BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga tidak ada kekosongan data. Citra yang di Gap Filling adalah citra Landsat TM tahun 2005,2007,2008,2009 dan 2013. Proses ini dilakukan dengan menggunakan software Frame and Fill for windows 32.
Gambar 4.1 Perbandingan Citra Landsat TM 2013 Sebelum dan Sesudah Gap Filling
Proses ini dilakukan sebelum semua band digabungkan sehingga pengisian kekosongan akibat stripping ini terjadi pada setiap band. Untuk citra utama dan citra pengisi sebaiknya tidak dalam tahun yang jauh berbeda dan baiknya terdapat dalam satu tahun sehingga terjadi korelasi antara citra utama dan citra pengisinya dan hasil Gap Filling terlihat lebih baik. IV.2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik dilakukan untuk membuat citra yang digunakan sesuai dengan koordinat yang digunakan untuk proses-proses selanjutnya. Dengan menggunakan software er-mapper dan dengan data citra Landsat TM tahun 2013 yang telah terkoreksi dari BAPPEDA dengan sistem proyeksi UTM zona 48S
IV-1
Kabupaten Muaro Jambi dilakukan proses koreksi geometrik. Ketelitian dari koreksi geonetrik dapat dilihat pada nilai RMS error pada setiap titik kontrolnya. Semakin kecil nilai RMS errornya maka semakin baik karena menunjukan bahwa koreksi geometrik yang dilakukan sudah mendekati benar. Berikut merupakan nilai RMS error dari lima citra yang akan diproses lebih lanjut.
Gambar 4.2 Nilai RMS error Citra Tahun 2005
Gambar 4.3 Nilai RMS error Citra Tahun 2007
IV-2
Gambar 4.4 Nilai RMS error Citra Tahun 2008
Gambar 4.5 Nilai RMS error Citra Tahun 2009
IV-3
Gambar 4.6 Nilai RMS error Citra Tahun 2013
IV.3. Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik bertujuan untuk memperbaiki nilai piksel dan mempertajam kontras warna pada citra sehingga secara visualisasi citra yang telah dikoreksi radiometrik akan mempermudah dalam membedakan setiap objek kenampakan pada citra. Metode yang digunakan adalah pergeseran histogram merupakan metode paling sederhana dalam memperbaiki spektral pada citra. Perbedaan citra yang sudah dikoreksi radiometrik dan belum dikoreksi radiometrik dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 4.7 Citra Landsat TM Tahun 2013 Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pergeseran Histogram
IV-4
Untuk membuktikan atau cek seberapa besar pergeseran keadaan di lapangan dengan keadaan pada hasil citra rektifikasi dilakukan validasi lapangan. Pada penelitian ini, dilakukan uji ketelitian dengan mengukur panjang Jembatan sebanyak dua panjangan.
Gambar 4.8 Pengukuran Pada Citra dan Pengukuran Pada Lapangan
Dari hasil pengukuran pada citra dan pengukuran di lapangan, diperoleh hasil dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Perbandingan Citra dan Hasil Lapangan
No 1 2 3 4 5
Tahun 2005 2007 2008 2009 2013
Jembatan Aurduri I Citra (m) Lapangan (m) 579,56 583,4 577,69 583,4 582,32 583,4 585,22 583,4 584,36 583,4
Jembatan Aurduri II No Tahun Citra (m) Lapangan (m) 1 2005 615,62 612,5 2 2007 609,41 612,5 3 2008 611,5 612,5 4 2009 614,98 612,5 5 2013 608,68 612,5 (Sumber : Hasil Analisis, 2013)
Selisih (m) 3,84 5,71 1,08 1,82 0,94
Selisih (m) 3,12 3,4 1 2,48 3,82
IV-5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih antara pengukuran pada citra dan lapangan memiliki selisih yang cukup besar, namun apabila dilihat dari resolusi citra yaitu 30mx30m, sehingga selisih paling besar adalah pada tahun 2005 yang hampir 1 piksel. Hal tersebut menunjukkan bahwa citra hasil rektifikasi masuk dalam persyaratan ketelitian yang dianjurkan. IV.4. Aplikasi NDVI Citra Landsat
Gambar 4.9 Perbandingan Citra Sesudah dan Sebelum NDVI tahun 2005
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa gambar pertama merupakan citra Landsat TM tahun 2005 sedangkan gambar kedua merupakan hasil NDVI namun masih dalam 255 colour dan gambar ketiga merupakan hasil NDVI dalam pseudocolour. Seperti yang terlihat pada gambar ketiga, dapat diartikan bahwa semakin putih warna yang dihasilkan, maka semakin rapat vegetasi yang ada, begitu pula sebaliknya semakin hitam warna yang dihasilkan maka vegetasinya semakin berkurang. Nilai NDVI rata-rata yang dihasilkan dari hasil proses ini adalah -
IV-6
0,992 sampai 0,990. Ini berarti nilai vegetasi ditunjukan dengan rentang 0 – 0,990 sedangkan nilai 0 menunjukan tidak ada vegetasi. IV.5. Klasifikasi Hasil NDVI Seperti yang dijelaskan pada subbab di atas bahwa nilai indeks vegetasi pada citra tahun 2005, 2007, 2008, 2009, dan 2013 adalah -0,992 sampai 0,990. Untuk rentang vegetasi yang digunakan adalah dari 0 sampai dengan 1, sehingga untuk nilai klasifikasinya adalah nilai NDVI maksimum yaitu 1 dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan (Nanik Suryo, 2005). Dalam penelitian ini digunakan lima kelas yaitu kelas vegetasi sangat jarang, vegetasi jarang, vegetasi sedang, vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat. Nilai rentang yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a.
