BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1
Sejarah Perusahaan Pada tahun 1997 Singapore International School mulai terbentuk dan dimulai pada tempat kecil dan sederhana di Jakarta Utara dengan fasilitas minimum. Ketika masa krisis, keuangan Asia terpukul, sponsor potensial dan penyandang dana berpaling. Kerusuhan pada tahun 1998 mngakibatkan pendaftaran sekolah menurun. Timbulah keputusan untuk memindahkan sekolah ke wilayah Jakarta Selatan di mana komunitas ekspatriatkebanyakan berada. Pada tahun 1999, dengan investasi kecil, SIS mampu membangun gedung sekolah yang sederhana satu lantai. Setelah setahun barulah sekolah mampu untuk membangun lapangan basket pertama dan lapangan kecil. Meskipun tidak memiliki fasilitas lainnya yang lebih memadai. Dengan bantuan dari konsultan internasional, SIS mampu mendesain ulang, membangun dan akhirnya mengubah sebuah sekolah di kompleks perumahan Bona Vista, Jakarta Selatan. Terletak di lingkungan yang tenang berbatasan dengan elit Pondok Indah real estate, jarak sekolah hanya dua menit dari Outer Ring
39
40
Road sehingga dapat diakses dari berbagai penjuru Jakarta. SIS kompleks merupakan area yang luas, konsep lapang di tengah tengah taman yang rimbun, dan merupakan taman yang berkontur. Di Bona Vista, SIS dapat menikmati semua fasilitas di kompleks ini dan ini termasuk kolam kolam berenagn berstandar internasional, lapangan sepak bola, lapangan basket dan lapangan tenis. Setelah jadwal konstruksi yang sibuk, pada bulan Januari 2002 dengan kelas yang lebih besar dan fasilitas yang lebih baik. Pendaftaran yang ada pada saat itu meliputi populasi mahasiswa yang berasal dari setidaknya 25 negara yang berbeda. Keberhasilan Singapore International School didirikan pada tahun 1997, memungkinkan pendiri sekolah dan pendidik yang terlibat untuk sangat
menghargai kompleksitas dalam memadukan siswa
Indonesia dengan kurikulum model internasional yang merupakan sistem pendidikan Singapura yang memiliki standar tinggi. Kurangnya
kemampuan
bahasa
Inggris
dan
bahasa
Mandarin dan inkonsistensi dalam dasar-dasar mata pelajaran inti seperti Matematika dan Ilmu lainnya, pada kurikulum yang disiapkan untuk digunakan pada Singapore International School disesuaikan untuk pelajar Indonesia. Dimulai dengan dua percontohan sekolah Nasional Plus di Kelapa Gading (Jakarta Utara) dan Kebon Jeruk (Jakarta Barat) pada tahun 2002. Tujuannya adalah untuk memberikan pendidikan yang sangat baik
41
bagi para siswa dalam "lingkungan yang aman dan nyaman" dengan menggunakan kurikulum nasional Plus pada kedua sekolah tersebut.
Gambar 4.1.1 Gedung Singapore School Kebon Jeruk
Singapore School Kebon Jeruk telah memiliki gedung permanen di Jalan Meruya Ilir No 89, Kembangan, Jakarta Barat. Dengan jumlah murid 155, telah turut membangun pendidikan di Indonesia melalui program sekolah berbasis kurikulum Singapura. Kelompok karyawan di Singapore School Kebon Jeruk sejak awal didirikan terbagi menjadi 2 yaitu NTS (Non Teaching Staff) dan TS (Teaching Staff). NTS secara keseluruhan merupakan warga negara Indonesia sedangkan TS merupakan tenaga pendidik yang mayoritas berkewarganegaraan asing. Tenaga pendidik saat ini di Singapore School Kebon Jeruk berasal dari negara New Zealand, Amerika, China, Indonesia dan Filipina.
42
4.1.2
Kelas, Waktu belajar dan Usia pendaftaran Yayasan Singapore School Kebon Jeruk memberikan jasa pendidikan pada level Playgroup, Kindergarten, Primary dan Secondary. Pada setiap kelas Yayasan memberikan batas maksimal pada kelasnya sebanyak 25 anak, hal ini menurut Parent Relations Officer telah disesuaikan dengan ukuran kelas dan kesiapan sarana kelas. Dijelaskan pada tabel dibawah ini mengenai kelas, jadwal belajar dan Usia pendaftaran bagi para orang tua yang akan mendaftarkan anak anak mereka ke Singapore School, Kebon Jeruk.
