BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ruang Lingkup Earning Assets
2.1.1
Pengertian Earning Assets Hal terpenting dari penggunaan dana bank yaitu penanaman dana
(investasi dana), karena jika dana tersebut tidak akan memberikan laba bagi bank yang bersangkutan akan terjadi idle fund. Secara garis besar penanaman dana bank berkisar pada earning assets dan non earning assets. Berikut ini beberapa pengertian mengenai earning assets. Menurut PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000, definisi earning assets adalah : “... penanaman dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo), tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan.” Menurut Bank Indonesia, earning assets adalah sebagai berikut: Semua aktiva dalam rupiah maupun valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993, terdiri dari kredit yang diberikan, surat berharga (kecuali penanaman dalam bentuk giro) dan penyertaan. Sementara pengertian earning assets menurut Alimansyah dan Padji (2003:7) bahwa “Earning assets adalah penanaman bank dalam bentuk kredit,
11
12
surat berharga dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.” Dana yang dihimpun bank dari masyarakat dan lembaga-lembaga keuangan akan diputar kembali untuk ditanamkan atau dipergunakan oleh pihak yang membutuhkan sebagai suatu penanaman dana, baik yang menghasilkan (earning assets) maupun yang tidak menghasilkan (non earning assets). Dapat ditarik kesimpulan bahwa earning assets adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam earning assets merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank, termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya.
2.1.2
Komponen Earning Assets Komponen earning assets menurut Lukman Dendawijaya
(2005:61)
terdiri atas “penempatan dana pada bank lain, surat-surat berharga, penyertaan modal dan kredit yang diberikan.”
2.1.2.1 Penempatan Dana Pada Bank Lain Menurut PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000, definisi penempatan dana pada bank lain adalah : Penanaman dana bank pada bank lain, baik di dalam negeri maupun luar negeri, dalam bentuk interbank call money, tabungan, deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
13
2.1.2.2 Surat – surat Berharga Dalam PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000, surat berharga (disebut juga sekuritas atau efek) adalah : Bentuk penanaman sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan. Surat berharga mempunyai sifat sebagai berikut: 1. Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera. 2. Dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan usaha bank. 3. Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain.
Surat berharga yang biasa diperjualbelikan oleh bank terdiri atas Sertifikat Bank Indonesia, Surat Utang Pemerintah, Surat Berharga Pasar Uang, Surat berharga komersial (surat sanggup bayar , cek, deposito), obligasi.
2.1.2.3 Kredit yang Diberikan Menurut PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000, definisi kredit adalah: Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA).
Pendapatan dalam perkreditan, antara lain terdiri atas pendapatan bunga dan pendapatan lain, seperti provisi dan komisi.
14
2.1.2.4 Penyertaan Menurut PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000 definisi penyertaan adalah sebagai berikut: Penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian maupun ikut serta dalam operasi lembaga keuangan lain, termasuk penyertaan sementara dalam rangka restrukturisasi kredit atau lainnya.
2.1.3 Pembentukkan Penyisihan Kerugian Earning Assets Penyisihan kerugian earning assets adalah penyisihan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam assets produktif, baik dalam rupiah maupun valuta asing (PSAK No.31 Tahun 2007 Revisi Tahun 2000). Menurut Lukman Dendawidjaya (2005:45), Penyisihan kerugian earning assets, yaitu: Cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh earning assets.
Pembentukan penyisihan earning assets yang dibentuk disajikan sebagai pos pengurang dari masing-masing jenis earning assets yang bersangkutan. Earning assets yang sebagian risikonya menjadi beban pihak lain (BI, Pemerintah, Bank Dunia), Penyisihan penghapusan earning assets yang dibentuk adalah sebesar risiko yang ditanggung bank yang bersangkutan. Untuk Penyisihan penghapusan earning assets kredit dipisahkan antara kredit yang direstrukturisasi dan kredit yang tidak direstrukturisasi. Penyisihan
15
penghapusan earning assets kredit yang direstrukturisasi dihitung berdasarkan dari nilai buku kredit setelah direstrukturisasi, yaitu sebesar outstanding kredit dikurangi dengan cadangan restrukturisasi kredit (Indra Bastian dan Suharjono, 2006:82). Menurut Lukman Dendawidjaya (2005:75), bahwa : Penggunaan akun penyisihan penghapusan earning assets kredit dan angsuran kredit yang telah dihapusbukukan diatur sebagai berikut: 1. Pembentukan penyisihan penghapusan earning assets dan penghapusbukuan earning assets harus dibukukan pada akun penyisihan penghapusan earning assets masing-masing earning assets. 2. Angsuran kredit yang telah dihapusbukukan dibukukan pada akun penyisihan penghapusan earning assets dari angsuran kredit yang telah dihapusbukukan. 3. Setiap awal tahun berikutnya saldo akun penyisihan penghapusan earning assets dari angsuran kredit yang telah dihapusbukukan dipindahkan ke akun penyisihan penghapusan earning assets kredit. Penghapusbukuan earning assets yang tergolong non performing (macet) hanya dapat dilakukan jika bank mempunyai penyisihan yang cukup (telah membentuk penyisihan kerugian secara penuh (100%) atas earning assets yang digolongkan macet tersebut (Indra Bastian dan Suharjono, 2006:90).
