11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Peta jaringan jalan HPGW. 2. Peta sebaran tegakan di HPGW. 3. Peta tanah. 4. Peta topografi. 5. Peta penataan kawasan hutan HPGW. Alat yang digunakan dalam penelitian ini tediri dari: 1. Personal Computer (PC). 2. MS office 2007. 3. Arcview GIS 3.3. 4. GPS 60 CSX. 5. Curvimeter. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan atau di atas peta. Data sekunder diperoleh dari penyalinan data, dokumen serta hasil riset dan publikasi yang berkaitan dengan pembukaan wilayah hutan. Data primer yang diperoleh diantaranya adalah jenis jalan, panjang jalan (m), lebar jalan (m), lokasi tempat pengumpulan kopal dan resin, jarak pengangkutan getah, waktu pengangkutan getah, dan
kondisi fisik seperti
kelerengan dan jenis tanah. Sedangkan data sekunder yang diperoleh, yaitu biaya pembuatan jalan, peta jaringan jalan di HPGW, peta topografi, peta sebaran tegakan di HPGW, peta jenis tanah, dan peta penataan kawasan hutan di HPGW.
12
3.4 Batasan Penelitian Penelitian ini menilai dan merencanakan jaringan jalan yang digunakan dalam pengangkutan kopal dan getah pinus di HPGW. Jaringan jalan yang terdapat di HPGW ada tiga jenis, yaitu jalan utama, jalan cabang, dan jalan pikul. Jalan utama adalah jalan yang menghubungkan kawasan hutan dengan jalan umum atau jalan koridor. Jalan utama di HPGW berupa jalan aspal dan jalan makadam dengan lebar 5 m. Jalan cabang adalah jalan yang menghubungkan jalan utama dengan petak sadap atau tempat pengumpulan sementara getah. Jalan cabang di HPGW ada yang berupa tanah dan aspal. Jenis jalan yang terakhir adalah jalan pikul, yang merupakan jalan yang menghubungkan petak sadap dengan jalan cabang atau jalan utama. Jalan pikul ini adalah jalan setapak yang berupa tanah dengan lebar 1-2 m. Selain tanah, jalan pikul di HPGW ada yang berupa batu dan beton. Jalan pikul ini digunakan untuk pemikulan getah dari tempat sadap menuju tempat pengumpulan sementara getah atau tempat pengumpulan akhir getah. Beberapa aspek yang dijadikan sebagai dasar penilaian adalah panjang jalan, intensitas PWH, FJP, jarak rata-rata TPS, biaya pembuatan jalan, dan produktivitas per km. Intensitas PWH ditentukan berdasarkan kerapatan jalan utama dan jalan cabang. Untuk mengoreksi jarak pikul di lapang digunakan FJP (Faktor Koreksi Jarak Pikul). FJP merupakan perbandingan antara JPS (Jarak Pikul rata-rata Sebenarnya ) dan JPT (Jarak Pikul rata-rata Terdekat). Nilai FJP yang ideal adalah 1. Nilai 1 berarti jarak pikul yang ditempuh di lapangan sama atau mendekati jarak pikul terdekat yang bias ditempuh. 3.5 Tahapan Penelitian Data mengenai jaringan jalan status quo yang telah diperoleh dianalisis dan digolongkan ke dalam indikator-indikator yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya, mengevaluasi kemungkinan lokasi jalan pada peta. Deliniasi dilakukan untuk mengetahui batas-batas wilayah yang akan direncanakan dibangun jaringan jalan, batas tata guna kawasan, serta area-area yang dilindungi.