Gambar 4.1.2 Tabel Kelas, waktu sekolah dan Usia
43
4.1.3
Costumer Singapore School Kebon Jeruk Peneliti mengamati costumer yang ada di Singapore School kebon Jeruk berasal dari para orang tua yang tergolong pada kalangan atas, yang tinggal di daerah Jakarta Barat dan memiliki berpendidikan tinggi dan bahkan memiliki pengalaman atau bersekolah di luar negeri. Hal ini dilihat dari kesanggupan mereka untuk membayar biaya sekolah dalam bentuk USD (United State Dollars). Kelompok costumer menurut departemen Marketing dan PRO terbagi menjadi dua: 1.
Existing parents, yaitu orang tua murid yang sudah menjadi costumer atau sudah mendaftarkan anak anak mereka di Singapore Schook Kebon Jeruk.
2.
Potential parents, yaitu mereka yang potential untuk menjadi orang tua murid baru.
4.1.4
Visi dan Misi Perusahaan 4.1.4.1 Visi Perusahaan Mempersiapkan peserta didik untuk dapat mencapai potensi penuh dalam pendidikan kelas dunia dan inovatif.
44
4.1.4.2 Misi Perusahaan Misi Singapore School, Kebon Jeruk adalah untuk menciptakan nilai nilai berdasarkan budaya bersama dan mempromosikan komunitas belajar yang mengarah kepada: a.
Bekerja sama agar peserta didik
unggul secara
akademis b.
Mendorong ketekunan dan mengejar tujuan pribadi secara etis dan dengan integritas
c.
Mendukung dan menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga yang kuat
d.
Mendorong kreativitas dan perkembangan fisik peserta didik kami dalam kemitraan dengan lingkungan sekitar
4.1.5 Logo Perusahaan
Gambar 4.1.5 Logo Singapore School Kebon Jeruk
45
Keterangan LOGO 1.
Obor, melambangkan Penerangan
2.
Kepala Singa, melambangkan Lambang Negara Singapura
3.
Buku, melambangkan Ilmu Pengetahuan
4.
Tulisan pada pita, berarti “Menuju Tingkat yang Lebih Tinggi”
5.
Lambang SIS pada buku, merupakan singkatan dari Singapore International School
6.
Warna kuning dan merah, yang melambangkan keceriaan dan keberanian.
4.1.6
Struktur Organisasi
Gambar 4.1.6 Struktur Organisasi
46
Pada struktur organisasi, Singapore School Kebon Jeruk dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang disebut Head Teacher. HT membawahi departemen Keuangan, Marketing, Administrasi dan Staff Akademik. Seorang Parent Relations Officer berada dibawah Head Teacher, HT memiki peran yaitu memastikan target marketing tercapai, menentukan materi apa saja yang akan digunakan dalam aktifitas MPR yang akan di publikasikan oleh PRO. Merupakan suatu kewajiban bagi PRO untuk mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada Head Teacher. PRO berperan sebagai jembatan antara para orang tua murid dan Head Teacher dalam penyampaian feedback dan juga complain. Pada prakteknya PRO dibantu oleh seorang marketing yang dapat memberikan ide ide cemerlang pada aktifitas MPR.
4.2
Hasil Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan data melalui wawancara kepada pihak pihak yang terkait dengan permasalahan
tersebut dan melakukan observasi.
