1
20
4
24
1
50
10
60
1
22,5
4,5
27 901,8
STUDIO SEWA Ruang Gambar Ruang Komputer
B
1,62
SRG
B
1,35
SRG
Ruang Diskusi
B
2
NAD
Ruang Arsip
B
9
TSS
Ruang Santai
B,C
1,1
NAD
Pantry Bersih
B
2
ASM
Kamar Tidur
B
3
ASM
4 orang 4 orang 10 orang 5 orang 4 orang
5
32,4
6,48
38,88
5
27
5,4
32,4
5
100
20
120
5
45
9
54
5
27,5
5,5
33
5
10
2
12
5
60
12
72 362,28
EDUKASI Pelayanan Pengunjung
A
2
NAD
B,C
1,1
NAD
A
6
NAD
A,B
6
SRG
A,B
1,62
A,B,C
2,25
Ruang Tunggu Ruang Staf Pengajar Ruang Kelas Komik Ruang Workshop Toilet
NAD
2 orang 20 orang 12 orang 10 orang 20 orang 10 orang
1
4
0,8
4,8
1
22
4,4
26,4
1
72
14,4
86,4
3
180
36
216
2
64,8
12,96
77,76
1
22,5
4,5
27 438,36
FUNGSI PROMOSI GALERI DAN BAZAAR Ruang Pamer C Tetap Ruang Pamer C Temporer Tempat A penitipan Ruang kurator Ruang Penyelenggara Ruang Penyimpanan Bongkar Muat Toilet
1,35
ASM
9
ASM
2
ASM
A
6
AJM
A
0,8
NAD
A
25
ASM
A
25
ASM
A,B,C
2,25
NAD
150 panel 30 stand 4 orang 2 orang 10 orang
10 orang
1
202,5
40,5
243
1
270
54
324
1
8
1,6
9,6
1
12
2,4
14,4
1
8
1,6
9,6
1
25
5
30
1
25
5
30
1
22,5
4,5
27 687,6
TAMAN BACA Tempat penitipan Ruang Katalog Ruang Buku Komik Ruang Baca Komik Ruang Fotokopi Ruang Digital Tempat Peminjaman Ruang Arsip Ruang Dokumentasi Ruang Kepala Perpustakaan Ruang Staf Perpustakaan Gudang
A,B,C
2
NAD
B,C
0,003
NAD
B,C
0,01
NAD
B,C
2,3
TSS
A,B,C
3
ASM
B,C
1,35
SRG
A,B,C
1
ASM
A
9
A
4 orang 10.000 kartu 10.000 buku 100 orang 5 orang 20 orang 4 orang
1
8
1,6
9,6
1
30
6
36
1
100
20
120
1
230
46
276
1
15
3
18
1
27
5,4
32,4
1
4
0,8
4,8
TSS
1
9
1,8
10,8
25
ASM
1
25
5
30
A
16
AJM
1
16
3,2
19,2
A
6
AJM
1
18
3,6
21,6
A
9
TSS
1
9
1,8
10,8
1 orang 3 orang
Toilet
A,B,C
2,25
NAD
8 orang
1
18
3,6
21,6 610,8
KOMERSIAL Toko/retail
A,C
25
ASM
A
4
ASM
Gudang Toilet
A,C
2,25
NAD
8 orang
10
250
50
300
10
40
8
48
1
18
3,6
21,6 369,6
ZONA PENUNJANG PENGELOLA Hall karyawan
45
9
54
1
24
4,8
28,8
1
18
3,6
21,6
1
4
0,8
4,8
1
13,5
2,7
16,2
1
13,5
2,7
16,2
5 orang
1
22,5
4,5
27
AJM
5 orang
1
22,5
4,5
27
4,5
AJM
5 orang
1
22,5
4,5
27
A,B,C
2
AJM
20 orang
1
40
8
48
Ruang Arsip
A
9
TSS
1
9
1,8
10,8
Pantry
A
1,2
NAD
1
3,6
0,72
4,32
Gudang
A
9
TSS
1
9
1,8
10,8
B,C
2
AJM
1
10
2
12
A
2,25
NAD
1
9
1,8
10,8
Ruang Rapat
Ruang Tunggu Toilet
1,5
NAD
A
24
AJM
A
18
AJM
A
4
AJM
A
4,5
AJM
A
4,5
AJM
A
4,5
AJM
A
4,5
A
30 orang 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang
1
Ruang Pimipinan Ruang Wakil Pimpinan Ruang Sekretaris Ruang Keuangan Ruang Administrasi Ruang Manajer Bangunan Ruang Pengelola Pameran Ruang Pengelola Studio
A
3 orang 5 orang 4 orang
319,32 MUSHOLA Tempat Wudhu
A,B,C
0,6
NAD
Mushola
A,B,C
1,6
NAD
Toilet
A,B,C
2,25
NAD
16 orang 20 orang 8 orang
1
9,6
1,92
11,52
1
32
6,4
38,4
1
18
3,6
21,6 71,52
ATM Kabin Mesin
B,C
2
SRG
4 orang
3
24
4,8
28,8
SERVIS Ruang Pengawas Ruang Genset
A
6
NAD
A
50
Ruang Trafo
A
Ruang Pompa Ruang Chiller dan AHU Ruang Panel
2 orang
1
12
2,4
14,4
NAD
1
50
10
60
30
NAD
1
30
6
36
A
20
NAD
1
20
4
24
A
100
NAD
1
100
20
120
A
30
NAD
1
30
6
36 290,4
TOTAL BANGUNAN
4080,48
Parkir mobil
A,B,C
12,5
Parkir motor
A,B,C
1,5
200 orang 100 orang
2500
500
3000
150
30
180 3180
TOTAL Keterangan: NAD : Neufert Architect Data TSS : Time Saver Standard AJM : A.J. Metric Standard SRG : Studi Ruang Gerak ASM : Asumsi
