FORMULASI PERENCANAAN
III - 1
BAB III FORMULASI PERENCANAAN
3.1.
Dasar Perencanaan Beton Prategang Pada penelitian lanjutan ini, dasar formulasi perencanaan yang akan
digunakan dalam penulisan listing pemrograman juga mencakup seluruh rumusan yang telah digunakan pada kedua penelitian program sebelumnnya. Rumusan – rumusan yang digunakan dalam perhitungan besarnya nilai tegangan awal(Ti) dan nilai eksentrisitas(e) pada balok beton prategang dengan bentuk profil I, diantaranya: A. Tegangan – Tegangan Ijin Tegangan ijin yang dipakai dalam mendesain penampang balok beton prategang dibagi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi awal (sebelum beban hidup bekerja) dan kondisi akhir(setelah beban hidup bekerja penuh). Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 dan PCI batas tegangan tekan dan tarik ijin terhadap serat terluar penampang adalah : 1. Kondisi awal fci = 0,6 x f’ci fti = 0,5 x √ f’ci 2. Kondisi akhir fc = 0,45 x f’c ft = 0,5 x √ f’c dengan : fci = Tegangan tekan ijin beton pada saat transfer tegangan, 14 hari untuk sistem Post-tensioned dan 1 @ 2 hari untuk sistem Pre-tensioned TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 2
fti = Tegangan tarik ijin beton pada saat transfer tegangan, 14 hari untuk Post-tensioned dan 1 @ 2 hari Pre-tensioned fc = Tegangan tekan ijin beton pada umur 28 hari ft = Tegangan tarik ijin beton pada umur 28 hari B. Analisis Bentuk Penampang Dari bentuk penampang I yang didesain, analisis yang dilakukan berupa perhitungan Luas, Momen Inersia, Jarak Titik Berat Penampang terhadap serat atas dan bawah, serta Statis Momen penampang terhadap serat atas dan serat bawah. Momen Inersia terhadap sumbu X : Ix = I +Ac(Y – Yb)2 Dengan : I =
1 * b * h3 Untuk benda persegi 12
I
=
1 * b * h3 Untuk benda segi tiga 36
Ac = Luas penampang Y = Titik berat penampang Yb = Jarak titik berat Penampang terhadap serat bawah No
Ac
Y
Ac x Y
I
Ac x (Y-Yb)2 2
Ix (I+A(Y-Yb)2)
AcI*YI
1 12
bh 3
AcI x (YI-Yb)
IxI
H − Ft − 13 Tt
AcII*YII
1 36
bh 3
AcII x (YII-Yb)2
IxII
III
H − Ft − 12 ( H − Ft − Fb)
AcIII*YIII
1 12
bh 3
AcIII x (YIII-Yb)2
IxIII
4
IV
Fb + 13 Tb
AcIV*YIV
1 36
bh 3
AcIV x (YIV-Yb)2
IxIV
5
V
1 2
AcV*YV
1 12
bh 3
AcV x (YV-Yb)2
IxV
1
I
H-
2
II
3
1 2
Ft
Fb
ΣAc
Σ Ac.Y
Tabel 1. Langkah Perhitungan Dimensi dan Inersia Penampang
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
Σ Ix
FORMULASI PERENCANAAN
III - 3
C. Pembebanan Pada beton prategang, terdapat dua kondisi yaitu kondisi awal pada saat pemberian gaya prategang dan beban hidup belum bekerja atau struktur hanya menahan beratnya sendiri, dan kondisi akhir ketika beban hidup telah bekerja penuh dan telah mengalami kehilangan sebagian gaya prategang.
