BAB III SEKITAR FORUM KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA (FKAUB) DALAM MENTABLIGHKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN BOYOLALI
A.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOYOLALI A. Letak Geografis Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten / Kodia di Jawa Tengah dengan letak geografisnya sebagai berikut: 1. Letak lintang: Sebelah Selatan
: 110.22’
Bujur Timur
: 110.50’
Lintang selatan
: 7.36’- 7.71’.
Dengan ketinggian antara 75 M sampai dengan 1500 M dari permukaan laut. 2. Batas Wilayah. Sebelah Utara
:Wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang.
Sebelah Timur
:Wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kodia Surakarta.
Sebelah Selatan
:Wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta
44
:Kabupaten Malang dan Kabupaten Semarang.1
Sebelah Barat
Wilayah Kabupaten Boyolali di bagi menjadi dua tingkat administrasi
pemerintahan,yaitu
Wilayah
Kecamatan
dan
Kelurahan/desa.Wilayah Kabupaten Boyolali terdi dari 19 Kecamatan dan 222 Kelurahan. WILAYAH KECAMATAN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI No
Nama kecamatan
Jumlah
1.
Selo
10
2
Ampel
20
3
Cepogo
15
4
Musuk
20
5
Boyolali
9
6
Mojosongo
13
7
Teras
13
8
Sawit
12
9
Banyudono
15
10
Sambi
16
11
Ngemplak
12
12
Nogosari
13
13
Simo
13
14
Karanggede
16
15
Klego
13
16
Andong
16
17
Kemusu
13
18
Wonosegoro
18
19
Juwangi
10 Jumlah
1
Biro Statistik, Kabupaten Boyolali, 1999.
45
222
Hasil status penduduk tahun 1999 jumlah penduduk di wilayak Kabupaten Boyolali mencapai 2.126.265 jiwa, luas wilayah dan kepadatan penduduk Kabupaten Boyolali lebih lanjut adalah. LUAS DAERAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DAERAH TINGKAT II BOYOLALI No
Nama Kecamatan
Luas/Km 2
Jumlah Penduduk
1
Selo
5 607 , 7
886 021
2
Ampel
9 039 ,1
24 501
3
Cepogo
5 299 ,8
66 325
4
Musuk
6 504 ,1
49 739
5
Boyolali
2 625 ,1
56 267
6
Mojosongo
4 341 ,1
54 508
7
Teras
2 933 ,6
48 537
8
Sawit
1 723 ,3
41 359
9
Banyudono
2 537 ,9
30 980
10
Sambi
4 649 ,5
44 161
11
Ngemplak
3 852 ,7
61 203
12
Nogosari
5 508 ,4
59 885
13
Simo
4 804 ,0
41 266
14
Karanggede
4 175 ,6
38 249
15
Klego
5 187 ,7
43 186
16
Andong
5 452 ,8
57 036
46
17
Kemusu
9 908 ,4
41 490
18
Wonosegoro
9 299 ,8
50 547
19
Juwangi
7 999 ,8
30 665
Jumlah
101.510.1
904.021
Pada segi agama Kabupaten Boyolali terdapat berbgai macam pemeluk agama yaitu : Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha, dan Hindu. Lebih lanjut dapat dilihat :
PEMELUK AGAMA MASYARAKAT DAERAH TINGKAT II. BOYOLALI No
Pemeluk Agama
Jumlah 8.58 659
1
Islam
2
Kriten Protestan
9 191
3
Kristen Katholik
7 086
4
Budha
5 075
5
Hindu
6 010 Julmah
8.86 021
Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
47
No
Sarana Ibadah
Jumlah
1
Masjid
835 buah
2
Suarau/langgar
2710 buah
3
Gereja
200 buah
4
Pure
3 buah
5
Vihara
5 buah
B. Sejarah Berdirinya FKA-UB B.1. Sejarah singkat FKA-UB Kab. Boyolali. Berawal dengan merebaknya isu SARA (Suku, Agama, Ras, Adat) di Kabupaten Biyolali, dan banyaknya profokator-profikator yang sengaja memancing keonaran. Kerusuhan melalui teror-teror (via telepon, selebaran gelap dll.) di wilayah Kabupaten Boyolali , yang mana isu itu telah membuat keresahan masyarakat dan memancing emosi masyarakat, dan beberapa isu tersebut diantaranya : Pertama agama telah di politisir oleh Organisasi Partai Politik, dalam artian ada beberapa klompok OPP tertentu yang telah menggunakan Agama sebagai alat pembenaran bagi organisasi partai politik tertentu. Kedua Issu Kristenisasi dan Islamisasi, artinya bahwa issu kristenisasi dan Islamisasi segaja di sebarkan oleh klompok tertentu dengan maksud memecah belah kekuatan bangsa. Ketiga di Agama tertentu terjadi konflik intern yang mengakibatkan munculnya kecurigaan-kecurigaan di
