9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perilaku Dari segi biologis Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia. itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas Masing-Masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku Manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain Berbicara, berjalan, Menangis, Tertawa, Bekerja, Kuliah, Menulis, Membaca dan sebagainya dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang di maksud perilaku (Manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat di amati langsung, maupun yang tidak dapat di amati oleh pihak luar (notoatmodjo, 2003) Menurut skinner, (1997) seseorang ahli psikologis mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) di lihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat di bedakan menjadi 2 : 1. Perilaku terutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat oleh orang lain (noto atmodjo. 2003) (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=hig h&fname=/jiunkpe/s1/hotl/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-33404088-12103 food_safety-chapter2.pdf - 12 Januari 2013,20.30) 2.1.1. Perilaku Komunikasi Berdasarkan pada definisi perilaku yang telah di ungkapkan sebelumnya, perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada. Atau dengan kata lain, perilaku komunikasi adalah cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang di anut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi juga berarti tindakan responden dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat setempat, Jika mengikuti pengertian komunikasi dari model-model linier, maka perilaku komunikasi berarti tindakan atau respon terhadap sumber dan pesan. Sedangkan jika mengikuti model-model transaksional, maka perilaku komunikasi berarti tindakan perilaku seseorang sebagai pelaku komunikasi (komunikan), karena disini komunikasi di artikan sebagai saling berbagai pengalaman atau the sharing of experience (Tubbs dan silvia ,1993:342).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Rogers (1993:258-261) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku komunikasi yang sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan penyuluh dan keterkaitan pada media massa . peubah yang pertama, yaitu pencarian informasi perlu didampingi dengan penyampaian informasi, sesuai dengan model komunikasi transaksional yang bersifat saling menerima dan memberi informasi secara bergantian. Sedangkan model linier hanya bersifat memberi saja bagi sumber atau komunikator atau menerima saja khalayak sasaran. Dalam mencari dan menyampaikan informasi, sebaiknya tidak sekedar mengukur frekuensi (kuantitas) komunikasi. Menurut Berlo (1983:106-132) mendeskrifsikan level komunikasi adalah mengukur kedalam (derajat) dalam mencari dan menyampaikan informasi, yang meliputi (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive). Only talk di tunjukkan dengan pembicaraan yang masih bersifat umumumum saja. Interdependent di tunjukkan dengan pembicaraan yang lebih intensitif dan serius. Empathy ditunjukkan dengan kemampuan untuk menyampaikan saransaran atas materi yang sedang di bicarakan. Dalam berkomunikasi,seseorang tidak harus memulai dari level pertama. Bisa saja langsung pada level kedua, ketiga dan empat. Perilaku mencari dan menyampaikan informasi perlu dijelaskan dengan teori “situasional”,teori situasional mengisyaratkan bahwa komunikasi, kognisi, sikap dan perilaku dapat di jelaskan secara lebih baik dengan peubah situasional.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Terutama, kapan dan bagaimana orang berkomunikasi tentang masalah khusus yang situasional (Grunig,1992 : 166-167) (pustaka.unpad.ad.id/wpcontent/uploads/2009/03/perilaku_komunikasi_sadar_pan gan_dan_gizi.pdf—12 januari,21.00) 2.2.
Akulturasi Budaya Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan
adanya
Deviasi
Sosiopatik
seperti
mental
disorder
yang
menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku. Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya, perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
kebudayaan bisa juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan unsur kebudayaan mereka. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena kontak dengan budaya lain, system pendidikan yang maju yang mengajarkan seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. (http://dickaerlangga.blogspot.com/2012/03/akulturasi-budaya.html--13 januari 09.00) Pada hakikatnnya tidak ada kebudayaan yang statis, setiap kebudayaan Memiliki dinamika dan mobilitas atau gerak. Gerak dari kebudayaan tersebut sebenarnya tidak lain merupakan gerak dari manusia yang hidup dalam masyarakat tadi. Gerak manusia tersebut terjadi karena hubungan dengan manusia-manusia lainnya, ataupun karena terjadinya hubungan antar kelompok-kelompok manusia di dalam masyarakat kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. (koentjaraningrat, 1982:49). Selanjutnya, Smith dan Ferry dalam koentjaraningrat (1987:119) mengemukakan teori bahwa dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi peristiwa difusi yang besar yang berpangkal di Mesir, yang bergerak ke arah timur dan meliputi jarak yang jauh, yaitu ke daerah-daerah sekitar lautan tengah, ke Afrika, India, Indonesia, Polinesia, dan Amerika Serikat. Teori ini sering di sebut Heliolithic Theory. Sehubungan dengan hal tersebut dapat di asumsikan bahwa persebaran budaya dalam suatu masyarakat itu pasti terjadi. Proses persebaran bervariasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
tergantung karakteristik masyarakat. Dari konsep difusi (penyebaran) kebudayaan berdasarkan urain di atas, timbul permasalahan faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya hubungan antar budaya.? Roger dan shoemaker berpendapat, dalam riset difusi biasanya lebih memusatkan perhatian pada terjadinya perubahan tingkah laku yang tampak (over behavior), yaitu menolak atau menerima ide (budaya) baru dari pada hanya sekedar pengetahuan dan sikap saja. Difusi adalah suatau tipe khusus komunikasi (Rogers dan shoemaker, 1971:13). Difusi, difusionisme adalah istilah yang di berikan kepada beberapa teori perkembangan kebudayaan dengan memberi tekanan pada difusi. Menurut kroeber dalam garna (1992:73) diffusion is process,usually not necessarily gradual by which element or system of culture are spead ; by which an inention or a new instituion adopted in neighboring areas and in some cases continues to be adapted in adjacent ones, until in may spread over the whole earth. Kroeber dengan menggunakan pendekatan antropologi, yang berbeda dengan pendekatan evolusioner dan struktural fungsional, Mengemukakan bahwa difusi itu cendrung menjelang tentang perubahan dalam suatu masyarakat dalam masyarakat yang lain. Difusi adalah suatu proses yang unsur-unsur atau sistemsistem budaya disebarkan Dengan demikian, difusi sebagai suatu proses yaitu proses penyebaran unsur-unsur budaya (yang baru bagi masyarakat penerima) adalah merujuk kepada pengembangan atau growth dan tradisi sebagai suatu proses merujuk pada pemeliharaan. Merujuk Tylor dalam Soekanto (1982:51), kebudayaan adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Artinya, kebudayaan mencakup semua yang dapat di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang di pelajari oleh pola-pola perikelakuan yang normatif, yaiitu mencakup segala caracara berpikir, merasakan dan bertindak objek kebudayaan itu bisa berupa rumah, jembatan alat komunikasi, dan sebagainya. Mengenai terjadinya hubungan antar dua budaya, Hall dan Whyte (1990:40) menyatakan bahwa hubugan antar dua budaya di jembatani oleh perilaku-perilaku komunkasi antara administrator yang mewakili suatu budaya dan orang-orang yang mewakili budaya lain . Dari pendapat pendapat di atas di hubungkan dengan proses difusi kebudayaan,
dapat
disimpulkan
bahwa
difusi kebudayaan
mengandung
pengertian, tersebarnya suatu kebudayaan atau masuknya unsur budaya masyarakat kedalam masyarakat lain melalui interaksi sosial. Bentuk kongkret dari interaksi itu adalah komunikasi.(ahmad sihaudin,2011:53-55) Akulturasi seperti yang anda ketahui merupakan proses pebelajaran bagaimana untuk hidup dalam budaya yang baru. Berry menjelaskan akulturasi sebagai “ proses dari perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua atau ebih kelompok budaya dan anggotanya. Dalam tahap individual, hal ini melibatkan perubahan dalam perilaku seserang proses penesuaian ini merupakan proses panjang
yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
membutuhkan banyak
16
pengetahuan mengenai budaya baru. Seperti yang anda lihat di sepanjang buku ini, pengetahuan mengenai budaya yang lain dapat dalam berbagai bentuk, mulai dari yang kelihatan sampai yang tidak kelihatan. Misalnya, terbukti bahwa belajar bahasa akan menghasilkan hasil yang positif sekarang marilah beralih pada isu dan strategi yang akan mempercepat dan memfasilitasi proses adaptasi ini. Pertama kali, kita akan membahas isu bahasa, ketidak seimbangan, dan etnosentrisme. Bahasa, jelaslah bahwa seseorang yang hidup dalam budaya yang baru “harus menghadapi tantangan terhadap rintangan bahasa, kebiasaan serta praktik yang tidak biasa, dan variasi budaya dalam gaya komunikasi verbal dan nonverbal dalam rangka mencapai pemahaman. Mengutip kesulitan ini, Ralpd Waldo Emerson menuliskan, “ tidak ada orang yang seharusnya bepergian sampai ia mengerti bahasa Negara yang di tujunya. Kalau tidak, ia akan membuat dirinya sendiri menjadi bayi besar – tidak memiliki harapan dan tampak konyol” Masalah ini sering dilihat diantara pengunjung jangka panjang dan imigran di Amerika Serikat yang tidak menguasai bahasa inggris. Mereka mengalami isolasi sosial, dan seperti yang dinyatakan oleh leong dan chou, di paksa “ke dalam lingkungan tidak begitu membutuhkan kemampuan bahasa inggris dan sedikit interaksi interpersonal” Ketika kami berbicara mengenai masalah yang di asosiasikan dengan bahasa yang baru, kami sedang berbicara mengenai dua hal: pemerolehan bahasa dan cara berbicara yang unik dalam budaya baru. Kedua hal ini dapat menunda proses adaptasi. Harper menyimpulkan pandangan ini dalam tulisannya,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
“keterbatasan bahasa merupakan penghalang yang besar dalam penyesuaian dan komunikasi budaya yang efektif, di mana kurangnya pengetahuan berkaitan mengenai cara berbicara kelompok tertentu akan mengurangi tingkat pemahaman yang dapat kita capai dengan rekan kita” orang-orang berusaha untuk menyusuaikan diri dan berinteraksi dengan budaya baru harus menghadapi tantangan yang berhubungan tidak hanya dengan belajar bahasa tambahan, namun juga dengan pola budaya yang unik yang di temukan dalam setiap bahasa. Variasi dalam penggunaan bahasa dapat berarti banyak, mulai dari penggunaan idiom, aturan yang berbeda mengenai giliran berbicara, sampai pada aspek linguistik untuk menunjukkan rasa hormat, jika anda tidak dapat belajar bahasa budaya tuan rumah, kemudian anda harus paling tidak mencoba untuk menguasai dasardasarnya, seperti cara menyapa, bagaimana memberi respons yang tepat dan sopan, serta kata-kata yang berhubungan dengan transportasi umum dan berbelanja makanan dan kebutuhan yang lain. Ketidakseimbangan, Adaptasi yang sukses membutuhkan sejumlah pengetahutuan
mengenai budaya tuan rumah dan bagaimana Anda membuat
pilihan yang tepat menyangkut pengetahuan tersebut. Pilihan tersebut dapat termasuk dalam berbagai hal mulai dari belajar cara menyapa yang tepat (seperti menunduk, menjabat tangan atau memeluk) sampai pada keputusan mengenai perlatan makan (seperti sumpit, pisau, dan sendok atau dengan tangan). Menurut Kim, pengunjung adalah, “paling tidak untuk sementara, berada dalam ketidak seimbangan yang termanifestasi dalam keadaan emosional yang tidak pasti, kebingungan, dan kegelisahan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Ketidakseimbangan ini diasosiasikan dengan adptasi yang melahirkan dua isu yang saling bertentangan: (1) preferensi relatif untuk mempertahankan kebudayaan asli serta identitas seseorang, dan (2) preferensi relatif untuk berhubungan dengan anggota budaya tuan rumah. Isu yang bertentangan ini mengarah pada empat cara seorang pengunjung berpindah ke budaya yang baru. Hal ini mencakup menerima budaya baru secara keseluruhan samapai menolaknya. Pertama asimilasi, terjadi ketika imigran tidak ingin lagi mempertahankan identitas budaya asli mereka dan memilih bergabung dengan masyarakat tuan rumah. Kedua, pemisahan yang terjadi ketika imigran memegang teguh nilai budaya aslinya, menolak interaksi dengan budaya tuan rumah, dan berpaling hanya pada budaya mereka sendiri. Bentuk ketiga, integrasi terjadi ketika pengunjung sedikit tertarik untuk mempertahankan budaya aslinya selama interaksi sehari-hari dengan orang dari budaya tuan rumah, dalam situasi ini, beberapa nilai budaya asli dipertahankan, dan pada saat bersamaan mencoba untuk berfungsi sebagai anggota integral dari jaringan sosial budaya tuan ruamah. Bentuk paling akhir adalah marginalisasi yang terjadi ketika ada sedikit kemungkinan untuk mempertahannkn warisan budaya asli seseorang (kadang berakhir dengan kehilangan budaya) atau sedikit rasa tertarik untuk berhubungan dengan orang lain (kadang untuk alasan pengecualian atau diskriminasi). Seperti yang anda dapat lihat, tiga cara yang pertama merupakan pilihan si imigran. Strategi marginalisasi, bagaimanapun, berada diluar pilihan seseorang dan merupakan akibat dari kekuatan eksternal yang tidak dapat di kontrol Etnosentrisme. Halangan akulturasi kadang tumbuh karena entnosentrisme
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
yang mengarah pada prasangka yang pada gilirannya mengakibatkan kecurigaan, permusuhan, bahkan kebencian. Apa yang menarik mengenai etnosentrisme adalah bahwa hal tersebut mempengaruhi baik imigran maupun budaya tuan rumah. Menurut gouttefarde, anggota budaya tuan rumah juga mengalami banyak gejala adaptasi yang di asosiasikan dengan pengunjung: rasa gelisah, ketakutan, depresi, kecerobohan, dan kelelahan hal ini mengarah pada penilaian angota budaya tuan rumah terhadap orang yang berusaha untuk beradaptasi tidak dapat atau tidak akan, menghilangkan budaya aslinya. Kunci dari adaptasi yang efektif adalah kedua belah pihak untuk mengenali pengaruh etnosentrisme dan usaha untuk mengawasinya. Dinamika stres-Adaptasi pertumbuhan. Dalam penelitian yang terakhir, kim telah mengembangkan model teoritas yang menunjukkan proses penyesuaian budaya yang lebih kompleks dibandingkan model kurva-U dan model kurva-W yang telah kita bahas sebelumnya. Ia memandang penyesuaian sebagai proses “stress-adaptasi-pertumbuhan.” Dari perspektif ini, ketika memasuki budaya baru, seseorang mengalami stress sebagai akibat dari hilangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal. Jadi. Ia menjadi stress ketika berhadapan dengan cara yang baru dan berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengurangi stres, ia mulai mengembangkan dan menggabungkan norma budaya baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi secra normal, sehinga mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Melalui pengalaman yang berkelanjutan dari adaptasi stress, perspektif seseorangpun semakin luas, sehingga menghasilkan pertumbuhan pribadi. Tiga komponen stress-adaptasi-pertumbuhan membentuk sebuah proses yang dinamis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
Menurut kim: Dinamika stress-pertumbuhan berperan tidak hanya dalam deret linear yang mulus, namun dalam sebuah representasi” mundur-untuk-melompat-maju” yang berkelanjutan dari hubungan antara stress, adaptasi, dan pertumbuhan yang terjadi sekarang. Orang asing merespons setiap pengalaman stress tersebut dengan”mundur,” yang pada gilirannya mengaktifkan energi untuk menolongnya mengatur dirinya sendiri dan”melompat maju”. proses ini berlangsung selama ada tantangan lingkungan yang baru. 2.3 Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar kegiatan komunikasi berlangsung dalam situasi komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antar pribadi, kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya. Untuk memahami definisi komunikasi antar pribadi ada tiga perspektif, yaitu : 1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari komponen-komponennya: 2. Perspektif perkembangan, yaitu melihat komunikasi antar pribadi dari proses pengembangannya;
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
3. Persepektif relasional,
yaitu
melihat komunikasi antar pribadi dari
hubungannya. Joseph A. devito dalam bukunya” the interpersonal communication Book” mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai: “proses pengiriman dan penerimaan pesan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orangorang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika” Berdasarkan definisi itu, komuniksi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang dalam suatu pertemuan. Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis, dimana selalu lebih baik dari pada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengar-kan jadi tidak terdapat interaksi . Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukkan adanya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.(Marhaeni fajar,2009:77-78) 2.4.
Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun non verbal yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
meliputi bagaimana menjajaki makna, pola-pola tindakan, dan bagaimana makna serta pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia. Lalu apakah komunikasi antarbudaya itu? Pertama,Andrea L.Rich dan Dennis M.Ogawa mengatakan dalam buku intercultural communications, A reader bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya misalnya antara suku bangsa,etnik,ras,dan kelas sosial.(Larry A.Samovar dan dan Richard E.porter (1976,hlm 25) Kedua, samovar dan porter juga menyatakan komunikasi antar budaya terjadi diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda (1976,hlm 4) Ketiga, Charley H.Dood mengungkapkan komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antar pribadi, atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi peilaku komunikasi para peserta (1991,hlm 5) Keempat, komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi yang simbolik, interpretatif, transaksional, dan konsektual yang dilakukan oleh sejumlah orang-yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan – memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Lusting dan Koester,1993) Kelima “intercultural communications” yang disigkat “ICC” mengartikan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
komunikasi antarbudaya sebagai interaksi antar pribadi, antara seseorang anggota dengan kelompok yang berbeda. Keenam, Guo-Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam menjalakan fungsinya sebagai kelompok selanjutnya, komunikai antar budaya itu dilakukan (1) dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas suatu tema ( penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak dengan sendirinya mempunyai makna, tetapi dia dapat berarti dalam satu konteks. Dan makna-makna itu dinegosiaskan atau diperjuangkan. (2) melalui pertukaran sistem simbol yang terganung dari persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama. (3) sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. (4) menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan dari kelompok lain – dinamika identitas dan perbedaan kerja tatkala itu terjadi, membentuk satu kelompok dan mengidentifikasikannya dengan berbagai cara. Setelah membaca beberapa pengertian komunikasi antarbudaya di atas, dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
santun tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara. Pengertian-pengertian tersebut membenarkan sebuah hipotesis proses komunikasi antarbudaya bahwa semakin besar derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kita kehilangan peluang untuk meramalkan suatu tingkat kepastian. Tampaknya tidak ada jaminan akurasi atas interpretasi pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal. Hal ini disebabkan karena ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang berbeda maka kita juga memiliki perbedaan dalam sejumlah hal, misalnya derajat pengetahuan, derajat kesulitan dalam peramalan, derajat ambiguitas, kebingungan, dan suasana misterius yang tak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat, bahkan tampak tidak familiar. (DR.Alo Liliweri,M.S., makna budaya dalam komunikasi antar budaya 2003) 2.4.1. Hambatan komunikasi antarbudaya Proses komunikasi yang berlangsung di antara individu tidak selalu berlangsung mulus dan lancar. Adakalanya pesan yang akan disampaikan tersebut mendapat hambatan sebelum sampai kepada komunikan. Hambatan-hambatan tersebut bisa disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: 1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis a. Hambatan Sosiologis Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
komunikasi. b. Hambatan Antropologis Dalam melancarkan komunikasi, seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikannya. “siapa” di sini adalah ras apa, bangsa apa, dan suku apa. Dalam hal ini, komunikator harus mengenal kebudayaan, gaya hidup, norma kehidupan serta kebiasaan komunikannya. c. Hambatan Psikologis Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan komunikator tidak mengkaji diri komunikan sebelum melancarkan komunikasi. Komunikasi sulit berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecewa, kesal dan lain sebagainya. 2. Hambatan Semantis Hambatan semantis meliputi bahasa yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi, komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab kesalahan dalam ucapan maupun tulisan dapat menimbulkan salah pengertian (miss understanding) dan salah tafsir (miss interpretation), yang pada akhirnya dapat menimbulkan salah komunikasi 3. Hambatan Mekanis Hambatan mekanis kita jumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Seperti suara telepon yang berisik, ketikan huruf yang rusak pada media cetak, atau gambar kabur di layar televisi. Hambatan Ekologis Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah suara riuh orang-orang ramai atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang dan lain-lain saat sedang berkomunikasi. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24729/4/Chapter%20II.pdf) 2.4.2. Cara mengatasi Komunikasi antarbudaya Jelas bahwa masalah komunikasi lintas/antar budaya haruslah di atasi dengan meningkatkan kesadaran setiap individu dalam sebuah kebudayaan bahwa betapa pentingnya pengenalan akan budaya lain sebagai bentuk kekayaan yang dapat diterima sebagai identitas pluralisme. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengatai masalah tersebut, antara lain: a)
Bersikap
toleransi
terhadap
semua
budaya
dan
menghindari
kebiasaan labeling terhadap budaya tertentu. Dalam hal ini tidak menganggap perbedaan budaya sebagai sebuah problem akan tetapi sebuah keunikan yang dapat diterima untuk memperkaya khasanah budaya nasional. b) Menumbuhkan sikap terbuka yaitu dengan: menilai pesan secara objektif,
berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber, bersifat professional dan bersedia mengubah atau menyesuaikan kepercayaannya, serta mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya (Rakhmat, 2009). c)
Memunculkan rasa percaya. Secara ilmiah percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Percaya akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksufnya (Rakhmat, 2009). d) Menghargai budaya lain dan menghindari eksklusifisme yang menganggap
bahwa hanya budaya tertentu saja yang dapat diterima sebagai sebuah budaya yang dominan. e)
Mengenal lawan bicara, sebelum seseorang menyampaikan pesan hendaknya terlebih dahulu mengenali kepada siapa pesan tersebut akan disampaikan, dengan demikian ia akan cenderung menggunakan bahasa dan intonasi yang tepat.
f)
Mampu
beradaptasi
dengan
baik.
Pemahaman
strategi
adaptasi
sekelompok budaya didalam proses integrasi sosial dimana ia menjadi bagian dari sebuah sistem general (Abdullah, 2010). Hal ini mengacu kepada pepatah usang yang mengatakan bahwa dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Selaku makhluk sosial manusia tentunya diberikan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal, dengan demikian ia juga akan mengetahui dan memaknai budaya setempat. g) Meningkatkan Budaya Kesadaran Diri.
Adler (1991) mengemukakan bahwa pada umumnya seseorang tidak menyadari karakteristik budaya yang dimilikinya sehingga ia akan terkejut ketika mendengar masukan dari orang lain tentang budayanya. Contoh: masyarakat Amerika tidak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
pernah tahu bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat terburu-buru sampai mereka mendengar hal itu dari orang lain. Jika masalah lintas budaya ini dapat diatasi maka dapat menghindari terjadinya chaos dan budaya dapat ditempatkan sebagai kekayaan alam yang menjadi milik bersama sebagai sebuah bangsa yang berbudaya. (http://js-patalatu.blog.ugm.ac.id/2012/05/20/komunikasi-lintas-budaya/,
07
januari 2013) 2.4.3 Identitas dalam interaksi antar budaya Identitas anda dibentuk dalam interaksi komunikatif dengan yang lain. Menurut Hecht dan rekannya, identitas juga “dipertahankan dan dimodifikasi melalui interaksi social. Identitas juga mulai mempengaruhi interaksi melalui perilaku yang memotifasi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, anda dapat masuk dan keluar dari identitas yang berbeda ketika anda berinteraksi dengan orang lain., dan dengan masing-masing identitas anda dapat menggunakan sejumlah perilaku kominikatif yang sesuai dengan identitas dan latar yang ada. Budaya anda dapat membentuk pemahaman dan ekspektasi anda mengenai komunikasi yang benar dan sesuai dengan berbagai latar sosial, misalnya ruangan kelas, rumah sakit, atau rapat penjualan. Namun, pemahaman dan ekspektasi ini berhubungan dengan budaya., dan apa yang pantas dalam budaya seseorang bisa jadi tidak pantas dalam budaya orang lain. Dalam pertemuan antarbudaya, harapan berbeda mengenai identitas serta gaya komunikasi yang ditampilkan berpotensi menimbulkan kegelisahan, kesalapahaman, dan bahkan konflik. Oleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
karena itulah, Imahori dan Cupach menganggap “identitas budaya sebagai elemen utama dalam komunikasi antarbudaya. Collier berkata bahwa untuk berkomunikasi secara efektif dalam situasi antarbudaya, identitas budaya yang diakui seseorang serta gaya komunikasinya harus sesuai dengan identitas dan gaya yang ditampilkan padanya oleh lawan bicaranya, namun, karena gaya komunikasi mungkin berbeda, masing-masing pelaku komunikasi harus mencari jalan tengah, dan pencarian ini akan membutuhkan fleksibilitas dan adaptasi. Sebagai ilustrasi sederhana, bangsa jepang membungkukkan badan ketika menyapa dan menyatakan selamat tinggal. Namun dalam pertemuan bisnis antara orang jepang dan orang amerika, bangsa jepang belajar untuk membungkukkan badan sedikit ketika berjabat tangan. Dengan ini mereka menyesuaikan cara menyapa pada umumnya untuk mengakomodasi mereka yang datang dari amerika. Perwakilan bisnis amerika yang dikirim ke jepang setelah beberapa lama belajar untuk melakukan kebiasaan ini. sehingga, kepuasan secara sosial terbangun antara mereka. Dengan mencapai kepuasan tersebut, masing-masing pelaku telah menunjukkan komponen penting dalam keterampilan komunikasi antarbudaya yaitu motivasi, pengetahuan, dan kemampuan.(Larry
A
Samovar,
Richard
E.porter,Edwin
R.Mc
Daniel.
Communication between cultures 2010) 2.5 Karakteristik Suku Jawa Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Sebagai buktinya, kemana pun Anda melangkah kan kaki ke bagian pelosok penjuru negeri ini, Anda pasti akan menemukan suku-suku Jawa yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
mendiami kawasan tersebut meskipun terkadang jumlahnya minorotas, dengan kata lain di mana ada kehidupan di seluruh Indonesia Orang Jawa selalu ada. Suku Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat Suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Di dalam hal ini di manapun Suku Jawa berada akan selalu dilaksanakan dan di jadikan Ugeman atau Pathokan dalam kehidupannya. Banyak yang bisa di gali dari literatur literatur yang sdh ada bahwa suku jawa punya banyak keaneka ragaman ciri khas dan budaya beserta tradisi tradisinya Dan bila kita seumpama sebagai suku lain yang ada di Indonesia akan sangat dengan mudahnya berinteraksi dengan suku jawa di karenakan suku ini mempunyai sifat dan karakter yang sangat santun dalam bermasyarakat dengan di terimanya suku Jawa sebagai bagian dari anggota masyarakat oleh suku lain di seluruh Indonesia. Sifat dan Karakter Orang Jawa Suku
jawa
diidentikkan
dengan
berbagai
sikap
sopan,
segan,
menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadap yang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasa berstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objek yang diajak bicara. Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakter khas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untuk mencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendak atau keinginan hati. Suku Jawa memang sangat menjunjung tinggi etika. Baik secara sikap maupun berbicara. Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan, berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupun yang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebih muda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baik terhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawa Ngajeni Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan kehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan, nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidak dapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.
Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuri pola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
dapatkan. Bagi orang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk hidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluar rumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencari penghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yang lebih baik Urip Ora Ngoyo Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnya mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalani saja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untuk melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawa tidak menyarankan hal tersebut. Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh saja mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlalu drastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu! Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Dia akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikan diri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawa kendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan.Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka kondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Orang Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo.
Ngoyo
artinya
memaksakan
diri
untuk
melakukan
sesuatu.
Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akan sakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuan sesungguhnya yang kita miliki. Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka. Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adi luhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimana eksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan. Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan
konsep
dasar
hidup
bersama
yang
tanggungjawab.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penuh
kesadaran
dan
34
Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begitu spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekat satu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan. Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikut membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudara atau sudah menjadi teman. Ngajeni Pada Orang Yang Lebih Tua Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain. Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaiannya. (http://pamomongs.blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawa-dengantradisi.html --13 januari 2013, 09.27)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
2.6 Karakteristik Suku Madura Dari segi adat dan kultur masyarakat Madura sangat memegang teguh pendirian serta prinsip, selalu berjuang hingga titik penghabisan apalagi keunikan bahasanya yang sudah mendunia karena masyarakat Madura juga merupakan penjajah dan suka merantau khususnya di wilayah Indonesia (diluar pulau madura), arab, malasyia, hongkong, dll. lantas kekhasannya lebih banyak dikenal karena masyarakat Madura terbilang unik dalam logat bahasanya dan punya aturan jika bertemu atau berkumpul dengan sesama orang Madura “kita wajib bicara bahasa Madura” oleh sebab itu seringkali bahasa Madura dijadikan sebagai bahasa humor yang integritasnya sangat tinggi dalam dunia hiburan. di bawah ini masih banyak wujud-wujud ciri khas masyarakat Madura yang sudah menjadi icon Indonesia dan dunia. Masyarakat Madura termasuk orang-orang yang uncertainty avoidancenya tinggi. Mereka lebih menyukai hal-hal yang pasti, jika ada sesuatu yang dinilai tidak pasti mereka akan mencari tahu tentang hal itu hingga akhirnya mereka mendapatkan sesuatu itu menjadi pasti. Masa depan bukanlah sesuatu yang hanya bisa diterima begitu saja atau pasrah akan keadaan, akan tetapi masa depan itu harus diperjuangkan. Emosi dan perasaan dalam hati pun tidak segansegan untuk mereka ungkapkan. Berbeda dengan orang Jawa yang cenderung memendam perasaannya. Dan dalam menerima perubahan pun tidak semua perubahan bisa langsung diterima, masih akan ada pengkajian ulang untuk perubahan itu. Jika perubahan itu tidak menyimpang dari ajaran agama Islam, maka perubahan itu dapat diterima. Dan sejak dulu, masyarakat Madura dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
melakukan sesuatu memang sudah termotivasi karena adanya aturan dalam kehidupan mereka, dan hingga kini pun hal tersebut masih tetap mereka pegang.(Lontarmadura.com/perilaku-antar Madura) Masyarakat Madura dikenal juga memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Istilah khas disini menunjukkan bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Kekhususan-kultural ini antara lain tampak pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka kepada empat figur utama dalam kehidupan yaitu Buppa, Babu, Guruh, ban Ratoh (Ayah, Ibu, Guru dan Pemimpin Pemerintahan). Selain itu pula Madura masih memiliki beberapa nilai budaya yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan. Diantaranya adalah ungkapan-ungkapan seperti: “Manossa coma dharma“, ungkapan ini menunjukkan keyakinan akan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa. “Abhantal ombha’ asapo’ angen, abhantal syahadad asapo’ iman“, menunjukkan akan berjalin kelindannya budaya Madura dengan nilai-nilai Islam. ” Bango’ jhuba’a e ada’ etembang jhuba’ a e budi “, lebih baik jelek di depan daripada jelek di belakang. “Asel ta’ adhina asal“, mengingatkan kita untuk tidak lupa diri ketika menjadi orang yang sukses dan selalu ingat akan asal mula keberadaan diri. “Lakonna lakone, kennengngana kennengnge” sama halnya dengan ungkapan “The right man in the right place“. “Pae’ jha’ dhuli palowa, manes jha’ dhuli kalodu“, nasehat agar kita tidak terburu-buru mengambil keputusan hanya berdasarkan fenomena. Kita harus mendalami akar permasalahan, baru diadakan analisis untuk kemudian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
menetapkan kebijakan. “Karkar colpe’“, bisa dikembangkan untuk menumbuhkan sikap bekerja keras dan cerdas, apabila kita ingin menuai hasil yang ingin dinikmati. Keunikan yang lain dari budaya Madura adalah pada dasarnya dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan topografis masyarakat Madura yang kebanyakan hidup di daerah pesisir, sehingga mayoritas penduduk Madura memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. (sosbud.kompasiana.com/2011/06/13/budaya-madura-beda-dengan-jawa372674.html—13 januari 2013 17.00) 2.7 Budaya Madura Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk merubah atau mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.Berakar dari masalah-masalah itulah, untuk mengetahui dan memahami pandangan masyarakat tentang suatu kebudayaan, Peneliti harus melakukan penelitian tentang kebudayaan dengan metode etnografi
kualitatif dalam
akulturasi di Sampang Madura Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jati diri individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Kehidupan mereka di tempat asal maupun di perantauan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
kerapkali membawa ─ dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar ─ identitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka mendapat perlakuan sosial maupun kultural ─ secara fisik dan/atau psikis ─ yang dirasakan tidak adil, bahkan tidak proporsional dan di luar kewajaran. Oleh Syariffuddin Mahmudsyah Dalam konteks religiusitas, masyarakat Madura dikenal memegang kuat (memedomani) ajaran Islam dalam pola kehidupannya kendati pun menyisakan 'dilema', untuk menyebut adanya deviasi/kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substantif) dan pola perilaku sosiokultural dalam praksis keberagamaan mereka itu. Pengakuan bahwa Islam sebagai ajaran formal yang diyakini dan dipedomani dalam kehidupan individual etnik Madura itu ternyata tidak selalu menampakkan linieritas pada sikap, pendirian, dan pola perilaku mereka. Dilema praksis keberagamaan mereka itu, kiranya menjadi tema kajian menarik terutama untuk memahami secara utuh, mendalam, dan komprehensif tentang etnografi Madura di satu sisi, dan keberhasilan penetrasi ajaran Islam pada komunitas etnik Madura yang oleh sebagian besar orang/etnik lain masih dipandang (di-yakini?) telah mengalami internalisasi sosiokultural, di sisi lain. Pemahaman demikian diharapkan dapat memberi kontribusi yang bermakna terutama bagi kejernihan dan kecerahan pola pandang elemen warga dan Bangsa. Madura memiliki kekayaan kesenian tradisional yang amat banyak, beragam dan amat bernilai. Dalam menghadapi dunia global yang membawa pengaruh materalisme dan pragmatisme, kehadiran kesenian tradisional dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
