Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Umum
Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kegiatan yang melibatkan tenaga kerja, alat dan bahan dalam jumlah besar sehingga dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan sehingga dari sinilah timbul faktor keselamatan kerja, dimana untuk meminimalkan suatu kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi.
Jenis pekerjaan konstruksi ada yang harus dilakukan di bawah tanah, ada yang harus dilakukan di dalam genangan air atau lumpur, di dalam tempat yang lembab dan pada tempat terbuka yang mudah terkena pengaruh cuaca yang dapat menjadi sumber timbulnya penyakit dan gangguan kesehatan sehingga dari sinilah timbul faktor kesehatan kerja bagi para pekerja konstruksi. Kehilangan tenaga kerja akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan, ini berarti akan merugikan semua pihak yang berkepentingan dengan proyek yaitu pemberi kerja, kontraktor dan tenaga kerja itu sendiri beserta keluarganya. Oleh karena itu ketentuan-ketentuan yang telah diatur wajib dilaksanakan dan diterapkan disetiap tempat kerja konstruksi agar ada kepastian perlindungan kerja guna untuk mencapai efektivitas pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) ditempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah usaha-usaha yang dapat menjamin keadaan dan kesempurnaan pekerjaan yaitu baik jasmaniah maupun rohaniah beserta hasil karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri, Pengawas (kepala kelompok kerja), perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja sama yang baik antara semua unsur-unsur tesebut mustahil keselamatan dan kesehatan kerja dapat diwujudkan secara maksimal (Pratiwi A, Henny, 2005).
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 1
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2
Prinsip K-3 Proyek dan Sistim Manajemen
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tersirap pengertian K-3 yaitu : 1.
Secara filosofi K-3 dapat didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
2.
Secara keilmuan K-3 didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3.
a.
Sifat pekerjaan.
b.
Cara kerja.
c.
Proses produksi.
Kelemahan sistim manajemen Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan terhadap peran pentingnya K-3 meliputi : a. Sikap manajemen yang tidak memperhatikan K-3 di tempat
kerja.
b. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan pelimpahan wewenang bidang K-3 secara jelas. c. Sistim dan prosedur kerja yang lunak atau penerapan yang tidak tegas. d. Tidak adanya standar atau kode K-3 yang dapat diandalkan. e. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadiaan yang kurang baik.
Kelemahan sistim manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penyebab kecelakaan, karena sistim manajemenlah yang mengatur unsur – unsur produksi. Sehingga sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan adanya kesalahan manajemen dalam sistim manajemen yang menjadi penyebab masalah proses produksi.
Sedangkan sistim manajemen adalah merupakan rangkaian proses kegiatan manajemen yang teratur dan integrasi untuk mencapai tujuan yang telah Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
ditetapkan. Upaya K-3 sering dikaitkan bahwa pencegahan kecelakaan pada dasarnya adalah penanggulangan resiko kontraktor melalui pengendalian rugi secara keseluruhan. Guna mengatasi permasalahan dan yang tidak memenuhi persyaratan K-3 diperlukan usaha – usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yaitu pengusaha, tenaga kerja maupun pemerintah. Usaha - usaha tersebut pada dasarnya telah tersirat dalam Undang – undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan dan merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1.
Tujuan Umum a. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat di wujudkan peningkatan produksi dan produktifitas kerja. b. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja yang selalu dalam keadaan selamat dan sehat. c. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.
2.
Tujuan Khusus a. Mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. b. Menciptakan mesin, instalasi, pesawat, alat bahan, dan hasil produksi. c. Menciptakan lingkungan kerja dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.
