BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Deskriptif Temuan Penelitian Data temuan penelitian yang dikumpulkan melalui pembagian kuisioner secara statistik deskriptif akan disajikan pada bagian ini sesuai dengan jawaban responden dalam kuisioner berdasarkan variabel penelitian dan data pada hasil wawancara akan dideskripsikan. 1. Pemahaman Pemilih Pemula terhadap Pemilihan umum Dalam memperoleh hasil penelitian tentang pemahaman pemilu calon presiden dan wakil presiden pada pemilih pemula telah dilakukan penelitian dalam upaya menemukan atau menelusuri substansi dari permasalahan yang dengan wawancara. Adapun hasil penelitian merupakan data yang diolah berdasarkan teknik analisis data. Sedangkan cara penulis memperoleh data didasarkan instrumen penelitian yaitu wawancara dengan 15 responden pemilih pemula dengan rata – rata usia 18 tahun yang dianggap layak memberi informasi terkait dengan judul penelitian. Tingkat pemahaman pemilu sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional dan dijabarkan melalui penelitian kualitatif dengan pendeskripsian jawaban responden mengenai pertanyaan – pertanyaan seputar pemilihan umum yang diajukan. Seringkali seseorang menemui kesulitan dalam menguraikan konsep "pemahaman" yang nantinya akan menjadi sebuah landasan berpikir seseorang dalam menentukan tindakan. Pada hakikatnya, pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti. Menurut Fajri dan Senja (2008), pemahaman berarti proses perbuatan cara memahami.
Pemahaman berarti mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat juga diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada porsinya. Tanpa itu, maka pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak akan bermakna. Partowisastro
(1983:
22-24)
mengemukakan
empat
macam
pengertian
pemahaman, yakni sebagai berikut: (1) pemahaman berarti melihat hubungan yang belum nyata pada pandangan pertama; (2) pemahaman berarti mampu menerangkan atau dapat melukiskan tentang aspek-aspek, tingkatan, sudut pandangan-pandangan yang berbeda; (3) pemahaman berarti memperkembangkan kesadaran akan faktor-faktor yang penting; dan (4) berkemampuan membuat ramalan yang beralasan mengenai tingkah lakunya. a. Pemahaman Pemilih Pemula terhadap Jenis – Jenis Pemilihan Umum Partisipan Pemilih pemula dalam penelitian ini merupakan pemilih yang masih belum memiliki pengalaman dan jangkauan yang luas dalam dunia perpolitikan sehingga pemahaman pemilu merupakan suatu hal yang esensial dalam penentuan penerimaan pesan responden mengenai black campaign nantinya. Sebagian besar responden yang merupakan pemilih pemula berdasarkan hasil wawancara memiliki pengetahuan yang baik mengenai pemilihan umum. Informasi – informasi penting mengenai pemilihan umum seperti asas –asas pemilihan umum, jenis – jenis pemilihan umum, praktik pemilihan umum di Indonesia sudah dimengerti dan dipahami sebagian besar responden.
Responden – responden juga memberikan pernyataan yang tepat mengenai apa itu pemilu dan jenis – jenis pemilihan umum di Indonessia. Hari menngungkapkan bahwa pemilu merupakan pesta rakyat namun dalam bentuk demokrasi karena rakyat dalam pemilu mendapatkan hak demokrasi mereka untuk menentukan siapa yang mereka pilih dan menyuarakan pendapat. Chintia menambahkan mengenai jenis – jenis pemilihan umum yang ada di Indonesia. “pemilihan umum di Indonesia itu ada tiga lah mas.Pemilihan legislatif sama kaya MPR-DPR, pemilihan kepala daerah sama pemilihan presiden, terus kalau yang kemarin 2014 itu pemilihan presiden.” Sedangkan Nico memiliki pendapat yang hampir serupa bahwa pemilihan umum di Indonesia dulu hanya ada dua jenis pemilu dan beranggapan bahwa pemilu presiden dan wakil presiden tidak masuk dalam kategori jenis – jenis pemilu. “kalau setahuku pemilu ada dua, pilkada sama yang pemilu milih partai. Kalau presiden sama wakil presiden itu bukan masuk pemilu menurutku.” b. Pemahaman Pemilih Pemula terhadap Asas – Asas Pemilihan Umum Alifah yang merupakan seorang pelajar SMA berusia 18 tahun menjelaskan dengan jelas apa saja itu asas – asas pemilihan umum. Hal ini merupakan hal yang kontradiktif sebenarnya apabila melihat status mereka yang masih pemilih pemula. Alifah menjelaskan bahwa asas – asas dalam pemilu adalah LUBER JURDIL yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan alasan mengapa dia tahu. “asas – asas pemilu itu luber jurdil, langsung umum bebas rahasia jujur dan adil. Di sekolah juga diajari di pelajaran kewarganegaraan, jadi masih inget dan fresh di otak ” Hal yang serupa juga diutarakan oleh Anggita yang mengerti apa saja itu asas – asas pemilu.
