BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. SMP Negeri 1 Kalasan a. Sejarah SMP Negeri 1 Kalasan Pada tahun 1960 belum ada sekolah setingkat SMP di daerah kalasan dan sekitarnya, atas inisiatif Bapak Noto Pandojo (bong supit Bogem) dibantu oleh Bapak Sastro Wiyoto (kepala sekolah sementara pertama kali), S. Poerwodihardjo (carik Desa Tirtomartani) dan beberapa guru lain mendirikan sekolah dengan nama SMP Bogem dengan menumpang di gedung SPG Bogem, yang secara praktiknya sudah mulai berjalan. Seiring berjalannya waktu kemudian dibangun 3 lokal di Daerah Padukuhan Glondong (lokasi sampai dengan sekarang), bangunan kala itu masih menggunakan papan bambu (gedhek) sedangkan lokal lainya berada di rumah penduduk di Kalibening. Dengan semangat tinggi dengan bantuan siswa didik maka diadakan kerja bakti mengangkut batu dan pasir dari sungai untuk membangun gedung. Usulan untuk mengubah status dari swasta menjadi negeri dilakukan dan berhasil, dengan SK Nomor 20/ SK/ B/ III tertanggal 31 agustus 1962 resmi menjadi SMP Negeri Bogem, yang kemudian tanggal
57
58
SK itulah yang dijadikan sebagai patokan tanggal berdirinya sekolah. Atas kebijakan sekolah kemudian merubah nama sekolah menjadi SMP Negeri 1 Kalasan, kemudian menjadi SLTP Negeri 1 Kalasan, dan sekarang menjadi SMP Negeri 1 Kalasan. b. Visi Misi Visi: “Mewujudkan insan yang tangguh dalam imtaq, unggul dalam prestasi, peduli lingkungan hidup, serta cinta bangsa dan negara” Misi: 1) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama. 2) Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). 3) Menggali dan mengembangkan potensi warga sekolah dalam penguasaan teknologi informatika, olahraga, sains, seni/ budaya, dan kerampilan. 4) Mendorong dan membantu warga sekolah untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. 5) Menumbuhkembangkan lingkungan hidup.
kepedulian
warga
sekolah
terhadap
59
c. Denah SMP Negeri 1 Kalasan
U R.12
R.11
R.10
R.09
R. UKS
R.06
R.05
R.04
R.07
R. BK
R. LAB KOM
WC
Kelas VII E
R. AGAMA
R. SEK R. SENI Kelas VII D
Kelas VII F
R. TU MASJID
Kelas VII C
RUANG LARAWITAN
RUANG PERTEMUAN
R. VII B
R, VII A
RUANG KETRAMPILAN RUANG PENGAWAS
KET : : ATAS : BAWAH
Gambar 4.1 Sumber: Denah SMP Negeri 1 Kalasan
R. 2
R. 08
R. 1
R. 07
PERPUSTAKAAN R. SEKRETARIS SEKOLAH
KOP
60
d. Gambaran Pencapaian Standar Nasional Pendidikan SMP Negeri 1 Kalasan Berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah pada tahun 2012, diperoleh profil pencapaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan SMP Negeri 1 Kalasan diantaranya yaitu standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pembiayaan, standar kompetensi kelulusan, standar pengelolaan, standar PTK, dan standar sarana prasaran. Berikut grafik mengenai pencapaian standar nasional pendidikan tahun:
STANDAR ISI
3,00 STANDAR PENILAIAN
2,00
STANDAR PROSES
1,00 STANDAR PEMBIAYAAN
-
STANDAR PENGELOLAAN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
STANDAR PTK STANDAR SARANA DAN PRASARANA
Gambar 4.2 Profil Pencapaian Standar Nasional Pendidikan Tahun 2012 Sumber: Profil Mutu Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
61
Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dirumuskan beberapa kekuatan, kelemahan, dan rekomendasi peningkatan mutu untuk standar nasional pendidikan. Berikut penjelasan mengenai grafik 4.1 yaitu: 1) Standar isi Kegiatan yang sudah tercapai berdasarkan standar nasional pendidikan berupa kegiatan ekstrakulikuler dan layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan kelemahan yang belum tercapai berupa pengembangan kurikulum, struktur kurikulum, dan beban belajar. Adapun rekomendasinya berupa workshop tentang cakupan muatan kurikulum dalam pemenuhan standar isi dan workshop pengembangan kurikulum, workshop sekolah tentang komponen-komponen silabus dan keterkaitan antar komponen dalam silabus, dan workshop sekolah tentang beban belajar sesuai dengan standar isi dan workshop sekolah tentang prosedur menetapkan beban belajar sesuai KTSP. 2) Standar proses Dalam standar proses ini belum ada yang tercapai, hal ini dikarenakan rendahnya kualitas silabus, kualitas RPP, sumber belajar, kualitas pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pengawasan serta evaluasi. Adapun rekomendasi untuk peningkatan mutu berupa workshop sekolah tentang perencanaan pembelajaran, workshop sekolah tentang pembuatan dan pendokumentasian RPP,
62
pengadaan buku teks, buku panduan, dan sumber belajar lainya serta workshop tentang persyaratan proses pelaksanaan pembelajaran. Selain itu juga mengadakan workshop pelaksanaan pembelajaran bermutu, kemudian workshop kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP, dan workshop tentang pelaksanaan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi. 3) Standar kompetensi kelulusan Kekuatan yang sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan diantaranya yaitu berprestasi dan siap melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan yang belum tercapai yaitu percaya diri dan bertanggung jawab, produktifitas dan tanggung jawab, berkomunikasi secara efektif dan santun, melaksanakan ajaran agama, berakhlak mulia, menegakan aturan, belajar iptek secara efektif, dan mengenal serta menganalisis gejala alam dan sosial. Berikut rekomendasi dari kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Kalasan yaitu pelaksanaan kegitan pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan karakter peserta didik berupa rasa percaya diri dan tanggung jawab. Pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik dengan
memanfaatkan
lingkungan
bertanggungjawab. 4) Standar pendidikan dan tenaga pendidikan
secara
produktif
dan
63
Kegiatan yang sudah sesuai dengan SNP yaitu kompetensi guru, kemudian kegiatan yang belum dicapai yaitu kualifikasi guru dan kualifikasi tenaga kependidikan. Untuk rekomendasi untuk peningkatan mutu yaitu pendidikan lanjutan bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi minimal. Pendidikan lanjutan bagi tenaga administrasi yang belum memenuhi kualifikasi minimal dan pendidikan lanjutan bagi tenaga perpustakaan yang belum memenuhi kualifikasi minimal. 5) Standar sarana dan prasarana Kegiatan yang sudah sesuai berupa satuan pendidikan, lahan, bangunan, ruang pimpinan, dan ruang sirkulasi. Adapun yang belum sesuai berdasarkan SNP yaitu ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, dan laboratorium bahasa, TIK. Sedangkan rekomendasinya untuk meningkatkan mutu sarana dan prasarana berupa pengadaan perlengkapan
ruang
kelas,
pengadaan
perlengkapan
ruang
perpustakaan, pengadaan kelengkapan laboratorium IPA, pengadaan perlengkapan ruang guru, UKS, jamban, gudang, serta pengadaan kelengkapan laboratorium bahasa, dan TIK.
