26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang. Sedangkan analitik dilakukan dengan cara menyusun data-data yang telah terkumpul, menjelaskan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan didukung oleh teori-teori yang ada dari hasil penelitian terdahulu (Surakhmad, 2001). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei. Teknik survei merupakan teknik pengumpulan dan analisis data berupa opini dari subjek yang diteliti (responden) melalui tanya jawab secara mendalam (indepth interview) (Indriantoro dan Supomo, 2002). B. Metode Penentuan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Kabupaten Boyolali dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah budidaya ayam broiler di Jawa Tengah yang ingin meningkatkan produktivitas ayam broiler. Meskipun demikian, di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Simo masih mengalami permasalahan yang banyak dalam budidayanya seperti pengurangan populasi ayam broiler yang dipengaruhi oleh kerusakan kandang. Untuk itulah lokasi ini diteliti agar dapat mengetahui permasalahan – permasalahan di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Selain itu peneliti juga mempertimbangkan waktu, tenaga, dan biaya sehingga dapat dilihat pada Tabel 4.
26
27
Tabel 4. Banyaknya Pemiik dan Ternak Ayam Broiler di Kabupaten Boyolali Tahun 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kecamatan Selo Ampel Cepogo Musuk Boyolali Mojosongo Teras Sawit Banyudono Sambi Ngemplak Nogosari Simo Karanggede Klego Andong Kemusu Wonosegoro Juwangi
Pemilik (Orang) 1 21 2 12 18 19 2 18 4 23 84 17 9 90 2 10 -
Populasi Ayam Broiler (Ekor) 5.750 107.420 44.800 111.950 74.400 287.100 23.000 43.000 26.000 239.220 106.720 64.120 42.000 249.720 6.000 29.220 -
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2015 Pada Tabel 4 terlihat bahwa di Kecamatan Simo memiliki populasi dan peternak ayam broiler yang cukup banyak . Oleh karena itu Kecamatan Simo dapat dijadikan lokasi dalam penelitian. Lokasi penelitian budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo dilakukan di desadesa yang berada di Kecamatan Simo. Kecamatan Simo ini memiliki 13 desa tetapi dari 13 desa tersebut tidak semua desa melakukan budidaya ayam broiler melainkan usaha lainnya. 2. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel pada peternakan ayam broiler ini dilakukan di Kecamatan Simo. Kecamatan Simo dipilih untuk sampel penelitian. Karena memiliki populasi dan peternak ayam broiler cukup banyak dari beberapa kecamatan di Kabupaten Boyolali sehingga dapat dilihat pada Tabel 5.
28
Tabel 5. Desa yang Memiliki Peternak Ayam Broiler di Simo Tahun 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa Bendungan Blagung Gunung Kedung Lengkong Palem Pentur Simo Sumber Talakbroro Temon Teter Walen Wates
Kecamatan
Peternak Ayam broiler (Orang) 8 1 5 16
Sumber : Data Base Kecamatan Simo, 2015 Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sensus. Teknik sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2008). Oleh karena itu, di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali ini memiliki 13 desa yang tersebar namun hanya ada 4 desa yang terdapat peternak ayam broiler yaitu Desa Blagung, Desa Gunung, Desa Teter dan Desa Wates, sehingga sampel yang didapatkan 30 responden dari 4 desa yang berada di Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. C. Sumber dan Jenis Data Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Data primer, yaitu data yang langsung dan sengaja diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus (Surakhmad, 2004). Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung oleh peneliti dengan memberikan pertanyaan secara terstruktur pada alat bantu observasi, kuisioner dan dokumentasi. 2. Data sekunder menurut Hasan (2002:82) adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data
29
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer, misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram, serta diperoleh dari pihak lain yang bersifat saling melengkapi dengan data primer, bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan judul penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas menegnai proses produksi dalam budidaya ayam broiler hingga panen sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang manajemen risiko ayam broiler di Kabupaten Boyolali. 2. Kuisioner Metode ini dilakukan dengan cara menuliskan jawaban dari responden yang akan menjawab melalui kuisioner yang telah sudah dibuat. Sejumlah lembar pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan ayam broiler sehingga data yang diperoleh valid dan akurat. 3. Dokumentasi Metode ini dilakukan berkaitan dengan obyek dan subyek penelitian melalui pencatatan dokumen-dokumen, bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini, serta data-data lain yang menunjang.