2.3
Pengertian Sistim Manajemen K-3 Proyek
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09 tahun 2008 Sistim manajemen K-3 merupakan bagian dari sistim manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2.3.1. Struktur Organisasi Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses aktivitas kerja. (Lalu Husni, 2003: 142). Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan ini disebut sebagai bahaya kerja. Bahaya kerja ini bersifat potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan bahaya. Jika kecelakaan telah terjadi, maka disebut sebagai bahaya nyata. Program K-3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsur - unsur program dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada ke dalam satu strategi K-3 antara lain : 1. Mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan kebijakan K-3. 2. Membina dan melaksanakan sarana K-3 baik untuk fasilitas produksi yaitu pemesanan peralatan, cara kerja dan alat pelindung maupun untuk hasil produksi, sedikit-dikitnya didasarkan atas peraturan perundangan, akomodasi dan standar. 3. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja guna pengenalan bahaya – bahaya potensial dalam produksi dan produk. 4. Prosedur penyelidikan dan analisa kecelakaan untuk menentukan sebab kecelakaan dan mendapatkan langkah - langkah keselamatan dan kesehatan yang disesuaikan. 5. Catatan dan analisa kecelakaan untuk menentukan kecenderungan kecelakan dan menemukan tindak keselamatan yang diperlukan. 6. Menyelenggarakan latihan tentang azas - azas keselamatan kerja secara umum dan tekniknya untuk semua tenaga kerja yang diperlukan dan instruksi K-3 selama bekerja oleh pengawas untuk semua pekerja. Hubungan pengawasan secara berkala untuk instrusi - instruksi baru, motivasi lanjutan dan menggairahkan K-3 secara umum harus pula dilakukan.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
7. Peralatan perlindungan harus disediakan guna perlindungandiri di lingkungan yang berbahaya. 8. Penelitian tentang perusahaan untuk pengenalan bahaya kesehatan potensial dan untuk mengambil langkah - langkah perlindungan yang sesuai. 9. Fasilitas dan jasa – jasa kesejahteraan untuk penyediaan air minum, tempat atau kantin untuk makan yang nyaman dan bersih serta kemungkinan untuk pemeriksaan medis dan pengobatan. 10. Sistim pertolongan pertama untuk pengobatan dari luka - luka dan kegiatan lain yang diperlukan. 11. Pembentukan organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam bentuk petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Officer) dan (safety committee) dengan penyediaan fasilitas yang memadai dan waktu yang cukup untuk memajukan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 12. Melaksanakan audit interial Program K-3 sebagaimana tersebut diatas hendaknya dibuatkan suatu penjadwalan sesuai dengan urutan prioritas kerugian penggunaan sumber atau unsur - unsur manajemen yang tersedia dan sasaran / target yang hendak dicapai.
2.3.2
Perencanaan
Berdasarkan Undang - undang Nomor 13 tahun 2003 Perencanaan adalah merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap hal – hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka harus dilakukan secara sistematis, terorganisir dan hasilnya harus dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang ada. Hal - hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan K-3 sekurang kurangnya ada empat hal yaitu : 1. Masalah - masalah K-3 yang dihadapi. 2. Program - program kegiatan harus kongkrit dan arahan yang baik untuk pencapaian tujuan dan sasaran K-3.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Cara untuk melaksanakan kegiatan - kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran K-3 dengan memperhatikan sumber - sumber daya, konsisten dan skala prioritas. 4. Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan dan sasaran K-3. Langkah - langkah perencanaan yang perlu diperhatikan oleh setiap perencanaan disarankan sebagai berikut : a. Perencanaan yang efektif dimulai dengan perincian tujuan sasaran K-3 secara lengkap dan jelas, karena tujuan dan sasaran yang tidak jelas akan sulit untuk dimengerti dan sulit untuk merencanakan program - program kegiatan. b. Setelah tujuan dan sasaran K-3 diterapkan langkah berikutnya menentukan program - program kegiatan yang didasarkan pada kebijakan K-3. Kebijakan K-3 adalah suatu pedoman yang mengarahkan sekaligus membatasi tindakan - tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan K-3. c. Menganalisa dan menetapkan cara dan sarana untuk melaksanakan program kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran K-3 berdasarkan kebijakan K-3 yang ditetapkan. d. Cara sebagaimana yang dimaksud meliputi prosedur - prosedur (SOP) baik yang ditetapkan dalam peraturan perundangan, maupun instruksi kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Meliputi organisasi K-3 yang baik fungsional maupun stuktural, perlengkapan, anggaran, dan lain - lain . e. Penunjukan orang - orang yang akan menerima tanggung jawab pelaksana K-3, mulai dari pimpinan puncak, menengah, termasuk juga para tenaga kerja. f. Penentuan sistim pengendalian yang memungkinkan adanya pengukuran atau penelitian dan perbandingan apa yang harus dicapai dan apa yang telah dicapai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
2.3.3 Tanggung Jawab Pembagian tanggung jawab antara fungsi dan kaitannya dengan masalah K-3 juga dilakukan pembagian tanggung jawab menurut jenjang jabatan dalam organisasi. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
Tanggung jawab K-3 antara supervisor dan manajemen adalah tidak sama besar akan tetapi masing - masing pimpinan harus mempunyai ciri K-3 dalam kepemimpinannya. Tanggung jawab yang sangat strategis berada pada petugas pengawas K-3 karena petugas ini membawahi langsung para tenaga kerja dan berbagai jenis pekerjaan (Undang - undang Nomor 13 tahun 2003).