13
Deliniasi wilayah perencanan
Evaluasi kemungkinan lokasi jalan
Perencanaan alternatif jaringan jalan Alt. I
Alt. II
Model pengangkutan status quo
Alt. III
Penilaian indikatorindikator Penetapan kelas dan nilai manfaat dari setiap alternatif Nilai akhir dan ranking
Gambar 1 Tahapan penelitian. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari evaluasi diatas, maka dibuat rencana alternatif jaringan jalan sebagai alternatif model pengangkutan. Rencana alternatif jalan yang dibuat pada penelitian ini sebanyak tiga alternatif. Sama halnya yang dilakukan pada jaringan jalan status quo, ketiga alternatif jaringan jalan ini dinilai dan dilakukan pembobotan pada setiap indikatornya. Selanjutnya ketiga alternatif model dan status quo dibuat kelas dan arah manfaat indikatorindkator tersebut. Arah manfaat ini ada dua macam, yaitu (+) yang artinya semakin tinggi kelasnya maka nilainya semakin baik dan (–) yang artinya semakin rendah kelasnya maka nilainya semakin baik. Penentuan kelas indikator ini dilakukan berdasarkan nilai terbesar indikator dikurangi dengan nilai terkecil indikator yang sama yang kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang telah ditetapkan. Kelas yang telah diketahui dikalikan dengan nilai kuantifikasi setiap
14
indikator yang kemudian dijumlahkan nilainya untuk setiap aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Model yang dipilih adalah model dengan jumlah paling besar. 3.6 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu pengambilan data di lapangan dan pengukuran dan perencanaan alternatif model pengangkutan kopal dan getah pinus pada peta menggunakan software ArcView GIS 3.3 yang dinilai berdasarkan tiga aspek, yaitu ekologis, ekonomis, dan sosial. Dari ketiga aspek tersebut ditentukan beberapa indikator sebagai dasar kuantifikasi. 1. Pengumpulan data di lapangan Data yang dilapangan di lapangan meliputi: A. Aspek ekologis a. Panjang dan lebar jalan utama (m). b. Panjang dan lebar jalan cabang (m). c. Panjang dan lebar jalan pemikulan getah (m). B. Aspek ekonomi a. Jumlah angkut getah per trip (kg/trip). b. Jarak angkut getah (m). c. Waktu angkut getah (kg/km/jam). Sampel yang diambil dalam penentuan waktu angkut getah adalah 10 responden untuk pemikulan kopal dan 10 responden yang berbeda untuk pemikulan getah pinus. Sedangkan untuk pengangkutan getah pinus diambil sebanyak 7 trip pengangkutan sebagai sampel. d. Harga kopal dan resin (Rp/kg). C. Aspek sosial a. Upah penyadap. b. Waktu kerja penyadap. c. Produktivitas penyadap. 2. Pengukuran di atas peta Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan jarak pemikulan rata-rata terpendek dan jarak pemikulan rata-rata sebenarnya. Jarak pemikulan rata-rata terpendek diperoleh dengan cara membuat persegi ukuran 1 cm x 1 cm pada peta
15
alternatif pengangkutan yang telah dirancang dengan skala 1:20000. Seluruh titik pertemuan persegi diukur jarak terdekatnya ke tempat pengumpulan getah sementara. Rata-rata jarak tersebut merupakan jarak sebenarnya di lapangan dengan cara mengkonversi terhadap skala peta. Jarak pikul rata-rata sebenarnya diperoleh dengan cara melakukan pengukuran panjang jalan pemikulan pada ArcView 3.3. Selain itu, panjang jalan dan kemiringan diukur untuk mengetahui profil jalan status quo dan alternatif yang telah direncanakan. 3.7 Model Jaringan Jalan untuk Pengangkutan Getah Dasar utama rancangan model jaringan jalan untuk pengangkutan kopal dan getah pinus ini adalah lokasi tempat pengumpulan getah. Namun, struktur landskap, lokasi produksi (sebaran potensi agathis dan pinus), jenis tanah, dan daerah yang dilindungi juga turut dipertimbangkan. Tegakan agathis tersebar di bagian tengah kawasan, sedangka pinus tersebar merata di bagian timur dan utara HPGW. Jenis tanah di HPGW terbagi menjadi tiga tipe, yaitu agak peka (latosol cokelat dan latosol merah kuning), peka (podsolik merah kunig), dan sangat peka (litosol). Sedangkan daerah yang dilindungi yang turut dipertimbangkan adalah sempadan sungai dan kelerengan lebih dari 40%. Pada penelitian ini dirancang tiga alternatif model jaringan jalan untuk pengangkutan getah berdasarkan penilaian terhadap model pengangkutan status quo. Model jaringan jalan untuk pengangkutan getah di HPGW didefinisikan sebagai berikut: 1. Status Quo Jaringan jalan status quo di HPGW terdiri atas tiga jenis, yaitu jalan utama, jalan cabang, dan jalan pikul. Ada dua jenis jalan pikul, yaitu jalan pikul kopal dan jalan pikul getah pinus. Jalan pikul kopal tersebar di bagian tengah kawasan, sedangkan jalan pikul getah pinus tersebar di bagian timur kawasan HPGW. Ada tiga tempat pengumpulan getah sementara di HPGW. Dua TPS terdapat di dalam kawasan HPGW dan satu TPS terdapat di luar kawasan HPGW, yaitu di Desa Cijati yang terletak di tenggara kawasan HPGW.
