BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manfaat Menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995; 626), kata
manfaat diartikan sebagai; “guna, faedah “. Jadi manfaat dalam penelitian iadalah merupakan bentuk kegunaan. Dalam hal ini, penelitian diarahkan pada bagaimana informasi akuntansi membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Sedangkan manfaat yang diberikan yaitu manfaat informasi anggaran biaya produksi.
2.2
Budget ( Anggaran) Setiap perusahaan baik yang berorientasi pada laba maupun yang tidak
didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pada perusahaan yang berorientasi pada laba, tujuan utamanya adalah memperoleh laba yang optimal, sedangkan pada perusahaan yang tidak berorientasi pada laba tujuannya adalah memberikan pelayanan atau jasa yang dapat memuaskan konsumennya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka manajemen perusahaan melakukan berbagai fungsi manajerial untuk mengendalikan aktivitas perusahaan. Manajemen menetapkan tujuan dan sasaran, kemudian menetapkan rencanarencana untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Kedua hal yang dilakukan manajemen itu merpakan dua fungsi utama manajerial, yaitu; perencanaan dan pengendalian perusahaan. Planning (perencanaan) ialah proses menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan pemilihan langkah-langkah yang harus dilakukan untruk memcasp[ai tujuan tersebut. Sedangkan Controlling (pengendalian) merupakan proses untuk menyakinkan telah dilakukannya tindakan untuk mencai tujuan perusahaan tersebut. Untuk melakukan kedua fungsi tersebut, diperlukan suatu alat dan salah satu alat yang dapat digunakan adalah anggaran. Anggaran merupakan suatu
pedoman pelaksanaan aktivitas perusahaan yang menggambarkan taksirantaksiran mengenai penerimaan-penerimaan, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi di masa yang akan dating. Anggaran yang berisi rencana-rencana perusahaan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksakan operasi perusahaan, dan hasil actual dari operasi tersebut akan dibandingkan dengan anggaran untuk mengendalikan jalannya operasi dan menjamin penggunaan sumber daya yang telah dilaksanakan secara optimal. Hasail dari pengendalian ini akan digunakan sebagai feedback bagi perencanaan atau pembuatan anggaran pada periode berikutnya.
2.2.1
Pengertian Anggaran Perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, jika seorang manajer
perusahaan dapat mempergunakan alat bantu dengan baik, yang mempunyai peranan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, salah satunya adalah anggaran. Pengertian anggaran terus-menerus mengalami perkembangan. Hingga terdapat banyak pengertian yang digunakan untuk menerangkan istilah anggaran, namun pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Budget (anggaran) merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan. Budgeting (penganggaran) menunjukan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan dalam penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi, pembagian tugas dan perencanaan, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan rencana tersebut. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai anggaran, dibawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian anggaran. Menurut Mulyadi (2001; 488) mengatakan anggaran sebagai berikut: “Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukur lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.”
“Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan program (programming).” Jadi tanpa didasarkan pada proses penyusunan sebenarnya tidak membawa perusahaan ke arah manapun. Menurut Munandar (2000; 1), pengertian anggaran sebagai berikut: “Anggaran adalahsuatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.” Anggaran menurut Adisaputro dan Marwan (2001; 6) sebagai berikut: “Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis terhadap
pelaksanaan
tanggung
jawab
manajemen
dalam
perencanaan, koordinasi dan pengawasan.” Dari pengeertian tersebut menurut Adisaputro dan Marwan (2001; 6) dapat disimpulkan bahwa: 1. Anggaran perusahaan harus bersifat formal, artinya bahwa anggaran perusahaan disusun dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis. 2. Anggaran harus bersifat sistematis artinya bahwa anggaran perusahaan disusun dengan berurutan dan berdasarkan suatu logika. 3. Bahwa setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan, sehingga anggaran perusahaan merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan beberapa asumsi tertentu. 4. Bahwa keputusan yang diambil oleh seorang manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajemen dari segi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan (2000; 360), mengartikan anggaran yaitu: “Budget is amanagement plan, with the implicit that positive steps will be taken by the budgetee – the manager who prepares the budget – to make actual event correspond to the plan”. Hammer, at.all. yang dialih bahasakan oleh Krista (2004; 13) memberikan penjelasan tentang anggaran, yaitu : “Anggaran adalah pernyataan kuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen. Seluruh tingkatan manajemen sebaiknya terlibat dalam pembuatannya.” Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan, bahwa suatu anggaran menunjukan rencana manajemen dalam bentuk kuantitatif berdasarkan asumsi bahwa langkah-langkah positif akan diambil oleh penyusun anggaran agar realisasi kegiatan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dengan menggunakan sumber daya perusahaan dalam periode tertentu.
