BAB N
4.1 Beberapa Referensi untuk penyusunan Model Rumahtangga
Perhatian terhadap rumahtangga tani sebagai unit ekonomi yang khusus dimana produsen dan sekali gus menjadi konsumen dari produk yang dihasilkannya makin berkembang didalam usaha
untuk
pertanian
memahami
perilaku
dan
(Adiratma, 1954; Singh, 1986).
rumahtangga ini mula-mula Mitchell
petani
(1912), Reid
diletakan
pembangunan
Teori ekonomi
dasar-dasarnya oleh
(1934), Ellis (1947) dan kemudian
berkembang terkait dengan bidang disiplin ilmu yang lain seperti sosial-antropologi (Chayanov, 1966; White, 1976), geografi 1985)
(Bohanan, 1968, Berry, 1962),
kesehatan (Pitt,
serta pengembangannya lebih khusus lagi terhadap
alokasi waktu rumahtangga oleh ' ~ e c k e r(1965), Lancaster (1966), Muth
(1966), Nerlove (1974), Evenson (1976) dan
Gronau (1976). Adiratma (1954) khusus melihat ekonomi rumahtangga dari proporsi
antara
jumlah produksi
pangan
yang dikonsumsi
sendiri dengan yang dijual memberikan kaitan-kaitan yang luas dengan rantaian pemasarannya sebagai indikasi tentang
surplus
tidaknya
swasembada
beras
masyarakat.
Pada
masyarakat subsisten hasil taninya terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga sendiri, sedangkan pada
masyarakat
semikomersial
(Singh,
1986)
hasilnya
sebagian ditujukan untuk konsumsi sendiri dan sebagian lagi untuk dijual sebagai kelebihan dari konsumsi (marketable
.
surplus)
Dalam kondisi proporsi produksi yang dijual lebih besar daripada yang dikonsumsi (marketable surplus) dan produksi petani
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan
(non-
sparable) dari kompetisi pasar, pertimbangan petani adalah maksimasi
keuntungan
dan
memberikan
indikasi
bahwa
masyarakatnya makin bersifat komersial. Pada usaha tani wana-tani, perilaku subsisten, semikomersial dan komersial tersebut dimiliki rumahtangga tani sekaligus. Pada waktu tanaman tahunan masih berusia muda, kegiatan petani terutama berkisar pada pengelolaan tanaman pangan dan tanaman semusim. Hasilnya terutama untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang bersifat
subsisten dan terpisah
(sparable) dari pasar. Pada waktu tanaman tahunan mulai berproduksi,
kegiatan
petani
terutama
berkisar
pada
pengelolaan komoditas yang dijual dan pertimbangan petani bersifat komersial yang memaksimasikan keuntungan. Perilaku subsisten-komersial ini berulang menjadi siklus kegiatan usaha
tani
teknologi
yang
membutuhkan
dan keterampilan yang
tanaman yang beragam (multi-crops).
pengetahuan, lebih, dalam
informasi, mengelola
Referensi model dasar ekonomi wana-tani r u m a h tangga
Model ekonomi rumahtangga disusun pada umumnya ditujukan untuk
dapat
memahami
respon
petani
terhadap
berbagai
kebijaksanaan pemerintah (Squire et.al, 1985). Respon petani terhadap kebijaksanaan pemerintah yang berpengaruh terhadap kegiatan pertanian, perdagangan dan
stabilitas perekonomian
karena elastisitas harga indeks pangan masih memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat inflasi bulanan. Dan sebaliknya ha1 ini secara tidak langsung mempengaruhi kembali kesejahteraan rumahtangga petani. Pertimbangan rumahtangga tani secara internal dihadapkan kepada berbagai kepentingan dan tujuan yang berbeda dan dengan kendala yang berbeda pula. Disatu fihak kepentingan rumahtangga dihadapkan kepada besarnya pendapatan, tingkat subsistens tidaknya rumahtangga, jenis pengeluaran, tingkat kesejahtaraan keluarga, preferensi terhadap konsumsi barang, insentip harga komoditas yang dihasilkan, besarnya resiko, biaya yang harus dihadapi, luas lahan usaha, ketersediaan tenaga kerja keluarga, teknologi dan modal
yang perlu
disediakan. Dilain fihak secara eksternal dituntut untuk dapat memenuhi kepentingan-kepentingan umum seperti kegiatan kemasyarakatan, menjaga
kelestarian lingkungan, kegiatan
sosial-budaya, berpartisipasi dalam pembangunan sarana dan prasarana yang membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya.
Penyederhanaan tentang perilaku respons rumahtangga tani tersebut kedalam model ekonomi rumahtangga, pada dasarnya didekati dengan bentuk maksimasi fungsi kesejahteraan dengan berbagai bentuk kendala yang dihadapinya. Ditulis dalam bentuk persamaan umum adalah : U(x) = ( X a , Xm, X1, S )
(1)
dimana : U(x)
S -
Xa Xm X1
- fungsi kesejahteraan produksi komoditas pangan, produksi komoditas pasar, jumlah HOK rumahtangga dan besar tabungan.
Dalam memahami perilaku rumahtangga tani meningkatkan kesejahteraannya melalui pendapatan usaha tani, rumahtangga dihadapkan pada
kendala
besarnya produksi
pangan
(Xa),
produksi yang dijual atau disebut dengan komoditas pasar
(Xm), jumlah waktu istirahat atau waktu luang (Xl) dan besarnya tabungan (S). Yt
=
hm.Xm
= ha (Q
-
Xa)
-w
(K
- T) +
s
(2
dimana :
- pendapatan rumahtangga pada tingkat t, - harga komoditas tanaman tahunan, ha - harga tanaman pangan/semusim, (Q - Xa) - jumlah pangan yang dijual marketable surplus, w - upah buruh tani, K - jumlah HOK yang dipakai untuk bekerja, T - jumlah HOK keluarga dan S - besar tabungan. Yt
hm
Menurut Becker (1965) tingkat kesejahteraan tidak hanya diukur oleh jumlah barang yang dikonsumsi, fetapi juga oleb besarnya waktu luang yang dinimati keluarga (~alide,1979). Sedangkan besarnya waktu luang atau waktu istirahat (TI)
yang
dikonsumsi
rumahtangga
dihadapkan
kepada
kendala
jumlah total waktu yang dimiliki rumahtangga (T), jumlah waktu untuk bekerja (Tk) baik untuk mengerjakan pekerjaan pertanian maupun diluar pertanian serta waktu sosial (Ts) yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatankegiatan kemasyarakatan. T
T1
=
+ Tk + Ts
Hubungan antara kesejahteraan, pendapatan dan alokasi waktu
ini
dapat memberikan
indikasi dampak
dari
suatu
kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanian terhadap petani. Dalam
kondisi
belanja
karena
rumahtangga hasil
menghadapi
usaha
tani
defisit
tidak
mampu
anggaran menutupi
kebutuhan rumahtangga, maka keseimbangan belanja rumahtangga sulit
dapat
dipertahankan.
Defisit
menyebabkan pengurangan tabungan,
anggaran
belanja
re-alokasi jumlah tenaga
kerja (HOK) yang tersedia, intensifikasi usaha tani dan diversifikasi jenis tanaman yang diusahakan (Iqbal, 1986). Sedangkan alternatif penekanan pengeluaran konsumsi keluarga hanya dapat dilakukan apabila jumlah pengeluaran konsumsi masih diatas batas garis kemiskinan oleh
rumahtangga
masyarakat
atau dapat dilakukan
subsistens.
Tetapi
bila
kebutuhan konsumsi berada dibawah garis kemiskinan maka penekanan
terhadap konsumsi tidak dimungkinkan
Dinamika memberikan
surplus/defisit pengaruh
terhadap
anggaran
belanja
(Halide,
tersebut
intensifikasi .usaha tani,
alokasi penggunaan waktu HOK keluarga, ekstensifikasi usaha
tani, diversifikasi tanaman dan ahirnya memberikan dampak terhadap pembentukan ekosistem wana-tani (Soemarwoto, 1978, Christanty, 1979; Abdoelllah, 1986). F
4.2.1
~eferensialokasi waktu tenaga kerja keluarga. Alokasi
rumahtangga
waktu
keluarga,
pas-pasan,
terutama
tergantung
bagi
kepada
golongan intensitas
pemanfaatan waktu luang menjadi waktu kerja dalam usaha menambah pendapatan keluarga (Hart, 1980). Dilihat
dari
segi
pemanfaatan
waktu
luang,
usaha
maksimasi kesejahteraan rumahtangga menghadapi kendala jumlah waktu yang tersedia :
dimana : Ti T1 T
Tk Ts
- vektor waktu yang yang dipakai dalam -
---
menghasilan pendapatan, waktu luang (sisa HOK), jumlah HOK keluarga yang tersedia, jumlah HOK yang dipakai untuk kerja, jumlah HOK kerja sosial.
Sedangkan jumlah HOK pada usaha wana-tani digunakan untuk menghasilkan tanaman pangan/semusim (Ta) dan tanaman tahunan (Tm).
