BAB III ISU-ISU STRATEGIS
3.1
Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu :
a. Pengembangan Infrastruktur Wilayah dalam upaya mendukung investasi Pembangunan Kota Bogor. Investasi bidang jalan sangat ditentukan oleh tingkat kelayakan dari investasi tersebut. Secara umum kelayakan investasi bidang jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek pokok, yaitu: aspek teknis, aspek ekonomi/ finansial dan aspek lingkungan. Dari aspek teknis perlu dipastikan apakah koridor yang akan dilalui memungkinkan untuk dibangun infrastruktur jalan secara mudah dan murah, serta memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan. Aspek yang terkait dengan tata ruang dalam hal ini adalah mengenai
informasi
tentang
kondisi
geologi
lingkungan
maupun
penggunaan lahan. Kondisi tataguna lahan di sepanjang koridor perlu dilihat apakah memang merupakan lahan yang secara fisik dapat dibangun untuk infrastruktur jalan. Analisis
dari
aspek
ekonomi/
finansial
umumnya
terkait
dengan
perhitungan biaya dan manfaat investasi bidang jalan yang akan dilakukan. Umumnya investasi bidang jalan dilakukan dengan prinsip ”ship follows trade”, yaitu pembangunan jalan dibangun apabila ada kepastian demand terhadap infrastruktur jalan tersebut. Kepastian demand ini ditunjukkan oleh volume lalulintas atau aktivitas perekonomian wilayah yang ada atau diperkirakan akan ada di sekitar koridor jalan tersebut.
b. Optimalisasi Mitigasi Bencana Alam Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106,48° Bujur Timur dan 6,36° Lintang selatan dengan jarak ± 56 km dari Kota Jakarta, serta mempunyai perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut.
Bab III hal. 1
Kemiringan lereng lahan Kota Bogor adalah berkisar 0 – 2 % (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2 – 15 % (landai) seluas 8.91,27 Ha, 15– 25 % (agak curam) seluas 1.109,89 Ha, 25 – 40 % (curam) seluas 764,96 a, dan > 40 % (sangat curam) seluas 119,94 Ha. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 – 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 346 mm. Gambaran kondisi topografi dan klimatologi tersebut di atas secara tidak langsung menjadi potensi terjadinya bencana alam seperti banjir maupun tanah longsor. Kejadian bencana alam selalu terjadi secara berulang terutama menjelang bulan Oktober sampai dengan bulan April. Hal ini bila tidak dilakukan upaya antisipasi dini melalui penanganan tanggap darurat dapat membawa dampak yang lebih serius seperti kehilangan harta maupun adanya korban jiwa. Dalam upaya tanggap darurat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor telah mengupayakan penanganan darurat atau
sementara
yang
dikoordinasikan
dengan
Bagian
sosial
dan
kemasyarakatan Pemerintah Kota Bogor.
c. Sinkronisasi
pola
pengembangan
jaringan
transportasi
dengan
pengembangan wilayah. RTRW Kota Bogor merupakan rencana tata ruang skala kota dengan muatan antara lain berupa integrasi sistem jaringan jalan nasional, sistem jaringan jalan provinsi, dengan sistem jaringan jalan kota. Pada tataran operasional, RTRW tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi rencana rinci yang pada tingkatan kota berupa Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi yang diperlukan sebagai pedoman untuk pemberian ijin dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Indikasi program yang tertuang dalam RTRW merupakan salah satu basis bagi penyusunan Rencana Induk Sektor yang dibutuhkan untuk implementasi rencana tata ruang sebagai wujud dari pemanfaatan ruang. Rencana induk sektor merupakan kebutuhan turunan (derived demand) dari konsekuensi logis dari upaya implementasi penataan ruang wilayah.