2.2.2 Karakteristik Anggaran Menurut Mulyadi (2001; 490) karakteristik anggaran adalah: 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain satuan keuangan, 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun, 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berisi bahwa para manajer setuju untuk menerima langgung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran, 4. Usulan anggaran ditelaah dandisetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggan, 5. Jika anggaran sudah disahkan, maka anggaran tersebut tidak dapat diubah kecuali pada kondisi khusus, 6. Secara
periodik,
penyimpangan.
realisasi
dibandingkan
dengan
anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan (2000; 361), disebutkan bahwa karaktristik anggaran adalah sebagai berikut: 1. It approximates the profit potensial a vailable to the business unit (division) 2. It is stated in monetary terms, although the monetary amount may be backed up by nonmonetary amounts (e.g., unit sold or produced). 3.
It generally covers a period of one year.
4. It countains an element of a management commitment, it that managers agre to accept the responsibility for attaining the budgeted objectives. 5. The budget proposal is reviewed and approved by an authority higher than budgetee. 6. Once approved the budget can be changed only under specific conditions. 7. Preodically actual financial performance is compared to budget and variance are analized and exlained.
Dari pendapat yang telah dikemukan di atas dapat diketahui bahwa suatu anggaran komitmen dari pihak manajemen perusahaan yang dinyatakan dalam satuan moneter dan telah dikaji. Menurut Mulyadi (2001; 511), selain karakteristik-karakteristik secara umum diatas terdapat juga karakteristik anggaran yang baik, yaitu; 1. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung jawaban, 2. Anggaran disusun berdasarkan program. 3. Dibentuk dalam organisasi perusahaan. 4. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian.
2.2.3
Fungsi Anggaran Fungsi anggaran yang pokok adalah alat bantu manajemen dalam
melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian, agar perusahaan dapat menjalankan kegiatan-kegiatannya sehari-hari secara efisien dan efektif. Fungsi anggaran yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001; 502) adalah sebagai berikut; 1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Anggaran
berfungsi
sebagai
alat
komunikasi
internal
yang
menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dan manajer atas. 4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pembanding yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan. 6. Anggaran berfungsi sebagai alat ukur untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
Fungsi anggaran menurut Supriyono (2001; 351), sebagai berikut: 1. Sebagai Fungsi Perencanaan Langkah pertama dalam perencanaan adalah penentuan tujuan, dan tahap berikutnya adalah penentuan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, dan tahap akhir dari perencanaan adalah penyusunan program. 2. Fungsi Koordinasi Anggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasian rencana dan tindakan berbagai unit dan segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara selaras ke arah pencapaian tujuan. Perlu diketahui bahwa koordinasi harus dipisahkan, jadi tidak dapat diharapkan berjalan secara
otomatis karena setiap individu di dalam organisasi mempunyai kepentingan dan persepsi yang berbeda terhadap tujuan organisasi. 3. Fungsi Komunikasi Jika organisasi yang diinginkan berfungsi secara efisien, maka organisasi tersebut harus menentukan saluran komunikasi melalui berbagai unit dalam organisasi tersebut. Komunikasi melalui penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan, rencana, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul. Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi berkomunikasi dan berperanserta
dalam
proses
anggaran.
Selanjutnya,
setiap
orang
bertanggung jawab yerhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya melalui laporan pengendalian periodik. 4. Fungsi Motivasi Anggaran berfungsi pula sebagai alat memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugasnya atau mencapai tujuan. Memotivasi para pelaksana dapat didorong dengan pemberian insentif dalam bentuk hadiah berupa uang, penghargaan, dan sebagainya kepada mereka yang mencapai prestasi. 5. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian kegiatan karena anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen para pelaksana yang ikut berperan serta di dalam penyusunan anggaran tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencara dengan pelaksanaan, sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul apakah sudah menjadi “tanda bahaya” bagi organisasi atau unit-unitnya. Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan balik untuk perbaikan masa yang akan datang.
Menurut Agus Ahyari (2004; 6) Fungsi anggaran antara lain adalah: 1. Sebagai alat perencanaan terpadu Anggaran merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan sehingga penyusunanm anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan dalam perusahaan secara terpadu. 2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan Pelaksanaan kegiatanyang ada dalam perusahaan dapat dilaksanakan dengan pasti, hal ini karena anggaran sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan dan sebagai pedoman dapat menghilangkan keraguraguan. 3. Sebagai alat koordinasi dalam perusahaan Penyusunan
anggaran
melibatkan
seluruh
bagian
dan
dalam
pelaksanaannya berada di bawah satu koordinasi, hal ini karena dalam penyusunan anggaran sudah dipertimbangkan kaitan antara satu bagian dengan bagian lain. 4. Sebagai alat pengawasan yang baik Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan maka manajemen perusahaan akan membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut de4ngan anggaran
yang
telah
ditetapklan
dalam
perusahaan.