7260,48
Sumber: Analisis penulis
5.3.2. Konsep Tata Ruang Dalam Ruang-ruang dalam bangunan menerapkan sistem organisasi radial dan linear. Sesuai dengan konsep One Stop, organisasi radial juga memiliki pusat/sumbu bagi fungsi ruang lain. Dari pusat ini pengamatan terhadap kegiatan di sekitarnya kuat ke segala arah, arah orientasi jelas, tegas, dan dinamis. Lalu organisasi radial diterapkan pada fungsi galeri yang memiliki alur untuk membantu penjelasan secara runtun. Konsep hubungan ruang dihubungkan ruang bersama sebagai perantara. Hal ini sama dengan pergantian panel dalam komik yang biasanya melewati gang tempat di mana pembaca berimajinasi menghubungkan antarpanel tersebut. Dalam penerapan dalam bangunan ruang antara ini dapat berupa ruang terbuka sebagai tempat istirahat mata setelah melihat galeri atau tanda bergantinya fungsi ruang.
Gambar 5. 8. Tata Ruang Dalam Sumber: Analisis penulis
1. Konsep Galeri Pameran Galeri terbagi menjadi dua, pameran tetap dan pameran temporer. Pada pameran tetap konten-konten bahan pamer berisi timeline perkembangan sejarah komik Indonesia, tokoh-tokoh komikus dan karakter ciptaannya yang terkenal, dan proses-proses pembuatan komik. Galeri tetap ini akan disebar di area sirkulasi pengunjung sehingga dapat mengefisienkan kebutuhan ruang yang sudah ada. Sedangkan pada pameran temporer menekankan pada fleksibilitas
berupa ruang terbuka (open layout) yang dilengkapi stok dinding partisi yang tersambung dengan rel modular sehingga dapat diperoleh layout yang sesuai besar dan banyaknya bahan pameran. 2. Konsep Taman Baca Taman baca merupakan pusat dokumentasi koleksi komik. Area buku dibagi berdasarkan rating umur komik mulai dari anak (semua umur), remaja, dan dewasa. Setiap area memiliki area baca dan karakter yang berbeda. Pencapaian menuju area dewasa juga makin susah dan ketat. Pada area anak taman baca dilengkapi dengan peralatan bermain dan kostum karakter komik yang bisa mereka pinjam selama berada di pusat komunitas. Anak-anak akan didampingi seorang staf atau orangtuanya sendiri.
Gambar 5. 9. Taman Baca Anak Sumber: Penulis
Taman baca juga dibagi menjadi koleksi buku dan digital. Koleksi buku ada yang dapat dipinjam dan dibawa pulang selama beberapa hari dan ada yang hanya bisa dibaca di tempat karena terbatas kondisi buku tersebut atau keterbatasan jumlah yang langka. Koleksi digital dapat dinikmati dari situs baca online yang dikelola komunitas. Untuk
menikmatinya,
taman
baca
menyediakan
tablet
tersambung dengan wifi sehingga dapat terhubung internet.
yang
Gambar 5. 10. Contoh Penerapan Tablet sebagai Katalog Komik Digital Sumber: http://www.cangrejorojo.com/en/inicio/ (kiri), http://robot6.comicbookresources.com/2011/09/five-questions-about-the-kindle-fireand-digital-comics/ (kanan)
Komunitas juga dapat melakukan program taman baca keliling seperti yang dilakukan komunitas buku ‘Pustaka Mlethik’ yang berkeliling Malioboro meminjamkan buku kepada para pedagang. Komunitas
dapat
berkeliling
pemukiman
penduduk
untuk
meminjamkan buku komik yang isinya dinilai memiliki pesan moral yang baik sehingga mampu menumbuhkan minat baca dan tentunya promosi komik itu sendiri.