Tk = Ta
+
Tm
(5)
Karena sisa HOK yang tersedia dalam rumahtangga dapat dialihkan menjadi uang dengan mengurangi waktu luang (TI) dan waktu sosial (Ts) untuk lebih banyak bekerja, maka pendapatan rumahtangga dikatakan (Becker,1965; Halide,1979)
lahan pertanian dengan kondisi luas lahan tetap. ~lokasiwaktu untuk bekerja
dalam kondisi:
a. HOK sepenuhnya untuk bekerja di lahan pertanian (5). b. tingkat pendapatan minimum yang diinginkan (Yt). c. anggaran pendapatan dan pengeluaran yang seimbang, d. tingkat substitusi waktu samadengan harga tanamannya,
dimana MRSam
=
hm/ha
(6)
dimana MRSam adalah laju substitusi marginal tanaman semusim kepada tanaman tahunan, hm/ha rasio harga tanaman tahunan dengan tanaman semusim, maka substitusi persamaan (2) pada kondisi S = 0 dan T1
Ta/Tm
=
+ Ts
=
0, menjadi
ha.Xa/hm.Xm
(7)
Hal ini berarti bahwa alokasi waktu untllk mengerjakan tanaman
semusim
dan
tanaman
tahunan
dipengaruhi
oleh
besarnya hasil pendapatan dari tanaman tersebut. Apabila MRSam kecil (kurang dari satu), maka petani cenderung akan mengalokasikan waktu untuk mengerjakan tanaman semusim (Ta) lebih banyak daripada untuk tanaman tahunan (Tm). Pergeseran waktu untuk mengerjakan tanaman tahunan (Tm) menjadi
waktu
untuk
mengerjakan
tanaman
semusim
(Ta),
mempengaruhi alokasi luasan lahan untuk tanaman semusim (As) dan tanaman tahunan ( A t ) , dan ha1 ini secara tidak langsung mempengaruhi bentuk dan kondisi wana-tani. Sedangkan jumlah luas lahan yang dimiliki petani relatif tetap (A)
~eferensiresiko usaha tani dan kebutuhan modal-
4.2.2
Hubungan antara pendapatan, kebutuhan modal, kegagalan panen
dan
pengembalian
kredit
petani
sejak
program
Bimas/Inmas dilaksanakan pada awal Pelita I, telah banyak menarik perhatian, karena banyak asumsi dalam penyertaan modal tersebut kedalam rumahtangga tani, menyimpang dari tujuan
karena
Elastisitas
berlainan
fungsi
dipersepsikan
produksi
tanaman
(Thomasi, 1986). pangan
terhadap
penyediaan modal, adalah kecil, karena itu pemberian modal untuk tanaman pangan pada awal program Bimas/Inmas tersebut lebih banyak digunakan untuk konsumsi barang lain yang bagi petani mempunyai elastisitas yang besar. Dilain
fihak
berkembang,
lebih
petani
dinegara-negara
mengutamakan
pendapatan
yang yang
sedang tetap
meskipun kecil daripada besar tetapi tidak menentu (Moscardi dan de Janvry, 1977; Dillon dan Scandizzo, 1978; Binswanger, 1980).
Ini berarti sifat wirausaha yang sering mempunyai
resiko besar, selalu dihindari oleh para petani (Roe dan Tomasi , 1986)
. Hal
ini ditunjukkan oleh jenis tanaman yang
diusahakan, sering memilih
jenis tanaman yang mempunyai
resiko rendah daripada menanam tanaman yang mempunyai harga pasar tinggi yang ber-resiko tinggi dan tidak menentu. Selain itu resiko usaha tani terdapat didalam setiap tahapan pekerjaan pertanian mulai dari penyiapan lahan, pemeliharaan sampai dengan panen, pasca panen dan pemasaranResiko usaha tani berkorelasi dengan panjang waktu usaha tani,
sehingga
tanaman
yang
berumur
pendek
resikonya
cenderung rendah. Karena itu dapat difahami mengapa petani sering cenderung memilih tanaman berumur pendek, tanaman pangan yang resiko pasca panennya dapat disubstitusikan menjadi penambahan tabungan konsumsi primer, sehingga total resikonya lebih rendah daripada tanaman perdagangan. Resiko usaha tani berkorelasi dengan panjang waktu usaha tani (Tomasi, 1986), karena itu kesejahteraan rumahtangga tani tidak dapat dicapai sekaligus dalam waktu yang singkat. Kesejahteraan dicapai secara bertahap pada kurun waktu t 0, 1,
...
=
T, menjadikan bentuk persamaan kesejahteran (1)
harus ditulis dalam persamaan jumlah, yaitu : U(x)t
=
(Xat, Xmt, Xlt, St)]#i
(9)
Bentuk persamaan keseimbangan (2), menjadi : hmt.Xmt
=
a ~ ( X a t ,Xmt, Xlt)
+
i -I
A(ST+i) (10)
Produksi tanaman tahunan pada waktu panen: Xmt
=
X (Smt-1, At-1, 6t)
(11)
atau apabila ditulis sejak awal penanaman : Xm(t+l)
=
X (Smt, At, 6t+l)
(12
~roduksitanaman pangan : Xa(t+l) = X (Sat, As, &t+l)
(13)
Kegagalan panenan, rusak barang ( X a + X m ) pada masa pasca panen dan pemasaran sebagai resiko yang dihadapi rumahtangga mempengaruhi tabungan (St) dan persediaan modal usaha tani diperlukan (Mt). Sumber pendanaan usaha tani yang dibutuhkan (Mt) baik yang berasal dari tabungan St maupun yang berasal dari pinjaman (Pt) didiscount pada waktu awal usaha tani (t = 0)
dengan
# =
Kaitan
(1
+
e)-I untuk tingkat bunga (e) tertentu.
antara
tingkat
pendapatan,
anggaran
belanja
rumahtangga, alokasi tenaga kerja keluarga, besar resiko usaha tani, modal usaha tani, tabungan dan besarnya pinjaman merupakan lingkar sebab-akibat dan lingkar umpan balik yang penting dalam model dinamik sistem (system dynamic's model) ekonomi rumahtangga. 4.2.3
~eferensi lingkungan pengambilan keputusan.
tatanan
sosial
masyarakat
secara umum dapat dijelaskan alasan mengapa masyarakat di pedesaan Jawa Barat masih tetap mempertahankan tanaman keras pada
lahan usahanya daripada seluruhnya digunakan
untuk tanaman semusim antara lain : 1. Ditanam sebagai pohon pelindung tanaman pangan atau tanaman semusim dari resiko kegagalan tanaman pokok. 2. ~elindungirumah tempat tinggalnya dari gangguan alam dan binatang (angin kencang, panas sinar matahari, menjaga kelembaban udara, gangguan binatang, tanggul erosi). 3. Mendapatkan penghasilan sampingan keluarga dengan investasi kecil dan biaya pemeliharaan yang rendah serta resiko yang tidak menentu. 4 . Merupakan "tabungan tidak menentun yang sewaktu-waktu dapat dipakai jaminan untuk menanggulangi kesulitan pengeluaran keluarga. 5. Usaha yang bersifat pendekatan portfolio resiko, artinya makin banyak menanam berbagai jenis tanaman, makin beragam menanggung resiko kegagalan tetapi akan menurunkan resiko kegagalan hasil secara keseluruhan (Gabriel, 1981; Anwar A.,1990).
6. ~eterikatan kepada alam sebagai refleksi pendekatan terhadap Tuhan dan kepercayaannya kepada ha1 yang gaib sering memandang tanaman (beberapa jenis tanaman) dari segi maknanya terhadap adat-istiadat daripada nilai ekonomisnya.
7. Moral ekonomi petani yang subsisten, tidak mendorong memanfaatkan sumberdaya lahan berlebihan, lebih mementingkan manfaatnya untuk generasi berikutnya (anakcucu) daripada dikonsumsi hari ini untuk dirinya sendiri.
Perilaku keputusan ekonomi rumahtangga petani
dalam
usaha wana-tani di Jawa Barat dapat diamati melalui laju rumahtangga dalam menanam tanaman tahunan berumur panjang. Tanaman tahunan ini memberikan hasil bagi petani dalam jangka waktu yang cukup panjang baik dalam bentuk sekali panen maupun panennya beberapa kali secara berkelanjutan seperti buah-buahan. Sedangkan perlakuannya terhadap lahan olah
pertaniannya
seperti
pencangkulan,
pembajakan,
penyiangan gulma tanaman yang sering menyebabkan lahan mudah tererosi, hilangnya unsur hara dan akibat-akibatnya yang kurang baik terhadap kelestarian lingkungan adalah kecil. Panenan yang dipungut beberapa kali secara berkelanjutan bagi rumahtangga tani dapat dianggap suatu bentuk lain dari tabungan rumahtangga panjang
daripada
dengan
tanaman
tenggang
pangan.
waktu
Arti
yang
tanaman
lebih
tahunan
sebagai bentuk tibungan dan perlakuannya terhadap lahan olah yang kecil ini memberikan dampak positip terhadap lingkungan dalam menjaga keseimbangan tata air, iklim mikro, menambah amenity resources, konservasi lahan dan air. >,
Dalam kaitannya dengan
sistem pengambilan keputusan
rumahtangga petani dalam mencampurkan tanaman tahunan dan tanaman semusim, model keputusannya selain memperti+aqgkgn optimasi
insentif
ekonomis
untuk
rumahtangga
juga
kepentingannya terhadap lingkungan sebagai tanggunga jawab
sosial yang diatur oleh tata nilai masyarakatnya. Sering di jumpai para petani yang ikut melaksanakan penanaman suatu jenis tanaman karena tumut parentah (patuh pada perintah), pikukuh rukun adat
yang
atau pertimbangan kesetiakawanan sosial,
sebenarnya dia
sendiri harus mengorbankan manfaat
ekonominya secara individual (Srihartiningsih, 1985). Beberapa
hubungan
sebab-akibat yang membentuk
suatu
lingkar umpan-balik yang penting dalam memahami perilaku ekonomi
wana-tani
rumahtangga
yang
diatur
oleh
bentuk
tatanan sosial kemasyarakatannya, adalah: 1. alokasi tanaman tahunan dan tanaman semusim dalak usaha tani dengan kendala tingkat marginal substitusi harga tanaman dan kebutuhan waktu tanaman serta nisbah pengeluaran terhadap pendapatan.