Dengan
membandingkan antara apa yang tertuang di dalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapat dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. 5. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan Perusahaan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
operasinya
akan
dapat
mengadakan evaluasi secara rutin setiap kali selesai melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam jangka waktu tertentu misalnya satu tahun sekali manajemen perusahaan akan menyusu evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan mempergunakan anggaran sebagai alat evaluasi. Menurut Gunawan Adisaputro (2001; 52), penyusunan anggaran secara cermat dan baik akan mendatangkan manfaat-manfaat pokok bagi perusahaan, antara lain: 1. Mendorong setiap individu di dalam perusahaan untuk berfikir ke depan. 2. Mendorong terjadinya kerjasama antara masing-masing bagian, karena masing-masing menyadari bahwa mereka tidak dapat berdiri sendiri. 3. Mendorong adanya pelaksanaan asas partisipasi, karena setiap bagian terlibat untuk ikut setra memikirkan rencananya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran berguna untuk membantu pelaksanaan funfsi-fungsi manajemen
terutama fungsi
perencanaan, koordinasi, dan pengendalian.
2.2.4
Manfaat dan Keterbatasan Anggaran Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari anggaran itu, banyak pula
keuntungan yang diperoleh dari pemakaian anggaran, hal ini dikemukakan oleh R.A Supriyono (2001; 44), yaitu: 1. Tersedianya suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah. 2. Membantu manajemen membuat studi awal terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan manajemen untuk mempelajari dengan
seksama masalah tersebut sebelum
diambil
keputusan. 3. Menyediakan cara-cara untuk memformulasikan usaha perencanaan. 4. Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan itu terjadi. 5. Mengembangkan iklim profit minded dalam perusahaan. 6. Membantu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penyusunan rencana operasi sebagai segmen yang ada pada organisasi, sehingga keputusan final dan rencana-rencana tersebut terintegrasi dan komprehensif.
7. Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pe3doman dasar yang sudah ditentukan. 8. Mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengumpulkan modal dan semua usaha-usaha organisasi ke aturan yang paling menguntungkan. 9. Mendorong suatu standar prestasi yang meningkat dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, meninbulkan perasaan berguna dan menyediakan perangsang untuk pelaksanaan yang efektif. 10. Menyediakan tujuan atau sasaran yang merupakan alat ukur atau standar untuk prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual. Meskipun begitu banyak keuntungan yang didapat tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan yang membatasi anggaran, adapun keterbatasan dari anggaran menurut Adisaputro dan Marwan (2001; 53) adalah sebagai berikut: 1. Anggaran disusun berdasarkan estimasi, maka terlaksananya dengan baik kegiatan tersebut tergantung pada ketetapan estimasi. 2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. 3. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu
manajer
dalam
melaksanakan
tugasnya
dan
bukan
menggantinya. 4. Kondisi yang terjadi tidak selalu 100% sama dengan yang diramalkan sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.
2.2.5
Penggolongan Anggaran Suatu perusahaan pasti mempunyai anggaran yang berbeda dengan
perusahaan lainnya. Perbedaan ini tergantung dari jenis usahanya, serta maksud dan tujuan yang hendak dicapai, selain itu juga tergantung pada besarnya ukuran suatu perusahaan.
Menurut Nafarin (2000; 17-18), anggaran dikelompokan dalam beberapa sudut berikut ini; 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari: 1). Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. 2). Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. 2. Menurut cara penyusunannya, anggaran terdiri dari: 1). Anggaran periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran. 2). Anggaran Kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat. 3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari: 1). Anggaran Jangka Pendek (Anggaran Taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. 2). Anggaran Jangka Panjang (Anggaran Strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tashun, anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (Capital Budget). Anggaran jangka panjang tidak harus berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini jika dipadukan disebut “Anggaran Induk (Master Budget)”. Anggaran induk yang mengkoordinasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
1). Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba-rugi. Anggaran operasional antara lain terdiri dari : (1). Anggaran Penjualan (2). Anggaran Biaya Pabrik (3). Anggaran Biaya Bahan Baku (4). Anggartan Biaya Tenaga Kerja Langsung (5). Anggaran Biaya Overhead Pabrik (6). Anggaran Beban Usaha (7). Anggaran Laporan Laba-Rugi 2). Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran rencana. Anggaran keuangan, antara lain terdiri dari: (1). Anggaran Kas (2). Anggaran Piutang (3). Anggaran Persediaan (4). Anggaran Utang (5). Anggaran Neraca 5. Berdasarkan segi kelengkapan: 1). Anggaran Komprehensif, merupakan rangkaian darianggaran perusahaan yang disusun secara lengkap dan menyeluruh dari kegiatan di dalam perusahaan. 2). Anggaran Parsial, merupakan anggaran yang disusun sebagian saja yang meliputi bidang-bidang tertentu saja atau yang mempunyai ruang lingkup yang sangat terbatas.
2.2.6 Penyusunan Anggaran Penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manejer dalam melaksanakan program atau bagian program. Oleh karena itu, anggaran yang telah disusun dan diselesaikan merupakan kesanggupan dan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang telah tercantum dalam anggaran tersebut.