“asas – asas pemilu ya langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil. Langsung dalam artian pemilihannya langsung, umum itu semua orang warga negara indonesia berhak memilih, rahasia ya apa yang dipilih atau siapa yang dipilih ya hanya si pemilih yang tahu, terus jujur ya itu bersih praktik pelaksanaannya tidak ada kecurangan, adil semua orang semua elemen boleh terlibat.” Menurut Bulan, asas – asas pemilu sudah tidak lagi tercermin dalam banyak aspek. “asas pemilu yang luber jurdil menurut saya sudah ga ada sih mas Cuma sekedar asas aja, contohnya banyak orang bagi – bagi uang, banyak yang saling fitnah bahkan bawa – bawa agama.” Pemahaman pemilu merupakan bekal yang penting terutama bagi pemilih pemula dalam menentukan sikap dan penerimaan pesan mengenai black campaign sehingga peneliti bertanya terhadap bulan apakah black campaign merupakan hal yang bisa diterima atau tidak c. Pemahaman Pemilih Pemula terhadap Fenomena – Fenomena di Pemilihan Umum Pemilihan Umum tidak bisa dipungkiri diiringi dengan banyak peristiwa atau fenomena – fenomena yang terjadi. Fenomena – fenomena yang ada dalam pemilihan umum cenderung suatu peristiwa yang negatif dan mengandung unsur kecurangan. Misal money politic, siasat fajar, black campaign, penggelembungan jumlah suara di daerah fiktif dan lain – lain. Fenomena – fenomena tersebut juga tidak luput dari perhatian para pemilih pemula karena fenomena ini merupakan fenomena yang memiliki nilai proximity atau kedekatan pada pemilih pemula. Contoh seperti fenomena money politic, hampir setiap calon atau pelaku pemilihan umum membagi – bagikan uang secara diam – diam menjelang tanggal pemilihan umum ke daerah – daerah dan golput (golongan putih). Black campaign pun selalu terjadi pada segala kanal media sosial terutama twitter. Risma mengutarakan bahwa setiap ada pemilihan umum pasti di daerah tempat dia tinggal, ada kader atau calon yang membagikan uang.
“fenomena – fenomena pemilu kebanyakan tu curang, kalau ga bagi uang ya bagi sembako tapi ya gimana lagi, karena kebanyakan sasarannya juga masyarakat menengah kebawah bahkan saya pernah denger ada ibu – ibu bilang ‘pilih yang banyak uangnya’ maksudnya pilih yang kasih uangnya lebih banyak.” Selain fenomena money politic, responden yang lain mengutarakan bahwa fenomena black campaign juga melekat dengan pemilihan umum yang ada di Indonesia. Reza mengungkapkan bahwa ia sudah tidak asing dengan fenomena black campaign bahkan ia berpendapat tidak sedikit dari temannya yang juga turut andil dalam black campaign. “black campaign itu sebelas dua belas dengan pemilu karena dimana ada pemilu pasti ada black campaign. Menjelek – jelekan capres cawapres yang ga disukai, bikin meme atau ngetweet yang niatnya provokatif padahal belum tentu itu bener, karena udah telanjur benci atau ga suka saja, banyak juga temen yang begitu.” Fenomena yang juga sering dijawab responden adalah fenomena golongan putih atau lebih dikenal dengan golput. Sebenarnya fenomena golput lebih populer pada pemilih yang sudah pernah memilih berkali – kali atau merasa bahwa suara mereka tidak akan membawa perubahan. Hal tersebut diungkapkan oleh Adzima yang mengaku bahwa kakak dan kakak iparnya sering tidak ikut berpartisipasi atau golput pada saat pemilu. “fenomena pemilu itu yang paling banyak dilakuin menurutku golput. dirumah juga terutama kakak sama kakak ipar sering golput, katanya mereka males karena ga akan ada efeknya. kalau kaya saya dan teman – teman pasti masih semangat karena kan pengalaman pertama buat nyoblos. ” Setelah mengetahui hasil penelitian kualitatif mengenai pemahaman pemilihan umum pada pemilih pemula, peneliti menggunakan metode kuantitatif eksperimen untuk mendapatkan data penelitian mengenai pemahaman black campaign sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada pemilih pemula. Selain itu juga untuk mendapatkan pengaruh pemahaman black campaign terhadap penerimaan pesan black campaign pada pemula sebelum dan setelah perlakuan. Penggabungan metode wawancara dan metode eksperimen dalam penelitian ini supaya data penelitian yang didapat lebih komprehensif.
