13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN TEORI 1.
KEHAMILAN a.
Definisi Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan (konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum perempuan (Hutahaean, Serri. 2013). Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan adalah proses pematangan fetus dalam endometrium hasil bertemunya ovum dan sperma. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur, kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan premature.
b.
Diagnosa Kehamilan Diagnosa merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi suatu keadaan seseorang berdasarkan hasil olah fikir atau analisis hasil pemeriksaan dan/atau gejala untuk mengetahui suatu keadaan atau penyebab. Adapun penegakkan diagnosa kehamilan yang dapat dilakukan yaitu dengan salah satu pemeriksaan, baik tanda awal kehamilan, pemeriksaan
13 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
hormonal sederhana dan/atau pemeriksaan penunjang. Tanda dan gejala yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan diantaranya : 1)
Amenorhea Tidak adanya haid pada wanita usia subur atau pada masa reproduksi.
2)
Tanda Hegar Melunaknya isthmus uteri sehingga serviks dan korpus uteri seolah-olah terpisah. Perubahan ini terjadi sekitar 4 sampai 8 minggu setelah pembuahan.
3)
Tanda Goodel Pemeriksaan dalam untuk meraba serviks. Pada keadaan tidak
hamil,
serviks
teraba
seperti
ujung
hidung
sedangkan saat hamil teraba seperti permukaan bibir. 4)
Tanda Chadwick Adanya warna kebiruan, keunguan atau agak gelap pada mukosa
vagina,
hal
ini
dapat
diketahui
dengan
pemeriksaan spekulum. Hal ini terjadi karena adanya hiperpigmentasi dan adanya peningkatan estrogen. 5)
Ballotement Dapat dideteksi pada usia kehamilan 16 minggu hingga 20 minggu ketika jumlah air ketuban lebih besar jika dibandingkan dengan besar janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
c.
Pembagian Usia Kehamilan Ditinjau dari usia kehamilan, Winkjosastro (2002) membagi kehamilan menjadi 3 bagian, yaitu : 1)
Kehamilan triwulan pertama (usia kehamilan 0 – 12 minggu) Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi pembuahan sperma terhadap sel telur sampai dengan usia kehamilan 12 minggu dalam triwulan pertama ini alat-alat tubuh mulai dibentuk.
2)
Kehamilan triwulan kedua (usia kehamilan 12 – 28 minggu) Triwulan kedua dimulai usia kehamilan 12 – 28 minggu. Dalam triwulan kedua ini, alat-alat tubuh telah dibentuk tetapi belum sempurna. Bila hasil konsepsi dapat dikeluarkan dari kavumuteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut abortus.
3)
Kehamilan triwulan pertama (usia kehamilan 28 – 40 minggu) Triwulan ketiga atau triwulan terakhir adalah sejak kehamilan berusia 20 minggu sampai 40 minggu. Janin yang dilahirkan pada triwulan terakhir ini sudah dibentuk sempurna.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
d.
Ketidaknyamanan pada ibu hamil dan cara mengatasinya Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu, yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Meskipun normal, tetap perlu diberikan pencegahan dan perawatan. 1)
Ketidaknyamanan pada Trimester I Tabel 2.1. Ketidaknyamanan pada Trimester I
No. 1.
Ketidaknyamanan Mual dan muntah
2.
Hipersaliva
3.
Pusing
4.
Mudah lelah
5.
PenIngkatan frekuensi berkemih
6.
Konstipasi
7.