Proses penyusunan anggaran serta pemanfaatan anggaran perusahaan yang telah disusun disebut dengan penganggaran. Secara lebih terperinci proses kegiatan yang tercakup dalam penganggaran antara lain ; 1. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan anggaran. 2. Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-taksiran dalam penyusunan anggaran. 3. Menyusun anggaran serta menyajikannya secara teratur dan sistematis. 4. Pengkoordinasian dan pelaksanaan anggaran. 5. Pengumpulan data dan informaasi untuk keperluan pengawasan kerja, yaitu untuk mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan anggaran. 6. Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan interprestasi dan memperoleh simpulan-simpulan dalam rangka anggaran dibutuhkan partisipasi aktif semua bagian yang ada dalam perusahaan. Menurut Sofyan Harahap (2001; 83) terdapat tiga prosedur penyusunan yang biasa digunakan suatu organisasi, yaitu; 1. Otoriter atau top down budgeting Otoriter adalah prosedur penyusunan anggaran yang ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. 2. Demokrasi atau bottom up budgeting Demokrasi adalah prosedur penyusunan anggaran berdasarkan hasil karyawan. Budget disusun mulai dari bawahan sampai atasan. 3. Campuran atau top down dan bottom up budgeting Campuran adalah prosedur penyusunan gabungan dari kedua metode di atas. Di sini perusahaan menyusun anggaran dari atas dan kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan.
Adapun menurut Supriyono (2001; 348) proses penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis Informasi Masa Lalu
dan Lingkungan Luar yang
Diantisipasikan dan SWOT (Strengh, Weakness, Opportunites, Threats) Manajemen puncak menganalisis informasi masa lalui dan perubahan lingkungan luar yangakan terjadi di masa yang akan datang dapat diketahui melalui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki organisasi dari lingkungan luar. Lingkungan luar yang diselidiki dan dianalisis meliputi : kondisi perekonomian, persaingan, selera konsumen, perkembangan teknologi, sosial, kebijakan pemerintah. 2. Menentukan Perencanaan Strategi Manajemen puncak menyusun perencanaan strategi yaitu dengan penentuan tujuan organisasi dan strategi pokok yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. 1. Mengkomunikasikan Tujuan Organisasi, Strategi Pokok dan Program. Manajemen puncak mengkomunikasikan tyjuan organisasi kepada manajer divisi dan manajer bawahnya serta komite anggaran agar dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara pokok untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Memilih Taktik, Mengkoordinasikan Kegiatan dan Mengawasi Kegiatan. Manejer divisi menyusun pemilih taktik yaitu untuk mimilih cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, manajer departemen membuat
keputusan
pengoperasian
yang
berhubungan
dengan
pengkoordinasian semua kegiatan dibawah departemennya, dan manajer seksi bertanggung jawab untuk merencanakan pengawasan terhadap kegiatan seksinya. 3. Menyusun Usulan Anggaran. Setiap manejer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran untuk bagian organisasi di bawahnya, yaitu departemen. Usulan anggaran semua divisi selanjutnya diserahkan kepada komite anggaran.
4. Menyarankan Revisi Usulan anggaran. Komite anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar terdapat paduan dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan rencana jangka pajang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen puncak. 5. Menyetujui Revisi Usulan Anggaran dan Merakit Menjadi Anggaran Perusahaan. Setelah usulananggaran direvisi oleh setiap divisi yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite anggaran merakit usulan tersebut menjadi anggaran perusahaan. 6. Revisi dan Pengesahan Anggaran Perusahaan Anggaran perusahaan masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan yang resmi setelah dilakukan revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan ke setiap divisi dan bagian organisasi di bawahnya sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dan sekaligus sebagai alat pengendalian.
Mekanisme Penyusunan Anggaran Menurut Gunawan Adisaputro (2001, 46) mekanisme penyusunan anggaran sebagai berikut: “Untuk mencapai tujuan, perusaha seharusnya menyusun anggaran yang merupakan penjabaran secara lebih terperinci dari masingmasing
tujuan
menjadi
program-program
kerja
yang
akan
dilaksanakan.” Di dalam garis besarnya mekanmisme penyusunan anggaran berjalan pararel dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab operasional yang tercermin dalam gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Organisasi Perusahaan
Sumber : Adisaputro,dkk (2003, 47) Komisi Anggaran umumnya berda langsung di bawah direksi. Sebabnya yang
utama ialah
karena
baik
dalam
penyusunannya maupun
dalam
pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian. Dengan menempatkan komisi anggaran ini secara langsung di bawahnya, maka diharapkan anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan. Sehingga anggaran benarbenar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian. Komisi anggaran umunnya bukan merupakan organ yang tetap, melainkan hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu saja, yakni setiap akhir tahun dalam rangka menyusun anggaran untuk tahun berikutnya.
Anggaran Produksi Anggaran produksi ditetapkan untuk menjamin terselenggaranya produksi barang-barang jadi yang telah ditetapkan dalam anggaran penjualan tanpa adanya penumpukan persediaan yang berlebihan dan harus diusahakan agar biaya produksi serendah mungkin. Oleh karena itu, dalam menetapkan anggaran produksi harus pula diperhitungkan jumlah persediaan dari tahun sebelumnya, dan jumlah persediaan yang diinginkan untuk akhir tahun yang bersangkutan.
