BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Struktur tokoh dan penokohan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis
Tokoh merupakan salah satu bagian unsur pembangun sebuah karya sastra, khususnya novel. Istilah tokoh menunjuk pada orang, pelaku cerita. Sedangkan watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi sang tokoh (Nurgiantoro 2010: 165). Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis mempunyai beberapa tokoh yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Tokoh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a.
Isa adalah tokoh yang berprofesi sebagai seorang guru di Tanah Abang. Guru Isa memiliki sifat takut, tidak suka berkelahi, tidak suka dengan kekerasan tetapi menyukai perdamaian tetapi pemberani. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini “Guru Isa akan merasa terluka hatinya, jika dikatakan padanya, bahwa perasaan yang dirasanya sekarang adalah rasa takut. Tetapi pada dirinya sendiri dia tidak hendak mengakui bahwa dia takut”. Guru isa tidak percaya pada kekerasan. Karena itu beberapa tahun ini perlahan-lahan timbul kekacauan sedikit dalam pandangan hidupnya. Kekerasan yang dipertunjukkan orang-orang Jepang amat melukai perasaanya. Kutipan di atas menujukkan bahwa guru Isa memiliki sikap yang baik dan lembut. Guru Isa tidak mau dengan kekerasan yang terjadi pada lingkungan
ataupun pada dirinya sendiri. Kekerasan yang terjadi pada lingkungannya diakibatkan oleh serangan para tentara Belanda pada masa revolusi. Selain itu ada pula kutipan yang lain yang menggambarkan sikap tokoh Guru Isa yaitu : “aku takut sebenarnya Fat, katanya. Tidak pernah aku berorganisasiseperti ini. Main senjata lagi. Memakai pistol saja aku tidak tahu. Tetapi kalau tidak ikut, engkau tahu apa akan kata orang”. Dari kutipan di atas sudah nampak jelas bahwa Guru Isa memiliki sikap penakut. Guru Isa sangat takut dengan pertempuran dan pemborontakan. Dia tidak mau memegang senjata untuk melawan para serdadu-serdadu Belanda yang ingin melakukan penyerbuan terhadap tanah atau tempat tinggalnya. “ketika mereka lewat di depan kantor KPM dekat stasiun Gambir, Guru Isa merasa melihat serdadu-serdadu India penjaga Markas Besar Inggris itu memandang truk mereka yang lewat.” “di kakinya peti-peti amunisi dan granat tangan dan di pinggir jalan serdadu-serdadu. Baru lega hatinya, ketika Hasil melambaikan tangannya dan berteriak, Jai Hind ! ” Kutipan dia atas menggambarkan sosok Guru Isa yang memiliki sikap penakut tetapi dia berani melakukan perbuatan kepahlawanan. Guru Isa melakukannya dengan ikut serta bersama teman-temannya membawa senjata secara diam-diam lewat di depan musuh. b.
Fatimah adalah istri dari Guru Isa. Fatimah memilki sikap penyabar, pemberi semangat, dan suka menuruti hawa nafsu. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini : “tidak perlu engkau takut Is, Kata Fatimah. Bukankah semua orang ikut ? kalau engkau tidak ikut, jangan nanti kita dicap mata-mata musuh lagi. Engkau tahu betapa mudahnya orang dipotong karena soal bukan-bukan saja”.
Kutipan di atas menggambarkan sikap Fatimah yang merupakan sosok istri yang memberikan semangat kepada suaminya untuk tetap kuat dan bertahan dalam organisasi membela tanah Air. “ kalau hari ini engkau tidak dapat uang, aku tidak tahu lagi kemana harus menghutang beras, kata Fatimah Padanya, menuangkan kopi untuknya. Gulapun telah habis. Kepada Bibi Tatang aku telah menghutang beras lima liter. Belum juga kita ganti sudah dalam. Sedang aku berjanji mengembalikannya dalam dua hari. Membon di warung susah benar sekarang. Hutang pada tukang sayur telah lama amat tidak dibayar. ” Kutipan di atas juga menggambarkan sikap Fatimah yang memiliki sikap penyabar dalam menghadapi kehidupan ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Fatimah tak pernah menyerah dan tetap menjalani kekurangan ekonomi karena dia tahu bahwa suaminya hanya sebagai seorang Guru yang penghasilannya kurang. Selain itu Fatimah juga memiliki sikap suka memenuhi nafsunya. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini: “diletakannya biola di atas meja kerja Guru Isa, dan Hasil masuk kamar tidur. Fatimah berdiri dekat tempat tidur. Mata mereka bertemu. Hasil melangkah perlahan-lahan, berdiri di depan Fatimah, menatap mukanya lama-lama, hingga akhirnya Fatimah menundukan matanya, dan Hasil memeluknya, dan berbisik, Fat !!, dan Fatimah mula-mula mencoba mengelakkannya, tidak terlalu yakin dan kuat, berbisik, kita berdosa,dosa, berdosa, tetapi perkataanya hilang ditelan cium Hasil, dan akhirnya dia mengalah, mengalah dan mengalah” Kutipan di atas menggambarkan sosok Fatimah yang menuruti hawa nafsunya untuk melakukan sesuatu dengan orang lain yang sepantasnya tidak harus dilakukan oleh seorang istri. Fatimah dengan cepat menuruti perkataan orang karena dia menuruti hawa nafsunya.
c.