a. Tahap Awal Gaya prategang diberikan pada struktur tetapi tidak dibebani oleh beban eksternal hanya akibat berat sendiri, dan beton masih dalam usia muda karena usia beton belum mencapai 28 hari (tegangan tekan beton lebih kecil dari f’c). 1) Tegangan pada bagian serat yang tertarik ≤ fti 2) Tegangan pada bagian serat yang tertekan ≤ fci
b. Tahap akhir Pada tahap ini telah dimasukkan seluruh perhitungan akibat beban yang sesungguhnya (berat sendiri dan beban hidup) yang bekerja pada struktur. Pada tahap ini gaya prategang telah mengalami kehilangan tegangan prategang dan beton telah mencapai kekuatan usia 28 hari (f’c). 1) Tegangan pada bagian serat yang tertarik ≤ ft 2) Tegangan pada bagian serat yang tertekan ≤ fc
D. Perhitungan Ti & e Pengambilan besarnya nilai gaaya prategang awal (Ti) dan eksentrisitas(e) ditentukan oleh daerah aman yang terbentuk melalui substitusi persamaan Ti dan e pada empat buah macam kondisi, yang mencakup:
Kondisi I → f top
=
f bottom = Kondisi II → f top
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
=
Ti Ti * e MD + ≥ fti St Ac St Ti * e Ti MD + ≤ fci Sb Ac Sb R * Ti Ac
-
MD + ML R * Ti * e + St St
(L.2A0.00.058)
≤ fc
FORMULASI PERENCANAAN
III - 4
f bottom = Kondisi III → f top
=
f bottom = Kondisi IV → f top
=
f bottom =
R * Ti R * Ti * e MD + ML + Ac Sb Sb
≥ ft
MD Ti Ti * e + ≥ fti St Ac St R * Ti + Ac
R * Ti * e MD + ML ≥ ft Sb Sb
MD + ML R * Ti R * Ti * e + ≤ fc St St Ac Ti Ac
Ti * e + Sb
MD ≤ fci Sb
E. Kehilangan Gaya Prategang Gaya prategang yang digunakan dalam perhitungan tegangan tidak akan konstan terhadap waktu tetapi akan mengalami reduksi akibat kehilangan sebagian gaya prategangnya yang disebabkan oleh berbagai factor seperti sifat-sifat beton dan baja, pemeliharaan dan keadaan kelembaban, besar dan waktu penggunaan gaya prategang, dan proses prategang. Kehilangan gaya prategang dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kehilangan gaya prategang jangka pendek ♦ Kehilangan gaya prategang akibat gesekan(Friction) Perhitungan berdasarkan ACI :
Te = Ti x e-(µ α + k Lx) Dimana : Ti : Gaya prategang pada ujung kabel Te : Gaya prategang pada posisi x dari ujung kabel Lx : Panjang kabel diukur dari ujung kabel ke lokasi x (diproyeksikan secara horisontal)
α : Perubahan sudut antara ujung kabel dan lokasi x µ : Koefisien kelengkungan TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
k
III - 5
: Koefisien wobble
♦ Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton (Elastic shortening) Perpendekan elastis pada beton tidak diperhitungkan karena tidak terjadi apabila penarikan tendon atau kabel dilakukan secara serentak dan kehilangan tegangan diukur setelah penarikan tendon.
♦ Kehilangan gaya prategang akibat angkur slip (Slip of Anchorage) Yaitu tergelincirnya angkur pada saat peralihan tegangan dari tendon ke angkur sehingga menyebabkan kehilangan gaya pretagang yang nilainya ratarata sebesar 2,5 mm tergantung dari jenis baji dan tegangan pada kawat. Rumus kehilangan tegangan akibat angkur slip :
LAs = Es.∆ / L Dimana : L As: Kehilangan gaya prategang akibat angkur slip Es : Modulus elastisitas baja
∆ : Angkur slip yang terjadi L : Panjang Kabel (Diproyeksikan secara horizontal)
b. Kehilangan gaya prategang jangka panjang ♦ Kehilangan gaya prategang akibat rangkak (Creep) Rangkak adalah deformasi atau aliran lateral akibat tegangan longitudinal yang terjadi akibat beban yang terus menerus selama riwayat pembebanan suatu elemen structural sehingga mengalami tambahan regangan yang mengurangi besarnya gaya prategang awal seiring berjalannya waktu.