64
6) Standar pengelolaan Kegiatan yang sudah sesuai standar nasional pendidikan yaitu program peningkatan mutu sekolah, sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga lain, dan kepala sekolah melakukan evaluasi pendayagunaan pendidik. Sedangkan yang belum tercapai yaitu cakupan dan mekanisme penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah, sosialisasi visi, misi, dan tujuan sekolah, kepemimpinan rencana kerja sekolah, realisasi visi misi ke dalam rencana kerja sekolah. Rekomendasi untuk peningkatan mutu berupa penyesuaian visi, misi, dan tujuan sekolah sesuai SNP, penyampaian visi, misi, dan tujuan sekolah kepada seluruh warga sekolah, pemahaman warga sekolah terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah, penyusunan rencana kerja sekolah sesuai prosedur, realisasi visi dan misi pada setiap kegiatan sekolah, serta realisasi kegiatan sekolah sesuai prosedur, target dan tujuan yang diharapkan. 7) Standar pembiayaan Besaran standar biaya operasi non personal dan dokumen laporan pembiayaan operasi non personal sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kelemahan dari standar pembiayaan ini berupa RAPBS dan RAKS yang disusun bersama-sama dengan komite sekolah dan pertimbangan kemampuan ekonomi orang tua siswa,
65
realisasi besaran pembiayaan selain operasi non personalisa, ATS, dan BAHP. 8) Standar penilaian dapat dilihat dalam gambar berikut ini Penilaian oleh Pemerintah
1,50 1,34 1,17 1,39 1,00
Penilaian oleh pendidik Teknik-teknik penilaian
2,00 2,00
penilaian dilakukan secara… 1,00 penilaian dilakukan secara…
1,50 1,00
penilaian dilakukan secara…
2,00 1,34 1,37
STANDAR PENILAIAN -
1,00
2,00
3,00
Gambar 4.3 Pencapaian Standar Penilaian Sumber: Profil Mutu Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan
Berdasarkan grafik tersebut dapat dirumuskan kekuatan, kelemahan dan rekomendasi peningkatan mutu untuk standar penilaian, dimana kegiatan yang sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan berupa penilaian yang dilakukan secara objektif, penilaian yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dan penilaian yang dilakukan secara akuntabel. Adapun kegiatan yang belum mencapai SNP yaitu penilaian yang dilakukan secara sahih, penilaian yang dilakukan secara adil, secara terpadu, secara terbuka, teknik-teknik penilaian, mekanisme dan prosedur, serta penilaian oleh
66
pendidik. Rekomendasi yang diberikan berupa penyesuaian instrument penilaian dengan standar isi dan standar proses pembelajaran, penilaian terhadap siswa tidak berdasarkan pada status sosial, penilaian setelah kegiatan pembelajaran (prostest), pembuatan prosedur, kisi-kisi dan kriteria penilaian, workshop tentang teknik penilaian, dan workshop sekolah tentang prosedur penyusunan instrument penilaian. 2. SMP Joanes Bosco a. Sejarah SMP Joanes Bosco Berdirinya SMP Pangudi Luhur Yogyakarta tidak lepas dari datangnya para Biarawan Bruder FIC di Yogyakarta pada tanggal 20 September 1920. Kedatangan lima Biarawan Bruder FIC dari Belanda tersebut bertujuan untuk berkarya dalam bidang pendidikan bagi orang Indonesia. Mula-mula para Bruder FIC mendirikan HIS atau yang dikenal dengan Sekolah Hindia Belanda yang sekarang setara dengan tingkat Sekolah Dasar. Sebagai konsekuensi logis dari pendirian HIS maka para Bruder FIC mendirikan sekolah lanjutannya yang waktu itu disebut MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di mana di sana dilakukan pengajaran tingkat rendah yang lebih luas. Pada tahun 1923 MULO itu dimulai dengan 25 murid.
67
Pada masa penjajahan Jepang kekuasaan Belanda runtuh. Sekolah-sekolah misi ditutup dan gedung-gedung mengalami kerusakan. Para Bruder Belanda diinternir/ ditahan di beberapa kota. Tinggal dua orang Bruder tinggal di bekas asrama MULO. Pada bulan Maret tahun 1942 segala macam sekolah Eropa dibubarkan dan MULO dihilang, karena sekolah Menengah Katolik tidak diperbolehkan. Kemudian tentara Jepang mengambil alih semua bangunan. dan pada tahun 1945 tentara Nippon mulai lunak dalam tindakannya. Hal ini memberi peluang untuk mencari lagi MULO yang hilang. Gedung-gedung yang dahulu diambil alih Jepang dalam bulan Juli 1945 bisa didapatkan kembali, walau ruang-ruang kelas menjadi kosong. Dahulu gedung MULO dibersihkannya enam ruang, di bawah ditentukan untuk Sekolah Rakyat sempurna, dan di ruang atas untuk Sekolah Menengah. Semasa perang mulai berkembang lagi dalam tahun 1949, MULO telah berganti nama menjadi SMP Putera Kidulloji, dan kemudian menjadi kebanggaan pendirinya, Br. Mario. SMP Putera Kidulloji menjadi terkenal, terbesar, terbaik yang dipegang pihak di Yogyakarta waktu itu. Karena waktu itu di kompleks SMP mulai didirikan SGA, maka timbulah ketegangan-ketegangan.