hidup bermasyarakat di Madura sangat diperlukan, agar kita tidak terjebak pada moralitas asing yang bertentangan dengan moralitas lokal atau jati diri bangsa. Madura dikenal sebagai wilayah yang tandus namun kaya akan kebudayaan. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura dibangun dari berbagai unsur budaya baik dari pengaruh animisme, Hinduisme dan Islam. Perkawinan dari ketiga unsur tersebut sangat dominan mewamai kebudayaan yang ada. Dalam perkembangannya berbagai kesenian yang benafaskan religius, terutama bernuansa Islami temyata lebih menonjol. Kekayaan seni tradisional yang berisi nilai-nilai adiluhur yang berlandaskan nilai religius Islami seharusnya dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda sebagai penerus warisan bangsa. Secara garis besar jenis-jenis kebudayaan tradisional Madura dapat dibagi dalam empat kelompok dan dari masing-masing kelompok tersebut mempunyai tujuan maupun fungsi yang berbeda, adapun jenis-jenis kebudayaan tradisional tersebut adalah: Pertama, seni musik atau seni suara yaitu tembang macapat, musik saronen dan musik ghul-ghul. Tembang macapat adalah tembang (nyanyian) yang mulamula dipakai sebagai media untuk memuji Allah SWT (pujian keagamaan) di surau-surau sebelum dilaksanakan shalat wajib, tembang tersebut penuh sentuhan lembut dan membawa kesahduan jiwa. Selain berisi puji-pujian tembang tersebut juga berisi ajaran, anjuran serta ajakan untuk mencintai ilmu pengetahuan, ajaran untuk bersama-sama membenahi kerusakan moral dan budi pekerti, mencari hakekat kebenaran serta membentuk manusia berkepribadian dan berbudaya. Melalui tembang ini setiap manusia diketuk hatinya untuk lebih memahami dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40
mendalami makna hidup. Syair tembang macapat merupakan manivestasi hubungan manusia dengan alam, serta ketergantungan manusia kepada Sang Penguasa Alam Semesta. Contoh tembang macapat: Mara kacong ajar onggu, kapenterran mara sare, Ajari elmo agama, elmo kadunnya‘an pole, Sala settongnga pabidda, ajari bi' onggu ate. Nyare elmo patar onggu, Sala settong ja' paceccer, Elmo kadunnyaan reya, Menangka sangona odhi Dineng eimo agama, menangka sangona mate.Paccowan kenga‘e kacong, bajangnga je' ella‘e, Sa‘are samalem coma, Salat wajib lema kale,Badha pole salat sonnat, rawatib ban salat lain (anggoyudo, 1983) Seni musik atau seni suara selanjutnya adalah musik Saronen. Beberapa atraksi kesenian Madura pengiring instrumen musiknya adalah saronen. Musik ini adalah musik yang sangat kompleks dan serbaguna yang mampu menghadirkan nuansa sesuai dengan kepentingannya. Walaupun musik saronen adalah perpaduan dari beberapa alat musik, namun yang paling dominan adalah liukliukan alat tiup berupa kerucut sebagai alat musik utama, alat musik tersebut bernama saronen. Musik saronen berasal dari desa Sendang Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep yang berasal dari kata senninan (hari senin) Suku Madura terkenal sebagai suku berwatak keras, polos, terbuka dan hangat, sehingga jenis musik riang dan berirama mars menjadi pilihan yang paling pas. Untuk mengiringi kerapan sapi dimainkan irama sarka yaitu permainan musik yang cepat dan dinamis, sedangkan irama lorongan jhalan (irama sedang) dimainkan pada saat dalam perjalanan menuju lokasi kerapan sapi. Irama lorongan toju’ biasanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
memainkan lagu-lagu gending yang ber irama lembut, biasanya digunakan untuk mengiringi pengantin keluar dan pintu gerbang menuju pintu pelaminan. Jenis seni musik atau seni suara selanjutnya adalah musik ghul-ghul yaitu didominasi oleh gendang (ghul-ghul). Namun dalam perkembangannya permainan musik ini memasukkan alat musik lainnya, baik alat musik tiup maupun alat musik pukul. Ciri spesifik dari alat musik ini adalah terletak pada model gendang yang menggelembung besar di bagian tengah. Musik ghul-ghul ini diciptakan untuk mengiringi merpati ketika sedang terbang. Iringan musik ini dipakai sebagai sarana hiburan bagi organisasi (perkumpulan) “dara gettak” , ketika membentak kemudian merpati dilepas ke udara, musik ini ditujukan untuk menyemarak kan suasana, musik ghul-ghul ini berasal dari desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep. Kedua, seni tari atau gerak yaitu tan muang sangkal dan tari duplang. Gerakan tari tradisional Madura tidak pemah terlepas dari kata-kata yang tertera dalam Al-Quran seperti kata Allahu atau Muhammad, begitu pula dengan batasbatas gerakan tangan tidak pemah melebihi batas payudara. Tari muang sangkal adalah sent tradisi yang bertahan sampai sekarang, Tari tersebut telah mengalami berbagai perubahan yaitu menjadi tarian wajib untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Sumenep. Sedangkan Tari duplang meru pakan tari yang spesifik, unik dan langka. Keunikan dari tarian ini disebabkan karena tarian ini merupakan sebuah penggambaran prosesi yang utuh dari kehidupan seorang wanita desa. Wanita yang bekerja keras sebagai petani yang selama ini terlupakan. Dijalin dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
42
dirangkai dalam gerakan-gerakan yang sangat indah, lemah-lembut, dan lemah gemulai. Tarian ini diciptakan oleh seorang penari keraton bernama Nyi Raisa. Generasi terakhir yang mampu menguasai tarian ini adalah Nyi Suratmi, dan tarian ini jarang dipentaskan setelah adanya pergantian sistem pemerintahan, peralihan dari sistem raja ke bupati. Sejak saat itu tarian ini jarang dipentaskan. Karena tingkat kesulitannya yang sangat tinggi, sehingga banyak penari enggan untuk mempelajarinya, maka tidak mengherankan apabila tarian duplang kini tidak dikenal dan diingat lagi oleh seniman-seniman tari generasi berikutnya. Dengan demikian tarian ini benar-benar punah. Ketiga, upacara ritual yaitu Sandhur Pantel. Masyarakat petani atau masyarakat nelayan tradisional Madura menggunakan upacara ritual sebagai sarana berhubungan dengan mahluk gaib atau media komunikasi dengan Dzat tunggal, pencipta alam semesta. Setiap melakukan upacara ritual media kesenian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh proses kegiatan. Masyarakat Madura menyebutnya sandhur atau dhamong ghardham, yaitu ritus yang ditarikan, dengan berbagai tujuan antara lain, untuk memohon hujan, menjamin sumur penuh air, untuk menghormati makam keramat, membuang bahaya penyakit atau mencegah musibah, adapun bentuknya berupa tarian dan nyanyian yang diiringi musik. Daerah-daerah yang mempunyai kesenian ini menyebar di wilayah Madura bagian timur. Batuputih terdapat ritus rokat dangdang, rokat somor, rokat bhuju, rokat thekos jagung. Di Pasongsongan terdapat sandhur lorho’. Di Guluk-guluk terdapat sandhuran duruding, yang dilaksanakan ketika panen jagung dan tembakau,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
43
berupa nyanyian laki-laki atau perempuan atau keduanya sekaligus tanpa iringan musik. Musik langsung dimainkan oleh peserta dengan cara menirukan bunyi dari berbagai alat musik. Di lingkungan masyarakat tradisional yang masih mempercayai ritual sandhur panthel yang diguna kan sebagai media penghubung dengan sang pencipta. Namun ritual ini sebenarnya bertentangan dengan agama Islam dan tidak pula diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, jadi ini merupa kan suatu bid’ah dan haram hukumnya jika dilaksanakan. Berbagai bentuk kesenian adalah aset kekayaan budaya lokal yang akan mampu melindungi anak bangsa dari berbagai hantaman budaya global. Pengaruh budaya global memang saat ini demikian gencarnya, mengalir dari berbagai pintu media massa, sehingga menyebabkan generasi muda kehilangan jati dirinya. Kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh suku bangsa di Indonesia lambat laun akan punah, hal itu disebabkan oleh ketidakacuhan dari berbagai unsur, baik pihak pemerintah daerah, instansi pemerintah, tokoh formal maupun informal, masyarakat ataupun kaum generasi muda. Namun yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini, apakah budaya itu pantas atau sesuai dengan ajaran agama Islam...!?? Jika tidak sesuai, maka budaya itu tidaklah wajib dilestarikan. Keempat, seni pertunjukan berupa kerapan sapi dan topeng dalang. Perlombaan memacu sapi pertama kali diperkenalkan pada abad ke 15 (1561 M) pada masa pemerintahan Pangeran Katandur di keraton Sumenep. Permainan dan perlombaan ini tidak jauh dari kaitannya dengan kegiatan sehari-hari para petani, dalam arti permainan ini mem berikan motivasi kepada kewajiban petani terhadap
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
44
sawah ladangnya dan disamping itu agar petani meningkatkan produksi ternak sapinya. Namun, perlombaan kerapan sapi kini tidak seperti dulu lagi dan telah disalahgunakan
sehingga
lebih
banyak
mudharat
daripada
manfaatnya.
Masalahnya banyak di antara para pemain dan penonton yang melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT, yakni mereka tidak lagi mendirikan shalat (Lupa Tuhan, ingat sapi). Kerapan sapi memang telah menjadi identitas, trade mark dan simbol keperkasaan dan kekayaan aset Kebudayaan Madura. Di sektor pariwisata, kerapan sapi mempakan pemasok utama Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), karena dari sektor ini para wisatawan mancanegara maupun domestik datang ke Madura untuk menyaksikan kerapan sapi. Seni pertunjukan selanjutnya adalah topeng dalang, konon topeng dikatakan sebagai kesenian yang paling tua. Adapun bentuk topeng yang di kembangkan di Madura berbeda dengan topeng yang ada di Jawa, Sunda dan Bali. Topeng Madura pada umumnya lebih kecil bentuknya dan hampir semua topeng diukir pada bagian atas kepala dengan berbagai ragam hias. Ragam hias yang paling populer adalah hiasan bunga melati. Adapun penggambaran karakter pada topeng dalang selain tampak pada bentuk muka juga dalam pemilihan wama, untuk tokoh yang berjiwa bersih digunakan wama putih, wama merah untuk tokoh tenang dan penuh kasih sayang, wama hitam untuk tokoh yang arif dan bijaksana bersih dari nafsu duniawi, kuning emas untuk tokoh yang anggun dan berwibawa, wama kuning untuk tokoh yang pemarah, licik dan sombong.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
45
Setiap pementasan topeng dalang seluruh pemainnya didominasi laki-laki, penari sebanyak kira-kira 15-25 orang dalam lakon yang dipentaskan semalam suntuk, adapun aksesoris nya adalah taropong, sapiturung, ghungseng, kalong, rambut dan badung. Sedangkan untuk pemeran wanita aksesoris tambahannya adalah berupa sampur, kalung ular, gelang dan jamang. Teater topeng dalang Madura adalah satu-satunya teater tradisional yang mampu menaikkan pamor seni tradisi. Di era tahun 80-an sampai dengan tahun 90-an topeng dalang Sumenep melanglang buana sampai ke benua Amerika, Asia dan Eropa, kota-kota besar yang disinggahi adalah London, Amsterdam, Belgia, Perancis, Jepang dan New York. Penampilan seni tradisional ini mampu memikat, memukau dan menghipnotis serta menimbulkan decak kagum para penonton, begitu hangat sam butan masyarakat intemasional terhadap kesenian topeng dalang. Maka dengan demikian, pihak Pemerintah Daerah, masyarakat dan khususnya generasi muda pelajar saat ini haruss menjadi tonggak sebagai pelestari budaya daerah Madura, agar budaya yang telah ada tidak hilang atau punah dan akan terus menjadi kebanggaan bangsa. Namun budaya itu juga harus sesuai dan tidak lepas dari norma atau aturan agama Islam, sehingga tidak termasuk budaya yang tidak diperbolehkan dan haram menurut agama. (http://kabarmadura07.blogspot.com/2009/11/catatan-kecil-budaya-madura.html)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu jenis penelitian yang berisi tentang paparan dengan tidak melibatkan kalkulasi angka (Kuncoro : 2003 ). Menurut Strauss and Corbin(1997), penelitian deskriptif kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Metode penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana penulis sebagai instrumen kunci, untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, oleh karena itu penelitian ini tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Kriteria dalam penelitian ini adalah data yang pasti yaitu yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan hanya sekedar yang terlihat,dan terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Penelitian ini diarahkan untuk dapat menggali lebih dalam mengenai perilaku komunikasi dalam akulturasi budaya antar entis Jawa dan etnis Madura dikawasan Sampang Madura.
.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
3.2.
Definisi Konseptual
3.2.1. Perilaku Komunikasi Berdasarkan pada definisi perilaku yang telah di ungkapkan sebelumnya, perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada. Atau dengan kata lain, perilaku komunikasi adalah cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang di anut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi juga berarti tindakan responden dalam mencari cara-cara berfikir, menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat setempat, Jika mengikuti pengertian komunikasi dari model-model linier, maka perilaku komunikasi berarti tindakan atau respon terhadap sumber dan pesan. Sedangkan jika mengikuti model-model transaksional, maka perilaku komunikasi berarti tindakan perilaku seseorang sebagai pelaku komunikasi (komunikan), karena disini komunikasi di artikan sebagai saling berbagai pengalaman atau the sharing of experience (Tubbs dan silvia ,1993:342). Dalam mencari dan menyampaikan informasi, sebaiknya tidak sekedar mengukur frekuensi (kuantitas) komunikasi. Menurut Berlo (1983:106-132) mendeskrifsikan level komunikasi adalah mengukur kedalam (derajat) dalam mencari dan menyampaikan informasi, yang meliputi (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
48
Only talk di tunjukkan dengan pembicaraan yang masih bersifat umumumum saja. Interdependent di tunjukkan dengan pembicaraan yang lebih intensitif dan serius. Empathy ditunjukkan dengan kemampuan untuk menyampaikan saransaran atas materi yang sedang di bicarakan. Dalam berkomunikasi,seseorang tidak harus memulai dari level pertama. Bisa saja langsung pada level kedua, ketiga dan empat. (pustaka.unpad.ad.id/wpcontent/uploads/2009/03/perilaku_komunikasi_sadar_pan gan_dan_gizi.pdf—12 januari,21.00)
3.2.2. Difusi dan Akulturasi budaya Difusi sebagai suatu proses yaitu proses penyebaran unsur-unsur budaya (yang baru bagi masyarakat penerima) adalah merujuk kepada pengembangan atau growth dan tradisi sebagai suatu proses merujuk pada pemeliharaan. Merujuk Tylor dalam Soekanto (1982:51), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, kemampuankemampuan serta kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Artinya, kebudayaan mencakup semua yang dapat di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang di pelajari oleh pola-pola perikelakuan yang normatif, yaiitu mencakup segala caracara berpikir, merasakan dan bertindak objek kebudayaan itu bisa berupa rumah, jembatan alat komunikasi, dan sebagainya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
Dari pendapat pendapat di atas di hubungkan dengan proses difusi kebudayaan,
dapat
disimpulkan
bahwa
difusi kebudayaan
mengandung
pengertian, tersebarnya suatu kebudayaan atau masuknya unsur budaya masyarakat kedalam masyarakat lain melalui interaksi sosial. Bentuk kongkret dari interaksi itu adalah komunikasi.(ahmad sihaudin,2011:53-55) Akulturasi adalah proses pebelajaran bagaimana untuk hidup dalam budaya yang baru. Berry menjelaskan akulturasi sebagai “ proses dari perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua atau ebih kelompok budaya dan anggotanya. Dalam tahap individual, hal ini melibatkan perubahan dalam perilaku seserang proses penesuaian ini merupakan proses panjang yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.(Samovar,dkk,2010:479)
3.2.2 Hambatan Akulturasi Budaya Beralih pada isu dan strategi yang akan mempercepat atau menghambat proses akulturasi ini yaitu , bahasa, ketidakseimbangan, dan etnosentrisme. Harper menyimpulkan pandangan ini dalam tulisannya, “keterbatasan bahasa merupakan penghalang yang besar dalam penyesuaian dan komunikasi budaya yang efektif, di mana kurangnya pengetahuan berkaitan mengenai cara berbicara kelompok tertentu akan mengurangi tingkat pemahaman yang dapat kita capai dengan rekan kita” orang-orang berusaha untuk menyusuaikan diri dan berinteraksi dengan budaya baru harus menghadapi tantangan yang berhubungan tidak hanya dengan belajar bahasa tambahan, namun juga dengan pola budaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
50
yang unik yang di temukan dalam setiap bahasa. Variasi dalam penggunaan bahasa dapat berarti banyak, mulai dari penggunaan idiom, aturan yang berbeda mengenai giliran berbicara, sampai pada aspek linguistik untuk menunjukkan rasa hormat, jika anda tidak dapat belajar bahasa budaya tuan rumah, kemudian anda harus paling tidak mencoba untuk menguasai dasar-dasarnya, seperti cara menyapa, bagaimana memberi respons yang tepat dan sopan, serta kata-kata yang berhubungan dengan transportasi umum dan berbelanja makanan dan kebutuhan yang lain. Ketidakseimbangan ini diasosiasikan dengan adptasi yang melahirkan dua isu yang saling bertentangan: (1) preferensi relatif untuk mempertahankan kebudayaan asli serta identitas seseorang, dan (2) preferensi relatif untuk berhubungan dengan anggota budaya tuan rumah. Isu yang bertentangan ini mengarah pada empat cara seorang pengunjung berpindah ke budaya yang baru. Hal ini mencakup menerima budaya baru secara keseluruhan sampai menolaknya. Pertama asimilasi, terjadi ketika imigran tidak ingin lagi mempertahankan identitas budaya asli mereka dan memilih bergabung dengan masyarakat tuan rumah. Kedua, pemisahan yang terjadi ketika imigran memegang teguh nilai budaya aslinya, menolak interaksi dengan budaya tuan rumah, dan berpaling hanya pada budaya mereka sendiri. Bentuk ketiga, integrasi terjadi ketika pengunjung sedikit tertarik untuk mempertahankan budaya aslinya selama interaksi sehari-hari dengan orang dari budaya tuan rumah, dalam situasi ini, beberapa nilai budaya asli dipertahankan, dan pada saat bersamaan mencoba untuk berfungsi sebagai anggota integral dari jaringan sosial budaya tuan ruamah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
51
Bentuk paling akhir adalah marginalisasi yang terjadi ketika ada sedikit kemungkinan untuk mempertahannkn warisan budaya asli seseorang (kadang berakhir dengan kehilangan budaya) atau sedikit rasa tertarik untuk berhubungan dengan orang lain (kadang untuk alasan pengecualian atau diskriminasi). Seperti yang anda dapat lihat, tiga cara yang pertama merupakan pilihan si imigran. Strategi marginalisasi, bagaimanapun, berada diluar pilihan seseorang dan merupakan akibat dari kekuatan eksternal yang tidak dapat di control Etnosentrisme. Halangan akulturasi kadang tumbuh karena entnosentrisme yang mengarah pada prasangka yang pada gilirannya mengakibatkan kecurigaan, permusuhan, bahkan kebencian. Apa yang menarik mengenai etnosentrisme adalah bahwa hal tersebut mempengaruhi baik imigran maupun budaya tuan rumah. Menurut gouttefarde, anggota budaya tuan rumah juga mengalami banyak gejala adaptasi yang di asosiasikan dengan pengunjung: rasa gelisah, ketakutan, depresi, kecerobohan, dan kelelahan hal ini mengarah pada penilaian angota budaya tuan rumah terhadap orang yang berusaha untuk beradaptasi tidak dapat atau tidak akan, menghilangkan budaya aslinya. Kunci dari adaptasi yang efektif adalah kedua belah pihak untuk mengenali pengaruh etnosentrisme dan usaha untuk mengawasinya. Dinamika stress-Adaptasi pertumbuhan. Dalam penelitian yang terakhir, kim telah mengembangkan model teoritas yang menunjukkan proses penyesuaian budaya yang lebih kompleks dibandingkan model kurva-U dan model kurva-W. Ia memandang penyesuaian sebagai proses “stress-adaptasi-pertumbuhan.” Dari perspektif ini, ketika memasuki budaya baru, seseorang mengalami stress sebagai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
52
akibat dari hilangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal. Jadi. Ia menjadi stress ketika berhadapan dengan cara yang baru dan berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
mengurangi
stres,
ia
mulai
mengembangkan
dan
menggabungkan norma budaya baru yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi secara normal, sehinga mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Melalui pengalaman yang berkelanjutan dari adaptasi stress, perspektif seseorangpun semakin luas, sehingga menghasilkan pertumbuhan pribadi. Tiga komponen stress-adaptasi-pertumbuhan membentuk sebuah proses yang dinamis. Menurut kim: Dinamika stress-pertumbuhan berperan tidak hanya dalam deret linear yang mulus, namun dalam sebuah representasi” mundur-untuk-melompat-maju” yang berkelanjutan dari hubungan antara stress, adaptasi, dan pertumbuhan yang terjadi sekarang. Orang asing merespons setiap pengalaman stress tersebut dengan”mundur,” yang pada gilirannya mengaktifkan energi untuk menolongnya mengatur dirinya sendiri dan”melompat maju”. proses ini berlangsung selama ada tantangan lingkungan yang baru.(Samovar,dkk,2010:479-482)
3.3. Lokasi Penelitian Sesuai dengan tema, penelitian ini dilakukan dikawasan Sampang Madura, Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai orang yang tinggal dikawasan Sampang Madura, terdapat beberapa suku pendatang yang tinggal di daerah ini diantaranya adalah Jawa, Arab, Cina, dan pendatang lainnya. Masyarakat jawa adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
53
pendatang terbanyak yang bermigrasi ke pulau madura karena pulau Madura memang berbatasan langsung dengan pulau Jawa. Seperti apa sebelumnya sudah peneliti jabarkan bahwa adanya pendatang yang tinggal dikawasan Sampang Madura tentunya membawa budaya baru dan dalam kurun waktu yang tidak disadari telah terjadi percampuran budaya (akulturasi budaya), sebagai pendatang dengan jumlah terbanyak maka masyarakat suku Jawa punya peran besar dalam percampuran budaya ini. Dengan semua percampuran budaya yang terjadi khususnya diantara masyarakat Madura dan masyarakat Jawa membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku komunikasi dalam akulturasi budaya antar entis Jawa dan etnis Madura dikawasan Sampang Madura.