CR = (UCR) (SCF) (MCF) (PCR) (ƒcs) Dimana : CR : Kehilangan akibat rangkak UCR: Kehilangan batas akibat rangkak
♦ Beton berat normal (BJ = 2,4 t/m3)
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 6
o Sistem pengerasan dipercepat UCR = 63 - 20Ec/106 ≥ 11 o Sistem pengerasan basah (moist curing) tidak lebih dari 7 hari UCR = 95 - 20Ec/106 ≥ 11 ♦ Beton berat ringan (BJ < 2,4 t/m3) o Sistem pengerasan dipercepat UCR = 63 - 20Ec/106 ≥ 11 o Sistem pengerasan basah (moist curing) tidak lebih dari 7 hari UCR = 76 - 20Ec/106 ≥ 11 PCR
(
= (AUC)t – (AUC)t1
Ec = 33 γ c
ƒcs
2/3
)
fc' ( γc dalam lb/foot3 ; ƒc’ dalam psi )
: Tegangan beton pada lokasi tendon (psi)
Rasio volume terhadap permukaan (inch)
Faktor rangkak SCF
1
1,05
2
0,96
3
0,87
4
0,77
5
0,68
>5
0,68
Tabel 2 Faktor rangkak untuk berbagai rasio volume terhadap permukaan Umur transfer prategang
Periode pengerasan
Faktor rangkak MCF
3
3
1,14
5
5
1,07
7
7
1,00
10
7
0,96
20
7
0,84
30
7
0,72
40
7
0,60
(hari)
Tabel 3 Faktor rangkak untuk berbagai umur prategang dan periode pengerasan.
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 7
Waktu setelah transfer prategang
Bagian dari rangkak batas,
(hari)
AUC
1
0,08
2
0,15
5
0,18
7
0,23
10
0,24
20
0,30
30
0,35
60
0,45
90
0,51
180
0,61
365
0,74
Akhir umur layan
1,00
Tabel 4 Variasi rangkak menurut waktu setelah transfer prategang
♦ Kehilangan gaya prategang akibat susut (Shrinkage) SH = (USH) (SSF) (PSH) Dimana : SH = Kehilangan tegangan kibat susut USH
= 27000 – 3000Ec/106 (Untuk beton berat normal)
USH
= 41000 – 10000Ec/106 (Untuk beton berat ringan)
USH ≥ 12000 psi Ec
= Modulus elastisitas beton (psi)
PSH
= (AUS)t –(AUS)t1 Rasio volume terhadap permukaan Faktor rangkak (inch)
SSF
1
1,04
2
0,96
3
0,86
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 8
4
0,77
5
0,69
6
0,60 Tabel 5. Faktor susut untuk berbagai rasio volume terhadap penampang Waktu setelah akhir pengerasan
Bagian dari susut batas
(hari)
AUS
1
0,08
3
0,15
5
0,20
7
0,22
10
0,27
20
0,36
30
0,42
60
0,55
90
0,62
180
0,68
365
0,86
Akhir dari umur layan
1,00
Tabel 6 Koefisien susut untuk berbagai waktu pengerasan
♦ Kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja Akibat relaksasi baja kehilangan gaya prategang pada selang waktu antara t1 sampai dengan t dapat diperkirakan dengan rumus-rumus sebagai berikut ini. Sifat baja reklaksasi rendah dapat diperoleh dengan cara pemanasan dan penarikan yang dilakukan secara bersamaan pada saat proses pembuatannya. Untuk Baja bebas prategang :
RET = ƒst {(log 24t – log24 t1)/10}{(ƒst/ƒpy) – 0,55} ƒpy = 0,85ƒpu Untuk baja relaksasi rendah :
RET = ƒst {(log 24t – log24 t1)/45}{(ƒst/ƒpy) – 0,55} ƒpy = 0,90ƒpu TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 9
Dimana : RET = Kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja
ƒst = Tegangan yang terjadi pada strain ƒpu = Tegangan batas strand Pada struktur beton prategang sistem post-tensioned semua kehilangan gaya prategang di atas terjadi secara keseluruhan, kecuali kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis apabila jika penarikan kabel dilakukan secara serentak. Sedangkan pada struktur beton prategang sistem pretension tidak terjadi kehilangan gaya prategang akibat gesekan dan angkur slip, Maka gaya prategang efektif adalah gaya prategang awal setelah dikurangi total seluruh kehilangan sebagian gaya prategang akibat perpendekan elastis, rangkak, susut, relaksasi baja, angkur slip, dan gelombang serta gesekan antara tendon dengan duct.. Total kehilangan gaya prategang rata – rata yang diijinkan adalah sekitar 25% untuk pratarik dan 20% untuk pasca-tarik. Pada penentuan besarnya faktor reduksi awal gaya prategang, nilai tersebut diasumsikan dengan mempertimbangkan besarnya prosentase total rata – rata kehilangan gaya prategang berdasarkan ketentuan diatas.