1. Pemahaman terhadap Black Campaign Sebelum Perlakuan Data hasil penelitian pemahaman pemilih pemula terhadap black campaign dapat diuraikan menjadi pernayataan dalam kuisioner, sebagai berikut : a. Pemahaman Black Campaign Tidak Berbeda dengan Negative Campaign Tabel 3. 1Tabel Pemahaman terhadap Anggapan Black Campaign Tidak Berbeda dengan Negative Campaign No Jawaban Persentase Jawaban Sebelum Perlakuan 1
Sangat Setuju
20.00
2
Setuju
26.67
3
Netral
26.67
4
Tidak Setuju
20.00
5
Sangat Tidak Setuju
6.67
Total
100.00
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden menganggap bahwa Black campaign tidak berbeda dengan negative campaign,hal tersebut terlihat dari presentase jawaban sangat setuju dan setuju sebesar 46,67% dan tidak setuju dan sangat tidak setuju sebesar yaitu 26,67%. b. Pemahaman black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon
Tabel 3. 2Tabel Pemahaman Responden tentang Black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon No Jawaban Persentase Jawaban
Sebelum Perlakuan 1
Sangat Setuju
0.00
2
Setuju
6.67
3
Netral
60.00
4
Tidak Setuju
33.33
5
Sangat Tidak Setuju
0.00
Total
100.00
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden berpendapat netral cenderung menganggap bahwa Black campaign hanya berisi bualan ataufitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon hal tersebut terlihat dari presentase jawaban netral dan tidak setuju dalam kisaran sebesar 33.33 - 60%. c. Pemahaman Black campaign pada media sosial terutama twitter, Black campaign pada pemilu 2014 lebih sering saya temui di media sosial terutama twitter Tabel 3. 3 Tabel black campaign pada pemilu 2014 lebih sering saya temui sosial terutama twitter No
Jawaban
Persentase Jawaban Sebelum Perlakuan
1
Sangat Setuju
40,00%
2
Setuju
6,67%
3
Netral
0%
4
Tidak Setuju
33,33%
5
Sangat Tidak Setuju
20,00
Total
100,00
di media
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden menemui dan memahami bahwa banyak akun twitter yang menyuarakan black campaign meskipun persentase
pada
kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden berpendapat sangat setuju dan setuju sebesar 46,67% dan tidak setuju dan sangat tidak setuju 53,33%. 2. Pemahaman terhadap Black Campaign Sesudah Perlakuan Data hasil penelitian pemahaman pemilih pemula terhadap black campaign dapat diuraikan menjadi pernayataan dalam kuisioner, sebagai berikut : a. Pemahaman Black Campaign Tidak Berbeda dengan Negative Campaign Tabel 3. 4Tabel Pemahaman terhadap Anggapan Black Campaign Tidak Berbeda dengan Negative Campaign No Jawaban Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan 1
Sangat Setuju
13.33
2
Setuju
0.00
3
Netral
20.00
4
Tidak Setuju
46.67
5
Sangat Tidak Setuju
20.00
Total
100.00
Berbeda setelah perlakuan, responden berpendapat bahwa black campaign berbeda dengan negative campaign terlihat dari jawaban sangat setuju yang menurun menjadi 13,33%, dan naik drastis pada jawaban tidak setuju sebesar 46,67%, dan sangat tidak setuju sebesar 20,00%. Dari data presentase tersebut diketahui bahwa ada perubahan pemahaman dari responden setelah mendapatkan treatment , yaitu terdapat perbedaan antara Black campaign dengan negative campaign.