48
antara mereka karena di dorong oleh faktor politis kepentingan pribadi atau golongan dengan saling mengatasnamakan agama tertentu. Empat adanya diskriminasi etnis mayoritas dan minoritas. Dalam artian selama ini terjadi kesenjangan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk memisahkan antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui jalur kebijakan ekonomi yang berat sebelah. Lima adanya kebijakan yang bersifat pilih kasih dalam hal pendirian tempat ibadah. Dengan menculnya persoalan-persoalan di atas yang kemudian mengetuk nurani para tokoh agama di Kabupaten Boyolali untuk mengadakan sebuah pertemuan sarasehan bersama bersama dengan pejabat pemerintah tingkat II Boyolali. Dengan peserta Jajaran Muspida Boyolali, Depang, MUI, tokoh agama (Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu),ormas, (NU, Muhammadiyah, MTA, LDII, Walubi, PHDI, PAROKI, MAJLIS GEREJA dll) pada tanggal 21 April 1999. di Jl. Pandanaran 169 untuk membahas dan mencari solusi terhadap perkembangan politik di Kabupaten. Boyolali.2 Forum komunikasi antar umat beragama didirikan pada tahun 1999, di Kabupaten Boyolali. Forum komunikasi antar umat beragama berasaskan pancasila dan Forum komunikasi antar umat beragam adalah organisasi Independen yang tidak memihak kepada agama, idiologi, suku ,ras, keturunan, golongan, agama dan profesi. Yang terhimpun dalam wadah atau lembaga masyarakat non Pemerintah. (Non
2
Anggaran Dasar/Rumah Tangga FKA-UB.
49
Gavermental Organization). Forum komunikasi antar umat beragama di Kabupaten Boyolali, adalah organisasi berupa pengurusan yang di bentuk dari segenap para ulamak dan Tokoh Agama (Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu Budha).lembaga ini didaftar pada Notaries Mulyoto, SH dengan nomor: 20 tanggal 24 Desember 1999.3 Pluralita
yang
semakin
lama
semakin
memudar
karena
kompleksnya permsalahan menjadi langkah pijakan lembaga ini. Belum lagi persoalan kepentingan, tarik-menarik kekuatan yang pada akhirnya rakyatlah yang menjadi korban. Demoralisasi nilai terjadi hampir di semua aspek kehidupan. Hal ini dapat dilihat semakin jauhnya perilaku masyarakat dari etika, agama dan nilai luhur budaya bangsa. Sebelum lembaga ini resmi terdaftar di Notaris, para tokoh agama yang tergabung dalam FKA-UB membentuk sebuah kepanitiaan dalam setiap kegiatan salah satunya adalah Panitia Bantuan Kemanusiaan Umat Beragama (PBK-UB), dimana kegiatan uatamanya adalah pembangian bahan pangan ke desa-desa di Boyolali. Program pembagian bahan pangan ini bernama Emergency yang meliputi 36 desa dari 10 kecamatan di Kabupaten Boyolali. Program ini didasarkan pada keprihatinan banyaknya konflik yang horizontal dengan isu SARA yang muncul kepermukaan, di mana saat itu kerusuhan ambon sedang terjadi.4 3
Wawancara dengan Pndt AW. Samusir, BA , salah satu pendiri FKA-UB, sekarang menjabat Ketua Pengurus FKA-UB 2004 : Tanggal 22 April 2004. 4 Wawancara dengan Is Sumateradi, Salah satu pendiri FKA-UB dan Sekarang menjabat Sekretaris pengurus FKA-UB. 2004: 22 April 2004.
50
B.2. Visi dan Misi Visi FKA-UB a) Terwujudnya tatanan masyarakat damai, adil dan sejahtera berdasarkan kebenaran, keadila, pluralitas, budaya dan nilai-nilai keagamaan. b) Terwujudnya sosialisasi uma beragama dalam proses kebutuhan social,ekonomi, budaya berbasis komunitas berdasar kebenaran, keadilan, pluralitas, kesejahteraan dan nilai-nilai agama.