Bab III hal. 2
Pembangunan
jaringan
jalan
pada
hakekatnya
ditujukan
untuk
membentuk struktur ruang yang sesuai dengan rencana dan arah pengembangan wilayah. Dalam hal ini, pembangunan jalan telah mempertimbangkan kondisi wilayah, baik dari segi potensi sumberdaya ekonomi maupun kondisi lingkungan strategisnya, sehingga merupakan salah satu unsur pembentuk ruang yang ingin diwujudkan. Dalam konteks penataan ruang, jalan merupakan elemen pembentuk struktur ruang yang paling penting. Untuk itu, fungsi jaringan jalan yang ada harus tetap dipertahankan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pembangunan jaringan jalan di Kota Bogor harus secara konsisten mengikuti rencana tata ruang wilayah yang ada. Dengan demikian interaksi antara jaringan jalan, sebagai struktur ruang, dan tata guna lahan, sebagai pola pemanfaatan ruang yang ada, dapat lebih terpadu dan harmonis.
3.2
Analisis SWOT Dalam menentukan strategi kebijakan kelembagaan untuk mendukung
pola teknis operasional Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor menggunakan analisa SWOT. Pengertian SWOT adalah merupakan instrument atau tool yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis
untuk
merumuskan
strategi
dinas
di
dalam
mengelola
penyelenggaraan infrastruktur di Kota Bogor. Analisis ini dapat didasarkan pada logika
yang
dapat
memaksimalkan
kekuatan
(strengths)
dan
peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan selalu terkait dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor strategi dalam kondisi yang ada pada saat ini, hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Untuk penilaian SWOT digunakan pembobotan dengan peringkat atau klasifikasi. Matriks analisis SWOT dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut :
Bab III hal. 3
Tabel 3.1 Matriks Analisis SWOT Analisis Lingkungan Internal
Strength (S)
Weakness (W)
Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (ST) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Internal Analisis Lingkungan Eksternal
Opportunities (O)
Threath (T)
Sumber : Analisa SWOT teknik membedah kasus bisnis, Freddy Rangkuti, 2004
Keterangan :
Strategi (SO)
: Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk membuat peluang sebesar-besarnya.
Strategi (ST)
: Strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi (WO)
: Strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi (WT)
: Strategi di dasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.2.1 Analisis Kondisi Internal Analisis lingkungan
internal
bertujuan untuk
mengidentifikasi dan
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai bahan evaluasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bab III hal. 4
a.
Identifikasi Kekuatan (strength) Potensi yang dipandang sebagai kekuatan di dalam Lingkungan Dinas
adalah: 1. Perda Kota Bogor Nomor 3 tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah Kota Bogor dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan mempunyai urusan wajib di bidang Pekerjaan Umum. 2. Perda Kota Bogor Nomor 13 tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan merupakan perangkat daerah yang melaksanakan tugas penyelenggaraan urusan teknis di bidang bina marga dan pengairan. 3. Adanya Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus. 4. Dukungan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%. 5. Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 6. Adanya komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait
dengan
penyelenggaraan
infrastruktur
ke
binamargaan
dan
pengairan dan menerapkan secara konsekuen 7. Tersedianya sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan.
b.
Identifikasi Kelemahan (weakness)
Kelemahan dinas yang harus diminimalkan dan diwaspadai adalah 1. Kapasitas
sumber
daya
masih
kurang
memadai
secara
kualitas
dibandingkan dengan permasalahan yang harus ditangani. 2. Pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan.
Bab III hal. 5
3. Belum tersediannya database tentang sistem jaringan jalan, jembatan dan drainase yang valid dan lengkap serta pemanfaatan informasi tentang kondisi infrastruktur Kota Bogor. 4. Tingkat akurasi data infrastruktur kebina margaan dan pengairan yang masih rendah. 5. Sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase masih kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas, karena beberapa kendaraan yang sudah berumur lebih dari 10 tahun masih digunakan. 6. Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta
akan mempengaruhi
operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase dan memberatkan beban APBD Kota Bogor. 7. Tingkat kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal.
3.2.2 Analisis Kondisi Eksternal Kondisi eksternal adalah kondisi di luar kendali dinas yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja dinas dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
c.