2.1.4 Penilaian Kualitas Earning Assets Menurut
Lampiran
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, bahwa “Kualitas earning assets dinilai berdasarkan pada prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan membayar.”
16
2.2
Ruang Lingkup Profitabilitas
2.2.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu indikator bagi nasabah dan investor dalam menentukan bank yang akan dipilih. Dari tingkat profitabilitas inilah, penilaian akan dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang dicapai pihak manajemen bank. Bagi bank, tingkat profitabilitas akan menjadi pengukur sejauh mana keberhasilan bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat memperkirakan seberapa lama keberlangsungan usaha bank tersebut (going concern). Adapun pengertian profitabilitas itu sendiri adalah : Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk mendapatkan keuntungan. Profitabilitas berarti keuntungan yang diperoleh bank yang sebagian besar bersumber pada kredit yang dipinjamkan (As. Mahmoedin, 2004:20). Menurut Agus Sartono (2001:122) profitabilitas adalah : ”...kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Profitabilitas ini dapat dikatakan sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan (Makmun, 2002:7). Ke tiga definisi di atas menunjukan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan atau memperoleh laba dan sangat penting untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh perusahaan (bank) yang bersangkutan. Kemampuan bank untuk memperoleh laba tidak cukup diukur melalui total pendapatan yang diperolehnya, tetapi juga harus dikaitkan
17
dengan jumlah dana yang ditanamkan serta seberapa besar biaya yang dipergunakan dalam merealisasikan laba tersebut.
2.2.2
Rasio Profitabilitas Dalam analisis rasio keuangan terdapat 5 (lima)
kelompok rasio
keuangan, yakni rasio likuiditas, rasio aktivitas (manajemen), rasio laverage, rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar (S.T. Nogi, 2003:151). Lukman Dendawijaya (2000:119), mengemukakan bahwa: Rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Adapun rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk mengukur profitabilitas antara lain : NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Assets) dan ROE (Return On Equity), ini sejalan dengan yang dikatakan oleh M.Hanafi dan Halim (2005 : 85) yang mengatakan “Rasio yang sering dibicarakan dalam rasio profitabilitas yaitu NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Assets) dan ROE (Return On Equity). Rasio yang digunakan penulis dalam nilai tingkat profitabilitas bank adalah return on assets (ROA), karena dari ROA kita dapat melihat bagaimana kemampuan bank dalam memperoleh laba dengan assets yang dimilikinya. Rasio return on assets akan menunjukan baik tidaknya pengelolaan aktiva (termasuk earning assets) yang dilakukan oleh bank, dilihat dari laba yang diperoleh pada akhir periode. ROA dipengaruhi oleh total aktiva sehingga peningkatan pada nilai aktiva yang dimiliki akan mengurangi tingkat ROA. Jika peningkatan aktiva tidak
18
diikuti dengan peningkatan laba (rugi) bersih, maka peningkatan yang akan terjadi tidak seimbang. Adapun definisi mengenai rasio ROA ini antara lain : M.Hanafi dan Halim (2005:86) mengatakan bahwa : Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA bisa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental factors). Sedangkan Arifin (2004:45) mengatakan “Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.” Dari ke dua definisi di atas menunjukan bahwa rasio ROA merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap total aktiva, sehingga rumus yang digunakan untuk mencari rasio ROA adalah: ROA = Earning After Tax Total Assets (Sofyan Syafri , 2004:305) N. Agung (2008 : 12) mengatakan “Semakin tinggi angkanya semakin baik setidaknya 5,5%.”
