BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: Variabel tergantung
: Perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik
Variabel bebas
: Stereotip daya tarik fisik dan kesepian
B. Definisi Operasional 1. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik adalah perilaku membeli berbagai alat kecantikan yang berfungsi untuk membersihkan, memelihara dan menambah daya tarik, yang dilakukan secara berlebihan untuk memuaskan keinginan dan menunjukkan status. Perilaku
konsumtif
terhadap
produk
kosmetik
diungkap
menggunakan skala psikologi model Likert yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan aspek-aspek dari Erick Fromm (2008a), yaitu pemenuhan keinginan, barang di luar jangkauan, barang tidak produktif, dan status. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, menunjukkan semakin tinggi pula perilaku konsumtif responden.
2. Stereotip Daya Tarik Fisik Stereotip daya tarik fisik merupakan keyakinan bahwa, individu yang memiliki penampilan yang menarik diatribusikan memiliki trait dan kemampuan sosial yang baik, sehingga lebih disukai oleh lingkungan dan diyakini memiliki kehidupan yang lebih bahagia daripada individu yang berpenampilan kurang/ tidak menarik. Stereotip daya tarik fisik diungkap menggunakan skala psikologi model Likert yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan dimensi stereotip dari Cuddy, dkk. (2002), yaitu dimensi warmth dan dimensi competence. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, maka semakin tinggi pula keyakinan responden terhadap stereotip daya tarik fisik. 3. Kesepian Kesepian merupakan sebuah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan yang timbul sebagai akibat dari defisiensi hubungan interpersonal baik secara kuantitatif (jumlah hubungan) maupun kualitatif (kualitas hubungan). Kesepian diungkap dengan menggunakan skala modifikasi dari UCLA Loneliness Scale dari Russell (1996) yang terdiri atas aspek personality, social desirability, dan depression. Modifikasi skala dilakukan dengan mengubah model skala menjadi skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai” dan “Sangat Tidak Sesuai”. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala kesepian,
maka semakin tinggi tingkat kesepian; dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh dari skala kesepian, maka semakin rendah tingkat kesepian.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dari sampel penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret jenjang D3 dan S1 Reguler, angkatan 2013 sampai 2015 berjumlah 1473 mahasiswi. Pemilihan mahasiswi FISIP sebagai populasi penelitian dengan alasan yaitu mahasiswi FISIP menunjukkan konsumsi produk kecantikan yang cenderung tinggi daripada ke-sembilan fakultas lainnya. Hal tersebut terlihat dari mayoritas mahasiswi FISIP cenderung menggunakan produk kosmetik pada saat di kampus. Selain itu, alasan lainnya adalah mahasiswi FISIP dalam pekerjaannya akan banyak berhubungan dengan orang banyak, sehingga diperlukan kemampuan sosial yang baik. Daya tarik fisik menjadi salah satu aspek penting dalam membangun hubungan interpersonal.
2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah cluster sample. Cluster sample adalah sampel yang berdasarkan cluster atau kelompok yang terdapat dalam populasi (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan cluster adalah kelas. Penelitian ini akan mengambil empat kelas sebagai sampel penelitian. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster-Random Sampling, yaitu pemilihan secara acak atau random dari kelompok-kelompok yang digunakan sebagai sampel. Alasan penggunaan teknik cluster-random sampling karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi berdasarkan cluster atau kelompok sehingga tiap-tiap kelompok mempunyai kesempatan yang sama menjadi subjek penelitian. Cara yang digunakan dalam pemilihan cluster adalah dengan undian. Undian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penulis membuat daftar yang bersisi semua kelas yang ada dalam populasi dan memberi kode pada tiap-tiap kelas, b. Penulis menuliskan kode kelas ke dalam lembar kertas kecil-kecil, c. Penulis menggulung kertas yang bertuliskan kode kelas tersebut, d. Gulungan kertas kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan diberi penutup. Pada bagian penutup gelas, penulis memberikan lubang
untuk keluarnya gulungan kertas, e. Penulis mengocok gelas yang berisi gulungan kertas hingga terdapat satu kertas yang keluar dari dalam gelas, f. Kode kelas yang tertulis pada gulungan kertas yang keluar tersebutlah yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini membutuhkan lima kelas. Satu kelas digunakan untuk uji-coba (try-out) skala penelitian dan empat kelas digunakan untuk penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu metode survai. Instrumen penelitian ini adalah skala pelaporan diri (self-report) yang terdiri atas skala perilaku konsumtif, skala stereotip daya tarik fisik, dan skala kesepian. Adapun penjelasan tiap-tiap skala sebagai berikut: 1. Skala Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik diungkap dengan menggunakan skala psikologi model Likert yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan aspek-aspek dari Erick Fromm (2008a), yaitu pemenuhan keinginan, barang di luar jangkauan, barang tidak produktif, dan status. Skala ini terdiri atas 36 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pada penelitian ini, aitem favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk
“Sesuai”, dan skor 4 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada aitem unfavorable menggunakan skor 4 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk “Sangat Sesuai”. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, menunjukkan semakin tinggi pula perilaku konsumtif responden. Tabel 1 Blueprint Skala Perilaku Konsumtif No 1.
2.
3.
4.