Gambar 5. 11. Perpustakaan Keliling Komunitas Mlethik Malioboro Sumber:http://kotajogja.com/berita/index/Pustaka-Mletik-Malioboro,-Perpustakaandengan-Gaya-Blusukan
3. Konsep toko Toko menjual buku komik lokal yang diatur layoutnya berdasarkan rating anak (semua umur), remaja, dan dewasa. Selain itu, juga peralatan menggambar, melukis, dan merchandise komik. Toko juga terbuka dengan media lain yang berhubungan dengan komik untuk menitipkan barangnya di showroom, seperti kostum untuk para
cosplayer, distro tokoh-tokoh komik, mainan dan action figure, vcd/dvd kartun atau animasi, bahkan jasa pengiriman barang. Media online shop juga bisa menjadi ajang distribusi komik lokal. Dengan mendaftarkan diri pada situs komunitas, pengunjung dapat membeli komik secara online dengan display koleksi yang muncul sesuai umur pengunjung yang sedang log in. Komik akan dikirim dengan jasa pengiriman barang setelah transaksi selesai. Atau dengan men-download file komik tersebut. Komik indie yang tersedia di toko dapat difotokopi oleh pengunjung yang berminat dan hanya membayar seharga fotokopian tersebut. 4. Konsep Kafe Komikus terkadang juga mengerjakan dan berdiskusi manuskrip komik di kafe-kafe dengan alasan tempatnya nyaman, kalau lapar tinggal pesan, dan adanya wifi untuk mencari preseden. Kafe juga bisa menjadi media bertemunya komikus dengan masyarakat untuk berbagi info atau sekedar mengobrol. Atau dengan hanya melihat tingkah laku pengunjung mungkin bisa mendapat sebuah inspirasi. Menu yang ditawarkan kafe bersifat tematik seperti sajian-sajian kedai kopi khususnya kreasi latte art yang membuat bentuk 3D atau gambar dari busa kopi, puding, roti bakar untuk teman lembur komunitas atau pengunjung, serta tentunya makanan berat.
Gambar 5. 12. Kreasi Latte Art pada Kafe Tematik Sumber: Berbagai sumber
5. Konsep Studio Studio
diharapkan
dapat
mengakomodasi
dua
perbedaan
kebiasaan komunitas dalam membuat komik yaitu secara manual dan digital. Studio juga dilengkapi ruang tidur bertingkat untuk menghemat tempat.
5.3.3. Konsep Warna dan Material Warna dalam manga tidak dipilih secara acak. Warna biasanya diterapkan pada warna rambut atau warna dominan pakaian yang dikenakan. Warna memiliki makna sebagai perlambangan karakter suatu tokoh. Lebih jelasnya dapat dilihat di tabel bawah: Tabel 5. 3. Makna Warna dalam Manga Warna
Makna
Hitam
Kekuatan, kejahatan, kehampaan, kesedihan, misteri, kemutakhiran, kesempurnaan, kematian
Perak/Abuabu
Keandalan, kepintaran, kedewasaan, kesedihan, kebosanan
Putih
Kesucian, kesederhanaan, kedamaian, kerendahan hati, dingin, surga (bisa juga berarti kematian)
Merah muda
Kefeminiman, kesucian, kekanak-kanakan, kecintaan, keramahan
Merah
Gairah, keriangan, agresi, energi, cinta (umumnya emosi yang kuat)
Jingga
Energi, keseimbangan, antusiasme, kehangatan, mencari perhatian
Kuning
Kemakmuran, surga, kekanak-kanakan, keberanian
Hijau
Keberuntungan atau kesialan, keirian, keselarasan, kehidupan, kekuatan, ketenteraman
Biru
Kedamaian, ketenangan, kestabilan, ketergantungan, dingin Catatan: Dalam hal ketergantungan, biru tua lebih bertanggung jawab dibandingkan biru muda.
Ungu
Kekuasaan, kebijaksanaan, kerohanian
Cokelat
Kenyamanan, kesederhanaan, ketahanan Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ikonografi_manga
5.3.4. Konsep Sirkulasi Sirkulasi terbagi menjadi front of the house (FOH) dan back of the house (BOH). Sirkulasi FOH mewakili sirkulasi bagi pengunjung bangunan sedang BOH untuk sirkulasi staf pengelola. Sirkulasi ruang dibentuk secara radial dengan memiliki pusat sebagai titik temu berbagai fungsi di dalam bangunan dan juga mengakomodasi sirkulasi secara spiral untuk pengunjung yang ingin menikmati seluruh bangunan. Sirkulasi vertikal pada bangunan tiga lantai ini menggunakan ramp untuk kemudahan akses serta merupakan kesempatan penerapan galeri di dinding ruas ramp dengan memanfaatkan panjang lintasan ramp. Serta lift barang untuk kemudahan transportasi buku dan stok barang toko.
