BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2017 yang dilakukan di Jakarta. Proses penelitian ini di awali dengan mengidentifikasi permasalahan, perumusan masalah, pengumpulan dasar-dasar teori yang memperkuat landasan dalam variabel dan penentuan teknik pengujian statistik yang digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia atau mengunduh data laporan keuangan melalui website www.idx.co.id. B. DESAIN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kausal. Penelitian kausal merupakan penelitian untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada perusahaan Properti dan Real Estate. Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER). Sementara variabel dependennya yaitu Return Saham.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
C. DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL 1. Definisi Variabel Sugiyono (2013), mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik ditarik kesimpulannya. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Dependen 1. Return Saham (Y) Return merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Return dibedakan menjadi dua, yaitu Return Realisasi (Return yang terjadi atau dapat juga disebut return sesungguhnya) dan Return Ekspektasi (Return yang diharapkan oleh investor). Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupuntidak langsung (Ang, 1997). Return realisasi dihitung berdasarkan data historis yang digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja perusahaan, juga berguna sebagai dasar penentuan. Return ekspektasi dan resiko di masa mendatang. Penilaian terhadap return realisasi bagi investasi yang sudah berjalan perlu dilakukan oleh investor. Untuk menilai keberhasilan
dari
upaya-upaya
yang
telah
dilakukan.
Return
ekspektasi
mempergunakan rata-rata return geometric karena pertumbuhan akumulatif dari waktu kewaktu dan mencerminkan variabilitas return dalam suatu periode tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Return memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa deviden yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental perusahaan. Capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Capital gain terbentuk dari berbagai macam faktor diantaranya sentimen pasar atau kondisi bursa, kondisi makro ekonomi, dan secara tidak langsung juga dari fundamental perusahaan. Penghitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 1998). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya. Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital loss. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan tegantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Return total = Capital Gain (Loss) + Yield Maka return saham dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto, 1998): Return Saham = Keterangan : Pt
Pt – Pt-1 Pt-1
= Harga Saham Sekarang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Pt-1
= Harga Saham Periode Sebelumnya
b. Variabel Independen Menurut Sugiyono (2013), variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Return On Asset (ROA) (X 1)
1.
Return On Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Ang (1997) ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Net Income After Tax-NIAT) terhadap total asset. Menurut Prastowo (2011:91) Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan
aktivanya
untuk
memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya, rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. ROA yang semakin besar menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Oleh karena itu ROA merupakan rasio yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
tepat digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Teddy, 2013). Rasio Return On Assets (ROA) ini dihitung dengan cara sebagai berikut : Return On Assets =
Laba Bersih
Total Assets Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan maka perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham yang ada pada rasio keuntungan setelah pajak. Tinggi rendahnya Return On Assets tergantung pada pengelolaan assets perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin efisien operasional perusahaan. Sebaliknya, rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal, dan lain lain. 2.
Earning Per Share (EPS) (X 2) Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan. Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tapi didalam prakteknya, tidak semua keuntungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Menurut Ang (1997), Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Menurut Prastowo dan Julianty (2002:93) Earning Per Share adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk pemegang saham. EPS merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut Earning Per Share =
Laba Bersih Setelah Pajak
Jumlah Saham Beredar Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan resiko sekaligus membantu investor dalam meraih keuntungan. 3.
Price Earning Ratio (PER) (X 3) Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang sering
digunakan analisis sekuritas untuk menilai suatu saham yang diperdagangkan di pasar modal. Price Earning Ratio (PER) membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan) (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:75). Kegunaan Price Earning Ratio (PER) adalah untuk melihat bagaimanapasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang di cerminkan oleh Earning Per Share (EPS) nya. Semakin tinggi rasio PER, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodalnya (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Harga Saham Price Earning Ratio = Laba Per Lembar Saham 2. Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, mendefinisikan atau memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut, tujuannya adalah untuk memberikan batasan dan penjelasan dalam rangka analisis lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel-variabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Dimensi Indikator Tingkat pengembalian - Pt = Harga Return keuntungan dari hasil Saham Sekarang Saham investasi. - Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya Return On Rasio yang digunakan - Laba Bersih Asset untuk mengukur - Total Assets (ROA) efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Earning Pendapatan perlembar - Laba bersih Per Share saham suatu setelah pajak (EPS) perusahaan. - Jumlah saham yang beredar
Price Earning Ratio (PER)
Perbandingan harga - Harga Saham pasar suatu saham - Laba per dengan EPS dari lembar saham saham yang bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengukuran Pt – Pt-1
Skala Rasio
Pt-1 Laba Bersih
Rasio
Total Assets
Laba Bersih Setelah Pajak
Rasio
Jumlah Saham Beredar Harga Saham Laba Per Lembar Saham
Rasio
37
D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi dapat didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun populasi dari penelitian ini adalah 46 perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan beroperasi selama periode 2014-2016. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2009) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan Properti dan Real Estate yang dipilih dengan menggunakan metode Purposive Random Sampling. Purposive Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pada kelompok terpilih menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Malik, 2013), dimana kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah: a. Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. b. Perusahaan Properti dan Real Estate yang menyajikan data-data laporan keuangan yang lengkap terutama yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
c. Perusahaan Properti dan Real Estate yang memiliki laba selama periode 2014-2016. Dari kriteria penentuan sampel pada penelitian ini terdapat 46 sampel perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2014-2016. Tabel 3.2 Jumlah Perusahaan Yang Dijadikan Sampel Kriteria Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan Properti dan Real Estate yang baru terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di atas tahun 2014. Perusahaan Properti dan Real Estate yang mengalami kerugian pada periode 2014 sampai dengan 2016. Perusahaan Properti dan Real Estate yang memenuhi kriteria.