Misi FKA-UB a) Mempromosikan dan mengimplementasikan niali-nilai pluralitas, interfaith, HAM, demokrasi dalam pengertians eluas-luasnya. b) Mendorong tumbuhnya kerjasama dikalangan tokoh agama, tokoh masyarakat, ilmuan, pejabat pemerintah secara individu dan kelompok yang peduli terhadap persoalan kemanusiaan, berbangsa dan bernegara. c) Membangun jaringan kerja sama dengan berbagai pihak strategis yang mempunyai komitmen di bidang kemanusiaan dengan perpektif pluralisme dan interfaith.5 B.3. Setrategi pendekatan. 1)
Menumbuhkan institusi local sebagai subyek (pelaku) dalam melakukan perubahan social (Sosial transformation).
5
Diktat Profil Forum komunikasi Antar Umat Beragama Boyolali.
51
2)
Mendorong proses integrasi guna mengembangkan wawasan, sikap dan ketrampilan masyarakat.
3)
Mengoptimalkan potensi local, pranata, karakteristik, dan tokoh-tokoh
local
melalui
pendidikan,
pelatihan
dan
dampingan dengan pendekatan andragogis yang partisipatif. B.4. Program-program 1)
Food for work Program (PKP)
2)
Peacebuilding Program (PB)
3)
Capacity Building Program (CB)
4)
Microfinance Program (MP)
5)
Enviroment Sanitasion Program (ESP)
B.5 Mitra Kerja FKA-UB telah menjalin kerja sama dengan: 1.
Chatolic Relief Service (CRS) Yogyakarta.
2.
Catholic Relive Service (CRS) Jakarta.
3.
UPKM YAKUM Surakarta.
4.
Ormas-ormas keagamaan di Boyolali.
5.
Kesbang dan linmas, Bapeda, Depag, Dinkop, Pemda Boyolali.
6.
Pondok Pesantren di eks Krasidenan Surakarta.
7.
Panti Asuhan se eks krasidenan Surakarta.
8.
Yayasan Sosial Soegiopranata (YSS) Semarang.
9.
Indonesian Conference on Relegion and Peace (ICRP).
10. USC Satunama Yogyakarta.
52
11. Yayasan Percik Salatiga. 12. Forum Silaturrahmi Umat Beragama Jawa Tengah. B.6. Struktur Organisasi A. Pendiri Forum Komunikasi Antar Umat Beragama ini terdiri dari : 1.
Pndt. AW. Samosir,BA (Hindu).
2.
Pndt. Sutarto, S.Ag (Hindu).
3.
Sudarto Padmo Diharjo (Budha).
4.
Petrus Sarijo (Katholik).
5.
Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik)
6.
Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)
7.
Pdt. Thomas Sutomo (Kristen)
8.
Sudarlin (Islam)
9.
Drs. Jaml Yazid, M.Si. (Islam)
B. Pengurus Ketua
: Pndt. AW. Samosir, BA. (Hindu).
Sekretaris
: Is Sumateradi, B.Sc. (Katholik).
Bendahara
: Sudarto Padmo Diharjo (Budha)
C. Pelaksana Harian Direktur Eksekutif.
: Pdt. Simon Julianto, S.Th. (Kristen)
Staf Ahli
: Drs. Jamal Yazid, M.Si (Islam).
53
Staf Kesekretariatan
: Sudarlin (Islam).
Staf Keuangan
: Aris Setiawan, Amd. (Katholik)
D. Program Officer Food for work Program (PKP)
: Sumastopo, S.Pd.
Peacebuilding Program (PB)
: Muslich, S.Pd.
Capacity Building Program (CB)
: Aries Fajar Suryanto, SH.
Microfinance Program (MP)
: Siti Ulfah, S.Ag.
Enviroment Sanitasion Program (ESP) : Aqim Mujahidin,S.Ag
B.6. Sumber Daya Manusia Sampai saat ini FK-AUB memiliki karyawan sebanyak 20 orang.6
6
Wawancara dengan Pdt. Simon Julianto, STh. Pendiri dan sekarang menjabat Direktur Eksekutif. 2004. 22 April 2004
54
STRUKTUR PENGURUS FKA-UB BOYOLALI TAHUN 2003-2006 Pembina 1. Pdt. Sutarto,S.Ag 2. Sudarlin 3. Petrus Sarijo
Pengawas Pdt. Thomas Sutomo
Pengurus Ketua : Pndt. Aw. Samosir, BA. Sekretaris : Is. Sumateradi, B.Sc. Bendahara : Sudarto Padmo Diharjo
Staf Administrasi Staf keuangan
Staf Ahli Drs. Jamal Yazid, M.Si.