Hasil adalah sahabat Guru Isa. Dia memiliki sikap keras kepala dan pemberani. Sikap keras kepala yang dimiliki oleh tokoh hasil dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini: “berikan pistol itu ke sini!, perintahnya. Hasil Mundur melangkah. “Jangan Ayah ! kita perlu senjata untuk perjungan kemerdekan.
“kemerdekaan ? Bah !!. sumpah Mr. Kamaruddin. “ kamu anak-anak muda sudah gila. Apa engkau pikir kamu biasa menang berperang melawan Belanda? Berontak-berontak seperti orang gila.”Mr. Kamaruddin menggerakan tanganya hendak menyentakkan pistol itu dari tanggan anaknya. Tapi hasil cepat berbalik, berlari, dan ketika dia tiba di pintu pagar rumah, dan melihat ke kiri dan ke kanan memeriksa jalan yang kosong, teriak ayahnya mengejarnya, ”Hasiiiiiiillll !!kembaliiiii !! ”(ML, 29-39) Kutipan di atas menggambarkan sikap Hasil yang keras kepala. Hasil membantah dan menolak perkataan orang tuanya untuk tidak mengambil pistol. Hasil tidak perduli dan tidak menuruti perkataan orang tuanya. Dia tetap membawa pistol keluar dari rumahnya dan bergabung dengan temanteman organnisasi untuk kemerdekaan. Selain itu sikap pemberani yang dimiliki oleh Hasil dapat dibuktikan dalam kutipan novel berikut: “Hasil berbisik padanya, mereka mencari senjata, mana biolamu?” Dia memberikan biolanya, dan Hasil mengeluarkan pistol dari saku celanya dan memasukkannya ke dalam biola. Dan Hasil terus menjinjing biola itu. Guru Isa mengajak Hasil mencari jalan lain. Tetapi semua simpang telah dijaga, dan mereka harus lewat pos penggeladahan di Laan Holle. Semakin dekat mereka ke tempat penggeladahan semakin kecut Guru Isa. Hanya Hasil yang tidak berubah. Sebaliknya semakin banyak dia berbicara. Dan sebentar-sebentar Hasil tertawa.” Kutipan di atas nampak jelas bahwa Hasil memiliki sikap pemberani. Dia melakukan sesuatu yang dianggap akan berbahaya bagi dia. Tetapi dia tetap merasa seolah-olah dia akan baik-baik saja. Sementara Guru Isa merasa takut
jika penggeledahan yang dilakukan oleh para Serdadu dapat mengetahui apa yang dibawa oleh Hasil. Hasil berusaha tenang walaupun bahaya mengancam keadaannya. d.
Mr.Kamaruddin adalah Ayah dari Hasil. Dia memiliki sikap egois tetapi dia penyayang dan perhatian. Sikap egois yang dimiliki oleh Mr. Kamaruddin terdapat pada kutipan berikut: “Dalam teriak itu juga tersembunyi rasa takut Mr. Kamaruddin sendiri. Rasa takut yang dipendamkannya jauh-jauh dalam hatinya. Takut melihat perubahan-perubahan masa, dan perubahan-perubahan yang tidak dapat dia mengerti. Dia tidak mengerti mengapa orang tidak hendak menerima perintah Belanda kembali. Jika Belanda kembali, semuanya akan beres. Dia sendiri akan mendapatkan pensiunnya kembali, dan kemungkinan dipekerjakan, karena dia tahu banyak kekurangan tenaga dalam pemerintahan. Dan kesenangan dan kehormatan yang dahulu akan kembali. Berapa kali dia membicarakan ini dengan kawan-kawannya yang seumur dengan dia, dan mereka semua setuju dengan pikirannya. ” Kutipan di atas menujukkan bahwa sikap Mr.Kamaruddin adalah egois. Dia merasa takut dengan adanya perubahan-perubahan yang ada di lingkungannya. Perubahan yang mengakibatkan dia merasa rugi. Dia ingin kembali menerima tawaran Belanda tanpa memikirkan kemerdekaan Tanah Airnya. Dengan tawaran ini Mr. Kamaruddin dapat merasakan kesenangan dan kehormatannya kembali. Mr. Kamaruddin tidak hanya memiliki sifat egois tetapi dia juga memiliki sifat perhatian dan juga penyayang. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel berikut : seminggu yang lalu? Anak kepala batu ! engkau mau mati?” “Engkau mau bertempur? Berapa kali Ayah sudah melarang. Engkau jangan campurcampur dengan bertempur-tempur ! apa engkau pikir engkau bisa menang dengan pistol kecil itu? ” dia rupanya teringat sesuatu.
