43
BAB V IMPLEME TASI CORPORATE SOCIAL RESPO SIBILITY (CSR) RUMAH SI GGAH PT. BOGASARI 5.1
Sejarah Perkembangan Perusahaan Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas
produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi. Pabrik pertama diresmikan pada tanggal 29 November 1971 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setahun kemudian, pada tanggal 10 Juli 1972 pabrik yang kedua di Tanjung Perak Surabaya dioperasikan. Bogasari melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan memproduksi tepung terigu dengan merek yang sudah terkenal yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis. Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga divisi lain, yaitu divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60 000 mt per tahun. Produk yang dihasilkan adalah Long Pasta dan Short Pasta dan hampir 80 persen ditujukan untuk pasaran ekspor. Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).
44
5.2
Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bogasari Gagasan tentang tanggung jawab sosial atau yang sering disebut sebagai
Corporate Social Responsibility (CSR) muncul di Bogasari sejak tahun 1990. Pada saat itu, salah seorang staf manajemen Bogasari yaitu Bapak Franciscus Welirang yang bertugas merumuskan corporate policy di Divisi Aneka Industri menulis makalah dengan judul “Falsafah Salim: Economic Leader and Social Responsibility”. Falsafah ini kemudian diusulkan menjadi pandangan hidup aktivitas perusahaan sebagai pedoman dan pegangan dalam menjalankan aktivitas internal dan eksternal untuk mencapai wujud kehidupan aktivitas yang dicitacitakan.8
Seiring
dengan
perkembangannya,
CSR
Bogasari
mengalami
perkembangan. Skema perkembangan tersebut terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbedaan Dasar dari CSR Bogasari Masa Lalu dan Sekarang Kriteria 1. Tujuan 2. Alasan
Masa Lalu Kedermawanan dan keselamatan Moralitas (Kewajiban)
3. Strategi 4. Wali 5. Struktur 6. Inisiatif (prakarsa)
Hanya satu tujuan Yayasan (Perusahaan) Terpisah dari bisnis Pasif
7. Sumbangan
Sebagian besar uang
8. Penggerak (Promotor) 9. Keberlanjutan
Inisiatif dari pimpinan On-off
10. Fokus
Bencana, kebijakan terkait dengan situasi (kejadian)
Sekarang Penanaman modal masyarakat yang strategis Perhatian (kepedulian) yang berkelanjutan Strategis dan proaktif Langsung, seluruh pihak manajemen Terkait dalam aktivitas bisnis Mendengarkan dari daerah sasaran (mendengarkan aspirasi masyarakat) Utama program pemberdayaan: Pengembangan kapasitas Pembangunan lembaga (kelembagaan) Bagian dari strategi bisnis Terus-menerus (kontinyu) / masa tengah 5 Bidang dalam panca bakti Bogasari
Sumber: Reaching The Future: CSR Practice in Bogasari, Jakarta: Bogasari, 20059 Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep community development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal 8
9
Ingelia Putri 2007, Analisis Community Development Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Skripsi, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Ibid
45
sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat, rasa memiliki sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.10 Perusahaan akan lebih mudah memperoleh kepercayaan dari tiap-tiap komponen masyarakat dengan adanya citra positif ini. Perlu dilakukan beberapa langkah strategis guna mendapatkan citra yang positif ini, diantaranya komitmen antara pimpinan dan bawahan untuk mewujudkan setiap tanggung jawab sosial perusahaan dalam setiap kegiatan bisnisnya. sebagai contohnya Bogasari berkomitmen menjalankan program CSR dengan social value sebagai bagian dari tugas perusahaan. Gambar 2. Corporate Social Responsibility (CSR) Bogasari ORGA IZATIO EXCELLE CE
Economic value: 1. Sales/ Volume penjualan 2. Neraca/ Rugi-laba 3. Pertumbuhan Usaha 4. Tenaga Kerja 5. Produk/ Jasa 6. Pajak 7. Energi 8. Ekspor/Impor 9. Distribusi/ Logistik 10. Transportasi
Social Value: Pancabakti Bogasari (CSR) 1. Building Human Resources 2. Protecting the invironment 3. Encouraging Good Corporate Governance 4. Assessing Social Cohesion 5. Strengthening Economies
Sustainability
==
SHAREHOLDER VALUE
Sumber: Fransiscus Welirang. 2000. Revitalisasi Republik.