Wawancara dilakukan secara langsung dengan 6 orang narasumber, yang diawali dengan observasi dan dilanjutkan dengan warwancara mendalam. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif yang sesuai dengan metode penelitian dan diuraikan secara deskriptif. Dari jawaban jawaban yang diperoleh dari para narasumber peneliti dapat mengetahui
47
sejauh mana aktifitas MPR Parent Relations Officer Singapore School Kebon Jeruk dalam mempertahankan jumlah murid. Peneliti melakukan penelitian pada departemen Marketing dan Parent Relations di Singapore School Kebon Jeruk yang melaksanakan peranan dalam aktifitas MPR dengan membina hubungan baik terhadap publik internal dan eksternal sehingga terjalin kedekatan dan kepercayaan terhadap Yayasan akan produk yang ditawarkan yaitu jasa pendidikan. Tingkat ketertarikan orang tua murid pada Yayasan Singapore School Kebon Jeruk menurut informan cukup baik mengingat pendidikan yang ditawarkan adalah pada level usia dini hingga usia dewasa seperti yang dijelaskan oleh Ibu Elly; “Kami menyediakan kelas untuk Playgroup usia 2 sampai 3, Kindergarten usia 3 sampai 5, Primary usia 6 sampai 12 dan Secondary usia 13 sampai 16 tahun”
Menurut
informan pasar yang menjadi target oleh bagian
Marketing dan Parent Relations andalah kalangan orang tua murid dengan taraf ekonomi atas; “Anak didik disini memang berasal dari golongan atas, ini dilihat dari biaya pendidikan yang di tagihkan dalam bentuk dollar”
Sedangkan kurikulum yang disampaikan juga memperlihatkan biaya pendidikan yang di tawarkan kepada para orang tua murid, peneliti mencoba menanyakan kurikulum seperti apa yang ditawarkan; “Kurikulumnya yang di pakai adalah Kurikulum dari negara Singapore dengan bahasa pengantar bahasa Inggeris”
48
Jika memang yang ditawarkan bukan kurikulum dari negara sendiri atau Indonesia pastinya sekolah ini ada pada golongan sekolah bertaraf International dan statusnya Sekolah National Plus, ini dibenarkan oleh informan; “Singapore School Kebon Jeruk adalah sekolah yang berstatus Nasional Plus”
Peneliti mengobservasi jika ini merupakan sekolah dengan status National Plus maka tenaga pengajar pun disiapkan dengan kemampuan yang sesuai dan pastinya dengan latar belakang pendidikan guru yang juga memiliki kualitas internasional. Penjelasan informan di bawah ini melengkapi observasi yang dilakukan oleh peneliti; “Tenaga pengajar disini ada yang local dan asing, dan yang asing ini tidak semuanya native”
Melihat kecakapan berbahasa para murid di Singapore School Kebon Jeruk peneliti melihat bahwa anak anak sangat fasih dalam berbahasa inggeris dan sudah dengan grammar atau tata bahasa yang baik. Karena bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa inggeris, ibu Elly mengemukakan alasan bahwa; “Bahasa pengantarnya bahasa Inggeris, karena seluruh buku yang digunakan anak anak ditulis dalam bahasa Inggeris”
49
Faktor bahasa ini tentunya didukung oleh ilmu yang disampaikan dan dapat diserap baik oleh para murid. Ibu Elly menjelaskan tidak ada kesulitan bagi mereka; “Tentunnya ini sudah menjadi bahasa sehari hari karena memang diwajibkan juga dari sekolah, ya tujuannya supaya anak anak memang ditempatkan pada lingkungan yang berbasis bahasa asing”
Lalu apa yang membuat para orang tua murid menjadi tertarik akan kualitas jasa pendidikan di Singapore School Kebon Jeruk. Menurut ibu Elly ketertarikan pasti baik karena mereka sebenarnya telah mengetahui kelebihan sekolah ini, beliau menjelaskan bahwa; “Singapore School kebon Jeruk memiliki kurikulum Singapore dan dikenal dengan centralize system, strong kurilulum dan kedisiplinannya, itu yang membuat orang tua tertarik untuk menyekolahkan anak anak mereka di sini”
Jika demikian bagaimana kegiatan komunikasi melalui aktifitas MPR yang dilakukan oleh seorang PRO untuk menawarkan bentuk jasa seperti yang dimiliki oleh sekolah ini, Ibu Elly kembali menjelaskan “Kegiatan komunikasi yang dilaksanakan akan berhubungan dengan kegiatan sekolah, Marketing dan PR. Target target diharapkan dapat diperoleh setiap term ataupun setiap semester, dimana jumlah murid harus dapat dipertahankan dan harus ada peningkatan juga”.
Jadi peneliti bisa melihat bahwa kegiatan komunikasi melalui kegiatan strategi Human Relations tersebut berhubungan juga dengan kegiatan marketing dan di rencanakan, yaitu setiap term atau per
50
caturwulan. Kemudian tujuan dari bentuk komunikasi ini menurut Ibu Elly adalah promosi sekolah untuk meningkatkan minat pendaftaran di Singapore School Kebon Jeruk, oleh sebab itu hal ini dikoordinasikan dengan bagian marketing. Beberapa kegiatan MPR yang dilakukan oleh Parent Relations Officer menurut informan diantaranya adalah: 1. Promosi pada media cetak (majalah, surat kabar, insertion pada majalah, banners, flyers, brochures, merchandise) 2. Pameran edukasi 3. Mengundang sponsor dan vendor pada event seperti Pameran, Bazar, Open House, Chinese New Year, Idul Fitri, Christmas, United Nations Day, Indonesian Day, & school concert. 4. Menawarkan Program discount free registration kepada potential costumer 5. Menawarkan program sibling discount atau diskon untuk saudara (adik) kepada internal dan potential costumer 6. Menawarkan program Free Trial kepada potential costumer 7. Menawarkan program beasiswa pada murid internal dan eksternal 8. Menawarkan Program Parent gets Parent kepada orang tua murid 9. Menyelenggarakan Coffee Morning bulanan kepada para orang tua murid 10. Mengadakan seminar pendidikan, kesehatan dan teknologi, juga kegiatan yoga di sekolah Kemudian bagaimana jika parent sudah disebut tertarik akan penawaran jasa pendidikan ini setelah dilaksanakan promosi pastinya ada suatu feedback dari para orang tua murid seperti yang dijelaskan oleh informan (Ibu Elly): a) Adanya telpon masuk menanyakan tentang sekolah, baik dari harga pendidikan, fasilitas, jumlah murid, dan kualitas guru (incoming call)
51
b) Kunjungan ke sekolah (Visit), orang tua murid datang dan menanyakan langsung kegiatan sekolah, melihat buku dan melihat fasilitas yang ada. c) Percobaan kelas selama 3 hari (Class Trial).