Direktur Pdt. Simon Julianto, S.Th.
Direktur Program
Koordinator Proyek
Staf
55
C. Problematika kerukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Boyolali. Sebagai mahluk sosial manusia sesalu hidup dalam suatu kelompok tertentu, dan bagi manusia yang masih tergolong hidup dalam kelompok primitive,
maka
kehidupan
mereka
menyatu
dengan
kehidupan
religiusnya. Karena secara kebersamaan mereka terdiri dari satu keluarga besar yang kemudian berubah menjadi satu suku bahkan satu bangsa. Tetapi berbeda dengan sekarang dimana kita telah hidup dalam zaman global sehingga dunia ini nampak seperti desa yang kecil saja sehingga tidak ada yang bisa disembunyikan dari kehidupan manusia.dalam kondisi yang demikian,mau tidak mau akan terjadi transformasi dalam segala bidang kehidupan. Transformasi ini terjadi karena adanya pengaruh tehnologi transformasi dan tehnologi informasi yang sudah semakin canggih,sehingga orang tidak mampu membendung mobilitas informasi yang terjadi di dunia ini.7 Di kabupaten Boyolali kerwanan kerukunan di sebabkan oleh dua aspek yaitu agama dan kehidupan sosial politik. yang diantaranya: Pertama Konflik Berkekrasan, telah terjadi konflik SARA , Pembakaran Gereja, Masjid dan Balai Desa. konflik di Sampetan bermula dari pemilihan kepala desa di Sampetan tahun 1997, karena adanya ketidak puasan dari masing-masing pendukung calon kepala desa yang kalah dalam pemilihan Masa melampiaskannya dengan cara membakar 7
Eka Lasa, 2003 Makalah Pelatihan Peningkatan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di kalangan Pemuda tinggkat Jawa Tengah. Semarang: DIKNAS Jateng.
56
masjid, kemudian orang muslim menyangka yang membakar adalah orang Kristen maka membalasnya dengan membakar gereja. Konfil itu terus berlanjut sampai tahun 2001, karena belum ada penyelesaiaan yang tepat. Kedua pendirian tempat ibadah akan menimbulkan konflik manakala tidak melihat kondisi sosial masyarakat setempat. Di Kecamatan Teras,telah terjadi pengrusakan Gereja hal ini terjadi karena masyarakat muslim setempat tidak menyetujui rencana pembangunan gereja yang didirikan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas muslim. Ketiga adanya isu Pondok Pesantren Darussahadah yang berada di desa Kedunglengkong Kecamatan Simo Boyolali yang sudah meresahkan masyarakat khusunya orang Islam di Boyolali, Pesantren ini dituding telah terlibat dalam kasus pengeboman di Bali dan Hotel Mariot. Keempat adanya teror-teror selebaran gelap dan isu tentang suku, agama, ras antar golongan. Kelima Isu Kristenisasi dan Islamisasi yang sengaja di sebarkan oleh kelompok takbertanggung jawab hanya untuk memecah belah kekuatan bangsa. Keenam kegiatan alairan sempalan yang menyimpang dari ajaran agama yang bersangkitan yang dilakukan oleh sseorang atau kelompok. Seperti adanya ajaran usroh yang bertujuan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) di desa Bede Kec. Klego 1997. ajaran darul hadits di desa
57
salakan kecamatan teras ajaran ini dimaksudkan untuk mengadu domba sesama umat.8 Selain adanya konflik yang bersifat SARA di Kabupaten Boyolali juga terdapat konflik yang bersifat sosial diantaranya sebagai berikut: 1. Ada potensi konflik perebutan sumber daya air. Hai ini hampir terjadi di tiap daerah di Boyolali. hal ini di sebabkan oleh: a. Semakin terbatasnya sumber-sumber air untuk kebutuhan air minum dan irigasi. b. Muncul ego kelompok atau wilayah atas penguasaan sumber-sumber air. Hal ini merupakan bias pemahaman atas otonomi daerah. c. Belum adanya mekanisme baku yang dapat disepakati warga untuk mengatasi munculnya persoalan-persoalan pengelolaan air di desa. 2. Perda tentang pengangkatan sekdes dan pemilihan perangkat desa di bawah kades dan sekdes belum sepenuhnya dipahamai oleh warga. Hal ini berdampak pada munculnya potensi konflik di desa. 3. Relasi BPD dan pemerintah desa banyak yang belum sinergis. Hal ini disebabkan oleh: a. Masih rendahnya kapasitas SDM perangkat desa. b. Anggota BPD belum sepenuhnya memahami tugas, kewajiban, hak dan wewenangnya. c. Sebagain dari BPD menempatkan diri sebagai oposan dengan pemerintah desa dan tidak sebagai mitra kerja. 8
Laporan kegiatan Sarasehan Umat Beriman, Mengantisipasi Ketegangan Sosial, Merumuskan Peran Umat Beragama dalam Mengantisipasi Konflik” Boyolali, FKA-UB.