Vegetasi sangat jarang dengan rentang 0 – 0,2
b.
Vegetasi jarang dengan rentang 0,2 – 0,4
c.
Vegetasi sedang dengan rentang 0,4 – 0,6
d.
Vegetasi lebat dengan rentang 0,6 – 0,8
e.
Vegetasi sangat lebat dengan rentang 0,8 – 1 Dari proses reclassify pada software ArcGis dengan didasarkan pada rentang
yang tertera di atas, diperoleh lah hasil sebagai berikut. 1.
Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2005
Gambar 4.10 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2005
IV-7
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar vegetasi yang ada di kabupaten muaro jambi adalah bervegetasi Jarang dengan indeks vegetasi 0,2 – 0,4. Berikut merupakan Tabel klasifikasi NDVI. Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Kerapatan Keterangan Piksel Luas (Ha) Persentase 0% Tidak Ada Vegetasi 702.634 63.237,06 12,1 < 20 % Vegetasi Sangat Jarang 880.587 79.252,83 15,2 21 - 40% Vegetasi Jarang 2.723.120 245.080,80 46,9 41 - 60 % Vegetasi Sedang 1.495.993 134.639,37 25,8 61 -80 % Vegetasi Lebat 107 9,63 0,0 > 80 % Vegetasi Sangat Lebat 4.643 417,87 0,1 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2005 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari hasil proses reclassify pada NDVI akan diperoleh data dari atribut berupa banyaknya piksel pada setiap kelas, oleh karena itu untuk luasannya didapat dari luas satu piksel pada citra Landsat TM sama dengan 30 x 30 meter, sehingga luasan setiap kelas dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut. Luas (Ha) = Jumlah Piksel x 900 …………………….(Boy Yudhistira, 2011) 10000 Tabel di atas menunjukan bahwa vegetasi dominan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005 adalah vegetasi jarang yaitu sebesar 46,9% dari keseluruhan wilayah. Berikut adalah grafik dari persebaran vegetasi di Kabupaten Muaro Jambi.
Pesebaran Vegetasi Tahun 2005 300000 Luas (Ha)
250000 200000 150000 100000 50000 0 Tidak Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Ada Sangat Jarang Sedang Lebat Sangat Vegetasi Jarang Lebat
Diagram 4.1 Persebaran Vegetasi Tahun 2005
IV-8
2.
Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2007
Gambar 4.11 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2007
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa warna dominan yang muncul adalah warna orange yang menunjukan kelas vegetasi jarang dengan rentang 0,2 – 0,4 pada nilai NDVInya. Informasi mengenai luasan tutupan lahan yang didasarkan pada nilai NDVI yang tercantum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6
Kerapatan 0% < 20 % 21 - 40% 41 - 60 % 61 -80 % > 80 %
Keterangan Tidak Ada Vegetasi Vegetasi Sangat Jarang Vegetasi Jarang Vegetasi Sedang Vegetasi Lebat Vegetasi Sangat Lebat
Jumlah Piksel 361.386 1.353.409 4.025.456 15.294 318 5.414
Luas (Ha) 32.524,74 121.806,81 362.291,04 1.376,46 28,62 487,26
Persentase 6,2 23,4 69,6 0,3 0,0 0,1
Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2007 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Pada prinsipnya informasi yang dipaparkan pada tabel di atas sama dengan yang telah dijelaskan pada tahun sebelumnya. Dari hasil luasannya dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2007 kabupaten Muaro Jambi hampir 70% bervegetasi jarang sama sperti pada tahun 2005. Berikut adalah diagram luasan dari kelas vegetasi tahun 2007.
IV-9
Luas (Ha)
Persebaran Vegetasi Tahun 2007 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Tidak Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Ada Sangat Jarang Sedang Lebat Sangat Vegetasi Jarang Lebat
Diagram 4.2 Persebaran Vegetasi Tahun 2007
3.
Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2008
Gambar 4.12 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2008
Berdasarkan hasil reclassify pada hasil NDVI, terlihat hampir sama dengan tahun sebelumnya, sebagian besar wilayah kabupaten Muaro Jambi bervegetasi jarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2008 Jumlah No Kerapatan Keterangan Piksel Luas (Ha) Persentase 1 0% Tidak Ada Vegetasi 525.029 47.252,61 9,0 2 < 20 % Vegetasi Sangat Jarang 1.052.246 94.702,14 18,0 3 21 - 40% Vegetasi Jarang 3.849.177 346.425,93 65,9 4 41 - 60 % Vegetasi Sedang 385.280 34.675,20 6,6 5 61 -80 % Vegetasi Lebat 617 55,53 0,0 6 > 80 % Vegetasi Sangat Lebat 5.502 495,18 0,1 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2008 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
IV-10
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa 65% tutupan lahan didominasi oleh vegetasi jarang, namun apabila dibandingkan dengan tahun 2007, nilai ini sudah berkurang sekitar 4%, dan meningkat pada kelas tidak ada vegetasi. Pada vegetasi sedang, mengalami peningkatan sebesar lebih dari 5 % dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat diartikan adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kabupaten Muaro Jambi. Berikut adalah diagram dari vegetasi yang ada di kabupaten Muaro Jambi.