Karena aktifitas MPR merupakan kegiatan penting di marketing, apakah tenaga pelaksana yang di tugas kan cukup dan jumlahnya memadai, dari penjelasan ibu Elly dirasa cukup dan memadai; “Pada divisi kami di Marketing dan Parent Relations ada 2 staff yang melaksanakan, dan selama ini sudah cukup, karena mengingat Kepala Sekolah merupakan pelaksana marketing di sekolah yang diharapkan dapat melaksanakan kegiatan bersama marketing team”.
Melihat
kepada aktifitas MPR, peneliti kembali mendapatkan
informasi bahwa kegiatan ini dilakukan oleh PRO yang di peruntukkan terhadap publik internal dan eksternal untuk dapat mempengaruhi orang tua murid agar memutuskan untuk tetap terdaftar di Singapore School Kebon Jeruk. Menurut informan kelompok costumer bagi PRO terbagi menjadi 2; “Ada dua kelompok costumer yang menjadi target pelaksanaan strategi ini (1)Potential Parents dan yang internal itu adalah orang tua murid yang sudah menjadi orang tua murid di SIS (2) Existing Parents yang sudah mendaftar”
Peneliti mellihat ternyata perencanaan komunikasi dan aktifitas MPR di SIS Kebon Jeruk
memang ada dan direncanakan. Sasaran
kegiatan Komunikasi dan kegiatan ini memang untuk para orang tua murid, baik yang sudah menjadi orang tua murid terdaftar dan para orang tua murid yang tinggal di sekitar kawasan sekolah.
52
Dengan adanya
aktifitas
MPR
ini
maka
tidak
menutup
kemungkinan adanya suatu kendala di lapangan yang dirasakan oleh PRO; “Kendala yang kami hadapi saat ini adalah jumlah murid yang terus menurun, karena keluar dari SIS atau pull out ya. Kami sedang mengupayakan agar ini bisa di perbaiki tahap demi tahap”
Jika mellihat kepada jumlah murid yang ada di Singapore School Kebon Jeruk, Ibu Elly mengatakan bahwa ada penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun sehingga sangat berpengaruh pada perkembangan sekolah terutama pada orang tua murid yang menyekolahkan anak mereka. “Jumlah murid memang mengalami penurunan dari tahun 20122013 ke tahun ajaran 2014 – 2015 seperti pada tabel”.
Tabel 4.2 Jumlah Murid Penawaran spesifik yang telah yang digunakan oleh PRO untuk memperthankan costumer terhadap publik internal sehubungan masalah yang ada telah di rencanakan dan ditawarkan kepada parent dalam bentuk yang dijelaskan oleh Ibu Elly; “Penawaran yang kami berikan kepada publik internal diantaranya; (1) Beasiswa untuk murid kelas 6 dan
53
Kindergarten 2 atau TK besar (2) “sibling discount / diskon adik” (3) Cicilan pembayaran biaya pendidikan
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Angreany pada bagian keuangan, bahwa ada penawaran spesifik bagi para orang tua murid. Untuk sibling discount; “Diskon ini namanya sibling discount, jatuhnya pada anak ke dua dan seterusnya, besar diskon yang diberikan 20% pada biaya sekolah”
Sedangkan untuk bentuk cicilan pembayaran biaya pendidikan di jabarkan oleh Ibu Anggreany; “Keringanan yang kami berikan berupa ciccilan pembayaran uang sekolah sebanyak dua kali di setiap enam bulan”
Peneliti kembali bertanya kepada Ibu Elly sehubungan dengan menurunnya jumlah murid tersebut, para orang tua murid akan memberikan alasan yang beragam seperti yang dituturkan oleh informan jika mereka mengajukan pull out; “Sebenarnya alasannya ya macam macam, pidah ke luar kota, kontrak kerja sudah habis di Indonesia untuk anak asing, pindah sekolah, pindah rumah.”