3.4. Informan Berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan key informant atas situasi sosial tertentu yang sarat akan informasi sesuai dengan fokus peneltian (Bungin, 2003:53) sedangkan key informant itu sendiri adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan mendalam tentang komunitasnya (orang luar yang lama bekerja dengan satu komunitasnya) dapat memberikan data yang berharga atau informasi pokok yang di perlukan dalam penelitian (Suyanto, 2006:189). Dalam penelitian ini informan yang harus di ambil baru dapat di ketahui ataupun di dapatkan setelah atau dalam melakukan penelitian. Hal ini disebabkan karena teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan penelitian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
54
nonkualitatif. Namun demikian peneliti berusaha akan menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari berbagai sumber. Peneliti akan mencari variasi informasi sebanyak banyaknya dari informan. Informan disini memiliki ciri-ciri antara lain : 1. Informan di pilih secara berurutan. Tujuan memperoleh variasi sebanyak – banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan informan dilakukan jika informan sebelumnya sudah di jaring dan di analisis 2. Penyesuain berkelanjutan dari informan. Pada mulanya setiap informan dapat sama kegunaannya. Namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk maka akan terlihat bahwa informan semakin dipilih atas dasar fokus perhatian. 3. Penelitian informan berakhir jika ada perulangan. Menentukan jumlah informan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang di lakukan. Apabila maksudnya untuk memperluas informasi yang dapat di jaring, maka pemilihan informasi dapat di akhiri. Maksudnya disini adalah jika mulai terjadi pengulangan informasi, maka pemilihan informan dapat atau langsung di hentikan. Informan dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat yang berasal dari etnis Madura dan Jawa yang tinggal dikabupaten Sampang dan harus mengerti tentang budayanya. dalam penelitian kualitatif tidak dipersoalkan dengan jumlah sampel yang dipergunakan karena bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak ditemukan lagi variasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
55
informasi maka tidak perlu lagi mencari informan baru dan proses pencarian informasi dianggap selesai(Bungin,2003:53) 3.5. Jenis Sumber Data Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini adalah semua data yang bukan dalam bentuk angka ( Kuncoro : 2003 ). Ada dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Data Primer Data primer yaitu sumber data pertama yang diambil dimana sebuah data akan dihasilkan (Bungin : 2001). Dalam penelitian ini, sumber data primer akan diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan sumber yang memenuhi persyaratan sebagai informan penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu sumber data kedua setelah sumber data primer ( Bungin : 2001). Dalam data sekunder ini, peneliti mengambil data dari bukubuku, internet, melakukan wawancara dengan masyarakat lokal setempat, melakukan observasi maupun data-data lain dari sumber eksternal yang menunjang topik penelitian. 3.6. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian (Bungin :2001). Peneliti menggunakan metode dekriptif kualitatif yaitu, pengumpulan data tidak dipadu oleh teori, tetapi dipadu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan (Sugiyono: 2005).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
56
Dalam penyusunan penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) untuk mengidentifikasi mengenai perilaku komunikasi dalam akulturasi antar entis Jawa dan etnis Madura dikawasan Sampang Madura. . Metode wawancara mendalam adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. Wawancara
mendalam
digunakan
mendapatkan
informasi
lebih
dalam
(Sugiyono:2005). Wawancara mendalam mirip dengan percakapan informal. Metode wawancara mendalam ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi dari semua informan, tetapi urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan. Metode wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan maupun susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya responden yang dihadapi (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya) (Mulyana:2004).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
57
2. Studi Kepustakaan Kemudian, peneliti juga melakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara mencari, membaca dan mempelajari literatur-literatur, buku-buku, majalahmajalah, maupun sumber lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas peneliti guna mendapat bahan-bahan yang dapat melengkapi dan mendukung penulisan penelitian ini. 3.7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis domain
( mencari gambaran umum informan ), taksonomi ( menjabarkan lebih
rinci ), dan kultural ( mencari hubungan yg relvan dengan judul ). Dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu (Bungin : 2001). Penelitian dilakukan melalui analisis dengan menggunakan acuan penelitiannya yaitu acuan kualitatif. Strategi ini dimaksudkan, bahwa analisis bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Hal yang pertama dilakukan oleh penulis adalah mereduksi data, yaitu menentukan hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Setelah itu data disajikan / display dalam uraian singkat, bagan, hubungan anatar kategori dan sejenisnya. Dan akhirnya ditarik kesimpulan / verifikasi data yang masih bersifat sementara, dan dapat berubah jika tidak ada bukti yang mendukung, namun jika sudah ada bukti maka data bersifat kredibel.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
58
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
4.1 Gambaran Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran umum Madura Madura adalah nama pulau yang terletak di sisi utara Jawa Timur. Pulau Madura ini besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil dari pulau Bali), dengan penduduk sebanyak 4 juta jiwa. Madura dibagi menjadi 4 kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan berada di ujung paling barat pulau Madura dan saat ini telah dibangun jembatan terpanjang di Indonesia, jembatan Suramadu (SurabayaMadura), merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya, serta tercakup dalam Gerbangkertosusila. Dan uniknya Sumenep yang merupakan salah satu kabupaten di Madura selain terdiri dari wilayah daratan, terdiri pula dari kepulauan yang berjumlah 126 pula, Sedangkan Sampang di kenal sebagai penghasil tembakau terbaik dan mempuyai kekayaan alam seperti minyak Bumi dan garam.
Pada dasarnya setiap kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat pasti akan terus bertahan dan berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat masih menganggap bahwa kebudayaan tersebut masih mempunyai nilai-nilai yang baik dan sakral. Sehingga untuk meubah atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
59
mengganti suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam jiwa suatu masyarakat, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.Berakar dari masalahmasalah itulah, untuk mengetahui dan memahami pandangan masyarakat tentang suatu kebudayaan, Peneliti harus melakukan penelitian tentang kebudayaan dengan metode etnografi kualitatif dalam akulturasi di Sampang Madura. Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jatidiri individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Kehidupan mereka di tempat asal maupun di perantauan kerapkali membawa ─ dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar ─ identitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka mendapat perlakuan sosial maupun kultural ─ secara fisik dan/atau psikis ─ yang dirasakan tidak adil, bahkan tidak proporsional dan di luar kewajaran.
4.2 Penyajian Data Narasumber 1 Nama
: Sutrisno,Spd
Tempat/tgl lahir
: Magetan, 14-07-1952
Alamat
: Dsn Jelgung
Pekerjaan
: Pegawai Negri sipil
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
60
Narasumber 1 adalah keturunan suku jawa (Magetan) yang telah tinggal lebih dari 37 tahun dikabupaten Sampang Profesinya sebagai mantan kepala sekolah membuat beliau dahulu harus berinteraksi dengan banyak kalangan dikabupaten Sampang. Sehingga beliau cocok menjadi nararasumber penelitian, Beliau yang sedang membersihkan motor di halaman rumahnya, pada saat penulis panggil salam
beliau kaget, kemudian penulis meminta maaf dan sambil
memohon untuk melakukan wawanca sepintas tentang budaya Sampang dan akulturasi budaya, kemudian beliau berkenan untuk di wawancarai dan penulis dipersilahkan masuk kerumahnya. beliau Sambil tersenyum duduk di kursi dan mengisab rokok dengan menjawab beberapa pertanyaan penulis, beliau menjawab setiap pertanyaan narasumber dengan semangat sambil tersenyum,,,,,,,
Narasumber 2 Nama
: Sugiarto Ana Pd
Tempat/tgl lahir
: Madiun,20-12-1956
Alamat : Dsn
: Dsn Sumber
Pekerjaan
: kepala sekolah
Narasumber 2 adalah keturunan suku jawa(madiun) yang telah tinggal selama 35 tahun dikabupaten Sampang .profesinya sebagai kepala sekolah membuat dia berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sampang. Sehingga beliau cocok menjadi narasumber penelitian, beliau yang sedang beristirahat sambil menonton pertandingan sepakbola liga indonesia, narasumber
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
61
menghampiri beliau dan meminta berkenan untuk memberikan informasi tentang kebudayaan Sampang, beliau kelihatan sangat lelah dan muka kaku, beliau sebagai kepala sekolah yang mengerti terhadap mahasiwa semester akhir,sehingga beliau dengan sangat terbuka untuk di wawancarai, kemudian beliau menjawab semua pertanyaan narasumber sambil tertawa dengan semangat, karena beliau teringat pada kejadian-kejadian( lucu) waktu pertama kali ke Sampang.
Narasumber 3 Nama
: Mochamat Pipit Fatoni
Tempat/tgl lahir
: Lamongan, 06 juni 1988
Alamat : Dsn
: Kenanga
Pekerjaan
: wiraswasta
Narasumber 3 adalah keturunan suku jawa (lamongan) yang telah tinggal selama 10 tahun dikabupaten sampang profesinya sebagai pedagang kakii lima (penjual ayam goreng) menjadi layak sebagai narasumber karena beliau sering bertemu masyarakat sampang di sebagian besar pelanggannya, beliau yang masih berumur sekitar 27 tahun merupakan orang yang sangat lucu dan sering tertawa dan tersenyum saat di wawancarai
Narasumber 4 Nama
: H. Mawerdi
Tempat/tgl lahir
: Gn. Rancak Robatal Sampang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
62
Alamat : Dsn
: Nangger
Pekerjaan
: Kepala Desa
Narasumber 4 adalah merupakan keturunan asli sampang dan tinggal di Sampang Madura mulai dari sejak lahir profesinya sebagai kepala desa di Sampang sehingga melihat dari jabatannya sebagai tokoh masyarakat menjadi layak sebagai narasumber, beliau saat di wawancarai sangat semangat, keras suaranya, menghayati, tegang, seru , lucu dan menyenangkan karena penjelasan beliau tersendat-sendat.
Narasumber 5 Nama
: Bapak Hariri
Tempat/tgl lahir
: Sampang
Alamat : Dsn
: jalan Tanjungan
Pekerjaan
: Kepala Sekolah Sd.
Narasumber 5 adalah merupakan keturunan asli Sampang dan tinggal di sampang Madura mulai dari sejak zaman nenek moyang. Profesinya sebagai Guru SD di Sampang sehingga melihat jabatannya sebagai Guru beliau layak sebagai narasumber, Tentunya sebagai Narasumber yang berpendidikan beliau lebih lancar berkomunikasi meskipun dilakukan sambil merokok, beberapa ekspresi wajah beliau selalu terlihat berwibawa.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
63
Narasumber 6 Nama
: H. Sakur
Tempat/tgl lahir
: Sampang
Alamat : Dsn
: Karang penang
Pekerjaan
: kelapa Desa
Narasumber 6 adalah merupakan keturunan asli sampang dan tinggal di Sampang Madura mulai dari sejak kecil lahir di Sampang profesinya sebagai Kepala Desa, Dari jabatan Beliau sudah terlihat bahwa beliau sebagai masyarakat di Sampang dan layak sebagai Narasumber, dalam jawaban beliau ketika wawancara berlangsung, beliau selalu mengungkapkan bahasa madura yang tanpa disengaja serta ungkapan beliau yang kadang melebar dari pertanyaan narasumber, beliau kadang tertawa lepas terbahak-terbahak karena semangatnya namun tidak lepas dari sebagai tokoh masyarak terlihat kewibawaannya.
4.3 Analisa Data Narasumber 1 Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 1 mengaku sebagai suku Jawa dapat di buktikan dari jawaban narasumber “saya Jawa mas.” Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? “Saya sudah 37 tahun lebih di sampang”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
64
Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 1 ” Perbedaannya tentu ada Madura dulu primitif terkenal keras” Bagaimana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? Menurut narasumber 1 ” pertama ada keraguan tapi sebagai orang jawa saya bisa menyesuaikan lingkungan menyusupi alurnya suku madura” Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? Merasa nyaman, beliau merasa cocok di Sampang seperti penjelasan beliau” Sampek saat ini saya merasa enak, aman’ Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Menurut narasumber 1 ” hubungan saya sukup baik kami sangat dekat dengan orang-orang pribumi” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Menurut narasumber 1 ” Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara , kalau dengan suku Madura ya bahasa Madura, ketemu orang jawa ya bahasa jawa, ketemu lain suku lagi ya pakek Bahasa Indonesia”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
65
Pernahkah terjadi konflik karena perbedaan budaya? Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat sampang kini? Konflik,tidak pernah terjadi konflik,terbukti “Gak pernah terjadi konflik kami saling pengertian” Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “kami bersikap baik” Saling menghormati, Saling ngenal mengenal, Saling kunjung mengunjung” semangat jawabnya budaya madura setelah percampuran
Budaya, menurut narasumber 1 masyarakat sampang dahulu dikenal lebih primitive, namun pada perkembangannya masyarakat sampang mulai berubah kearah yang lebih baik, salah satu penyebabnya adalah masukknya informasi baru yang dibawa oleh suku pendatang, hal ini yang membuka wawasan masyarakat sampang. Adaptasi, sebagai warga pendatang di tempat yang berbeda suku dan budaya tentunya beliau mengalami keraguan (cultural Shock) , namun sebagai orang jawa yang dinamis beliau memilih untuk memasuki alur-alur budaya Madura, disini terlihat bahwa suku pendatanglah yang lebih meleburkan budayanya namun tidak menutup kemungkinan budaya setempat juga mengalami perubahan karenanya. Hubungan narasumber dengan suku lain (Madura),Beliau merasa mempuyai hubungan baik walaupun berbeda budaya,karena bagaimanapun juga hubungan baik itu harus terjalin di manapun berada, apa bila kita baik terhadap
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66
orang lain maka akan terjadi feedback yang baik tapi sebaliknya apa bila kita berbuat kesalahan terhadap orang lain maka akan terjadi kejadian atau konflik yang lebih besar Cara berkomunikasi, narasumber satu mengaku menggunakan bahasa yang sesuai dengan lawan bicara beliau tergantung (komunikan) “Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara” , klo dengan suku Madura ya bahasa Madura, ketemu orang jawa ya bahasa jawa, ketemu lain suku lagi ya pakek Bahasa Indonesia” berikut adalah potongan jawaban narasumber yang menunjukkan bahwa narasumber 1 mempelajari bahasa lokal setempat untuk mengurangi noise (hambatan komunikasi) Konflik, Narasumber selama di sampang merasa nyaman dan tidak pernah ada konflik, Terbukti beliau tinggal di sampang sangat lama, belau merasa cocok dengan masyarakat sampang dan suka terhadap budaya Madura, shingga beliau berdomidisili di sampang dan menjadi penduduk sampang Madura Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber satu telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beliau melewati tahap satu pada awal proses perpindahan dari Jawa ke Madura ,tahap dua dan tiga baru dilewatinya setelah beliau menjadi guru di Sampang. bahkan saat ini sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk lokal setempat.. Sampang kini, tentunya bukan sampang yang dulu, yang terkenal keras, Namun Sampang kini telah mengalami perubahan yang sangat pesat, akulturasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
67
telah membawa msyarakat sampang ke arah yang lebih positif sehingga sampang menjadi maju dan lebih positif
Narasumber 2 Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 2 mengaku sebagai suku Jawa dapat di buktikan dari jawaban narasumber “saya Jawa mas.asal madiun” Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? “Saya sudah 35 tahun lebih di sampang” Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 2 ” Perbedaannya tentu ada sampang dulu sangat jauh masih belum maju seperti saat ini” klo perbedaan budaya ada seperti misalnya mantenan,klo dijawa pakek siraman sedangkan di Madura gak pakek siraman meskipun sama-sama pakek kuade" Bagaimana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? Menurut narasumber 2 Beradaptasi, “ke tetangga sekitar saya walaupun pada waktu itu saya blom ngerti bahasa Madura dan lambat laun saya ngerti bahasa Madura.sehingga bisa beradaptasi”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
68
Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? Merasa nyaman beliau mengunkapkan dengan muka polos,terbukti ” ya saya merasa nyaman” Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Menurut narasumber 2 ” Hubungan: saya merasa punya hubungan yang baik” walaupu ada perbedaan dikit tetapi kita harus terima” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Menurut narasumber 2 ” Saya selalu menyesuaikan diri” apakah itu ngerti bahasa Indonesia,jawa,Madura. Seperti itu” Pernahkah terjadi konflik karena perbedaan budaya? Konflik: Selama ini belum pernah terjadi terungkap dengan wajah polosnya’ Gakpernah, dibencipun tidak Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “kami bersikap baik dan saling menghormati”
Budaya, menurut narasumber 2 melihat persamaan dan perbedaan budaya antara jawa dan madura yang dicontohkan melalui tatacara perkawinan, menurut beliau; sampang seperti contoh ketika pernikahan di Madura tidak memakai acara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
69
siraman, meskipun sama-sama memakai koadi, sedangkan dijawa memakai siraman; keterangan narasumber diatas dapat diartikan bahwa beliau mengerti salahsatu bagian dari budaya madura dan beliau berusaha mencari prsaman antara budayanya dengan budaya local setempat yang dapat diartikan beliau menerima serta menyesuaikan diri dengan budaya madura. Adaptasi, narasumber 2 tidak mengalami kesulitan saat beradaptasi terhadap masyarakat sampang dan beliau langsung berbaur terhadap masyarakat sampang tanpa ada kendala apapun dalam beradaptasi Hubungan, Beliau sebagai pendatang dan sebagai suku yang berbeda merasa nyaman dan sangat baik Cara berkomunikasi, sama halnya dengan narasumber satu, Narasumber dua mempelajari bahasa madura agar bisa dimengerti oleh penduduk setempat. Poin ini juga menunjukkan adanya usaha untuk mendekatkan diri dengan budaya setempat dibuktikan dengn jawaban narasumber “saya menyesuaikan diri apakah itu ngerti bahasa Indonesia, bahasa jawa, ataupun bahasaMadura. “ Konflik, menurut beliau tidak pernah terjadi karena beliau sudah bisa beradapatasi dengan masyarakat sampang sehingga terjadi kerukunan, ke amanan dan kenyamanan antar masyarakat didalam budaya yang berbeda. Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber dua juga telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, dengan profesi yang sama dengan narasumber satu yakni guru beliau juga melewati tahap satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
70
pada awal proses perpindahan dari Jawa ke Madura adanya perbedaan bahasa dirasakan oleh beliau ,tahap dua dan tiga baru dilewatinya setelah beliau menjadi guru di Sampang . Bahkan saat ini sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk lokal setempat, beliau mempelajari bahasa Madura untuk memperlancar interaksi dengan penduduk Madura. Sampang kini, menurut informan dua sampang telah mempunyai kemajuan yang modern yang telah mengikuti jaman dengan mengikuti budayabudaya lain yang mengacu kearah yang positif
Narasumber 3. Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 3 mengaku sebagai suku Jawa. ” Saya berasal dari lamongan” Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? “Saya sudah Lama tinggal di sampang, kurang lebih sepuluh tahun; sambil tersenyum” kurang leih 10 tahun" Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 3 ” Perbedaanya sekarang lebih positif, dalam arti lebih bagus” Bagaimana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? Menurut narasumber 3
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
71