68
Pada tahun 1954 Kongregasi Bruder FIC membeli tanah di daerah Baciro yang saat ini menjadi tempat berdomisilinya SMP Pangudi Luhur 1. SMP Pangudi Luhur masih dibawah Yayasan Kanisius walaupun secara internal pengelolaannya oleh para Bruder FIC. Pada tahun 1954 para Bruder FIC mendirikan Yayasan Pangudi Luhur untuk mengurusi sekolah-sekolah yang dikelolanya. Maka pada tanggal 1 Agustus 1955 penyelenggaraan SMP Pangudi Luhur diserahkan kepada Yayasan Pangudi Luhur. Mulai saat itulah SMP ini memiliki nama SMP Pangudi Luhur. Dalam perkembangan sekitar tahun enampuluhan SMP Pangudi Luhur membuka "kelas jauh" bertempat di sekitar Gereja Katolik Baciro. Kelas jauh tersebut pengelolaannya dipimpin oleh seorang Suster. Namun karena dinas pendidikan mencabut surat izin pelaksanaan kelas jauh, maka tanggal 1 Juli 1983 SMP Pangudi Luhur menjadi SMP Pangudi Luhur 1 dan SMP Pangudi Luhur 2, sesuai dengan surat dari Yayasan SMP Pangudiluhur Nomor 269/KD-YPL/X/AS.85 tertanggal 14 Oktober 1985. Pada tahun 1996 SMP Pangudiluhur 2 sudah dikelola mandiri oleh Yayasan Santo Dominikus dan tidak berkaitan langsung dengan Yayasan Pangudiluhur. Berdasarkan Akta Nomor 13 tanggal 13 Desember 2008 dan surat persetujuan dari Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta secara resmi berganti nama menjadi SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang
69
berkedudukan di jalan Melati Wetan Nomor 51 Yogyakarta sampai dengan sekarang. Keunggulan
dari
SMP
Joannes
Bosco
adalah
proses
pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dimana model pembelajaran dirancang untuk mengembangkan multiple intelligences peserta didik menuju kurikulum bermuatan entrepreneurship. Sedangkan pengembangan budaya yang digunakan oleh SMP Joannes Bosco adalah budaya lokal berupa batik, dengan manajemen kelas kecil sebanyak 30 siswa/kelas. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh SMP Joannes Bosco diantaranya yaitu juara 3 festival ansambe musik tingkat provinsi tahun 2007, juara 3futsal forbis SMP se-DIY pada tahun 2008, juara 1 karate putra dan putri se-DIY pada tahun 2009, juara harapan 1 futsal SMP seKota pada tahun 2010, dan juara 2 paduan suara SMP se-Kota. b. Visi Misi dan Tujuan Visi: Visi dari SMP Joannes Bosco
adalah “Beriman tangguh , cerdas,
berprestasi, dan berkepribadian berdasarkan nilai-nilai spiritualitas dominikan” Dengan indikator pencapaian visi : 1) Unggul dalam pengembangan kurikulum
70
2) Unggul dalam sarana prasarana pendidikan. 3) Unggul dalam media pembelajaran. 4) Unggul dalam prestasi akademik. 5) Unggul dalam prestasi non akademik. 6) Unggul dalam kelulusan. 7) Unggul dalam SDM pendidikan 8) Unggul dalam kelembagaan dan manajemen sekolah. 9) Unggul dalam teknologi informasi dan komunikasi. 10) Unggul dalam iman, taqwa, dan penerapan sopan santun 11) Unggul dalam pemberdayaan partisipasi masyarakat secara optimal. 12) Unggul dalam budaya hidup bersih, disiplin dan sehat. Misi: 1) Membekali siswa dengan pengetahuan dan pengamalan ajaran agama sehingga menjadi siswa yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, inovatif, reflektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki. 3) Mewujudkan sekolah yang memberikan layanan pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai sikap dan perilaku baik
71
4) Membantu dan memotivasi siswa dalam menelusuri bakat dan minat baik dalam bidang akademik maupun non akademik. 5) Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, teknologi, seni budaya, olah raga. 6) Mengembangkan pembelajaran bilingual untuk mata pelajaran MIPA 7) Mengembangkan
pembelajaran
berbasis
Paradigma
Pendidikan
Dominikan (PPD) 8) Mengembangkan dan menerapkan karakter berdasarkan spiritualitas dominikan bagi peserta didik 9) Mengoptimalkan budaya hidup ramah, bersih, disiplin, sehat, santun sehingga kondusif untuk belajar Tujuan 1) Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan Meningkatnya standar kelulusan, pencapaian ketuntasan kompetensi tiap tahun atau semester, kejuaraan lomba bidang akademik dan non akademik. 2) Pencapaian Standar Isi Menghasilkan kurikulum satuan pendidikan dengan berbagai jenis muatan kurikulum sesuai ketentuan standar nasional pendidikan. 3) Pencapaian Standar Proses
72
Terlaksananya proses pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif, inspiratif, kreatif, dan memberikan ruang bagi kreativitas dan kemandirian peserta didik 4) Pencapaian Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas yang memadai. Pencapaian Standar Pendidik dan Tenaga 5) Kependidikan Meningkatnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP). 6) Pencapaian Standar Pengelolaan Pendidikan
Tercapainya
efisiensi
dan
efektivitas
dalam
penyelenggaraan pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). 7) Pencapaian Standar Pembiayaan Pendidikan Tercapainya biaya operasional pendidikan yang sesuai SNP secara teratur dan berkelanjutan. 8) Pencapaian Standar Penilaian Pendidikan Terlaksananya proses penilaian sesuai dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian yang sesuai dengan SNP.
73
c. Struktur Organisasi Sekolah Joannes Bosco Periode 2012-2013 Pemerhati Sekolah
Drs. Y. Sugiarto Kepala Sekolah
Estu Diah, S.Pd. BK
L. Vonny, S.Pd. BK
Alex W, S.pd. Kesiswaan
Maria Lucila Tata Usaha
Nuranisah, S Ag Kurikulum
Ig. Saman Tata Usaha
Asterina S, S.Pd. Humas
Katino & Anting Tata Usaha
Sungkowo Tata Usaha
Estu Diah, S.Pd. BK
R. Sigit Eko R Sarpras
GURU
SISWA
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Sekolah Joanes Bosco Periode 2012-2013 Sumber: Struktur Organisasi Joannes Bosco Periode 2012-2013 9) MTs Ibnul Qoyyim Putra a) Sejarah MTs Ibnul Qoyyim Putra MTs Ibnul Qoyyim Putra merupakan bagian dari pondok pesantren Ibnul Qoyyim. Sehingga untuk menjelaskan sejarah MTs Ibnul
74
Qoyyim Putra terlebih dahulu dipaparkan sejarah berdirinya pondok pesantren Ibnul Qoyyim. Pondok
pesantren
Ibnul
Qoyyim
didirikan
oleh
PHDI
(Persaudaraan Djama’ah Haji Indonesia). Berdirinya pondok pensantren Ibnul Qoyyim berawal dari dua tokoh Islam yaitu: KH. Mathori Al Huda dan KH. R. Hisyam Syafi’I yang merupakan salah satu warga Dusun Gandu. Kedua tokoh tersebut memiliki harapan dan misi yang sama dalam menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1983 terjadilah pertemuan diantara mereka berdua yaitu KH. Mathori Al Huda dan KH. R. Hisyam Syafi’I. KH. Matori Al Huda berkeinginan untuk mendirikan pondok pesantren dan hal ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh KH. Hisyam Safi’I. Dari sinilah KH. Matori Al Huda menjadi pengasuh pertama. Sejak itulah mulai dibentuk panitia pendiri pondok pesantren, kemudian pada tanggal 20 Agustus 1983 diletakan batu pertama oleh para tokoh Islam Provinsi Yogyakarta. Nama Ibnul Qoyyim sendiri diambil dari nama seorang ulama besar yang bernama Ibnul Qoyyim al-jauziyah Rohimahumullah, yang berasal dari negeri Jauziyah. Dipilihnya nama pondok pesantren PDHI tersebut oleh KH Mathori Al-Huda dengan nama “Ibnul Qoyyim” untuk
75
menegaskan keyakinan dan keinginan beliau untuk melahirkan penerus pondok pesantren tersebut. Tujuan utama dari pondok pesantren Ibnul Qoyyim sendiri yaitu sebagai amal usaha PHDI DIY dengan tujuan sebagai lembaga amal jariyah. Pada awalnya tempat PHDI ini merupakan tempat pelatihan calon jama’ah haji, yang kemudian berubah menjadi pondok pesantren Ibnul Qoyyim putra yang diciptakan sebagai penerus da’wah pondok pesantren Ibnul Qoyyim. Di bawah ini merupakan perkembangan pondok pesantren Ibnul Qoyyim dari tahun ke tahun: 1) Diniyah berdiri sejak tahun 1983 untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk mempelajari ilmu pengetahuan awal agama Islam. 2) Madrasah Tsyanawiyah berdiri tahun 1986 dan pada tahun 1992 mendapat status diakui. 3) Madrasyah aliyah berdiri pada tahun 1989 dan pada tahun 1990 status diakui 4) Rhoudhotul Atfal berdiri pada tahun 1990, yang merupakan penyerahan dari PKK pedukuhan Gandu dan Cepot yang dikuatkan oleh pemerintah kelurahan Sendangtirto untuk didirikan Taman Kanak-kanak Roudhotul Atfal.