Pull out menimbulkan suatu pertanyaan pastinya ada yang dikeluhkan oleh orang tua murid yang berhubungan dengan akademik; “Keluhan dari orang tua murid itu ada yang bekenaan dengan cara mengajar guru ada juga yang sehubungan dengan pekerjaan rumah atau homework yang kurang banyak dan beragam, kualitas guru dan jumlah murid per kelas dalam arti muridnya sedikit, ada yang mengeluh gurunya kurang bagus,”.
54
Jika upaya dalam aktifitas MPR ini dilaksanakan dengan baik, tapi masih ada kekurangan, yaitu penurunan jumlah murid yang ternyata jumlahnya menurun dengan jumlah di bawah 200 murid; “Jumlah anak murid saat ini 155 anak secara keseluruhan dari Playgroup ke Secondary 4, jumlah ini merupakan penurunan di bawah target kami di atas 200 murid”
PRO merasa aktifitas sudah dilaksanakan dengan baik dan cukup; “Sudah cukup karena sudah sesuai dengan perencanaan yang memiliki target target pemasaran yang baik”.
Bagaimana dengan tenaga pengajar apakah tenaga pengajar siap dan cukup. Penjelasan ibu Elly bahwa tenaga pendidik merupakan faktor utama dari kelangsungan kegiatan belajar mengajar di Singapore School Kebon Jeruk. Ibu Elly memberi pendapatnya: “Komposisi guru di Singapore School sudah cukup dan sesuai dengan beban mengajar. Dimana pada tingkat Taman Kanak Kanak guru yang yang ada per kelas adalah Guru Kelas dan Teacher Assistant. Sedangkan pada tingkat Primary atau Sekolah Dasar hanya disiapkan satu wali kelas dan ada beberapa guru yang disiapkan untuk mengajar subject subject tertentu seperti diantaranya Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA, Scocial Studies, IT dan Bahasa Mandarin. Saat ini guru cukup dan sesuai kualifikasi”
Jika jumlah kegiatan dirasa cukup bagaimana pelaksanaan aktif dari perencanaan program dalam mempertahankan costumer dari PRO, sehingga orang tua murid merasa di perhatikan dan dilayani dengan baik, di jelaskan oleh ibu Elly;
55
“Untuk public Internal biasanya kita memberikan perhatian kepada orang tua murid yang ada disini … apa pun keluhannya biasanya kita selesaikan langsung, dibantu oleh Kepala sekolah dan pihak akademik jika berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar”
PRO merasa bahwa setelah aktifitas MPR dijalankan, ada penanganan keluhan orang tua murid yang belum dapat terpenuhi dari segi kegiatan belajar mengajar dan ini menyentuh bidang akademik Untuk
menambah
informasi
peneliti
merasa
perlu
untuk
mendapatkan informasi dari narasumber yang merupakan orang tua murid dari Singapore School Kebon Jeruk. Narasumber yang pertama adalah Ibu Amelia, yang merencanakan memindahkan putrinya ke Secondary atau Sekolah Menengah Pertama lain setelah lulus dari Primary 6 atau kelas 6 di Singapore School Kebon Jeruk. Ibu Amelia selaku orang tua murid kelas 6 menjelaskan; “Saya memang akan memindahkan anak saya ke SMP lain karena saya melihat teman teman kelas 6 yang sekarang juga pindah ke SMP lain dan tidak melanjutkan di SIS. Anak yang tersisa dalam kelas hanya 2 orang bagaimana anak saya bisa berkompetisi jika jumlah murid di kelas 1 SMP hanya 2 anak, kalaupun misalnya nanti ada anak baru di kelas itu saya tetap merasa jumlah anak dalam satu kelas nya terlalu sedikit”
Pendapat dari Ibu Amelia diatas memperlihatkan salah satu alasan tidak lanjutnya siswa ke jenjang SMP di SIS Kebon Jeruk. Hal ini masih belum bisa menjawab masalah yang ada karena itu baru salah satu alasan dari wali murid yang keluar. Bisa disimpulkan bahwa jumlah anak dalam kelas sebagai media bersaing antar siswa bisa menjadi alasan wali murid
56
mengeluarkan anak nya. Hal ini memacu peneliti untuk bertanya kepada seorang wali murid lain yang berencana mengeluarkan anaknya pada level kelas 2 SMP. Ibu Widi adalah informan ke dua selaku wali murid Primary 6 dan Secondary 2, beliau menjelaskan alasan memindahkan anak nya ke sekolah lain walaupun sudah kelas 2 SMP; “Saya merasa tidak yakin dengan sekolah ini karena muridnya kok makin lama makin sedikit ya, terus guru guru juga sering berganti, bagaimana anak bisa adaptasi dong! walau anak saya sudah kelas 2 SMP saya tetap akan pidahkan ke SIS Pantai Indah Kapuk saja, di situ muridnya lebih banyak jadi anak saya bisa beradasptasi dengan murid murid yang jumlahnya tidak sedikit”.
