BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain kursi yang baru Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercu Buana.
4.2.
Ukuran Kursi Lama Untuk dapat melalukan analisa pembanding antara hasil desain kursi teras/taman yang baru maka diperlukan data dari ukuran dan model dari kursi teras/taman yang lama sebagai pembanding desain yang baru. Untuk ukuran dari kursi teras/taman yang lama dapat dilihat pada table 4.1.
43
44
Tabel.4.1. Ukuran Kursi Lama KOMPONEN
DIMENSI Tinggi Panjang lebar Tinggi (dari alas duduk) Lebar Sudut Tinggi (dari alas duduk) Panjang Jarak antar sandaran
Alas kursi
Sandaran punggung
Sandaran tangan
4.3.
UKURAN (mm) 410 490 430 460 490 900 250 560 490
Pengumpulan Data Anthropometri Data anthropometri yang dikumpulkan dan diolah
adalah data yang
berhubungan
Pengukuran
dengan
perancangan
kursi
teras.
data
anthropometri dilakukan dengan bantuan kursi anthropometer. Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercubuana. Untuk kepentingan perancangan
produk,
diperlukan
data
ukuran
tubuh
manusia
(anthropometri) dari segmen konsumen yang diharapkan. Adapun data anthropometri yang relevan dengan rancangan kursi adalah tinggi bahu duduk (TBD), tinggi siku duduk (TSD), tinggi popliteal (TP), jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP), siku ke tangan (ST), rentang bahu (LB), rentang pinggul (LP), dan rentang antar siku (RAS). Selanjutnya untuk memperoleh data biomekanika yang berkaitan dengan perhitungan gaya dan momen yang terjadi pada bagian tubuh, dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan responden. Agar diperoleh data yang representatif untuk tahap pembahasan, maka perlu dilakukan
45
pengujian data. Pengujian dilakukan agar data yang akan digunakan merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan, seperti uji keseragaman, dan kecukupan data. Tabel.4.2. Hasil Pengukuran Data Anthropometri (Satuan dalam Cm) N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Tinggi Popliteal (PP) 35 35 36 37 37 37 37 38 38 39 39 39 39 39 39 40 41 41 41 41 41 41 41 41 42 42 42 42 42 43 43 44 44 44 45 45 45 45 45 45 45 45 46 47 48 49 49 49 49 49
Rentang Bahu (LB) 44 41 41 43 47 44 42 45 48 48 49 46 44 45 41 42 47 49 41 49 46 48 42 42 45 43 43 43 44 49 42 46 49 44 41 47 42 46 43 43 45 49 45 43 44 43 45 44 44 46
Tinggi Bahu Duduk (TBD) 52 47 58 56 49 47 58 49 55 54 51 49 54 53 51 58 56 57 61 53 54 53 49 58 61 61 55 53 51 49 53 55 50 57 57 51 53 55 56 52 56 51 61 61 53 55 57 55 53 58
Panjang Popliteal (PP) 48 38 44 36 46 46 43 38 48 47 38 38 49 36 37 48 35 36 34 36 38 45 46 33 33 34 35 39 37 35 36 33 36 42 45 36 37 48 48 51 51 40 40 35 37 40 39 50 51 41
Tinggi Siku Duduk (TSD) 28 25 26 25 24 24 23 22 24 26 24 21 26 23 23 21 23 21 22 26 28 28 25 26 28 29 22 25 28 24 29 25 28 28 23 21 23 23 28 25 27 25 28 24 22 25 26 24 24 24
Rentang Antar Siku (RAS) 47 44 49 44 45 42 46 46 49 47 45 45 45 45 46 46 43 47 42 47 48 47 42 42 45 45 48 45 48 46 46 47 48 42 49 49 48 47 47 43 48 42 48 46 42 49 43 44 48 46
Rentang Pinggul (LP) 33 37 39 36 34 34 41 41 40 35 32 40 37 35 33 39 39 38 37 37 36 39 39 35 32 35 34 41 35 38 39 39 38 36 33 35 36 36 37 34 34 36 38 37 34 34 36 37 37 34
Siku ke Tangan (ST) 46 35 37 38 38 46 43 36 33 40 39 35 34 34 46 41 40 34 38 37 37 36 36 33 46 45 33 33 33 35 34 34 35 37 35 35 36 35 36 37 35 36 38 36 40 43 35 45 46 44
46
Kemudian data anthropometri yang telah dikumpulkan sesuai dengan kelompok dimensi tubuh, selanjutnya akan dilakukan beberapa pengujian data terhadap data anthropometri yang telah dikumpulkan pengujian data itu meliputi: 1. Uji kecukupan data 2. Uji keseragaman data 3. Perhitungan mean dan standar deviasi 4. Perhitungan persentil
4.4.