2.3.4 Pelaksanaan Berdasarkan Undang – undang Nomor 13 tahun 2003 dalam pelaksanaan program kegiatan K-3 sebagaimana dituangkan dalam rencana dan program K-3, maka sangatlah mendasar fungsi organik manajemen yaitu menggerakan setiap tenaga kerja yang ada di proyek untuk melakukan aktifitas – aktifitas dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Penggerakan akan selalu berkaitan dengan manusia oleh karena itu penggerakan menghendaki kemampuan seseorang dalam hal para manajemen untuk dapat membangkitkan antusiasme. Mengarahkan dan membimbing para tenaga kerja kearah tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana ditetapkan dalam rencana K-3. Esensi penggerakan ditetapkan dalam program kegiatan K-3 adalah : 1. Mendapatkan orang – orang yang mampu mengerjakan K-3. 2. Menyampaikan kepada seluruh orang yang terlibat dalam proses produksi tentang tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. 3. Menjelaskan apa yang perlu dia lakuakn dan bagaimana melaksanakannya kepada setiap orang yang telah menerima tanggung jawab K-3. 4. Memberikan tanggung jawab, tugas dan wewenang sesuai dengan jenjang jabatan dalam proyek. 5. Membangkitkan rasa percaya diri mengenai kemampuanya dalam pencapaian tujuan dan sarana K-3. Cara – cara fektif yang perlu diketahui oleh setiap manajemen dalam pelaksanaan program kegiatan K-3 antara lain : 1. Buatlah setiap tenaga kerja / orang yang terlibat dalam proses produksi merasa penting.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Berikan pelatihan, pembinaan yang memadai. Misalnya pedoman kerja yang singkat dan jelas. 3. Ajaklah dalam safety rapat dan ciptakan komunikasi timbal balik. 4. Hak timbal balik pekerja supaya diperhatikan dan dibeerikan. 5. Berikan contoh – contoh tidakan yang kongkrit misalnya penggunaan alat pelindung.
2.4
Monitoring dan Evaluasi K-3
Dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja K-3 untuk menentukan tingkat keberhasilan serta menetapkan tindakan perbaikan yang diambil, Proyek dapat melakukan suatu inspeksi, audit internal SMK3 dan audit sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh badan audit independen. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09 tahun 2008 evaluasi penerapan dan monitoring ini merupakan alat yang berguna untuk: 1. Mengatasi keberhasilan dan mengevaluasi penerapan SMK3. 2. Melakukan identifikasi tindakan perbaikan. 3. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3. Dan untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh maka beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat pengujian peralatan. Berdasakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09 tahun 2008 ada 3 hal kegiatan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi yang diperkenalkan oleh peraturan di bawah ini : a. Inspeksi dan pengujian Adanya prosedur untuk kegiatan pemeriksaan kelengkapan secara teknis dari objek yang dilakukan secara berkala serta pengujian terhadap pemenuhan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh orang yang berkompeten atau orang yang ahli dengan peralatan dan metode yang memadai dimana hasil inspeksi dan pengujian selalu dicatat dan dipelihara sehingga dapat diambil langkah selanjutnya bila perlu. b. Audit SMK3 Audit ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan penetapan SMK3 di tempat kerja. Hal – hal yang perlu dalam audit adalah : Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
1) Sistematik dan independen 2) Frekuensi audit independen 3) Kemampuan dan keahlian petugasnya. 4) Metodologi yang digunakan. 5) Berdasarkan hasil audit sebelumya dan sumber bahaya yang ada. 6) Hasilnya dijadiakan sebagai bahan tujun manajemen dan jika diperlukan ditindak lanjuti dengan tindakan perbaikan. c. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Manajemen selalu mengambil langkah yang diperlukan dari setiap hasil pemeriksaan misalnya inspeksi, pengujian serta audit. Sehingga keadaan yang tidak diinginkan atau setelah diperbaiki ataupun yang dapat dicegah bisa diketahui. Untuk mendukung hal tersebut maka seluruh temuan dari pelaksanaan pemeriksaan harus selalu didokumentasikan.
2.5
Ruang Lingkup Penerapan Sistim Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Telah disebutkan bahwa memenuhi persyaratan keselamatan kerja merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping biaya juga jadwal kerja, karena jika pada suatu proyek terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dan tidak diperkirakan misalnya kecelakaan pada pekerja dilapangan maka akan berhubungan langsung dengan biaya proyek sehingga dalam merencanakan anggaran perlu dicantumkan anggaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektifitas dan ekonomis maka harus meningkatkan kesadaran tenaga kerja konstruksi untuk menggunakan alat-alat keselamatan kerja dipelukan upaya yang terus menerus.