2.3.1 Pengertian Anggaran Produksi Gunawan Adisaputro (2001;181) mengartikan anggaran produksi dalam arti luas dan arti sempit, sewperti yang dikemukakan dibawah ini: “Definisi anggaran produksi dalam arti luas berupa penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian
kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Karena itu jelas bahwa rencana produksi yang demikian meliputi perencanaan tentang volume produksi, kebutuhan persediaan, bahan baku, tenaga kerja, dan kapasitas produksi. Sedangkan anggaran produksi dalam arti sempit adalah suatu perencanaan volume barang yang harus diproduksi suatu perusahaan agar sesuai dengan volume penjualan yang telah direncanakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran produksi merupakan perkiraan produksi untuk periode tertentu yang dinyatakan dalam jumlah unit output dan belum dinyatakandalam satuan uang.” Setelah anggaran penjualan dan produksi ditetapkan, maka untuk merealissikan anggaran produksi tersebut diperlukan adanya dana. Untuk mengetahui kebutuhan dana tersebut maka harus dibuat manufacturing budget yang terdiri dari anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja, dan anggaran biaya produksi tidak langsung. Untuk mencapai tujuan produksi, yaitu produksi yang murah, penyeleseaian produk tepat pada waktunya dengan kualitas produk yang diinginkan, dibutuhkan adanya keseimbangan yang optimal antara tingkat penjualan, persediaan, dan tingkat produksi. Keseimbangan tersebut hanya dapat dicapai apabila terdapat koordinasi yang baik dari manajer yang mengelola masalah tersebut.
2.1.2
Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi Anggaran produksi merupakan suatu alat perencanaan, koordinasi dan
pengendalian kegiatan produksi. Tujuan anggaran produksi menurut Gunawan Adisaputro (2001, 183) antara lain: 1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direncanakan. 2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai. 3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang dihasilkan akan seminimal mungkin.”
2.3.2
Penyusunan Anggaran Produksi Secara garis besar anggaran produksi disusun dengan menggunakan rumus
umum sebagai berikut;
Gambar 2.2 Anggaran Produksi
Sumber : Adisaputro,dkk (2003, 65) Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan anggaran produksi menurut Gunawan Adisaputro (2001; 183) adalah: 1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Pelaksanaan. Penjelasan langkah-langkah penyusunan anggaran produksi tersebutadalah sebagai berikut; 1. Tahap Perencanaan 1). Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan bagian produksi. 2). Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan. 2. Tahap Pelaksanaan 3). Menentukan kapan baran akan diproduksi Dalam menentukan kapan suatu barang akan diproduksi terlebih dahulu diperkirakan:
(1). Lamanya proses produksi, yaitu jika waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah menjadi barang jadi (2). Jumlah barang yang dihasilkan selama satu periode, dengan melihat kembali anggaran penjualan. 4). Menentukan dimana barang akan diproduksi 5). Menentukan urut-urutan proses produksi 6). Menentukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk mencapai efisiensi. 7). Menyusun program tentang penggunaan bahan mentah, tenaga kerja, pelayanan dan peralatan. 8). Menyusun standar biaya produksi. 9). Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan.
2.4
Anggaran Biaya Produksi Menurut Mulyadi (2001, 14) pengertian biaya produksi adalah sebagai
berikut: “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang disiapkan untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi ; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (Factory overhead cost).”
2.4.1
Anggaran Biaya Bahan Baku Dalam suatu proses produksi dibutuhkan bahan baku yang akan digunakan
dalam kegiatan operasional perusahaan, agar suatu perusahaan dapat bekerja secara efisien, maka perusahaan tersebut memerlukan suatu perencanaan yang matang yang dituangkan dalam bentuk anggaran produksi yang kemudian diperinci lagi menjadi anggaran bahan baku. Dalam perencanaan bahan baku, keselamatan harus direncanakan dan dikendalikan atas bahan baku adalah keselarasan antara kebutuhan pabrik terhadap bahan baku, tingkat persediaan bahan baku, serta jumlah dan waktu pembelian bahan baku. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin tersedianya bahan baku dalam jumlah yang tepat dan untuk menetapkan perencanaan biaya yang tepat. Tujuan penyusunan anggaran bahan baku menurut Gunawan Adisaputro (2001; 241) adalah; 1. Memperbaiki jumlah kebutuhan bahan baku. 2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang dibutuhkan. 3. Sebagai
dasar
untuk
memperkirakan
kebutuhan
dana
yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku. 4. Sebagai dasar penyusunan Product Casting, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi. 5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
2.4.2
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan
selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut sudah digunakan mesin-mesin. Dalam operasinya, mesin-mesin dalam perusahaan tersebut perlu ditangani oleh tenaga manusia, walaupun sudah banyak yang bersifat otomatis. Menurut Gunawan Adisaputro (2001; 259), tenaga kerja yang bekerja di pabrik dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: 1. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau barang yang dihasilkan. 2. Tenaga kerja tidak langsung, yaitu tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik. Anggaran tenaga kerja, seperti halnya biaya anggaran biaya bahan baku hanya merencanakan unsur tenaga kerja langsung. Seperti hal anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja ini juga selalu dikaitkan dengan anggaran produksi.