30
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, maka menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif ini dapat dilakukan dengan wawancara langsung oleh peternak ayam broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sehingga dengan wawancara tersebut dapat mengetahui risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo dan dapat mendeskripsikan. Faktor - faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi budidaya ayam broiler ini berupa kandang, DOC (Day Old Chick), pakan, pemanas DOC
(Day Old
Chick), air, vitamin, obat-obatan dan vaksin. Risiko produksi ini juga terdapat sumber risiko seperti perubahan cuaca atau lingkungan, penyakit maupun sumberdaya manusia. 2. Untuk mengetahui besar risiko dalam budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, maka menggunakan analisis biaya, penerimaan, keuntungan, dan risiko finansial budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. a. Biaya Total pada budidaya ayam ras broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali adalah penjumalahan dari nilai total biaya tetap dan total biaya variabel yang digunakan dalam proses budidaya ayam
broiler.
Secara
matematis
menurut
Firdaus (2008), dirumuskan sebagai berikut : TC = FC + VC Dimana : TC
: Total biaya dari budidaya (Rp).
FC
: Jumlah biaya tetap dari budidaya (Rp).
VC
: Jumlah biaya variabel dari budidaya (Rp).
b. Untuk mengetahui penerimaan dari budidaya ayam ras broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali yaitu dengan mengalikan
31
antara jumlah produksi dengan harga jual produk yang bersangkutan. Menurut (Soekartawi, 2006), dalam menghitung penerimaan digunakan rumus sebagai berikut : TR = Y . Py Dimana : TR
: Total penerimaan dari budidaya (Rp).
Y
: Produksi yang dihasilkan (kg).
Py
: Harga jual per kg (kg).
c. Metode perhitungan keuntungan budidaya ayam
ras broiler di
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali yaitu dengan mengurangi penerimaan dengan biaya total. Menurut Rahim (2008:166), secara matematis dirumuskan sebagai berikut : = TR – TC = TR – (TFC + TVC) Keterangan : : Keuntungan dari budidaya (Rp). TR
: Total penerimaan dari budidaya (Rp).
TC
: Biaya total dari budidaya (Rp).
TFC
: Biaya tetap total dari budidaya (Rp).
TVC
: Biaya variabel total dari budidaya (Rp).
d. Risiko Produksi CV = Keterangan : CV
= koefisien variasi risiko produksi
V
= simpangan baku produksi (kg)
E
= produksi rata-rata (kg)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari produksi ratarata peternak ayam broiler dan simpangan bakunya. Secara statitsti risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) maupun simpangan baku (standar deviation). Keragaman secara matematis dirumuskan sebagi berikut :
32
(Ei – E)2
V2 =
n-1 Keterangan : V2
: Keragaman produksi : Simbol operasi penjumlahan
Ei
: Produksi yang diterima peternak (kg)
E
: Produksi rata-rata peternak (kg)
n
: Jumlah responden dalam penilitian
Adapun rumus simpangan baku yaitu V=
2
Keterangan : V
: Simpangan baku produksi (kg)
V2
: keragaman produksi (kg)
Batas bawah produksi menunjukkan nilai produksi terendah yang mungki diterima oleh peternak. Apabila nilai batas bawah produksi ini sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai batas bawah produksi kurang dari nol dapat disimpulkan bahwa setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh peternak. Rumus batas bawah produksi adalah : L = E – 2V Keterangan : L
: Batas bawah produksi (kg)
E
: Produksi rata-rata yang diperoleh (kg)
V
: Simpangan baku produksi (kg) Dari kedua rumus diperoleh hubungan antara koefisien
variasi dengan batas bawah keuntungan. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyataksn bahwa peternak akan selalu terhindar dari kerugian dan nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan ditanggung oleh peternak (Hernanto, 1993).
33
3. Untuk menganalisis manajemen risiko produksi budidaya ayam broiler di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, maka menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis Deskripitif Kualitatif ini dilakukan dengan wawancara kepada peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan peternak usaha dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali, sehingga dapat melihat manjemen risko yang meliputi peralatan produksi, produksi dan pasca panen
yang
diterapkan di Kabupaten Boyolali. Tujuananya untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan serta menyuguhkan apa adanya(Fanani, 2011). Alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh peternak untuk meminimalkan risiko ketidakpastian yang dihadapi.