Pengolahan Data Anthropometri Untuk menghasilkan perancangan yang baik maka data anthropometri yang sudah diambil harus diuji secara statistik untuk menunjukan bahwa data anthropometri tersebut merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan.
4.4.1. Uji Kecukupan Data Anthropometri Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu menentukan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 yang menunjukkan penyimpangan maksimum. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data Antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya. Rumus uji kecukupan data, yaitu:
47
𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
………………………………………………………………………….. 2.1 Keterangan: k = tingkat kepercayaan s = derajat ketelitian Xi = data ke-i N = jumlah data pengamatan N’ = jumlah data teoritis Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’
4.4.2. Uji Kecukupan Data Tinggi Politeal (TP) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi popliteal (TP) dapat dilihat pada lampiran 1 tabel 4.3. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian
5% dengan s = 0.05 dan tingkat
kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
48
𝑁𝑁 ′ = �
2 �50 (89444 ) − 0.05
N’ = 13,33
2106
(2106)2
�
2
Oleh karena N’
4.4.3. Uji Kecukupan Data Panjang Politeal (PP) Untuk pengambilan data pengukuran panjang popliteal (PP) dapat dilihat pada lampiran 2 tabel 4.4. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian
5% dengan s = 0.05 dan tingkat
kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 2
𝑁𝑁 ′ = �0.05
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
�50 (84150) − (2032)2
N’ = 30,40
2032
�
2
Oleh karena N’
49
4.4.4. Uji Kecukupan Data Rentang Bahu (LB) Untuk pengambilan data pengukuran rentang bahu (LB) dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 4.5. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2
2
𝑁𝑁 ′ = �0.05
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
�50 (99944) − (2232)2
N’ = 4,93
2232
�
2
Oleh karena N’
4.4.5. Uji Kecukupan Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi bahu duduk (TBD) dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4.6. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut:
50
𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2
2
𝑁𝑁 ′ = �0.05
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
�50 (147671 ) − (2711)2 2711
N’ = 7,40
�
2
Oleh karena N’
4.4.6. Uji Kecukupan Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi siku duduk (TSD) dapat dilihat pada lampiran 5 tabel 4.7. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 2
𝑁𝑁 ′ = �0.05
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
�50 (31110) − (1242)2
N’ = 13,41
1242
�
2
51
Oleh karena N’
4.4.7. Uji Kecukupan Data Rentang Antar Siku (RAS) Untuk pengambilan data pengukuran rentang antar siku (RAS) dapat dilihat pada lampiran 6 tabel 4.8. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠 𝑁𝑁 ′ = �
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
2 �50 (104940 ) − 0.05
N’ = 3,68
2288
�
2
(2288)2
�
2
Oleh karena N’
4.4.8. Uji Kecukupan Data Rentang Pinggul (LP) Untuk pengambilan data pengukuran rentang pinggul (LP) dapat dilihat pada lampiran 7 tabel 4.9. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
52
sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian
5% dengan s = 0.05 dan tingkat
kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠 ′
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2
2 �50 0.05
𝑁𝑁 = �
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
(66603 )−(1821 )2 1821
N’ = 6,80
�
2
2
�
Oleh karena N’
4.4.9. Uji Kecukupan Data Siku ke Tangan (ST) Untuk pengambilan data pengukuran siku ke tangan (ST) dapat dilihat pada lampiran 8 tabel 4.10. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = 2 berlaku rumus sebagai berikut: 𝑘𝑘
𝑁𝑁 ′ = � 𝑠𝑠
�𝑁𝑁 (∑ 𝑋𝑋 𝑖𝑖 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋)2 2
𝑁𝑁 ′ = �0.05
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
�
2
�50 (72209 ) − (1889)2
N’ = 18,89
1889
�
2
53
Oleh karena N’
Tabel.4.11. Hasil Perhitungan Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh
N
∑Xi
∑Xi2
N’
Keterangan
Tinggi popliteal (TP)
50
2106
89444
13,33
Data dukup
Panjang poplitel (PP)
50
2032
84150
30,40
Data dukup
Lebar bahu (LB)
50
2232
99944
4,93
Data dukup
Tinggi bahu duduk (TBD)
50
2711
147671
7,40
Data dukup
Tinggi siku duduk (TSD)
50
1242
31110
13,41
Data dukup
Rentang antar siku (RAS)
50
2288
104940
3,68
Data dukup
Rentang pinggul (LP)
50
1821
66603
6,80
Data dukup
Siku ke tangan (ST)
50
1889
72209
18,89
Data dukup
Pada tabel 4.10. terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah mencukupi dimana nilai N’
4.5.