5.3.5. Konsep Lansekap Lansekap berupa plaza yang dipersiapkan untuk acara pameran atau festival komunitas. Lansekap memiliki atap temporer seperti payung pada Masjid Agung Jawa Tengah, yang membuka saat acara berlangsung atau ketika memang diperlukan ketika cuaca tidak terlalu mendukung. Lansekap menerapkan sistem modular agar teratur dan mudah dalam membagi area stand bazaar.
Gambar 5. 13. Konsep Area Plaza Sumber: Penulis
5.4.
Konsep Sistem Bangunan
5.4.1. Pencahayaan 1. Alami Penggunaan sistem direct and indirect lighting. Direct lighting digunakan pada ruangan yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga menjadi terang. Contoh ruangan tersebut adalah ruang pengelola, rapat, perpustakaan, dan galeri. Sedangkan untuk indirect lighting digunakan pada ruang-ruang yang tidak menuntut kebutuhan intensitas cahaya tinggi seperti kafe, lounge, entrance hall. Selain pada ruangan, pencahayaan buatan juga dibutuhkan pada ruang luar, seperti taman, dan parkir.
2. Buatan Hampir pada semua ruangan menggunakan pencahayaan buatan, khususnya pada ruang pameran, toko, studio, dan panggung dibutuhkan perhatian lebih agar barang yang dipajang menjadi lebih menarik dan terlihat dengan jelas. Perhatian khusus juga diberikan pada sirkulasi, karena bisa membantu kejelasan alur khususnya pada galeri dan kenaikan level lantai, seperti panggung, split level, dan tangga biasa maupun darurat untuk daya tarik sekaligus keamanan. 5.4.2. Penghawaan 1. Penghawaan Alami Penghawaan alami dimaksimalkan pada ruangan yang tidak terdapat koleksi komik yang membutuhkan suhu dan kelembapan tertentu agar tidak cepat lapuk. Bangunan didesain dengan innercourt selain sebagai pengalir udara alami ke dalam bangunan juga menjadi atrium penekanan ruang pada plaza dan panggung ketika acara dilakukan komunitas. 2. Penghawaan Buatan Penggunaan AC pada bangunan hanya pada perpustakaan, galeri, dan ruang arsip karena merupakan usaha pencegahan kerusakan arsip koleksi komik yang mungkin sudah berumur. 5.4.3. Sistem Struktur Sistem struktur mengkombinasikan struktur fabrikasi seperti baja dan beton serta bahan lokal, seperti batu bata dan glugu agar mudah didapat dan lebih terjangkau. 5.4.4. Sistem Jaringan Air Bersih Sumber air bersih pada site terpilih, berasal dari air tanah (ground water) yang dapat dimanfaatkan dengan sistem downfeed untuk mushola dan pantry serta sumber air hujan yang ditampung dalam bak berbeda untuk kebutuhan toilet dan landscape. 5.4.5. Sistem Jaringan Air Kotor Sumber air kotor dibagi menjadi dua kategori. Pertama, berasal dari pemakaian kamar mandi non-tinja dan dapur biasa disebut dengan grey
water yang dapat dimanfaatkan kembali untuk pemakaian seperti keperluan menyiram toilet dan hydrant. Kedua, sumber air kotor yang mengandung tinja akan diolah kembali untuk menyiram tanaman. Sistem pengolahan black water ini dengan memanfaatkan bakteri alami menggunakan proses bioreaktor aerob. Hasil dari proses tersebut akan menghasilkan air dengan kandungan mikroba yang tinggi dan memiliki kualitas yang sangat baik untuk tanaman. 5.4.6. Sistem Mekanikal Elektrikal Sumber tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan komunitas berasal dari PLN dan generator set. Pemakaian tenaga listrik pada komunitas umumnya digunakan untuk pengadaan fasilitas berupa pameran, pendidikan, dan fungsi penunjang lainya. 5.4.7. Sistem Fire Protection Usaha
perlindungan
terhadap
bahaya
kebakaran
dengan
menggunakan metode preventif, represif, dan evakuasi. Preventif berupa deteksi adanya bahaya kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan detektor asap dan panas. Represif adalah usaha pemadaman dengan air atau bahan kimia dengan menggunakan springkler, hydrant, dan fire extinguisher. Terakhir, berupa evakuasi dengan membuat jalur evakuasi dengan menggunakan pintu dan tangga darurat. 5.4.8. Sistem Telekomunikasi Sistem telekomunikasi yang akan digunakan antara lain: 1. Sistem Interkom 2. Sistem IP PABX 3. Internet – WiFi berpassword 4. Faksimili 5. Telepon Umum 6. Pengeras Suara
5.5.
Impresi Spasial
Gambar 5. 14. Impresi Plaza Innercourt Bangunan Sumber: Penulis