b. Pemahaman black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon Tabel 3. 5
Tabel Pemahaman Responden tentang Black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon
No
Jawaban
Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan
1
Sangat Setuju
40.00
2
Setuju
33.33
3
Netral
13.00
4
Tidak Setuju
6.67
5
Sangat Tidak Setuju
6.67
Total
100.00
Berbeda setelah perlakuan, responden berpendapat bahwa Black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon, terlihat dari jawaban sangat setuju dan setuju yang naik drastis menjadi kisaran 33.33% - 40,00 dan jawaban netral dan tidak setuju menurun menjadi kisaran 6.67% - 13,00%. Dari data presentase tersebut diketahui bahwa ada perubahan pemahaman dari responden setelah mendapatkan treatment , yaitu black campaign hanya berisi bualan atau fitnah, bukan fakta – fakta kotor yang dimiliki kandidat calon. c. Pemahaman Black campaign pada media sosial terutama twitter, Black campaign pada pemilu 2014 lebih sering saya temui di media sosial terutama twitter
Tabel 3. 6 Tabel black campaign pada pemilu 2014 lebih sering saya temui di media sosial twitter No
Jawaban
Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan
1
Sangat Setuju
66,97%
2
Setuju
6,67%
3
Netral
13%
4
Tidak Setuju
6,67%
5
Sangat Tidak Setuju
6,67%
Total
100,00
Berbeda setelah perlakuan, responden berpendapat bahwa responden sering meneumi akun twitter yang menyuarakan black campaign, terlihat dari responden yang menjawab sangat setuju dan setuju sebesar 73,64% dan responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebesar 13,13% Dari data presentase tersebut diketahui bahwa ada perubahan pemahaman dari responden setelah mendapatkan treatment , yaitu responden sering menemui black campaign pada media sosial twitter. 3. Penerimaan Pesan Sebelum Perlakuan Data hasil penelitian pemahaman pemilih pemula terhadap black campaign dapat diuraikan menjadi pernayataan dalam kuisioner, sebagai berikut : a. Saya beranggapan black Campaign merupakan tindakan tidak ada gunanya. Tabel 3. 7
No
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign yang merupakan tindakan tidak ada gunanya Jawaban
Persentase Jawaban Sebelum Perlakuan
1
Sangat Setuju
33,33
2
Setuju
40,00
3
Netral
26,67
4
Tidak Setuju
0,00
5
Sangat Tidak Setuju
0,00
Total
100,00
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden menganggap bahwa black campaign merupakan tindakan yang tidak ada gunanya. Hal itu ditunjukan dengan jawaban sangat setuju dan setuju sebesar 73,33%. b. Isu – isu Black Campaign mempengaruhi pandangan politik saya Tabel 3. 8
No
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign bahwa black campaign mempengaruhi pandangan politik Jawaban
Persentase Jawaban Sebelum Perlakuan
1
Sangat Setuju
0,00
2
Setuju
60,00
3
Netral
33,33
4
Tidak Setuju
6,67
5
Sangat Tidak Setuju
0,00
Total
100,00
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa isu- isu black campaign cenderung mempengaruhi
pandangan politik responden. Hal itu dapat dilihat dari presentase jawaban setuju sebesar 60%. c. Saya tidak peduli dengan fenomena Black Campaign Tabel 3. 9
No
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign bahwa responden tidak peduli dengan fenomena black campaign Jawaban
Persentase Jawaban Sebelum Perlakuan
1
Sangat Setuju
6,67
2
Setuju
13,33
3
Netral
60,00
4
Tidak Setuju
20,00
5
Sangat Tidak Setuju
0,00
Total
100,00
Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden lebih netral dalam kepedulian terhadap fenomena black campaign, tetapi sebagian lebih cenderung peduli terhadap fenomena black campaign. Hal tersebut ditunjukan dengan presentase jawaban netral 60% dan tidak setuju 20%.