Uji keseragaman Data Anthropometri Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu:
x=
x1+x2……..+xn 𝑛𝑛
=
∑𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑛𝑛
54
…………………………………………………………………..….…… 2.2 𝑆𝑆𝑆𝑆 =
�∑(𝑥𝑥𝑥𝑥 − 𝑥𝑥̅ )2 𝑛𝑛 − 1
………………………………..………………………………………….. 2.3 BKA = x + k SD ..………………………………………………………………………….. 2.4 BKB = x – k SD ..………………………………………………………………………….. 2.5 Keterangan: SD
= standar deviasi
Xi
= data ke-i
x
= mean data
k
= tingkat kepercayaan
BKA = batas kendali atas BKB = batas kendali bawah
Untuk melakukan uji keseragaman data maka terlebih dahulu harus diketahui nilai Mean (rata-rata) dan nilai standar deviasi dari masing masing data anthropometri yang sudah dikumpulkan. Untuk perhitungan nilai nilai Mean (ratarata) dan nilai standar deviasi dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Dengan terlebih dahulu data tersebut diurutkan dari nilai terkecil ke nilai yang terbesar dan disajikan dalam bentuk tabulasi tabel untuk data tersebut dapat dilihat pada lampiran 9.
55
Tabel 4.12. Perhitungan Nilai Mean (rata-rata) dan Standar Deviasi Mean SD
(TP) 42.12 3.88
(PP) 40.64 5.65
(LB) 44.64 2.50
(TBD) 54.22 3.72
(TSD) 24.84 2.29
(RAS) 45.76 2.21
(LP) 36.42 2.39
(ST) 37.74 4.20
4.5.1. Uji Keseragaman Data Tinggi Popliteal (TP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi popliteal (TP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka
k = 2 yaitu:
BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 42,12 + 2.(3,88) = 49,88 BKB = 42,12 – 2.(3,88) = 34,36
Ukuran(Cm)
60 50 40
MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.1.Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Popliteal (TP)
56
Pada gambar 4.1 terlihat semua data tinggi popliteal (TP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.2. Uji Keseragaman Data Panjang Popliteal (PP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Panjang popliteal (PP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2 yaitu: BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 40,64 + 2.(5,65) = 51,49 BKB = 40,64 – 2.(5,65) = 29,34
Ukuran(Cm)
60 50 40
MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.2. Peta Kontrol Untuk Dimensi Panjang Popliteal (PP)
57
Pada gambar 4.2 terlihat semua data panjang popliteal (PP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.3. Uji Keseragaman Data Rentang Bahu (LB) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data rentang Bahu (LB) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2 yaitu: BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 44,64 + 2.(2,50) = 49,64 BKB = 44,64 – 2.(2,50) = 39,64
Ukuran(Cm)
60 50 40
MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.3. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang bahu (LB)
58
Pada gambar 4.3 terlihat semua data rentang bahu (LB) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.4. Uji Keseragaman Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi bahu duduk (TBD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2 yaitu: BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 54,22 + 2.(3,72) = 61,66 BKB = 54,22 – 2.(3,72) = 46,78
Ukuran(Cm)
70 60 50
MEAN
40
BKA
30 20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.4. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD)
59