16
2. Alternatif I Jalan utama dan jalan cabang pada alternatif I tetap mempertahankan jalan status quo, sedangkan jalan setapaknya dirancang ulang. Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) getah direncanakan tiga tempat. Penentuan TPS ini berdasarkan sebaran tegakan pinus, topografi, dan jarak pikul. 3. Alternatif II Jalan utama status quo tetap digunakan sedangkan jalan cabang dan jalan setapak dirancang ulang. Pada alternatif II direncanakan tiga tempat pengumpulan sementara getah. 4. Alternatif III Pada alternatif ini jaringan jalan status quo dirancang ulang. Tempat pengumpulan sementara getah yang direncanakan adalah dua tempat. 3.8 Analisis dan Pengolahan Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari penelitian berupa data primer dan sekunder maupun informasi pendukung lainnya diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif dan evaluatif. Persamaan yang digunakan dalam pengolahan data, sebagai berikut: a. Faktor koreksi jarak pikul (FJP) Jarak pikul rata−rata sebenarnya (JPS)
FJP (m) = Jarak pikul rata−rata terpendek (JPT)
b. Kerapatan jalan (WD) (Elias 2008) WD (m/ha) =
Panjang jalan (m)
Luas areal hutan produktif (ha)
c. Penentuan kemiringan memanjang jalan (Elias 2008) Pengukuran kemiringan memanjang jalan dilakukan dengan cara mengukur panjang jalan per seksi dan beda tingginya.
17
g% h
Kemiringan (%)= tgα x 100 =
d
α
Keterangan:
h
d
g % = Kemiringan memanjang jalan
h
= Beda tinggi
α
d
= Jarak datar
= Sudut kemiringan memanjang jalan
x 100
Gambar 2 Ilustrasi pengukuran kemiringan memanjang jalan. d. Analisis nilai yang akan datang (Nugroho 2008) Pada penelitian ini, biaya pembuatan jalan di HPGW mengacu pada data sekunder tahun 1984. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai pada saat ini, digunakan diskonto dengan suku bunga pada bulan penelitian (Agustus 2011). Berikut ini merupakan persamaan yang digunakan: F = P.(1+i)n Keterangan: F= Nilai uang akan datang (Rp) P= Nilai uang saat ini (Rp) i= Tingkat suku bunga n= Selisih periode e. Produktivitas (Rahayuningwulan 2005) Produktivitas (kg/jam) =
Berat (kg)
Waktu (jam)
19
Utara mempunyai topografi yang semakin curam. Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN 2.212 (670 mdpl) dan KN 2.213 (720 mdpl). Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan nilai Q = 14,3% - 33% dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 16004400 mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29o C dan minimum 19o C di malam hari. 4.3 Tanah dan Hidrologi Jenis tanah di HPGW terdiri dari tanah podsolik, latosol, dan litosol dari batuan endapan dan bekuan daerah bukit. Sedangkan di Barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan Karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk beberapa gua alam karst (gamping). HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian Selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas, dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri. 4.4 Vegetasi Tegakan hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla), dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp., Shorea sp., dan akasia (Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi tegakan hutan adalah ± 10.855 m3 kayu damar, 9.471 m3 kayu pinus, 464 m3 puspa, 132 m3 sengon, dan 88 m3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, dan kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul.
20
4.5 Satwa Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp.), meong congkok (Felis bengalensis), tupai (Callociurus
sp.),
trenggiling
(Manis
javanica),
musang
(Paradoxurus
hermaphroditic). Dari kelompok jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis, antara lain elang jawa, emprit, kutilang, dan lain-lain. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular, dan bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula lebah hutan (odeng, tawon gung, dan Apis dorsate). 4.6 Penduduk Sekitar Penduduk di sekitar HPGW umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi gogo, kopi, sereh, dan lainnya. Jumlah ternak domba/kambing di sekitar HPGW sebanyak 1875 ekor, jika setiap ekor domba/kambing memerlukan 5 kg rumput, maka diperlukan hijauan sebanyak 9.375 ton. Hijauan pakan ternak tersebut sebagian besar berasal dari HPGW. Kecamatan Cicantayan, khususnya desa Hegarmanah juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu eksport. Jumlah pohon manggis di desa Hegarmanah sebanyak 12.800 batang dan akan terus bertambah. Untuk menjadi sentra produksi diperlukan 40.000 pohon.