Persebaran Vegetasi Tahun 2008 Luas (Ha)
400000 300000 200000 100000 0 Tidak Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Ada Sangat Jarang Sedang Lebat Sangat Vegetasi Jarang Lebat
Diagram 4.3 Persebaran Vegetasi Tahun 2008
4.
Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2009
Gambar 4.13 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2009
Dari hasil reclassify nilai NDVI tahun 2009 di atas dapat dilihat bahwa vegetasi sedang mulai meningkat dan vegetasi jarang menurun. Berikut adalah tabel hasil klasifikasi NDVI.
IV-11
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6
Kerapatan 0% < 20 % 21 - 40% 41 - 60 % 61 -80 % > 80 %
Keterangan Tidak Ada Vegetasi Vegetasi Sangat Jarang Vegetasi Jarang Vegetasi Sedang Vegetasi Lebat Vegetasi Sangat Lebat
Jumlah Piksel 656.535 864.904 2.318.107 2.046.315 279 982
Luas (Ha) 59.088,15 77.841,36 208.629,63 184.168,35 25,11 88,38
Persentase 11,1 14,6 39,2 34,6 0,0 0,0
Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2009 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari paparan tabel di atas dapat dilihat bahwa vegetasi jarang masih mendominasi hanya saja persentasenya sudah mulai menurun jauh disusul oleh vegetasi sedang yang meningkat jauh dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk vegetasi lainnya persentasenya tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Berikut adalah diagram kelas vegetasi NDVI.
Persebaran Vegetasi Tahun 2009 250000
Luas (Ha)
200000 150000 100000 50000 0 Tidak Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Ada Sangat Jarang Sedang Lebat Sangat Vegetasi Jarang Lebat
Diagram 4.4 Persebaran Vegetasi Tahun 2009
IV-12
5.
Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2013
Gambar 4.14 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2013
Pada gambar di atas merupakan hasil reclassify nilai NDVI tahun 2013, dimana dapat dilihat bahwa warna orange kembali mendominasi vegetasi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Berikut adalah tabel hasil klasifikasi NDVI berdasarkan rentang nilainya. Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TMTahun 2013 No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Kerapatan Keterangan Piksel Luas (Ha) Persentase 0% Tidak Ada Vegetasi 591.005 53.190,45 10,0 < 20 % Vegetasi Sangat Jarang 785.783 70.720,47 13,3 21 - 40% Vegetasi Jarang 4.006.685 360.601,65 67,8 41 - 60 % Vegetasi Sedang 499.451 44.950,59 8,5 61 -80 % Vegetasi Lebat 536 48,24 0.01 > 80 % Vegetasi Sangat Lebat 381 34,29 0.01 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2013 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa vegetasi jarang kembali meningkat menjadi 67,8% atau sekitar 28,4% apabila dibandingkan dengan tahun 2009. Sedangkan vegetasi sedang menurun 26% dibandingkan tahun 2009. Berikut adalah diagram dari kelas vegetasi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013.
IV-13
Luas (Ha)
Persebaran Vegetasi Tahun 2013 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Tidak Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Vegetasi Ada Sangat Jarang Sedang Lebat Sangat Vegetasi Jarang Lebat
Diagram 4.5 Persebaran Vegetasi Tahun 2013
Dari hasil reclassify citra-citra di atas dengan menggunakan rentang nilai NDVI yang ada secara umum terjadi perbedaan pada tiap-tiap tahunnya dalam hal luasan per kelasnya. Perubahan tiap tahun per kelas vegetasi dapat dilihat dalam grafik berikut.
Perubahan Kelas Vegetasi 400000
Luas (Ha)
350000 300000 Tidak Ada Vegetasi
250000
Vegetasi Sangat Jarang
200000
Vegetasi Jarang
150000
Vegetasi Sedang
100000
Vegetasi Lebat Vegetasi Sangat Lebat
50000 0 2005
2007
2008
2009
2013
Diagram 4.6 Perubahan Kelas Vegetasi
Dari grafik perubahan kelas vegetasi di atas dapat diartikan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 kelas vegetasi yang paling banyak adalah vegetasi jarang, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup besar kemudian naik kembali pada tahun 2013.