76
MTs Ibnul Qoyim menggunakan kurikulum Kementrian Agama dan dilengkapi dengan kurikulum, metode, dan sistem yang diadopsi dari KMI Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo dalam proses pembelajaranya. Jadi sistem pemdidikan di pondok pesantren Ibnul Qoyyim adalah KMI (Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah) yaitu jenjang pendidikan yang harus ditempuh selama 6 tahun bagi lulusan MI/SD dan 4 tahun untuk lulusan MTs/SMP. Bagi lulusan MI/SD akan menempuh pendidikan selama 6 tahun yaitu kelas I, II, dan III yang sedrajat dengan MTs/SMP. Dalam administrasi madrasah tidak ada pemisahan antara (terintegrasi) anatara MTs dan MA, karena keduanya meruapakan satu kesatuan dalam sistem KMI. Disini selama 6 tahun peserta didik akan mendapat pengalaman agama dan pengalaman umum. Sehingga setelah lulus dari pondok pesantren ini peserta didik mendapat ijazah pondok dan ijazah madrasah (Kementrian Agama). Jenjang pendidikan yang harus ditempuh MTs Ibnul Qoyyim Putra
yaitu 4 tahun, dengan mengikuti program Thakhasus selama 1
tahun. Tujuan Thakhasus ini yaitu untuk menyesuaikan program intensif bahasa yang diterapkan di Ibnul Qoyyim Putra.
77
b) Visi, Misi dan Tujuan MTs Ibnul Qoyyim Putra Dalam rangka menjalankan kegiatan pembelajaran di MA Ibnul Qoyyim Putra mengembangkan visi misi sebagai berikut: Visi “Mencetak Generasi Mu’min, Mu’allim, Mubaligh, Mujahid yang Mukhlis” Misi : Misi dalam mewujudkan visi MTs dan MA Ibnul Qoyyim adalah: 1) Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan berbasis pondok pesantren dan madrasah umum. 2) Menanamkan dan menyiarkan nilai-nilai islam. 3) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah, kebebasan berfikir yang berdasarkan Alquran dan AsSunnah. 4) Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan dan mengembangkan dasar-dasar teknologi tepat guna. Tujuan 1) Mengembangkan pusat pengembangan ilmu dan menjadi pilihan masyarakat dalam pemberdayaan peserta didik dan generasi muda. 2) Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing di masyarakat dan mewujudkan cita-cita atau mengaktualisasikan dirinya sendiri.
78
3) Mengembangkan ketrampilan tepat guna yang dibutuhkan dalam kehidupan. 4) Menyiapkan peserta didik agar dapat hidup di masyarakat dan menjalin ukhuwah dengan orang lain. 5) Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntunan Alquran dan As-Sunnah. c) Letak Geografis MTs Ibnul Qoyyim terbagi menjadi dua lokasi, yaitu MTs Putra dan MTs Putri, yang memiliki lokasi berbeda baik tempat maupun administrasi. Lokasi untuk putri terletak di Jalan Wonosari Km. 8,5 Desa Gandu, Sendangtirto, Sleman, Yogyakarta. Sedangkan lokasi Ibnul Qoyyim Putra terletak di Jalan Wonosari Km 10, Tegalyoso, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. MTs Ibnul Qoyyim Putra merupakan madrasah dengan sistem terintegrasi, yaitu dengan tingkat Tsanawiyah (kelas 1 sampai VI dengan nama KMI/ Kulliyatul Mualllimin al-Islamiyah). Selain itu jenis madrasah ini menganut sistem pondok pesantren, sehingga para peserta didik diharuskan tinggal di asrama yang telah disediakan dan wajib mengikuti segala bentuk kegiatan yang diadakan disekolah. Letak MTs Ibnul Qoyyim Putra dapat dikatakan strategis, karena terletak kurang 100 m dari jalan Jogja – Wonosari yang selalu dilewati
79
angkutan umum sehingga memudahkan dalam sarana transportasi. Di tempat ini juga keadaan cukup kondusif untuk belajar mengajar, karena letaknya di pinggir desa dan jauh dari keramaian kota. Madrasah ini secara geografis berbatasan dengan: Sebelah utara
: Dusun Babadan
Sebelah Timur
: Dusun Tegalyoso
Sebelah Selatan
: Jalan Wonosari
Sebelah Barat
: Dusun Babadan
d) Struktur Organisasi PHDI merupakan pendiri pondok pesantren Ibnul Qoyyim Putra yang
memiliki
wewenang
untuk
memilih,
mengangkat,
dan
memberhentikan Direktur KMI (sebagai kepala MA) dan wakil Direktur KMI (sebagai kepala MTs), Dewan Pembina dan Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim. Selain itu PHDI juga memiliki wewenang untuk menetapkan dan mengesahkan kaidah-kaidah dan tata kerja pondok pesantren Ibnul Qoyyim. Sedangkan Komite Madrasah turut serta mensukseskan kelancaran pelaksanaan pendidikan dan membantu madrasah dalam usaha memajukan madrasah dalam arti seluas-luasnya. Berikut struktur organisasi MTs Ibnul Qoyyim Putra:
80
Kemenag. Kab. Bantul
PHDI
Pondok Pesantren
Kepala Madrasah
Komite Madrasah
Tata Usaha
Humas
Kurikulum
Kesiswaan
Sarpras
Wali Kelas
Guru Peserta Didik
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Ibnul Qoyyim Keterangan: : Garis Koordinasi : Garis Konsolidasi
BK
81
e) Keunggulan MTs Ibnul Qoyyim Putra 1) Menerapkan satu minggu menggunakan Bahasa Arab dan satu minggu menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra. 2) Semua siswa adalah anak asrama Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim putra dan tidak menerima siswa diluar asrama Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra. 3) Hari libur adalah hari Jum’at, untuk istirahat kedua pukul 11.45-13.00 untuk istirahat digunakan untuk sholat dan makan siang, kemudian selesai persekolahan pukul 14.30. 4) Siswa pendidikan berbasis Pondok modern dimana ada integrasi antara ilmu Islam dan sains teknologi. 5) Tenaga pendidik yang professional sesuai dengan bidangnya masingmasing. Berikut prestasi-prestasi yang pernah di dapat di Ibnul Qoyyim Putra di antaranya yaitu tahun 2001 juara I lomba gerak jalan SLTP-SLTA 2001 Kwaran, Berbah, Sleman. Pada tahun 2007 juara I lomba gerak jalan antar SMA, kemudian tahun 2008 juara I Industrial Quiz tingkat MA Pekan Olimpiade Nasional Sain dan Teknologi dalam rangka mensyukuri kelahiran UIN Sunan Kalijaga ke 57. Tahun 2009 juara III lomba pidato Bahasa Jawa dalam rangka Milad ke-20 SMA Muhammadiyah 7, selain
82
itu tahun 2010 pernah menjuarai lomba pidato Ayyamul Quran Juara II, dan tahun 2011 juara II lomba olimpiade Nahwu Saraf tingkat MA/SMA se-DIY di SPBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