Aspek
Indikator
Pemenuhan keinginan
Membeli barang yang ingin mendapatkan sesuatu
Barang di luar jangkauan
Berusaha keras membeli produk di luar jangkauan Memiliki beberapa produk dengan kegunaan yang sama/ barang bersifat pemborosan Membeli produk tanpa memperhatikan kegunaannya Membeli/ mengggunakan produk karena trend Membeli/ menggunakan produk untuk meningkatkan harga diri
Barang tidak produktif
Status
JUMLAH
Aitem
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 3, 19, 23, 35
4, 7, 30, 32
9
6, 16, 17
2, 13, 26, 33, 36
8
15, 25
10, 18
4
24, 28
8, 9, 14
5
5, 11, 29
21, 31
5
12, 27, 34
20, 22
5
18
18
36
2. Skala Stereotip Daya Tarik Fisik Stereotip daya tarik fisik diungkap menggunakan skala psikologi model Likert yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan dimensi stereotip dari Cuddy, dkk. (2002), yaitu dimensi warmth dan dimensi competence. Skala ini terdiri atas 20 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, sangat sesuai. Pada penelitian ini, aitem favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Sesuai”, dan skor 4 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada aitem unfavorable menggunakan skor 4 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk “Sangat Sesuai”. Semakin tinggi skor total yang diperoleh responden, menunjukkan semakin tinggi pula kepercayaan responden terhadap stereotip daya tarik fisik. Tabel 2 Blueprint Skala Stereotip Daya Tarik Fisik No
Dimensi
1.
Warmth
2.
Competence
Jumlah
Indikator Memiliki sifat hangat yang disukai oleh lingkungan sosial, seperti baik hati, ramah, dapat dipercaya, toleran, dan tulus. Memiliki kemampuan sosial yang baik, hidup yang bahagia dan sukses.
Aitem
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 3, 4, 12, 13
2, 5, 14, 20
9
6, 7, 9, 10, 11, 17, 18, 19
8, 15,16
11
13
7
20
3. Skala Kesepian Kesepian diungkap dengan menggunakan skala modifikasi dari UCLA Loneliness Scale dari Russell (1996) yang terdiri atas aspek personality, social desirability, dan depression. Skala ini memilki konsistensi alat ukur yang sangat bagus dengan nilai koefisien konsistensi internal yaitu antara 0, 89 sampai dengan 0, 94 dan reliabilitas test-retest setelah 1 tahun yaitu 0, 73. Skala terdiri atas 20 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yang telah dimodifikasi oleh penulis yaitu “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Sesuai” dan “Sangat Tidak Sesuai”. Pada penelitian ini, aitem favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Sesuai”, dan skor 4 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada aitem unfavorable menggunakan skor 4 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk “Sangat Sesuai”. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala kesepian, maka semakin tinggi tingkat kesepian; dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh dari skala kesepian, maka semakin rendah tingkat kesepian. Tabel 3 Blueprint UCLA Loneliness Scale No
Aspek
1. 2. 3.
Personality Social desirability Depression JUMLAH
Aitem Favorable 4, 13, 17 7, 8, 18 2, 3, 14, 11, 12 11
Unfavorable 6, 9 1, 5,10, 15, 19 16, 20 9
Jumlah 5 8 7 20
E. Teknik Analisis 1. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi pengukuranya. Suatu alat ukur atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya, sebuah alat ukur atau instrument pengukuran yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan memiliki validitas yang rendah (Azwar, 2014b). Pengukuran validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur validitas isi (content validity). Validitas isi (content validity) merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau expert judgement (Azwar, 2014b). Secara lebih spesifik, validitas isi dibedakan menjadi dua tipe yaitu validitas tampang (face validity) dan validitas logis (logical validity). Validitas tampang merupakan suatu bentuk
penilaian
yang didasarkan
pada
format
penampilan
tes
(appearance) dan keseuaian konteks item dengan tujuan ukur tes (Azwar, 2014b). Validitas logis adalah suatu bentuk penilaian yang menunjukkan sejauhmana pernyataan tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2014b). Validitas logis dilihat dari blue-print yang memuat cakupan isi dan indikator keperilakuan dari atribut yang
diukur serta mengacu pada kaidah penulisan item. Validitas isi dalam penelitian ini ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pernyataan berdasarkan pendapat professional, yaitu dosen pembimbing dan dosen penguji. Selain itu, validitas dalam penelitian ini juga dinilai secara empirik dengan menghitung konsistensi internal (internal consistency) tes. Konsistensi internal tes dihitung dengan menggunakan teknik korelasi pearson-product moment. Analisis konsistensi internal menggunakan program komputer, yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 23.0 for windows. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2005). Reliabilitas dinyatakan dengan koefisiensi reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Cronbach’s Alpha yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2014a). Uji reliabilitas dilakukan dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 23.0 for windows.
3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirancang oleh penulis. Penelitian ini menguji hubungan antara dua variabel bebas yaitu stereotip daya tarik fisik dan kesepian, dan satu variabel tergantung perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik sehingga metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan bila bermaksud meramalkan keadaan variabel tergantung bila dua varibael bebas sebagai prediktor dimanipulasi. Sebelum melakukan metode analisis regresi dilakukan beberapa uji persyaratan yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Uji persyaratan harus terpenuhi untuk bisa melakukan analisis dengan regresi linier berganda. Berikut penjelasan mengenai uji prasyarat: a. Uji Asumsi Dasar Uji asumsi dasar terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan yaitu dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov dalam Test of Normality pada uji Lilliefors. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifkansi lebih besar dari 0, 05.
2) Uji linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui data dari variabel bebas berkolerasi linear dengan data dari variabel tergantung atau tidak. b. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas memiliki tujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antarvariabel bebas. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak ada multikolinearitas. 2) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji ada tidaknya kesamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat yang harus
terpenuhi
dalam
model
regresi
adalah
tidak
ada
heterokedastisitas. 3) Uji otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak ada otokorelasi. Uji hipotesis, uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan program komputer SPSS 23.0 for windows.