BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS
PENERAPAN
AKAD
WADI’AH
PADA
PRODUK
TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN Produk Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan menggunakan akad Wadiah dengan prosedur sebagai berikut : anggota menitipkan uang setoran, kemudian
diserahkan
kepada
pegawai
administrasi
tabungan
untuk
dimasukkan kedalam bukti setoran. Dana yang sudah masuk ke KOPENA Pekalongan kemudian dikelola melalui pembiayaan, yang kemudian pihak KOPENA mendapat bagi hasil. Bagi hasil tersebut kemudian diberikan oleh anggota lewat bonus-bonus yang di perhitungkan oleh KOPENA Pekalongan yaitu ziarah gratis. Dari segi akad, penerapan akad wadiah yad dhamanah untuk menghimpun dana pada produk Tabungan Ziarah sangat efekktif karena di variasi dengan denda atau sanksi. Jadi pihak KOPENA Pekalongan akan selalu mendapat dana setiap bulan dari produk Tabungan Ziarah. Karena dalam brosur Tabungan Ziarah sudah ada ketentuan atau kesepakatan, bila menyetorkan secara tertib maka berhak mendapatkan bonus ziarah, tetapi jika nasabah tidak bisa menyetorkan setorannya secara lengkap atau selama 24 bulan maka nasabah tidak berhak mendapatkan ziarah gratis, kecuali nasabah setorannya kurang dari 3 bulan, ini masih bisa di beri kesempatan agar 71
72
nasabah bisa menutup kekurangan tersebut dan akan mendapatkan bonus ziarah. Prinsip syariah merupakan dasar peraturan perjanjian berdasarkan hukum Islam, dimana pihak yang melakukan perjanjian tersebut adalah lembaga keuangan syariah dengan nasabah untuk kegiatan menyimpan dana atau menyalurkan dana. Produk tabungan yang diterbitkan oleh KOPENA Pekalongan ini sudah memenuhi kehalalan yang di syaratkan oleh Islam dan dalam operasional juga tercantum sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang mana “Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad Wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.1 Selain itu juga sesuai dengan Fatwa DSN MUI NO: 02/DSNMUI/IV/2000 tentang Tabungan dimana berisi ketetapan2 : Pertama: Tabungan ada dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. 1 2
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Fatwa DSN MUI NO: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan.
73
2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah. Kedua: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai Sahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai Mudarib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Ketiga: Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah: 1. Berbentuk simpanan. 2. Simpanan bisa diambil kapan saja ( on call ) atau berdasarkan kesepakatan.
74
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank. Perbankan syariah berpedoman pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Menurut Syafii Antonio, bank syariah adalah lembaga keuangan yang awal berdirinya bertujuan untuk memudahkan kaum muslimin dalam mendasarkan segenap aspek dalam kehidupannya berdasarkan prinsipprinsip Islam.3 Produk tabungan pada bank syariah sebenarnya hampir sama, hanya ada beberapa yang membedakan, misalnya akad yang digunakan pada produkproduk
bank
syariah.
Untuk
menjawab
"manakah
yang
lebih
menguntungkan", kita lihat perbedaan tujuan dari bank konvensional dengan bank syariah. Bank konvensional didirikan untuk mendapatkan keuntungan material
sebesar-besarnya,
sedangkan
bank
syariah
didirikan
untuk
memberikan kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material dan spiritual tersebut didapat melalui usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan menyalurkan dana untuk usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa hasilnya berasal dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan pada bank konvensional lebih cenderung berfokus pada sudut keuntungan materi,
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, 2001), hlm 18.
75
sedangkan konsep keuntungan pada bank syariah harus memperhatikan keuntungan dari sudut duniawi dan akhirat. Jika memang tujuan nasabah sesuai dengan tujuan bank syariah, maka secara prinsip tidak ada kekurangan dari menabung di bank syariah karena adanya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Namun apabila tujuan nasabah lebih ke aspek-aspek material, maka bisa jadi benefit yang diperoleh akan kurang sesuai dengan harapan. Pada tabungan ziarah di KOPENA Pekalongan menggunakan akad Wadi’ah yad dhamanah. Prinsip Wadi’ah yad dhamanah ini juga dipergunakan oleh bank dalam mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank memperoleh izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Bank menjamin pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi atas kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank.
B. Mekanisme Akad Wadi’ah Pada Produk Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan Produk Tabungan Ziarah merupakan tabungan yang penyetorannya dilakukan setiap satu bulan sekali dalam tempo selama 2 tahun, setiap peserta
76
berkesempatan mengikuti ziarah ke makam walisongo, para aulia dan silaturrahmi ke para ulama terkemuka secara gratis. Uang setoran yang dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp. 200.000 dan setiap bulan sekali dilakukan pembukaan arisan pada hari jum’at minggu pertama dengan satu nomor yang mendapatkan arisan, dan berhak menerima setoran penuh 24 bulan atau Rp. 4.800.000,Adapun prosedur program Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan adalah sebagai berikut : 1) Calon anggota Tabungan Ziarah a. Calon anggota Tabungan Ziarah mendaftarkan diri secara langsung ke kantor KOPENA Pekalongan. b. Calon anggota mengisi formulir dan mengisi data diri dalam memorandum. c.
Setiap calon anggota boleh ikut lebih dari satu anggota.
2) Jangka Waktu a. Jangka waktu satu periode program Tabungan Ziarah 24 bulan. b. Setiap anggota harus membayar uang sebesar Rp. 200.000,- per bulan sesuai tanggal yang telah ditetapkan. 3) Hak Anggota a. Setiap Anggota baik hadir/ tidak hadir jika tidak mempunyai tunggakan tiap bulannya berhak atas perolehan arisan pada minggu awal bulan dan seterusnya.
77
b.
Setiap nomor arisan berhak atas 1 arisan dalam 1 undian.
c.
Setiap anggota yang sudah menerima uang arisan berarti untuk bulan berikutnya wajib menyetorkan selama 24 bulan.
d. Keanggotaan yang mendapatkan arisan tidak bisa dipindah tangankan.
Menurut penulis produk Tabungan Ziarah di KOPENA Pekalongan sangat menarik karena setiap peserta berkesempatan mengikuti ziarah ke makam wali songo, para aulia dan silaturrahmi ke para ulama terkemuka secara gratis, serta memperoleh souvenir menarik yang diberikan pihak KOPENA kepada anggota Tabungan Ziarah, sehingga banyak masyarakat yang berminat untuk mendaftar Tabungan Ziarah. Bonus yang diberikan KOPENA kepada anggota lewat perolehan ziarah itu cukup inovatif. Jadi produk tabungan ziarah di KOPENA Pekalongan sudah memenuhi kehalalan yang di syaratkan oleh Islam dan dalam operasional juga tercantum sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta sesuai dengan Fatwa DSN MUI NO: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan. Dengan adanya hal tersebut, nasabah maupun calon nasabah akan merasa yakin bahwa produk yang mereka pakai ataupun yang akan dipakai benar-benar halal dan khusus pada produk tabungan, uang/dana yang mereka titipkan/investasikan akan dikelola sesuai syariah dan akan terjamin keamananya. Sehingga calon nasabah tidak akan ragu lagi dalam memilih produk perbankan syariah.