4. Penerimaan Pesan Sesudah Perlakuan
a. Saya beranggapan black campaign merupakan tindakan yang tidak ada gunanya Tabel 3. 10
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign yang merupakan tindakan tidak ada gunanya
No
Jawaban
Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan
1
Sangat Setuju
53,33
2
Setuju
20,00
3
Netral
26,67
4
Tidak Setuju
0,00
5
Sangat Tidak Setuju
0,00
Total
100,00
Terjadi perubahan setelah perlakuan, hanya saja perubahan tidak cukup signifikan, dan tidak cukup untuk merubah kesimpulan, hal itu dapat dilihat dengan hanya terjadi perubahan pada jawaban sangat setuju dan setuju sebesar 73,33%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa responden tetap beranggapan bahwa black campaign merupakan tindakan yang tidak ada gunanya. b. Isu – isu black campaign mempengaruhi pandangan politik saya Tabel 3. 11
No
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign bahwa black campaign mempengaruhi pandangan politik Sesudah Perlakuan Jawaban
Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan
1
Sangat Setuju
6,67
2
Setuju
6,67
3
Netral
33,33
4
Tidak Setuju
40,00
5
Sangat Tidak Setuju
13,33
Total
100,00
Berbeda pada setelah perlakuan dimana ada peningkatan pada jawaban tidak setuju sebesar 40%, dan penurunan pada jawaban setuju menjadi 6,67%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perubahan tanggapan mengenai isu-isu black campaign yang menerpa responden,yaitu mempengaruhi pandangan politik pada saat sebelum perlakuan menjadi tidak mempengaruhi pandangan politik setelah perlakuan. c. Saya tidak peduli dengan fenomena black campaign Tabel 3. 12
No
Tabel Penerimaan Pesan Responden tentang Black Campaign bahwa responden tidak peduli dengan fenomena black campaign Sesudah Perlakuan
Jawaban
Persentase Jawaban Sesudah Perlakuan
1
Sangat Setuju
13,33
2
Setuju
33,33
3
Netral
40,00
4
Tidak Setuju
13,33
5
Sangat Tidak Setuju
0,00
Total
100,00
Kemudian terjadi perubahan setelah mendapatkan perlakuan, dimana jawaban sangat setuju dan setuju dalam kisaran 46,66%. Dapat disimpulkan terjadi perubahan kepedulian responden,setelah mendapatkan perlakuan.
A. Analisis data dan temuan Bagian ini akan memamaparkan hasil pengitungan data penelitian dengan program SPSS 23; uji beda dengan T Paired Test, dan Uji deskriptif statistik frequency. 1. Uji Beda dengan T Paired Test a. Variabel pemahaman Black Campaign Uji beda untuk kelompok sebelum dan setelah perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman pemilih pemula terhadap Black Campaign, setelah diberikan perlakuan penelitian yaitu berupa sosialisasi dan diskusi mengenai Black Campaign. Berikut adalah hasilnya:
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pemahaman Black Compaign 42.2667
15
3.03472
.78356
34.6667
15
3.08607
.79682
Sesudah Perlakuan Pemahaman Black Compaign Sebelum Perlakuan
Dari hasil output di atas diketahui bahwa pemahaman Black Campaign pemilih pemula sebelum perlakuan rata – rata responden 34.6667, standar deviasi 3.08607, dan rata – rata standard error 0.79682. dibandingkan sebelum perlakuan, maka terjadi peningkatan sebesar 7.6 setelah diberikan perlakuan penelitian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemberian perlakuan berupa sosialisasi dan diskusi terbuka mengenai black campaign, dapat merubah pemahaman mengenai black campaign pada pemilih pemula sebesar 7.6. Paired Samples Correlations
N Pair 1
Correlation
Sig.
Pemahaman Black Compaign Sesudah Perlakuan 15
.544
.036
&Pemahaman Black Compaign Sebelum Perlakuan
Output diatas menyebutkan bahwa korelasi antara pemahaman Black campaign sebelum dan setelah perlakuan adalah r=0.544 dengan nilai p=0.036. Artinya, berdasar tabel diketahui bahwa korelasi sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
adalah
kuat
dan
signifikan
pada
taraf
kepercayaan
95%
denganp<0.05.