58
4. Wibawa pemerintah dimasyarakat menurun. Hal ini disebabkan oleh : a. Kapasitas SDM pemerintah rendah b. Tidak respon terhadap kebutuhan warga c. Ada kecenderungan masih berbau KKN (Penampakan dari arisan Orde Baru) d. Pola yang di gunakan dalam menjalamnkan pemerintahan masih top down (instruktif) dan belum bottom up(menyerap aspirasi publik). 5. Warga merasa masa bodoh (apatis) atau tidak mau tahu atas kebijakan atau persoalan yang dihadapi oleh pemerintah desa. a. Adanya profokator yang mengajak warga tidak taat pada pemintah desa. b. Masyarakat tidak puas dengan kerja-kerja pemerintah desa. 6. Merebaknya penyakit masyarakat; perjudian, dekadensi moral generasi muda. Hal ini disebabkan oleh: a. Belum optimalnya pendidikan di tingkatan keluarga. b. Pengangguran meraja rela c. Tidak tegasnya aparat keamanan dan ketertiban untuk mengatasi persoalan-persolan di masyarakat. 7. Mahalnya biaya pendidikan hal ini disebabkan oleh: a. Komersialisasi atau kapitalisasi pendidikan. Lembaga pendidikan lebih berorientasi pada profit (mencari untung) dari motifasi pendidikan itu sendiri.
59
b. Dikuranginya subsidi dari pemerintah untuk pendidikan dengan kebijakan otonomi sekolah. c. Rakyat miskin tidak dapat menjangkau biaya yang begitu tinggi. 8. Kemiskinan masih terlalu banyak di daerah Boyolali. a. Produksi pertanian meningkat, tetapi harga jual menurun. Akibatnya banyak mengalami kerugian. b. Beberapa daerah disebabkan karena faktor sarana dan prasarana terbatas; jalan, jembatan,dll. 9.
Program-program
pemda
kurang
tepat
sasaran.
Hal
ini
malah
menimbulkan masalah baru. Misalnya; kebijakan tentang pembelian tangki air untuk mengatasi permasalahan krisis air diBoyolali. Yang seharusnya dilakukan adalah melakukan gerakan penghijauan di lereng merbabu dan merapi.9
D. Aktifitas FKA-UB dalam mentabligkan krukunan hidup antar umat beragama di Kabupaten Boyolali. Dalam mencapai tujuan
FKA-UB telah menyusun program-
program kerja yang dirumuskan lewat muyas tahun 2001-2004, terdiri dari program fisik dan mental. A. Program Food fo Work (Padat Karya Pangan) Padat karya pangan (PKP) merupakan program padat karya (melibatkan banyak orang) dengan jagka waktu relative pendek sasaran 9
Laporan Kegiatan Semiloka “Penaggulangan Disintegrasi Bangsa” Kesbang & Linmas Boyolali.