Dari sini kita perlu mengetahui bahwa lebih aman dan lebih murah mengurangi kecelakaan dengan menyiapkan alat perlindungan diri, maka perusahaan konstruksi wajib menyediakan alat perlindungan diri keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja diantaranya ada dua kategori yang luas mengenai alat perlindungan diri : a. Alat perlindungan diri yang harus dipakai : Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Pelindung kepala yaitu memakai helm pengaman. 2. Pelindung kaki yaitu memakai sepatu pengaman atau sepatu boot pengaman. 3. Pelindung kulit yaitu pakaian kerja yang cocok. b. Alat pelindung diri untuk pekerjaan khusus : 1. Untuk tangan yaitu memakai sarung tangan pelindung. 2. Untuk paru-paru yaitu memakai respirator atau masker penutup hidung 3. Untuk mata yaitu tergantung kebutuhan, misalnya pada saat pengelasan harus memakai kacamata las. 4. Untuk mecegah jatuh dari ketinggian yaitu memakai tali pengaman. 5. Untuk mencegah kebisingan yaitu memakai pelindung telinga.
Pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari factor - faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan endekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007), dalam konsep pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam proyek besar dan yang sudah mulai diterapkan, jumlah nilai pekerjaanya cukup besar sehingga resiko timbul kecelakaannya juga cukup besar, maka membentuk unit keselamatan dan kesehatan kerja pada kantor pusat perusahaanya dan harus dipimpin oleh orang yang mempunyai sertifikat. Selain itu juga ada langkahlangkah kedua dalam membenahi ketentuan pelaksanaanya antara lain : 1. Setiap proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh kontaktor, maka kontraktor tersebut harus mengangkat satu orang yang khusus mengamati keselamatan dan kesehatan kerja orang tersebut yang dinamakan “Safety Construction Engineer” dan petugas ini pada saatnya harus mempunyai setifikat. 2. Pemilik proyek harus mengangkat pula seseorang yang menangani keselamatan
dan
kesehatan
kerja
dan
dinamakan
sebagai
“Safety
Construction Officer”. Dengan pola demikian maka kedua belah pihak mempunyai tanggung jawab terhadap keberadaan tenaga kerja yang dipekerjakan sebagai unsur produksi. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Adanya petugas tersebut masih akan dilapis dengan keberadaan “Safety Constrution Inspector” yang ditempatkan pada Kanwil Depertemen Tenaga Kerja dan melakukan “sweeping” ke bebagai proyek tentang keberadaan petugas keselamatan dan kesehatan kerja di proyek.
Kondisi tersebut juga perlu diperkuat dengan ketentuan bahwa unsur keselamatan dan kesehatan kerja harus dicantumkan pada dokumen lelang dan wajib diperhitungkan dalam metode kerja kontraktor. Secara analitis maka dengan adanya petugas keselamatan dan kesehatan kerja baik diperusahaan maupun dari pemberi tugas maka ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat berjalan, sementara petugasnya tidak ada. Hal inilah yang terjadi saat ini, sehingga
juga
mengundang
peluang
berbagai
pihak
menyalahgunakan
wewenangnya.
2.6
Pola Pelaksanaan dan Pengawasan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek
Berdasarkan Permen PU Nomor 09/PER/M/2008 bahwa bahwa dalam rangka mewujudkan
tertib
penyelenggaraan
pekerjaan
kontruksi,
penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat terselenggara secara optimal, maka diperlukan suatu pedoman pembinaan dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan. 2.6.1 Pola Pengawasan Pola pengawasan hakekatnya dibagi menjadi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Rencana sebelum konstruksi a) Perencanaan 1) Metode kerja 2) Urutan kerja a) Penempatan peralatan dan bahan b) Pembersihan Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 11
Bab II Tinjauan Pustaka