Output diatas dapat digunakan untuk mengetahui hasil uji hipotesis dimana Ho diterima jika nilai signifikan > 0.05, dan Ho ditolak jika nilai signifikan <0.05. Pada
Bab sebelumnya tentang metode penelitian, diketahui bahwa hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: i. Ho Tidak ada pengaruh dan perubahan terhadap pemahaman black campaign pada pemilih pemula setelah mendapatkan perlakuan penelitian berupa sosialisasi dan dialog terbuka tentang black campaign pada pemilu presiden 2014. ii. Ha Terdapat pengaruh signifikan terhadap pemahaman mengenai black campaign pada pemilih pemula setelah mendapatkan perlakuan penelitian berupa sosialisasi dan dialog terbuka tentang black campaign pada pemilu presiden 2014. Diketahui dari hasil output diatas bahwa p=0.00 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. b. Penerimaan Pesan Uji beda untuk kelompok sebelum dan setelah perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penerimaan pesan Black campaign pada pemilih pemula, setelah diberikan perlakuan penelitian yaitu berupa sosialisasi dan diskusi mengenai Black Campaign. Berikut adalah hasilnya:
Dari hasil output di atas diketahui bahwa penerimaan pesan Black Campaign pemilih pemula sebelum perlakuan rata – rata responden 32.2667, standar deviasi 3.43234, dan rata – rata standard error 0.88623. dibandingkan sebelum perlakuan, maka terjadi peningkatan sebesar 6.5333 setelah diberikan perlakuan penelitian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemberian perlakuan berupa sosialisasi dan diskusi terbuka mengenai black campaign, dapat merubah penerimaan pesan black campaign pada pemilih pemula sebesar 6.5333.
Output diatas menyebutkan bahwa korelasi antara pemahaman Black campaign sebelum dan setelah perlakuan adalah r=0.163 dengan nilai p=0.561. Artinya, berdasar tabel diketahui bahwa korelasi sebelum perlakuan dan setelah perlakuan adalah kuat dan signifikan pada taraf kepercayaan 95% dengan p<0.05.
Output diatas dapat digunakan untuk mengetahui hasil uji hipotesis dimana Ho diterima jika nilai signifikan > 0.05, dan Ho ditolak jika nilai signifikan <0.05. Pada Bab sebelumnya tentang metode penelitian, diketahui bahwa hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: i. Ho Tidak ada pengaruh dan perubahan terhadap penerimaan pesan black campaign pada pemilih pemula setelah mendapatkan perlakuan penelitian berupa sosialisasi dan dialog terbuka tentang black campaign pada pemilu presiden 2014. ii. Ha Terdapat pengaruh signifikan terhadap penerimaan pesan black campaign pada pemilih pemula setelah mendapatkan perlakuan penelitian berupa sosialisasi dan dialog terbuka tentang black campaign pada pemilu presiden 2014.
Diketahui dari hasil output diatas bahwa p=0.00 sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima 5. Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi
a. Kelompok Sebelum Perlakuan i. Uji Normalitas Data
Diketahui dari output tersebut di atas bahwa semua variabel memiliki nilai p (Asymp. Sig. (2 tailed) lebih dari 0.05. Jadi data semua variabel adalah normal, atau memnuhi persyaratan uji normalitas.
ii. Multikolinearitas
Tampak pada output SPSS tersebut nilai Tolerance untuk variabel pemahaman black campaign adalah 1,000. Karena nilai tersebut adalah 1, model regresi pada kelompok sebelum perlakuan ini telah memnuhi asumsi klasik tentang multikolinearitas. iii. Otokorelasi
Nilai Durbin Watson (DW) diketahui dari output penghitungan adalah 1,768. DW tabel pada p=0,05, N=15, dan K (jumlah variabel bebas)=1 adalah dU=1,361. Karena nilai DW lebih besar dari dU dan lebih kecil dari 4dU=2,639 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi.
iv. Linearitas
Dari output diatas, pada bagian Deviation From Linearity diketahui bahwa hubungan antara pemahaman black campaign dengan penerimaan pesan black campaign menghasilkan nilai F=0,908 dengan p=0,571 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% tidak terjadi penyimpangan signifikan terhadap linearitas, p>0,05. Jadi model ini telah memenuhi asumsi klasik regresi. v. Heteroskedastisitas
Pada scatter plot (diagram pencar) di atas tidak terlihat membentuk suatu pola tertentu. Jadi regresi terbebas dari hetroskedastisitas atau memenuhi uji asumsi klasik regresi b. Kelompok Setelah Perlakuan i. Uji Normalitas Data
Diketahui dari output tersebut di atas bahwa semua variabel memiliki nilai p (Asymp. Sig. (2 tailed) lebih dari 0.05. Jadi data semua variabel adalah normal, atau memnuhi persyaratan uji normalitas. ii. Multikolinearitas
Tampak pada output SPSS tersebut nilai Tolerance untuk variabel pemahaman black campaign adalah 1,000. Karena nilai tersebut adalah 1, model regresi pada kelompok sebelum perlakuan ini telah memenuhi asumsi klasik tentang multikolinearitas. iii. Otokorelasi
Nilai Durbin Watson (DW) diketahui dari output penghitungan adalah 2,028. DW tabel pada p=0,05, N=15, dan K (jumlah variabel bebas)=1 adalah dU=1,361. Karena nilai DW lebih besar dari dU dan lebih kecil dari 4dU=2,639 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi. iv. Linearitas
Dari output diatas, pada bagian Deviation From Linearity diketahui bahwa hubungan antara pemahaman black campaign dengan penerimaan pesan black campaign menghasilkan nilai F=0,533 dengan p=0,796 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% tidak terjadi penyimpangan signifikan terhadap linearitas, p>0,05. Jadi model ini telah memenuhi asumsi klasik regresi.