2. alokasi uang tunai untuk pembayaran belanja konsumsi keluarga dan pembelian barang modal dengan kendala besarnya tabungan, pinjaman dan uang kiriman. 3. alokasi antara pembelian barang yang dapat menambah likuiditas rumahtangga dan besarnya tabungan uang tunai dengan kendala pendapatan rumahtangga bersih. 4. alokasi tenaga kerja keluarga untuk kegiatan pertanian darl mencari pendapatan sampingan di luar usaha taninya dengan kendala besarnya angaran belanja dan besarnya kekurangan modal untuk usaha tani.
Hubungan belanja
antara
pola
konsumsi,
keluarga, serta besar
kebutuhan
anggaran
penghasilan rumahtangga
memberikan pengaruh terhadap pemilihan jenis tanaman yang dibudidayakan terhadap
yang
pada
gilirannya
memberikan
pengaruh
pola dan bentuk wana-tani yang dihasilkannya.
Pada masyarakat subsistens pola konsumsi rumahtangga dan kebutuhan anggaran belanja terbatas dan lebih tunduk kepada
nilai-nilai tatanan sosial budayanya. Konsumsi rumahtangga yang terbatas, perbedaan konsumsi antar rumahtangga kecil dengan tingkat elastisitas konsumsi kecil, berdampak kepada pengolahan lahan yang tidak intensif. Kelestarian ekosistem wana-tani pada masyarakat subsistens ini disebabkan oleh konsumsi rumahtangga yang kecil. Pada masyarakat transisi, lingkar umpan-balik anggaran belanja dengan pemeliharaan kelestarian lingkungan, banyak dipengaruhi oleh mekanisme ekonomi pasar sebagai akibat intensifnya pola interkasi sosial dan pola konsumsi barang-barang
yang tidak diproduksi sendiri
untuk
jumlah dan
jenisnya makin meningkat. ~eningkatan konsumsi rumahtangga yang
terkendala
oleh
hasil
usaha
tani
yang
terbatas
mengakibatkan defisit anggaran belanja makin besar. Defisit anggaran belanja rumahtangga mendorong usahausaha
untuk
mencari
pendapatan
yang
lebih
dengan
meningkatkan produktivitas lahan, memperluas lahan usaha, m6mperpendek waktu pemungutan hasil panen yang menberikan dampak pada
tenggang waktu
pengolahan
lahan.
Dampaknya
terhadap lingkungan adalah tingkat erodabilitas yang tinggi, mempercepat kehilangan hara dan kondisi lahan makin keritis sehingga ekosistem wana-tani makin rusak. Faktor pengamanan lahan usaha pertanian pada masyarakat transisi
ini
kecilnya
investasi
berikutnya,
sering
terabaikan, yang
konservasi
pertinbangan
lahan.
keamanan
ditunjukkan Pada
lahan
oleh
perkembangan
pertanian
ini
menjadi diperhatikan kembali pada saat pendapatannya dapat
dipenuhi; Ekosistem wana-tani yang terpelihara komunitas lokal di sepanjang ~agorawimungkin saja tidak diakibatkan oleh
kesadaran
kecukupan
menjaga
pendapatan
ketersediaan
kelestarian
rumahtangga
lapangan
kerja
lingkungan,
yang
tetapi
diakibatkan
diluar
pertanian.
oleh
Dengan
demikian model ekonomi rumahtangga ini menunjukkan lingkar sebab-akibat antara anggaran belanja, pilihan jenis tanaman yang dibudidayakan, intensityas penggunaan tanah, konservasi lahan dan bentuk wana-tani. Beberapa
ciri
perbedaan
subsisten, transisi dan
khusus
antara
komersial dalam
sebab-akibat dapat disebutkan
antara
masyarakat
kaitan
lingkar
lain' seperti yang
disajikan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 :Perbandingan type anggaran belanja rnmahtanga Transisi
Subsistens 1. Ragam dan jumlah kebutuhan konsumsi tehtas, eksploitasi s.d.a tidak intensif, produk tanaman dominan untuk kebutuhan konsumsi Nmahtangga lokal
1.Interaksi sosial mendorong keragaman kebutuhru-' konsumsi keluarga, intensif dan ekstensif pemanfaatan s.d.a., produk komoditas usaha tani respns t
2. Permintam tanaman tahunan terbatas untuk konsumsi lokal,
3. Intensitas pelahan dipengjumlah p d u d u k setempat dan kelestasiannya di jaga secara bersama.
e
w
Pasar.
2. Insentif harga pasar mendorong usaha tani pada komoditas pasar, pxfemlsi waktutanlunandan profit rnendorong pemilihan taxuunanjangkn pendek. 3. Dominasi hak pemilikan tanah adalah pemilikan pribadi, konflik keputusan komunitas dan pribadi
Komersial 1. Sumber penNmahtaugga tidak banya usaha tani, pekeiaan off-farm cukup beragam, mobilitas hktor roduksi tin&, tanaman t a h m berperan untuk kepentingan ekonomi dan kelestrvian lingkungan.
2. Keragunen tanaman berkaitan dengan d o tanaman, HOK kerja saxupingm, hobby dan keindahan tanaman.
3. Investasi konservasi bagian dari usaba internalisasi nsiko usaha
tani, harga dan subsidi pemerintah merupakan insentip
Struktur Model Ekonomi Wana-tani Rumahtangga.
4.3
Dalam model ekonomi wana-tani rumahtangga ini, ada (tujuh) komponen penting yang dikaji, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem
Anggaran Belanja Rumahtangga Pemilikan Barang/Harta Kekayaan Tenaga Kerja Pemilikan Lahan Pemilikan Modal Pemilikan Ternak Kompetisi Biomasa Tanaman
Gambar 23 :Hubungan-hubungan utama Ekonomi Wana-tani Rumahtangga. 4.2.1,
Hodel Subsistem Anggaran Belanja Rumahtangga.
Model menunjukkan
Dinamika
Keputusan
bahwa
pendapatan
Ekonomi serta
Rumahtangga nisbah
hi,
pengeluaran
terhadap pendapatan rumahtangga dianggap sebagai komponen penting
dalam
pengambilan
keputusan.
Sedangkann
sumber
pendapatan utama adalah hasil penjualann tanaman tahunan
(hm.Xm) dan marketable surplus tanaman pangan (ha.Xa). Dalam kondisi
defisit
anggaran
yang
ditunjukkan
oleh
nisbah
tersebut lebih besar dari angka satu (MRSma
Besarnya uang: tunai (HM) yang dimiliki rumahtangga dalam satu-satuan waktu tertentu (bulan) adalah penerimaan total
(HREV) atas penghasilan rumahtangga baik pendapatan yang berasal
dari
penjualan
hasil
usaha
tani,
pendapatan
sampingan, kiriman (HINC), pinjaman uang tunai biasanya untuk tambahan modal usaha atau keadaan darurat (HBR) dan uang tabungan
(HSWR).
Pendapatan utama rumahtangga tani
diperoleh dari penjualan hasil pertanian (HUTR) yang terdiri
marketable surplus tanaman pangan (ha.Xa=PKTS).
Sedangkan
penerimaan lain diluar penghasilan dari usaha tani diterima pari pendapatan sampingan sebagai pemanfaatan waktu luang (T1 dalam jumlah hari orang kerja per bulan) rumahtangga dan pendapatan kiriman lain anggota keluarga (PTKPS). R HREV.KL = H1NC.K + HBR.K + HSWR.K A H1NC.K = HU7'R.K + PTKPS.K A HUTR.K = PKTT.K + PKTS.K HREV = penerimaan total uang tunai R.T. (Rplth) HINC = pendapatan Rumahtangga (Rplth) HBR = besar pinjaman (Rplth) HSWR = penarikan tabungan (Rplth) PTKF'S = pendapatan dari penghasilan sampingan (Rp) HUTR = pendapatan dari sektor pertanian (Rp) PK'IT = pendapatan kotor tananaman tahunan (Rp) PKTS = pendapatan kotor tanaman semusim (Rp)
Pengeluaran pengeluaran untuk
rumahtangga pembelian
total
(HPYT) terdiri
barang konsumsi rumahtangga
(HPYTG), untuk tabungan simpan pinjam kembali
pinjaman
(HRD),
dari
pajak
(HSDR), pembayaran
rumahtangga
(HTAX)
dan
pembelian barang kapital (HPYTC) terrnasuk untuk pembelian input produksi
.