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
3.2.
III - 10
PROGRAM KOMPUTER (FLOWCHART PROGRAM)
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 11
Penampang Aman?
Gambar 3.1. Flowchart Utama TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 12
• Perhitungan Ti & e Prosedur 1 START
Substitusi persamaan kondisi I MD MD ) * Ac * St ) * Sb } − {(( fci + ) * Ac * Sb ) * St }] St Sb e1 = MD MD Ac * [ −{( fci + ) * Ac * Sb } − {( fti − ) * Ac * St }] Sb St MD [( fti − ) * Ac * St ] St Ti1 = [ St − (e1 * Ac)] [{(( fti −
Substitusi persamaan kondisi II MD + ML MD + ML ) * Ac * St ) * Sb} − {(( ft + ) * Ac * Sb) * St}] St Sb e2 = MD + ML MD + ML Ac * [−{ fc − ) * Ac * St} − {( ft + ) * Ac * Sb}] Sb St MD + ML [( fc − ) * Ac * St ] St Ti2 = R * [ St − (e2 * Ac)]
[{(( fc −
Substitusi persamaan kondisi III MD MD + ML ) * Ac * St ) * R * Sb} − {(( ft + ) * Ac * Sb) * St}] St Sb e3 = MD + ML MD Ac * {−{( ft + ) * Ac * Sb} − {(( fti − ) * Ac * St ) * R}] Sb St MD [( fti − ) * Ac * St ] St Ti3 = [ St − (e3 * Ac)]
[{(( fti −
A TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 13
A
Substitusi persamaan kondisi IV MD + ML MD ) * Ac * St ) * Sb} − {(( fci + ) * Ac * Sb) * R * St}] St Sb e4 = MD MD + ML Ac * [{−(( fci + ) * Ac * Sb) * R} − {( fc − ) * Ac * St}] Sb St MD [{ fci + ) * Ac * Sb] Sb Ti4 = [ Sb + (e4 * Ac)] [{(( fc −
Grafik Daerah Aman Ti & e
END Gambar 3.2. Flowchart Prosedur 1
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 14
Prosedur 2 (Pengecekan keamanan nilai Ti & e yang diambil terhadap tegangan ijin penampang)
START
Input Ti & e dari display grafik
Perhitungan Tegangan Yang Terjadi Pada Kondisi Awal =
Ti Ti * e MD − + Ac St St
fbottom =
Ti Ti * e MD + − Ac Sb Sb
ftop
Pada Kondisi Akhir =
R * Ti R * Ti * e ( MD + ML) − + Ac St St
fbottom =
R * Ti R * Ti * e ( MD + ML) − + Ac Sb Sb
ftop
ftop-awal ≥ fti fbottom-awal ≤ fci ftop-akhir ≤ fc fbottom-akhir ≥ ft
Ya
END Gambar 3.3. Flowchart Prosedur 2 TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
Tidak
FORMULASI PERENCANAAN
III - 15
• Perhitungan Kehilangan Tegangan (Real Losses Of Prestressed) Prosedur 3.1 (Kehilangan tegangan akibat gesekan dan gelombang)
START
Lay Out Tendon Parabola α = 8e/L
Perhitungan Gaya Prategang Efektif : Te1 = Ti. e-(µα + K.L) Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan dan Gelombang : LFr = Ti – Te1
END Gambar 3.4. Flowchart Kehilangan Tegangan akibat Gesekan dan Gelombang
Prosedur 3.2 (Kehilangan tegangan akibat angkur slip)
START Perhitungan kehilangan Gaya Prategang akibat Angkur Slip : LAs = Es . ∆/ L END Gambar 3.5. Flowchart Kehilangan Tegangan Angkur Slip
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 16