v. Heteroskedastisitas
Pada scatter plot (diagram pencar) di atas tidak terlihat membentuk suatu pola tertentu. Jadi regresi terbebas dari hetroskedastisitas atau memenuhi uji asumsi klasik regresi 6. Uji dengan Deskriptif Statistic Frequency a. Variabel pemahaman black campaign i. Pemahaman Black Campaign Sebelum Perlakuan Setelah mengetahui distribusi jawaban responden, selanjutnya akan diberikan gambaran pemahaman mengenai Black Campaign dari responden dengan menggunakan tiga kategori, yakni tinggi, sedang, dan rendah dengan mengacu pada njilai median atau nilai tengah dari total jawaban responden. Dengan gambaran penghitungan sebagai berikut; kategori rendah (total jawaban< median), sedang ( total jawaban = median), dan tinggi ( total jawaban > median). Untuk mendapatkan detail dari penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Total jawaban responden untuk variabel pemahaman Black campaign Pemahaman Black Compaign Sebelum Perlakuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
29.00
1
6.7
6.7
6.7
31.00
2
13.3
13.3
20.0
32.00
1
6.7
6.7
26.7
33.00
1
6.7
6.7
33.3
34.00
1
6.7
6.7
40.0
35.00
3
20.0
20.0
60.0
36.00
3
20.0
20.0
80.0
38.00
1
6.7
6.7
86.7
39.00
1
6.7
6.7
93.3
40.00
1
6.7
6.7
100.0
Total
15
100.0
100.0
Statistics Pemahaman Black Compaign Sebelum Perlakuan N
Valid
15
Missing
0
Mean
34,6667
Median
35,0000
Mode a.
35,00a
Multiple modes exist. The smallest value is shown
Diketahui mean dan median untuk kelompok sebelum perlakuan adalah 34,66 dan 35. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa dari 15 responden kelompok sebelum perlakuan memiliki pemahaman black campaign 6 orang memiliki pemahaman rendah, 3 orang memiliki pemahaman sedang, dan 6 orang memiliki pemahaman tinggi.
ii. Pemahaman Black Campaign Setelah Perlakuan Pemahaman Black Compaign Sesudah Perlakuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
38.00
1
6.7
6.7
6.7
39.00
2
13.3
13.3
20.0
40.00
1
6.7
6.7
26.7
41.00
4
26.7
26.7
53.3
42.00
1
6.7
6.7
60.0
43.00
1
6.7
6.7
66.7
44.00
1
6.7
6.7
73.3
45.00
2
13.3
13.3
86.7
46.00
1
6.7
6.7
93.3
49.00
1
6.7
6.7
100.0
Total
15
100.0
100.0
Statistics Pemahaman Black Compaign Sesudah Perlakuan N
Valid Missing
15 0
Mean
42,2667
Median
41,0000
Mode
41,00
Diketahui mean dan median untuk kelompok sebelum perlakuan adalah 42,26 dan 41. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa dari 15 responden kelompok setelah perlakuan, 4 orang memiliki pemahaman rendah, 4 orang memiliki pemahaman sedang, dan 7 orang memiliki pemahaman yang tinggi mengenai Black Campaign. b. Variabel Penerimaan Pesan Black Campaign i. Penerimaan Pesan Black Campaign Sebelum Perlakuan Setelah mengetahui distribusi jawaban responden, selanjutnya akan diberikan gambaran penerimaan pesan Black Campaign sebelum perlakuan dari responden dengan menggunakan tiga kategori, yakni tinggi, sedang, dan rendah dengan mengacu pada njilai median atau nilai tengah dari total jawaban responden. Dengan gambaran penghitungan sebagai berikut; kategori rendah (total jawaban< median), sedang ( total jawaban = median), dan tinggi ( total jawaban > median). Jika dikaitkan dengan tipe decoding (penerimaan pesan) dalam komunikasi menurut Stuart Hall (Hall, 1980:101), maka ada tiga tipe decoding; a. Dominant hegemonic position (menerima pesan secara terbuka), b. Negotiated position (mempertimbangkan pesan yang diterima), c. Oppotitional position (menolak pesan yang diterima), maka peneliti mengkategorikan responden dengan penerimaan pesan Black Campaign yang rendah sebagai Dominant hegemonic position, sedang sebagai Negotiated position, dan tinggi sebagai Oppotitional position.