3) Sarana keselamatan dan kesehatan kerja a) Peralatan keselamatan b) Rambu-rambu pengaman c) Mandi cuci kakus d) Tempat istirahat 4) Pelayanan kesehatan a) Organisasi b) Pola evaluasi 1) Pemilik proyek harus mengusahakan agar persyaratan yang dituangkan pada dokumen lelang harus terurai dengan jelas, sedangkan kontraktor utama memeriksa dengan teliti sesuai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. 2) Pemilik proyek harus mengusahakan agar calon kontraktor utama adalah perusahaan yang mempuyai reputasi baik dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. 3) Kontraktor utama agar memperoleh copy safety manual dari pemilik termasuk ijin kerja (work permit) yang berlaku dan fasilitas keselamatan kerja yang bagaimana yang tersedia bagi kontraktor. 4) Supaya calon kontraktor, termasuk sub kontraktor (Nominated Contractor) juga memberikan rencana pelaksanaannya dibidang keselamatan dan kesehatan kerja untuk dievaluasi. 5) Agar program keselamatan dan kesehatan kerja yang disiapkan oleh kontraktor utama benar-benar terlaksana maka sub kontraktor harus konsisten. 2. Kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja pada fase konstruksi a) Pengamanan lokasi kerja. Hal-hal yang pelu diperhatikan :
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 12
Bab II Tinjauan Pustaka
1) Apakah lahan yang akan digunakan tidak bermasalah, baik status tanah, garis sempadan, pendekatan kepada masyarakat dan instansi setempat perlu pula dilakukan. 2) Tidak mencemari sumber air minum, drainase, lingkungan seperti polusi suara dan debu perlu diminimalkan. b) Ada baiknya, melakukan selamatan dalam rangka memulai pekerjaan dengan mengundang pemuka masyarakat
pengurus
lingkungan dan para pekerja. Dengan tujuan semoga pada pelaksanaan tidak terdapat kesulitan. c) Kampanye atau penyuluhan keselamatan kerja Dimaksudkan
untuk
menyebarluaskan
tentang
informasi
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek, baik program maupun hukum yang berlaku bila para pekerja mengabaikanya. Dilakukan pada bulan pertama dilanjutkan berkala dan dilakukan pada pagi hari sebelum memasuki lokasi kerja. Pada kesempatan ini juga dilakukan penyeleksian umur dan kesehatan. d) Alat atau sarana keselamatan dan kesehatan kerja 1) Perlengkapan perlindungan : pagar proyek, hooding pagar pengaman, pelat form, jaring pengaman. 2) Perlengkapan keselamatan diri : helm, sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu boot. 3) Perlangkapan kerja : masker hidung,kacamata las ,sarung tangan khusus. 4) Rambu-rambu atau petunjuk
(sign board) : daerah wajib,
daerah berbahaya, dilarang merokok, tanah longsor. 5) Disediakan tangga kerja, tangga darurat dan diberi pegangan (hand ralling), diberi jaring pengaman pada ruangan yang terbuka (core lift). 6) Pintu keluar masuk diberi penerangan yang cukup. 7) Pencegahan kebakaran dan peledakan : menyiapkan alat pemadam api dan ditempatkan pada lokasi-lokasi rawan Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 13
Bab II Tinjauan Pustaka
kebakaran
yaitu
genset,
gudang material,
lokasi
saat
pengelasan, pemotongan dengan alat potong listrik. 8) Bahan bakar disimpan terpisah diluar lokasi kerja, pada setiap lantai disediakan panel listrik, kabel listrik sementara tidak boleh berserakan dilantai dan dibuat tiang listrik portable. 9) Mengadakan latihan pemadaman api baik menggunakan alat pemadam kebakaran maupun manual. Mengadakan secara rutin pemeriksaan (check list) alat dan sarana kerja. e) Pemeriksaan kesehatan 1) Melakukan kerjasama dengan puskesmas, rumah sakit umum setempat,
berkaitan
dengan pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja. 2) Menyediakan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) secukupnya dan ditempatkan pada daerah rawan kotoran. 3) Menyediakan urinior sementara ditempat strategis dan dibersihkan secara rutin setiap hari. 4) Menyediakan bak sampah induk, bak sampah dilokasi tertentu, corong sampah
agar
sampah
tidak
berterbangan
dan
membersihkan sampah setiap hari dengan kendaraan truck untuk diangkut keluar proyek. 5) Mewajibkan penyediaan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dikantor. 6) Penyemprotan obat anti nyamuk secara berkala. 7) Melakukan kerja bakti dan olahraga bersama setiap 1 minggu sekali. f) Kebersihan lingkungan kerja Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari untuk menghindari kotoran yang menumpuk, para pelaksana dibantu mandor dalam pengawasan dan hasil pemantauan dilaporkan unit keselamatan dan kesehatan kerja proyek. g) Pelayanan kesehatan
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 14
Bab II Tinjauan Pustaka