Ternyata pernyataan Ibu Widi masih memiliki alasan yang sama dengan Ibu Amelia yaitu alasan jumlah murid yang sedikit di kelas hanya saja diasampaikan bahwa staff guru yang sering berganti ganti juga menjadi suatu alasan yang menyebabkan mereka memindahkan anak mereka. Lain dengan jawaban Ibu Itchu yang bernait juga untuk memindahkan anaknya dari level Kindergarten 1, Kindergarten 2 dan Primary 2. Peneliti mencoba untuk kembali bertanya pada wali murid yang ke tiga. Ibu Ichu menjelaskan dengan tenang apa alasan untuk memindahkan tiga anaknya ke sekolah lain;
“Rencana saya memang akan memindahkan tiga anak saya, sebenarnya sih saya suka banget dengan kurikulum SIS Kebon Jeruk, kedisiplinan juga tinggi, anak anak juga diajarkan subject moral education sehingga anak anak bisa saling menghargai
57
walau berbeda budaya, bahasa dan keyakinan, mungkin disekolah lain tidak seperti ini. Tapi saya sangat kecewa karena dikala rate dollar sedang tinggi begini pihak Yayasan malah menaikkan biaya sekolah. Saya memang sudah mendapatkan diskon utuk anak ke dua dan ke tiga tetapi jika diijinkan saya ingin pihak Yayasan memikirkan untuk memberikan diskon lebih karena anak saya tiga orang yang bersekolah disini”. Dari pernyataan Ibu Itchu ternyata biaya sekolah juga menjadi suatu kendala wali murid untuk melanjutkan sekolah di SIS Kebon Jeruk. Dengan pernyataan ini peneliti mencoba untuk mengkonfirmasikan kepada Manager Keuangan yang berkompeten untuk menjelaskan berapa besar kenaikkan biaya sekolah untuk tahun ajaran 2015 – 2016. Ibu Anggreany sebagai informan menjelaskan berikut dengan tabel harga biaya pendidikan;
“Memang kenaikan biaya itu ada untuk tahun ajaran 2015-2016. Kenaikkan nya sebesar 2% untuk setiap level; Kindergarten, Primary dan Secondary. Dan kenaikkan ini hanya pada biaya pendidikan (Tuition Fee saja) sedangkan untuk biaya Pendaftaran dan biaya Development itu tidak naik. Kan biaya itu terdiri dari (1) Pendaftaran (2) Development Fee (3) Tuition Fee.”
58
Tabel 4.2 Biaya pendidikan
Peneliti berusaha menanyakan juga apakah ada diskon atau keringanan yang diberikan jika mendaftarkan lebih dari satu anak di SIS Kebon Jeruk. Ibu Anggreany kembali menjelaskan; “Diskon secara formal memang diinformasikan kepada orang tua murid kami menyebutnya “Sibling Discount” yang diberikan kepada anak ke dua dan seterusnya, tapi diskon ini memang diberikan hanya pada Tuition Fee, dan besarnya 10%. Jadi pembayaran pendaftaran dan development fee dibayar normal” Ada nya pernyataan diatas cukup jelas bahwa diskon memang ditawarkan. Dengan adanya support tersebut peneliti merasa perlu menanyakan kepada bagian Marketing dan PRO apakah program sibling discount ini cukup meningkatkan minat pada para orang tua murid. Karena jika peneliti lihat persaingan sekolah national plus di Jakarta Barat cukup tinggi karena dan penawaran ini bisa menjadi suatu ketertarikan sendiri walau setiap sekolah memang biasanya menawarkan sibling discount. Ibu Elly sebagai PRO dan Marketing kembali menjelaskan:
59
“Dengan ditawarkannya sibling discount memang banyak orang tua murid yang mendaftarkan adik adiknya karena kakanya sudah bersekolah disini, tapi itu pun hanya pada para orang tua murid yang memang sudah mendaftarkan anaknya. Tapi jika ditawarkan pada saat pameran sibling discount ini seperti sudah dilihat biasa dan bahkan merupakan hal yang harus ditawarkan, kalau gak ya malah kelihatan aneh sekolahnya” Peneliti
melihat
komunikasi seperti ini ternyata
sudah
dilaksanakan dan menurut para orang tua murid hal ini merupakan hal biasa yang memang sudah seharusnya ditawarkan. Dengan adanya penerimaan data seperti ini peneliti perlu menanyakan kepada Administrator, Bapak Heru sebagai informan, apakah ada kegiatan dari operasional sekolah yang dapat menunjang sekolah, sehingga mempengaruhi keputusan
orang tua murid untuk tetap
mendaftarkan anak anak mereka di Singapore School Kebon Jeruk. “Dari segi operasional kami biasanya memberikan kenyamanan berupa kebersihan yang menunjang penampilan sekolah. Kami juga memberikan briefing kepada non teaching staff untuk bersikap ramah kepada para orang tua murid jika ada yang perlu di bantu harus siap membantu.”
