BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment research). Eksperimen semu merupakan jenis penelitian untuk memperoleh informasi yang diperoleh dengan eksperimen dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk
mengontrol
semua
variabel-variabel
luar
yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, Sugiyono (2013:77). Dalam hal ini peneliti menggunakan subjek yang terdapat pada kelas tersebut dan tidak mengacak subyek yang ada serta tidak membentuk kelas baru. Penelitian quasi experiment ini dilakukan dengan pemberian perlakuan (treatment) kepada suatu
kelas
yang selanjutnya
disebut
dengan
kelas
eksperimen
akan
diperbandingkan dengan kelas kontrol. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei 2016 pada materi bangun ruang sisi datar. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Genap tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari kelas A, B, dan C seluruhnya berjumlah 106 siswa.
55
2.
Sampel Sampel pada penelitian seluruh siswa dari 2 kelas. Dari kedua kelas tersebut diundi untuk menetapkan kelas mana sebagai Kelompok Eksperimen (KE) dan kelas mana sebagai Kelompok Kontrol (KK). Kelas eksperimen yaitu kelas VIII A yang terdiri dari 36 siswa, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VIII C yang terdiri dari 37 siswa. Untuk mengetahui homogenitas sampel kemampuan awal dilakukan uji homogenitas varians berdasarkan hasil pretest dan dilakukan uji normalitas sampel.
D. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
2.
Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. SMP yang diperoleh dari hasil posttest.
E. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika SMP Muhamadiyah 10 Yogyakarta. Berdasarkan tujuan tersebut maka
56
penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi atau disebut juga eksperimen semu. Berdasarkan tujuan penelitian, data yang diperlukan adalah tes awal dan tes akhir yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan yaitu matching pretest posttest control group design yang secara skematis menurut Nana Syaodih S. (2010: 207) dapat digambarkan sebagai berikut: Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
KE
OE1
X
OE2
KK
OK1
OK2
Gambar 1. Matching pretest-postest Control Group Design Keterangan: KE
: Kelompok Eksperimen
KK
: Kelompok Kontrol
OE1
: Pretest Kelompok Eksperimen
OE2
: Posttest Kelompok Eksperimen
OK1
: Pretest Kelompok Kontrol
OK2
: Posttest Kelompok Kontrol
X
: Pembelajaran dengan model PBL
57
F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat yang membantu atau mempermudah peneliti dalam mengolah data agar lebih cermat, lengkap dan sistematis. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu: 1.
Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Lembar observasi pada penelitian ini berupa daftar keterlaksanaan
pembelajaran yang digunakan oleh observer sebagai panduan peneliti dalam mengamati dan mencatat segala aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung setiap pertemuan. Datanya berupa hasil pengamatan dan kritik/saran terkait jalannya pembelajaran sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Lembar observasi ini digunakan atau diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung. Baik pembelajran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Di dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat daftar kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru selaku fasilitator dalam pembelajaran. Cara pengisiannya yaitu dengan memberikan tanda centang pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang diamati oleh observer. 2.
Tes Hasil belajar Matematika Dalam penelitian ini dilakukan dua kali tes untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar matematika siswa yaitu prettest dan posttest dengan rincian sebagai berikut:
58
a.
Prettest Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terkait pemecahan
masalah matematika. Dilaksanakan sebelum materi pelajaran diberikan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil pada masing-masing kelas berdistribusi normal. b. Posttest Tes ini dilaksanakan setelah materi pelajaran diberika untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa ini berupa soal-soal uraian. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Erman Suherman, 2003). Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian menulis soal, alternatif jawaban, dan pedoman penskoran yang dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 11. Skor yang diberikan pada setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran. Untuk mengukur hasil belajar, yaitu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah serta menginterpretasi jawaban ke permasalahan semula. Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini berupa soal esay yang terdiri dari 4 soal untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Soal tes ini disusun berdasarkan kisi-kisi awal dan dilengkapi pedoman penskoran.
59
G. Validitas dan Teknik Analisis Data 1.
Validitas Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Untuk mendapatkan validitas isi, maka instrumen dikonsultasikan kepada para ahli untuk diperiksa dan dievaluasi apakah butir-butir tersebut telah mewakili apa yang diukur. Dalam penelitian ini, ahli yang dimaksud yaitu dosen ahli pendidikan matematika Universitas Negeri Yogyakarta. 2.
Teknik Analisis Data a.
Analisis deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data yang telah diperoleh
melalui hasil pretest dan posttest hasil belajar matematika pada kedua kelompok dalam bentuk tabel (nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, simpangan baku, serta varians). Perhitungan statistik deskriptif menggunakan bantuan MS. Excell dan Software SPSS. b.