Pelayanan kesehatan dilayani oleh rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan medis bila terjadi gangguan kesehatan. Bila memungkinkan pada proyek yang cukup besar disiapkan klinik dilengkapi para medis. h) Kerapian Meletakan sesuatu pada tempatnya agar selalu terlihat rapi dan bersih, untuk diusahakan : 1) Melaksanakan pekerjaan dengan cermat, tertib, serasi dan bersih serta terasa aman. 2) Barang dan alat yang selesai dipakai dikembalikan ketempat semula. 3) Pengangkatan barang dan material dengan menggunakan tower crane, mobile crane, forklift dilaksanakan sesuai urutan kerja. i) Fase penyerahan proyek Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang cukup rawan adalah masalah penyerahan proyek dimana penyerahan proyeknya diserahkan tahap demi tahap. Oleh sebab itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Supaya dibuat prosedur penyerahan yang baik dan dimengerti oleh semua pihak serta tata cara pekerjaan yang sudah diserahkan dibuat dengan jelas. 2) Diusahakan agar sistim ijin kerja dan pengawasan lalu lintas antara daerah yang sudah diserahkan dan yang masih dikerjakan oleh pemborong ditentukan batas jelas. 3) Supaya diadakan pertemuan berkala untuk memecahkan masalah dan diadakan pengarahan kembali prosedur alarm dan evakuasi. 4) Supaya diberitahukan kepada kontraktor akan bahaya potensial terhadap kemungkinan adanya gas berkarbon, gas beracun atau bahan kimia berbahaya pada saat star-up instalasi atau peralatan pemilik. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 15
Bab II Tinjauan Pustaka
5) Supaya pemilik menyediakan regu pemadam kebakaran dan peralatannya dan siap untuk beroprasi pada saat start-up instalasi
atau
peralatan
yang
sudah
diserahkan
pada
kontraktornya. j) Evaluasi 1) Evaluasi mingguan Berupa pencatatan suatu kejadian yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu rapat (meeting) dilanjutkan inspeksi kelapangan. 2) Evaluasi bulanan Berupa data statistik yang merekam kejadian-kejadian keselamatan dan kesehatan kerja setiap bukunya dengan data pembanding terhadap bulanan sesudahnya. 3) Untuk mengevaluasi kecelakaan kerja dapat digunakan penggolongan kecelakaan kerja, sebagai berikut : a) Meninggal dunia b) Cacat permanen total c) Cacat permanen sebagian d) Tidak mampu bekerja sementara
2.6.2 Sistim Pengecekan (check list) Setelah semua perencanaan dipahami maka seorang Safety construction Engineer harus memahami masalah yang akan dilaksanakan baik teori maupun pelaksanaan ketentuan keselamatan kerja, diantaranya yaitu: 1. Keamanan di tempat Kerja a) Sebelum anda mulai bekerja berfikirlah beberapa detik mengenai cara yang aman untuk pelaksaan anda. b) Jangan menduga-duga bila anda ragu mengenal cara pelaksanaan pekerjaan atau penggunaan yang aman dan benar meminta penjelasan dari atasan atau mandor.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 16
Bab II Tinjauan Pustaka
c) Jika anda tidak mengerti instruksi yang diberikan jangan menerkanerka, dan sebaiknya ditanyakan, lalu ikuti instruksi yang telah disiapkan. d) Laporkan semua keadaan yang tidak aman menurut anda kepada Pembina Keselamatan Kerja. e) Hilangkan dan tekuklah semua paku yang mencuat. f) Turut menjaga agar tempat kerja selalu rapi, penjagaan kebersihan dan kerapian mencegah kecelakaan. g) Jangan biarkan adanya lubang tanpa pengamanan yang dapat menjebloskan seseorang kedalamnya. h) Apabila anda mengangkat suatu beban terlalu berat bagi anda carilah bantuan. i) Jangan bekerja ditempat tinggi jika anda merasa lemah dan pusing, serta jangan membuang puing dari tempat tinggi pastikan membuangnya masuk kedalam talang sampah. j) Jangan bercanda atau mengganggu orang lain selagi bekerja. k) Jika anda merokok atau teman anda merokok perhatikan punting apinya dan jangan merokok bila ada tanda larangan dilarang merokok. l) Jauhkan diri anda dari mesin yang bergerak jika keberadaan anda tidak diperlukan disekitar tempat itu. m) Agar berhati-hati apabila tempat kerja dalam keadaan basah dan jangan berbuat sesuatu yang membahayakan. 2. Tangga a) Harus menggunakan tangga aman. b) Tambahkan dengan baik ujung atas dan bawah tangga tidak dapat tertambat dengan baik harus ada seseorang yang memegangi pada waktu digunakan. c) Jangan menaruh ujung bawah tangga pada bahan yang mudah lepas dan jangan menyandarkan tangga pada bahan yang rapuh. d) Tangga sekurang-kurangnya harus melampaui 1 m di atas lantai kerja yang dituju. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 17