Para orang tua murid tentunya juga melihat apakah sekolah ini sesuai dengan biaya pendidikan yang ditawarkan. Sesuai dengan fasilitas dan kualitas pendidikan, Bapak Heru kembali menjelaskan apa saja yang biasanya mereka utamakan dalam visit visit mereka di sekolah “Biasanya area yang kami utamakan adalah Toilet, Lobby dan canteen selain kelas yang tentunya kami bersihkan setiap hari. Ini yang biasanya menjadi hal yang mereka utamakan utuk dilihat pada visit mereka ke sekolah”.
60
Dari segi keamanan juga bapak Heru menerangkan hal ini merupakan hal yang sudah menjadi standard dan sangat diperhatikan oleh pihak manjemen. Ditunjang dengan cukup nya petugas keamanan dan juga penyediaan alat safety seperti alat pemadam kebakaran , kamera CCTV yang membantu untuk memantau kelangsungan kegiatan di Singapore School Kebon Jeruk juga menjadi pertimbangan untuk parent untuk mendaftar. “Petugas keamanan kami disini beroperasi 24 jam dan selalu kami beri pengarahan, CCTV juga terpasang di setiap lantau dan dapat kami akses melalui ruang Administrator, kemuadia kami juga menyediakan alat keamanan seperti pemadam kebakaran dan juga guard patrol yang menjamin bahwa setiap lantai di sekolah ini di periksa setiap jam nya”. Menurut pak Heru, fasilitas yang ada di sekolah ini juga dirawat dengan baik sehingga orang tua murid dapat melihat ini sebagai alat penunjang yang bersih dan dapat digunakan sehingga orang tua murid tidak merasa khawatir; “Di sekolah ini ada tiga fasilitas seperti aqualand, basket field, lapangan badminton dan lapangan futsal yang menunjang kegiatan di sini kami jaga kebersihannya dengan baik”.
Dengan adanya kegiatan diatas menurut pak Heru ada pengaruhnya untuk perawatan jumlah murid di Singapore School Kebon Jeruk; “Kegiatan operasional diluar akademik bisa berpengaruh pada perawatan jumlah murid, karena dengan perawatan yang baik maka fasilitas terlihat bagus dan bersih, ini memberi kenyamanan kepada orang tua murid di sini”.
61
4.3
Pembahasan Dalam melakukan Aktifitas MPR, Parent Relations Officer sudah melakukan kegiatan dengan kerja keras melalui program program kerja yang telah direncanakan dan disusun yang diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan. Pada pembahasan ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara teori yang diketahui oleh peneliti dengan kenyataan di lapangan sehubungan dengan aktifitas MPR. Yang dituangkan dalam bentuk kegiatan marketing pada
bidang
jasa pendidikan. Peneliti akan
menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan data-data yang lain sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran aktifitas MPR di Singapore School, Kebon Jeruk. Menurut Seitel. 1992 : 215), Public Relations (PR) dapat memperluas peranannya dalam bidang pemasaran produk atau jasa sebagai pendukung unsur promosi dalam Marketing Mix (bauran pemasaran terdiri dari product, price, place, promotion). Pendapat dari Seitel ini memang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Parent Relations Officer di Singapore School Kebon Jeruk aktifitas pemasaran merupakan aktifitas yang sangat mendukung keberhasilan yayasan dalam menawarkan jasa pendidikan. Keseuaian teori ini terlihat dari dengan adanya kegiatan yang dilakukan parentu relations officer berikut ini:
62
1.
Promosi pada media cetak (majalah, surat kabar, insertion pada majalah, banners, flyers, brochures, merchandise)
2.