10
Fransiscus Welirang 2000, Revitalisasi Republik, Dalam http://fransiscuswelirang.com/?q=node/9 (Diakses tanggal 23 Juni 2010)
46
Strategi lainnya adalah pihak perusahaan secara terbuka membangun kemitraan dengan berbagai kalangan dan organisasi termasuk LSM yang profesional
secara
terbuka.
Pimpinan
perusahaan
juga
harus
mampu
menyampaikan informasi secara terbuka dan transparan sesuai dengan kapasitas mitranya. Bogasari memiliki departemen khusus terkait dengan pelaksanaan CSR yaitu Divisi Kemitraan. Departemen tersebut berada langsung di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada top management. Pelaksanaan CSR Bogasari dilakukan atas dasar Panca Bhakti Bogasari. Panca Bhakti Bogasari terdiri dari: (1) membangun sumber daya manusia, (2) melindungi lingkungan hidup, (3) tata kelola perusahaan yang baik, (4) membangun kohesi sosial, serta (5) memperkuat usaha kecil dan menengah. 1. Membangun sumber daya manusia (Building Human Capital) Membangun sumber daya manusia dilakukan baik untuk karyawan Bogasari maupun untuk masyarakat. Pelaksanaan dalam bentuk investasi di bidang pendidikan, pelatihan, kesehatan, dan keselamatan dari orang-orang di tempat kerja (Setianingrum, 2007). Salah satu program CSR dalam kerangka membangun sumber daya manusia ini adalah program CSR Rumah Singgah. 2. Melindungi lingkungan hidup Terdapat beberapa program CSR yang dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup. Menurut Setianingrum (2007), program-program tersebut adalah mengadakan pelatihan untuk ahli teknik lokal manajemen lingkungan, mengembangkan produk dan jasa ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Menurut Kepala Divisi Kemitraan, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam upaya melindungi lingkungan hidup diantaranya yaitu penghijauan disekitar perusahaan serta menghibahkan sarana kebersihan kepada penduduk linkungan sekitar. “...Untuk melindungi lingkungan hidup, kegiatan CSR yang kami laksanakan adalah penghijauan disekitar perusahaan. Selain itu juga kami memberikan gerobak-gerobak sampah ke masyarakat untuk membiasakan masyarakat hidup bersih dengan membuang sampah pada tempatnya...” (Sgn)
47
3. Tata kelola perusahaan yang baik Tatakelola yang baik (good corporate goverment) pada tingkat korporasi dilakukan melalui adopsi dan berbagai standar yang diterima secara internasional dan praktek manajemen (Setianingrum, 2007). 4. Membangun kohesi sosial Kohesi sosial merupakan salah satu aspek modal sosial yang diperlukan oleh sebuah komunitas atau masyarakat untuk maju, menyelesaikan berbagai persoalan, dan mencapai tingkat ekonomi, sosial, dan politik yang lebih baik dan stabil. Bogasari memiliki beberapa kegiatan dalam konteks CSR untuk membangun kohesi sosial, diantaranya adalah membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup, membangun kepercayaan dan saling menghormati dengan komunitas sekitar perusahaan, dan lain sebagainya. 5. Memperkuat usaha kecil dan menengah Setianingrum (2007) menyatakan bahwa, terdapat beberapa program yang dilaksanakan untuk memperkuat usaha kecil dan menengah. Program tersebut dilakukan untuk menciptakan pekerjaan langsung dan tidak langsung. Program tersebut terealisasi dengan diadakannya Bogasari Baking Center yang memberikan pelatihan membuat berbagai makanan.