” Pertama agak sedikit sulit karena bahasa Madura belum bisa, tapi sedikit demi sedikit bergaul bisa dan pertama bahasa saya campur-campur” Apakah anda merasa nyaman dengan perbedaan budaya ini? Merasa nyaman, saya merasa nyaman, seperti yang di ungkapkan, sambil tersenyum” ya saya merasa nyaman disini” Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Menurut narasumber 3 ” hubungan beliau cukup baik dengan suku yang lain, sebagai pedagang kaki lima tetunya sering berinteraksi dengan banyak orang. Berikut jawaban narasumber 3 ”ya hubungan saya baik dan sangat baik apa lagi terhadap pelanggan saya” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Menurut narasumber 3 ” Komunikasi saya terhadap mereka, lancar-lancar ” cara saya pertama menggunakan bahasa Indonesia soalnya takut yang bicara sama saya gak ngerti bahasa jawa, seperti itu” Pernahkah terjadi konflik karena perbedaan budaya? “ Alhamdulillah selama di sampang belom pernah terjadi konflik ” Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “Saya bersikap sopan, dan masyarakat sampang pun demikian karena pada dasarnya baik-baik”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
72
Budaya, menurut narasumber 3 sependapat dengan narasumber satu, masyarakat sampang dahulu dikenal lebih primitif, namun pada perkembangannya masyarakat sampang mulai berubah kearah yang lebih baik, salah satu penyebabnya adalah masukknya informasi baru yang dibawa oleh suku pendatang, hal ini yang membuka wawasan masyarakat sampang. Adaptasi, beliau mengungkap pada awalnya mengalami kesulitan karena pemahaman bahasa Madura yang kurang namun beliau berusaha untuk mempelajarinya hingga lambat laun beliau mengerti dengan baik, hal ini menunjukkan adanya upaya untuk dapat diterima (beradaptasi) dengan penduduk setempat. Hubungan, narasumber berhungan baik dengan masyarakat Sampang , beliau merasa menerima dan diterima oleh budaya Sampang, sebagai pedagang kaki lima yang mengharuskan beliau bertemu dengan banyak orang setiap harinya tanpa melihat suku apapun, beliau juga memiliki langganan dari suku Madura, disini terlihat adanya kegiatan saling membutuhkan antara keduanya. Beliau juga merasa diterima dan menerima di Sampang terbukti dari jawaban beliau “Saya bersikap sopan, dan masyarakat sampang pun demikian karena pada dasarnya baik-baik” Cara komunikasi,cara beliau berkomunikasi tidak terlalu sulit
karena
beliau sudah memahami bahasa madura meski pada awalnya beliau belum mengerti bahasa setempat dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
73
sehari-hari,beliau menggunakan bahasa Indonesia dengan sebab takut tidak dimengerti oleh orang dari suku yang lain. Konflik,selama beliau berada di sampang tidak pernah mengalami konflik, dalam penjelasannya beliau cocok dengan budaya sampang terlihat pada jawaban narasumber “Alhamdulillah selama di Sampang belom pernah terjadi konflik” Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber tiga telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beliau melewati tahap satu pada awal proses perpindahan dari Jawa ke Madura senada dengan narasumber dua perbedaan bahasa memperlambat proses komunikasi yang terjadi ,tahap dua dan tiga baru dilewatinya setelah beliau menjadi pedagang kaki lima di Sampang. bahkan saat ini sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk lokal setempat, beliau mempelajari bahasa campuran antara jawa dan madura untuk memperlancar interaksi dalam perilaku komunikasi.. Sampang kini, menurut narasumber
3 sampang
telah mengalami
perubahan yang positif dan sekarang terus berubah secara perlahan.
Narasumber 4, Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 4 mengaku sebagai suku madura, dapat di buktikan dari jawaban narasumber “saya asli sampang.”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
74
Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? Berikut jawaban narasumber 4 “ya saya asli masyarakat sampang, dari orang tua saya sampek buyut saya asli orang sampang” Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 4 ” ya tentu banyaklah perbedaan madura dulu dengan Madura saat ini karena Madura dulu dan sekarang tue sangat pesat lah sangat jauh berbedalah ya mungkin karena factor budaya jawa yang masuk kesampang ini dan juga perkembangan disini sangat maju dengan factor pendidikan yang lumayan maju ktimbang dulu klo dulu yang skolah Sd saja hanya beberapa saja ya klo sekarang sudah banyak yang sarjana-sarjana gitu sudah banyak yang kuliah” “ya klo menurut saya maju soalnya kalo dulu sedikit-sedikit carok, kalo sekarang alhamdulilah sudah tidak mendahulukan kekerasan, sekrang klo ada masalah sudah mendahulukan mosawaroh dulu” Bagaimana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? Menurut narasumber 4 ” sebenarnya susah untuk beradaptasi tapi saya berusaha untuk menyesuaikan karena orang-orang yang datang kesini itu tidak tau dengan budaya saya dan saya juga tidak tau budaya mereka yang jukup jelas cuma saya menyesuaikan dengan bahasa, kan orang jawa itu lemah lembut jadi saya menyesuaikan lalu saya juga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
75
menyesuakan budaya saya terhadap mereka biar tidak ada kesenjangan social dengan tidak ada kecemburuan” Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? “Saya Merasa nyaman, Sampek saat ini terhadap tamu pendatang” Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Menurut narasumber 4 ” Ya Alhamdulillah hubungan saya baik-baik saja karena saya menghargai mereka dan mereka menghargai saya” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Menurut narasumber 4 ” Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara , kalau dengan suku jawa ya bahasa jawa, ketemu dengan suku lain berbahasa indonesia ” Pernahkah terjadi konflik karna perbedaan budaya? Konflik pernah terjadi ,tapi sebatas konflik kecil(kesalahpahaman)” Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “kami bersikap lembut,(sopan) menghargai”
Budaya, beliau mengungkapkan bahwa madura sekarang sangat jauh berbeda, karena dari berbagai faktor budaya dari luar yang masuk serta pendidikan yang sudah banyak di sampang sehingga pola pikir yang positif di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
76
dahulukan selain itu beliau beranggapan masuknya budaya jawa juga membuat karakter masyarakat sampang menjadi lebih halus dibuktikan dengan jawaban narasumber “ya klo menurut saya maju soalnya kalo dulu sedikit-sedikit carok, kalo sekarang alhamdulilah sudah tidak mendahulukan kekerasan, sekrang klo ada masalah sudah mendahulukan mosawaroh dulu, ya tentunya faktor budaya lain seperti budaya jawa yang lembut sehingga bisa membuat pelajaran atau contoh terhadap masyarakat sampang” Adaptasi, awalnya narasumber 4 merasa sedikit kesulitan untuk beradaptasi karena tidak tahu seperti apa budaya suku Jawa namun pada akhirnya beliau mempelajari dan beradaptasi dengan budaya jawa bahkan merubah kebiasaannya menjadi lebih halus ketika berinteraksi dengan masysrakat suku Madura. Hubungan, narasumber 4 baik dengan suku jawa karena kedua belah pihak saling mengerti dan memahami dibuktikan dengan jawaban naeasumber “Ya Alhamdulillah baik-baik saja ya karena saya menghargai mereka dan mereka menghargai saya” Cara berkomunikasi, menurut narasumber 4 yaitu melihat lawan yang di ajak bicara, dalam arti dari suku mana mereka berasal, terlihat narasumber 4 sebagi wakil dari suku madura juga menyesuaikan diri agar tidak meninggung suku yang lain. Konflik,menurut narasumber 4 akulturasi di sampang
pernah terjadi
konflik tapi hanya sebatas konflik kecil yang bisa diatasi secara kekeluargaan dan itu hanya terjadi kesalah pahaman, seperti contoh pada mosawaroh (musyawarah)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
77
yang disitu melibatkan orangjawa dan masyarakat madura yang disitu terjadi konflik, seperti mengacungkan tangan sebelum orang yang lebih tua lebih dahulu mengacungkan tangan. Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber empat telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beliau sebagai penduduk asli Sampang Madura merasa perbedaan budaya antara Jawa dan Madura menghambat tahap satu perilaku komunikasi namun seiring berjalannya waktu beliau berhasil melewati selanjutnya tahap dua dan tiga baru dilewatinya setelah beliau mempelajari budaya Jawa dan bahasanya bahkan saat ini sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk lokal setempat. Sampang kini, sudah maju dan tidak ada kekerasan, sekarang sudah mendahulukan musyawarah, dan berfikir lebih modern dari pada kekerasan.
Narasumber 5 Bpk Hariri Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 5 mengaku sebagai suku madura dapat di buktikan dari jawaban narasumber “saya asli Sampang dek” Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? “ya emang embah embah saya itu asli orang sampang asli tulen sampang” (sejak lahir sudah berada di sampang)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
78
Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 5 “O… sangat berbeda sekali klo skarang merdeka merdeka sekali, klo dulu madura itu bisa dikatakan orang kolot itu, yang di maksud orang kolot itu, orang yang tanpa pendidikan,keras toh sekarang dengan adanya orang-orang pendatang yang dari jawa yang masuk kemadura, umumnya klo dulu orang jawa itu masuk kemadura sebagai guru jadi membimbing orang madura itu ahirnya lambat laun kultur madura yang kasar yang katanya orang kolot itu terkikis sudah, sudah mulai terbiasa lembut” “Contohnya klo dulu itu orang madura itu kemana-mana membawa senjata tajam dan senjatanya itu besar-sampek ke atas dari kepala” “Ya memang seperti itu tapi itu dulu karena anggapanya itu kalo orang laki-laki itu tidak membawa senjata tajam itu dulu tidak dianggap jantan tapi kalo sekarang ano sudah merasa malu kalo membawa senjata tajam klo gak ada apa itukan malu kalo sekarang” Bagaimana anda beradaptasi dengan suku pendatang? Menurut narasumber 5 ” Alhamdulillah cara beradaptasi kami baik, dan tidak ada kesulitan, cara kami seperti biasa saja menyesuaikanlah terhadap suku pendatang sehingga kami gampang untuk beradaptasi dengan mereka . dan kami sering bertemu hampir setiap hari dengn mereka sehingga kami tidak mengalami kesulitan.” Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
79
“Merasa nyaman, karena saling berbaur dengan suku pendatang ” hingga saat ini saya merasa nymn,aman’ Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Menurut narasumber 5” hubungan saya cukup baik Selama mereka baik terhadap saya, saya juga baik terhadap siapapun” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Beliau memili untuk menyesualkai diri dengan lawan bicaranya, menurut narasumber 5 ” Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara , dengan suku mana saya berbicara Umumnya konflik itu gak ada klo konflik kesalahpahaman itu saya kira di mana-mana itu ada tapi klo konflik kesalah pahaman itu kami saling memahami akhirnya damai gitu dek gak ada permasalahan di sampang itu dek” Pernahkah terjadi konflik karna perbedaan budaya? Konflik,tidak pernah terjadi konflik,terbukti “meskipun ada hanya konflik kesalah pahaman ” Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “kami bersikap baik” dan saling menjalin etika budaya suku yang lain. Apa saja budaya yang telah terjadi akulturasi Jawa dan Madura Sampang khususnya? “1.Acara siraman tujuh bulan orang hamil, 2.Ngeptenggep, 3.Turun tanah(bayi pertamakali turun tanah).”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
80
Budaya, menurut narasumber 5. masyarakat sampang telah mengalami perubahan yang sangat positif dengan kemajuan yang luar biasa, dahulu dikenal negatif, namun pada perkembangannya masyarakat sampang mulai berubah kearah yang lebih baik, salah satu penyebabnya adalah masuknya informasi baru yang dibawa oleh suku pendatang, menurut narasumber pada mulanya orang jawa masuk ke madura
sebagai guru atau pembimbing, pada ahirnya seiring
berjalannya waktu, kultur madura yang kasar bahkan cenderung kolot itu terkikis , dulu berkeliling dengan membawa senjata tajam adalah hal yang biasa sehingga konflik fisik sering terjadi, namun saat ini orang madura merasa malu jika membawa senjata tanpa ada sebab yang jelas. Adaptasi, beliau selaku masyarakat sampang tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan suku pendatang, saling menyesuaikan adalah kunci dari proses adaptasi bagi narasumber 5 selain itu frekuensi pertemuan yang tinggi (sering) mempermudah penesuaian. . Hubungan beliau dengan suku lain (jawa), Beliau merasa mempuyai hubungan baik walaupun berbeda budaya,karena bagaimanapun juga hubungan baik itu harus terjalin di manapun berada dan dimanapun anda tinggal, apa bila kita baik terhadap orang lain maka akan terjadi feedback yang baik apalagi beliau sangat menghargai tamu, beliau selalu mempunya I’tikat baik terhadap suku lain beliau mempunyai hubungan yang erat apabila sudah kenal seperti saudara sendiri karena beliau sudah menganggap keluarga beliau sendiri. Cara berkomunikasi, narasumber 5 mengaku menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks lawan bicara beliau tergantung (komunikan) “ beliau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
81
melihat dengan siapa yang diajak bicara” , klo dengan suku Kalimantan beliau menggunakan bahasa kalimantan, ketemu orang jawa menggunakan bahasa jawa, ketemu lain suku lagi ya pakek Bahasa Indonesia” berikut adalah potongan jawaban narasumber yang menunjukkan bahwa narasumber 5 mempelajari bahasa suku pendatang untuk mengurangi noise (hambatan komunikasi) Konflik, beliau sebagai narasumber yang cukup mengerti
tentang
akulturasi di Sampang beliau telah meliahat bahwa Umumnya konflik itu tidak ada. Beliau mengungkap Meskipun ada, itu hanya sebatas konflik biasa seperti kesalahpahaman kecil, dan beliau merasa di luar Sampang pun pasti ada kesalah pahaman kultur itu, dan di antara suku itu pasti saling memahami dan diakhiri dengan damai, gak ada permasalahan yang besar yang bisa memecah tali kerukunan,kenyamanan,ketentraman,keakraban dari berbagai suku yang berbeda di sampang itu. Intinya semuanya baik-baik saja. Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber lima juga telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beliau sebagai penduduk asli Sampang Madura merasa tidak ada persoalan yang menghambat tahap satu perilaku komunikasi karena kedua belah pihak saling beradaptasi pada awal pertemuan selanjutnya tahap dua dan tiga baru dilewatinya dengan mudah karena beliau merasa budaya jawa banyak membantu perkembangan perilaku komunikasi dan budaya Madura, disini terlihat ada rasa saling ketergantungan antara beliau sebagai suku Madura dengan pendatang dari suku Jawa. bahkan saat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
82
ini sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk lokal setempat, meski diakui pernah terjadi kesalafahaman diantara kedua suku namun hal ini wajar terjadi. Sampang kini, Beliau Mengungkap madura saat ini sudah maju Sembilan puluh derajat ketimbang jaman dahulu, Sekarang di mana-mana pendikan sudah ad, mualai dari tingkat dasar hingga perguruann tinggi sudah ada, dan juga sesepuh dari masarakat sampang yang punya panutan atau patokan bahasa yang negatif, seperti yang dia bilang tak kera olle cakkong itu sedah tidak ada kecuali orang yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya dan anak-anak yang nakal , dari kutipan beliau Sampang dulu dan Sampang sekarang sudah cukup jauh berkembang dari pada Sampang yang dulu kala dan perbedaanya sangat jauh sekali. Akulturasi budaya yang terjadi, Acara siraman tujuh bulan orang hamil, budaya jawa yang diadaptasi menjadi budaya madura bahkan beliau bingung asal mula budaya yang satu ini, kedua Ngeptenggep yakni acara lamaran yakni timbal balik keluarga calon mempelai wanita ke keluarga calon mempelai pria, budaya ini mirip dengan prosesi lamaran suku Jawa . senada dengan poin satu dan dua , percampuran budaya yang
ketiga yakni Turun tanah(bayi pertamakali turun
tanah), bayi ini diarahkan untuk memilih alat-alat yang konon akan menentukan masa depannya seperti sisir, yasin, tasbih, pensil, dan lain-lain, poin ketiga ini juga kita lihat juga adalah percampuran antara budaya jawa dan Madura.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
83
Narasumber 6. H.Sakur Bapak/ibu Berasal dari suku ? Narasumber 6 mengaku sebagai suku Madura dapat di buktikan dari jawaban narasumber “saya madura pak.” Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? dari sejak lahir di sampang,,, “saya molai dari ninik moyang saya sudah disampang” Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya Menurut narasumber 6 ” Perbedaannya siknifikan sekali 60% berubah” perbedaannya Sampang dulu dengan Sampang yang sekarang memang beda sekali, memang siknifikan sekali gtu, maksudnya sudah 60/% enam puluh persen jauh pak perbedaannya kalo dari jaman dulu dengan jaman sekarang, kalo jaman dulu itu masih sangat kental apa itu bahasa indonesianya awam gtuloh pak. Kolot –kolot gtulah pak sangat sangat kuno gitu, Tapi sekarang sudah Alhamdulillah dengan masuknya orang-orang jawa masuk kesampang masuk kedesa ya ada istilah paguyupan juga dengan adanya orang-orang pendatang ke desa kami sehingga kami bisa menerima sehingga ada kepositipan perbedaan jaman yang dulu dengan jaman yang sekarang, dengan salah satu contoh ginipak, klo istilah ada pendapat kalo dulu itu masih di tanggapi istilahnya orang madura itu cengkal konah gitu pak” Bagaimana cara anda beradaptasi dengan suku pendatang?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
84
Menurut narasumber 6 “saya kira endak pak walaupun ada sedikit kesulitan , tapi bukan dari kami pak.karena yang dari kami ini sudah seperti yang saya katakana tadi sudah 80/% kami sudah apa ya,,,, sudah ada sedikit 80/% kesadaran dan ada eee kebudayaan yang tidak meningkat sehingga kami beradaptasi itu tidak ada kesulitan terhadap mereka , istilahnya lancer gitu pak ” kami tidak ada kesulitan dalam beradaptasi” Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? Menurut narasumber 6 “Saya Merasa sangat nyaman sekali,” (dengan suara yang keras degan begitu senangnya) “ya Alhamdulillah sekali sangat nyaman sekali andaikan tidak ada istilah kebudayaan ini sepertinya yang di bawa oleh pendatang dari jawa yang di bawak kesampang ini saya gak tau juga sampang akan seprti apa?, jadi intinya dengan adanya seperti ini, ini sudah sekarang ini pak bahkan bisa sampek 80/% lebih sudah bisa di katakan kultur dari ke Maduraannya pak ini sudah sedikit menghilang maksudnya dalam kata-kata menghilang artinya dalam budaya yang kolot-kolot itu sudah molai hilang seperti itu, jadi dampaknya sangat positif sekali” Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
85
Menurut narasumber 6 ” hubungan saya cukup baik ” ramah(dengan ekspresi suara yang halus sambil meresapi) mimang awalnya mungkin merasa sungkan mungkin agak sedikit mendengar kekerasan orang madura atau wataknya orang madura itu keras atau begini begitu, awalnya itu sedikit merasa takut-takut, tapi setelah tau yang sebetulnya orang madura itu kok seperti ini kok bagus-bagus
salut kok
kebanyakan yang lemah lemut seperti itu lambat laun dirasa nyaman lalu berkumpul dengan kita, dan kita pun sebaliknya merasa enak, karena apa orang jawa itu juga dengan nada yang seperti itu yang nada lemah lembut itu juga itu bisa diterima oleh kami itu sangat enak,seperti itu” Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Menurut narasumber 6 ” Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara , kalau dengan suku Madura ya bahasa Madura, ketemu orang jawa ya bahasa jawa, ketemu lain suku lagi ya pakek Bahasa Indonesia” ya kalo dulu itu pak kami-kami ini kan masih belom tau bahasa jawa jadi dulu itu asal jawab saja yang ngerti ya di jawab yang tidak ngerti ya tidak dijawab cuman karena setiap harinya ketemu dan sering berjumpa, dan komunikasinya sudah enak itu karena orang jawanya kurang mengerti terhadap bahasa madura ya dari kita kebanyakan ngerti bahasa Indonesia ya menggunakan bahasa Indonesia gtu pak dan orang-orang di jawa itu pak banyak yang ngerti bahasa Indonesia sehingga bisa nyambung gitulah pak jadi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
86
intinya jadi ketika ada orang baru datang atau pendatang yang baru datang kami menggunakan bahasa Indonesia” Pernahkah terjadi konflik karna perbedaan budaya? Konflik,tidak pernah terjadi konflik, “Gak pernah terjadi konflik hanya saja konflik kecil, kami saling pengertian” ,,,, konflk yang besar gak ada, kalo konflik yang kecil itu ada ya,,,,, seperti kesalahpahaman gitu-gitu aj dan selama ini aman aman saja soalnya masyarakat sampang tidak pernah di ganggu oleh pendatang , kecuali pendatang itu menginjak harkat dan martabat kami nah itu baru akan terjadi konflik di sampang ini soalnya masyarakat sampang tidak bakalan diam begitu saja yaaa seperti contohnya, Sakera itu”. Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat suku lain? “kami bersikap baik” Saling menghormati, Saling ngenal mengenal, Saling kunjung mengunjung” (semangat jawabnya dengan suara yang keras dan gembira) ya karena kami sangat kental dengan adat ktimuran kami menggunakan adat ketimuran juga, karena kami menggunakan sopan santun yang tetap di dahulukan pak, karena apa yang namanya pendatang itu adalah tamu jadi dimana tamu itu siapapun tamu itu harus di hormati seperti itu sehingga itulah yang dijadikan oleh para pendatang itu bahwa ternyata orang madura itu semua itu adalah harapan seperti itu bapak.”