B. Penanaman Nilai Toleransi Antarumat Beragama di Kalangan Siswa SMP 1. SMP Negeri 1 Kalasan Penanaman nilai toleransi antarumat beragama di SMP Negeri 1 Kalasan dilakukan dengan berbagai kegiatan, antara lain yaitu pengajian untuk siswa yang beragama Islam, dan kegiatan bimbel untuk agama Non Islam. Selain kegiatan tersebut, di SMP Negeri 1 Kalasan juga memiliki beberapa kegiatan lain seperti tadarus untuk agama Islam yang dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu sebelum jam belajar mengajar dimulai. Sedangkan untuk yang beragama Kristen dan Katolik mengadakan siraman rohani yang dipandu oleh gurunya masing-masing di ruangan terpisah. Selain untuk kegiatan para siswa dan guru SMP Negeri 1 Kalasan juga memiliki kegiatan yang disebut dengan kegiatan silahturahhim. Kegiatan silaturahhim dilaksanakan setiap hari Minggu yang diikuti oleh para guru SMP Negeri 1 Kalasan, baik yang beragama Islam, Kriten, Katolik, maupun agama Hindu. Salah satu visi dari SMP Negeri 1 Kalasan adalah mewujudkan insan yang tangguh dalam imtaq, sehingga dalam penerapanya nilai toleransi
83
antarumat beragama menjadi prioritas utama dalam berbagai kegiatan disekolah. Kegiatan yang menjadi rutinitas di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan adalah Tadarus, Salat Berjama’ah dan Salat Dhuha untuk umat beragama Islam. Sedangkan untuk yang beragama Kristen dan Katolik ada kegiatan sendiri seperti kegiatan Natalan. Dalam perayaan Natalan di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan dibagi menjadi dua sesi kegiatan. Kegiatan pertama dilakukan dengan ibadah yang diikuti oleh siswa siswi ataupun Guru Agama Kristen dan Katolik. Kemudian untuk sesi kedua dengan kegiatan perjamuan. Kegiatan perjamuan pada perayaan Natalan ini diiikuti oleh semua guru baik agama Kristen, Katolik maupun guru agama lain. Kegiatan sesi kedua ini tidak hanya perjamuan berupa makan-makan tetapi juga diadakan kegiatan pentas dan doorprize yang diikuti oleh berbagai siswa dari berbagai agama. Untuk pendanaan berbagai kegiatan, sekolah mengadakan kegiatan infak setiap hari sabtu. Infak dari siswa yang beragama Islam akan digunakan untuk kegiatan Agama Islam, dan inflak dari siswa yang beragama Kristen dan Katolik akan dikumpulkan untuk kegiatan Agama Kristen dan Katolik. Untuk Hindu karena siswa di SMP Negeri 1 Kalasan hanya ada satu orang, maka kegiatanya dilakukan disanggar atau Pura, Pura yang di gunakan biasanya adalah Pura Jagatnata yang terletak di daerah Sorowajan.
84
Selain hal tersebut ada kegiatan lain yang menjadi rutinitas di SMP Negeri 1 Kalasan yaitu Jum’at terpadu. Kegiatan Jum’at terpadu ini dilakukan dengan 3 paralel yaitu pendidikan karakter, kerja bakti, dan senam bersama atau jalan- jalan bersama. Pada hari Jum’at pertama misal kegiatan pendidikan karakter dilakukan secara keseluruhan baik guru maupun siswa, dimana dalam kegiatan ini kepala sekolah dan guru memberikan arahan mengenai pendidikan karakter salah satunya yaitu pemberian arahan kepada siswa mengenai sikap toleransi antara agama yang satu dengan agama yang lain. Kepala sekolah sebagai pemimpin memberikan keteladan kepada para guru dan siswa, sehingga ketika perayaan natal berlangsung Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kalasan sebagai umat Islam akan memberikan contoh kepada para siswanya dengan mengikuti kegiatan natalan tersebut seperti kegiatan penjamuan dan kegiatan pentas pada saat perayaan natalan. Selain itu kepala sekolah dan guru juga menerapkan tindakan berupa 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Kegiatan lain yang berhubungan dengan toleransi beragama adalah doa bersama pada waktu menjelang UNAS (Ujian Nasional), siswa yang beragama Islam akan dipandu dan didatangkan seorang ustad, kemudian untuk siswa yang beragama Kristen akan dipandu oleh pendeta dan agama Katolik dipandu oleh seorang pastur atau romo, sedangkan yang beragama Hindu akan dipandu oleh seorang Mangku di Pura Jagatnata tempat biasanya
85
digunakan untuk beribadah. Tujuan dari kegiatan tersebut agar tidak terjadi kesenjangan antara para siswa, sehingga sekolah tidak akan membedabedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain. Adapun materi yang digunakan untuk mengkoordinir penerapan nilai toleransi antarumat beragama di SMP Negeri 1 Kalasan yaitu manajemen pengembangan
kurikulum
dan
pembelajaran
diarahkan
agar
proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, dimana langkahlangkah dalam pengembangan kurikulum di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan melalui beberapa tahap pengembangan kurikulum di antaranya yaitu: a) Tahap perencanaan, dimana tahap ini guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas. Pada tahapan ini akan disampaikan mengenai metode, media, alat dan sumber buku serta alat evaluasi yang akan diterapkan. b) Tahap pengorganisasian dan koordinasi, dimana kepala sekolah beserta tim mempersiapkan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan kewajiban guru, serta program kegiatan sekolah. c) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap paling menentukan dalam proses belajar mengajar, sehingga guru memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. d) Tahap
evaluasi
dan
pengendalian,
dimana
dalam
pelaksanaan
pembelajaran berjalan secara evektif atau tidak. Hal ini dapat diketahui
86
melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan objektif, sehingga dapat mengukur kemampuan siswa yang akan berdampak pada peningkatan yang berkelanjutan. Penanaman nilai toleransi yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan tidak hanya berupa kegiatan dan praktek saja, tetapi juga pemahaman terhadap nilai toleransi itu sendiri, yang dilakukan melalui materi yang diterapkan di kelas. Adapun materi dan metode yang digunakan oleh guru SMP Negeri 1 Kalasan dalam menanamkan nilai toleransi yaitu a) Mengajak siswa untuk bermain peran secara kelompok. Misalnya siswa mengambil kasus mengenai perang suku yang ada di Maluku, kemudian para siswa yang tidak ikut bermain diperintah untuk menelaah dan memberikan pendapatnya masing-masing. b) Metode tukar pemahaman atau pengertian, dimana setiap siswa diajak untuk maju kedepan menjelaskan mengenai agama mereka masingmasing, seperti dalam Islam dilarang makan babi yang kemudian siswa tersebut menjelaskan sesuai dengan topiknya, sedangkan siswa yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya tetapi tidak boleh menyanggahnya.
