BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil uji Validitas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi
syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan data yang sesuai dengan apa yang diukur, sebelum dilakukan analisis data berdasarkan hasil data yang terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengujian data melalui uji validitas dan reliabilitas data. A. Hasil Uji Validitas 1. Hasil Validitas Variabel Berpikir Formal (X) Kuesioner penelitian Variabel berpikir formal (X) terdiri atas 12 item. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir pernyataan dengan total skor Variabel Berpikir Formal(X) dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validitas Variabel Berpikir Formal (X) Item
Nilai Korelasi
Kesimpulan
Pernyataan
Batas
X1
0,410
0,3
Valid
X2
0,451
0,3
Valid
X3
0,453
0,3
Valid
X4
0,369
0,3
Valid
23
Item
Nilai Korelasi
Kesimpulan
Pernyataan
Batas
X5
0,379
0,3
Valid
X6
0,369
0,3
Valid
X7
0,440
0,3
Valid
X8
0,410
0,3
Valid
X9
0,401
0,3
Valid
X10
0,390
0,3
Valid
X11
0,396
0,3
Valid
X12
0,369
0,3
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian Hasil pengujian valitas item kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam setiap Variabel (X) memiliki nilai korelasi di atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item angket Variabel Berpikir Formal (X) valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. 2. Hasil Validitas Variabel Hasil Belajar Sejarah (Y) Kuesioner penelitian Variabel Hasil Belajar Sejarah (Y) terdiri atas 11 item. Hasil perhitungan korelasi untuk skor setiap butir pernyataan dengan total skor Variabel Hasil Belajar Sejarah (Y) dapat dilihat dalam tabel berikut.
24
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Validitas Variabel Hasil Belajar sejarah (Y) Item
Nilai Korelasi
Kesimpulan
Pernyataan
Batas
Y1
0,370
0,3
Valid
Y2
0,433
0,3
Valid
Y3
0,386
0,3
Valid
Y4
0,481
0,3
Valid
Y5
0,414
0,3
Valid
Y6
0,458
0,3
Valid
Y7
0,452
0,3
Valid
Y8
0,546
0,3
Valid
Y9
0,401
0,3
Valid
Y10
0,363
0,3
Valid
Y11
0,433
0,3
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian Hasil pengujian valitas item angket menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam setiap Variabel Hasil Belajar Sejarah (Y) memiliki nilai korelasi di atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item angket Variabel
25
Hasil Belajar sejarah (Y) valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. B. Hasil Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan tanggapan responden terhadap item pernyataan angket berdasarkan pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diajukan. Uji Reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas untuk masing-masing variabel diberikan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Reliabilitas Koefisien No
Variabel
Keterangan Reliabilitas
1
Berpikir Formal
1,00
Reliabel
2
Hasil Belajar Sejarah (Y)
1,00
Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian Menurut Santoso (2001: 280) nilai reliabilitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai koefisien reliabilitas (r-hitung) dengan r-tabel sebagai berikut: 1. Apabila nilai alpha > rxy kritis, dengan df=n-2, (0,60) pada level convidence 95% (α= 0,05), maka instrumen tersebut dianggap reliabel.
26
2. Apabila nilai alpha < r xy kritis, dengan df=n-2 (0,60) pada level convidence 95% (α = 0,05), maka kuesioner tersebut tidak reliabel. Hasil uji keandalan instrumen penelitian variabel berpikir formal menunjukkan koefisien realibility alpha (r hitung)
1,00 lebih besar dari
(rkritis), 0.60, sehingga dapat disimpulkan bahwa 12 item instrumen penelitian yang mengukur variabel berpikir formal reliabel, sehingga dapat digunakan dalam pengujian hipotesis. Hasil uji keandalan instrumen penelitian variabel hasil belajar sejarah menunjukkan koefisien realibility alpha (r hitung) 1,00 lebih besar dari (rkritis), 0.60, sehingga dapat disimpulkan bahwa 11 item instrumen penelitian yang mengukur variabel hasil belajar reliabel, sehingga dapat digunakan dalam pengujian hipotesis. 4.2 Pengujian Asumsi Klasik Persamaan regresi linier yang diperoleh melalui metode penaksiran OLS
(Ordinary
Least
Squares)
dapat
dikatakan
baik
untuk
menggambarkan hubungan fungsional sekelompok variable bebas terhadap variable tak bebas jika persamaan tersebut memenuhi asumsi-asumsi regresi klasik. Asumsi regresi yang dilihat adalah asumsi error mengikuti distribusi normal, asumsi bebas kolinearitas dan asumsi tidak terdapat heteroskedastisitas.
