BAB V KESIMPULAN
5.1
KESIMPULAN Manusia memiliki sifat alami untuk selalu bergerak. Pergerakan yang dilakukan dapat
bersifat fisik (berpindah tempat) maupun non fisik (perilaku). Bergerak secara fisik dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, wujudnya berupa anggota tubuh manusia yang bergerak/berpindah tempat. Sedangkan bergerak non fisik (transformasi) wujudnya lebih kepada perubahan perilaku manusia yang menyesuaikan dengan lingkungan menuju arah yang lebih baik. Kebutuhan manusia akan gerak menimbulkan terjadinya fenomena manusia, ruang dan transportasi. Stasiun kereta api merupakan fasilitas umum yang terbentuk akibat fenomena tersebut. Stasiun adalah sebuah fasilitas (ruang) yang mempertemukan penumpang (manusia) dengan kereta api (transportasi). Fungsi utama stasiun adalah sebagai sarana penunjang kelancaran transportasi kereta api yang menghubungkan kereta dengan penumpang. Namun, seiring dengan pergeseran kebutuhan dan kebiasaan masyarakat, selain memiliki fungsi utama stasiun juga dapat berfungsi sebagai sarana mata pencaharian utama bagi segelintir masyarakat. Stasiun juga dapat dijadikan sebagai sarana pengenalan kebudayaan suatu daerah pada pendatang. Salah satunya adalah Stasiun Kereta Api Bandung yang berada di Jalan Kebon Kawung. Stasiun Kereta Api Bandung termasuk ke dalam kategori stasiun besar, karena berada di ibukota dan mampu menampung lebih dari 100.000 penumpang. Di dalamnya terdapat orang-orang dengan motivasi yang berbeda, ada yang mencari penghasilan, ada yang menggunakan kereta api, dll. Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung memiliki ciri yang khas karena terdapat dua buah pintu masuk, yaitu di bagian selatan dan utara. Stasiun selatan masih memiliki ciri khas bangunan art deco, sedangkan stasiun utara sudah menggunakan bentuk kebudayaan lokal (Jawa Barat), yaitu Julang Ngapak. Usia bangunan stasiun yang sudah lebih dari 100 tahun mengakibatkan terjadinya banyak perubahan (transformasi) di dalam stasiun dari sejak pertama kali dibangun. Transformasi yang terjadi ada yang bersifat fisik maupun non fisik.
BAB V Kesimpulan dan Saran | 126
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi budaya di Stasiun Kereta Api Bandung, antara lain :
Fisik Bangunan •
Arsitektur Perubahan bentuk arsitektur di stasiun disebabkan oleh faktor sejarah Bangsa Indonesia. Stasiun yang pertama kali berdiri sejak masa penjajahan bangsa Belanda telah mengalami perubahan bentuk dengan gaya yang berbeda. Sedangkan stasiun bagian utara merupakan bangunan baru yang dibuat untuk mengakomodasi penumpang kereta api Parahyangan. Bentuk bangunannya sudah menggunakan unsur kebudayaan sunda (Jawa Barat), yaitu bentuk atap yang menyerupai rumah adat Julang Ngapak dengan gabungan bentuk kolonial.
•
Interior Bagian interior stasiun tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan sehingga sampai saat ini kita masih bisa melihat bentuk asli bangunan stasiun. Perubahan yang terjadi hanya dari segi renovasi sederhana seperti pengecatan maupun perbaikan bangunan, tanpa mengubah bentuk aslinya. Pengecatan dilakukan bila dinding stasiun sudah terlalu kotor, terkadang pihak sponsor ikut mempengaruhi pemilihan warna.
Sistem Organisasi Ruang •
Fungsi Fungsi stasiun mengalami pergeseran dari sejak pertama kali didirikan. Pada awalnya Stasiun Kereta Api Bandung dibangun untuk mengangkut hasil perkebunan, kemudian bergeser menjadi sarana angkut penumpang. Saat ini fungsi stasiun tidak hanya sebagai sarana angkut penumpang saja namun ada beberapa orang yang mencari penghasilannya di dalam stasiun.
•
Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang yang ada di stasiun disesuaikan dengan aktivitas yang terjadi di stasiun.
Perilaku Manusia Perilaku manusia di Stasiun Kereta Api Bandung ikut mempengaruhi terjadinya transformasi budaya.
BAB V Kesimpulan dan Saran | 127
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa di Stasiun Kereta Api Bandung telah terjadi pergeseran (transformasi) budaya dalam berbagai sisi baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
5.2
SARAN Transformasi budaya yang terjadi di dalam Stasiun Kereta Api Bandung merupakan
akibat dari kebutuhan dan perilaku masyarakat yang berubah atau bergeser menuju arah yang lebih baik menurut masyarakat. Kita tidak bisa mencegah terjadinya pergeseran (transformasi) tersebut, karena terjadi secara alami. Hal yang sebaiknya kita lakukan terhadap transformasi tersebut adalah menerimanya dan memberikan fasilitas yang mampu menampung aktivitas namun tetap mengawasi agar tidak menuju arah yang negatif. Sebagai sebuah fasilitas umum, stasiun kereta api harus mampu memenuhi beberapa syarat agar sistem yang terjadi di dalamnya dapat berlangsung dengan lancar. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Stasiun Kereta Api Bandung, antara lain : Kelengkapan Fasilitas dalam Stasiun a. Kebutuhan ruang yang mencukupi Di dalam stasiun, terjadi berbagai aktivitas manusia yang berkaitan dengan pelaksanaan transportasi menggunakan media kereta api. Oleh karena itu, stasiun harus mampu menyediakan ruang-ruang yang mampu mengakomodasi aktivitas yang terjadi. Contoh : Aktivitas seorang penumpang saat akan menaiki kereta api.