87
Begitu juga dengan siswa yang beragama non Islam, guru memberikan kesempatan untuk menceritakan tentang agamanya masing-masing. Dengan adanya metode tersebut diharapkan para siswa lebih paham mengenai sikap toleransi terhadap agama lain. Sehingga nilai toleransi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kalasan memberikan apresiasi terhadap pengembangan toleransi beragama, termasuk memberikan perhatian terhadap pelaksanaan dan keberhasilan pembelajaran agama. Seperti pada pendidikan agama Islam, sekolah memberikan penyediaan sarana dan prasarana untuk tempat praktek ibadah, begitu juga dengan agama yang lain, sekolah juga menyediakan tempat untuk praktek beribadah. Kondisi budaya toleransi yang sudah kondusif di SMP Negeri 1 Kalasan perlu dijaga dan dikembangkan, sebab bagaimanapun keadaanya dikhawatirkan akan banyak dipengaruhi oleh kondisi di luar. Beberapa kasus yang muncul terkait dengan SARA (suku, agama, dan ras) di Indonesia menjadi tanggung jawab kita bersama seperti peristiwa bom Bali I yang terjadi pada tanggal 12 oktober di Kuta Bali yang menelan korban sebanyak 202 orang. Kemudian adanya bentrok di Karangasem antara Ujung pesisir yang warganya beragama Islam dan Jasi yang warganya beragama Hindu hanya dipicu oleh masalah sepele karena adanya propokasi. Sekolah yang merupakan sarana pembelajaran bagi peserta didik perlu
88
memberikan pemahaman yang jelas, sehingga para siswa tidak akan terjerumus kedalam tindakan-tindakan yang melanggar SARA tersebut. 2. SMP Joannes Bosco Penanaman nilai toleransi yang dilakukan oleh SMP Joanes Bosco antara lain dengan selalu mengingatkan anak didik agar selalu berdoa terlebih dahulu sesuai agama masing–masing sebelum memulai proses belajar mengajar. Begitu juga setelah selesai proses pembelajaran anak didik diajarkan agar selalu berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SMP Joannes Bosco sebagai bentuk toleransi beragama yaitu kegiatan bakti sosial ke panti asuhan yang tidak hanya untuk anak-anak yang beragama Katolik, tetapi juga ke panti asuhan yang sebagian ada yang beragama Islam, salah satunya yaitu yayasan Yakub. Selain itu SMP Joannes Bosco juga mengadakan perayaan Idul Fitri, dimana setiap siswa dianjurkan untuk mengadakan iuran, yang kemudian uang tersebut akan digunakan untuk membeli parcel ataupun perlengakapan lebaran yang diberikan untuk para siswa yang beragama Islam, dan untuk tokoh masyarakat sekitar seperti RT dan RW serta tetangga sekolahan yang kurang mampu, sekaligus sebagai ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Begitu juga pada saat Hari Raya Natal, SMP Joanes Bosco juga mengundang perwakilan dari luar lingkungan sekolah dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahhim antar warga sekolah dengan warga mayarakat.
89
Pemberian penerapan kedisiplinan disetiap pelajaran juga diterapkan guna meningkatkan kepatuhan siswa terhadap aturan-aturan yang ada, termasuk juga mengenai toleransi. Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama dan Pendidikan Indonesia merupakan sebuah mata pelajaran yang menjadi prioritas dalam penerapan nilai-nilai toleransi antar umat beragama. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa dimasukan dalam sebuah cerita maupun cerpen. Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama dan Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter, sehingga pembelajaranya diharapkan lebih optimal. Kegiatankegiatan keagamaan lain di SMP Joanes Bosco misalnya siswa agama Katolik sedang merayakan Misa maka sekolah memberikan kebebasan kepada siswa yang agama non Katolik untuk tetap disekolah dan diberikan tugas terkait dengan agama yang dianutnya atau diisi dengan pengajian yang diisi oleh guru agama atau ikut ke gereja namun tidak mengaggu jalannya peribadatan umat Katolik atau Kristen dengan berada di luar Gereja. Jumlah siswa yang beragama Islam di SMP Joanes Bosco 10 %, sehingga di sekolah tersebut juga menerapkan pulang pulang pagi atau pulang lebih awal pada hari Jum’at dengan tujuan agar siswa yang beragama Islam dapat melaksanakan salat Jum’at.