R HPYT.KL= (I3PYTG.K + HPYTC.K + HRD.K + I4TAX.K HPYT = total pengeluaraa RT (Rplth) HPYTG = total pembelian baxang komsumsi (RpJth) HPYTC = total pembelian barang kapital (Rp) HRD = pengembalian pinjaman (Rp) H T m = pajak (RP) HSDR = pembayaran tabungan simpan pinjam (Rp)
+ HSDR.K)/DT
4 - 3 . 2 Model
Subsistem Pemilikan Barang/Hada Kekayaan,
Pembelian barang konsumsi terdiri atas pembelian barang konsumsi primer seperti pangan, konsumsi kebutuhan seharihari, pembelian barang sekunder yang dapat menjadi harta kekayaan dan pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan sosial budaya seperti upacara adat, selamatan keluarga, perayaanperayaan hari besar atau sumbangan sosial lainnya.
+
+
A HPYTG.K = HPYTPG.K HPYTSG.K +HPYTK PY7'CSG.K HPYTG = pembayaran pembelian total barang konsum (Rplth) HPYTPG = pembayaran pembelian barang konsumsi prime (Rplth) HPYTSG = pembayaran pembelian barang konsumsi sekunder (Rplth) HPYTK = pembayaran untuk pembelian faktor produksi (Rplth) PYTCSG = pembayaran untuk kegiatan sosial budaya (Rplth)
Status sosial suatu rumahtangga di pedesaan ditunjukkan oleh
kekayaan
dan
luasnya
pemilikan
lahan, memberikan
konsekuensi tentang adanya pengeluaran-pengeluaran sosial yang sebanding dengan kedudukannya. Pengeluaran untuk biayabiaya penyelenggarakan upacara adat, hajatan, slametan yang bersifat komunal, bersedekah sampai menghibahkan harta milik atau mewakafkan lahan miliknya untuk kepentingan umum dalam masyarakat pedesaan, sebanding dengan status sosial yang dimilikinya. Besarnya batas pengeluaran ini (fungsi CLIP) sebanding dengan besarnya
pendaptan, besarnya
kebutuhan
dasar rumahtangga yang dipengaruhi oleh luas lahan pertanian yang dimilikinya. Karena itu variabel ini merupakan fungsi dari pemilikan lahan dimana makin besar pemilikan lahan maka akan
semakin
besar
pula
pengeluaran-pengeluaran
kebutuhan sosial kemasyarakatan tersebut.
untuk
L PYTCSG.K = PYTCSG.J + D T * (PYTCSG1 .JK - PYTCSG.J) A PYTCSG1.K = CLIP (0, PYTCSG2.K,(HPYT.K - HREV.K),O.S) A PYTCSG2.K = TABXT (TPCSG, HCS.K, 0,4, .5) * PYTCSGN T TPCSG = 1/1.1/1.5/1.9/2.3/2.8/3.4/4.1/5.5 PYTCSG = pengeluaran biaya kebutuhan sosial budaya (Rp) HREV = pemasukan total uang lunai RT (Rp) HPYT = pengeluaran total uang tunai RT (Rp) TPCSG = tabel pengeluaran biaya kebutuhan sosial budaya HCS = luas pemilikan lahan (Ha) PYTCSG = standard pengeluaran biaya sosial sesuai status rumahtangga
Sementara itu pembelian untuk keperluan barang harta kekayaan
rumahtangga
lainnya,
dipengaruhi
oleh
rate
kesempatan perolehan barang (HGAR) dan nilai jual kembali barang
yang
kesempatan
dipengaruhi
perolehan
laju
barang,
depresiasi besarnya
barang.
Rate
tergantung
dari
keinginan memiliki barang yang belum terbeli tersebut baik yang mempunyai nilai ekonomis maupun nilai sosial. Hal ini mencerminkan tingkat nilai barang
tersebut
dan
harapan
kemungkinan
(ekspetasi) terhadap jangka
waktu
(delay)
perolehannya. Sedangkan rate depresiasi barang, tergantung nilai guna dan nilai ekonomis harga
jual kembali yang
dipengaruhi waktu. L HG.K = HG.J + 'DT* (HGAR-JK - HGDR-JK) R HGAR.KL = HU0G.K I HDDG R HGDR.KL= HG.KIHALG HG = jumlah barang kekayaan nunahtangga (unit) HGAR = rate perolehan barang (unit/&) HUOG = jumlah barang yang belum terbcli (unitlth) HDDG = delay perolehan barang (th) HGDR = rate depresiasi barang {unitlth) HALG = rata-rata umur pakai barang (th)
Tingkat keinginan untuk memiliki sesuatu barang yang menjadi kekayaan rumahtangga ..
(HUOG),
sering bukan
saja
.. .
dipengaruhi oleh nilai guna dari barang tersebut, tetapi
juga
teknik
promosi
pemasaran
barang
atau
iklan
yang
menyebabkan terjadinya rate pemesanan barang (HGOR), rate ~erolehanbarang (HGAR) yaitu penerimaan barang tersebut di rumah
(meskipun dibayar dalam bentuk
cicilan) dan rate
pembatalan pembelian barang karena berbagai alasan (HGOCR). L HUOG.K = HUOG.J + DT * (HGOR.JK- HGAR.JK- HGOCR.JK)
HUOG = jumlah barang konsumsi primer yang belum terbeli (unit) HGOR = rate pembelianlpemesanan barang (unitlth) HGAR = rate perolehan barang (unitlth) HGOCR = rate pembatalan pembelian barang (unitlth) Variabel HGOR diperoleh dari variabel rate pemesanan barang yang diinginkan (HDGOR), sebagai fungsi elastisitas ketersediaan uang tunai terhadap pembelian barang (HEMOG). Keinginan memesan barang sering disebabkan oleh tersedia uang
tunai,
termasuk
(HEDOG) meskipun
uang
mungkin
kredit untuk usaha.
yang
berasal
saja pinjaman
Sementara
dari
pinjaman
tersebut berupa
HGCOR, tergantung kepada
kualitas dan tingkat pelayanan pengiriman barang pesanan (HIGAR) dan lama tunggu perolehan barang yang diinginkan
serta kesesuaian,antara mutu barang yang ditawarkan dengan mutu barang yang diterima (HSGAR). R HGOR.KL = HDG0R.K * HEM0G.K * HED0G.K R HGOCR.KL = I5IGAR.K - HSGAR.K HGOR = rate pemesanan barang (unit/&) HDGOR = rate perolebaa barang pesananyang diinginkan HEMOG = elastisitas pemilikan uang tunai terhadap pembelian barang HEDOG = elastisitas pinjaman thp. pembelian barang HGOCR = rate pembatalan pembelian barang (unit/&) HIGAR = tingkat perolehan barang yang tercatat HSGAR = tingkat pemlehan barang yang diinginkan
4 - 3 . 3 Model
S u b s i s t e m M o d a l Rumahtangga-
Besarnya
jumlah kredit rumahtangga tani tidak
saja
berkaitan dengan besarnya resiko usaha tani tetapi juga berkaitan
dengan
rumahtangga dimana tabungan
neraca
keseimbangan
besarnya
mempengaruhi
anggaran
belanja
pendapatan, pengeluaran
kemampuan
melakukan
dan
pinjaman.