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Pertolongan pertama a) Gunakan kotak obat yaitu Pertolongan Pertama di kantor proyek apabila terluka, lecet, tergores dan luka kecil lainnya. Ingat bahwa luka yang kecil dapat menjadi radang. b) Luka harus segera dirawat, minta tolong jika anda ragu. c) Anda harus tahu dimana obat disimpan. 4. Lantai kerja, jembatan kerja, dan tangga a) Jaga agar pada semua lantai kerja dan jembatan kerja tidak terdapat kotoran, halangan dan bahaya terjatuh. b) Jangan menyimpan bahan dilantai kerja ataupun di jembatan kerja. c) Pastikan bahwa lantai kerja dan jembatan kerja diberi pagar pengaman dan pada tepi lantainya dipasang papan pengaman tepi. 5. Penanganan bahan a) Apabila bahan harus ditumpuk, pastikan bahwa bahan ditumpuk diatas dasar yang kuat dan rata dengan tumpukan yang rapi. b) Apabila mengambil bahan dari tumpukan selalu mengambil yang paling atas terlebih dahulu. c) Jangan menumpuk bahan dekat tepi bangunan atau lubang lain dilantai apabila bahan tersebut mudah jatuh. d) Waspadai arah gerak anda selagi mengangkat beban, waspadalah terhadap bahaya terjatuh. e) Apabila mengangkut material kedalam bangunan melalui tepi lantai tidak dapat dihindari, pastikan dahulu bahwa ada pagar pengamannya dan gunakan sabuk pengaman anda. f) Apabila membawa bahan yang sifatnya menghalangi, misalnya tulangan beton yang panjang pastikan bahwa tidak ada orang di jalur lintasan. 6. Alat pelindung a) Sabuk pengaman, helm pengaman, pelindung mata, sarung tangan dan alat sejenis adalah untuk melindungi anda. b) Sebelum memulai pekerjaan, dapatkanlah semua perlengkapan perlindungan yang perlu dari pengawas. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 18
Bab II Tinjauan Pustaka
c) Pastikan bahwa alat pelindung yang anda pakai pas ukurannya dan terpasang baik serta keadaanya juga baik sebelum dipakai. 7. Perkakas dan Peralatan a) Gunakan perkakas dengan cara yang aman jangan gunakan peralatan yang belum anda kenal. b) Jangan mengoper perkakas dengan cara melemparnya. c) Semua perkakas dapat menyebabkan cidera apabila disalah guanakan. Gunakan perkakas dengan hati-hati sesuai dengan tujuan penggunaannya. d) Selalu mematikan listriknya setelah menggunakan peralatan listrik. 8. Galian a) Jangan melepas penahan tanah terkecuali bila diinstruksikan. b) Sebelum memasuki tempat galian, pastikan bahwa sudah dibuat jalan masuknya dan ingatlah selalu posisi jalan masuk tersebut. c) Jangan menempatkan bahan hasil galian ditepi galian. d) Tempatkan beban hasil galian ditempat yang tidak mempengaruhi stabilitas lereng galian.
2.6.3 Aplikasi Pelaksanaan Setelah dilakukan sistim pengecekan, maka seorang Safety Construction Engineer harus memahami masalah aplikasi pelaksanaan yang mencakup beberapa hal dan aplikasi pelaksanaan tersebut antara lain : 1. Keamanan lapangan a) Apakah tanah dilapangan sudah dibersihkan dari segala rintangan yang tidak perlu dan telah dibuatkan parit sementara untuk pengeringan yang memadai. b) Apakah bahan yang ditumpuk diatas tanah diletakkan ditempattempat yang benar dan keadaanya stabil sehingga mencegah berkembangbiaknya hama. c) Apakah semua sampah kayu dan puing di tanah telah dibersihkan rapi untuk disingkirkan. Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 19
Bab II Tinjauan Pustaka
d) Apakah alat keselamatan kerja yang diperlukan dilapangan cukup jumlahnya dan baik keadaannya. e) Apakah pekerja dan karyawan menggunakan alat keselamatan kerja dengan benar. f) Apakah lapangan sudah dibersihkan dahulu dari segala rintangan dan puing-puing kering dan kalau malam penerangan cukup dan aman. g) Apakah semua lubang dilantai yang dapat mengakibatkan orang jatuh kedalamnnya sudah diberi pagar atau penghalang yang kuat setinggi lebih dari 3 m. h) Apakah perlindungan diatas kepala memadai dan dalam keadaan baik. i) Apakah pemeriksaan peralatan mesin yang digunakan dilapangan sudah dilakukan menurut jadwalnya. j) Apakah semua bahan yang ditumpuk diatas lantai disusun secara aman dan stabil serta jauh dari lubang lantai. k) Apakah semua bagian alat mesin yang digunakan diberi pengaman sebagaimana mestinya. l) Apakah semua tanda peringatan dilapangan dipasang dan ditempatkan sebagaimana mestinya. 2. Perancah a) Apakah landasan perancah masih baik dan terpasang stabil. b) Apakah batang penyangga tegak lurus dan terletak pada garis arah yang benar. c) Apakah batang-batang penyangga datar terpasang dengan benar. d) Apakah perancah diperkuat kesamping dan diikat ke struktur. e) Apakah ada kayu yang tidak terikat terletak diatas perancah. f) Sudahkah saya melakukan pengecekan setiap hari bahwa pekerja dari segala bidang pertukangan tidak ada yang melepas ikatan atau penguat. g) Apakah lantai kerja telah dipasang dengan aman.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 20