Prosedur 4.1 (Kehilangan tegangan akibat rangkak sebelum beban hidup bekerja)
START Hitung Ec Ec = 33. γc3/2.f’c1/2
Ya
Beton Berat normal
Pengerasan Basah
Tdk
UCR = 63 – 20.Ec / 106
Tdk
Ya UCR = 95 – 20.Ec / 106
Pengerasan Basah
UCR = 63 – 20.Ec /106
Ya UCR = 76 – 20.Ec / 106
UCR < 11
Ya
Tdk Perhitungan Ac / Kc Perhitungan SCF ( Tabel 3, T.Y. LIN, Hal. 321 ) B
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
UCR = 11
Tdk
FORMULASI PERENCANAAN
III - 17 B
Pengerasan Basah
Tdk
MCF = 1
Ya Perhitungan MCF ( Tabel 4, T.Y. LIN, Hal. 321 )
Perhitungan AUC Setelah Transfer Tegangan : AUCt ( Tabel 5, T.Y. LIN, Hal. 321 )
Perhitungan PCR, PCR = AUCt
WD = Ac.γc
Lay Out Tendon Parabola
Tdk
MD = 0
Ya MD = WD.L8 / 8
fcs = ( Te / Ac ) + ( Te.eb2 / Ic ) – ( MD. eb / Ic )
CR = UCR.SCF.MCF.PCR. fcs % LCR = ( CR / fst ) * 100 % END Gambar 3.6. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Rangkak-i TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 18
Prosedur 4.2 (Kehilangan tegangan akibat susut sebelum beban hidup bekerja)
START
Tdk
Beton Berat normal Ya
USH = 41000-10000Ec/106
USH = 27000-3000Ec/106
USH < 12000
USH = 12000
Tdk Perhitungan SSF ( Tabel 6, T.Y. LIN, Hal. 324
Perhitungan AUS Setelah Akhir Pengerasan : AUSt ( Tabel 7, T.Y. LIN, Hal. 324
Perhitungan PSH, PSH = AUSt
SH = USH.SSF.PSH
% LSH = ( SH / fst ) *100%
END Gambar 3.7. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Susut-i TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 19
Prosedur 4.3 (Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja sebelum beban hidup bekerja)
START
Baja Bebas Prategang
Tdk
Ya fpy = 0,85 fpu
RET = (fst.( log 24 .( tl – tt )) /10 ) * ((fst / fpy) – 0,55 )
Fpy = 0,9. fpu
RET = (fst.( log 24 .( tl – tt )) /45 ) * ((fst / fpy) – 0,55 )
% LRET = ( RET / fst ) *100%
END Gambar 3.8. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja-i
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 20
Prosedur 5.1 (Kehilangan tegangan akibat rangkak pada saat pengukuran kehilangan tegangan) START
AUCt1 = AUCt
Perhitungan AUC Saat Pengukuran Kehilangan Tegangan : AUCt ( Tabel 5, T.Y. LIN, Hal. 321 )
Perhitungan PCR, PCR = AUCt – ACTt1
ML = WL. L2 / 8
MD = WD.L8 / 8
fcs = ( Te / Ac ) + ( Te.eb2 / Ic ) – ( ( MD + ML ). eb / Ic )
Pengerasan Basah
Tdk
CR = UCR.SCF.PCR. fcs
Ya CR = UCR.SCF.MCF.PCR. fcs
% LCR = ( CR / fst ) * 100 %
END Gambar 3.9. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Rangkak-n TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 21
Prosedur 5.2 (Kehilangan tegangan akibat susut pada saat pengukuran kehilangan tegangan)
START
AUSt1 = AUSt
Perhitungan AUS Saat Pengukuran Kehilangan Tegangan : AUSt ( Tabel 7, T.Y. LIN, Hal. 324
PSH = AUSt – AUSt1