Analisis Data
60
Pada analisis data, pertama-tama dilakukan prasyarat analisis yang selanjutnya dilakukan uji hipotesis sesuai hasil uji prasyaratnya. 1) Uji Prasyarat Analisis Pada penelitian ini, terdapat dua tahap uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a) Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data yang diperoleh, baik sebelum maupun setelah perlakuan. Data yang sebelum dan setelah perlakuan meliputi data hasil tes kemampuan matematika baik pada kelompok yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada uji normalitas digunakan uji kolmogorov-smirnov. Hipotesis uji normalitas distribusi data adalah sebagai berikut. H0
: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha
: Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Keputusan uji dan kesimpulan diambil pada taraf signifikasi 0,05
dengan kriteria: 1) jika nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka H0 diterima, sehingga data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, 2) jika nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, sehingga data tidak
61
berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program software SPPS 16. b) Uji homogentitas Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor pretest. Untuk mengetahui homogenitas varians dua kelompok dilakukan melalui homogenitas Levene's dengan bantuan SPSS 16. Hipotesis uji homogenitas varians kelompok data adalah sebagai berikut. H0: Kedua kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians homogen Ha: Kedua kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians tidak homogen Uji homogenitas dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. Pedoman pengambilan keputusan uji homogenitas adalah H0 ditolak jika angka signifikasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 yang dapat diartikan sebagai berikut: 1) nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang tidak homogen, dan 2) nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians homogen. Uji ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.
62
2) Uji Hipotesis Keefektifan
model
pembelajaran
ditentukan
berdasarkan
indeks
keefektifan. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar matematika di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta untuk hasil belajar yaitu siswa dikatakan tuntas belajar apabila mencapai 61 untuk skala 100 sehingga model pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata siswa mencapai nilai minimal 61. Data hasil belajar matematika diperoleh dengan menggunakan instrumen tes. Berikut adalah rumusan masalah beserta uji hipotesisnya.
a) Uji hipotesis pertama Uji hipotesis pertama untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu Apakah pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based learning (PBL) efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0: Model Problem Based learning (PBL) tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Ha: Model Problem Based learning (PBL) efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0 : µ2 ≤ 60,9 Ha : µ2 > 60,9
63
Keterangan: µ2: Rata-rata hasil belajar matematika kelas Problem Based Learning (PBL). Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa yaitu jika rata-rata siswa memperoleh nilai ≤ 60,9. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif jika rata-rata siswa memperoleh nilai > 60,9, karena kriteria ketuntasan minimal belajar matematika pada aspek hasil belajar matematika adalah 60. b) Uji hipotesis kedua Uji hipotesis kedua untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu Apakah pembelajaran matematika dengan menerapkan model konvensional efektif
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
matematika
siswa
SMP
Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : Model konvensional tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta Ha : Model konvensional efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0 : µ1 ≤ 60,9 Ha : µ1 > 60,9 Keterangan: µ1: Rata-rata hasil belajar matematika kelas konvensional
64
Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa yaitu jika rata-rata siswa memperoleh nilai ≤ 60,9. Model pembelajaran konvensional efektif jika rata-rata siswa memperoleh nilai > 60,9, karena kriteria ketuntasan minimal belajar matematika pada aspek hasil belajar matematika adalah 61. c)
Uji hipotesis ketiga Rumusan masalah ketiga yaitu apakah pembelajaran matematika dengan
menerapkan model Problem Based learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Sebelum dilakukan uji hipotesis ketiga, terlebih dahulu dilakukan uji perbedaan rata-rata nilai posttest kedua kelompok data. Apabila tidak terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok Problem Based learning (PBL) (eksperimen) dan kelompok konvensional (kontrol) maka dikatakan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) sama efektifnya dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari hasil belajar matematika. Namun jika terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok Problem Based learning (PBL) dan kelompok konvensional, maka dilakukan uji hipotesis lanjutan. Hipotesis yang digunakan untuk untuk mengetahui terdapat perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut: H0 = nilai rata-rata kedua kelompok sama Ha = nilai rata-rata kedua kelompok tidak sama Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0: 𝜇1 ≠ 𝜇2
65
Ha: 𝜇1 = 𝜇2 Keterangan: 𝜇1 : Rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen 𝜇2 : Rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol Hipotesis lanjutan yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : Model Problem Based learning (PBL) tidak lebih efektif daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Ha : Model Problem Based learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
SMP
Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0: 𝜇1 ≤ 𝜇2 Ha: 𝜇1 > 𝜇2 Keterangan: 𝜇1 : rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen 𝜇2 : rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika angka signifikasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Uji hipotesis menggunakan bantuan SPSS versi 16.
66