BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sistem Pendukung Keputusan
1.
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan
merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan manipulasi data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Menurut Bonczek (dalam Turban, 2005), Sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang terdiri atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Menurut Keen (dalam Turban, 2005), Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang dibangun lewat sebuah proses adaptif dari pembelajaran, pola-pola penggunan dan evolusi sistem.
2.
Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan Menurut Hermawan (2005), Proses pengambilan keputusan melibatkan 4
tahapan, yaitu :
4
a. Tahap Intelligence Dalam tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi sehingga kita bisa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah yang sedang terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke subsistem pembentuknya. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah. b. Tahap Design Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi. c. Tahap Choice Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap design yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen solusi dan rencana implentasinya. d. Tahap Implementation Dalam tahap ini pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.
4
3.
Komponen Sistem Pendukung Keputusan Menurut Hermawan (2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas tiga
komponen penting, yaitu: 1)
Manajemen Data Data Management melakukan pengambilan data yang diperlukan baik dari database yang berisi data internal maupun database yang berisi data eksternal. Jadi, fungsi komponen data ini sebagai pengatur data-data yang diperlukan oleh Sistem Pendukung Keputusan.
2)
Manajemen Model Model Management melalui Model Base Management melakukan interaksi baik dengan User Interface untuk mendapatkan perintah maupun Data Management untuk mendapatkan data yang akan diolah. Jadi, tujuan dari Model Management adalah untuk mengubah data yang ada pada Database menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.
3)
Antarmuka Pengguna User Interface digunakan untuk berinteraksi antara user dengan DSS, baik untuk memasukkan informasi ke sistem maupun menampilkan informasi ke user. Karena begitu pentingnya komponen user interface bagi suatu sistem DSS, maka harus bisa merancang suatu user interface yang bisa mudah dipelajari dan digunakan user dan laporan yang bisa digunakan user serta pelaporan yang bisa secara mudah dimengerti oleh pengguna. Komponen-komponen tersebut membentuk sistem aplikasi sistem pendukung
keputusan yang bisa dikoneksikan ke intranet perusahaan, ekstranet atau internet. 4
Arsitektur dari sistem pendukung keputusan ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut : Other computerbased systems
Data : external and internal
Data management
Model managment
Knowledge manager
Dialog management
[[
Manager (user) Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan (sumber : Turban, 2005)
4.
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban, dkk (dalam Aryanggana, 2010) DSS diharapkan memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut; a.
Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi.
4
b.
Dukungan untuk semu level manajerial, dan eksekutif puncak sampai manajer ini.
c.
Dukungan untuk individu dan kelompok
d.
Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial
e.
Dukungan disemua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, design, pilihan dan implementasi.
f.
Dukungan diberbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
g.
Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambilan keputusan seharusnya reaktif, dapat
menghadapi
perubahan
kondisi
secara
cepat,
dan
dapat
mengadaptasikan DSS untuk itu pengguna dapat menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. h.
Pengguna merasa seperti di rumah.
i.
Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan
j.
Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah.
k.
Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dengan bantuan ahli sistem informasi
l.
Biasanya model-model untuk menganalisa situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.
4
Karakteristik dari DSS tersebut membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih konsisten pada satu cara yang dibatasi waktu.
5.
Metode Sistem Pendukung Keputusan. Beberapa metode yang digunakan dalam pembangunan sistem pendukung
keputusan, diantaranya metode profile matching, Simple Additive Weighting (SAW), Analytical Hierarchy Process (AHP), Premethe dan lain sebagainya. a.
Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini dapat
memecahkan masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, Struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. 1.
Prinsip dasar AHP. Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang
harus dipahami, diantaranya adalah (Kusrini, 2007) : 1. Membuat Hierarki Sistem yang kompleks bisa di pahami dengan memecahnya menjadi elemenelemen
pendukung,
menyusun
elemen
secara
hierarki,
dan
menggabungkannya atau mensintesisnya. 2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan menurut saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik 4
untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan saaty bisa di ukur menggunakan tabel analisis seperti ditunjukan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Nilai Skala Perbandingan Berpasangan INTENSITAS KEPENTINGAN 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan
KETERANGAN Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i
3. Menentukan prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan mate-matika.
4
4. Konsistensi Logis Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan
sesuai
dengan
keseragaman
dan
relevansi.
Kedua,
menyangkut tungkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.
Langkah-langkah metode AHP Langkah-langkah dalam metode AHP meliputi (Kusrini, 2007) :
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalahdengan menetapkan tujuan yang merupak sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2.
Menentukan prioritas elemen
a.
Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b.
Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3.
Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah : 4
a.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b.
Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4.
Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a.
Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
b.
Jumlahkan setiap baris.
c.
Hasil dari penjumlahanbaris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d.
Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut maks.
5.
Hitung consistency index (CI) dengan rumus :
Dimana n = banyaknya elemen. 6.
Hitung rasio konsistensi/consistency ratio (CR) dengan rumus :
4
Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistensy Index IR = Index Random Consistency 7.
Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks random kansistensi (IR) bisa dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Daftar Indeksi Random Konsistensi (IR) Ukuran Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai IR 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
4
B.
Pemilihan Pengawas Sekolah
1.
Pengertian Pengawas Sekolah Menurut Sulipan (2009), Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawas sekolahan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah.
2.
Tugas Pokok Pengawas Sekolah Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.
C.
Penelitian Terkait Penelitian sebelumnya mengenai pemilihan pengawas menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) belum pernah dilakukan, namun penelitian dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa dalam tugas akhir maupun skripsi. 4
Penelitian sebelumnya telah dilakukan Azwany (2010) dengan mengangkat topik mengenai sistem pendukung keputusan pemberian kredit usaha rakyat pada Bank Syariah Mandiri cabang Medan menggunakan metode Analytical Hierarcy Proses (AHP). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa metode Analytical Hierarcy Proses (AHP), dapat menyelesaikan masalah pada penelitian ini yaitu pengurutan hasil akhir sistem dari nilai tertinggi hingga terendah dan penggunaan tampilan grafik/diagram dalam nilai keputusan akhir dapat mengefisienkan waktu pihak Bank dalam mengambil keputusan dan dapat memudahkan pihak Bank dalam membaca data nilai nasabah yang dihasilkan.
4