Pada gambar 4.4 terlihat semua data tinggi bahu duduk (TBD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.5. Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Tinggi siku duduk (TSD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2 yaitu: BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 24,84 + 2.(2,29) = 29,42 BKB = 24,84 – 2.(2,29) = 20,26
Ukuran(Cm)
35 30 25
MEAN
20
BKA
15
BKB
10
N
5 0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.5. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD)
60
Pada gambar 4.5 terlihat semua data tinggi siku duduk (TSD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.6. Uji keseragaman Data Rentang Antar Siku (RAS) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang antar siku (RAS) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2 yaitu : BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 45,76 + 2.(2,21) = 50,18 BKB = 45,76 – 2.(2,21) = 41,34
Ukuran(Cm)
60 50 40
MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.6. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Antar Siku (RAS)
61
Pada gambar 4.6 terlihat semua data rentang antar siku (RAS) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.7. Uji Keseragaman data Rentang Pinggul (LP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang Pinggul (LP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka
k = 2 yaitu:
BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 36,42 + 2.(2,39) = 41,2 BKB = 36,42 – 2.(2,39) = 31,64
Ukuran(Cm)
50 40 MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.7. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Pinggul (LP)
62
Pada gambar 4.7 terlihat semua data rentang pinggul (LP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.5.8. Uji Keseragaman Data Siku Ke Tangan (ST) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Siku Ke tangan (ST) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka
k = 2 yaitu:
BKA = x + k SD BKB = x – k SD BKA = 37,78 + 2.(4,14) = 46,06 BKB = 37,78 – 2.(4,14) = 29,5
Ukuran(Cm)
50 40
MEAN
30
BKA
20
BKB
10
N
0
Jumlah pengamatan
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar.4.8. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Ke Tangan (ST)
63
Pada gambar 4.8 terlihat semua data tinggi siku ke tangan (ST) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. Hasil uji keseragaman data dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut:
Tabel.4.13. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh
BKA
BKB
XMin
XMaks
Keterangan
Tinggi popliteal (TP)
49,88
34,36
35
49
Data seragam
Panjang poplitel (PP)
51,49
29,34
33
51
Data seragam
Lebar bahu (LB)
49,64
39,36
41
43
Data seragam
Tinggi bahu duduk (TBD)
61,66
46,78
47
61
Data seragam
Tinggi siku duduk (TSD)
29,42
20,26
21
29
Data seragam
Rentang antar siku (RAS)
50,18
41,43
42
49
Data seragam
Rentang pinggul (LB)
41,2
31,64
31
41
Data seragam
Siku ke tangan (ST)
46,14
29,34
31
46
Data seragam
Pada tabel 4.12 terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam.
4.6. Perhitungan Persentil Data anthropometri yang sudah diperoleh selanjutnya ditentukan nilai persentilnya. Dalam pengukuran data anthropometri ini digunakan 50 sample data. Data yang diperoleh telah mencukupi dan seragam sehingga ditentukanlah data yang mewakili perancangan produk kursi berdasarkan
64
nilai persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan jika nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) sudah ketahui. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan berdasarkan table probabilitas distribusi normal sehingga perhitungan nilai persentil dapat dilihat pada gambar 3.8.