SH = USH.SSF.PSH
% LSH = ( SH / fst ) *100%
END Gambar 3.10. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Susut-n
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 22
Prosedur 5.2 (Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja pada saat pengukuran kehilangan tegangan)
Mulai
Baja Bebas Prategang
Tdk
Ya fpy = 0,85 fpu
RET = (fst.( log 24 .( tn – tt ) – log 24(tl - tt))/10 ) * ((fst / fpy) – 0,55 )
Fpy = 0,9. fpu
RET = (fst.( log 24 .( tn – tt ) – log 24(tl - tt))/45 ) * ((fst / fpy) – 0,55 )
% LRET = ( RET / fst ) *100%
Selesai Gambar 3.11. Flowchart Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja-n
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
3.3.
III - 23
CARA MENJALANKAN PROGRAM
INPUT ¾ Material properti o
Mutu Beton (f’c)
: Mpa
o
f’ci
: Mpa
o
γ beton
: N/mm3
o
Bentang
:m
o
R(faktor reduksi)
o
Jenis beton
: Beton berat normal / Beton berat ringan
o
Jenis pengerasan
: Pengerasan basah / Pengerasan dipercepat
o
Umur beton saat transfer tegangan
: hari
o
Umur beton saat bebah hidup bekerja
: hari
o
Umur beton saat pengukuran kehilangan tegangan
: hari / tahun
Bentuk form input material properti pada program:
Gambar 3.12. Form Input Material Properti
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 24
¾ Geometri
H
: mm Ft
: mm
Bt
: mm Fb
: mm
Bb
: mm Tt
: mm
W
: mm Tb
: mm
Bentuk form input geometri pada program:
Gambar 3.13. Form Input Geometri ¾ Momen o
Momen luar akibat beban mati
: KNm
o
Momen luar akibat beban hidup
: KNm
Nilai dari momen – momen tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan secara mekanika tersendiri diluar program. Bentuk form input momen pada program:
Gambar 3.14. Form Input Momen TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 25
¾ Strain dan Angkur o
Nama strain
o
Luas Penampang (As)
: mm2
o
Tegangan batas (fpu)
: Mpa
o
Modulus elastisitas (Es)
: Mpa
o
Koefisien Wobble (K)
o
Koefisien kelengkungan (µ)
o
Slip angkur
: mm
o
Jenis strain
: Baja bebas prategang/Baja relaksasi rendah
Bentuk input pada program:
Gambar 3.15. Form Input strain dan Angkur
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
III - 26
OUTPUT DISPLAY
♦
Karakteristk Penampang
Gambar 3.16. Form Output Karakteristik Penampang ♦
Momen
Gambar 3.17. Form Output Jumlah Momen ♦
Ti dan e
Gambar 3.18. Form Output Gaya Prategang(Ti) dan Eksentrisitas(e)
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)
FORMULASI PERENCANAAN
♦
III - 27
Grafik Ti dan e
Gambar 3.19. Form Output Grafik Ti dan e ♦
Real Losses dan pengecekan penampang dengan Losses yang sebenarnya
Gambar 3.20. Form Output Real Losses dan Re-Checking Tegangan TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : Edo Hartanto
(L.2A0.00.058)