`Budaya, .Menurut beliau selaku salah satu tokoh masyarakat sampang, Budaya sampang yang dulu sangat kasar sekali, Sedangkan sekarang alhamdulilah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
87
sudah enampuluh persen berkurang, sangat seknifikan sekali, maksudnya sudah 60/% enam puluh persen jauh lebih positif, baik itu dalam bahasa pergaulan dan juga komunikasi yang sudah berbeda, perubahan budaya tersebut
beliau mengungkap bahwa terjadinya
karena faktor budaya lain yang masuk, sebab
(akulturasi) yang positif, sehingga beliau bisa menerima dengan kebaikan perbedaan kultur itu, Adaptasi, beliau mengungkap bahawa dalam beradaptasi masyarakat sampang tidah mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan suku lain, akan tetapi sebaliknya tamu pendatanglah yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan masyarakat sampang karena suku pendatang belum mengenal bahasa dan budaya sampang, nah peneliti mengutip dari narasumber enam ini bahwa masyarakat Sampang telah mampu berinteraksi dan
berkomunikasi secara
langsung terhadap suku lain, karena mereka sudah tau apa yang harus mereka lakukan dan apa yang mereka harus perbuat terhadap suku lain. Hubungan, hubungan beliau dengan suku pendatang sangat baik, walaupun beliau sedikit merasa sungkan dan malu malu karena budaya mereka yang dikenal keras, tapi ahirnya suku pendatang menyadari akan budaya tersebut, beliau merasa nyaman dengan hubungan itu karena seperti orang jawa yang kultur budayanya yang halus lembut membuat masyarakat sampang kagum terhadap orang jawa. Sehingga beliau sangat berterimaksih atas terjadinya akulturasi di sampang ini, yang telah membawa masyarakat Sampang untuk berfikir jauh lebih positif dan maju.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
88
Cara berkomunikasi, cara berkomunikasi masyarakat Sampang biasanya memakai bahasa Indonesia untuk pertama kali bertemu, lalu kemudian melihat dari lawan bicara, tergantung komunikan. masyarakat sampang yang tidak terlalu mengerti dengan bahasa jawa biasanya mengunakan bahasa Indonesia, sedangkan sebagian dari masyarakat sampang yang mengerti bahasa jawa mereka langsung menngunakan bahasa jawa dan berinteraksi langsung Konflik. Seperti penjelasan beliau
konflik besar tidak ada, yang ada
hanyalah konflik kecil,yang pernah terjadi hanya kesalah pahaman biasa, karena menurut beliau konflik itu tidak ada manfaatnya, konflik besar itu akan terjadi di Sampang apabila pendatang itu melukai atau menyinggung serta menginjak martabat masyarakat sampang. Tapi menurut beliau selama ini di sampang Alhamdulillah belum pernah terjadi konflik yang besar. Jadi dari kutipan ini pendatang yang dari jawa cocok terhadap masyarakat sampang. Karena Pendatang mudah berbaur terhadap masyarakat sampang, baik dari segi bahasa, budaya, sikap dan perilaku yang mereka gunakan sehari-hari dalam berinteraksi terhadap masyarakat sampang madura. Berdasarkan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), narasumber enam juga telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beliau sebagai penduduk asli Sampang Madura merasa tidak ada persoalan besar yang menghambat tahap satu perilaku komunikasi namun stereotip masyarakat Madura yang kasar menghambat tahap awal proses ini namun setelah diselami oleh para
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
89
pendatang ternyata stereotip itu salah
selanjutnya tahap dua dan tiga dapat
dilewati dengan mudah stereotip Masyarakat madura yang kasar sudah berangsurangsur hliang. Saat ini juga sudah terjalin saling interaksi antara beliau dan penduduk
lokal
setempat,
sebagai
tuan
rumah
beliau
merasa
harus
memperlakukan tamunya (suku pendatang) dengan baik, hal ini yang mempercepat perilaku komunikasi dalam akulturasi kedua belah pihak. Sampang kini, beliau mengungkapkan bahwa sampang saat ini sangat berbeda jauh dengan sampang yang dulu, Sekarang sangat siknifikan, sudah 60/% enam puluh persen jauh lebih positif, beliau mengungkap jaman dulu itu sebelum banyak pendatang dari suku lain madura itu jauh sangat awam dengan pola pikir yang egois dan pola sikap yang kasar, namun sekarang semuanya atas bantuan guru-guru yang mengajar pendidikan serta pendatang-pendatang yang dari luar yang bisa merubah masyarakat sampang ke jalan yang positif, Seperti cara berfikir logis dan bertindak modern, kini suku pendatang telah membuahkan hasil yang positif terhadap masyarakat sampang, contoh kebiaasaan-kebiasaan yang negatif pada masyarakat sampang sudah berkurang , artinya ketika masyarakat sampang ada masalah, permasalah itu tidak diawali dengan otot, akan tetapi sudah dipikirkan dengan secara halus dan di tanggapi dengan kepala dingin, secara dramatis,,,,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
90
Berikut Analisis keseluruhan dari keterangan enam narasumber yang diambil berdasarkan hasil wawancara dan analisis diatas, Perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Seluruh narasumber merasakan perbedaan budaya yang terjadi di kabupaten Sampang khususnya terkait tata cara berprilaku, masyarakat Sampang kini sudah lebih tenang dan halus dalam kesehariannya, meski belum sepenuhnya berubah. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? Baik narasumber dari suku Jawa maupun suku Madura mengaku meleburkan budayanya dengan budaya sekitar, seluruh narasumber yang berasal dari suku jawa mempelajari bahasa dan kebudayaan madura agar bisa lebih diterima oleh penduduk lokal setempat, begitu pula penduduk madura yang berusaha lebih halus ketika berbicara dengan orang Jawa. Hal ini menunjukkan adanya adaptasi kedua belah pihak dan merupakan salah satu penyebab akulturasi budaya yang terjadi. Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? Seluruh narasumber merasa aman dengan keberagaman yang ada meski pada awalnya mereka mengalami kebingungan dengan budaya baru (Cultural Shock) namun secara perlahan mereka mulai memahaminya sehingga muncullah rasa nyaman.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
91
Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) Seluruh narasumber mengaku dekat dengan suku lainnya, hal ini menunjukkan sikap terbuka suku Madura Sampang terhadap budaya baru, begitu juga karakter Suku Jawa yang selalu bisa beradaptasi dimanapun mereka berada. Bagai mana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? Baik narasumber Jawa maupun Madura mempelajari bahasa suku lainnya, hal ini bertujuan untuk bisa berbaur dan mengerti dengan pasti interaksi yang terjadi antara kedua suku. Pernahkah terjadi konflik karena perbedaan budaya? Hampir seluruh narasumber menyatakan tidak ada konflik yang terjadi karena
perbedaan
budaya,
namun
mereka
tidak
menyangkal
adanya
kesalapahaman, pada tahap awal, namun hal ini tidak pernah dipermasalahkan. Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat sampang kini? Sampang kini adalah Sampang yang mengarah menjadi kabupaten modern yang mementingkan unsure agama dan pendidikan, apalagi dengan dibangunnya Suramadu budaya madura dirasakan semakin bekembang kea rah ang positif. Dari seluruh informasi dapat disimpulkan sebagai berikut Akulturasi adalah proses pebelajaran bagaimana untuk hidup dalam budaya yang baru. Berry menjelaskan akulturasi sebagai “ proses dari perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
92
lebih kelompok budaya dan anggotanya. Dalam tahap individual, hal ini melibatkan perubahan dalam perilaku seserang proses penesuaian ini merupakan proses panjang yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.(Samovar,dkk,2010:479) Berdasarkan teori diatas dapat kita lihat adanya akulturasi budaya di kabupaten Sampang yang disebabkan oleh difusi (masuknya) budaya baru yang dibawah oleh suku Jawa, berikut hasil penyesuaian kedua suku tersebut hingga terbentuklah akulturasi. Sampang sekarang telah maju,telah mengalami kemajuan yang begitu pesat dalam arti; berpendidikan, rukun,ramah,makmur,aman(modern) kebiasaankebiasaan buruk orang madura khususnya masyarakat sampang sudah kurang meskipun perubahannya tidak seratus persen.dalam akulturasi budaya, sampang menerima terhadap pendatang dari suku manapun, sebagai suku madura yang memegang teguh dalam syariat-syariat islam dan sampai sekarang masih memegang pedoman itu Suku Jawa yang tinggal di Sampang dapat menempatkan posisinya dengan baik untuk dapat diterima masyarakat Sampang, selain itu karakter dan budaya suku Jawa yang halus secara tidak langsung mempengaruhi perubahan karakter suku Madura yang tinggal di Sampang. Masuknya suku Jawa dalam bidang pendidikan dan informasi tentunya membuka cakrawala pemikiran baru bagi masyarakat setempat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
93
kesimpulan pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), seluruh narasumber telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beberapa hal yang menghambat proses tersebut adalah perbedaan bahasa, perbedaan budaya dan stereotip masyarakat Madura yang kasar, namun seiring berjalannya waktu kedua belah pihak dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan yang ada dan waktu juga mengurangi stereotip suku madura itu kasar sehingga tahap berikutnya dapat berjalan dengan baik. Peneliti tidak menemukan adanya etnosentrisme maupun rasisme dari kedua belah pihak sehingga kedua hal ini tidak diperhitungkan dalam proses perilaku komunikasi dalam akulturasi Jawa dan Madura.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari analisa bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai beikut, 1. Hasil wawancara telah menunjukkan adanya akulturasi budaya antara suku Jawa dan suku Madura dikabupaten Sampang, khusunya pada pola tingkah laku, hasil dari akulturasi tersebut adalah lebih halusnya sifat dan karakter masyarakat Sampang yang membuat kedua suku dapat beradaptasi dengan baik. 2. Sangat terlihat adaptasi yang baik dilakukan oleh suku pendatang yakni suku Jawa , mereka berusaha mempelajari budaya dan bahasa local setempat yakni Madura agar bisa diterima seutuhnya. 3. Sebagai tuan rumah masyarakat Sampang juga melakukan hal yang sama yakni mempelajari budaya suku Jawa dan berusaha memaklumi perbedaan budaya yang terjadi. 4. Ketiga poin diatas yang menyebabkan minimnya konflik antar suku yang terjadi. 5. pengukuran 4 tahap derajat perilaku komunikasi menurut berlo yakni (1) sekedar berbicara ringan (only talk), (2) saling
ketergantungan
(interdependent), (3) tenggang rasa (empathy), (4) saling interaksi (interactive), seluruh narasumber telah melewati 4 tahap tersebut dengan baik, beberapa hal yang menghambat proses tersebut adalah perbedaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
95
bahasa, perbedaan budaya dan stereotip masyarakat Madura yang kasar, namun seiring berjalannya waktu kedua belah pihak dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan yang ada dan waktu juga mengurangi stereotip suku madura itu kasar sehingga tahap berikutnya dapat berjalan dengan baik. 6. Sampang kini adalah Sampang yang terus berbedah kearah yang lebih baik, mulai dari pendidikan, karakter, hingga keterbukaan akan informasi baru hal ini ditunjang dengan dibangunnya Jembatan Suramadu yang melancarkan arus transportasi dan informasi yang masuk maupun keluar Madura
5.2Saran Akulturasi budaya yang terjadi antara suku Jawa dan Madura dikabupaten Sampang dikarenakan kedua belah pihak saling terbuka dan menerima perbedaan yang ada serta mempelajari budaya baru hal ini harus dicontoh oleh daerah lain untuk mengurangi efek gegar budaya yang terjadi. Akulturasi memang tidak terjadi dalam waktu singkat dan adanya kesalapahaman atau konflik kecil sangat wajar terjadi pada permulaan adaptasi antar suku untuk itu penulis menyarankan agar siapapun yang tinggal diaerah baru harus sabar dan total dalam menjalani proses adaptasi budaya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
96
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi penelitian sosial. Surabaya : Airlangga University Press. Bungin,Burhan.
2003. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Cangara, Hafiedz, 2003. Pengantar komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, Effendy, Onong Uchjana. 1999. Ilmu Komunikasi Dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya..
