125
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian Penggunaan Teknik Assertive Training untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok Pada Remaja diperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling serta aplikasi teori bimbingan dan konseling terhadap fenomena kebiasaan merokok di kalangan remaja yang semakin meningkat.
A. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut. 1. Kebiasaan merokok siswa SMP Negeri 2 Margahayu tahun pelajaran 2008/2009 disebabkan oleh, faktor-faktor yang berasal dari faktor psikososial yang meliputi rasa rendah diri, rasa ingin tahu, kondisi sosial ekonomu yang tinggi serta masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah; faktor psikiatrik yang meliputi menghilangkan rasa cemas yang dialami; faktor kognitif yaitu untuk meningkatkan konsentrasi serta faktor lingkungan yang berasal dari teman sebaya, orang tua dan saudara kandung serta iklan rokok. 2. Kebutuhan layanan Bimbingan dan Konseling bagi siswa yang memiliki kebiasaan merokok, didasarkan pada karakteristik kebiasaan merokok dan karakteristik perilaku tidak asertif diperoleh kebutuhan layanan meliputi: menghapus keyakinan yang tidak logis dengan tidak merokok harus tetap percaya diri, menghilangkan pikiran negatif apabila tidak merokok tidak akan memiliki teman, kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis ajakan merokok, keterampilan menolak tawaran untuk merokok dari taman dan orang lain, dan membangun komitmen yang kuat dengan merencanakan untuk berhenti merokok.
126
3. Latihan asertif dirancang dalam 8 sesi, setiap sesi memiliki tujuan tertentu dan masing-masing sesi merupakan suatu prasyarat untuk melanjutkan pada sesi berikutnya. Tujuan pada masing-masing sesi adalah sebagai berikut: a. Sesi 1 bertujuan menumbuhkan motivasi konseli untuk mereduksi kebiasaan merokok, yang ditunjukkan dengan pernyataan konseli untuk mengikuti sesi hingga selesai, tergalinya informasi pola kebiasaan merokok dengan masalah-masalah konseli lainnya yang mempengaruhi pemberian treatment, dan terbentuknya komitmen awal konseli untuk mereduksi kebiasaan merokok. b. Sesi 2 bertujuan untuk memberikan keyakinan yang logis mengenai kebiasaan merokok, menanamkan sikap tegas terhadap diri sendiri dan mampu menghentikan kebiasaan merokok. c. Sesi 3 bertujuan agar konseli dapat menghilangkan pikiran negatif atau rasa takut ketika menolak ajakan untuk merokok, konseli mampu menghentikan kebiasaan merokok tanpa ada perasaan takut yang muncul apabila menolak ajakan teman untuk merokok serta konseli mampu untuk tidak menunda-nunda mengerjakan pekerjaan lain. d. Sesi 4 bertujuan untuk membantu konseli supaya mampu menanyakan alasan yang tapat apabila diajak merokok, mambantu konseli untuk dapat memberikan alasan yang positif dalam mempertimbangkan untuk merokok. e. Sesi 5 bertujuan agar konseli dapat memahami tentang sikap yang benar untuk menolak tawaran merokok, konseli memiliki keterampilan untuk menolak tawaran merokok dengan cara yang pasif, tegas dan agresif, serta membantu konseli agar mampu menolak tawaran merokok tanpa menimbulkan konflik internal dan eksternal. f. Sesi 6 bertujuan agar konseli dapat mengambil suatu keputusan antara merokok kembali atau mengikuti treatment hingga tuntas, konseli dapat mengidentifikasi dan mengatasi keinginannya untuk merokok, membantu konseli mengurangi keinginannya untuk merokok dan
127
membantu konseli agar memiliki komitmen yang kuat untuk berhenti merokok. g. Sesi 7 bertujuan supaya konseli mengetahui batasan yang normal untuk merokok pada usia remaja, konseli mampu bersikap tegas terhadap dirinya sendiri untuk menghentikan kebiasaan merokoknya, dan membantu konseli agar mengetahui konsekuensi negatif yang akan diterima apabila merokok secara berlebihan. h. Sesi 8 bertujuan memperoleh feed back dari pelaksanaan pemberian bantuan. 4. Pelaksanaan intervensi pada umumnya sudah dilaksanakan sesuai dengan rancangan intervensi yang telah disusun. Indikator keberhasilan dari penelitian adalah: a. Konseli memiliki keyakinan yang logis mengenai kebiasaan merokok b. Konseli mampu bersikap tegas pada diri sendiri c. Konseli mampu menghentikan kebiasaan merokok dengan menghapus keyakinannya yang tidak logis d. Konseli mampu menghilangkan pikiran negatif atau rasa takut ketika menolak ajakan untuk merokok e. Konseli mampu berhenti merokok tanpa ada perasaan takut yang muncul apabila menolak ajakan merokok. f. Konseli mampu untuk tidak menunda-nunda pekerjaan g. Konseli memiliki alasan yang tepat untuk tidak merokok h. Konseli memiliki alasan yang logis dalam memper-timbangkan ajakan teman untuk merokok i. Konseli memahami sikap yang benar ketika menolak untuk merokok j. Konseli memiliki keterampilan menolak tawaran untuk merokok k. Konseli mampu menolak tawaran dengan tegas tanpa menimbulkan konflik internal dan eksternal. l. Konseli mampu mengidentifikasi dan mengatasi keinginannya untuk merokok.
128
m. Konseli mampu menentukan sikap untuk berhenti merokok dan melakukan kewajibannya. n. Konseli mengetahui batas normal untuk merokok pada usia remaja o. Konseli bersikap tegas terhadap dirinya sendiri untuk mereduksi kebiasaan merokok meskipun belum merasa puas. p. Konseli mengetahui batasan yang wajar untuk merokok. q. Konseli mencapai rencana-rencana dan tujuan treatment r. Konseli memberikan umpan balik s. Konseli
mempraktekkan
keterampilan
bersikap
asertif
dalam
kehidupan sehari-hari t. Konseli menjadi tidak merokok 5. Penggunaan teknik assertive training efektif dipergunakan untuk mereduksi kebiasaan merokok pada remaja.
B. Rekomendasi Hasil penelitian memberikan rekomendasi sebagai berikut. 1. Bagi Guru Pembimbing Guru pembimbing dapat menggunakan teknik assertive training untuk mereduksi kebiasaan merokok pada remaja dengan menggunakan panduan yang telah disusun (terlampir). 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya, sebagai berikut. a. Pemberian bantuan hanya kepada satu kelompok, tidak ada kelompok lain sebagai pembanding, sehingga perubahan perilaku pada sampel mungkin saja tidak hanya dari pemberian perlakuan bantuan, bisa dari faktor lain seperti faktor lingkungan, kematangan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, disarankan untuk menggunakan kelas pembanding sehingga hasil perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan.
129
b. Rentang usia remaja tidak terbatas pada kalangan siswa-siswi SMP, namun usia remaja dapat dimulai pada saat seseorang berada di Sekolah Dasar sampai dengan kelas 3 SMA. Melihat rentang usia remaja yang panjang, maka penggunaan teknik assertive training dapat digunakan pada siswa SD sampai siswa SMA. c. Pelatihan yang sama dapat dilakukan pada tingkatan sekolah yang lebih rendah dengan tujuan untuk mencegah semakin rendahnya usia perokok di kalangan remaja.
130
PENGGUNAAN TEKNIK ASSERTIF TRAINING UNTUK MEREDUKSI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA (Studi Pre-Eksperimental terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Negeri 2 Margahayu Kabupaten Bandung)
BAB V
Disusun oleh: Risma Fidiyanti
044542
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2009