5.3
Pelaksanaan CSR Rumah Singgah Setiap program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Bogasari pada dasarnya
merujuk pada Panca Bhakti Bogasari. Begitu pula dengan program CSR Rumah Singgah. Program ini dilakukan dalam konteks building human capital atau Building Human Resources yaitu peningkatan sumber daya manusia. Salah satu Rumah Singgah yang merupakan program dari CSR Bogasari adalah Rumah Sahabat Anak Puspita yang berada dibawah naungan Puspita Foundation. “Adanya kemitraan yang terjalin dengan Puspita adalah semata-mata untuk peningkatan sumber daya manusia terutama untuk anak-anak jalanan itu sendiri”. ( Sgn)
Program CSR Rumah Singgah dilaksanakan sejak tahun 2000. Bogasari memfasilitasi Rumah Sahabat Anak Puspita untuk melakukan kegiatan pemberdayaan. Program ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kekeluargaan. Oleh
48
sebab itu, tidak ada perjanjian kerjasama secara tertulis antara pihak Bogasari dengan pihak yayasan (Rumah Sahabat Anak Puspita). Program CSR Rumah Singgah terimplementasi dalam bentuk kedermawanan dan beasiswa pendidikan.
5.3.1
Perencanaan Perencanaan merupakan bagian yang penting dalam suatu program
pemberdayaan. Perencanaan CSR Rumah Singgah (terutama pada program beasiswa pendidikan) dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan beberapa pihak. Pihak yang terlibat yaitu pengurus Rumah Sahabat Anak Puspita, orang tua anak binaan, serta anak jalanan itu sendiri. Program beasiswa diberikan ketika anak sudah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Pada saat perencanaan, pihak Bogasari akan memberikan kesempatan kepada anak binaan untuk memilih sendiri universitas/perguruan tinggi yang diinginkan sesuai minatnya. Setelah anak dipastikan mendapat izin melanjutkan sekolah dari orang tuanya, maka anak tersebut akan mendapatkan beasiswa pendidikan. Orang tua anak jalanan yang tidak dapat mengikuti pertemuan tersebut harus memberikan bukti baik secara tulisan maupun rekaman yang menyatakan orang tua mengizinkan anaknya untuk meneruskan pendidikan. “Kemarin kita ke Bogasari Kak. Yang ikut anak-anak yang udah lulus sekolah sama Pak Aang untuk ketemu sama Pak Sugiono ngomongin beasiswa pendidikan bagi yang mau lanjut kuliah. Kita ditanya-tanya mau masuk kemana dan ngambil jurusan apa, kemudian Pak Sugiono nyaranin aku jadi guru matematika, tapi aku masih ragu-ragu soalnya aku disuruh kerja sama keluarga. Tiba-tiba Pak Sugiono nanya ke Pak Aang tentang izin kuliah dari orang tua. Pak Sugiono bilang bahwa Bogasari akan memberikan beasiswa jika ada persetujuan dari orang tua atau keluarga anak-anak untuk melanjutkan pendidikan. Kalau sekiranya orang tua tidak dapat ikut kemari untuk memberikan pernyataan tersebut, setidaknya ada bukti yang menyatakan mereka mengizinkan lewat tulisan, kalau orang tua tidak bisa menulis, setidaknya ada bukti rekamannya.” (Imw)
49
5.3.2
Pelaksanaan Program Program CSR Rumah Singgah baik kedermawanan maupun beasiswa
pendidikan terlaksana dalam bentuk pemberian dana. Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini disesuaikan dengan kebijakan direksi, yaitu hanya 20 persen dari total dana yang dialokasikan untuk kegiatan CSR Bogasari. Adapun alokasi anggaran dana CSR Bogasari terlihat seperti tabel di bawah ini: Tabel 11. Alokasi anggaran Dana CSR Bogasari 1. 2. 3. 4. 5.