4.6.1. Perhitungan Persentil Tinggi politeal (TP) Untuk perhitungan nilai persentil segmen tubuh tinggi politeal (TP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 42,12
SD
= 3,88
P5th = x – 1,645 SD = 42,12 – 1,645 (3,88)
P50th = x
P95th = x + 1,645 SD
= 42,12
= 42,12 + 1,645 (3,88)
= 35,75
= 48,48
4.6.2. Perhitungan Persentil Panjang Popliteal (PP) Untuk perhitungan persentil panjang politeal (PP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 40,64
SD
= 5,65
65
P5th = X – 1,645 SD = 40,64 – 1,645 (5,65)
P50th = X
P95th = X + 1,645 SD
= 40,64
= 40,64 + 1,645 (5,65)
= 31,38
= 49,93
4.6.3. Perhitungan Persentil Rentang Bahu (LB) Untuk perhitungan persentil lebar bahu (LB) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 44,64
SD
= 2,50
P5th = x – 1,645 σx = 44,64 – 1,645 (2,50)
P95th = x + 1,645 σx
P50th = x = 44,64
= 44,64+ 1,645 (2,50)
= 40,52
= 48,75
4.6.4. Perhitungan Persentil Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk perhitungan persentil tinggi bahu duduk (TBD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 54,22
SD
= 3,72
P5th = x – 1,645 SD = 54,22 – 1,645 (3,72) = 48,10
P50th = x = 54,22
P95th = x + 1,645 SD = 54,22+ 1,645 (3,72) = 60,33
66
4.6.5. Perhitungan Persentil Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk perhitungan persentil tinggi siku duduk (TSD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 24,84
SD
= 2,29
P5th = x – 1,645 SD = 24,84 – 1,645 (2,29)
P50th = x
P95th = x + 1,645 SD
= 24,84
= 24,84 + 1,645 (2,29)
= 21,07
= 28,61
4.6.7. Perhitungan Persentil Rentang Antar Siku (RAS) Untuk perhitungan persentil rentang antar siku (RAS) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 45,76
SD
= 2,21
P5th = x – 1,645 SD = 45,76 – 1,645 (2,21) = 42,12
P50th = x = 45,76
P95th = x + 1,645 SD = 45,76 + 1,645 (2,21) = 49,39
67
4.6.8. Perhitungan Persentil Rentang Pinggul (LP) Untuk perhitungan persentil rentang pinggul (LP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut : Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 36,42
SD
= 2,39
P5th = x – 1,645 SD = 36,42– 1,645 (2,39)
P50th = x
P95th = x + 1,645 SD
= 36,42
= 36,42 + 1,645 (2,39)
= 32,48
= 40,36
4.6.9. Perhitungan Persentil Panjang Siku Ke Tangan (ST) Untuk perhitungan persentil panjang siku ke tangan (ST) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x
= mean data
SD
= Standar deviasi dari data x
x
= 37,78
SD
= 4,14
P5th = x – 1,645 SD = 37,78– 1,645 (4,14)
P50th = x
P95th = x + 1,645 SD
= 37,78
= 30,96
= 37,78+ 1,645 (4,14) = 44,59
Hasil dari perhitungan persentil dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut:
68
Tabel.4.14. Hasil Perhitungan Nilai Persentil Hasil Perhitungan (Cm) P5th
P50th
P95th
Tinggi popliteal (TP)
35,75
42,12
48,48
Panjang poplitel (PP)
31,38
40,64
49,93
Rentang bahu (LB)
40,52
44,64
48,75
Tinggi bahu duduk (TBD)
48,10
54,22
60,33
Tinggi siku duduk (TSD)
21,07
24,84
28,61
Rentang antar siku (RAS)
42,12
45,76
49,39
Rentang pinggul (LP)
32,48
36,42
40,36
Siku ke tangan (ST)
30,96
37,78
44,59
Dimensi Tubuh
4.7. Perancangan Ukuran Dan Bentuk Kursi Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi: 1. Sudut yang terbentuk antara paha dan punggung harus tidak boleh kurang dari 1050. Apabila kurang dari 1050 akan menyebabkan ketidak nyamanan. 2. Hasil perancangan harus dapat membuat pemakainya dapat mengganti sikap badannya dengan mudah, misalnya untuk duduk dan berdiri. 3. Permukaan kursi sedapat mungkin dibuat membentuk sudut kemiringan untuk mencegah agar badan tidak condong kedepan. 4. Apabila sudut antar sandaran dan garis vertikal melebihi sudut 300, maka sangat mutlak di perlukan sandaran kepala. 5. Sandaran lengan harus di buat horisontal sesuai dengan permukaan kursi.