IV-14
Vegetasi sangat jarang terlihat dalam kondisi yang stabil hampir sama dengan vegetasi lebat. Vegetasi sangat jarang sedikit meningkat pada tahun 2007 dan mengalami penurunan kembali ditahun-tahun sesudahnya. Sebaliknya dengan kelas vegetasi sangat jarang, kelas vegetasi lebat pada tahun 2007 mengalami penurunan dan peningkatan ditahun-tahun sesudahnya. Kelas vegetasi sangat lebat terlihat pada grafik di atas dalam bentuk konstan, namun bukan berarti luasan per tahunnya sama, dikarenakan luasannya sangat kecil dan perubahannya pun sangat kecil jika dibandingkan dengan luasan kelas vegetasi lainnya.Untuk yang tidak bervegetasi di dalamnya mencakup sungai, awan, lahan tandus dan stripping yang masih ada pada citra. IV.6. Dijitasi Citra Landsat TM Selain menggunakan metode NDVI untuk menganalisis vegetasi, dijitasi merupakan metode lain yang mengutamakan aspek visualisasi dan kemampuan interpretasi citra dari pengguna yang hasilnya akan digunakan untuk mengetahui penurunan hutan tiap tahunnya. Dijitasi dilakukan dengan mengacu pada Peta Penggunaan Lahan BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 yang mengklasifikasikan penggunaan lahan menjadi delapan jenis. Berikut merupakan hasil dari dijitasi citra Landsat TM menggunakan software ArcGis 9.3. 1.
Hasil Dijitasi Citra Tahun 2005
Gambar 4.15 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2005
Gambar di atas adalah peta penggunaan lahan yang merupakan hasil dijitasi pada citra Landsat TM tahun 2005. Peta penggunaan tersebut juga disesuaikan IV-15
dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011 serta peta administrasi Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011. Berdasarkan peta penggunaan lahan di atas diperoleh informasi sebagai berikut : Tabel 4.7 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2005 No 1 2 3 4
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Hutan Lahan Gambut 65.033,482 12,35 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 47.598,473 9,04 Hutan Sekunder 32.184,424 6,11 Pemukiman 32.443,866 6,16 Perkebunan Rakyat/Lahan yang 5 Dikelola 280.268,439 53,20 6 Sawah 7.349,229 1,40 7 Semak Belukar 46.922,953 8,91 8 Tanah Terbuka 14.984,835 2,84 Total 52.6785,699 100 Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2005 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan lahan tahun 2005.
Penggunaan Lahan Tahun 2005 300000
Luas (Ha)
250000 200000 150000 100000 50000 00000
Diagram 4.7 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2005
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan didominasi oleh perkebunan rakyat atau sekitar 53,14% dari luas secara keseluruhan dan disusul
IV-16
oleh hutan lahan gambut sebesar 12,35%. Sedangkan pemukiman rakyat hanya sebesar 6,16%. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mayoritas mata pencaharian masyarakat di kabupaten ini adalah sebagai petani perkebunan seperti sawit dan karet, hal ini juga dikuatkan dengan luas sawah yang hanya 1,40%. 2.
Hasil Dijitasi Citra Tahun 2007
Gambar 4.16 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2007
Gambar di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2007 dengan data pendukung yang sama seperti pada tahun 2005 yaitu data peta penggunaan lahan tahun 2011 maka terbentuklah peta penggunaan lahan tahun 2007. Dibawah ini merupakan paparan hasil dijitasi tahun 2007 sebagai berikut. Tabel 4.8 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2007 No 1
Penggunaan Lahan Hutan Lahan Gambut
2
Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
3
Hutan Sekunder
4
Pemukiman Perkebunan Rakyat/Lahan yang Dikelola
5 6
Sawah/Vegetasi Rawa
7
Semak Belukar
8
Tanah Terbuka
Luas (Ha) 64.059,437 48.720,403 29.839,171 35.570,924 270.950,107 6.710,976 49.574,893 21.357,721
Persentase 12,16 9,25 5,59 6,75 51,43 1,27 9,41 4,13 100
Total 526.783,633 Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2007 dan pengolahan citra tahun 2013
IV-17
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan lahan tahun 2007.
Luas (Ha)
Penggunaan Lahan Tahun 2007 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Diagram 4.8 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007
Dari diagram di atas, perkebunan rakyat masih yang memiliki wilayah yang paling luas, secara keseluruhan apabila dibandingkan dengan tahun 2005 tidak terlalu banyak yang berubah. Hutan lahan gambut terdegradasi, pemukiman, semak belukar dan tanah terbuka mengalami peningkatan walau tidak terlalu besar, dan sebaliknya tutupan lahan lainnya mengalami penurunan walau dalam jumlah yang kecil. 3.
Hasil Dijitasi Citra Tahun 2008
Gambar 4.17 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2008
IV-18
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2008. Peta penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2008, dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya. Tabel 4.9 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2008 No 1 2 3 4
Penggunaan Lahan Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Sekunder
5
Pemukiman Perkebunan Rakyat/Lahan yang Dikelola
6
Sawah/Vegetasi Rawa
7 8
Semak Belukar Tanah Terbuka
Luas (Ha) 58.597,008
Persentase
49.664,589 29.835,143 37.715,592 280.756,204 6.921,958 46.899,624 16.394,198
11,12 9,43 5,66 7,16 53,30 1,31 8,90 3,11 100
Total 526.784,316 Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2008 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan lahan tahun 2008.
Luas (Ha)
Penggunaan Lahan Tahun 2008 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Diagram 4.9 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008
IV-19
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perkebunan rakyat masih yang tertinggi dibandingkan tutupan lahan lainnya yaitu sebesar 53,30%, disusul oleh hutan lahan gambut sebesar 11,12% dan hutan lahan gambut terdegradasi sebsar 9,43%. Secara keseluruhan kawasan hutan kabupaten muaro jambi meliputi hutan sekunder, hutan lahan gambut, dan hutan hutan lahan gambut terdegradasi mengalami penurunan. 4.