Pameran edukasi
3.
Mengundang sponsor dan vendor pada event seperti Pameran, Bazar, Open House, Chinese New Year, Idul Fitri, Christmas, United Nations Day, Indonesian Day, & school concert.
4.
Menawarkan Program discount free registration kepada potential costumer
5.
Menawarkan program sibling discount atau diskon untuk saudara (adik) kepada internal dan potential costumer
6.
Menawarkan program Free Trial kepada potential costumer
7.
Menawarkan program beasiswa pada murid internal dan eksternal
8.
Menawarkan Program Parent gets Parent kepada orang tua murid
9.
Menyelenggarakan Coffee Morning bulanan kepada para orang tua murid
10.
Mengadakan seminar pendidikan, kesehatan dan teknologi, juga kegiatan yoga di sekolah
63
Menurut M Linggar Anggoro, dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Public Relations (PR) senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharpkan akan muncul suatu dampak yakni berupa perubahan yang positif. Dengan demikian, kunci sukses PR adalah melalui komunikasi.Artinya, keberhasilan PR untuk mencapai tujuannya bergantung kepada sejauh mana PR itu dapat menjalin hubungan dengan masyarakatnya, baik khalayak internal maupun eksternal. Hal ini juga dilakukan oleh Parent Relations Officer (PRO) dengan mendengarkan feedback dan keluhan dari para orang tua murid atau parents yang pada akhirnya bertujuan untuk mendapatkan solusi atau hasil yang positif dari keluhan keluhan yang ada. Dalam strategi Public Relations (PR) menurut Thomas L. Harris seorang Public Relations (PR) harus melalui langkah langkah seperti; Mendefinisikan
masalah,
Membuat
perencanaan
dan
program,
Melaksanakan aksi dan komunikasi, dan Mengevaluasi Program. Keempat hal tersebut memang dilaksanakan oleh Parent Relations Officer (PRO) di Singapore School Kebon Jeruk karena. Team PRO dan marketing mengetahui aktifitas marketing yang mereka lakukan akan berhubungan dengan:
64
1.
Apa programnya ? Parent Relations Officer (PRO) dan team telah merencakan program tersebut seperti yang disebutkan oleh informan yaitu Pameran edukasi.
2.
Apa tujuan program ? Parent Relations Officer (PRO) dan team memahami tujuan dari diadakan
Pameran
edukasi
ini,
yaitu
untuk
kembali
mempromosikan sekolah dalam hubungannya mempertahankan jumlah murid.
3.
Siapa sasaran publik? Sasaran yang menjadi target bagi Parent Relations Officer (PRO) dan team adalah kalangan atas yang memahamiu tentang pendidikan nasional plus.
4.
Bagaimana kita berkomunikasi dengan mereka? Dengan melalui pembagian brochure, flyers,
kartu nama,
merchandise dll.
5.
Bagaimana pesan-pesan utama Public Relations? Pesan yang disampaikan dalam bentuk persuasive yang berutujuan untuk keputusan mendaftar sekolah.
65
Menurut Kotler terdapat 5 kegiatan Marketing Public Relations (MPR) dari suatu perusahaan yaitu (Press Relations, Product Publicity,Corporate Communication, Lobbying & Counseling). Kegiatan MPR diatas ternyata memang dilakukan oleh yang mempengaruhi jumlah murid baru yang mendaftar. Dari hasil wawancara yang dipaparkan diatas peneliti mendapatkan informasi bahwa aktifitas MPR itu ada dan dilaksanakan, hanya saja masih ada kendala, yaitu jumlah murid yang menurun dari tahun ke tahun. Yang dilakukan oleh PRO dalam mempertahankan jumlah murid sudah cukup menurut informan (Ibu Elly), program kerja memang telah disiapkan dengan baik . Peneliti melihat aktifitas MPR bersifat membantu pada perkembangan sekolah Aktifitas MPR sudah membantu pada aspek pencarian murid baru. Hal ini terbukti dengan adanya feedback dari para orang tua murid setelah suatu kegiatan MPR baik promosi pada media cetak atau pun terhadap pameran. Seperti adanya Icoming call, Visit dan Class trial. Sedangkan keputusan pull out ini ada hubungannya dengan kelemahan kelemahan dari sis akademik yang memberatkan para orang tua murid. Seperti yang disebutkan oleh informan sebagai berikut: 1. Kualitas pengajar, yang menurut para orang tua murid masih kurang memuaskan.
66
2. Jumlah murid yang sedikit dalam setiap kelasnya. 3. Uang sekolah yang terus naik walaupun jumlah murid berkurang