Sedangkan apabila dilihat dari si pemberi kredit, baik itu perorangan besarnya
maupun
lembaga
pinjaman
keuangan
berdasarkan
pengembalian pinjaman
atas
didesa,
agunan
dan
penetapan kemampuan
dasar bonafiditas kelancaran
usaha. L HD.K = HD.J + DT * (HBR.J - HDD.J - HRD.J) HD = besat pinjaman/kredit yang diterima (Rp) HBR = likuiditas tingkat pinjaman (Rplth) HDD = standar pinjaman bank (Rplth) HRD = tingkat pengembalian pinjaman (Rplth)
Likuiditas tingkat pinjaman rumah tangga diceminkan
oleh
besarnya
ratio
jumlah
ini dapat
kredit
yang
diinginkan peminjaman dengan jumlah kredit yang diberikan. Pemberian pinjaman dari bank berdasarkan resiko rumahtangga dalam mengembalikan penjaman yang dijamin oleh besarnya pemilikan uang tunai atau cash-flow usaha terhadap standar kredit yang diberikan pada rumahtangga petani (HEMD) dan standar pemberian kredit oleh bank (HINDD). Untuk kredit KIK (kredit investasi kecil) atau KMKP
(kredit modal kecil
permanen) standar pemberian kredit sampai dengan Rp 5,juta, dan kredit candak kulak adalah Rp 100.OQ0,-. Sementara
tingkat
pengembalian
cicilan
pinjaman,
,
besarnya
tergantung
normal,
biasanya
dari
untuk
kemampuan
usaha
pengembalian
dibidang
pertanian
kredit lebih
singkat daripada untuk pembangunan perurnahan atau industri (HNRD)
elastisitas
dan
pemilikan
uang
tunai
terhadap
pengembalian pinjaman (HEMRD). A HI3R.K = HIBR.K * BF A HDD.K = HNDD.K * HEMD.K A HRD.K = HNRD.K * HEMRJ3.K I-IBR besar pinjaman (Rplth) HIBR besar pinjaman yg diperlukan (Rplth) BF - nisbah pinjaman yang diterima (non-dimensi) HDD - standar pinjaman bank (Rplth) HNDD - jumlah kredit normal (Rplth) HEMD - standar nilai agunan HRD tingkat pengembaiian pinjaman (Rplth) HNRD - pengembalian cicilan kredit (Rplth) HEMRD - efek pemilikan uang tunai I pengembalian pinjaman (non dimensi)
-
-
Jumlah
tabungan
rumahtangga
besarnya
dihitung
berdasarkan jumlah tabungan yang ditabung untuk pertama, laju cicilan tabungan yang dibayar secara periodik, serta jumlah penarikan tabungan dalam satu-satuan waktu tertentu. Tabungan rumahtangga di
pedesaan, sejak dilaksanakannya
Deregulisasi di bidang perbankan pada tahun 1988, banyak yang disimpan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR), daripada dibelikan pada logam mulia (emas) sebagai tabungan. L HLH-K= HLH.J + DT * (HSRD.J + HDS.J - HSWR.J) HLH = jumlah tabungan rumah tangga (Rplth) HSDR = rate pemasulcen tabungan (Rplth) HDS = rate cicilan tabungan rata-rata (Rplth) HSWR = rate penarikan tabungan (Rplth)
Besarnya rate pengambilan tabungan ini sama dengan HRD (tingkqf gengembaliaq pinjaman), sedangkan jumlah tabungan rata-rata
diperoleh
berdasarkan
persentase
(marginal
propensity to save)
penghasilan rumahtangga rata-rata di
desa. Rate cicilan untuk menabung, dihitung berdasarkan rate kemampuan
menabung
rata-rat
(normal)
dan
elastisitas
pemilikan uang tunai terhadap pembayaran/pemasukan tabungan. A HSWR.K = HRD.K A HDS.K = HFSAV * H1NC.K HSWR - rate penarikan tabungan (Rplth) HRD - tingkat pengembalian pinjaman (Rplth) HDS - jumlah tabungan (Rplth) . HINC - penghasilan rumah tangga (Rp) HFSAV - marginal propensity to save
4.3.4
Submodel Alokasi Tenaga Kerja Keluarga.
Tenaga kerja keluarga merupakan bagian modal yang dimiliki rumahtangga pedesaan, terutama bagi rumahtangga miskin dimana pemilikan harta benda lainnya terbatas. Dalam model keputusan ekonomi rumahtangga, penggunaan tenaga kerja dialokasikan berdasarkan prioritas sebagai berikut : Jumlah
tenaga
kerja
yang
tersedia
(T)
dalam
rumahtangga yang dihitung berdasarkan hari orang kerja (HOK) dalam satu musim tanam tanaman berumur pendek, dialokasikan untuk
mengerjakan
pekerjaan
pertanian
dengan
prioritas
mengerjakan pekerjaan tanaman tanaman pangan dan tanaman semusim (Ta). Alokasi tenaga kerja anggota rumahtangga untuk tanaman semusim (Ta) cenderung lebih besar daripada alokasi untuk pemeliharaan =
tanaman tahunan (Tm), pada kondisi MRSam
hm/ha pada t = 1 lebih besar dari 1 (satu). Untuk harga
tanaman tahunan pada tahun .f. = 1, didekati dari pendapatan total tanaman tahunan pqda sagt dipanen (hm.Xm) yang telah * ? *
ii
,
didiscount. Apabila alokasi tenaga kerja untuk mengerjakan
tanaman semusim dan tahunan ini menghasilkan pendapatan yang lebih kecil dari kebutuhan anggaran belanja rumahtangga (ha.Xa
+
hm.Xm < Ytl), maka sisa waktu yang tersedia (T1
=
T-Tk-Ts) dipakai untuk mencari pendapatan sampingan. A RTKS1.K = CLIP (0, RTKS2, PPDK.K, .5) R RTKS.KL = CLIP (0,RTKS1.K. TKT.K, 5) A RTKS2.K = CLIP (0, RTKSI .K, RTKPT.K, 5) A RTKPT.K = CLIP (MRSA.K, 0, PPDK.K, 5) A PPDK.K = HREV.K/HPYT.K R RTKPS.KL = CLIP (0, RTKPS I .K, TKT.K, 5) A RTKPS 1.K = CLIP (RTKPS2,0, PPDK.K, .5) A MRSA.K = H1IT.KMTS.K C RTKPS2 = 1 RTKS - jumlah tenaga kerja untuk tanaman semusim (HOKIth) RTKPS - jumlah tenaga kerja untuk pekerjaan sampingan (HOKIth) RTKPT - jumlah tenaga kerja untuk tanaman tahunan (HOWth) MRSA - mar@ subtitusi waktu untuk tanamansemusim ke tanaman tahunan(non) HREV - pendapatan rumahtangga (Rplth) HPYT - pengeluaran rumahtangga (RPIth) HTT - harga tanaman tahunan yang telah didiscout (Rpikg) HTS - harga tanaman semusim (Rplkg) TKT - jumlah tenaga keja tersedia (HOKIth)
Dengan demikian alokasi waktu kerja, waktu sosial dan waktu luang dipengaruhi oleh besarnya keseimbangan neraca anggaran belanja rumahtangga. Kekurangan anggaran belanja berakibat terhadap berkurangnya waktu luang dan waktu sosial karena meningkatnya waktu kerja. L WKTKPS.K = WKTKPS.J + DT * (RWTKPS.JK) R RWTKPS.KL = CLIP (0, RWTKPSI .K, PPDK.K, -5) A RWTPS1.K = CLIP (RWTPS2,0, WLTKPS.K,WLM) L WLTKTS.K = WLTKTS.J + DT * (-RWTKPS.JK) WKTKPS - HOK untuk penghasilan sampingan (HOWmusim) RWTKPS - rate HOK untuk penghasilan sampingan (I-IOKlmusim) WLTKTS - rate substitusi waktu luang menjadi waktu keja (non dimensi) WLM - waktu luang minimum (HOWmusim)
4-3.5
Model Subsistem Pemilikan Lahan.
Luas lahan pertanian yang dimiliki rumahtangga tani rnerupakan faktor produksi pertanian dan sulit dipisahkan dengan tingkat kesejahteraannya. Perubahan struktur ekonomi mengakibatkan perubahan pemilikan lahan yang dapat akibatkan oleh
surplus/defisitnya
Korbanan
pertama
anggaran
apabila
belanja
terjadi
rumahtangga.
defisit
anggaran
rumahtangga adalah pengurangan konsumsi barang
sekunder,
kedua tabungan, ketiga waktu luang, keempat barang modal dan yang terahir adalah baru penjualan tanah milik. L HCS.K = HCS.J + DT * (HCCIRS. JK + (KPTK.J * HCS.J) - HRPL.J)) HCS - luas laha. pertanian yang dimiliki (mA2/th) HCCRS - rate pelaksanaan pembelian lahan (mA21th) KeTK -cl perkembangan temtga kerja (nan-dimemi) F R F T - rate penjualan lahan pertanian(mA2/th)
-
Luas lahan pertanian yang dijual sebesar
uang tunai
yang dibutuhkan untuk menutupi.defisit anggaran, yang juga sering
terjadi
apabila
rumahtangga
konsumsi kesejahteraan dalam waktu
ingin yang
meningkatkan
singkat.