90
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa sikap dan interaksi perilaku toleransi dilakukan dengan: a) Hormat pada orang lain yang berbeda agama, keyakinan, dan kepercayaan. Istilah hormat disini dimaknai sebagai sikap dan perilaku yang mendukung orang lain berkembang dalam apa yang diyakininya. b) Membiarkan orang lain yang berbeda agama untuk beribadah sesuai dengan apa yang diyakininya dan diimaninya. Istilah membiarkan disini bukan berarti pasif, tetapi aktif dalam arti sikap dan berlaku mendukung atau mengijinkan. c) Tidak mengurusi, mengoreksi, dan menyalahi ajaran agama lain dan tidak berusaha mengkhotbahinya. d) Bersikap mendengarkan dalam berealisasi dengan pihak lain, bukan menyerang atau menyalahi dan menghakimi. e) Memahami bahwa perbedaan agama sebagai fakta sosial. f) Rendah hati untuk mengakui dan menerima pihak lain sebagai sesama ciptaan Allah. Indikator sikap dan perilaku toleransi di atas diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan-kegiatan sosial maupun dalam kegiatan pembelajaran. Upaya mengucapkan ucapan selamat kepada sesama yang merayakan hari besar keagamaan, kegiatan penggalangan dana bagi
91
pembangunan sebuah rumah ibadah juga dilakukan di sekolah SMP Joannes Bosco. Dalam menerapkan nilai toleransi, guru di SMP Joannes Bosco menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran di kelas dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti berdoa secara bergilir, dalam hal ini yaitu ketika agama Katolik berdoa, siswa yang beragama Islam diharapkan untuk diam terlebih dahulu. Begitu juga sebaliknya, ketika siswa yang beragama Islam berdoa maka siswa yang beragama Katolik diharapkan untuk tenang. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari penerapan nilai toleransi ketika didalam kelas, sehingga para siswa sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut. Selain kegiatan tersebut, guru di SMP Joannes Bosco juga memberikan tugas mengenai sikap toleransi. Misalnya dalam mata pelajaran agama Katolik setiap siswa diberi tugas individu yang disebut dengan taat beribadah. Taat beribadah disini yaitu siswa yang beragama Katolik setiap minggu datang ke gereja, di gereja siswa diperintah untuk mencatat materi apa saja yang disampaikan oleh pastur, yang kemudian siswa atau siswi mencatat dan meminta tanda tangan pastur. Siswa yang beragama Kristen juga melakukan hal yang sama, yaitu siswa mencatat apa yang disampaikan oleh pendeta yang selanjutnya catatan tersebut dimintakan tanda tangan kepada pendeta. Kemudian untuk siswa yang beragama Islam ada salat 5 waktu dan salat Jum’at, untuk salat 5 waktu
92
hanya minta tanda tangan kepada orang tua, sedangkan untuk salat Jum’at siswa mencatat apa yang disampaikan oleh takmir masjid dan kemudian minta tanda tangan takmir masjid tersebut. Tugas individu ini kemudian dikumpulkan setiap mata pelajaran Agama Katolik, yang kemudian ditanda tangani oleh guru yang bersangkutan. Pada saat UAS guru juga memberikan tugas individu berupa praktek, dimana para siswa diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan keagamaan minimal 4 kali dalam 1 tahun. Kegiatan praktek ini diterapkan untuk siswa kelas XII (dua belas). Sehingga mereka tidak hanya mengikuti kegiatan-kegiatan saja tetapi juga dapat terlibat didalamnya, misalnya dalam Islam terdapat kegiatan Maulud Nabi, maka para siswa diharapkan dapat menjadi panitia Maulud Nabi. Begitu juga untuk agama lain, seperti Katolik, Kristen, Hindu dan lain-lain, yang kemudian mereka membuat laporan yang dilampiri dengan foto dan tanda tangan ketua panitia. Selain itu masih ada tugas lain yaitu berupa penugasan kepada siswa secara berkelompok dengan mengunjungi beberapa tempat ibadah, seperti Gereja, Wihara, dan Masjid. Kunjungan para siswa ini bertujuan agar mereka mengetahui dan memahami mengenai sikap toleransi dan perbedaan agama di berbagai tempat peribadatan agama tersebut. Jadi dalam satu kelompok terdapat siswa dengan berbagai Agama yaitu agama Islam, Hindu, Kristen, dan Katolik.
93
3. MTs Ibnul Qoyyim Putra Penanaman nilai toleransi di sekolah MTs Ibnul Qoyyim Putra dengan menggunakan metode tauziyah, dimana metode menggunakan ceramah yang diisi oleh para siswa secara bergiliran dengan materinya berupa penanaman akhlak. Selain itu ada juga pemberian motivasi kepada para siswa yang dikumpulkan di dalam ruangan, dan diisi oleh seorang ustad. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Sistem Pengajaran di MTs Ibnul Qoyyim Putra berupa pondok pesantren, Pada saat siswa baru masuk diberi pengertian dan pemahaman terlebih dahulu mengenai aturan-aturan yang ada di MTs Ibnul Qoyyim Putra. Salah satu contoh Peraturannya adalah mengenai budaya antri seperti pada saat makan bersama, dan keperluan kamar mandi. Selain itu MTs Ibnul Qoyyim Putra juga mempunyai beberapa progam, Adapun program-program yang ada di MTs Ibnul Qoyyim Putra adalah studi banding ke salah satu pondok pesantren yang ada di beberapa daerah diantaranya adalah di Kota Malang, studi banding ini dilaksanakan setiap tahun, dengan persetujuan dari komite sekolah dan orang tua Siswa atau Santri. Untuk mengajarkan aspek afektif dari tujuan PKn seperti keyakinan dan nilai-nilai berkaitan dengan demokrasi dan HAM, perlindungan terhadap minoritas, kebebasan individual, kebebasan berbicara dan mengemukakan
94
pendapat, berserikat, beragama, dan sebagainya, guru MTs Ibnul Qoyyim Putra menggunakan banyak strategi pembelajaran, salah satunya adalah strategi
memperjelas
nilai
(values
clarification
strategy).
Dengan
menggunakan strategi memperjelas nilai guru dapat membantu siswa mencapai kompetensi afektif mereka dalam PKn, khususnya sikap positif terhadap demokrasi nilai-nilai toleransi. Dalam mata pelajaran Agama Islam, guru menggunakan beberapa metode, salah satunya dengan penugasan kepada siswa secara berkelompok bentuk tugasnya adalah apabila ada perayaan hari Maulud Nabi Muhammad maka siswa yang ditugasi tersebut membantu mempersiapan acara pengajian untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad. Siswa yang sedang mendapat tugas berkelompok untuk kegiatan tersebut harus benar benar melaksanakan tugasnya dengan baik dan tidak boleh iri hati terhadap siswa ataupun teman yang belum mendapatkan giliran untuk melaksanakan tugas. Penanaman nilai toleransi dalam membentuk karakter siswa MTs Ibnul Qoyyim Putra dengan menggunakan strategi keteladanan nilai, yaitu seorang kepala sekolah, guru, dan instansi yang terkait memberikan contoh bagi
para
siswa-siswanya.
Dalam
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan, guru menjelaskan mengenai toleransi antar umat beragama, bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, sehingga setiap orang wajib untuk menghormati hak-haknya sebagai warga
95
Negara termasuk menghormati berkeyakinan/ beragama. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila menjelaskan adanya toleransi beragama antar umat manusia, sesuai dengan kepercayaanya masing-masing. Sehingga dengan adanya penanaman nilai toleransi dikalangan siswa SMP diharapkan dapat mengurangi sifat fanatik yang sekarang sedang berkembang di Indonesia, seperti adanya teroris. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan siswa dapat memilih dan berfikir ulang mengenai tindakan-tindakan yang kurang terpuji, serta baik dan buruknya sesuatu. Oleh karena itu upaya pembangunan kesadaran kepada siswa mengenai toleransi beragama di MTs Ibnul Qoyyim Putra menjadi prioritas utama dalam sekolah ini. Harapan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Agama Islam yaitu menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati serta mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengajarkan agama Islam dari sumber utama kitab suci Alquran dan AlHadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta menggunakan pengalaman.