Identifikasi Peluang (oppotunity) 1. Respon positif dari DPRD Kota Bogor mengenai pengembangan sarana dan prasarana transportasi kota, dengan disetujuinya penataan transportasi kota menjadi salah satu program prioritas Kota Bogor. 2. Kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas. 3. Masalah kewenangan pengelolaan bidang kebinamargaan dan pengairan menjadi kewenangan daerah (otonomi daerah). 4. Adanya Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Bab III hal. 6
5. Adanya program pembinaan dan bantuan dana
(DAK), baik
dari
pemerintah propinsi maupun pusat kepada dinas yang berkompeten. 6. Adanya swadaya masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan. 7. Adanya pola penyusunan RTRW Kota yang mendukung rencana program pembangunan
jalan,
jembatan
dan
pengairan
yang
berbasiskan
pengembangan wilayah.
d. Identifikasi Ancaman (threat) 1. Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. 2. Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor. 3. Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). 4. Semakin kritisnya masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan di Kota Bogor. 5. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan. 6. Kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan. 7. Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Kota Bogor menyebabkan operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase sering tidak optimal.
Bab III hal. 7
Tabel 3.2 Analisis Strategi Bidang Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor dalam Matrik SWOT FAKTOR INTERNAL
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Perda Kota Bogor Nomor 3 tahun 2008
1. Kapasitas
Tentang Urusan Pemerintah Kota Bogor
memadai
dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan
dengan permasalahan yang harus ditangani.
mempunyai
urusan
wajib
di
bidang
Pekerjaan Umum.
Tentang
Organisasi
Perangkat
secara
kualitas
dengan
masih
kurang
dibandingkan
pegawai
yang
pengalaman
belum
dan
latar
belakang pendidikan.
Daerah,
3. Belum tersediannya database tentang sistem
dimana Dinas Bina Marga dan Pengairan
jaringan jalan, jembatan dan drainase yang
merupakan
valid
perangkat
daerah
yang
dan
lengkap
serta
pemanfaatan
melaksanakan tugas penyelenggaraan urusan
informasi tentang kondisi infrastruktur Kota
teknis di bidang bina marga dan pengairan.
Bogor.
3. Adanya
Rencana
Program
Pembangunan
Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus.
Jembatanan Dokumen Kerja
yang
dialokasikan
Pelaksanaan
Dinas
yang
Anggaran selalu
4. Tingkat akurasi data infrastruktur kebina margaan dan pengairan yang masih rendah. 5. Sarana
dan
operasionalisasi
4. Dukungan anggaran operasional Jalan dan melalui
jembatan
dan
memadai
baik
prasarana
penunjang
pemeliharaan drainase secara
masih
kualitas
jalan, kurang maupun
Satuan
kuantitas, karena beberapa kendaraan yang
mengalami
sudah berumur lebih dari 10 tahun masih
peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%.
FAKTOR EKSTERNAL
daya
2. Pola penempatan sesuai
2. Perda Kota Bogor Nomor 13 tahun 2008
sumber
5. Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan
digunakan. 6. Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan
biaya
operasional
pemeliharaan
Bab III hal. 8
FAKTOR INTERNAL
Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan
jalan, jembatan dan drainase serta
cara turut aktif dalam kegiatan monitoring
mempengaruhi
kondisi infrastruktur ke bina margaan dan
jalan,
pengairan.
memberatkan beban APBD Kota Bogor.
6. Adanya komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairak Kota Bogor untuk
operasional
jembatan
dan
akan
pemeliharaan drainase
dan
7. Tingkat kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal.
memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan
FAKTOR EKSTERNAL
infrastruktur
ke
binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen 7. Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan.