ALOKASI A GGARA
Membangun Sumber daya manusia Melindungi Lingkungan hidup Good corporate governance Membangun kohesi social Memperkuat usaha kecil dan menengah/ekonomi masyarakat
± 20 % ±5 % ±5 % ± 10 % ± 60 %
Sumber: Ingelia (2007) Program CSR Rumah Singgah dilaksanakan secara berkesinambungan. Program dilaksanakan atas dasar kepercayaan antara kedua belah pihak dan berlandaskan kekeluargaan. Tidak ada perjanjian tertulis atau MoU (Memorandum of Understanding) dalam kerjasama ini. Kedermawanan dilaksanakan dengan pemberian dana operasional setiap bulan sebesar Rp7.500.000,00 untuk Rumah Sahabat Anak Puspita. Partisipasi antar stakeholder disini tidak terlibat. Sementara itu, program beasiswa pendidikan dilakukan dengan memberikan dana untuk biaya pendidikan bagi anak binaan yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pada tahun ini hanya ada satu anak yang mendapat beasiswa pendidikan dari sembilan anak binaan yang lulus Sekolah Menengah Atas. Hal ini dikarenakan sebagian anak tidak mendapat izin dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan dan sebagian lainnya lebih memilih untuk bekerja. Selain program kedermawanan dan beasiswa pendidikan, Bogasari mengadakan program lain diluar program CSR Rumah Singgah yang melibatkan anak-anak binaan Rumah Sahabat Anak Puspita. Program tersebut dirancang dan direncanakan oleh pihak Bogasari. Partisipasi aktif dari pihak Rumah Singgah maupun anak binaannya terjadi pada saat pelaksanaan program, yaitu dengan keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut. Program tersebut misalnya adalah program belajar membuat kue (Bogasari Baking Center), belajar pertanian organik, dan lain sebagainya.
50
“Ada beberapa program yang datang dari pihak Bogasari, bukan hanya anak-anak kita aja yang terlibat, tapi dari mitra-mitra Bogasari yang lainnya juga turut terlibat, misalnya program belajar membuat kue, ada juga belajar pertanian organik, itu program-program yang datang dari mereka” (Ang)
5.3.3
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan dua cara, yaitu monev langsung
dan tidak langsung. Monev langsung dilakukan dengan mengunjungi Rumah Sahabat Anak, biasanya dalam situasi informal. Monev tidak langsung adalah pihak Rumah Sahabat Anak diminta untuk menyerahkan laporan keuangan setiap bulannya. Dalam proses monitoring anak-anak binaan tidak ikut berpartisipasi aktif. “...Oh ada, monev kami lakukan dengan meminta laporan keuangan setiap bulannya dari Puspita” (Sgn)
5.4
Analisis Pelaksanaan CSR Rumah Singgah Bapak Fransiscus Welirang, pada saat ini menjabat sebagai Direktur PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk, dan sekaligus menjabat sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi untuk Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) periode 2009-2013, dimana salah satu visi beliau adalah meningkatan partisipasi perusahaan besar melalui program CSR untuk berpartisipasi dalam mengembangkan posdaya yang telah ada ataupun dalam pembentukkan posdaya baru. Oleh sebab itu, dalam bukunya Revitalisasi Republik, Perspektif Pangan dan Kebudayaan (2007), beliau menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan pada peningkatan nilai ekonomi juga harus diimbangi dengan peningkatan nilai-nilai sosial. Penyeimbangan ini akan membuat perusahaan menjadi lebih kuat dan berkelanjutan (sustainable). Aktivitas perusahaan secara alamiah akan menciptakan pertumbuhan melalui proses produksi dan hasilnya kemudian diserap oleh pasar, maka penerapan CSR pada perusahaan akan mampu menyehatkan pasar dari sisi permintaan (demand). Konsep CSR tersebut kemudian menjadi landasan pelaksanaan CSR Bogasari. Sebagai sebuah perusahaan, Bogasari tentu saja memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak Bogasari menerapkan strategi optimalisasi nilai ekonomi dan nilai sosial. Nilai