69
4.7.1. Alas Duduk 4.7.1.1. Ketinggian Alas Duduk Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi adalah ketinggian dari kursi yaitu jarak dari permukaan kursi ke lantai. Tinggi kursi yang tidak sesuai akan mempengaruhi kenyamanan pemakainya. Jika permukaan dari kursi terlalu tinggi akan menyebabkan penekanan pada daerah paha dan menyebabkan terjadinya penekanan yang berlebihan pada daerah otot kaki.
Gambar.4.9. Akibat Alas Duduk yang Terlalu Tinggi
Selain itu jika tinggi permukaan kursi tidak menyebabkan terjadinya kontak antar kaki dengan permukaan lantai akan menyebabkan stabilitas tubuh berkurang. Permukaan duduk yang terlalu rendah akan menyebabkan kaki melonjor kedepan, serta cenderung untuk menarik tubuh kedepan. Keadaan ini akan mengurangi kemampuan kaki untuk memberi kesetabilan pada tubuh. Namun demikian, umumnya seseorang yang tinggi akan merasa duduk pada kursi yang pendek dari pada orang yang pendek duduk di kursi yang tinggi.
70
Gambar.4.10. Akibat Alas Duduk Yang Terlalu Rendah
Gambar 4.11. Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Alas Duduk
Perhitungan tinggi alas kursi adalah sebagai berikut : • Dimensi tubuh : Tinggi Popliteal (TP) • Persentil
: 5th
• Keterangan
: dalam menetukan tinggi tempat duduk, data persentil ke 5
yang harus digunakan. Tinggi tempat duduk yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat membuat nyaman pengguna yang memiliki tinggi popliteal yang lebih besar.
71
Tabel 4.15. Perhitungan Tinggi Alas kursi Tinggi popliteal
Tinggi alas kursi
persentil
(cm)
(cm)
5
35,75
35,75 ≈ 36
Tinggi alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 35,75 cm dibulatkan menjadi 36 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi alas kursi adalah 36 cm.
4.7.1.2. Panjang Alas Kursi Panjang alas kursi yang terlalu kecil akan menyebabkan pantat tidak terakomodasi dengan baik. Apabila panjang alas kursi terlalu besar tidak akan memberikan pengaruh pada kenyamanan.
Gambar.4.12. Dimensi Tubuh Untuk Panjang Alas Duduk. Perhitungan panjang alas duduk adalah sebagai berikut: • Dimensi tubuh : Lebar pinggul (LP) • Persentil
: 95th
• Keterangan
: karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang
berlaku, dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan semua
72
pengguna dapat dengan mudah mengubah posisi tubuhnya baik pada saat hendak duduk maupun berdiri. Tabel 4.16. Perhitungan Panjang Alas Kursi Lebar pinggul (LP)
Panjang alas kursi
persentil
(cm)
(cm)
95
40,36
40,36 ≈ 41
Panjang alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,36 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang alas kursi adalah 41 cm.
4.7.1.3. Lebar Alas Kursi Lebar alas Kursi adalah jarak dari belakang pantat sampa politeal. Jika kursi terlalu lebar maka permukaan atau ujung dari alas kursi akan menekan daerah belakang lutut. Penekanan dari jaringan otot tersebut akan menyebabkan terjadinya pengumpulan darah jika pemakai kursi tersebut tidak merubah posisi duduknya. Untuk mengurangi ketidaknyamanan pada kaki, pemakai kursi akan memajukan pantatnya ke depan yang menyebabkan punggung tidak tersangga sehingga stabilitas tubuh berkurang dan memerlukan kerja otot yang lebih besar untuk mempertahankan keseimbangan.
Gambar.4.13.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Lebar
73
Alas duduk yang terlalu pendek pun akan menyebabkan reaksi pada pemakai yaitu adanya kecenderungan tubuh untuk maju atau jatuh kedepan. Selain itu alas duduk yang terlalu pendek akan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan. Menurut Grandjean dkk, merekomendasikan untuk kedalaman kursi tidak melebihi 16,8 inci atau 43 cm dan untuk lebar permukaan kursi tidak kurang dari 15,7 inci atau 40 cm. berdasarkan referensi tersebut penentuan nilai persentil yang sesuai bagi para pemakainya dimana tidak akan terjadi penggumpalan darah akibat popliteal yang tertekan dan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan
adalah 50 persentil
dimana menurut hasil perhitungan adalah sebesar 40,64. data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman.