Peluang (O)
Strategi (SO)
Strategi (WO)
1. Respon positif dari DPRD Kota Bogor
1. Daya gunakan tupoksi Dinas Bina Marga dan
1. Daya gunakan program pembinaan dan
mengenai pengembangan sarana dan
Pengairan yang jelas dengan memanfaatkan
bantuan dana baik dari propinsi maupun
prasarana transportasi
dengan
dukungan politis dari DPRD kota Bogor untuk
pusat untuk meningkatkan kapasitas sumber
disetujuinya penataan transportasi kota
meraih program pembinaan dan bantuan
daya yang masih kurang memadai
menjadi salah satu program prioritas
dana baik dari pemerintah propinsi maupun
mengubah Pola penempatan pegawai yang
Kota Bogor.
pemerintah pusat.
belum sesuai dengan pengalaman dan latar
kota,
2. Kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan memadai dan berkualitas
yang
2. Daya
gunakan
Rencana
Program
Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan
dan
belakang pendidikan. 2. Daya
gunakan
kewenangan
pengelolaan
otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja
Bab III hal. 9
3.
Masalah
kewenangan
pengelolaan
(Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan
kelembagaan yang dirasa masih lemah dan
bidang kebinamargaan dan pengairan
tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat
belum maksimal.
menjadi kewenangan daerah (otonomi
akan
daerah).
jembatan yang memadai dan berkualitas
kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan
yang didukung oleh RTRW Kota Bogor.
pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4
4. Adanya Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan
Bogor,
dan
anggaran operasional Jalan
3. Daya gunakan
tahun
2008
Perda yang mendukung
Seri
C
tentang
Retribusi
Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang
Dokumen
Satuan
untuk mencapai Penerimaan retribusi yang
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Kerja
mengalami
tidak seimbang dengan biaya operasional
dan
peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata
pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase
dari
5-10% untuk mencapai target PAD sesuai
yang bisa membawa
pusat
dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C
kelancaran operasional pemeliharaan jalan,
tentang
jembatan dan drainase serta pengairan.
bantuan
dana
pemerintah
pembinaan (DAK),
propinsi
baik
maupun
Perda
jalan
Pemakaian Kekayaan Daerah.
program
yaitu
3. Daya gunakan
prasarana
dan Jembatanan yang dialokasikan melalui
5. Adanya
Kota
terciptanya
kepada dinas yang berkompeten. 6. Adanya
swadaya
pembangunan
masyarakat
prasarana
dalam
jalan dan
jembatan. 7. Adanya pola penyusunan RTRW Kota yang
mendukung
pembangunan pengairan
rencana
jalan, yang
pengembangan wilayah.
program
jembatan
dan
berbasiskan
Pelaksanaan
Dinas
yang
retribusi
Anggaran selalu
pemakaian
kekayaan
daerah.
pengaruh terhadap
4. Daya gunakan desentralisasi institusi sebagai
4. Daya gunakan komitmen pimpinan Dinas
penyedia
informasi
Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk
keputusan
untuk
memperbaiki dan menyelaraskan berbagai
masyarakat terhadap peningkatan kualitas
ketentuan regulasi yang terkait dengan
prasarana jalan, jembatan dan pengairan
penyelenggaraan
yang memadai.
infrastruktur
ke
dan
mendukung
pengambil kebutuhan
binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara
konsekuen
dengan
dukungan
berlakunya otonomi daerah
Bab III hal. 10
Ancaman (T) 1. Tingkat
Strategi (ST)
pertumbuhan
rata-rata
1. Atasi
Tingkat
Strategi (WT)
pertumbuhan
perjalanan
mencapai 5,29% Tahun 2014 seiring
mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat
infrastruktur ke binamargaan dan pengairan
dengan pertambahan jumlah penduduk.
kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di
dengan
Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1
daya yang memadai secara kualitas dan Pola
perdagangan dan jasa di Kota Bogor.
(kondisi padat) melalui Rencana Program
penempatan pegawai yang sesuai dengan
3. Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa
Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR),
pengalaman dan latar belakang pendidikan.
ruas jalan di Kota Bogor yang mulai
Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan
mendekati angka 1 (kondisi padat).
(Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan
perjalanan
tembus.
mencapai
4. Semakin
tingkat
kritisnya
perkembangan
masyarakat
kota
dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur
ke
bina
margaan
dan
2. Atasi
Kota
tingginya
tuntutan
akan
masyarakat
2. Atasi
perkembangan
meningkatkan
Tingkat di
kondisi
Kapasitas
pertumbuhan Kota
Bogor
5,29% Tahun
sumber
rata-rata yang
2014,
akan
Pesatnya
tingkat perkembangan perdagangan dan jasa
jembatan dan pengairan melalui Dukungan
rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang
anggaran operasional Jalan dan Jembatanan
mulai mendekati angka 1 (kondisi padat).
kebutuhan prasarana jalan, jembatan
yang
Serta curah hujan yang cukup tinggi dengan
dan pengairan.
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas
memaksimalkan
yang selalu mengalami peningkatan setiap
kelembagaan
tahun sebesar rata-rata 5-10%.
dan prasarana penunjang operasionalisasi
6. Kenaikan harga suku cadang (spare part), lainnya
harga akan
operasional
bahan
dan
peralatan
mempengaruhi pemeliharaan
biaya jalan,
jembatan, dan pengairan. 7. Curah hujan wilayah
Kota
yang
melalui
Dokumen
3. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi
perkembangan
kondisi
infrastruktur ke bina margaan dan pengairan
cukup
Bogor
dialokasikan
prasarana
menyikapi
di Kota Bogor dan Tingkat kinerja (V/C)
5. Tingginya tuntutan masyarakat terhadap
kebutuhan
yang
jalan,
pengairan di Kota Bogor.
terhadap
Bogor
1. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam
perjalanan di Kota Bogor yang akan
2. Pesatnya
di
rata-rata
tinggi
Tingkat
kinerja
yang didukung oleh sarana
pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas
di
dan curah hujan yang cukup tinggi melalui
3. Atasi Kenaikan harga suku cadang (spare
menyebabkan
Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan
part), harga bahan dan peralatan lainnya
Bab III hal. 11
operasional
pemeliharaan
jalan,
Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan
akan
jembatan dan drainase sering tidak
cara turut aktif dalam kegiatan monitoring
pemeliharaan
optimal.
kondisi infrastruktur ke bina margaan dan
pengairan melalui peningkatan Penerimaan
pengairan.
retribusi
4. Atasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang
mempengaruhi
pemeliharaan pengairan
biaya
jalan,
melalui
yang
biaya
jalan,
layak
operasional
jembatan,
dengan
dan
biaya
operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan.
operasional
jembatan
sistem
mempengaruhi
dan
pemeliharaan
sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan.
Bab III hal. 12
III.3 Faktor – Faktor Penentu Keberhasilan. Analisis CSP atau faktor-faktor penentu keberhasilan dilakukan melalui cara menghubungkan analisis strategi dengan visi, misi dan nilai-nilai atau keterkaitannya. Tingkat keterkaitan analisis strategi dengan visi, misi dan nilainilai dapat dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang biasa digunakan sebagai berikut : -
Sangat terkait
=4
-
Terkait
=3
-
Kurang terkait
=2
-
Tidak terkait
=1
Tabel 3.3 Matrik Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan No.