AKTIVITAS Penumpang datang ke stasiun
Penumpang membeli tiket
Penumpang menunggu Kedatangan kereta api
FASILITAS - Area Parkir - Hall Stasiun - Ruang Informasi - Loket Penjualan Tiket - Area Tunggu - Area Penjualan Makanan - Toilet
Penumpang naik ke kereta api
- Peron
Tabel 5. Hubungan Aktivitas dan Fasilitas
BAB V Kesimpulan dan Saran | 128
b. Kejelasan informasi di stasiun Sebagai bangunan umum yang cukup besar, informasi yang diberikan di dalam stasiun harus cukup jelas tersampaikan pada pengguna stasiun. Saat ini terdapat beberapa cara penyampaian informasi dalam stasiun, diantaranya : - Penggunaan speaker untuk memberitahukan kedatangan dan keberangkatan kereta api - Sign system yang terdapat di beberapa bagian stasiun namun letaknya yang terkadang tersembunyi maupun terlalu kecil atau bahkan ada yang rusak, sehingga seringkali tidak terlihat oleh pengguna. - Banner pengumuman yang terkadang tersamarkan oleh kehadiran reklame produk dari sponsor.
c. Penggunaan material yang sesuai Stasiun merupakan sebuah bangunan yang memiliki intensitas penggunaan yang sangat tinggi. Berbagai macam
karakteristik manusia berkumpul di dalam stasiun. Oleh
karena itu, diperlukan penggunaan material yang memiliki durability yang tinggi untuk memudahkan perawatan. Selain itu, mentalitas pengguna stasiun yang sebagian besar belum memiliki kesadaran yang tinggi sehingga sering kali melakukan perbuatanperbuatan yang mengacu pada vandalism. Contoh : mencorat-coret dinding stasiun, merusak fasilitas stasiun, dll. Keamanan dan Kenyamanan Pengguna a. Keamanan saat melewati lintasan kereta api Penumpang yang melewati lintasan kereta api harus berhati-hati dalam berjalan, oleh karena itu informasi arah kedatangan kereta api harus jelas. Cara lainnya dapat berupa penempatan petugas di setiap lintasan yang akan dilalui kereta api untuk menjaga keamanan.
b. Keamanan saat naik atau turun dari kereta api Antara pintu kereta api dan peron memiliki jarak yang cukup tinggi sekitar 1m. Ada beberapa bagian peron stasiun yang memiliki platform dengan ketinggian sejajar dengan pintu kereta api namun tidak semuanya. Untuk bagian yang tidak memiliki platform yang tinggi cara penanggulangannya dengan menggunakan tangga geser yang diberikan oleh petugas saat kereta api datang.
BAB V Kesimpulan dan Saran | 129
c. Jumlah satuan keamanan yang mencukupi Sebagai salah satu fasilitas umum, kereta api tidak pernah lepas dari tindak kejahatan, baik di stasiun maupun di dalam kereta api. Oleh karena itu diperlukan jumlah tenaga keamanan yang cukup untuk mengawasi keadaan di stasiun, meskipun di stasiun sudah memiliki ruang pengamanan/ Polisi Khusus Kereta Api (POLSUSKA).
d. Kejelasan alur sirkulasi masuk dan keluar Pengguna di dalam Stasiun Kereta Api sering tidak memperhatikan alur sirkulasi, padahal pihak stasiun sudah memberikan sign system yang menunjukkan arah dalam stasiun. Selain itu, pintu masuk dan pintu keluar sudah dibedakan, namun tidak banya penumpang yang menyadari dan sering memaksa pada petugas.
e. Kebersihan dalam lingkungan stasiun Stasiun memiliki petugas kebersihan yang rutin membersihkan area sekitar stasiun. Namun masih terdapat pengguna stasiun yang tidak mengindahkan kebersihan dan membuang sampah sembarangan sehingga keadaan stasiun menjadi kotor dan berkesan kumuh. Para Pengguna Stasiun a. Motivasi pengguna stasiun Stasiun terdiri dari kumpulan manusia yang masing-masing memiliki motivasi yang berbeda, namun masing-masing menunjang satu dengan yang lainnya. Sehingga dibutuhkan besaran dan kebutuhan ruang yang sesuai dengan aktivitas pengguna tersebut. Contoh : Penumpang dengan penjual makanan
b. Perilaku pengguna di stasiun Pengguna stasiun terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, dari yang tinggi hingga rendah. Sehingga tidak semuanya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pemeliharaan fasilitas stasiun, bahkan ada yang cenderung merusaknya.
Apabila pihak PT. Kereta Api Indonesia, selaku penanggungjawab bangunan Stasiun Kereta Api Bandung, mau memperhatikan hal-hal di atas maka akan tercipta kelancaran dan kenyamanan dalam proses aktivitas yang terjadi di dalam stasiun. BAB V Kesimpulan dan Saran | 130