Dalam
kondisi surplus anggaran belanja rumahtangga akan menambah tabungan
uang
tunai,
tambahan
tabungan
uang
tunai
menyebabkan waktu luang bertambah, kemudian pembelian barang konsumsi sekunder dan ahirnya pembelian untuk tanah. L HRPL.J = HRPL.J + DT * (HRPL1 .JK - HRPL.J) R HRPLl .KL = CLIP (HRPL2.K,O,(HREV.K-HPYT.K),(HCS.K*HLP.K*.5), -5) A HRPL2.K = (HPYT.K - HREV.K) / HLP.K HRLp
HPYT HREV HLP
- Iufls pey* b@
pe-an
(P-2)
- jumlah total b&baynr~uang n $o;pi (Rp) - jumlah total pendapatan uang tunai (Rp) - harga l a b pertanian (RplmA2)
Penggunaan
CLIP
pada
persamaan
sistem
dinamik
menunjukkan adanya limit yaitu apabila harga asset lahan kurang dari 0,5 maka nilai variabel HRPLl=O, dan sebaliknya apabila lebih besar dari 0,5 maka nilai variabel HRPLl = HRPL2. Rate pelaksanaan pembelian lahan pertanian, besarnya tergantung dari luas lahan pertanian yang diharapkan dapat dibeli, efek kepemilikan lahan, jangka waktu pembelian lahan dan kemungkinan untuk memilki lahan. Potensi untuk memiliki lahan ini dihitung berdasarkan perkernbangan pemilikan barang konsumsi dan efek pemilikan uang tunai terhadap pembelian barang kapital. R HCCIRS.KL = SMOOTH ((HUOCS.K/HDDCS), 3) *EKL.K*PPML.K A PPML.K = KPHG.K + HEMPC.K HCCIRS - rate pelaksanaan pembelian lahan pextanian (mA2/th) HUOCS - lahan pertanian yang diharapkan &pat dibeli (mA2) EKL - efek kepemilikan lahan (non-dimensi) PPML - potensi probability untuk memiliki l a b (non-dime&) KPHG - kecendemgan pemilikan barang konsumsi (non-dimensi) HEMPC - efek pemilikan uang tunai terhadap pembayaran pembelian barang kapital (non-dim&)
Tingkat ekspektasi terhadap pembelian lahan pertanian, besarnya dipengaruhi selain oleh rate pelaksanaan pembelian lahan pertanian, juga oleh rate pembelian lahan pertanian dan rate pembelian lahan pertanian yang batal. L HU0CS.K = HU0CS.J + DT * (HCORS.JK - HCCIRS.JK - HC0CRS.X) HUOCS luas lahan pertanian yang diharapkan dapat dibeli (mA2) HCORS - rate pembelian lahan pertanian (mA2/th) HCCIRS - rate pelaksanaan pembelian lahan pertanian (mA2/th) HCOCRS - rate pembatalan pembelian lahan pertanian (mAUth)
-
Rate pembelian lahan pertanian sebenarnya adalah rate pembelian lahan pertanian yang diharapkan, yang telah
dipengaruhi oleh variabel efek pemilikan uang tunai terhadap pemesanan pembelian barang kapital dan variabel efek jumlah kredit/pinjaman terhadap pemesanan pembelian barang kapital. R HC0RS.K = HDCORS * HEM0C.K * HED0C.K HCORS - rate pembelian lahan pertanian (mA2/th) HDCORS - rate pembelian lahan pertanian yang sebenamya diharapkan (mA2/th) HEMOC - efek uang huk thp pembelian barang kapital (nondimensi) HEDOC - efek kreditlpinjaman thp pembelian barang kapital (nondimensi)
Rate pembelian lahan pertanian yang batal ini (HCOCRS) diperoleh berdasarkan selisih antara tingkat pembelian lahan pertanian
yang
tercatat
dan
tingkat
pembelian
lahan
pertanian yang direncanakan. R HCOCRS.KL = HICC1RS.K - HSCC1RS.K HCOCRS - pembatnlan pembelian lahan p i x h i m (mA2/thJ . HICCXES p d a h perabeIian lahan pertanian (11121th) HSCCIRS I ~ ~ ~ C BpBeBd x h u lahan pertanian (mA2/th)
-
4.3.6
Model subsistem Pemeliharaan Ternak.
Ternak besar seperti kerbau atau sapi mempunyai peranan dalam menambah
penghasilan
rumahtangga karena mempunyai
nilai ekonomis untuk dijual, membantu penyediaan pupuk untuk tanaman dan menambah
tenaga kerja keluarga pada
pengolahan lahan usaha tani. ternak
besar
disamping
di
desa
merupakan
banyak
barang
waktu
Karena itu maka pemilikan diminati
modal
juga
untuk
dimiliki,
mempunyai
nilai
meningkatkan status sosial. Jumlah ternak yang dimiliki, dihitung berdasarkan rate pelaksanaan pembelian ternak, rate kematian dan penjualan ternak.
L HCT.K = HCT.J + DT * (HCCIRT.JK - HCDRT.JK HCT jumlah ternak (ekor) HCCIRT rate pembelian ternak (ekorlth) HCDRT - rate kematian ternak (ekorlth) HCCSRT - rate penjualan temak (ekorlth)
-
- HCCSRTJK)
-
Kemampuan rumahtangga untuk membeli ternak dalam usaha wana-tani (HCCIRT), tergantung jumlah ternak yang diharapkan dan jangka waktu (delay) pembelian.
dapat dibeli (HUOCT)
Artinya setelah keluarga memutuskan akan membeli ternak maka diperlukan waktu untuk menyiapkan uang, tempat (kandang)dan pembagian tenaga kerja dalam pemeliharaannya. Sedangkan rate ternak yang mati
(HCDRT),
tergantung
kemampuan pemeliharaan, kesehatan ternak, rata-rata umur ternak dan lama dapat dimanfaatkan sebagai tambahan tenaga kerja yang ditunjukkan oleh perbandingan jumlah yang mati dengan jumlah ternak yang dimiliki. Tingkat ekspetasi pembelian ternak, yang dicerminkan oleh besarnya variabel HUOCT ini, dihitung berdasarkan rate pembelian ternak dan rate pembatalan pembelian ternak. R HCCJRT.K = HU0CT.K I HDDCT R HCDRT.K = H q . K / HALT L HU0CT.K = H U W . J DT*(HCORT.JK HCOCRT.JK) HCCIRT rate pelaksanaan pembelian ternak (ekorltahun) HUOCr jumlah temak yang diharapkan dapat dibeli (ekor) HDDCI' deiay pembelian t e d (th) HCDRT - tingkat kematim ternak (ekorlth) HCT jumlah t e d (ekor) HALT - rata-rata mortalitas ternak (th) HCORT rate pembelian ternak (ekorlth) HCOCRT - rate kegagalan temak (ekorlth)
-
+
-
-
-
Rate pembelian ternak ini dipengaruhi oleh besarnya rate pembelian ternak yang diharapkan, tingkat elastisitas uang tunai terhadap pembelian
barang
kapital dan
efek
uang
pinjaman terhadap pembelian pembatalan pembelian
pembelian ternak
barang kapital.
ternak
yang
Sementara
dipengaruhi
direncanakan
dan
oleh
rate
tingkat
tingkat
pembelian
ternak yang dapat dilaksanakan. W e 1 Subsistem Kompetisi Tanaman Wana-tani,
4.3-7
sebagai usaha tani terpadu : dapat
Keuntungan wana-tani dilakukan tanah, tu&uh
pada
lahan
berbagai sempit,
bentuk
topografi,
kemiringan
curam,
berbagai
jenis
efisiensi
ruang
dalam bentuk tajuk tanaman yang berstrata, hemat air
dengan
tetap
-patan
menjaga
usaha
pendapatan
petani
kelestarian
tani. yang
lingkungan dan
lgeskipun
demikian
melaksanakan
usaha
'
maksimasi
la ju
tingkat
tani wana-tani,
tidak terlalu tinggi karena pilihan-pilihan kombinasi jenis tanaman 0 2 ,
yang saling berkompetisi didalam mendapatkan hara,
C O ~ ,air,
ruang dan cahaya matahari tidak dioptimasikan.
Petani dapat melakukan rekayasa kompetisi intraspesifik dan
interspesifik
sehingga
dapat
tanaman-tanaman memenuhi
yang
berbagai
dipilih
tujuan.
tersebut Kompetisi
intraspesifik (interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan dengan
jenis
yang
sama)
dan
kompetisi
interspesifik
(interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan yang berbeda jenis) secara alami dapat menyebabkan produktivitas ekonomis tanaman menurun
meskipun
dari
segi kelestarian
lingkungan
dapat meningkat karena keaneka-ragaman tanaman. Melakukan membantu -
rekayasa kompetisi biomasa diartikan
hubungan
interaksi
dua
tumbuhan
atau
sebagai
lebih,
baik
sama maupun berlainan, yang dapat mengakibatkan kedua belah fihak
merubah
menguntungkan. tersedia
interaksi Hal
ini
bersama-sama
Yang
terjadi
secara
merugikan
karena
terbatas
men jadi
sumberdaya
dapat
yang
dialokasikan
kepada kedua belah fihak secara menguntungkan. Tumbuhan satu atau
dikatakan
bersaing
keduanya yang
apabila
terlibat
dalam
pertumbuhan kompetisi
salah
tersebut
mengalami kernunduran dalam produksi atau mengalami perubahan bentuk
dibandingkan
jika
masing-masing
ditanam
terpisah
(Bleasdale dalam Zimdahl, 1980). Tetapi dalam kondisi dimana interaksi
kedua
belah
fihak
dapat
saling
menguntungkan,
sering dikatakan siRtbiose mutualistis. Dalam usaha wana-tani kedua ha1 tersebut yaitu kompetisi dan
simbiose mutualistis
ini
Kompitisi
interspesifik
pertumbuhan
tanaman
tahapan
dimana
dapat
berlangsung
tahunan
tanaman
berlangsung
dan
bersamaan.
sejak
tanaman
didominasi
tahapan
semusim.
tanaman
Pada
tahunan
pertumbuhannya sering terjadi kompetisi intrapesifik karena nilai ekonomis yang dihasilkannya. Kompetisi
interspesifik
maupun
maupun
intraspesifik,
pada model usaha wana-tani
ini d i c e m i n k a n oleh persaingan
perolehan
yang
kanopi
sinar
dan
tahunan kanopinya
matahari,
kerapatan
yang
lebih
daun
tajuk
tanaman
tua,
lebih
tinggi
akan menyerap
mengakibatkan
tanaman
tergantung
sinar
yang
matahari
lebih
kepada
tahunan. dan
yang
rendah,
luasan Tanaman
lebih lebih
lebih
luas besar,
muda
atau
tanaman semusim akan menerima sinar matahari lebih sedikit.