Perencanaan anggaran tenaga kerja meliputi aspek yang luas sekali, sehingga perlu diperhitungkan secara matang oleh pimpinan perusahaan. Munandar (2000; 143), mengemukakan pengertian anggaran biaya tenaga kerja langsung sebagai berikut: “Anggaran tenaga kerja langsung (direct labor budget) adalah anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang.”
Tujuan utama penyusunan anggaran adalah; 1. Untuk dapat memperikan data tentang juml;ah tenaga kerja langsung dibutuhkan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dalam jam kerja, banyaknya tenaga kerja, serta kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. 2. Untuk memperkirakan biaya tenaga kerja dalam produksi. 3. Untuk membutuhkan uang kas. 4. Untuk menyediakan data guna pengendalian upah . 2.4.2
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tujuan akhir Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan pada umumnya adalah
keuntungan optimal. Tingkat biaya perlu direncanakan secara hati-hati, terutama dalam hubungannya dengan proyeksi arus kas keluar dan pengawasan biaya. Perencanaan biaya yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut, kadang untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Munandar (2000; 157) mengartikan biaya produksi tidak langsung yaitu: “ Anggaran biaya produksi tidak langsung (factory overhead budget) ialah budget yang direncanakan secara terperinci tentang biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis biaya pabrik tidak langsung, jumlah biaya tidak langsung dan kapan biaya pabrik tidak langsung
tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan tempat (departemen) dimana biaya pabrik tidak langsung tersebut terjadi.” Biaya-biaya yang dikelurkan untuk proses produksi sangat kompleks jenisnya. Biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya0biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan tidak langsung.
2.5
Biaya Produksi
2.5.1 Pengertian Biaya Produksi Bagi perusahaan industri, biaya produksi merupakangabungan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Munandar (2001; 14) biaya produksi adalah: “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadai produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead).” Biaya produksi merupakan unsur biaya yang pokok, karena dari biaya produksi tersebut dapat ditentukan harga pokok barang yang dihasilkan dan dijual, sehingga dapat menjadi pedoman untuk menentukan harga jual dan perencanaan.
2.5.2
Unsur-unsur Biaya Produksi
2.5.2.1 Biaya Bahan Baku Pengertian biaya bahan baku (direct material cost) menurut Horngren, at.all. (2003; 40) adalah sebagai berikut: “The acguisition cost of all material that eventually become part of the cost object (say, units finished or in process) and thatcan be traced to that cost object in an economically feasible way)”. Menurut Mulyadi (2001; 295), pengertian bahan baku adalah sebagai berikut:
“Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produksi jadi.” Dari pengertian di atas biaya bahan baku merupakan biaya untuk mendapatkan semua bahan-bahan dalam proses produksi yang dapat dihubungkan secara langsung pada barang jadi yang nantinya akan dijual. Dalam menentukan biaya bahan baku, selain diperhitungkan jumlah uang yang dikeluarkan seharga bahan baku tersebut, juga ikut diperhitungkan biayabiaya lainnya, sehingga nilai bahan baku untuk proses produksi merupakan jumlah kumulatif dari seluruh biayaq perolehan bahan tersebut.
2.5.2.2
Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengertian biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) menurut
Horngren,at.all. (2003; 40) adalah: “The compensation of all manufacturing labour that is considered to
be part of the cost object (say, units finished or in process)
and that can be traced to that cost object in an economically feasible way”. Menurut Mulyadi (2001; 343), pengertian biaya tenaga kerja adalah: “Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan oleh karyawan untuk mengolah produk. Biaya tewnaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk pengguna tenaga kerja manusia tersebut.”
2.5.2.2.1
Biaya Overhead Pabrik Menurut Horngren,at.all. (2003; 40), pengertian biaya overhead
pabrik adalah sebagai berikut: “The compensation of all manufacturing labour that is to be part of the object in an economically feasible way”. Biaya overhead pabrik adalah bagian dari biaya yang terdapat atau terjadi dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung dapat diartikan pada produk yang dihasilkan oleh kegiatan proses produksi.
2.6 Biaya Standar Selain sebagai alat perncanaan, anggaran juga berfungsi sebagai alat pengendalian. Agar anggaran dapat benar-benar digunakan sebagai alat pengendalian, maka penyusunan anggaran harus didasarkan pada biaya standar. Dengan menggunakan biaya standar, penyiapan anggaran untuk semua volume atau bauran produk akan lebih handal dan lebih mudah.