Gambar.4.14.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Pendek
Gambar.4.15. Dimensi Tubuh Untuk Lebar Alas Kursi.
74
Perhitungan lebar alas kursi adalah sebagai berikut: • Dimensi tubuh : jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP) • Persentil
: 50th
• Keterangan
: dengan memperhitungkan 50 persentil diharapkan semua
pengguna tidak akan mengalami politeal yang tertekan dan paha tidak memperoleh sanggahan dan data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman.
Tabel 4.17. Perhitungan Lebar Alas Kursi Panjang Popliteal (PP)
Lebar alas Kursi
persentil
(cm)
(cm)
50
40,64
40,64 ≈ 41
Lebar alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,64 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini lebar alas kursi adalah 41 cm.
4.7.2. Sandaran Punggung Pembuatan sandaran punggung baik ukuran, bentuk, maupun letaknya merupakan hal yang paling penting yang harus di perhatikan untuk memastiakan ukuran yang tepat antara kursi dan pemakainya. Fungsi utama dari sandaran punggung adalah menyediakan penyangga untuk daerah lumbar sehingga sandaran punggung harus cukup lebar supaya daerah punggung terutama daerah lumbar dapat terakomodasi dengan baik. Penentuan besarnya sudut kemiringan sandaran punggung akan menentukan kenyamanan yang akan diperoleh. Kenyamanan akan diperoleh
75
apabila sudut yang terbentuk antara alas duduk dan sandaran punggung sebesar 1300. Meskipun demikian ada beberapa pendapat lain yang mengatakan kenyamanan masih dapat dicapai meskipun memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil. Menurut Croney, kenyamanan dapat dicapai apabila sudut kemiringan minimum 950 -1150 terhadap permukaan kursi. Sedangkan menurut Panero-Zelnik sudut dari sandaran punggung sebaiknya antara 950 - 1050. Dalam perancangan ini sudut sandaran punggung ditentukan 1050.
4.7.2.1. Tinggi Sandaran Punggung Kursi taman yang dirancang ini diharapkan dapat digunakan untuk berelaksasi. Dalam perancangan ini ditentukan bahwa sandaran punggung tidak harus sampai pada daerah kepala dengan alasan untuk kursi taman sandaran punggung tidak perlu sampai dikepala tetapi cukup sampai dibahu, dengan demikian proses relaksasi pada otot-otot bahu tetap dapat berlangsung dengan baik.
Gambar.4.16. Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Sandaran Punggung
76
Perhitungan tinggi sandaran punggung adalahsebagai berikut: • Dimensi tubuh : Tinggi bahu duduk (TBD) • Persentil
: 95th
• Keterangan
: dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan bahu
dapat terakomodasi dengan baik
Tabel 4.18. Perhitungan Tinggi Sandaran Punggung Tinggi bahu duduk (TBD)
Tinggi sandaran punggung
persentil
(cm)
(cm)
95
60,33
60,33 ≈ 61
Tinggi sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 60,33 cm dibulatkan menjadi 61 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm.
4.7.2.2. Lebar Sandaran Punggung Yang dimaksud dengan lebar sandaran punggung adalah jarak dari bahu kiri sampai bahu kanan. Jarak ini haruslah cukup lebar supaya punggung dapat terakomodasi dengan baik. Perhitungan lebar sandaran punggung dalah sebagai berikut:
Gambar.4.17. Dimensi Tubuh Untuk Lebar Sandaran Punggung.
77
• Dimensi tubuh : Lebar bahu duduk (LB) • Persentil
: 95th
• Keterangan
: karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang
berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan kenyamanan dapat lebih tercapai.
Tabel 4.19. Perhitungan Lebar Sandaran Punggung Lebar bahu (LB)
Lebar sandaran punggung
persentil
(cm)
(cm)
95
48,75
48,75 ≈ 49
Lebar sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 48,75 cm dibulatkan menjadi 49 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm.