Jumlah Perusahaan 46 (5) (6) 35
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 46 perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI, terdapat 5 perusahaan yang baru terdaftar di BEI diatas tahun 2014 dan 6 perusahaan yang mengalami kerugian pada periode 2014 sampai dengan 2016. Sehingga perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel peneliti sebanyak 35 perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang Memenuhi Kriteria Penentuan Sampel
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kode Saham APLN ASRI BAPA BCIP BEST BIPP BKSL BSDE CTRA DART DILD DUTI EMDE FMII GAMA GMTD GPRA GWSA JRPT KIJA LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI MTLA MORE PLIN PUDP PWON RDTX RODA SCBD
Nama Emiten Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Reality Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bumi Citra Permai Tbk Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Bhuawanatala Indah Permai Tbk Sentul City Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Ciputra Development Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Megapolitan Development Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Gading Development Tbk Goa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapura Prima Tbk Greenwood Sejahtera Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Lamicitra Nusantara Tbk Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Modernland Realty Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Metropolitan Land Tbk Indonesia Prima Property Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Pudjiati Prestige Tbk Pakuwon Jati Tbk Roda vivatex Tbk Pikko Land Development Tbk Dadanayasa Arthatama Tbk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
34 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk 35 SMRA Summarecon Agung Tbk Sumber: Data Bursa Efek Indonesia E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti buku, majalah, koran, jurnal dan literature lainnya. Peneliti menggunakan metode kepustakaan dengan teknik pengumpulan data arsip dari Indonesia Stock Exchange ( IDX ) pada tahun 2014-2016 dengan mengambil data laporan keuangan dari perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar dalam IDX tahun 2014-2016. F. Metode Analisis 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Ghozali, 2013). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai dideteksi dengan nilai penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2013). Dasar pengambilan keputusan yaitu: apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atau variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini keberadaan multikolinieritas diidentifikasi melalui besaran nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang dihasilkan melalui pengolahan data dengan program SPSS. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1)
Nilai 𝑅2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independent banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent. 2)
Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independent tidak berarti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independent. 3)
Multikolonieritas dapat juga dilihat dari satu nilai tolerance dan
lawannya dua variance inflation factor independent (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independent yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Dengan melihat grafik plot yang ditunjukkan dalam program SPSS yaitu plot antara nilai predeksi variabel terkait yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID maka dapat ditentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2013), ada dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
1)
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2)
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan penganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson (DW test). Kriteria mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan nilai Durbin-Watson menurut Singgih Santoso (2012) adalah: 1)
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2)
Angka D-W diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3)
Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3. Uji Kesesuaian Model Setelah hipotesis dirumuskan, maka dilakukan suatu pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah perubahan dari variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Taraf signifikansi yang digunakan dalam pengujian adalah 5%. a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) , Koefisien determinasi adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sebuah variabel atau lebih terhadap variasi naik turunnya variabel yang lain dengan rumus: Kd = 𝑟2 x 100% Di mana : Kd = Koefisien Determinasi 𝑟2 = Kuadrat Koefisien Determinasi Menurut Sugiyono (2009) koefisien determinasi dilambangkan dengan 𝑟2 x 100%. Nilai yang dihasilkan menyatakan proporsi variasi keseluruhan dalam variabel dependen yang dapat diterangkan atau diakibatkan oleh hubungan linear dengan nilai variabel independen, selain itu diterangkan oleh pengubah yang lain. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai yang dihasilkan semakin mendekati 1 maka model regresi akan semakin baik. b. Uji F Tujuan dari uji F adalah untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamaan (Ghozali, 2013). Pengujian ini antara Fhitung dengan Ftabel. Nilai Ftabel dapat ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% dengan df 1 (jumlah variabel-1) dan df 2 = ( n–k – 1).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hipotesis diterima, sedangkan sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka hipotesis ditolak. Pengujian terhadap model regresi ganda dilakukan dengan uji F terlebih dahulu.Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013). 4. Uji Hipotesis a. Uji t Uji Statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. (Ghozali, 2013) pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (ROA, EPS, dan PER) terhadap variabel dependen (Return Saham) secara terpisah atau pun bersama-sama. Ghozali (2013), mengatakan bahwa dasar pengambilan keputusan: 1. Jika probalitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak 2. Jika probalitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Persamaan regresi liniear berganda adalah sebagai berikut (Ghozali,2013) : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Keterangan : Y = Return Saham X1 = Return On Asset (ROA) X2 = Earning Per Share (EPS) X3 = Price Earning Ratio (PER) a = Koefisien Konstanta b1,b2,b3 = Koefisien Variabel Independen e = Variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam fungsi (error)
http://digilib.mercubuana.ac.id/