“Ha, rupanya pistol itu masih belum juga engkau buang ? bukankah ayah sudah suruh Kutipan di atas menggambarkan sosok ayah yang melarang anaknya untuk tidak ikut campur tangan terhadap pertempuran. Karena pertempuran yang dilakukan anaknya akan berbahaya bagi keselamatanya. Mr Kamaruddin tidak mau anaknya akan mengalami bahaya maut. Sikap yang ditunjukan oleh Mr. Kamaruddin ini merupakan salah satu sikap kepedulian dan kasih sayang terhadap anaknya, hingga dia bersikap keras melarang anaknya memegang senjata untuk pertempuran. e.
Tuan Hamidy adalah tetangga Guru Isa. Dia memiliki sikap baik dan suka membantu kebutuhan perjuangan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut : “Kita bermaksud pinjam truk Tuan Hamidy sebentar sore,kata Guru Isa. Dia ingat bunyi surat Hasil yang menyuruh carikan kenderaan sedapatdapatnya kalau bisa. “Untuk perjuanga membawa .......Tuan maklum, kata Guru Isa ” “Gampang,,gampang, pukul berapa perlu nanti saya sediakan,” kata Tuan Hamidy.” Dalam perjuangan kita mesti bantu-membantu, bukan? Kalau beras lepas, saya juga mau sumbangkan sekarung dua untuk badan perjuangan kita, katanya” “Terimah kasih, nanti kira-kira pukul tiga kami perlu, kata Guru Isa” “Baik,,baik. Kata Tuan Hamidy” Kutipan di atas menggambarkan sikap tuan Hamidy yang baik karena dia suka menolong untuk perjuangan. Menolong sesama untuk perjuangan kemerdekaan. Tuan Hamidy tak segan-segan menyumbangkan truk untuk kepentingan kemerdekaan serta menyumbangkan berasnya untuk keperluan kebutuhan perjuangan para pemuda dalam membelah dan mempertahankan kemerdekaan Tanah Air.
f.
Abdullah adalah sopir Tuan Hamidy. Dia memikli sikap baik suka membantu dan juga pemberani. Sifat suka membantu yang dimiliki oleh Abdullah terdapat dalam kutipan novel berikut : “Siapa namamu Bung? ”Tanya Hasil “Abdullah Pak !” “Dullah, trukmu ini apa bisa jalan?” tanya Hasil Sopir Abdullah tertawa, dan berkata, ” jelek-jelek, tapi jago ini Pak.” Dia duduk dibelakang setir. Dan menekan stater. Stater berbunyi sebentar kemudian macet. Sopir Dullah mengulang kembali. Berbunyi macet kembali. “Mana bisa jalan,” Hasil menuduh. Sopir Dullah berkata, “kurang ajar benar, Pak. Tadi siang masih bisa jalan. Memang penyakitnya staternya suka macet”. Kutipan di atas dapat diketahui bahwa Abdullah merupakan sosok orang yang suka menolong untuk kepentingan kemerdekaan. Dia bersedia dan berusaha menghidupkan mesin truknya agar bisa hidup kembali. Dia tahu bahwa truk yang disetirnya sangat penting digunakan untuk membawa perlengkapan perjuagan Tanah Airnya. Selain itu, Abdullah juga memiliki sifat pemberani. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel di bawah ini: “Semua orang suka menolong sekarang untuk perjuangan,” kata Dullah gembira. ” kemana sekarang Pak? ” tanyanya. “Asam Reges, depan pabrik limun,” kata Hasil. Mereka bertiga diam sebentar. Kemudian Hasil berkata pada Dullah. “Engkau tau kita mau bawa apa?” Dullah tertawa menyeringai, hingga keluar giginya yang besar-besar dan kuning kotor. Dia meludah ke jalan, memukulkan tangannya ke setir, dan berkata, “ bawa apa saja, saya ikut Pak !!” “Ini bisa berbahaya,” kata Hasil, kita pergi mengambil senjata dan membawanya ke Manggarai. Di sana kita sembunyikan dan kemudian akan diselundupkan ke Krawang. Engkau masih berani ?” “Dullah berkata, kalau Bapak Guru dan Bapak berani, mengapa saya tidak berani?”
“Saya ada pengalaman Pak,” Dullah bercerita sendiri. ” Serdadu-serdadu Muslimin India itu baik sama kita. Yang galak serdadu Gurkha. Tapi kapan kita serbu semua orang putih, Inggris, Amerika dan Belanda ?” Kutipan di atas nampak jelas bahwa tokoh Abdullah adalah pemberani. Dia ikut melakukan sesuatu yang membahayakan bagi dia. Abdullah dengan semangat turut ikut untuk mengangkut senjata yang akan dijemput dan dibawa ke Manggarai untuk disembunyikan. Abdullah tanpa berpikir panjang dia langsung ikut bersama-sama dengan Guru Isa dan Hasil untuk mengangkut senjata yang akan dipakai untuk kemerdekaan. g.