51
sosial merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, yang mendukung terciptanya kelangsungan aktivitas perusahaan yang berkelanjutan. Hal tersebut tentunya suatu keuntungan tersendiri bagi Bogasari sebagai sebuah perusahaan. Gambar 3. Strategi optimalisasi nilai Ekonomi dan Nilai Sosial
ilai Ekonomi
Pertumbuhan berkelanjutan
ilai Sosial • Building Human Capital • Maintaining Social Cohesion • Protecting the Environment • Strenghtening Economic Value • Encouraging Good Governance
Kedudukan Rumah Sahabat Anak Puspita bagi Bogasari adalah sebagai sebuah pemangku kepentingan non-pasar (stakeholder). Sukada at al. (2007) menyatakan premis utama teori pemangku kepentingan adalah semakin kuat hubungan
perusahaan
dengan
pemangku
kepentingan,
semakin
besar
kemungkinan tujuan perusahaan dapat tercapai. Adapun derajat kedekatan hubungan antara Bogasari dengan Puspita sudah berada pada derajat tertinggi yaitu Interaktive, dimana perusahaan secara terus-menerus berhubungan dengan pemangku kepentingannya (Rumah Sahabat Anak Puspita) dalam suasana saling menghormati, terbuka, dan saling percaya. “Pak Franky sering datang ke Puspita, kadang beliau tiba-tiba nelpon sudah berada di gang, datang kesini, bermain dengan anak-anak, menggendong mereka, beliau sangat senang dengan anak-anak.” (Srj) “Kami diundang ke ulang tahun Pak Franky, anak-anak ada yang membacakan puisi, bermain musik, dan bernyayi untuk beliau sebagai hadiah ulang tahun” (Nv)
Pada dasarnya, program CSR Rumah Singgah PT. Bogasari telah sesuai dengan UU No. 40 Pasal 74 Tahun 2007 (1) yang berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
52
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial lingkungan (TJSL).” Program tersebut berupa pemberian dana yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Apabila kita analisis lebih lanjut, kegiatan CSR yang berupa pemberian dana tersebut
seharusnya
menimbulkan
ketergantungan
dan
tidak
bersifat
memandirikan. Akan tetapi, pada komunitas yang mapan seperti yang terjadi pada Rumah Sahabat Anak Puspita, pemberian dana tersebut sudah tepat sehingga dapat memfasilitasi proses pemberdayaan yang dilakukan. Oleh sebab itu, dengan bantuan dana dari Bogasari, Rumah Sahabat Anak Puspita sudah dapat berdaya terlihat dari kemandirian, partisipasi, serta keberlanjutan program dari Rumah Sahabat Anak Puspita. Nasdian (2003) menyatakan bahwa, pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Pemberdayaan merupakan tahap awal untuk menuju kepada partisipasi (empowerment is road to participation) khususnya
dalam
proses
pengambilan
keputusan
untuk
menumbuhkan
kemandirian. Merunut pada Cohen dan Uphof (1977) dalam Makmur (2005), partisipasi Rumah Sahabat Anak Puspita terbagi kedalam beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap pengambilan keputusan Rumah Sahabat Anak Puspita turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mulai tahap perencanaan suatu program. Seluruh stakeholder yang terlibat dalam program ini akan duduk bersama, bertukar pendapat, dan membuat keputusan atas persetujuan semua pihak, sehingga program tidak bersifat top down. Misalnya pada perencanaan program beasiswa pendidikan untuk anak binaan Rumah Sahabat Anak Puspita. (2) Tahap pelaksanaan Partisipasi aktif Rumah Sahabat Anak Puspita tercermin dalam tahap pelaksanaan adalah partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran dan tindakan sebagai anggota program. Artinya, dana yang diberikan oleh Bogasari dikelola dengan baik oleh pihak Rumah Sahabat Anak Puspita untuk dimanfaatkan dalam memberdayakan anak jalanan.