Heartburn
Cara mengatasi a. Melakukan pengaturan pola makan. b. Menghindari stres. c. Meminum air jahe. d. Menghindari meminum kopi/kafein, tembakau dan alkohol. e. Mengkonsumsi vitamin B6 1,5mg/hari. a. Menyikat gigi. b. Berkumur. c. Menghisap permen yang mengandung mint. a. Istirahat dan tidur serta menghilangkan stres. b. Mengurangi aktivitas dan menghemat energi. c. Kolaborasi dengan dokter kandungan. a. Melakukan pemeriksaan kadar zat besi. b. Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang hari. c. Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak. d. Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan. e. Mengkonsumsi makanan seimbang. a. Latihan kegel. b. Menyarankan ibu untuk buang air kecil secara teratur. c. Menghindari penggunaan pakaian ketat. a. Konsumsi makanan berserat. b. Terapi farmakologi berupa laxatif oleh dokter kandungan. a. Menghindari makan tengah malam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
b. Menghindari makan porsi besar. c. Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat terlentang. d. Mengunyah permen karet. e. Tidak mengkonsumsi alkohol maupun rokok.
Sumber : Irianti, Bayu, dkk. 2013 2)
Ketidaknyamanan pada Trimester II Tabel 2.2. Ketidaknyamanan pada Trimester II
No. 1.
Ketidaknyamanan Pusing
2.
Sering berkemih
3.
Nyeri perut bawah
4.
Nyeri punggung
5.
Flek kecoklatan pada wajah dan Sikatrik
6.
Sekret vagina berlebih
7.
Konstipasi
Cara mengatasi a. Cukup istirahat. b. Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk. c. Hindari berdiri dalam waktu lama. d. Jangan lewatkan waktu makan. e. Berbaring miring kiri. a. Menyarankan ibu untuk banyak minum disiang hari dan mengurangi minum dimalam hari. b. Menyarankan ibu untuk buang air kecil secara teratur. c. Menghindari penggunaan pakaian ketat. a. Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi jongkok. b. Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik. a. Memberitahu ibu untuk menjaga posisi tubuhnya. b. Menganjurkan ibu untuk melakukan evcercise selama hamil. c. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas serta menambah istirahat. a. Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion. b. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang berukuran lebih besar. c. Anjurkan ibu untuk diet seimbang. d. Anjurkan ibu untuk menggunakan pelembab kulit. a. Mengganti celana dalam bila basah atau lembab. b. Memelihara kebersihan alat reproduksinya. a. Mengkonsumsi makanan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
8.
Penambahan berat badan
9.
Pergerakan janin
10.
Perubahan psikologis
berserat. b. Memenuhi kebutuhan hidrasinya. c. Melakukan olahraga ringan secara rutin. a. Memberikan contoh makanan yang baik dikonsumsi. b. Menghitung jumlah asupan kalori. a. Mengajarkan ibu cara untuk merasakan gerakan janin, misalnya dengan menyiapkan 2 wadah kosong dan manikmanik, kemudian anjurkan ibu untuk memindahkan manikmanik tersebut kedalam wadah lainnya selama 2 jam dan merasakan gerakan janinnya. a. Memberikan ketenangan pada ibu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan ibu. b. Memberikan motivasi dan dukungan pada ibu. c. Melibatkan orang terdekat dan/atau keluarga pada setiap asuhan.
Sumber : Irianti, Bayu, dkk. 2013 3)
Ketidaknyamanan pada Trimester III Tabel 2.3. Ketidaknyamanan pada Trimester III
No. 1.
Ketidaknyamanan Sering buang air kecil
2.
Pegal-pegal
3.
Hemoroid
Cara mengatasi a. Ibu hamil disarankan untuk tidak minum saat 2-3 jam sebelum tidur. b. Kosongkan kandung keming sesaat sebelum tidur. c. Agar kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi, sebaiknya minum lebih banyak pada siang hari. a. Sempatkan untuk berolahraga atau beraktivitas ringan. b. Senam hamil. c. Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium. d. Jangan berdiri/duduk/bergerak terlalu lama. e. Anjurkan istirahat tiap 30 menit. a. Hindari konstipasi b. Makan makanan yang berserat dan banyak minum. c. Gunakan kompres es atau air hangat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
4.
Kram dan nyeri pda kaki
5.
Gangguan pernafasan
6.
Oedema
7.