Ontong
adalah sahabat seperjuangan Hasil. Ontong memiliki sikap
pemberani dan suka membunuh orang yang menjadi mata-mata musuh. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel : “Sungguh bau benar. Bangkai ayam atau anjing barangkali. Tidak dikuburkan?” “Mendengar kata Guru Isa, Ontong tertawa terbahak-bahak. Tertawa kurang ajar . “Bukan bangkai ayam atau anjing Pak!” katanya, bangkai mata-mata musuh. Dua orang perempuan Tionghoa. Kita potong tiga hari yang lalu. Ketangkap lagi lewat di kampung. Diperiksa tidak mau mengaku, katanya mau menagih hutang. Hutang apa,,hah, terus dibeginiin.” Dia menggerakan tangannya seakan orang yang hendak mencabut golok, kemudian dengan jari telunjuknya digoresnya lehernya. Kemudian dia meludah ke tanah, berat seperti kelereng. Kiran dan Imam ikut tertawa. “Ontong ini benar algojo. Kita semua tidak ada yang berani potong. Dia yang potong,” kata Kiran Kutipan di atas menggambarkan sosok Ontong yang memiliki sikap pemberani. Dia tidak takut dengan apa yang dilakukannya terhadap orang Tionghoa. Dia memotong orang dan memasukan ke dalam sumur agar tidak diketahui oleh musuh. Ontong langsung bertindak sesuatu kepada orang lain yang dia anggap adalah mata-mata musuh. Hal itu dilakukanya agar para
serdadu- serdadu Belanda tidak mengetahui rahasia yang dilakukan oleh para pemuda yang membela kemerdekaan. h.
Rakhmat adalah sahabat seperjuangan Hasil. Dia memilki sikap baik dan suka membantu dalam membela Tanah Air. Sikap yang dimiliki oleh Rakhmat dapat dibuktikan dalam kutipan novel berikut: “Merdeka ! Rakhmat, truk sudah ada di jalanan!” teriaknya dari luar. Pintu dibukakan perlahan-lahan, dan sebuah hidung, dan sebelah mata, sejemput kening dan rambut melihat mereka dari balik pintu. Ketika mata itu mengenali Hasil pintu dibukakan lebar-lebar, dan orang yang membukakan pintu itu, berkata, “merdeka, Bung ! engkau ? terlambat benar. Kami sangka engkau tidak akan datang lagi.” “ini Guru Isa kawan kita,” kata Hasil memperkenalkan Guru Isa. “ini Rakhmat, dari Laskar Rakyat di Bekasi” Kutipan di atas nampak jelas bahwa sosok Rakhmat memiliki sikap suka membantu dan ikut serta dalam menyembunyikan senjata. Hal ini dilakukannya untuk kepentingan dan kemerdekaan serta mempertahankan Tanah Air.
i.
Saleh adalah sahabat Guru Isa. Saleh bekerja sebagai seorang Guru. Dia memiliki sikap baik tetapi takut dengan keadaan yang ada disekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini : “Isa, kata Saleh, saya mau minta pikiranmu sedikit. ” Dia duduk di bangku di depan meja Guru Isa. “Ya ?” Guru Isa berkata, mengangkat kepalanya, dan memandang kepada Saleh. “Saya hendak pergi mengungsi” “Mengungsi ?” tanya Guru Isa. Hatinya tertarik. Perkataan itu merdu benar terdengar. Mengungsi. Lari dari ini semua. Lari dari Jakarta yang penuh ancaman dan tembakan. Mati, perkosaan dan kekerasan. “Saya mau pindah saja ke purwakarta. Sama orang tua. Tidak tahan dengan terus-terus begini. Saban malam tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar geledahan. Kemarin orang sebelah dibawa sam serdadu-serdadu Nica”.
Kutipan
di atas menggambarkan tokoh Saleh yang merasa takut dan
mengungsi ke Purwakarta pada orang tuanya. Saleh tidak tahan dan merasa takut dengan keadaan yang ada disekitar lingkungannya. Saleh merasa bahwa dia akan digeledah oleh para serdadu-serdadu Belanda. Dia pergi mengungsi untuk menghindar dari geledahan yang dilakukan oleh para serdadu-serdadu Belanda. Dia menganggap bisa merasa nyaman dengan pindah ke Purwakarta. j.
Baba Tan adalah salah satu pemilik warung yang berada di Jalan Gang Jaksa. Warungnya sebagai langganan Fatimah untuk berhutang beras. Baba Tan memiliki sikap egois dan sedikit pelit. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini: “kasih saya beras dua liter, katanya pada anak Baba Tan yang menjaga warung. Anak itu membungkus beras dua liter dan diletakkannya di atas meja di depan perempuan itu.” “enam rupiah !” “ah, naik lagi. Kemarin dulu juga seringgit, ”bantah perempuan itu “beras susah masuk sekarang,” anak itu membela harganya. “saya ngutang saja,” sahut perempuan itu, dan tangannya menjangkau bungkusan beras. “tidak boleh bon lagi sekarang,” kata Baba Tan dari pintu warung. Dia telah lama berdiri di sana mendengarkan. “tapi saya langganan lama” “ya, tapi sekarang semua susah, saya juga banyak yang susah,” kata Baba Tan. ”tidak bisa kasih hutang. Tidak bisa”. Kutipan dia atas menggambarkan sikap Baba Tan yang tidak baik. Seorang perempuan datang ke warungnya untuk mengutang beras tetapi Baba Tan tidak menerima. Alasanya karena keadaan sekarang sangat susah. Beras susah masuk sehingga Baba Tan juga ikut susah. Dengan sikap Baba Tan nampak bahwa dia hanya memikirkan keadaannya, tanpa harus memikirkan perasaan orang lain dengan bersikap pelit terdahap langganannya.
k.