Strategi SWOT
Keterkaitan dengan Visi
Misi
Nilai
Jml
Urutan CSP
1 2 3 4 1 2 3 4 1.(S+O)
1. Daya gunakan tupoksi Dinas Bina Marga dan Pengairan yang jelas dengan memanfaatkan dukungan politis dari DPRD kota Bogor untuk meraih program pembinaan dan bantuan dana baik dari pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat. 2. Daya gunakan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas yang didukung oleh RTRW Kota Bogor. 3. Daya gunakan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10% untuk mencapai target PAD
4
4 3 3 1 3 2 2 2
24
I
4
4 1 3 1 3 3 3 2
24
II
3
2 2 2 1 2 2 2 2
18
IV
Bab III hal. 13
sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. 4. Daya gunakan komitmen pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor untuk memperbaiki dan menyelaraskan berbagai ketentuan regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dan menerapkan secara konsekuen dengan dukungan berlakunya otonomi daerah
2.(W+O)
1. Daya gunakan program pembinaan dan bantuan dana baik dari propinsi maupun pusat untuk meningkatkan kapasitas sumber daya yang masih kurang memadai dan mengubah Pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. 2. Daya gunakan kewenangan pengelolaan otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal. 3. Daya gunakan Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. untuk mencapai Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang bisa membawa pengaruh terhadap kelancaran operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase
4
3 2 2 1 3 2 2 2
21
III
3
3 3 3 4 3 2 2 2
25
II
4
4 3 3 4 2 2 3 3
28
I
3
2 2 2 1 2 2 2 2
18
IV
Bab III hal. 14
4. Daya gunakan desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas prasarana jalan, jembatan dan pengairan yang memadai.
3.(S+T)
1. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat) melalui Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus. 2. Atasi tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan melalui Dukungan anggaran operasional Jalan dan Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10%. 3. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan dan curah hujan yang cukup tinggi melalui Dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan. 4. Atasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan
4
3 3 3 1 2 2 2 2
22
III
3
2 2 4 1 3 2 3 3
23
II
4
3 3 3 3 1 3 2 2
24
I
3
2 2 2 1 3 2 2 2
19
IV
3
2 2 2 1 3 2 2 3
20
III
Bab III hal. 15
pengairan melalui sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan.
4.(W+T)
1. Atasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke binamargaan dan pengairan dengan meningkatkan Kapasitas sumber daya yang memadai secara kualitas dan Pola penempatan pegawai yang sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. 2. Atasi Tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014, Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). Serta curah hujan yang cukup tinggi dengan memaksimalkan Tingkat kinerja kelembagaan yang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas 3. Atasi Kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan melalui peningkatan Penerimaan retribusi yang layak dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan.
4
3 2 2 4 3 2 2 2
24
I
4
4 2 2 1 3 2 2 3
23
II
3
2 1 1 1 2 2 2 2
16
III
Bab III hal. 16
III.4
Analisis Strategis Berdasarkan hasil matrik analisis di atas, maka strategis Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kota Bogor dalam meningkatkan tingkat pelayanan infrastruktur di bidang
kebinamargaan
dan
pengairan
di
Kota
Bogor
adalah
dengan
meminimalkan permasalahan internal (kelemahan-kelemahan institusi) dan memanfaatkan peluang (faktor eksternal) sebagai berikut: Berdasarkan matriks strategi pengelolaan yang telah disusun dalam bentuk matriks SWOT, terdapat 4 (empat) alternatif strategi yang dapat digunakan untuk kelompok sel market penetration dan product development, yaitu strategi SO , Strategi ST , Strategi WO, dan
strategi WT. Rumusan strategi tersebut
adalah: 1.
Strategi SO: strategi ini dibuat dengan jalan mengoptimalkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
Berdasarkan hasil matriks interaksi internal eksternal, strategi yang diberikan adalah: a. Adanya tupoksi dinas yang jelas dan ditambah dukungan politis dari DPRD bahwa permasalah transportasi dijadikan sebagai salah satu program prioritas, maka Dinas Bina Marga dan Pengairan dapat menentukan target secara maksimal yang didukung pendanaan yang layak dari pemerintah propinsi maupun Pemerintah Pusat serta masyarakat dalam bentuk partisipasi aktif. b. Memaksimalkan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus sebagai suatu kebutuhan masyarakat akan terciptanya prasarana jalan dan jembatan yang memadai dan berkualitas yang didukung oleh RTRW Kota Bogor. c. Komitmen dari pimpinan yang tinggi merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan yang berbasis partisipasi masyarakat masyarakat. d. Mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional Jalan dan Jembatan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata
Bab III hal. 17
5-10% untuk mencapai target PAD sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2008 seri C tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah.