Perubahan libido
d. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali hemoroid kedalam anus dengan pelanpelan. e. Bersihkan anus dengan hatihati sesudah defekasi. f. Usahakan BAB dengan teratur. g. Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest 15 menit/hari. h. Senam kegel untuk menguatkan perineum dan mencegah hemoroid. d. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid. a. Lemaskan bagian tubuh yang kram dengan cara mengurut. b. Pada saat bangunn tidur, jari kaki ditegakkan sejajar tumit untuk mencegah kram mendadak. c. Meningkatkan asupan kalsium. d. Meningkatkan asupan air putih. e. Melakukan senam ringan. f. Istirahat cukup. a. Latihan nafas melalui senam hamil. b. Tidur dengan bantal yang tinggi. c. Makan tidak terlalu banyak. d. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma dan lain-lain. a. Meningkatkan periode istirahat dan berbaring pada posisi miring kiri. b. Meninggikan kaki bila duduk. c. Meningkatkan asupan protein. d. Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan sehari untuk membantu diuresis natural. e. Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga. a. Informasikan pada pasangan bahwa masalah ini normal dan disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan/atau kondisi psikologis. b. Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi frekuensi hubungan seksual selama masa kritis. c. Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan dengan memberikan kasih sayang pada ibu.
Sumber : Hutahaean. Serri, 2013
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
e.
Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita 1)
Genetalia Tabel 2.4. Organ-organ yang membentuk alat reproduksi perempuan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Genetalia Eksterna Mons veneris Labia mayora Labia minora Klitoris Vestibulum Hymen Perineum
Genetalia Interna Vagina Uterus Tuba falopii Ovarium
Sumber : Asrinah, 2010 2)
Panggul Panggul bagi perempuan merupakan organ khusus dan sangat memegang peranan penting pada saat persalinan, karena janin yang akan lahir harus melewati pangul. Tulang panggul merupakan sebuah corong, bagian atas yang lebar disebut panggul besar yang mendukung isi perut, sedangkan bagian bawah tulang panggul menjadi tempat alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir yang disebut panggul kecil. Tulang panggul terdiri dari 4 buah panggul, yaitu : a)
Tulang pangkal paha (os cocsae) 2 buah, terdiri dari: tulang usus (os ilium), tulang duduk (os iskium), dan tulang kemaluan (os pubis).
b)
Tulang kelangkang (os sacrum) 1 buah.
c)
Tulang tungging (os cocsigys) 1 buah (Asrinah, 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
Ukuran panggul adalah sebagai berikut : a)
Pintu atas panggul Merupakan batas atas dari panggul kecil yang berbentuk oval, dari promotorium, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior osis pubis, dan pinggir atas simpisis.
b)
Bidang luas panggul Merupakan terbentang
bidang
dengan
antara
ukuran
pertengahan
terbesar, simpisis,
pertengahan asetabulum dan pertemuan antara ruas kedua dan ketiga tulang kelangkang. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5
cm.
Pada
bidang
ini
biasanya
tidak
menimbulkan kesukaran dalam persalinan. c)
Bidang sempit panggul (bidang tengah panggul) Merupakan bidang dengan ukuran kecil, di setinggi pinggir iskiadika.
bawah
simpisis,
Ukuran
terdapat
belakang
11,5
dua cm,
spina ukuran
melintang 10 cm, diameter sagitalis posterior yaitu dari sacrum ke pertengahan antar spina iskiadika 5 cm. d)
Pintu bawah panggul Terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber iskiadikum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
belakang adalah ujung os sacrum, sisanya adalah ligamentum sakro tuberosum kiri dan kanan, segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis (Asrinah, 2010).
f.