27
4.1.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas residu dilakukan untuk memenuhi asumsi regresi yang mensyaratkan residual nilai taksiran model regresi harus berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan Uji KolmogorovSmirnov. Hasil perhitungan uji normalitas residual dari persamaan taksiran yang diperoleh nilai Dhitung = 0,121 dengan p-value (nilai sig) sebesar 0,000. Diperoleh dari hasil penghitungan uji Normalitas untuk data nilai residual dari
model signifikansi (p) adalah 0,000 berada di bawah 0,05. Hasil pengujian normalitas model regresi menunjukkan bahwa nilai residual dari model berdistribusi normal.
28
Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dari grafik output SPSS di bawah ini terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk prediksi perilaku anak berdasar masukan variabel independentnya. 4.2.1
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menunjukkan kondisi variabel independen dalam
model regresi yang saling berkorelasi sempurna. Hal ini menjadikan persamaan regresi yang diperoleh tidak tepat dalam menjelaskan pengaruh X terhadap Y. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factors). Nilai VIF yang kecil menunjukkan tidak adanya korelasi yang tinggi (sempurna) antara variabel X dalam model regresi. Batasan nilai untuk variabel dikatakan berkolinieritas tinggi jika diperoleh nilai VIF untuk variabel independen lebih besar dari 10.
29
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Toleranc Model 1
Berpikir Formal
e
VIF
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Hasil Belajar Sejarah Dari tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) ketiga variabel lebih kecil dari 10, maka bisa disimpulkan bahwa antar variabel tidak terjadi persoalan multikolinearitas dan layak digunakan. 4.2.2
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varians residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Pengujian homogenitas varian dari residual model regresi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan uji Korelasi Rank Spearman.
30
Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas Pearson
Sig. (2-
Correlation
tailed
Variabel
N
Berpikir formal
1,00
0,000
30
Hasil belajar sejarah
1,00
0,000
30
Dari tabel 4.5 di atas hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians dari residual homogen (tidak terssdapat heteroskedastisitas). Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil korelasi X dengan nilai absolut dari residual (error) tidak signifikan pada level 5%. Diperoleh nilai signifikansi korelasi untuk berpikir formal sebesar 1,00 dan untuk hasil belajar sejarah sebesar 1,00, (nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sebagai batas tingkat kekeliruan). Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (SRESID) dengan nilai residualnya (ZPRED). Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
31
Gambar 4.2 Grafik Uji Heterokedastisitas
Dari grafik tersebut di atas, dapat diketahui bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat gangguan heterokedastisitas karena tidak ada pola yang jelas pada titik-titiknya. Titik-titiknya juga menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, kondisi ini menunjukkan tidak terjadinya heterokedastisitas. 4.3 Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis yang diduga dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah. Untuk menguji hipotesis yang digunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi masuk dalam kelompok statistik parametrik yang mensyaratkan data yang digunakan memiliki skala pengukuran interval. Oleh karena data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket kepada responden dangan skala pengukuran data kuesioner berupa data interval, maka untuk
32
memenuhi syarat data yang digunakan dalam analisis regresi berganda yang digunakan terlebih dahulu dilakukan transformasi data menjadi skala interval. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah dilakukan perhitungan analisis regresi berganda. Hasil perhitungan dengan menggunakan alat bantu SPSS V 16 diperoleh hasil penghitungan diperoleh koefisien regresi dan nilai konstanta seperti pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Koefisien Model
Nilai t
Nilai p
Regresi 1
Konstanta
0,020.