Untuk mendapatkan detail dari penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini Penerimaan Pesan Black Compaign Sebelum Perlakuan Frequency Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
27.00
1
6.7
6.7
6.7
30.00
4
26.7
26.7
33.3
31.00
4
26.7
26.7
60.0
32.00
1
6.7
6.7
66.7
33.00
1
6.7
6.7
73.3
34.00
1
6.7
6.7
80.0
36.00
1
6.7
6.7
86.7
38.00
1
6.7
6.7
93.3
40.00
1
6.7
6.7
100.0
Total
15
100.0
100.0
Statistics Penerimaan Pesan Black Compaign Sebelum Perlakuan N
Percent
Valid
15
Missing
0
Mean
32,2667
Median
31,0000
Mode
30,00a
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Diketahui mean dan median untuk kelompok sebelum perlakuan adalah 32,66 dan 31. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa dari 15 responden kelompok sebelum perlakuan menerima pesan black campaign sebagai 5 orang Dominant hegemonic position (menerima
pesan
secara
terbuka)
4
orang
Negotiated
position
(mempertimbangkan pesan yang diterima) , dan 6 orang sebagai Oppotitional position (menolak pesan yang diterima). ii. Penerimaan Pesan Black Campaign Setelah Perlakuan
Setelah mengetahui distribusi jawaban responden, selanjutnya akan diberikan gambaran penerimaan pesan Black Campaign setelah perlakuan dari responden dengan menggunakan tiga kategori, yakni tinggi, sedang, dan rendah dengan mengacu pada njilai median atau nilai tengah dari total jawaban responden. Dengan gambaran penghitungan sebagai berikut; kategori rendah (total jawaban< median), sedang ( total jawaban = median), dan tinggi ( total jawaban > median). Jika dikaitkan dengan tipe decoding (penerimaan pesan) dalam komunikasi menurut Stuart Hall (Hall, 1980:101), maka ada tiga tipe decoding; a. Dominant hegemonic position (menerima pesan secara terbuka), b. Negotiated position (mempertimbangkan pesan yang diterima), c. Oppotitional position (menolak pesan yang diterima), maka peneliti mengkategorikan responden dengan penerimaan pesan Black Campaign yang rendah sebagai Dominant hegemonic position, sedang sebagai Negotiated position, dan tinggi sebagai Oppotitional position. Untuk mendapatkan detail dari penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Penerimaan Pesan Black Compaign Sesudah Perlakuan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
35,00
1
6,7
6,7
6,7
36,00
3
20,0
20,0
26,7
37,00
1
6,7
6,7
33,3
38,00
3
20,0
20,0
53,3
39,00
1
6,7
6,7
60,0
40,00
2
13,3
13,3
73,3
41,00
1
6,7
6,7
80,0
42,00
2
13,3
13,3
93,3
44,00
1
6,7
6,7
100,0
Total
15
100,0
100,0
Statistics Penerimaan Pesan Black Compaign Sesudah Perlakuan N
Valid Missing
15 0
Mean
38,8000
Median
38,0000
Mode a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
36,00a
Diketahui mean dan median untuk kelompok sebelum perlakuan adalah 38,800 dan 38. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa dari 15 responden kelompok sebelum perlakuan menerima pesan black campaign sebagai 5 orang Dominant hegemonic position (menerima pesan secara terbuka) 3 orang Negotiated position (mempertimbangkan pesan yang diterima) , dan 7 orang sebagai Oppotitional position (menolak pesan yang diterima).