60
padat karya adalah masyarakat miskin atau desa tertingggal padat karya pangan program yang pertama kali dijalankan oleh Forum komunikasi antar uamat beragama dalam rangka mendampingi masyarakat di Boyolali. Sesuai dengan prinsip FKA-UB. Program ini di jalankan berdasarkan pada orientasi pluralisme dan interfaith. Pemberdayaan masyarakat diawali dengan kesadaran akan kebersamaan di antara keberagaman komunitas baik dari segi agama, pendidikan, social maupun budaya. Pada program Food fo Work melakukan pendampingan kepada masyarakat. Program ini dilatar belakangi
dengan meningkatnya angka
pengangguran terutama selama krisis yang melanda di Indonesia. Krisis yang tidak kunjung berhenti ini menyebabkan hancurnya sendi-sendi perekonomian masyarakat terutama masyarakat di lapisan bawah, sehingga masyarakat miskin makin kesulitan makin kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. 10
B. Peacebuilding Program (PB). Program Pecebulding,
program ini memperkenalkan bahwa
konflik dan perbedaan adalah bagian dari kehidupan dan keduanya justru bisa menjadi sesuatu petensi yang bernilai positif. yang bertujuan menjalin ukhuwah islamiah, ukhuwah diniah, dan ukhuwah whatoniyah,
10
Wawancara dengan Sumastopo, S.Ag Koordinator Padat karya pangan (PKP), 22 April 2004.
61
di FKA-UB program ini lebih kepada kegiatan Non fisik, tujuan dari program ini adalah: 1) Kegiatan yang beorientasi pada memberikan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat mengenai ukhuwah, mencakup solidaritas antar sesama umat Islam, Solidaritas antar agama, solidaritas sesama warga Negara, kepeduluan hubungan sesama mahluk lingkungan. 2) Pengembangan kegiatan ukhuwah yang lebih subtansif yang berorientasi kepada program-program setrategis sesuai dengan prinsip tolong menolong (ta’awun) untuk kesejahteraan masyarakat. 3) Melaksanakan program-program ukhuwah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang miskin materi dan rendah pendidikan. 11
C. Capacity Building Program (CB) Program Capacity Building adalah program yang berorientasi pada pengembangan kapasitas para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Stakeholder di Kabupaten Boyolali. Yang di antaranya: 1) Mengembangkan strategi dakwah yang efektif yang berorientasi pada dakwah bil hal, memberikan pelatihan pada para tokoh agama, tokoh masyarakat agar mampu manjadi da’i yang berwibawa yang
11
Wawancra dengan Muslich, S.Pd Koordinator Peacebuilding, 22 April 2004.
62
mampu
mengikuti
perkembangan
ekonomi,
pendidikan
dan
penrkembangan tehnologi. 2) Mengembangkan potensi warga yang mampu menjadi seorang pemimpin yang berorientasi pada pluralitas dan interfaith.12 D. Microfinance Program (MF) Program
ini
dimaksudkan
untuk
menumbuhkan
dan
mengembangkan perekonomian ummat dalam rangka memerangi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Antara lain. 1)
Program peningkatan ekonomi ummat (Koperasi simpan pinjam, bantuan modal bergulir dan lain sebagainya)
2)
Bantuan beasiswa kepada anak-anak fakir miskin.
3)
Menumbuhkan pemahaman yang utuh bahwa kehidupan ekonomi yang berkualitas dan amanah di masyarakat.
4)
Meningkatkan kesadaran ummat untuk pengembangan ekonomi dan keuangan, melalui Simpan Pinjam.13
E. Enviroment Sanitasion Program (ESP) Program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan,sesuai dengan sabda nabi yang artinya“kebersihan itu sebagian dari iman” hal ini dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang damai aman dan sejahtera di 12
April 2004 13
April 2004
Wawancara dengan Aries Fajar Suryanto, SH Koordinator Capacity Building 22 Wawancara dengan Siti Ulfah, S.Ag, Koordinator Program Microfionance. 22
63
bergagai bidang dengan Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan
yang berbasis kesehatan secara mandiri
(Partisipatif). E.
Langkah-langkah atau setrategi Forum Komunikasi Antar Umat Beragama Dalam Mengantisipasi dan Menyelesaikan Konflik di Kabupaten Boyolali. Pada dasarnya makna terpenting dari terwujudnya kerukunan hidup antar uamt beragama di Negara manapun juga sebagai indikasi kokohnya rasa saling percaya antara sesama warga Negara yang mempunyai latar belakang keimanan yang berlainan. Dengan rasa itu, akan tercipta kondisi yang mneguntungkan untuk kerjasama seluruh lapisan dan golongan dalam mencapai tujuan nasional. Sebaliknya, ketidak rukunan hidup umat beragama merupakan indikasi adanya suasana saling curiga dalam masyarakat. Sebagai akibatnya timbullah kondisi yang menghambat bahkan mungkin sekali menggagalkan setiap kehendak untuk mengadakan kerjasama antar agama bahkan antar warga Negara dalam mencapai tujuan nasional. Dari suasana saling tidak percaya sewaktu-waktu dapat timbul konflik antar umat beragama. Mengingat pentingnya kerukunan antar umat beragama menjadi kewajiban setiap komponen bangsa untuk berperan aktif dalam mewujudkan kondisi
damai.