Hal ini dalam beberapa penelitian menunjukkan pula kompetisi hara
yanq
diambil
akar
tanaman,
sebadinq
dengan
besarnya
kompetisi luasan kanopi dalam menerima sinar matahari (Odum, Tjitrosoedirdjo,
1975;
kompetisi
biomasa
Berikut
1984).
antara
tanaman
ini
semusim
diuraikan
dan
tanaman
tahunan.
Tanaman
semusim
perkembangannya tanaman
semusim
yaitu usia
dibagi :
atas
tanaman
menengah
tiga semusim
bagian usia
(TSMN) dan
berdasarkan muda
tanaman
(TSM), semusim
usia panen (TST) atau tanaman semusim yang sudah siap panen. Tanaman
semusim
usia
muda
dihasilkan
dari
penanaman
bibit pada lahan setelah siap tanam (PLTS), tanaman sulaman (NRTS) yaitu tanaman pengganti apabila tanaman semusim pada usia menengah dan yang belum siap panen mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan penanaman ulang. Sedangkan rate keluaran tanaman semusim usia berasal
dari
mortalitas
tanaman
semusim
usia
muda
muda
ini
(MTSM)
yang ditentukan oleh nilai kemungkinan kematian tanaman usia muda,
kemudian
rate
tanaman
semusim
usia
menengah
yaitu
tanaman semusim usia muda
yang berdasarkan perkembangannya
(waktu)
tanaman
berubah
menjadi
semusim
usia
menengah
(RTSMN). Perkembangan tanaman semusim usia muda menjadi usia menengah
selain ditentukan oleh umur
juga d i t e ~ t u k a q 01~1)
faktor lain dalam ha1 ini persaingan biomasa dalam perolehan sinar matahari, dengan demikian besar luasan sinar matahari
Gambar 25 :Diagnm Alir Kompetisi Tanaman Wana-tani.
yang
dihasilkan
oleh
tanaman
tahunan
akan
berpengaruh
terhadap perkembangan tanaman semusim. Tanaman tahunan usia menengah dihasilkan dari tanaman tahunan usia muda
(RTSMN)
dan besarnya tingkat kematian tanaman pada usia ini (MTSMN). L TSM.K
= TSM.J +DTvLTS.JK-hiTSM.JK-RTSMN.JK +NRTS.JKi(TSM.K* KLBTS/KLTS.J)*KLTSS. J) (HCCIRS. JK/KLBTS)) R MTSM.KL=0.3TSM.K R RTSMN.KL= (TSM.K/WI3MN)*KISMTT.K R PLTS.KL=TST.K TSM - Tanaman semusim usia muda (pohon) . PLTS - Penanaman tanaman semusim pasca panen @hon/musim) MTSM - Mortalits tanaum semusim usia muda (pohonlmusim) RTSMN - Laju tamman semusim usia tanggung (pohonlmusim) NRTS - Penyulaman tanaman semusim (pohonlmusim) KLBTS Kebutuhan lahan tanaman semusim (m21 1000 pohon) KLTS Luas kebuhlhan lahan tanmnan semusim (m2) KLTSS Luas tanaman tanaman semusim (m2) HCURS Laju luas gaqxua khan llspea (m2/m&mf tennman semusim tanggung @ohunhnmsim) RTSMN Laju WTSMN Wakm tanaaletl &m sampax usla tanggung (hari) KLSMTT Kebutuhan luasan sinre matahari untuk tanaman semusim (m2) TST Jumlah tanaman semusim siap panen @ohon)
+
-
Jumlah merupakan
tanaman semusim tanaman
dipergunakan Besarnya
-
untuk
jumlah
sebagai
yang siap dapat dipanen hasil
pemenuhan
tanaman
ini
ahir
usaha
tani
kesejahteraan
ditentukan
oleh
(TST) yang
keluarga.
laju
fanaman
semusim siap penen (RTST) yaitu jumlah tanaman semusim yang ditanam setelah melewati sejumlah resiko yang dihadapi pada setiap tahapan pertumbuhan tanaman : pada usia muda
(masa 30
hari setelah ditanam), usia pertumbuhan (antara umur 50 hari sampai 80 hari) dan pada masa panen (10
-
20 hari).
Besarnya tingkat kerusakan tanaman pada dipengaruhi
oleh
sinar matahari.
besarnya
luasan
tangkapan
setiap tahapan dan
intensitas
-
Tanaman semusim usia menengah @ohon) TSMN RTSMN Laju tanaman -usim usia menengah @ohon/musim) MTSMN Besar resiko tanamad semusim usia menengah @ohon/musim) Laju tanaman semusim usia panen @ohon/rnusim) RTST KLBTS - Kebutuhan lahan tansemusim (m2/1000pohon) Kebutnhan lahan tansemusim (MA) KLTS KLTSS - Luas lahan usaha tansemusim (MA) W S T - Wakhr tanam tanaman semusim (hari) KLSMTT - Kebuhrhan luasan sinar matahari untuk tsnaman semusim (M-) Besar resiko tanaman semusim waktu panen @ohon/musim) MTST TST - Jumlah tannmnn semusim masa panen @ohon)
-
-
-
-
Intensitas
sinar matahari
ini
selain
berpengaruh
pada
setiap tahapan seperti banyaknya tingkat kematian/kerusakan tanaman muda
karena
terlalu banyak
sinar matahari.
Petani
sering menggunakan tanaman pelindung untuk mengurangi sinar matahari sinar
dan
sebaliknya
matahari
yang
pohonan pelindung. kompetisi biomasa
apabila
cukup,
Besarnya
penggunaan
tanaman
petani
melakukan
penebasan
resiko selain diakibatkan oleh
sinar matahari
interspesifik
sudah membutuhkan
maupun
juga
adanya
intraspesifik
kompetisi
(tanaman lain,
gulma, hama tanaman). Produksi setiap
masa
tanaman .panen
semusim usia tua
semusim
(PTS)
yang
bergantung
diperoleh dari
para
jumlah
(TST) dikalikan dengan rata-rata
petani tanaman
produksi
tanaman semusim per luas lahan (Kg/ 1000 pohon/musim). R PTS.K=TST.K*RPTS*3.2 N RPTS=4.16 PTS TST RFTS
- Hasil Produksi Tanaman semusim
b.
Tanaman Tahunan. Tanaman
tahunan
dikelompokan
berdasarkan
kedalam
empat
perkembangan
tahapan
tanaman tahunan usia sangat muda
tanamannya
pertumbuhan
yaitu
:
(TTSM) yaitu tanaman yang
berumur kurang dari 6 bulan, tanaman tahunan usia muda (TTM) yang
berumur
lebih
tahun, tanaman
dari
bulan
6
tahunan usia
tetapi
menengah
kurang
dari
(TTMN) yaitu
satu
tanaman
yang berumur lebih dari satu tahun sampai umur cukup dipanen dan tanaman tahunan tua dipanen.
(TTT) yaitu tanaman
Untuk
tanaman
buah-buahan
pada
umumnya
berumur
usia muda
dengan pohon berbuah pertama
tahapan
lebih dari
kali
sudah masanya
6
yang
disebut
bulan
sampai
(papacal), -usia menengah
yaitu pohon yang sudah berbuah sampai dengan 5
-
6 kali dan
tanaman usia tua apabila sudah berumur lebih dari 10 tahun.
(TTSM)
Besarnya jumlah tanaman tahunan usia sangat muda
yaitu tanaman tahunan mulai diambil dari pesemaian kemudian ditanam sampai dengan umur kurang dari 1 tahun
,
ditentukan
oleh tingkat mortalitas tanaman tahunan usia muda, penyulaman
atau
penggantian
tanaman yang ditanam pada setelah
yang
tergantung
dan
jumlah
lahan siap tanam yang dilakukan
itu
jumlah
kepada sebagai
tanaman
penanaman akibat
sulaman
dari
pada
setaiap
atau
adanya
diinginkan.
dari banyaknya
Laju
pertumbuhan
tahapan
penjarangan
tanaman
ataupun kelebihan tanaman yang mengganggu yang
mati
panen (PLTT) tanaman tahunan tua (TTT).