2. Strategi ST: strategi ini dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki Institusi untuk mencegah dan mengatasi ancaman. Berdasarkan hasil interaksi faktor internal eksternal, strategi yang diberikan adalah: a. Memanfaatkan
secara
optimal
anggaran
operasional
Jalan
dan
Jembatanan yang dialokasikan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun sebesar rata-rata 5-10% untuk mengatasi tingginya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana jalan, jembatan dan pengairan melalui. b. Merumuskan Rencana Program Pembangunan Jalan Lingkar Utara (BORR), Lingkar Timur (R3), dan Lingkar Selatan (Inner Ring Road) serta beberapa ruas jalan tembus untuk mengatsi
Tingkat pertumbuhan rata-rata
perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014 dan Tingkat kinerja (V/C) rasio beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat). c. Mengoptimalkan sistem pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bidang bina marga dan pengairan untuk mengatasi kenaikan harga suku cadang (spare part) harga bahan dan peralatan lainnya yang mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan. d. Memantapkan dukungan yang tinggi dari unsur pimpinan Dinas Bina Marga dan Pengairan, dengan cara turut aktif dalam kegiatan monitoring kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan untu mengatasi sikap kritis masyarakat kota dalam menyikapi perkembangan kondisi infrastruktur ke bina margaan dan pengairan dan curah hujan yang cukup tinggi.
3. Strategi WO: strategi ini diterapkan adalah meminimalkan kelemahan yang ada dengan cara memanfaatkan peluang yang ada. Dari hasil interaksi faktor internal-eksternal diperoleh alternatif strategi: a. Memberdayakan kewenangan dalam otonomi daerah untuk meningkatkan kinerja kelembagaan yang dirasa masih lemah dan belum maksimal
Bab III hal. 18
sejalan dengan kompleksitas permasalahan penanganan jalan, jembatan dan pengairan. b. Segera mewujudkan pembinaan dan bantuan dana dari propinsi(APBDI) maupun pusat (APBN)
untuk menghasilkan kenerja yang efektif dan
efisien dengan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang masih kurang memadai dan penerapan analisis jabatan untuk mengubah pola penempatan pegawai yang belum sesuai dengan pengalaman dan latar belakang pendidikan. c. Meningkatkan desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas prasarana jalan, jembatan dan pengairan. d. Mendaya gunakan
Perda yang mendukung kegiatan pengelolaan bidang
bina marga dan pengairan Kota Bogor, yaitu Perda Nomor 4 tahun 2008 Seri C tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk mencapai Penerimaan retribusi yang tidak seimbang dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang bisa
membawa
pengaruh terhadap kelancaran operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan pengairan.
4. Strategi WT: strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Hasil interaksi faktor internal eksternal memberikan alternatif strategi: a. Meningkatkan kapasitas sumber daya yang memadai secara kualitas dengan membuat pola penempatan pegawai sesuai dengan pengalaman dan latar belakang
pendidikan
untuk
mengantisipasi
sikap
kritis
masyarakat
berkaitan dengan perkembangan kondisi infrastruktur kebina margaan dan pengairan di Kota Bogor yang semakin kompleks. b. Memaksimalkan tingkat kinerja kelembagaan yang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang operasionalisasi pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mengatasi tingkat pertumbuhan rata-rata perjalanan di Kota Bogor yang akan mencapai 5,29% Tahun 2014, Pesatnya tingkat perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Bogor dan tingkat kinerja (V/C) rasio
Bab III hal. 19
beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang mulai mendekati angka 1 (kondisi padat) serta curah hujan yang cukup tinggi. c. Meningkatkan pendapatan retribusi yang layak dengan biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan dan drainase serta pengairan untuk mengatasi
kenaikan harga suku cadang (spare part), harga bahan dan
peralatan lainnya akan mempengaruhi biaya operasional pemeliharaan jalan, jembatan, dan pengairan.
Bab III hal. 20