C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi oleh SMP dalam Menerapkan Nilai Toleransi Antarsiswa SMP di Yogyakarta Toleransi merupakan sebuah bentuk sikap akibat adanya persinggungan hak-hak individu dalam masyarakat atau hak-hak masyarakat dalam negara. Jadi
96
dapat dikatakan bahwa toleransi adalah sebuah solusi bagi adanya perbenturan hak-hak, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Nilai toleransi antar umat beragama merupakan hak setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing termasuk sebagai siswa SMP. Guru sebagai panutan dan pemberi contoh dalam menerapkan nilai toleransi khususnya di kalangan siswa SMP masih mengalami berbagai kendala dan hambatan baik yang berasal dari faktor internal guru itu sendiri, maupun yang berasal dari faktor ekstenal yang berasal dari luar lingkungan
sekolah.
Berikut
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
dalam
menerapkan nilai toleransi antarumat beragama di kalangan siswa SMP di Yogyakarta di antaranya yaitu: 1. Guru yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam menerapkan nilai toleransi pada siswanya mengalami kendala dalam menerapkannya. Hal ini dikarenakan muatan materi tidak banyak yang mengarah pada pembelajaran nilai toleransi beragama. Mengingat mata pelajaran PKn untuk SMP, materinya
lebih
mengarah
ke
demokrasi,
HAM,
hukum,
dan
kewarganegaraan. 2. Guru non PKn dan Agama masih sangat kurang peduli terhadap nilai toleransi tersebut, hal ini dikarenakan banyak guru non pendidikan yang beranggapan bahwa penanaman nilai toleransi bukan tanggung jawabnya. Seharusnya
97
tanggung jawab penanaman nilai toleransi menjadi tanggung jawab semua elemen, baik guru, komite, masyarakat, maupun orang tua. 3. Faktor penghambat yang ketiga adalah sistem sekolah yang berjalan sekarang ini masih kurang efektif dalam menanamkan nilai toleransi pada peserta didik. Hal ini dikarenakan kepedulian penanaman nilai toleransi sangat tergantung kepada kepala sekolah, guru PKn, dan guru agama. 4. Adanya penekanan nilai yang dilakukan oleh guru pada aspek kognitif dan intelegensi saja dan nilai didasarkan pada nilai tes. Sedangkan faktor-faktor yang terkait dengan kepribadian kurang begitu diperhatikan. 5. Adanya kebiasaan guru yang terlalu mengandalkan dan bergantung pada buku teks. Ketergantungan guru ini sangat tinggi, sehingga pembelajaran yang dihasilkan menjadi monoton. Seharusnya sebagai seorang guru memiliki imajinasi untuk mengembangkan materi-materi pelajaran, seperti pemanfaatan sumber belajar seperti koran, majalah, dan sumber lain, sehingga materi pelajaran tidak monoton. 6. Model interaksi guru dan siswa secara kenyataan di lapangan menunjukan bahwa metode ceramah masih menempati rangking pertama dalam proses belajar mengajar. Sehingga kemampuan guru untuk mengembangkan media pembelajaran dipandang masih rendah. Akibatnya proses pembelajaran kurang menarik dan cenderung membosankan.
98
7. Adanya pertengkaran antara siswa mengenai perbedaan agama, seperti siswa yang beragama islam menyebutkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Kristen itu musrik. Sehingga guru memberikan pengarahan kepada siswanya. 8. Adanya pengaruh dari luar yang menyebabkan adanya pelanggaranpelaggaran disekolah, seperi pulang tanpa ijin, seperti MTs karena sistem pondok. 9. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 4 menjelaskan bahwa (1) setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. (2) setiap satuan pendidikan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, seharusnya setiap sekolah menyediakan sarana dan prasarana bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan agama yang dianutnya, namun secara kenyataan terdapat sekolah yang belum sesuai dengan aturan tersebut, dimana sekolah Joannes Bosco tidak menyediakan guru Agama Islam untuk mengajar pendidikan agama Islam, sehingga ketika ada pelajaran agama Kristen, siswa yang beragama Islam hanya diberi tugas untuk merangkum dan tidak ada pengarahan dari guru yang bersangkutan.
99
D. Upaya yang dilakukan oleh Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah untuk Mengatasi
Hambatan-hambatan
dalam
Penerapan
Nilai
Toleransi
Antarumat Beragama Upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi hambatanhambatan dalam menerapkan nilai toleransi antarumat beragama di kalangan siswa SMP di Yogyakarta di antaranya yaitu: 1. Memberikan pengarahan kepada semua guru bahwa penerapan nilai toleransi tidak hanya menjadi kewajiban salah satu mata pelajaran saja, tetapi menjadi tanggungjawab semua elemen, baik guru, kepala sekolah, maupun masyarakat dan orang tua. Salah satunya yaitu di sekolah SMP Negeri 1 Kalasan, dimana seorang kepala sekolah memberikan pengarahan kepada semua guru bahwa penanaman nilai toleransi tidak hanya menjadi tanggungjawab guru bidang mata pelajaran tertentu yaitu PKn dan Agama, tetapi juga menjadi tanggungjawab semua guru, termasuk juga kepala sekolah dan masyarakat. Dengan adanya hal tersebut diharapkan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada fanatik agama dan kegiatan anarkis dapat terkurangi. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh SMP Negeri 1 Kalasan yaitu dengan mengadakan silaturahmi setiap hari minggu baik yang beragama Non Islam maupun Islam dengan tujuan untuk mempererat persaudaraan. 2. Memberikan pengarahan kepada guru agama, bahwa pendidikan agama tidak boleh terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekerjasama dengan
100
ilmu lain. Bentuknya bisa berupa latihan-latihan pengalaman keagamaan, sehingga pendidikan menjadikan orang beragama secara transformatif. Dengan demikian tidak akan terjadi kerusuhan hanya dikarenakan perbedaan pandangan. 3. Memberikan pengetahuan agama kepada siswa bahwa mereka sama kedudukannya atau setara dihadapan Tuhan, sehingga setiap siswa diharapkan bisa
dan
mau
menghormati
setiap
perbedaan
diantara
manusia.
Keberlangsungan proses tauhid dalam setiap praxis sosiologis akan juga membawa praxis emansipatoris di kalangan umat, sehingga agama akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. 4. Memberikan pengarahan kepada guru tentang metode yang digunakan dalam materi penanaman nilai toleransi, bahwa metode yang digunakan oleh guru diharapkan tidak hanya berupa materi-materi saja tetapi juga secara praktik. Misalnya seorang siswa diajak untuk bermain peran, sehingga siswa dapat menghayati setiap kejadian-kejadian yang diperankany, seperti yang dilakukan oleh SMP Johannes Bosco dalam menanamkan nilai toleransi kepada para siswa. 5. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 4 Ayat 4 menyatakan bahwa satuan pendidikan yang tidak dapat menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan yang
101
setingkat atau penyelenggara pendidikan agama di masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan agama bagi peserta didik. Sehingga sekolah yang tidak dapat menyediakan guru atau kegiatan yang sesuai dengan agamanya dapat bekerja sama dengan sekolah lain untuk menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didik tersebut.