Pak Damrah adalah pemilik warung makan di Jalan Gang Jaksa. Setiap pagi warungnya diramaikan oleh opas Kantor Kotapraja, tukang becak dan orangorang yang ingin singgah untuk sarapan pagi.
l.
Salim adalah anak angkat dari Guru Isa dan Fatimah.
1.1.2 Patriotisme tokoh dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis a.
Rela Berkorban Rela berkorban merupakan bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan tidak
mengharapkan imbalan, dan mau memberikan sebagian yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Rela berkorban yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sikap kerelaan seseorang untuk membela dan mempertahankan Bangsa dan Negaranya dari ancaman para pemberontak atau penjajah pada masa revolusi yang ada dalam novel jalan tak ada ujung karya Muhctar Lubis. Adapun sikap rela berkorban yang ditunjukan oleh tokoh dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini : “ hanya semakin hari semakin dia tidak suka buka mulut. Karim engkau tentu ingat padanya, kena tembak dan luka parah dalam pertempuran dekat Bekasi dekat patroli musuh. Dia sekarang di rumah sakit tentara di Purwakarta”.
Kutipan di atas menggambarkan sosok Karim yang rela berkorban dengan kena tembak dan luka parah pada saat pertempuran di Bekasi. Karim melakukan pertempuran untuk perjuangan kemerdekaan. Selain itu juga, sikap rela berkorban yang ditunjukkan oleh tokoh yang lain terdapat pada kutipan novel berikut ini : “kemudian dia hanya merasa tiba-tiba sesuatu yang besar. Yang berat dan keras memukul dadanya, nafasnya sebagai dilontarkan ke luar dari rongga dadanya, dan tulang dadanya serasa remuk. Jantungnya menjerit perih, dan ketika tendangan
yang kedua datang, Guru Isa hanya mendengar bunyi tubuh yang yang dipukul keras, gemuruh yang semakin menjauh, bertambah kabur , dan akhirnya dia hanyut ditelan kegelapan.”
Kutipan di atas juga menggambarkan pengorbanan seorang pemuda Indonesia yang disiksa oleh para serdadu Belanda. Dipaksa dengan kasar agar mengaku dengan apa yang dilakukan pada saat kejadian di bioskop. Kutipan-kutipan novel di atas nampak jelas menggambarkan sosok pemuda yang rela berkorban untuk kepentingan kemerdekaan pada masa revolusi. Sikap kerelaan seseorang untuk berkorban dalam mempertahankan tanah Airnya dari para penjajah Belanda yang ingin mengambil yang bukan hak mereka. Pengorbanan yang dilakukan oleh tokoh merupakan bagian dari sikap patriotisme yang ada dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. b. Menempatkan Persatuan dan Kesatuan Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan dan kesatuan mengandung arti bahwa bersatunya tekad para pemuda untuk menjadi
satu kebulatan yang utuh dan serasi. Artinya
persatuan dan kesatuan yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. Persatuan dan kesatuan terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis dapat dibuktikan dalam kutipan novel di bawah ini : “Kita bermaksud pinjam truk Tuan Hamidy sebentar sore,kata Guru Isa. Dia ingat bunyi surat Hasil yang menyuruh carikan kenderaan sedapat-dapatnya kalau bisa. “Untuk perjuanga membawa .......Tuan maklum, kata Guru Isa ” “Gampang,,gampang, pukul berapa perlu nanti saya sediakan,” kata Tuan Hamidy.” Dalam perjuangan kita mesti bantu-membantu, bukan? Kalau beras lepas, saya juga mau sumbangkan sekarung dua untuk badan perjuangan kita, katanya” “Terimah kasih, nanti kira-kira pukul tiga kami perlu, kata Guru Isa” “Baik,,baik. Kata Tuan Hamidy”