Hasil Dijitasi Citra Tahun 2009
Gambar 4.18 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2009
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2009. Peta penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2009, dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya. Tabel 4.10 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2009 No
Penggunaan Lahan
1
Hutan Lahan Gambut
2
Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
3
Hutan Sekunder
4 5
Pemukiman Perkebunan Rakyat/Lahan yang dikelola
6
Sawah/ Vegetasi Rawa
7
Semak Belukar
8
Tanah Terbuka
Luas (Ha) 57.482,342
Persentase 10,91
50.052,544
9,50
29.431,906
5,59
38.804,061
7,37
279.596,118
53,08
6.293,027
1,19
46.798,245
8,88
18.324,372
3,48
100 Total 526.782,615 Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2009 dan pengolahan citra tahun 2013
IV-20
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan lahan tahun 2009.
Luas (Ha)
Penggunaan Lahan Tahun 2009 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Diagram 4.10 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2009
Perkebunan rakyat pada tahun 2009 kembali memiliki luas yang paling besar, hanya saja sedikit mengalami penurunan sebesar 0,22% dari tahun 2008. Hal ini dapat diartikan bahwa wilayah non hutan mengalami perubahan fungsi penggunaan lahan yang juga menyebabkan penurunan wilayah hutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 5.
Hasil Dijitasi Citra Tahun 2013
Gambar 4.19 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2013
IV-21
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2013. Peta penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2013, dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya, berikut adalah paparan luasan tata guna ahan dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2013 No 1 2 3 4
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Hutan Lahan Gambut 55.135,420 10,47 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 50.781,772 9,64 Hutan Sekunder 29.062,877 5,52 Pemukiman 48.274,976 9,16 Perkebunan Rakyat/Lahan yang 5 Dikelola 281.460,477 53,43 6 Sawah/Vegetasi Rawa 53.22412 1,01 7 Semak Belukar 29.122,323 5,53 8 Tanah Terbuka 27.621,196 5,24 Total 526.781,453 100 Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2013 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan lahan tahun 2013.
Luas (Ha)
Penggunaan Lahan Tahun 2013 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Diagram 4.11 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013
IV-22
Diagram di atas menunjukan kondisi penggunaan lahan yang terbaru karena menggunakan citra Landsat TM tahun 2013 pada bulan februari. Sama halnya dengan tahun sebelumnya urutan berdasarkan luasannya masih sama dengan perkebunan paling besar. . Seperti terlihat dalam grafik perubahan penggunaan lahan dari tahun 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2013 sebagai berikut.
Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Lahan Gambut
300000 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Sekunder
Luas (Ha)
250000 200000
Semak Belukar
150000 Pemukiman
100000 Perkebunan Rakyat
50000 Tanah Terbuka
0 2005
2007
2008
2009
2013
Sawah
Diagram 4.12 Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi
Dari grafik di atas terlihat bahwa selama kurun waktu tersebut perkebunan rakyat masih menempati wilayah paling luas, terjadi penurunan luas pada tahun 2007 dan tahun 2011 meskipun demikian pada tahun 2013 kembali naik. Karena wilayahnya yang begitu luas, sehingga perubahan yang terlihat dalam grafik tidak terlalu drastis. Begitu pula pada tutupan lahan lainnya, mengalami perubahan yang tidak terlalu besar. Khususnya pada wilayah hutan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. NDVI berfungsi untuk mengetahui kerapatan vegetasi yang ada pada jenis penggunaan lahan khususnya wilayah hutan, agar pemerintah mendapat informasi mengenai area yang harus segera ditangani. Besarnya perubahan pertahunnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
IV-23
Tabel 4.13 Perubahan Penggunaan Lahan Kab. Muaro Jambi Perubahan Penggunaan Lahan (Ha) Penggunaan Lahan 2005 ke 2007 2007 ke 2008 2008 ke 2009 2009 ke 2013 Hutan Lahan Gambut -974,045 -5.462,430 -1.114,665 -2.346,922 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 1.121,931 944,186 387,955 729,227 Hutan Sekunder -2.345,252 -4,028 -403,238 -369,028 Pemukiman 3.127,058 2.144,668 1.088,469 9.470,915 Perkebunan Rakyat/Lahan yang Dikelola -9.318,331 9.806,097 -1.160,087 1.864,359 Sawah/Vegetasi Rawa -638,253 210,982 -628,931 -970,615 Semak Belukar 2.651,941 -2.675,269 -101,380 -17.675,922 Tanah Terbuka 6.372,886 -4.963,523 1.930,174 9.296,824 Total -2,066 0,683 -1,702 -1,162 Sumber : Pengolahan Citra Tahun 2013 dan Citra Landsat TM