Komponen
yang
lembaga/organisasi maupun masyarakat.
64
dimaksud
adalah
Pemerintah,
Wilayah Kabupaten Boyolali dalam persoalan ini cukup harmonis, tapi bukan berarti, harus berpangku tangan dan bangga diri. Karena ancaman kerukunan kalau boleh dikatakan sebagai “bahaya laten” yang setiap saat dan sebab tertentu dapat meletup seperti bom waktu. Oleh karena itu usaha – usaha dan strategi antisipatif perlu dilakukan FKA-UB Kabupaten Boyolali sebagai mediator hubungan antar umat beragama. Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan FKA-UB dalam mengantisipasi konflik antar umat beragama antaralain: E.1. Langka-lanhkah intern umat. a) Membangun pemahaman yang komprehensif mengenai Ukhuwah diniyah, mencakup solidaritas sesama umat beragama, antar sesam warga,
kepedulian
dalam
hubungan
sesame
mahluk
dan
lingkungan. b) Pengembangan Ukhuwah diniyah yang lebih subtansif
yang
berorientasi pada program-program setrategis sesuai dengan prinsip kemanusiaan untuk kesejahteraan masyarakat. c) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dakwah bil hal adalah dakwah nyata yakni memberikan langsung apa yang di miliki baik berupa materi, mnasehat atau keteladanan yang baik. Dakwah ini akan efektif dan efisien karena audien lebih terkena dan tersentuh.
65
d) Pelaksanaan program-program ukhuwah diniyah dengan dakwah billisan dimaksudkan dalam bentuk seperti: khotbah, ceramah, pidato, diskusi, munyawarah, seminar dan lain-lain. Sedang dakwah bilkitabah dimaksudkan dakwah dengan perantara tulisan, misalnya : buku, majalah, risalah, bulletin, pamplet, spanduk dan lain-lain. FKA-UB masih melakukan model yang seperti ini karena ini dilihat cukup efektif untuk diterapkan di Boyolali. Langkah ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. mengingat semakin kritisnya masyarakat dalam menaggapi setiap persoalan. Masyarakat lebih senang tidak hanya diceramahi saja juga diberikan sesuatu yang mereka butuhkan.
E.2. Langkah-langkah ekstern a. Meningkatkan peran serta FKA-UB dalam forum wadah musyawarah antar umat beragama. b. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah.
E.3. Strategi Komunikasi. Strategi
merupakan
elemen
yang
penting
dalam
proses
pembangunan dan pemberdayaan masyakat, tentunya strategi yang dirumuskan tidak tidak terlepas dari kebijakan lembaga yang disusun untuk menyukseskan program-program lembaga tersebut. Untuk mewujudkan
66
pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan dengan pluralisme sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut diterapkan melalui pola pendampingan, dengan tujuan agar masyrakat mudah terkontrol dan lembaga mampu lebih mudah mengetahui segla sesuatu yang mampu memicu konflik di masyarakat. Adapun diantara Strategi komunikasi yang dilakukan FKA-UB tersebut adalah: a) Strategi Pendekatan Partisipatif Strategi ini menekankan Stakheholder dan masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap tahap kegiatan yang dilakukan oleh FKA-UB. Yakni perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi b) Melakukan kerjasama dengan lembaga Pemrintah dan Non pemerintah yang berorientasi pada Pluralisme dan interfaith Dengan cara pendekatan ke kantor-kantor pemerintah maupun lembaga-lembaga lain ini dimaksudkan apabila FKA-UB memberikan penerangan, arahan dari instansi lembaga terkait lebih mudah diterima. Karena
FKA-UB
berperan
sebagi
mediator
atas
permasalahan
pemerintah dan masyarakat. Sehingga program pemerintah dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi. c) Pendekatan dengan ormas-ormas dan lembaga Islam dan Non Islam. Ormas-ormas dan lembaga Islam atau non Islam sebagai media FKA-UB
untuk
menjalankan
program-program
di
masyarakat
dampingan. dengan melalui ormas-ormas dan lembaga Islam atau non
67
Islam program FKA-UB dapat disampaikan kepada masyarakat. Sehingga kehidupan di Boyolali dapat berkembang dan berjalan dengan dinamis.
68