Kutipan di atas menggambarkan sosok tokoh Tuan Hamidy yang menyumbangkan kenderaannya untuk perjuangan. Di masa perjuangan ini banyak orang yang ingin saling membantu untuk kepentingan perjuangan dalam melawan para penjajah. Selain kutipan di atas, adapun kutipan lain yang juga menggambarkan sikap persatuan dan kesatuan. Hal ini terdapat dalam kutipan novel di bawah ini : “anak-anak yang bermain-main memanjati truk itu sekarang berteriakteriak, ”dorong, dorong saja,!” Akhirnya truk itu didorong. Tukang-tukang jahit keluar meninggalkan pekerjaan mereka, dan membantu mendorong. Dua orang tukang becak yang sedang ngopi berdiri dan ikut pula mendorong. Penjual pisang gorengdan air kopi ikut pula. Kutipan di atas menggambarkan suasana gotong royong masyarakat Indonesia mendorong truk yang macet digunakan untuk kepentingan perjuangan. Selain itu kutipan novel lain yang menunjukkan sikap persatuan dan kesatuan adalah : “Semua orang suka menolong sekarang untuk perjuangan,” kata Dullah gembira. ” kemana sekarang Pak? ” tanyanya. “Asam Rages, depan pabrik limun,” kata Hasil. Mereka bertiga diam sebentar. Kemudian Hasil berkata pada Dullah. “Engkau tau kita mau bawa apa?” Dullah tertawa menyeringai, hingga keluar giginya yang besar-besar dan kuning kotor. Dia meludah ke jalan, memukulkan tangannya ke setir, dan berkata, “ bawa apa saja, saya ikut Pak !!” “Ini bisa berbahaya,” kata Hasil, kita pergi mengambil senjata dan membawanya ke Manggarai. Di sana kita sembunyikan dan kemudian akan diselundupkan ke Krawang. Engkau masih berani ?” “Dullah berkata, kalau Bapak Guru dan Bapak berani, mengapa saya tidak berani?” Kutipan-kutipan novel di atas nampak jelas menggambarkan suasana gotong royong atau saling tolong menolong untuk kepentingan perjuangan. Orang-orang berusaha untuk tetap bersatu dalam kepentingan membela Tanah Air dari
penjajah. Sikap persatuan dan kesatuan yang digambarkan tokoh dalam kutipan novel di atas merupakan bagian dari patriotisme yang ada dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. c.
Berjiwa Pembaharu Menurut Roger pembaharuan merupakan suatu ide, praktek, objek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau unit adopsi lainnya. Pembaharuan yang dimaksud dalam penelitian ini lebih mengarah pada sikap untuk melakukan perubahan-perubahan untuk bisa keluar dari cengkraman pada masa revolusi yang digambarkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. Jiwa pembaharua dalam novel ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel berikut ini: “Mereka rapat di sebuah rumah di tengah-tengah kampung. Rapat diadakan setelah sembahyang maghrib. Sekeliling rumah itu telah dikawal oleh pemuda-pemuda, bersenjata golok dan bambu runcing. Kelihatannya anak-anak mudah itu berbuat seakan-akan setiap saat musuh akan menyerbu, hingga tambah berdebar-debar hati Guru Isa ketika masuk ke dalam rumah. Tidak banyak yang diingatnya dari rapat yang bersemangat itu. semua orang bersumpah berani mati, dan berani berkorba untuk kemerdekaan. Hasil yang berbicara paling banyak. Membawa bermacammacam rencana tentang cara-cara mencari senjata. Dan kemudian, alangkah terkejutnya dia, ketika terpilih menjadi kurir pengantar senjata dan surat-surat di dalam kota Jakarta. Alasan-alasan pemuda-pemuda itu ialah, karena dia Guru sekolah, maka orang tidak akan curiga padanya.”
Kutipan di atas menggambarkan sikap pembaharu. Para pemuda atau para pejuang melakukan rapat untuk persiapan perlengkapan kebutuhan perjuangan. Bagaimana cara untuk mendapatkan senjata. Selain itu Guru Isa ditunjuk sebagai pengantar senjata dan pengantar surat di dalam kota Jakarta. Keputusan ini bertujuan agar para serdadu Belanda tidak mengetahui dan curiga terhadap apa yang dilakukan oleh para pemuda.
Selain kutipan di atas, terdapat pula kutipan lain yang menggambarkan sikap pembaharu yang ada dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. di bawah ini kutipan novel yang bersifat pembaharu adalah : “Yang bikinan Jepang mereka dapat dahulu dari serdadu-serdadu Jepang, dan yang bikinan Amerika dapat dibeli dari serdadu-serdadu India Muslimin”. tidak seorang juga serdadu “Jika kita angkat terang-terangan, siang-siang, maka Inggris yang akan curiga kita membawa mesiu. Tulis Hasil dalam suratnya, sebab itu ikhtiarkanlah meminjam truk Tuan Hamidy di sebelah rumahmu itu.” “Barang-barang itu disimpan di Asam Reges, dan harus mereka bawa ke Manggarai. Di Manggarai akan disembunyikan di rumah seorang kawan, dan berangsur-angsur akan diseludupkan ke Karawang di dalam lokomotif ”.