0,048
0.000
Berpikir Formal X
0,824
119.667
0.000
R
0.999
R Square
0.998
F
1.432E4
Sig. F
0.000
*) Signifikan secara statistik pada level α = 5%
33
Persamaan regresi yang menjelaskan hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah adalah: Y = 0,020 + 0,824 X Interprestasi hasil persamaan di atas sebagai berikut : Nilai konstanta (a) sebesar 0,020 dengan asumsi menyatakan bahwa hasil belajar sejarah 0,020. Dengan arti setiap ada kenaikan satu satuan skor variable berpikir formal konstan atau tetap. Koefisien regresi variabel berpikir formal (b1) sebesar 0,824 menyatakan bahwa setiap perubahan berpikir formal akan meningkatkan hasil belajar sejarah sebesar 0,824. 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan uji F dan pada tahap kedua dilakukan uji secara parsial untuk melihat kebermaknaan masing-masing variabel independen dalam model regresi yang diperoleh menggunakan uji t. 4.4.1 Pengujian Ketepatan Model (Uji Statistik F) Uji
F
digunakan
untuk
pengujian
koefisien
regresi
secara
keseluruhan untuk menguji keberartian model yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian
34
signifikansi persamaan regresi yang akan diperoleh dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.6 di atas diperoleh nilai F sebesar 1.432E4 dengan signifikansi p sebesar 0,000. Jika dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 (sangat kecil) lebih kecil dari 0,05 adalah signifikan pada α = 5%. Persamaan regresi dapat dinyatakan signifikan yang berarti bahwa secara bersama berpikir formal berpengaruh terhadap hasil belajar 4.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik T) Setelah diketahui bahwa terdapat pengaruh secara simultan maka dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui variabel yang berpengaruh secara signifikan. Untuk keperluan itu dilakukan pengujian koefisien regresi secara parsial dengan menggunakan statistik Uji T. Penentuan hasil pengujian (penerimaan/ penolakan H 0) dapat dilakukan dengan membandingkan t dengan nilai signifikansinya Hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah Berdasarkan Uji t dalam tabel 4.6 di atas menunjukkan hasil sebagai berikut, Tingkat signifikansi untuk variabel berpikir formal adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa berpikir formal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar sejarah di SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini 35
disebabkan oleh kemampuan berpikir formal dalam proses belajar akan memberikan dampak pada peningkatan hasil belajar sejarah di sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir formal terdapat hubungan positif terhadap hasil belajar sejarah. Hal ini dapat diinterpretasi bahwa semakin baik tingkat kemampuan berpikir formal maka akan meningkatkan hasil belajar sejarah di sekolah. 4.4.3 Koefisien Determinan (R2) Untuk mengetahui korelasi berganda dan besarnya hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah dapat dilihat nilai korelasi dan koefisien determinasi (R2). Besarnya hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah dapat dilihat nilai korelasi dan koefisien determinasi (R 2). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara simultan hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah menunjukkan pengaruh sebesar 0,32773 (32,773%). Pengaruh yang diperoleh cukup besar. Sedangkan 100% − 32,773% = 67,227% lainnya dipengaruhi faktor yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Jika dilihat dari tingkat hubungan berpikir formal dengan hasil belajar sejarah masuk dalam kategori kuat (erat) dengan besar korelasi 0,67227 atau 67,227%.
36
4.5 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dan setelah dilakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan baik secara simultan maupun parsial antara (variabel bebas) berpikir formal terhadap (variabel terikat) hasil belajar sejarah pada SMA Prasetya Kota Gorontalo Berdasarkan hasil uji F tampak bahwa tingkat signifikansi F adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa hubungan berpikir formal berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar sejarah dengan tingkat signifikansi 95%. Besarnya hubungan berpikir formal terhadap hasil belajar sejarah adalah 32,773% (R2). Hal ini berarti bahwa berpikir formal selain dipengaruhi oleh hasil belajar sejarah 32,773%, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya diluar faktor yang diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah 67,227%, sehingga dapat dikatakan bahwa berpikir formal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar sejarah. Berdasarkan Hasil pengujian hipotesis (X) menunjukkan bahwa berpikir formal memiliki hubungan signifikan terhadap hasil belajar sejarah, dengan tingkat signifikansi t untuk variable berpikir formal adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05. Pada tingkatan paling bawah berpikir formal mempengaruhi hasil belajar sejarah SMA Prasetya Kota Gorontalo
37