Effendy, Onong Uchjana . 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung : Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu komunikasi teori dan praktek.bandung : Remaja Rosdakarya Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: P.T. Refika Aditama Kuncoro, Mudrajat .2003. Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Liliweri,Alo, 2003. makna budaya dalam komunikasi antar budaya Liliweri,Alo, 2003. Dasar-Dasar komunikasi Antar Budaya : Pustaka Pelajar Liliweri,Alo. 2005. Prasangka dan Konflik :Lkis Lukiati, Komala, 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran. Mulyana, Deddy.2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
97
Mulana, Deddy.2010. Komunikasi Lintas Budaa. PT.Remaja Rosdakarya Marhaeni Fajar.2009. Ilmu komunikasi teori dan praktik.: Graha ilmu Rachmat, Jalaluddin. 2002. Metode penelitian komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Samovar Larry,Porter,Mcdaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya : Salemba Humanika Sihabudin Ahmad, 2011. Komunikasi antar budaya satu perspektif multidimensi : Sinar Grafika Offset Sugiyono, 2005. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta Non Buku Media Online : http://pratanti.wordpress.com.php Komunikasi%20antarpribadi %20files/_files/script.js Model-Komunikasi Radiska : 2005 files/scribd_options.js model-komunikasi-transaksional_22_files/authorization.css www.google.com http://rossi-makalahku.blogspot.com/2009/10/gaya-komunikasi.html (http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/180/jiptiain--sabrinasil-8955-4babiir-i.pdf) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24729/4/Chapter%20II.pdf) (http://js-patalatu.blog.ugm.ac.id/2012/05/20/komunikasi-lintas-budaya/, Januari 2013)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
06
98
Lampiran 1
Guide interview
Nama : Usia Alamat
1. Bapak/ibu Berasal dari suku manakah ? 2. Berapa lama tinggal dikawasan Sampang? 3. Adakah perbedaan budaya (dalam arti luas) yang anda rasakan dulu dan saat ini? Apa perbedaannya 4. Bagai mana cara anda beradaptasi dengan masyarakat sampang dan sebaliknya? 5. Apakah anda nyaman perbedaan budaya ini? 6. Bagaimana hubungan anda dengan orang-orang dari suku yang berbeda ? (dijelaskan juga bagamana pendapat narasumber tentang orang dari suku yang berbeda baik suka mupun tidak suka) 7. Bagai mana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda baik sesama suku atau sesama suku yang lainnya? 8. Bahasa apa saja yang anda gunakan dalam berkounikasi? 9. Pernahkah terjadi konflik karna perbedaan budaya? 10. Bagaimana cara anda bersikap terhadap masyarakat sampang kini?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
99
Lampiran 2 Hasil wawancara dengan 6 narasumber Narasumber 1. Bapak Sutrisno P. Anda berasal dari mana? N.Saya berasal dari Magetan P.Ktp anda di buat di mana? N.Ktp saya Ktp sampang,tapi saya kelahiran magetan karena waktu dulu masih blom ada ktpian P. Berapa lama anda tinggal di sampang? N. Saya sudah 37 tahun lebih di sampang P : Anda merupakan keturunan dari suku apa? N : saya Jawa mas.. P. Bagaimana perbedaan Madura dulu dengan Madura saat ini khususnya di sampang ini? N. Perbedaannya tentu ada Madura dulu primitive terkenal keras P. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sampang? N. pertama ada keraguan tapi sebagai orang jawa saya bisa menyesuaikan lingkungan menyusupi alurnya suku madura P. Apakah anda merasa nyaman? N. Sampek saat ini saya merasa enak, aman P.Tanggapan anda terhadap masyarakat sampang baik apa gak ? N. kalo masalah pribadi saya kira sama, tapi ada perbedaan, perbedaannya itu cara berbicaranya agak keras tapi kalo di dekati, dalam istilah pendekatan tue orang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
100
madura bagus Baik kalo di dekati terus menerus akhirnya bisa jadi kayak saudara sendiri jadi keliatan kayak gak ada perbedaan antara suku, suku jawa dan Madura. klo sudah kenal di anggap satu keluarga P. Untuk Bahasa, bahasa apa yang anda gunakan atau cara anda berkomunikasi dalam sehari-hari? N. Saya tinggal melihat dengan siapa yang diajak bicara , klo dengan suku Madura ya bahasa Madura, ketemu orang jawa ya bahasa jawa, ketemu lain suku lagi ya pakek Bahasa indonesia P. apakah anda kadang terikut dengan tradisi budaya Madura seperti memakai sarung? N. oya pasti saya mengikuti alurnya daerah menyesuaikan ke adaan lingkungan P. Apakah pernah terjadi konflik karena perbedaan budaya? N. Gak pernah kami saling pengertian P. Bagaimana sikap anda terhadap masyarakat sampang ? N. Saling menghormati, Saling ngenal mengenal, Saling kunjung mengunjung p. bagaimana hubungan anda dengan masyrakat sampang? n. hubungan saya sukup baik kami sangat dekat dengan orang-orang pribumi P. Seberapa banyak pendatang yang tinggal di madura? N. Banyak sekali ribuan asal jawa itu troping tropingan itu ribuan yang dari jawa berbaur di Madura soalnya di tugaskan Negara .
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
101
Narasumber 2. 2. Bpk. Sugiarto : Peneliti : selamat sore dengan Bpk Sugiarto ana pd ya? Narasumber tinggal di kawasan sampang : 35 tahun P. asal mana Bapak sugiarto? N. asal saya madiun P. berapa lama tinggal di sampang? N. saya tinggal di sampang sudah 35 tahun P. Ktp anda Ktp mana? N. Ktp sampang P. Lahir di mana bpk? N. di Madiun. P. apakah ada perbedaan budaya? N. klo perbedaan budaya ada seperti misalnya mantenan,klo dijawa pakek siraman sedangkan
di Madura gak pakek siraman meskipun sama-sama pakek kuadi
p. seperti apa gambaran madura dulu dengan madura saat ini? N. gambaran madura dulu dengan madura saat ini sangat jauh , kalo dulu masyarakat madura masih belum maju seperti saat ini, tap kalo sekarang Alhamdulillah sudah banyak perbedaan dengan perbedaan yang positif artinya sudah banyak yang berpendidikan. P. bagaimana Caranya beradaptasi terhadap masyarakat sampang pak?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
102
N. waktu itu saya langsung terjun sendiri terutama ke tetangga sekitar saya walaupun pada waktu itu saya blom ngerti bahasa Madura dan lambat laun saya ngerti bahasa Madura.sehingga saya bisa beradaptasi P. seperti biasa masyarakat Madura yang suka memakai sarung, apakah anda juga pernah,atau sering pakek sarung? N. ya saya sering pakek sarung juga p. apakah anda merasa nyaman dengan perbedaan budaya ini N. ya saya merasa nyaman P. Bagaimana hubungan anda dengan suku yang berbeda? N. Saya kira hubungan itu sangat baik karena kita tamu merantau ya harus terima meskipun dalam hati itu ada perbedaan dikit tetapi kita harus terima P.Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang-orang sekitar anda? N. ya saya menyesuaikan diri apakah itu ngerti bahasa Indonesia,jawa,Madura. Seperti itu P. Bahasa apakah yang anda gunakan dalam sehari-hari di sampang ini? N. ya saya di sini pake bahasa Madura bahkan saya kadang lupa dengan bahasa jawa seperti contoh dengan spontan ktika saya pulang kejawa tanpa disengaja saya pakek bahasa Madura p. pernahkah terjadi konflik selama anda berada di sampang karena perbedaan budaya atau di benci? N. Gakpernah atau dibencipun tidak
p. Apakah anda diterima sama masyarakat sampan?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
103
N. diterima karena saya berbuat baik P. seperti apa perbedaan jawa dan Madura? N. pengungkapan kata atau logat yang kasar tapi sebenarnya baik P. bagai mana cara anda bersikap terhadap orang sampang ? N. saling menghormati P. Cara anda bersosialisasi terhadap orang sampan? N. seperti biasa sehingga kayak saudara sendiri
Narasumber 3 3. Mochammat Pipit Fatoni P.profesi anda? N. Sebagai pedagang kaki lima P.Berapa lama anda tinggal di sini? N.kurang lebih 10 tahun P. dari mana anda berasal ? N. Saya berasal dari lamongan P. Ktp anda lamongan apa sampang? N. ktp saya lamongan P. Ada perbedaan gak ketika anda berada di lamongan dan ketika anda berada di sampang? N. ya ada karena perbedaan budaya itu P. Bagaimana perbedaan sampang dulu dengan sampang yang sekarang?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
104
N. perbedaanya sekarang lebih positif, dalam arti lebih lebih baguslah ketimbang dulu.
P. bagaimana menaggapi masyarakat sampang ketika pertama kali sampai di sampang? N. Ya kalo pertama kali saya sampek disini kelihatannya keras-keras tapi ya lamalama bergaul ya sama enak, kalem sama aja seperti orang jawa P. Bagai mana cara anda beradaptasi waktu pertama kali N. ya saya beradaptasi dengan masyarakat sampang agak sedikit sulit karena bahasa Madura belum bisa, tapi sedikit demi sedikit bergul dan pertama bahasa saya campur-campur P. Bagaimana cara anda berkomunikasi terhadap masyarakat sampang? N. cara saya pertama menggunakan bahasa Indonesia soalnya takut yang bicara sama saya gak ngerti bahasa jawa P. apakah anda sudah mulai bisa berbahasa Madura? N. ya bisa P.begaimana perasaan anda apakah andah sudah merasa nyaman tinggal di sini? N. ya saya merasa nyaman disini P. bagaimana cara anda berinteraksi dengaan orang-orang sampang? N. pertama saya menggunakan bahasa indonesia P. apakah dalam semua kalangan masyarakt sampangg sudah mengerti semua dalam bahasa Indonesia N.Ya kadang ada yang ngeerti ada yang gak ngerti, apa lagi orang yang tuatua gtu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
105
P. Apakah hubungan anda baik terhadap mereka N. ya hungan saya baik dan sangat baik apa lagi terhadap pelanggan saya P.. Selama ada di sampang pernahkah anda mengalami konflik dengan orang Madura? P. Apakah pernah terjadi koflik? N..Alhamdulillah masih belom pernah ngalamin konflik P. Bagaimana sikap anda terhadap masyarakat sampang? N.saya bersikap sopan, dan masyarakat sampang pun demikian karena pada dasarnya baik-baik P.tanggapan anda terhadap orang sampang, apakah kurang baik? N.baikbaik cuman tutur logat saja yang keras
4. Narasumber Madura: H.mawerdi P.Apakah anda asli Orang sampang? N. ya saya asli masyarakat sampang, dari orang tua saya sampek buyut saya asli orang sampang P. Apa profesi anda N. saya selaku tokoh masyarakat profesi saya Kades tapi masa jabatan saya sudah habis P. apakah ada perbedaan antara Madura dulu dengan Madura saat ini ? N. ya tentu banyaklah perbedaan madura dulu dengan Madura saat ini karena Madura dulu dan sekarang tue sangat pesat lah sangat jauh berbedalah ya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
106
mungkin karena factor budaya jawa yang masuk kesampang ini dan juga perkembangan disini sangat maju dengan factor pendidikan yang lumayan maju ktimbang dulu klo dulu yang skolah Sd saja hanya beberapa saja ya klo sekarang sudah banyak yang sarjana-sarjana gtu sudah banyak yang kuliah P.apakah menurut anda sampang sudah sekarang sudah maju? N.ya klo menurut saya maju soalnya kalo dulu sedikit-sedikit carok, kalo sekarang alhamdulilah sudah tidak mendahulukan kekerasan, sekrang klo ada masalah sudah mendahulukan mosawaroh dulu P.apakah perubahan yang terjadi terhadap masyarakat Madura itu karena factor budaya lain, ap factor masyarakt sendiri yang meerubah? N. ya tentunya factor budaya lain seperti budaya jawa yang lembut sehingga bisa membuat pelajaran atau contoh terhadap masyarakat sampang P.bagai mana cara anda beradaptasi dengan budaya lain atau pendatang N. sebenarnya susah untuk beradaptasi tapi saya berusaha untuk menyesuaikan karena orang-orang yang datang kesini itu tidak tau dengan budaya saya dan saya juga tidak tau budaya mereka yang jukup jelas Cuma saya menyesuaikan dengan bahasa, kan orang jawa itu lemah lembut jadi saya menyesuaikan lalu saya juga menyesuakan budaya saya terhadap mereka biar tidak ada kesenjangan social dengan tidak ada kecemburuan P. Apakah anda merasa nyaman, dengan perbedaan budaya it? N. Ya Alhamdulillah selama tidak menyinggung perasaan saya dengan harga diri saya, saya nyaman-nyaman saja, selama ini ya lancer-lancar saja karena orang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
107
yang datang kemadura semuanya memahami,menghargai jadi alhamdulilah tidak ada koflik P. Bagaimana hubungan anda dengan orang pendatang? N. Ya Alhamdulillah baik-baik saja ya karena saya menghargai mereka dan mereka menghargai saya P.Bagaimana cara anda berkomunikasi, bahasa apa yang digunakan anda? N. ya kata orang Madura itu samettonah dalam arti, klo misalnya komunikan saya orang jawa saya pakek bahasa jawa tapi klo mereka gak ngerti bahasa Madura saya pakek bahasa Indonesia tapi saya kadang cortaloccor juga bahasa maduranya ya ke ceplosan itu kadang mereka balas dengan senyuman P.sejauh ini apakah pernah terjadi konflik, karena perbedaan budaya? N.ya salama ini belom pernah ada konflik, meskipun ada itu hanya masalah kecil, seperti kesalah pahaman, ya mungkin karena orang jawa itu belum mengerti terhadap budaya Madura, kan kalo di Madura yang lebih di utamakan yang lebih tua atau sepuh, kan klo di Madura bukan yang lebuh cerdas yang di utamakan, tetapi yang lebih tua, nah waktu itu orang jawa mengacungkan tangan, mungkin karena kebiasaan di jawa, dan dia juga orang-orang yang berpendidikan dan tingkat pemikirannya jauh lebih maju jadi mereka mengusulkan ide-ide kan klo di jawa itu tidak masalah, klo di Madura bermasalah ya semacam konflik kayak gitulah tapi tidak terjadi carok karena kami memahami dan memaklumi, dan itu di selesaikan secara kekeluargaan, saling memaafkan P.bagai mana cara anda bersikap terhadap pendatang? N.ya saya bersikap lembut,(sopan) yang pasti menghargailah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
108
Narasumber 5 Bpk. Hariri P. Slamat malam Assalamu alaikum wbr N. wa’alaikum salam Wbr P. dengan Bpk. Hariri N. Ya betul sekali P. Maaf bapak ini orang bangkalan, sampang atau sumenep? N. o… saya asli orang sampang P. Oooo asli madura gtu yaaa Bpk. N. ya emang embah embah saya itu asli orang sampang asli tulen sampang P. o berarti orang tua anda bukan orang campuran? N. Bukan-bukan saya emang asli sampang P. Ok, sebelumnya saya minta maaf karena telah ngerepotin anda Bpk Hariri N. Oo gak apa apa P. Begini Bpk. Saya akan menanyakan tentang akulturasi , akulturasi itu percampuran budaya contohnya seperti contohnya orang jawa masuk kemadura yang terjadi campuaran. Menurut anda madura dulu dan madura sekarang seperti apa khususnya di kab. Sampang ini? N. O… sangat berbeda sekali klo skarang merdeka merdeka sekali, klo dulu madura itu bisa dikatakan orang kolot itu, yang di maksud orang kolot itu, orang yang tanpa pendidikan,keras toh sekarang dengan adanya orang-orang pendatang yang dari jawa yang masuk kemadura, umumnya klo dulu orang jawa itu masuk kemadura sebagai guru jadi membimbing orang madura itu ahirnya lambat laun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
109
kultur madura yang kasar yang katanya orang kolot itu terkikis sudah, sudah mulai terbiasa lembut P. Seperti apa contoh perubahan ? N. Contohnya klo dulu itu orang madura itu kemana-mana membawa senjata tajam dan senjatanya itu besar-sampek ke atas dari kepala P.Apakah itu tradisinya atau budaya madura N. Ya memang seperti itu tapi itu dulu karena anggapanya itu kalo orang laki-laki itu tidak membawa senjata tajam itu dulu tidak dianggap jantan tapi kalo sekarang ano sudah merasa malu kalo membawa senjata tajam klo gak ada apa itukan malu kalo sekarang P.Aaa dulu seperti apa senjatanya biasanya yang di bawak Bp. N. Senjata yang dibawak itu biasanya seperti Celurit ada yang bawak istilahnya kata orang sini itu calok Berek, yang pegangannya itu cukup panjang ya bentuknya it seperti cakkong gitu dek P.Cakkong itu apa bapak? Seperti celurit juga ta? N. Bukan kalo celurit itu kan lebih pendek pegangannya itu kalo namanya calok berek itu panjang, nah clurit dan calok berek itu kalo dulu yang laki-laki pasti bawak itu setiap berjalan pasti bawak seperti itu meskipun hanya berjalan sekitarrumahnya aj kan sperti itu, tapi sekarang sudah mulai punah P.Berarti klo madura yang sekarang itu seperti apa, lebih jelasnya bapak? N. Madura ygt sekarang ya kalo sekarang sudah meratalah seperti pendidikan, masyarakat yang sekrang ini meratalah, kalo dulu msyarat madura itu jarang yang ber pendidikan sampek lulus sd tue gak ada, apa lagi di pelosok pelosok itu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
110
P. Bagai mana lebih jelasnya madura yang sekarang lebih jelasnya bpk? N.madura saat ini ya perubahanya ya sudah Sembilan puluh derajat ketimbang jaman dulu, karena kalo jaman dulu itu dek katanya tak kera olle cakkong , kalebun sudah ada camat sudah ada kebei apa mak la asakolaa pein, tapi kalo sekarang kalo ada yang tidak sekolah karena terlalu nakal , karena sekolah pendidikan dimana-mana di pelosok-pelosok itu sudah ada mulai dari tingkat SD SMA, bahkan sampek ke tingkat perguruan tinggipun sudah menyebar ke pelosok pelosok sekarang misalkan dari sampang itu sudah buka cabang di pelosokpelosok lah yang bisa di tempuh P. Berarti pendidikan sekarang di sampang sudah bagus gitu bapak ya? N. Yaya dek seperti itu, bahkan sekarang sudah banyak ke perguruan tinggi P. Bagaimana cara anda berkomunikasi terhadap pendatang N. klo seperti itu sangat baik sekali seperi antar suku misalkan saya gak ngert bahasa jawa ya saya menggunakan bahasa Indonesia misalkan saya gak ngerti bahasa dayak seperti yang dari Kalimantan ke madura ya saya menggunakan bahasa Indonesia jadi umumnya yang di curahkan itu lainnya gak ngerti ya menggunakan bahasa Indonesia P. Bagaimana cara anda beradaptasi terhadap suku pendatang ? N. Alhamdulillah cara beradaptasi kami baik, dan tidak ada kesulitan, cara kami seperti biasa saja menyesuaikanlah terhadap suku pendatang sehingga kami gampang untuk beradaptasi dengan mereka . dan kami sering bertemu hampir setiap hari dengn mereka sehingga kami tidak mengalami kesulitan. p. bagaimana caranya anda bersikap terhadapa pendatang,?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