Kutipan di atas menggambarkan bahwa menyembunyikan senjata dan disimpan secara diam-diam ke Karawang merupakan salah satu cara atau strategi para pemuda agar tidak diketahui oleh para serdadu Belanda. Dengan adanya senjata yang ada para pemuda dengan mudah menyerang para penjajah. Hal ini merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh para pemuda untuk memudahkan mereka dalam melakukan penyerangan terhadap para penjajah. Selain itu pula kutipan novel lain yang juga menggambarkan sikap pembaharu yaitu : “pekerjaan kita selama ini tidak memadai lagi, karena kurang teratur. Sekarang kita mengumpulkan dana yang cukup untuk menagatur pekerjaan kita. Kerja di dalam dan d luar mesti dikoordinir. Kita akan bagi-bagi mereka yang hanya membeli saja, menyampaikan kepada yang menyimpan, dan yang menyimpan menyampaikan pula kepada yang membawa keluar. Dengan ini diharapkan resiko berkurang. Karena kalau seperti sekarang, yang membeli orang itu juga, yang menyimpan dia juga, dan menyelundupkan keluar kota dia juga, maka terlalu besar resikonya. Telah diputuskan Saudara akan memegang dana untuk Jakarta, dan sewaktu-waktu akan datang orang meminta uang Saudara dengan surat-surat dan tanda tangan yang syah dari markas kita di Krawang.”
Kutipan di atas menggambarkan bahwa yang ditugaskan untuk membeli perlengkapan di dalam kota dapat diberitahukan saja kepada yang menyimpan. Dan orang yang ditugaskan untuk menyimpan akan memberitahu kepada orang-
orang yang di luar kota. Dengan strategi yang dibuat oleh para pemudah ini dapat memudahkan resiko berkurang. “Kalau mau perang juga bukan di Jakarta lagi.kata Hasil. Di sini kita tak bisa perang. Musuh terlalu kuat. Karena itu kita sekarang bikin persediaan di luar kota. Sebab itu senjata-senjata mesti dikirim ke luar kota”
Kutipan di atas juga menggambarkan bahwa membuat persediaan di luar kota merupakan salah satu siasat para pemuda. Semua perlengkapan perang dibuat di luar kota dengan tujuan mengantisipasi yang terjadi di dalam kota. Hal ini dilakukan agar para penjajah tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh para pemuda. Kutipan-kutipan novel di atas nampak jelas dapat menggambarkan jiwajiwa para pemuda yang melakukan pembaharuan untuk melaksanakan serangan terhadap para penjajah pada masa revolusi. Dan ini merupakan sikap pembaharu yang termasuk dari sikap patriotisme yang digambarkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muhctar Lubis. d.
Tidak Kenal Menyerah Tidak kenal menyerah merupakan sikap bertahan untuk tetap ingin
mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami kegagalan, mendapat hambatan dan rintangan. Pada Hakikatnya tidak kenal menyerah merupakan perjuangan yang tangguh penuh semangat, tidak putus asa, kuat kerja keras dan tidak menyerah. Sikap bertahan dan tetap berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel berikut: “dalam perjuangan kemerdekaan ini tidak ada tempat pikiran kacau dan raguragu,kata Hasil. Saya tidak pernah ragu,dari mulai. Saya tahu semenjak mula bahwa jalan yang kita tempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habishabisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus tidak ada ujungnya.
Perjuangan ini meskipun kita sudah merdeka. Dimana ada ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Sekali kita memilih jalan perjuangan, maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku semuanya telah memilih jalan perjuangan”
Setiap orang yang memilih jalan untuk perjuangan tidak ada lagi pikiran yang ragu-ragu dan perasaan yang was-was. Jalan perjuangan merupakan jalan yang harus ditempuh. Sekali memilih dan menempuh jalan perjuangan itu adalah jalan tak ada ujung. Jalan yang tidak akan habis-habisnya dapat ditempuh untuk mempertahankan Tanah Air tercinta. Dalam kehidupan perjuangan pasti akan berhadapan dengan musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan. Sebuah perjalanan perjuangan dalam membelah tak air dari segala ancaman para tentara Belanda. Perjalanan perjuangan tanpa mengenal kata menyerah atau mundur dan terus berjuang hingga titik darah penghabisan. “Dan Guru Isa ingat jalan tidak ada ujung. Sekali dijalani harus dijalani terus, tiada habis-habisnya. Terutama sekali ketakutannya sendiri. Dia takut ikut dengan mereka yang memperolok-olokkan maut ini. Dan lebih takut lag iuntuk tidak ikut.” “telah begitu lama dia mengikuti anak-anak perjuangan ini yang dapat tertawa bercakap-cakap dengan maut, masih saja dalam hati Guru Isa tidak bisa timbul kegembiraan untuk perjuangan. Hatinya terlalu takut untuk merasa gembira.”