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa selama delapan tahun atau dari tahun 2005 sampai tahun 2013 wilayah pemukiman naik sebesar 15.831,111 Ha, perkebunan rakyat/lahan yang dikelola naik sebesar 1.192,038 Ha, sawah/vegetasi rawa menurun hingga 2.026,817 Ha, semak belukar menurun hingga 17.800,629 dan tanah terbuka naik sebesar 12.636,361. Perubahan penggunaan lahan tersebut berkaitan erat dengan kondisi hutan yang ada, untuk perubahan wilayah hutan akan dijelaskan di subbab selanjutnya. IV.7. Perhitungan Deforestasi Hutan Deforestasi adalah perusakan lapisan atas hutan dengan cara merubah penggunaan lahan secara permanen, berdasarkan ketentuan dari departemen kehutanan Indonesia, perhitungan deforestasi hutan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
IV-24
Gambar 4.21 Diagram Perhitungan Deforestasi Hutan (http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx)
Keterangan : H(t0) = Hutan Tahun ke-0 H(t1) = Hutan Tahun ke-1 NH(t0) = Non Hutan Tahun ke-0 NH(t1) = Non Hutan Tahun ke-1 Berdasarkan diagram di atas untuk perhitungan deforestasi hutan dilakukan pemisahan wilayah hutan dan wilayah non hutan tiap tahunnya untuk mempermudah
perhitungan.Perhitungan
penurunan
lahan
hutan
secara
keseluruhan tahun 2005, 2007, 2008, 2009, 2011 dan 2013
IV-25
Tabel 4.14 Perhitungan Selisih Wilayah Hutan dan Non Hutan Tahun 2005
Luas Wilayah Hutan (Ha) 144.816,379
Selisih (Ha) -2.197,366
2007
142.619,012 -4.522,272
2008
138.096,740 -1.129,948
2009
136.966,792 -1.986,723
2013
Tahun 2005
134.980,069 Total Luas Wilayah Non Hutan (Ha) 381.969,321
-9.836,310
Selisih (Ha) 2.195,300
2007
384.164,621
2008
388.687,576
4.522,955 1.128,246 2009
389.815,822 1.985,562
2013
391.801,384 Total
9.832,063
Berdasarkan tabel di atas, wilayah hutan hampir setiap tahunnya mengalami penurunan luas. Sedangkan wilayah non hutan mengalami peningkatan hampir disetiap tahunnya, ini dapat diartikan bahwa terjadi perubahan penggunaan tanah dari hutan menjadi non hutan. Berikut adalah diagram perubahan wilayah hutan kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2013.
IV-26
Perubahan Wilayah Hutan Luas (Ha)
150000 145000 140000 135000 130000 2005
2007
2008
2009
2013
Tahun
Diagram 4.13 Perubahan Wilayah Hutan
Secara keseluruhan, penurunan wilayah hutan selama delapan tahun adalah sebesar -9.836,310 Ha dari luas pada tahun 2005. Hal ini terjadi disebabkan banyaknya penebangan liar yang dilakukan oleh oknum masyarakat setempat, dan adanya perluasan wilayah perkebunan yang mulai menggerogoti wilayah hutan. Berdasarkan laporan moratorium Dinas Kehutanan Provinsi Jambi tahun 2009 lalu, Luas wilayah hutan di Kabupaten Muaro Jambi adalah seluas 136.976,70 Ha yang terdiri dari Hutan lahan gambut yang termasuk dalam kawasan hutan lindung gambut yang berfungsi untuk penyeimbang tata air yang dikenal dengan nama air hitam dalam. Hutan lahan gambut terdegradasi adalah hutan lahan gambut yang sudah mulai mengalami penurunan kerapatan hutan namun masih masuk dalam kawasan hutan. Sedangkan untuk hutan sekunder terdiri dari hutan produksi tetap, hutan produksi tetap terbatas, kawasan suaka alam dan areal penggunaan lain (APL). Berikut adalah persebaran hutan di wilayah kabupaten muaro jambi beserta kelas vegetasinya.
IV-27
Tabel 4.15 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2005 Kecamatan
Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2005
Jenis Hutan
KEC. BAHAR SELATAN KEC. JAMBI LUAR KOTA KEC. KUMPEH
KEC. KUMPEH ULU
KEC. SUNGAI GELAM KEC. TAMAN RAJO
Total
1
2
3
4
5
6
Hutan Sekunder
0,781
108,709
589,186
8,881
0,000
0,000
707,557
Hutan Sekunder Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
8,290
432,375
4.434,380
1.126,578
0,000
0,000
6.001,623
0,000
19.837,720
25.255,802
19.889,685
3,211
47,372
65.033,790
13,249
355,413
284,671
499,973
0,540
42,545
1.196,390
56,280
3.865,359
4.809,440
338,228
0,000
0,000
9.069,306
Hutan Sekunder Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
6,588
1.003,105
9.118,305
375,779
0,000
0,000
10.503,777
12,040
11.419,632
24.856,954
240,891
2,880
0,000
36.532,397
Hutan Sekunder
0,000
7.306,826
4.704,249
3.417,951
43,603
0,000
15.472,629
97,227
44.329,139
74.052,988
25.897,966
50,234
89,917
144.517,470
Total
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2005 dan Pengolahan Citra Tahun 2013 Tabel 4.16 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2007 Kecamatan
Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2007
Jenis Hutan
KEC. BAHAR SELATAN KEC. JAMBI LUAR KOTA KEC. KUMPEH