4.7.3. Sandaran Tangan 4.7.3.1. Tinggi Sandaran Tangan Sandaran tangan memiliki beberapa fungsi. Sandaran tangan dapat digunakan untuk memudahkan seseorang bangkit dari tempat duduk dan juga membantu memudahkan seseorang saat akan duduk. Selain itu juga berfungsi sebagai alat bantu tubuh untuk menjaga kestabilan duduk. Tanpa sandaran tangan, kelelahan akan mudah terjadi pada otot bahu serta lengan bagian atas. Meskipun demikian, jika penggunaan sandaran tangan ternyata tidak sesuai tingginya justru akan menyebabkan
78
kelelahan serta rasa pegal pada otot sekitar tulang belikat, bahu, serta lengan bagian atas. Perhitungan tinggi sandaran tangan adlah sebagai berikut:
Gambar.4.18. Dimensi tubuh Untuk Tinggi Sandaran Tangan.
• Dimensi tubuh : tinggi siku duduk (TSD) • Persentil
: 50th
• Keterangan
: karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang
berlaku maka data 50 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 50 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya. Tabel 4.20. Perhitungan Tinggi Sandaran Tangan Tinggi siku duduk (TSD)
Tinggi sandaran tangan
persentil
(cm)
(cm)
50
24,84
24,84 ≈ 25
79
Tinggi sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 24,84 cm dibulatkan menjadi 25 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran tangan adalah 25 cm.
4.7.3.2. Panjang Sandaran Tangan Yang dimaksud dengan Panjang sandaran tangan merupakan jarak dari siku sampai ujung jari tengah tangan. Jarak ini haruslah cukup panjang supaya lengan bawah dapat terakomodasi dengan baik dan dapat menjaga kesetabilan duduk. Perhitungan panjang sandaran lengan adalah sebagai berikut:
Gambar.4.19. Dimensi Tubuh Untuk Panjang Sandaran Tangan.
• Dimensi tubuh : panjang siku ke tangan (ST) • Persentil
: 5th
• Keterangan
: karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang
berlaku maka data 5 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 5 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya.
80
Tabel 4.21. Perhitungan Panjang Sandaran Tangan Panjang siku ke tangan (ST)
panjang sandaran tangan
persentil
(cm)
(cm)
5
30,96
30,96 ≈ 31
Panjang sandaran Tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 30,96 cm dibulatkan menjadi 31 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang sandaran tangan adalah 31 cm.
4.7.3.3. Jarak Antara Sandaran Tangan Jarak ini tidak boleh terlalu kecil sehingga mempersulit orang bila duduk maupun bangkit dari duduknya. Jarak ini juga tidak boleh terlalu lebar karena akan menyebabkan tangan tidak dapat tersangga dengan baik.
Gambar.4.20. Dimensi Tubuh Untuk Jarak Antara Sandaran Tangan.
Perhitungan jarak antara sandaran tangan adalah sebagai berikut: • Dimensi tubuh : Rentang antar siku (RAS) • Persentil
: 95th
81
• Keterangan
: karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang
berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan tidak mempersulit pengguna bila hendak duduk maupun berdiri. Tabel 4.22. Perhitungan Jarak Antara Sandaran Tangan Rentang antar siku (RAS)
Jarak antar sandaran tangan
persentil
(cm)
(cm)
95
49,39
49,39 ≈ 50
Jarak antara sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 49,39 cm dibulatkan menjadi 50 cm. Jadi dalam perancangan ini jarak antara sandaran tangan adalah 50 cm. Berdasarkan perhitungan nilai persentil yang sudah di tetapkan, secara keseluruhan hasil perancangan sementara kursi teras yang baru adalah sebagai berikut:
Tabel.4.23. Dimensi dan Ukuran Kursi Hasil Perhitungan KOMPONEN Alas kursi
Sandaran punggung
Sandaran tangan
DIMENSI Tinggi Panjang lebar Tinggi (dari alas duduk) Lebar Sudut Tinggi (dari alas duduk) Panjang Jarak antar sandaran
UKURAN (cm) 36 41 41 61 49 1050 25 31 50
Berpedoman pada pedoman penentuan dimensi kursi tersebut di atas maka dapat dibuat gambar dimensi kursi tersebut.