Guru Isa merasakan bahwa jalan yang ditempuh adalah jalan yang tidak ada ujung. Jalan yang tidak akan habis-habisnya dia jalani. Menjalani kehidupan yang diselimuti dan dihantui oleh perasaan takut. Guru Isa berusaha agar rasa takutnya dapat diatasi. Guru Isa berusaha melawan perasaan takutnya untuk tetap bertahan dan tetap melakukan perbuatan untuk perjuangan kemerdekaan. “siapa yang tidak takut, dia menjawab. ’’saya juga takut. Mana ada orang yang tidak takut ? tapi ini perjuangan harus dijalankan. Sendiri kita bisa kalah, hancur diremukkan musuh. Tetapi sama-sama,engkau dan saya,dengan Isa dengan Rakhmat dan orang-orang lain, kita menjadi kuat. Ketakutan besar kita bagi-bagi, hingga rasa takut bisa kita dukung, sama-sama tidak sampai membeku dan membikin kaku tubuh dan hati. Tapi biar tinggal sendiri, kita nanti terus juga. Kita bisa mati, kawan-kawan bisa mati, tapi mesti jalan terus. Kalau kita berhenti,kita kalah,biarpun masih hidup. Karena pemberontakan terus biar dibawa mati, adalah satu kemenangan.hati kita musuh tidak bisa dikuasai selama-lamanya”
Kerelaan untuk tetap bertahan dalam perjuangan sampai titik darah yang mengalir. Terus membela dan mempertahankan tanah air dari para cengkraman musuh serta tetap bertahan hingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh para pembela tanah air. Kutipan-kutipan di atas dapat menunjukkan sikap kerelaan seseorang yang terus bertahan dalam menghadapi rintangan, memperjuangkan dengan penuh semangat dan tanpa mengenal kata menyerah dalam mempertahankan tanah Air dari serangan yang dilakukan oleh para tentara Belanda. Sikap ini merupakan bagian dari ciri patriotisme yang digambarkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. 1.2 Pembahasan Patriotisme merupakan keterikatan seseorang kepada kelompok yaitu suku, bangsa, dan partai politik. Keterikatan yang dimaksud yaitu kerelaan seseorang dalam memposisikan diri pada suatu kelompok sosial untuk menjadi loyal. Patriotisme dapat pula dikatakan sebagai kecintaan seseorang terhadap bangsa dan negara, rasa kebanggaan sebagai warga negara, serta perhatian khusus terhadap sisi positif dari negara dan rakyat. Sikap patriotisme yang dimaksud yaitu sikap patriotisme yang dimiliki oleh tokoh dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis. Tokoh dan penokohan yang digambarkan dalam novel yaitu Isa yang berprofesi sebagai seorang Guru yang mengajar di tanah Abang. Rahkmat dan Hasil yaitu sahabat seperjuangan Guru Isa yang berani melempar bom pada tentara Belanda. Saleh bekerja sebagai seorang Guru. Dia memiliki sikap baik tetapi takut dengan keadaan yang ada disekitarnya. Tuan Hamidy adalah tetangga
Guru Isa. Dia memiliki sikap baik dan suka membantu kebutuhan perjuangan. Abdullah adalah sopir Tuan Hamidy. Dia memikli sikap baik suka membantu dan juga pemberani. Fatimah adalah istri dari Guru Isa. Fatimah memilki sikap penyabar, pemberi semangat, dan suka menuruti hawa nafsu. Ontong adalah sahabat seperjuangan Hasil. Ontong memiliki sikap pemberani dan suka membunuh orang yang menjadi mata-mata musuh. Ciri-ciri patriotisme yang digambarkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis yaitu : a. Rela berkorban yang digambarkan melalui tokoh dan penokohanya. Rela berkorban untuk membela dan mempertahankan Bangsa dan Negaranya dari ancaman para pemberontak atau penjajah pada masa revolusi. Sikap kerelaan para pemuda Indonesia untuk berkorban dalam mempertahankan tanah Airnya dari para penjajah Belanda yang ingin mengambil yang bukan hak mereka. b. Menempatan persatuan dan kesatuan. Menempatkan persatuan dan kesatuan bertujuan untuk kepentingan perjuangan. Para pemuda Indonesia saling tolongmenolong dalam memenuhi kebutuhan untuk keperluan perjuangan dalam melawan para serdadu-serdadu Belanda pada masa revolusi. c. Berjiwa pembaharu merupakan bagian ciri patriotisme yang digambarkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis. Para pemuda Indonesia bersikap untuk melakukan perubahan-perubahan untuk bisa keluar dari cengkraman para Belanda. Menyusun strategi atau cara untuk mendapatkan senjata secara diam-diam agar tidak diketahui oleh musuh. Dengan adanya senjata para pemuda dengan mudah menyerang para penjajah
d. Tidak kenal menyerah. Tidak kenal menyerah merupakan sikap bertahan untuk tetap ingin mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami kegagalan, mendapat hambatan dan rintangan. Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis digambarkan bahwa perjalanan para pemuda dalam memperjuangkan dan membelah tak air dari segala ancaman para tentara Belanda. Perjalanan perjuangan tanpa mengenal kata menyerah atau mundur dan terus berjuang hingga titik darah penghabisan. Sikap kerelaan para pemuda Indonesia yang terus bertahan dalam menghadapi rintangan, memperjuangkan dengan penuh semangat tanpa mengenal kata menyerah dalam mempertahankan tanah Air dari serangan yang dilakukan oleh para tentara Belanda. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis merupakan novel yang mengandung ciri patriotisme. Ciri patriotisme yang dimaksud yaitu sikap rela berkorban, menempatkan persatuan dan kesatuan, berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah. Hal ini dapat diketahui melalui gambaran tokoh dan penokohan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Muchtar Lubis