KEC. KUMPEH ULU
Total
1
2
3
4
5
6
Hutan Sekunder
0,000
287,853
372,058
15,775
0,000
0,000
675,685
Hutan Sekunder Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
3,440
97,042
2.669,894
1.759,663
0,000
0,000
4.530,040
0,000
25.060,787
30.172,754
8.825,768
0,000
0,000
64.059,309
12,125
1.209,689
66,162
120,814
0,000
0,000
1.408,791
38,007
7.859,611
2.954,618
0,000
0,000
0,000
10.852,236
0,000
2.983,245
6.789,558
18,172
0,000
0,000
9.790,974
39,268
27.761,982
8.008,259
0,000
0,000
0,000
35.809,509
6,356
6.822,412
8.014,126
0,000
0,000
0,000
14.842,894
99,196
72.082,623
59.047,428
10.740,192
0,000
0,000
141.969,438
Hutan Sekunder Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
KEC. SUNGAI GELAM KEC. TAMAN RAJO Hutan Sekunder Total
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2007 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
IV-28
Tabel 4.17 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2008 Kecamatan KEC. BAHAR SELATAN KEC. JAMBI LUAR KOTA KEC. KUMPEH KEC. KUMPEH ULU KEC. SUNGAI GELAM KEC. TAMAN RAJO
Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2008
Jenis Hutan
Total
1
2
3
4
5
6
Hutan Sekunder
0,000
102,372
567,693
4,043
0,000
0,000
674,109
Hutan Sekunder
6,811
1.306,375
0,000
3.216,164
0,000
0,000
4.529,350
Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
0,000
7.970,238
24.399,644
25.864,477
3,855
358,819
58.597,033
6,029
743,842
947,926
273,487
0,000
0,000
1.971,284
49,684
2.619,258
0,000
7.442,262
0,000
0,000
10.111,204
Hutan Sekunder
0,000
2.387,113
7.228,920
173,420
0,000
0,000
9.789,453
28.478,312
0,000
9.103,502
0,000
0,000
37.581,814
Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
Hutan Sekunder
0,000
8.609,389
270,218
5.960,870
0,000
0,000
14.840,477
Total
62,524
52.216,900
33.414,401
52.038,226
3,855
358,819
138.094,724
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2008 dan Pengolahan Citra Tahun 2013 Tabel 4.18 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2009 Kecamatan KEC. BAHAR SELATAN KEC. JAMBI LUAR KOTA KEC. KUMPEH KEC. KUMPEH ULU KEC. SUNGAI GELAM KEC. TAMAN RAJO
Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2009
Jenis Hutan
Total
1
2
3
4
5
6
Hutan Sekunder
2,263
125,631
464,051
9,760
0,000
0,000
601,704
Hutan Sekunder
4,065
1.048,351
2.388,119
987,639
0,000
0,000
4.428,174
Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
0,913
10.758,931
38.438,430
8.198,401
0,000
86,002
57.482,677
4,356
775,997
857,007
921,044
0,000
0,000
2.558,404
61,884
0,000
0,000
10.090,126
0,000
0,000
10.152,010
Hutan Sekunder
0,000
5.420,309
144,766
4.155,684
0,000
0,000
9.720,759
Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
21,505
7.533,875
26.201,780
3.583,071
0,000
0,000
37.340,231
1,954
2.774,327
8.974,984
2.929,192
0,000
0,000
14680,456
96,941
28.437,421
77.469,136
30.874,916
0,000
86,002
136.964,415
Hutan Sekunder Total
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2009 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
IV-29
Tabel 4.19 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2013 Kecamatan KEC. BAHAR SELATAN KEC. JAMBI LUAR KOTA KEC. KUMPEH KEC. KUMPEH ULU KEC. SUNGAI GELAM KEC. TAMAN RAJO
Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2013
Jenis Hutan
Total
1
2
3
4
5
6
Hutan Sekunder
0,000
321,028
0,000
221,946
0,000
0,000
542,973
Hutan Sekunder
2,098
107,004
4.023,321
0,000
0,000
0,000
4.132,424
Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
0,770
10.632,998
16.966,108
28.531,535
1,319
3,428
56.136,158
27,264
1.351,688
1.342,237
37,229
0,000
0,000
2.758,418
24,591
3.949,947
5.471,577
235,334
0,000
0,000
9.681,448
Hutan Sekunder
0,000
9.282,648
67,324
0,000
0,000
0,000
9.349,972
Hutan Lahan Gambut Terdegradasi
12,497
29.392,482
0,000
8.936,045
0,000
0,000
38.341,024
Hutan Sekunder
5,535
7.717,138
6.316,139
0,000
0,000
0,000
14.038,812
Total
72,754
62.754,934
34.186,706
37.962,089
1,319
3,428
134.981,229
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2013 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Tabel di atas merupakan persebaran wilayah hutan berdasarkan kerapatan vegetasinya. Kerapatan vegetasi dominan yang ada pada kawasan hutan berkisar antara vegetasi sangat jarang, vegetasi jarang dan vegetasi sedang. Vegetasi lebat dan vegetasi sangat lebat hanya terdapat pada hutan lahan gambut di kecamtan Kumpeh pada tahun 2005, 2008 dan 2013. Kerapatan vegetasi ini selain dipengaruhi oleh perekaman citra pada muka bumi tapi juga dipengaruhi oleh kualitas citra tersebut. Dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, Hanya ada enam kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan Kumpeh adalah kecamatan dengan kawasan hutan yang paling luas karena memiliki Hutan Lahan Gambut yang termasuk salah satu hutan lindung yang ada di Provinsi Jambi. Namun meskipun tergolong kawasan hutan lindung, hutan lahan gambut tidak lepas dari penjarahan liar dan kebakaran hutan, sehingga masih saja mengalami penurunan tiap tahunnya. Untuk kawasan hutan sekunder, pada dasarnya dimaksudkan untuk digunakan sebagai hutan produksi maupun sebagai kawasan cadangan yang