Selain
dilakukan
tanaman
tingkat
yang
yang mati
fingkat produksi
selanjutnya
dihasilkan
jumlah tanaman tahunan yang berhasil
hidup
pada
tahapan
yang
dihadapi
sebelumnya pada
dikalikan
tahapan
dengan
berikutnya
besarnya
resiko
berdasarkan
waktu
tumbuh tanaman tahunan usia menengah (WTTTM). L 1ITSM.K = TTSM.J f DT*(PLTT.JK+NRlT.JK-MTTSM.JK-RTTM.JK-(FSM.K* KLBlT/KLlT. J)*KLTTS.J) + (HCCIRS.JK/KLBrr)) R M?TSM.KL=0.4R RTTM.KL=TTSM.K/WTITM
R NRIT.KL=M~TSM.KL+MTTM.KL+MT~MN.KL+M~.~ R PLTT.KL=??T.K C KLB7T=lO TTSM - Tanaman tahunan usia sangat mu& (pohon) PLTT - Penanaman kembali tanaman tab- pasca panen @ohon/tahun) N R l T - Judah tanamann sulaman (pohonltahun) MTTSM - Mortalitas tanaman tahunan usia sangat mu& (phonltahun) RTTM - Lsju periambahan tanaman tab- usia sangat mu& (phpdtahun) KLBlT - KebutufLan kabao untuk setiap tsnnman tahunan (mZ/pohon) KLlT Jumlah kebutuhan lahan untuk usaha tanaman Lahunan (m2) KL?TS - Luas lahan yang tersedia untuk tanaman tahunan (m2) HCCIRS - Laju parambahanlahan usaha (m2/tahun)
-
Wl-mhi - w . l m l ~ ~ n s i a m u d a ( t a h u n ) M l T M - M d t a s tanaman tab- usia muda (phddtahun) MTTMN Mortalitas tanaman tahusia menengah @ohon/tahun) MTT M o d t a s tanaman tab- usia tua (pohonftahun) TIT Tanaman tabusia tua @ohon)
-
-
Tanaman tahunan usia muda ditentukan oleh besarnya rate tanaman tahunan
usia
tanaman
usia
muda
tahunan
serta
muda
(RTTM) yang merupakan
sangat
rate mortalitas
muda
menjadi
tanaman. tahunan
tanaman tahunan
(MTTM) dan rate tanaman tahunan usia menengah tanaman
tahunan
usia
tahunan usia menengah. ini
ditentukan
menengah (WTTMN).
oleh
muda
yang
tumbuh
perubahan
usia
muda
(RTTMN) yaitu
menjadi
tanaman
Adapun perkembangan atau pertumbuhan waktu
tumbuh
tanaman
tahunan
usia
L ITM.K = ~.J+DT*(RTTM.J KLT-r.r)*KL-t-rS.I)) R MITM.KL=0.3'TTM.K R R?TMN.KL==TTM.KmMN Tanaman tabusia muda @ohon) 'ZTM R?TM - Laju tambahan tanaman tahunan usia mu& @ohonltahun) MTTM - Mortalitas tanaman tabusia muda (pohonltahun) R?TMN - Laju tambahan tanaman tahunan usia menengah @ohon/tahun) KLBTT - Kebuhhm lahan per satu tanaman tahunan (m2pohon) Kebutuhan total l b u n a tanaman tahunan (m2) KLlT KL.TTS Luas lahan tersedia unhlk tanaman tahunan (m2) T'lM Tanaman tahunan usia muda (pohon) MTTM Mortalitas tanaman tahunan usia mu& (pohonltahun) W?TMN W&tu tumbuh tanaman tahunan sampai usia menengah (tahun)
-
-
Jumlah dhasilkan muda
tanaman dari
menjadi
usia menengah usia
-
menengah
tahunan
besarnya
menengah (ITITM?)
yang
berada
pertumbuhan
dan
pada
kelompok
tanaman
rate mortalitas
tahunan
ini usia
tanaman tahunan
serta besarrrya jumlah tanamam tahnnan
berubah
menjadi
tanaman
tahunan
usia
tua
.
(TTT)
Tanaman tahunan usia tua (TTT) merupakan tahap akhir dari
pertumbuhan
tanaman tahunan.
Besarnya
jumlah tanaman
tahunan ini ditentukan oleh besarnya rate perubahan tanaman tahunan menengah rate
tua
(RTT) yaitu
menjadi
mortalitas
perubahan
tanaman tahunan usia tanaman
tahunan
tanaman tahunan
ini yang
tahunan
usia
tua, serta besarnya
pada
Produksi tanaman tahunan (PTT) yang kelompok
tanaman
.usia
ini
(MTT).
dihasilkan berasal dari dikalikan
dengan
jumlah
rata-rata produksi per luas lahan (RPTT). Luasan
sinar
matahari
total
(KLSMTT) yang
dihasilkan
dari tanaman tahunan ini merupakan jumlah dari luasan sinar matahari tanaman tahunan pada setiap tahap pertumbuhan mulai
dari
tanaman
tahunan
pada
usia
sangat
muda
sampai
pada
tanaman tahunan usia siap panen yaitu tanaman tahunan tua.
L I7MN.K= 7TMN.J +DT*(R~TMN.JK-M7TMN.JK-RW.JKKL?T.J)*KLTTS.1)) R MTTMN.KL=O. 1 V M N . K R Rrn.KL=rnN.KIWTIT L TIT.K = TIT.J +DT*(RTTT.JK-MTT.JK-((TIT.K*KLBTTIKL~.J)*KL~S.J)
R MTT.KL=0.05*TIT.K
- Tanaman tahunan usia menegnah (pohon) RTTMN - Laju penambahan tanaman usia menagah (pohonfth) M l T M N - Mortalitas tanaman tahunan usia menengah @ohon/&) RTTT - Laju pertambahan tanaman tahunan usia tua @ohon/&) KLBIT - Kebutuhan lahan tanaman tghunan usia tua per pohon (dlpohon) KLTT' - Kebutuhan total lahan tanaman tab- (m2) KLTT'S - Luas lahan tersedia untuk tanaman tah(m2) WTZT - Waktu u tm w timaman tab- sampai usia tua (tahun) TTT - Tanaman Tahunan usia tua (pohon) MTT - MortaIitss tanaman tdmman nsia tua @oh&) TT'MN
Luasan sinar matahari yang dihasilkan pada tiap tahap pertumbuhan
besarnya
pohon
dan
luasan
sinar
matahari
berbeda
kanopi
yang
yang
pohon.
tergantung
Biasanya
dibutuhkan
akan
dari
besarnya
semakin
jenis luasan
meningkat
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tahunan tersebut, dengan demikian semakin besar pohon tersebut maka kompetisi biomasa tanaman semakin besar karena semakin kecil kemungkinan tanaman semusim untuk memperoleh sinar matahari. Produksi
tanaman
tahunan
(PTT) yang
diperoleh
petani
tergantung dari jumlah tanaman tahunan yang berada pada usia siap panen produksi kelapa,
dan
rata-rata
.tanaman tahunan kemiri,
melinjo),
produksi mulai bunga
yang
dari
dihasilkan. buah
(cengkeh,
Jenis
(buah-buahan, enau),
daun
banyak permintaannya di pasar
lokal. Nilai
harga komoditas
yang diperkirakan dapat di panen khusus untuk kayu-kayuan, selain dalam
menggunakan
harga
perdagangan
kayu
regional,
internasional
nasional
dikalikan
maupun
dengan
nilai
inf lasi. L LSMTTSM.K=O.OS*LSMNYZTSM.K N LSMN=IO A LSM?TM.K=0.25*LSMN"TlM-K A LSMTlMN.K=0.75*LSMN"TlMN.K A LSMTT.K= l*LSMN*TTT-K A KLSM?T.K=(LSM~SM.K+LSMTIU.K+ LSMTTMN.K+LsMTT.K)/HCS.K LSM1TSM- Intensitas sinar matahan yang d i r l u k a n bibit tanaman tab- (m2) LSMN - Luasan sinar matahari ymg diperlukan tanaman tahunan Normal (m2) TTSM Jumlah bibit tanaman tahuaan @ohon) LSMTZU Inkusitas simr m a w diperlukan tanaman tahusia muda (m2) TlM Judah tanaman tahusia mu& @ohon) LSM?TMN- b ' " skar ' ' ' dipdukim tanaman usia marengah (m2) 'ITMN - JurnIah tanaman tahunan usia menengah (pohon) LSMTT Intensitas sinar matahari diperlukan untuk tanaman tahunan usia tua (m2) TIT Jumlah tanaman tab- usia tua @ohon) K L S m Kebutuhan total -1 sinar matahari t m a m a ~ta~ h(m2) HCS Total 1lahan usaha patmian ymg dimiIiti (m2)
-
-
-
-
~ e n ~ a m b i l a keputusan n menanam kepada
tanaman
tahunan
gertimbangan
petani ini,
nilai
dalam
tidak
menanam
atau tidak
sepenuhnya
pendapatan
yang
tergantung
akan
diperoleh
untuk menutupi komsumsi rumahtangga dimasa yang akan datang secara
individual
menanam
tanaman
saja. kayu
Kebersamaan, dan
jalur
tradisi,
kebiasaan
pemasarannya
banyak
mempengaruhi pertimbangan pengambilan keputusan. Karena itu pula permintaan yang besar dan harga yang tinggi dari kayu dianggap
sebagai suatu kondisi
yang
uncertain
secara tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya.
dan
terjadi
LOKASI PENELITIAN
-
I LItIWI
%.I. r
IC n
P R O P I N S I
I
I
n
~ D P * I m i I ~ ~ 1 * 1 1
D A E R A H
T I N G K A T
I
J A W A
B A R A T I