53
(3) Tahap Evaluasi Partisipasi Rumah Sahabat Anak Puspita pada tahap evaluasi dilaksanakan dalam bentuk kesediaan dari Rumah Sahabat Anak Puspita untuk menyerahkan laporan keuangan setiap bulannya (4) Tahap menikmati hasil Tahap menikmati hasil menjadi indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Adanya program CSR Rumah Singgah ini tidak hanya berdampak positif bagi perusahaan. Manfaat dari program ini pun dirasakan pula oleh pihak Rumah Sahabat Anak Puspita “...Bogasari sudah sangat membantu kami, mulai dari awal berdiri Rumah Sahabat Anak puspita, membantu proses legalisasi yayasan ini ke notaris, hingga menyediakan beasiswa bagi anak-anak kami yang ingin melanjutkan sekolah” (Ang)
Kemandirian menurut Nasdian (2003) terbagi menjadi kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen. Kemandirian material di Rumah Sahabat Anak Puspita terlihat dari kemampuan bertahan Puspita pada saat Bogasari dalam beberapa waktu tidak dapat menyisihkan sepersekian dana untuk Puspita karena krisis perusahaan yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Kemandirian intelektual terlihat dari kemampuan Rumah Sahabat
Anak
Puspita
merancang
kegiatan-kegiatan
dalam
rangka
memberdayakan anak jalanan dengan kreatif. Sementara kemandirian manajemen, terlihat dari adanya usaha pihak Rumah Sahabat Anak Puspita untuk mengadakan perubahan dalam situasi kehidupan. Misalnya pada saat ini pihak yayasan sedang merencanakan meluaskan program pemberdayaan dengan membuka Kampus kehidupan yang berlokasi di Cipayung, Bogor.
“Bogasari secara rutin setiap bulan memberikan dana kepada kita, tetapi pernah beberapa waktu bogasari tidak membantu kita dalam hal finansial karena pada waktu itu perusahaannya sedang collapse, tapi Alhamdulillah kami masih bisa mengatasinya” (Ang) “Sebagai anak, kita akan selalu ingin memberikan kejutan kepada orang tuanya. Pada saat ini Bogasari belum mengetahui kami akan membuka cabang Puspita di wilayah Bogor, tapi nanti ketika semua sudah mulai berjalan ini akan jadi kejutan untuk mereka.” (Ang)
54
Keberlanjutan merupakan kontinuitas suatu program pemberdayaan. Aktivitas pemberdayaan yang dilakukan dalam kerangka sustainabilitas sangatlah penting, jika tidak prinsip tersebut hanya akan memperkuat tatanan yang ada yang tidak langgeng, dan tidak akan bertahan dalam jangka panjang (Ife, 2008). Program CSR Rumah Singgah teridentifikasi akan berkelanjutan sekalipun tidak ada perjanjian tertulis yang menjamin kerja sama ini tetap berlanjut. Hal ini dikarenakan CSR Rumah Singgah dilaksanakan atas dasar kekeluargaan dan kepercayaan (trust) antara kedua belah pihak. Selain itu, manfaat yang dirasakan oleh kedua belah pihak akan mendorong program tersebut tetap berjalan dan berkesinambungan. Hal tersebut diyakini oleh pihak Bogasari maupun pihak Rumah Singgah, selama pemberdayaan terhadap anak jalanan ini tetap dilakukan maka program CSR Rumah Singgah akan tetap berjalan.
“Tidak perlu ada perjanjian hitam diatas putih, yang penting kita saling percaya. Saya rasa itu sudah cukup, agar program ini tetap berjalan dengan dasar saling kekeluargaan.” (Sgn) “Yang harus diingat adalah, yang kita lakukan ini adalah suatu bentuk pelayanan. Banyak yang kita rencanakan tapi hasilnya melebihi apa yang kita bayangkan. Ketika kita mengasihi orang lain, maka Tuhan akan membantu kita. Jadi tidak usah khawatir program ini tidak akan berlanjut. Kami yakin itu.” (Ang)