IV-30
sewaktu-waktu dapat berubah fungsi atau disebut juga area penggunaan lain agar menghindari kasus penyerobotan kawasan hutan lainnya. Secara keseluruhan, selama delapan tahun atau mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 kawasan hutan mengalami penurunan. Untuk kawasan hutan lahan gambut berkurang sebesar 9.898,062 Ha yang dibuktikan dengan naiknya kawasan hutan lahan gambut terdegradasi sebesar 3.183,299 Ha, sehingga dapat diartikan bahwa berkurangnya hutan lahan gambut sebagian disebabkan adanya degradasi sedangkan selebihnya disebabkan perubahan fungsi hutan. Sedangkan hutan sekunder sendiri mengalami penurunan sebesar 3.121,547 Ha. IV.8. Survei Lapangan Tahap validasi data dilakukan dengan menggunakan survei lapangan dengan menggunakan uji ketelitian terhadap hasil interpretasi dan untuk memperoleh data variabel kualitas lingkungan yang tidak dapat diperoleh melalui interpretasi citra. Validasi data merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh pengguna data penginderaan jauh sebelum melakukan analisis selanjutnya. Hal ini karena ketelitian data hasil interpretasi sangat berpengaruh terhadap besarnya kepercayaan yang dapat diberikan oleh data tersebut (Sutanto, 1986). Kegiatan validasi data hasil interpretasi dan perolehan data variabel non interpretasi dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu. IV.9. Penentuan Jumlah Sampel Metode
pemilihan
sampel
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
menggunakan metode stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dengan sebelumnya membagi populasi ke dalam beberapa tingkatan dan dari setiap tingkatan dapat diambil sampel secara acak dengan jumlah yang telah ditentukan (Meita, 2011). Penentuan jumlah sampel dan lokasi sampel dapat ditentukan setelah satuan pemetaan dibuat. Satuan pemetaan yang berupa wilayah hutan terdiri dari 40 poligon. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 1.1.
IV-31
Untuk mempermudah perhitungan, persamaan 1.1 dijabarkan terlebih dahulu. Misalkan dengan mencari nilai D terlebih dahulu dan seterusnya, sehingga perhitungan untuk memperoleh data sampel menjadi seperti berikut ini : D=
B2 4
D=
0,12 4
= 0,0025 Pada penelitian ini derajat ketepatan yang diharapkan adalah 90%, sehingga nilai bound on error (B) adalah 10% (0,1). Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai N2D dan [Ni.Pi (1-Pi)]. Pada penelitian ini total polulasi hutan yang diperoleh pada satuan pemetaan sebanyak 583 poligon, sehingga : N2D
= (40)2 x 0,0025 = 3,61
Untuk mempermudah perhitungan nilai [Ni.Pi (1-Pi)], maka dapat dibuat matriks seperti pada tabel berikut : Tabel 4.20. Perhitungan Matriks Nama Hutan Lahan Gambut Hutan Lahan Gambut Terdegradasi Hutan Sekunder
Ni 3
Pi 0,75
(1-Pi) 0,25
Ni.Pi 2,25
Ni.Pi.(1-Pi) 0,563
9
0,75
0,25
6,75
1,688
26
0,75
0,25
19,5
4,875 7,126
Keterangan : Pi
= Total unit sampling pada suatu kategori tertentu dalam strata i Jumlah sampel pada setiap kelas (sub populasi) yang memiliki nilai variabel yang sesuai kelas (baik/sedang/buruk) terbanyak diperkirakan mencapai 75% (0,75).
Ni
= Total sub populasi dari strata i N
[Ni Pi 1−Pi ]
𝑛 = N 2 D+
[Ni Pi 1−Pi ]
IV-32
𝑛=
38 x 7,126 3,61 + 7,126
𝑛=
270,788 10,736
n = 25,222 Dari perhitungan di atas diperoleh sampel yang harus di uji ketelitiannya (validasi data) sebanyak 26 poligon. Dengan besarnya sampel per jenis adalah sebagai berikut : ni =
Ni xn N
nHutan
Lahan Gambut
=
3 x 26 = 2 38
9 x 26 = 6 38 26 = x 26 = 18 38
nk.sedang = nk.buruk
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan persamaan yang telah ditentukan, maka jumlah tiap sampel jenis hutan disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.21. Jumlah Sampel Jenis Hutan
No Klasifikasi 1 Hutan Lahan Gambut 2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 3 Hutan Sekunder Total (Sumber : Hasil Analisis, 2013)
Jumlah Poligon 3 9
Jumlah Sampel 3 6
26 38
18 26
Setelah jumlah sampel tiap kelas diketahui, maka pemilihan lokasi sampel dilakukan secara random dengan mempertimbangkan luas dan persebarannya disetiap Kecamatan, sehingga tiap jenis hutan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai lokasi sampel.
IV-33