Bab II Tinjauan Pustaka
h) Sudahkah saya melakukan pengecekan dan mengganti bagian yang cacat. i) Sudahkah saya melakukan inspeksi mingguan dan mencatatnya dalam buku catatan. 3. Menara hoist (lift bahan atau orang) dan struktur lantai kerja. a) Apakah lantainya baik dan kokoh. b) Apakah pagar pengaman dan papan pengaman tepi seluruh lantai kerja masih terpasang. c) Apakah struktur lantai dalam keadaan baik. d) Apakah menara hoist tegak lurus dan tidak melenceng. e) Apakah hoist tersebut berada dalam keadaan dapat beroprasi dengan baik. f) Apakah semua pagar pengaman dan papan pengaman tepi jembatan kerja yang menghubungkan lantai kerja dengan menara pada bangunan masih terpasang baik. g) Apakah lantai kerja sudah bersih dari puing dan bahan. h) Apakah terdapat gerobak dorong atau peralatan yang tertinggal dilantai kerja. i) Apakah saya telah melakukan pemeriksaan harian bahwa semua ikatan dan perkuatan terpasang baik. j) Apakah saya telah mencatat inspeksi mingguan dan mencatatnya dalam buku catatan. 4. Bekisting a) Apakah tiang penyangga cukup kuat dan terpasang dengan baik. b) Apakah skur - skur terpasang sebagaimana mestinya baik ujung atas maupun ujung bawah. c) Apakah semua penguat horizontal dan diagonal terpasang baik. d) Apakah terdapat tanda-tanda terjadi lendutan. 5. Galian a) Apakah puncak tebing lubang galian bebas dari bahan hasil galian yang dapat jatuh kedalam galian atau menyebabkan runtuh tebing.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 21
Bab II Tinjauan Pustaka
b) Apakah pemancangan pemasangan skur dan perkuatan tebing galian terletak pada garis arah semestinya. c) Apakah alat mesin yang digunakan dilapangan diletakan jauh dari galian sehingga tidak membahayakan stabilitas tebing. d) Apakah tangga, jenjang, dan jalan lereng atau jalan masuk yang dibuat dapat dilalui dengan mudah dari segala posisi dalam galian dan berada dalam keadaan baik.
2.7
Proyek Pembangunan Proyek PLAZA OLEOS TOWER 1
Latar belakang dibangunnya Proyek PLAZA OLEOS TOWER 1 di kota Jakarta adalah untuk menambah daya tampung pengunjung dan pengguna layanan baik layanan inap maupun layanan ruang pertemuan. Hal ini dikaitkan dengan perkembangan kota yang cukup pesat, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dan lahan perkotaan yang semakin sempit dan mahal. Sehingga Pembangunan Proyek PLAZA OLEOS TOWER 1 dianggap sebagai salah satu dari beberapa pemecahan masalah yang ada.
PLAZA OLEOS TOWER 1 terletak di Jl. TB. Simtupang No.53 Jakarta Selatan. Di Jakarta banyak kantor yang berdiri dengan bangunan arsitektur yang modern dan menggunakan fasilitas – fasilitas yang modern. Terutama fasilitas kenyamanan dan keamanan. kantor ini terletak di daerah yang sangat strategis di dekat tol luar kota (JOR). Jl. TB. Simatupang menjadi kawasan next SBCD Jakarta Sehingga kemungkinan perusahaan akan beralih ke lokasi tersebut dengan persaingan yang sangat ketat untuk menarik perhatian para pengusaha. Kantor ini di bangun dengan struktur bangunan 18 lantai dan 4 basement dilengkapi dengan heliport sehingga memudahkan evakuasi korban jika terjadi kecelakaan yang sifatnya segera dilakukan pertolongan.
PLAZA OLEOS TOWER 1 termasuk dapat dikategorikan kantor yang besar, karena
letaknya
yang
sangat
strategis
kemungkinan
untuk
berkantor
membutuhkan biaya yang tidak sedikit tapi biasanya untuk orang – orang yang kaya tidak memandang berapa besar harga yang telah di sesuaikan oleh pemilik Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 22
Bab II Tinjauan Pustaka
karena mereka menginginkan fasilitas, kenyamanan dan keamanan. Kantor ini juga sangat nyaman untuk lahan parkir karena di dukung dengan fasilitas parking yang sangat luas dan terjaminnya keamanan para pengunjung. Banyaknya pengendara menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk bisa menikmati fasilitas parkir yang disediakan oleh management building, serta adanya fasilitasfasilitas lain seperti tampat kebugaran, kantin, bank dan lain sebagainya sehingga memudahkan para karyawan dalam mendukung setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Para pengusahan biasanya memilih tempat yang strategis demi menunjang kenyamanan untuk berkantor di suatu lokasi yang strategis.
Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
II - 23