2.3
Hubungan Earning Assets dengan Profitabilitas
2.3.1 Tinjauan Literatur Bank adalah lembaga perantara keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya ke dalam sektor-sektor yang menghasilkan, yaitu
19
dalam bentuk surat berharga, penyertaan, penempatan pada bank-bank lain dan dalam penyaluran kredit. Sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, loanable funds dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu suratsurat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal bank pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank atau parusahaan lain. Earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut di atas adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan. Pengelolaan dana dalam earning assets merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank, termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Besar kecilnya earning assets yang ditanamkan dapat mempengaruhi skala usaha perusahaan yang bersangkutan dan berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Faisal Abdullah (2004:57) mengatakan bahwa : Profitabilitas merupakan indikator keefektifan penggunaan aktiva dalam perbankan. Jadi tingkat keuntungan yang dihasilkan bank, mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari assets yang digunakan. Sedangkan menurut Zainul Arifin (2003:64) bahwa “Untuk mencapai pendapatan dan laba yang maksimal dengan cara menginvestasikan sebanyak mungkin dana yang tersedia.” M.Sinungan (2002:240), mengungkapkan bahwa : Pengalaman bank-bank di Eropa dan Amerika Serikat selama masa depresi ekonomi 1930-an menunjukkan bahwa bank-bank yang kuat dalam permodalan dan keuntungan, yang mampu bertahan, bahkan unggul dalam masa sulit. Kemampuan menghasilkan dari assets-assets yang dimiliki
20
suatu bank merupakan kunci keberhasilan bank dalam menghadapi ketatnya bisnis perbankan. M.Sinungan juga mengungkapkan (2002:245) bahwa: Kejelian pihak manajemen bank dalam menangani penempatan dana dan pengelolaan aktiva sangat besar pengaruhnya bagi pendapatan bank. Pendapatan dari penanaman dana bank pada earning assets memberikan kontribusi pada laba yang diperoleh bank sehingga secara otomatis turut pula mempengaruhi kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Dalam menyalurkan dananya, bank dituntut kehati-hatiannya agar jangan sampai tingkat kolektibilitasnya rendah sehingga berisiko menimbulkan potensi kerugian. Untuk mengatasi ini bank diwajibkan membuat cadangan penyisihan penghapusan earning assets yang dibandingkan dengan biaya penyisihan earning assets, yang merupakan komponen biaya operasional bank untuk menutup risiko kerugian.
2.3.2
Tinjauan Empiris Terdapat beberapa penelitian yang secara langsung menguji pengaruh
earning assets terhadap profitabilitas bank. Beberapa penelitian yang menguji pengaruh earning assets terhadap profitabilitas bank, diantaranya : Asep Maulana Akbar (2005), melakukan penelitian mengenai pengaruh jenis-jenis aktiva produktif terhadap profitabilitas bank. Hipotesis penelitian ini adalah aktiva produktif (volume kredit dan penempatan pada bank lain) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank. Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
21
semua jenis aktiva produktif dan profitabilitas bank, dengan besar pengaruh sebesar 87,18%. Penelitian yang dilakukan oleh Rita Ningsih (2004), mengenai pengaruh assest liability and management (ALMA) terhadap profitabilitas bank. Hipotesis penelitian ini yaitu assest liability and management (ALMA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank. Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara assest liability and management (ALMA) dan profitabilitas bank, dengan besar pengaruh sebesar 61,20%. Kartika Indah Wijayati (2005), yang melakukan penelitian mengenai pengaruh loan to deposit ratio (LDR) dan risiko likuiditas terhadap profitabilitas bank, dengan hipotesis loan to deposit ratio (LDR) dan risiko likuiditas akan meningkatkan profitabilitas bank. Hasil dari
penelitian itu membuktikan
peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dan resiko likuiditas akan meningkatkan profitabilitas bank. Penelitian yang dilakukan Fahriza Audita (2007), mengenai pengaruh kualitas aktiva produktif dan likuiditas terhadap profitabilitas bank, dengan hipotesis kualitas aktiva produktif dan likuiditas akan meningkatkan profitabilitas bank. Hasil dari penelitian itu membuktikan peningkatan kualitas aktiva produktif dan likuiditas akan meningkatkan profitabilitas bank. Srie Wulan Sary Januarty (2007), meneliti pengaruh cadangan penghapusan kredit terhadap tingkat profitabilitas bank. Dengan hipotesis cadangan penghapusan kredit akan berpengaruh secara signinfikan terhadap
22
profitabilitas bank. Hasil dari penelitian itu membuktikan cadangan penghapusan kredit akan berpengaruh secara signinfikan terhadap profitabilitas bank sebesar 29,4%. Penelitian yang dilakukan oleh Devi Fuji Asma Wardhani Indra (2007), mengenai pengaruh non performing loan (NPL) terhadap profitabilitas bank, dengan hipotesis non performing loan (NPL) akan meningkatkan profitabilitas bank. Hasil dari penelitian itu membuktikan non performing loan (NPL) akan meningkatkan profitabilitas bank sebesar 56,2% Irma
(2007),
meneliti
pengaruh
pengembalian
piutang terhadap
profitabilitas bank. Dengan hipotesis pengembalian piutang akan berpengaruh secara signinfikan terhadap profitabilitas bank. Hasil dari penelitian itu membuktikan pengembalian piutang akan berpengaruh secara signinfikan terhadap profitabilitas bank sebesar 53,29%. Penelitian yang terbaru dilakukan oleh Farik (2008), mengenai pengaruh komponen aktiva produktif terhadap rentabilitas bank. Hipotesis penelitian ini yaitu komponen aktiva produktif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas. Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara komponen aktiva produktif dan rentabilitas bank, dengan besar pengaruh sebesar 91,20%.