2.6.1
Pengertian Biaya Standar Menurut Mulyadi (2001; 415) biaya standar diartikan sebagai berikut: “Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka dan yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.” Menurut Komarudin (1994; 814) pengertian biaya standar adalah: “Kesatuan biaya yang dipergunakan dalam produksi dengan melalui penetapan pekerja dan bahan yang akan diperlukan, ditambah suatu jumlah standar untuk biaya tetap. Biaya standar tersebut merupakan biaya yang ditetapkan dari hasil tertentu yang diproduksi pada tingkat jumlah tertentu dan dalam keadan yang diperkirakan.” Dari pengertian di atas, maka biaya standar adalah biaya yang ditentukan
di muka sebagai pedoman dalam memproduksi atau beroperasi dalam suatu periode tertentu.
2.6.2
Manfaat dan Keterbatasan Biaya Standar Menurut Mulyadi (2001; 416), ada beberapa biaya standar dalam
perencanaan dan pengendalian, yaitu: 1. Biaya standar merupakan alat penting dalam menilai pelaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Perhatian yang penuh terhadap keadan-keadan yang menyimpang dari biaya standar, akan memberikan pedoman pada manajemen untuk mengurangi biaya. 3. Biaya standar berguna bagi manajemen dalam pembuatan rencana. 4. Biaya standar adalah pengambilan keputusan. Selain manfaat-manfaat tersebut di atas menurut Mulyadi (2001; 417) biaya standar juga memiliki keterbarasan antara lain: 1. Tingkat keketatan dan kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. 2. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku dan tidak fleksibel meskipun dalam perbaikan standar jarang dilakukan.”
Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas menurut Horngren (2003; 237), adalah sebagai berikut: “Efectiviness is the degree to witch of predermined objective to target is met.” Efektivitas menurut Arrens (2003; 738), adalah sebagai berikut: “Efectiviness refers to the accomplishment of objectives where as effciency refers to the resources used to achieve those objectives”. Jadi secara garis besar efektivitas dapat dirumuskan sebagai derajat keberhasilan suatu organisasi dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah dipilih. Semakin tinggi derajat keberhasilan organisasi terhadap nilai pencapaian tujuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut semakin efektif. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa efektivitas produksi adalah suatu kondisi yang menunjang derajat keberhasilan kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu kegiatan produksi dikatakan efektif apabila dapat dikendalikan.
Pengendalian Biaya 2.8.1
Pengertian Pengendalian Biaya Menurut Welch.at.all. (2000; 16) pengendalian biaya adalah: “Control may be defined simple as action necessary to assure that objectives, plan, policies, and standards are being attained”. Dari pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pengendalian adalah
pengarahan aktivitas perusahaan menuju sasaran yang sudah ditetapkan dalam perencanaan dan membandingkan hasil pelaksanaan tersebut dengan rencana yang telah disusun. Dikaitkan dengan biaya, maka fungsi pengendalian diartikan sebagai usdaha mengerahkan pemakaian biaya menurut rencana dan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya yang sudah ditetapkan dalam anggaran dan mengadakan tindakan perbaikan bila terjadi penyimpangan. Seperti yang dikemukakan Madiasmo (2000; 3), pengendalian biaya adalah: “Pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi secara terus-menerus serta membandingkan antara anggaran biaya dan realisasinya.” Pengendalian jika dihubungkan dengan biaya produksi maka dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan cara membandingkan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dalam proses produksi dengan rencana biaya produksi yang dibuat sebelum dimulai kegiatan produksi atau disebut sebagai anggaran biaya produksi. Dedngan demikian dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan kemudian dilakukan analisis terhadap penyebab-penyebab, serta dilakukan tindakan perbaikan yang dianggap peerlu untuk pelaksanaan sselanjutnya.
2.8.2
Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana dengan biaya dibuat sebelum kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya yang terjadi dalam proses
produksi. Dengan cara itu dapat diketahui besarnya penyimpangan tersebut, untuk melakukan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan selanjutnya guna meningkatkan efisiensi biaya produksi. Pengendalian biaya produksi dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan efisiensi biaya produksi. Pengendalian biaya produksi meliputi pengendalian bahan baku, pengendalian tenaga kerja langsung, dan pengendalian biaya overhead pabrik. Dimana pengendalian tersebut dapat dilaksanakan secara optimal. Pengendalian biaya bahan baku dapat berupa pengendalian terhadap pemakaian bahan baku dalam menunjang kelancaran proses produksi dengan tetap memperhatikan efisiensi pemakainya. Pengendalian terhadap pembelian bahan baku untuk menghindari kelebihan dan kekurangan persediaan. Pengendalian tenaga kerja langsung dapat dilakukan melaluui pengawasan jam kerja dan kehadiran karyawan, sedangkan pengendalian biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan penggunaan kapasitas sumber daya overhead (misalnya; mesin, bangunan). Seoptimal mungkin, serta dengan mewlaksanakan dan mengendalikan pembelian sumber-sumber daya tersebut dengan baik untuk tujuan yang bermanfaat. Pengendalian biaya produksi secara operasional akan terjadi lebih efektif dengan menerapkan anggaran, karena anggaran merupakan salah satu alat pengendalian yang penting. Anggaran berfungsi sebagai pedoman bagi penilaian hasil yang dicapai sehingga untuk selanjutnya dapat diketahui seberapa jauh penyimpangan yang terjadi. Setiap pengendalian memiliki tiga unsure dasar; penetapan standar performance, pengukuran performance yang sesungguhnya, dan perbandingan antara performance yang sesungguhnya dengan rencana standar performance yang telah ditetapkan.