111
N. ya,,,,, saya bersikap baik bagai manapun sikap baik itu harus terjalin etika yang baik terhadap suku lain. p. Bagaimana hubungan anda dengan suku yang berbeda ? N. Selama mereka baik terhadap saya, saya juga baik terhadap siapapun P. Selama ini apakah pernah terjadi konflik dengan suku yang berbeda? N. Umumnya konflik itu gak ada klo konflik kesalahpahaman itu saya kira di mana-mana itu ada tapi klo konflik kesalah pahaman itu kami saling memahami akhirnya damai gitudek gak ada permasalahan di sampang itu dek
P. Berarti tidak ada konflik yang besar seperti contohya di sampit gtu konflik sama orang dayak gak ad di sampang gitu bapak? N.Di sampang itu gak ada klo konflik seperti itu ya kalo orang menganggap orang sampang itu gak ada, itu hanya logatnya saja yang keras , sekarang ini sudah gak ada sekarang ini sudah baik gak ada istilah kasar itu gak ada seperti carok itu gak ada mulai banyak berubah, kecuali berhubungan dengan martabat dan harga diri itudek P. klo misalnya martabat dan harga dirinya di gannggu akan terjadi seperti apa bapak? N.klo harga diri itu dek disampang itu dek harga matidek klo di sampang seperti misal bininah ekalak oreng P. Bininah ekalak oreng itu seperti apa?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
112
N. Seperti misal adek punya istri, trus di ambil/dibawa lari sama orang lain ya itu harga mati yang jelas anda sakit hatikan,,,,,, nah itu kalo disini jalan satu-satunya carok gitu kalo disini tapi kalo di luar itu ya endak gtu P. Yang biasa terjadi konflik dengan suku lain itu apa saja bapak? N.klo konflik dengan suku pendatang itu gak ada, cuman mungkin misalnya pendatang datang kesapang gak ngerti bahasanya mungkin apa itu umpamanya istilahnya itu perbedaan arti bahasa seperti klo di sampang tolong ambilkan kunci kontol, kan kalo orang jawa itu pasti tersinggung karena salah paham kan kalo bahasa maduranya kunci gembok itu kontol, kan kalo di bicarakan di jawa itu bahasa yang tidak sopan, sedangkan di madura itu sangat lumrah jadi intinya salah paham. P. Apakaha anda merasa nyaman dengan budaya itu bapak? N. Budaya yang mana itu P. maksud saya dengan budaya lain atau pendatang, seperti yang saya dengar contonya klo acara mantenan itu disampang tidak memakai acara siraman,kalo di jawa itu memang tradisinya seperti itu, nah sekarang itu karena sebab adanya campuran itu, orang madura sudah molai memakai adat jawa seperti siraman itu bapk, benar itu? N.ya emang betul sekali jadi sekarang ini menyesuaikan –menyesuaikan karena apa sekarang ini orang sampang itu sudah banyak yang punya besan dengan orang jawa jadi akhirnya saling membaur-membaur akhirnya kedua belahpihak itu sudah sama-sama diambillah kebiasaan di daerah masing-masing dan itu sudah biasa sudah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
113
P.menurut anda yang baru-baru ini sudah mulai ada jembatan suramadu yang dibuat otomatis tentunya tambah banyak pendatang kemadura, nah menurut anda membawa dampak positif gak terhadap masyarakat sampang sendiri ? N.O…… bagus sekali tentunya terhadap masyarakat sampang khususnya sendiri dengan adanya suramadu sangat baik terhadap orang madura umumnya… karena apa dengan adanya pendatang yang dari jawa tentunya roda perekonomian makin bertambah banyak peredaran uang disampang gitu ya bisa menambah menopang perekonomian masyarakat sampang gitu. P. bagi bapak sendiri apakah welcome-welcome apa bila semakin banyak pendatang yang dari jawa, atau anda menolak atau disikapi dengan kasar? N. heheee,,, ya kalo pendatang-pendatang itu ya,,,, di sikapi dengan ramah dek karena orang madura itu kalo ada tamu sangat menghargai karena tamu itu datang dengan bagus nah kenapa kita harus menyekapi dengan jellek,,, ya jadi klo ada pendatang itu gta bersyukur kan banyak di ambil hikmahnya seperti menambah wawasan terutama dibidang perekonomian itu dek P. berarti orang jawa itu banyak persepsi yang salah terhadap orang madura gtu pak ya? N. ya P. Bagaimana percampuran budaya yang sudah terjadi antara Jawa dan Madura N. kalo percampuran yaitu tentang siraman tujuh bulanan orang hamil, itu yang termasuk campuran budaya Campuran Jawa dan Madura, Walaupun sebulumnya sudah ada namun diMadura sebelumnya gak ada acara siraman Cuma acara pelet
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
114
kandug, yang dilakukan oleh seorang suami, sebagai rasa sujud sukur, sedangkan siraman itu adalah sekedar simbul p. Apakaha ada yang lain bapak, percampuran budaya tersebut? N. ada istilahnya itu turun tanah dalam arti bayi yang sudah tujuh bulan itu ditrunkan ketanah, dan itu dilakukan hanya ketika bayi pertamakali turun ketanah, itu ada semacam ada ritual, N. Apakah itu Budaya madura? P. itu merupakan Budaya yang sudah terjadi campuran, seperti dijawa yang dikenal sebagai akikoh,sedang istilah maduranya deberi istilah tasbih,Al,Gur’an,pensil,sisir,dan Macam-macam perhiasan, itu merupakn sebuah simbul ketika anak tersebut sudah dewasa. N. Apakah ada lagi akulturasi semacam itu bapak? P. ada lagi istilh ngeptenggep itu kalo aada orang yang bertunangan, itu setelah dilamar pihak laki-laki nanti setelah beberapa hari dari pihak perempuan akan bermain ke pihak laki-laki, dan itu hampir sama ktika pihak laki-membawa sesuatu kepihak perempuan, seperti jajan,buah buahan,dls.
Narasumber 6 H. Sakur P. Nama anda siapa Bapak? N. O…… betul saya H.Sakur P. Maaf Bapak kalo boleh saya ingin menanyakan tentang akulturasi budaya madura bapak ya?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
115
N. Oya ya ya boleh P. Maaf bapak anda ini asal mana, Bangkalan,Sampang,Pamekasan,Sumenep? N. OOOO… saya asli Sampang Madura P. Berapa lama anda ada di Sampang ini? N.O,,, saya molai dari ninik moyang saya sudah disampang P. O…berarti bapak ngerti tentang budaya madura ? N. Insaalloh ngerti tentang Budaya sampang P. Maaf bpk profesi anda sebagai apa Bapak? N. Ya kebetulan saya sebagai tokoh masyarakat disampang P. Ok terimakasih Bapak N. ya sama-sama P. Maaf bpk. Madura dulu dengan madura sekarang itu seperti apa gambarannya? N. O…….. perbedaannya Sampang dulu dengan Sampang yang sekarang memang beda sekali, memang siknifikan sekali gtu, maksudnya sudah 60/% enam puluh persen jauh pak perbedaannya kalo dari jaman dulu dengan jaman sekarang, kalo jaman dulu itu masih sangat kental apa itu bahasa indonesianya awam gtuloh pak. Kolot –kolot gtulah pak sangat sangat kuno gitu, Tapi sekarang sudah Alhamdulillah dengan masuknya orang-orang jawa masuk kesampang masuk kedesa ya ada istilah paguyupan juga dengan adanya orang-orang pendatang ke desa kami sehingga kami bisa menerima sehingga ada kepositipan perbedaan jaman yang dulu dengan jaman yang sekarang, dengan salah satu contoh ginipak, klo istilah ada pendapat kalo dulu itu masih di tanggapi istilahnya orang madura itu cengkal konah gitu pak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
116
P. seperti apa bapak istilah maduranya? N. A…. kalo istilah maduranya itu cengkal konah pak P. kalo Bahasa indonesianya seperti ap Bpk? N. Kalo bahasa indonesianya gini pak e,,,,,, se enaknya sendiri mokong P. Apa mokong itu Bapak? N.Mokong itu bisa diartikan semaunya sendiri gtu bapak menuruti seperti katanya sendiri itu benar ya benar, sudah kalo apa katanya dirinya itu benar , ya benar, meskipun kata orang lain itu salah, yang penting itu benar, nah itu kalo waktu dulu kalo itu saling ngotot itu bisa tersinggung orang madura pak nah itu bisa berakibat fatal kalo dulu bisa tengkar bisa carok seperti itu naaah, Tapi kalo yang sekarang pak itu karena sudah banyak E,,,, apa ya,,,,, orang-orang guru-guru kan Banyak dulu itu pak guru-guru yang di masukkan ke desa-desa sehingga ada sedikit penyadaran A,,, sehingga molai berubah seperti itu pak. P. maksudnya anda guru-guru pendatang yang dari jawa gitu pak y? N. A,,,, betul – betul guru-guru yang datang dari jawa kan banyak itu dulu yang dari jawa seperti itu jadi apaya,, istilahanya di kasih penyadaran sama guru-guru itu sehingga sampek sekarang ini perbedaannya jauh sekali, dan ada penyadaran dengan salah satu contoh ada sedikit pendapatyang tidak bisa diterima di kasih penjelasan beginibegini e… orang madura sekarang ini sudah banyak yang menerima sehingga tidak ada yang namanya istilah tengkar atau begini ter kecuali pak yang masih dipertaruhkan kalo yang masalah egonya istilah bahasa jawanya, istilah kata orang madura itu apa ya,,,, e,,, malunya ituluh pak yang masih kental orang madura ini, ada tiga penyebabnya yang masih kental yang bikin kental
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
117
dimasyarakat madura masih ada itupak, dan itu kayaknya tidak bisa di pungkiri itupak P. seperti apa patokan atau pedoman yang tiga yang tidak bisa di pungkiri itu pak? N. A,,,, pertama disini sangat di rasa malu sekali yaiitu kalo istrinya di ganggu orang pak, trus kedua kalo masalah agama ini dirubah klo misalnya agama kami A, trus dirubah B. dueh sudah pak tue fatal pasti carok itu,,,, terus yang ketiga harga diri pak, harga diri ini seperti ini kansebetulnya orang madura ini e…. adatnya itukan ngambil di bawahnya orang itu itu bahasa maduranya itu apa ya,,, merendahkan diri P.o, , bererti pada dasarnya orangmadura itu merendahkan diri seperti itu bapak ya? N. Betul-betul-betul,,,,,,,,,,,,,,,,,,, P. Tapi kok keliatannya kok kasar gtu pak? N. O,,,, enggak-enggak Sebetulnya endak ini cuman gini sebetulnya orang madura itu tadi,cuman jangan sedikit di gannggu hargadirinya biarpun sedikit karena orang madura itu sedikit tersinggung, tapi klo orang itu apa, merendahkan diri orang madura itu lebih merendahkan diri seperti itu cuman kadang dekenal sama orang itu artinya sperti orang pendatang itu madura dekenal carok ini dan itu, itu itu sebenarnya sekarang sudah mulai tidak ada Cuma itu aja pak sekarang P. tetep ada tetapi sudah mulai berkurang gitu pak y? N. ya…. Betul….
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
118
P. nah klo menurut saya perubahan itu sudah molai positif, nah perubahan itu apakah karena terjadinya akulturasi atau dampak dari budaya bru, apa terjadi oleh masyarakat sampang sendiri? N. A,,,, mungkin yang jelas a… mungkin karena orang yang dari luar yang masuk ke sampang trus ke desa kami, sehinngga masyarakat sampang itu melihat terhadap orang orang luar itu kok positif skali sehingga dari pemuda-pemuda awalnya sehingga banyak yang sabar, sehingga anak anaknya tidak ada yang tidak ber sekolah sekarang bersekolah semua. P. Berarti kalo dulu itu berarti banyak yg tidak sekolah ya pak? N.jelas jelas pak, karena apa? pmikirannya orang dulu itu kalo sekolah itu tak olle cakkong gitu pak itu cakkong itu bahasa maduranya, kalo bahasa indonesianya kayak drobbeng kayak clurit itu pak jadi kata orang tuanya sudah conk gak usah sekolah dak dapat cakkong kalo dulu itu pak P. bagai ,mana cara anda berkomunikasi degan orang – orang pendatang terhadap suku yang berbeda? N. ya kalo dulu itu pak kami-kami ini kan masih belom tau bahasa jawa jadi dulu itu asal jawab saja yang ngerti ya di jawab yang tidak ngerti ya tidak dijawab cuman karena setiap harinya ketemu dan sering berjumpa, dan komunikasinya sudah enak itu karena orang jawanya kurang mengerti terhadap bahasa madura ya dari kita kebanyakan ngerti bahasa Indonesia ya menggunakan bahasa Indonesia gtu pak dan orang-orang di jawa itu pak banyak yang ngerti bahasa Indonesia sehingga bisa nyambung gitulah pak jadi intinya jadi ketika ada orang baru datang atau pendatang yang baru datang kami menggunakn bahasa Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
119
P. Apakah anda merasa nyaman dalam perbedaan budaya itu bapak? N. O,,,, ya Alhamdulillah sekali sangat nyaman sekali andaikan tidak ada istilah kebudayaan ini sepertinya yang di bawa oleh pendatang dari jawa yang di bawak kesampang ini saya gak taujuga sampang akan seprti apa?, jadi intinya dengan adanya seperti ini, ini sudah sekarang ini pak bahkan bisa sampek 80/% lebih sudah bisa di katakan kultur dari kemaduraannya pak ini sudah sedikit menghilang maksudnya dalam kata-kata menghilang artinya dalam budaya yang kolot-kolot itu sudah molai hilang seperti itu, jadi dampaknya sangat positif sekali P. Bagai mana hubungan anda semakin jauh apa dimusuhin,apa semakin dekat? N. O…mimang awalnya mungkin merasa sungkan mungkin agak sedikit mendengar kekerasan orang madura atau wataknya orang madura itu keras atau begini begitu, awalnya itu sedikit merasa takut-takut, tapi setelah tau yang sebetulnya orang madura itu kok seperti ini kok bagus-bagus salut kok kebanyakan yang lemah lemut seperti itu lambat laun dirasa nyaman lalu berkumpul dengan kita, dan kita pun sebaliknya merasa enak, karena apa orang jawa itu juga dengan nada yang seperti itu yang nada lemah lembut itu juga itu bisa diterima oleh kami itu sangat enak,seperti itu P. Bagai mana cara anda bersikap bapak, terhadap suku lain? N.ya karena kami sangat kental dengan adat ktimuran kami menggunakan adat ktimuran juga, karena kami menggunakan sopan santun yang tetap di dahulukan pak, karena apa yang damanya pendatang itu adalah tamu jadi dimana tamu itu siapapun tamu itu harus di hormati seperti itu sehingga itulah yang dijadikan oleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
120
para pendatang itu bahwa ternyata orang madura itu semua itu adalah harapan seperti itu bapak P. Ok, ya bpk yang baru-baru ini sudah ada suramadu, jadi kemungkinan besar bahwa tamu atau pendatang dari suku lain itu tambah banyak, bagai tanggapan anda apakah anda takut dengan bertambahnya suku lain yang masuk kemadura apa anda welcome terhadap pendatang ? N. O… ndak itu sangat membawa dampak positif sekali dengan adanya suramadu itu sehingga apaya,,, saya melihat hingga saat ini bagi pendatang pendatang yang datang kemadura ini pasti membawa dengan kepositipannya ke sampang ini seperti itu, sehingga masih belom ada kericuhan ke kami sebagai pribumi di sampang ini itu sangat menerima sekali karena apa karena mereka datang kesini membawa kepositipan sepeti itu dan kami berharap dengan adanya suramadu bisa meninkatkan sumber manusia yang ada disampang lebih dari yang sekarang gtu bapak itu yang sebetulnya yang kami harapkan dari masyarakat sampang cuman saya kasih catatan tidak ada kenigatipan seperti itu bapaak P. bagai mana cara anda beradaptasi dengan suku yang berbeda dalam arti dengn orang jawa? N. O,,,,, saya kira endak pak walaupun ada sedikit kesulitan , tapi bukan dari kami pak.karena yang dari kami ini sudah seperti yang saya katakana tadi sudah 80/% kami sudah apa ya,,,, sudah ada sedikit 80/% kesadaran dan ada eee kebudayaan yang tidak meningkat sehingga kami beradap tasi itu tidak ada kesulitan terhadap mereka , istilahnya lancer gitu pak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
121
P. penilain anda terhadap pendatang itu seperti apabpk, apa membawa dampak positif apa lancar seperti itu bpk.? N. untuk saat ini sangat bagus sekali sangat positif gak ada pendatang atau bapakbapak yang merugikan kami-kami seperti itu bapak, karena intinya pada kami dimana tamu siapapun saja dan dari manapun saja yang bisa membawa positif dan bisa membawa kemajuan sampang itu kami anggap sebagai tamu yang bisa membawa kami kedalam kepositipan itu bpk, P. o ini berarti msyarakat sampang menerima dari berbagai suku manapun, etnis manapun saja yang datang welcome-wecome saja seperti itu bpk N. O…. betul betul bukan hanya dengan lapang dada itu Bpk kami buka kami terima e,,,, dengan kedua belah tangan ini bpk dan menerima siapapun yang datang karena apa intinya orang madura tetap menerima karena setiap tamu-tamu itu adalah tamunya Alloh jadi dari suku dari etnis manapun saja yang penting cuman satu bpk, jangan sampai ngerubah istilah adat kebudayaan yang sudah di tanamkan oleh nenek muyang kami kebudayaan positif itu yang penting tidak ngerubah E,,,, apa akidah-akidah e,,, pada dasarnya seratus persen orang madura itu yang ber agama islam seperti itu pak itu intinya P, apakah pernah terjadi konflik dengan suku lain bapak? N: O,,,, konflk yang besar gak ada, kalo konflik yang kecil itu ada ya,,,,, seperti kesalahpahaman gitu-gitu aj dan selama ini aman aman saja soalnya masyarakat sampang tidak pernah di ganggu oleh pendatang , kecuali pendatang itu menginjak harkat dan martabat kami nah itu baru akan terjadi konflik di sampang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
122
ini soalnya masyarakat sampang tidak bakalan diam begitu saja yaaa seperti contohnya, Sakera itu. P: kecuali budaya tersebut dibawa ke jalan yang positif gtu bapak y? N: betul-betul itu memang seperti itu P: ok terimakasih bapk telah meluangkan waktunya terhadap saya dan maaf telah ngerepotin bapak? N: O dak apa apa,,,, dak apa apa,,, P: Ok Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh N: waalaikum salam waroh matullohi wabarokatuh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.