2.8.3
Tujuan Pengendalian Biaya Produksi Menurut Wilson and Campbel yang dialihbahasakan oleh Gunawan
Hutauruk (1996; 252) mendefinisikan tujuan pengendalian biaya produksi adalah sebagai berikut:
“Tujuan pengendalian biaya produksi adalah untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang dihendaki, dan pemakaian bahan tertentu, tenaga kerja, usaha atau fasilitas dengan memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi yang ada.” Dari pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa tujuan dari pengendalian biaya produksi adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien dengan menghasilkan per unit produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan seminimal mungkin. Menurut Wilson and Campbel yang dialihbahasakan oleh Gunawan Hutauruk (1996; 317) tujuan tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Untuk pengendalian biaya. 2. Untuk
perencanaan
dan
pengukuran
prestasi
pelaksanaan
(performance). 3. Untuk penetapan harga. 4. Untuk penilaian persediaan. Penjelasan tujuan di atas adalah sebagai berikut: 1. Untuk pengendalian biaya Pengendalian biaya merupakan penggunaan utama dari akuntansi dan analisa biaya produksi. Komponen-komponen biaya utma, yaitu upah, bhan dan overhead pabrik perlu dipisahkan menurut jenis biaya dan menurut pertanggungjawaban. 2. Untuk
perencanaan
dan
pengukuran
prestasi
pelaksanaan
(performance). Yang erat dengan pengendalian biaya adalah penggunaan data biaya untuk perencanaan dan pengukuran prestasi pelaksanaan secara efektif. Sebagai informasi yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan pengendalian, dapat juga dipergunakan untuk perencanaan operasi pengolahan. Analisa biaya dapat
dipergunakan
sebagaibagian
dari
prosesperencanaan,
menetapkan kemungkinan pengaruh dari berbagai tindakan.
untuk
3. Untuk penetapan harga. Suatu tujuan yang kritis dari data biaya adalah untuk menetapkan haga jual, biaya produksi suatu produk tidak perlu merupakan satu-satunya determinan adalah menetapkan harga, tetapi jelas merupakan salah satu dari factor-faktor terpenting. Kebijaksanaan-kebijaksanaan harga yang berhasil selalui mengakui dan memerlukan semua fakta biaya yang tersedia. 4. Untuk penilaian persediaan Salah satu dari tujuan-tujuan pokok system biaya, ialah penetapan harga pokok per unit produk dan penilaian persediaan. Ini juga merupakan prasyarat untuk dapat menetapkan harga pokok penjualan secara cermat dalam perhitungan laba-rugi. Sistem biaya produksi harus mengakui kenyataan ini, dan memasukan perincian-perincian biaya yang cukup terinci untuk dapat mencapai tujuan ini. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa pengendalian biaya produksi bertujuan untuk memperoleh jumlah produksi dan berkualitas dari sejumlah pemakaian bahan tertentu, tenaga kerja, usaha dan atau fasilitas dari biaya yang sesuai dengan yang telah dianggarkan dalam proses produksi dan mencegah terjadinya pemborosan dalam proses produksi.
2.9
Manfaat Anggaran Biaya Produksi dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi Biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik merupakan salah satu unsur biaya tidak dapat dapat dihilangkan dalam suatu proses produksi, karena biaya produksi dapat dijadikan pedoman untuk menentukan harga jual dan perencanaan. Dalam menjalankan aktivitas produksi, perusahaan selalu didadapkan pada permasalahan yang berbeda karena situasi dan kondisi yang selalu berubah-ubah, sehingga perusahaan membutuhkanalat yang dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam mengendalikan kegiatan produksi tersebut agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Alat yang digunakan tersebut adalah Anggaran Biaya Produksi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa anggaran mempunyai fungsi dalam setiap proses pengendalian. Dalam proses pengendalian perencanaan anggaran mempunyai fungsi sebagai suatu alat koordinasi dalam perusahaan dan pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan demikian anggaran biaya produksi dapat menjadi patokan dalam menjalankan usaha perusahaan
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan,
dengan
cara
membandingkan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya produksi. Sehingga apabila terdapat selisih, dapat dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang ada dan dapat mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan produksi dapat tercapai. Hasil dari perbandingan antara anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan dengan realisasi tersebut dapat digunakan pula untuk menilai efektivitas pengendalian biaya produksi pada periode yang bersangkutan. Selain itu dapat dijadikan masukan untuk proses penganggaran di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengendalian biaya produksi periode berikutnya. Apabila anggaran biaya produksi disusun dan ditetapkan dengan memadai dalam suatu perusahaan, maka akan sangat membantu manajemen dalam menjalankan kegiatan produksinya secara efektif dan efisien, sehingga tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang optimal dengan biaya yang wajar dapat tercapai.