Perubahan-perubahan janin 1)
Sistem Kardiovaskuler Perjalanan darah dari plasenta melalui vena unbilikal adalah setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikal mangarah atas menuju hati, membagi menjadi 2 yaitu sinus porta ke kanan memasuk darah ke hati dan duktus venusus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung dengan vena kava inverior masuk ke atrium kanan. Darah ini mengandung oksigen seperti arteri yang akan langsung menyemprot melalui feramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. (Prawirohardjo, 2010) Darah dari ventrikel kanan akan mengalir kearah paru. Karena paru belum berkembang, sebagian besar darah dari jantung kanan akan dialirkan ke aorta melalui arteri pulmonalis dan suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu akan bergabung di aorta desending bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. (Prawirohardjo, 2010)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
2)
Sistem Respirasi Gerakan nafas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34 minggu secara regular gerak nafas ialah 40-60/menit. Tabel 2.5. Perkembangan fungsi organ janin
Usia Gestasi 6 7 8 9
13-16
17-24
25-28
29-32 33-36 38-40
Organ Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari telah berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh. Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah. Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk. Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin, kelopak mata terbentuk namun tak akan terbuka sampai 28 minggu. Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester kedua. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120150/menit. Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks caseosa (lemak). Janin mempunyai refleks. Saat ini disebut permulaan trimester ketiga, dimana terbentuk perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir. Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (5070%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah reguler, suhu relatif stabil. Berat janin 1500-2500 gram. Bila kulit janin (lanugo) mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan. Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih kedalam batas normal.
Sumber : Prawirohardjo, 2010
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
g.
Tanda bahaya kehamilan 1)
Perdarahan pervaginam Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
bayi
dilahirkan
dinamakan
perdarahan
intrapartum sebelum kelahiran. Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau absurpsi plasenta. Tabel 2.6. Diagnosis perdarahan antepartum Gejala dan Tanda Utama 1. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22 minggu 2. Darah segar/kehita man dengan bekuan 3. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks, atau koitus
Faktor Predisposisi Grande Multipara
Penyulit Lain
Diagnosis
Penatalaksanaan
1. Syok 2. Perdarahan setelah koitus 3. Tidak ada kontraksi uterus 4. Bagian terendah janin tidak masuk PAP 5. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
Plasenta Previa
1. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam. 2. Terapi ekspektatif jika kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit, belum ada tandatanda inpartu, KU ibu baik, janin hidup. 3. Tirah baring. 4. Lakukan USG untuk mengetahui letak plasenta. 5. Berikan MgSO4 4gr IV dosis awal. 6. Jika keadaan memburuk, perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9%
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
1. Perdarahan dengan nyeri intermitten atau menetap 2. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio relatif baru 3. Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar 1. Perdarahan intraabdomin al dan atau vaginal. 2. Nyeri hebat sebelum perdarahan dan syok, yang kemungkina n hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah (kondisi ini tidak khas)
1. Hipertensi 2. Versi luar 3. Trauma abdomen 4. Polihidram nion 5. Gemelli 6. Defisiensi gizi
1. Perdarahan berwarna
1. Solusio plasenta.
1. Riwayat SC. 2. Partus lama atau kasip (lewat waktunya). 3. Dispropors i kepala/ fetopelvis. 4. Kelainan letak/ presentasi. 5. Persalinan traumatik
1. Syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar (tipe tersembunyi) 2. Anemia berat 3. Melemah atau hilangnya gerak janin 4. Gawat janin/hilangn ya DJJ 5. Uterus tegang dan nyeri 1. Syok atau takikardia. 2. Adanya cairan bebas intraabdomin al. 3. Hilangnya gerak dan DJJ. 4. Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas. 5. Nyeri raba/tekan dinding perut dan bagianbagian janin mudah dipalpasi. 1. Perdarahan gusi.
Solusio Plasenta
Ruptura Uteri
atau RL) 7. Lakukan penilaian jumlah perdarahan. 8. Jika perdarahan banyak dan berlangsung rujuk ke RS untuk dilakukan SC. 1. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau RL) 2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan 3. Jika perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) rujuk ke RS.
1. Berikan oksigen. 2. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau RL) 3. Lakukan penilaian jumlah perdarahan 4. Rujuk ke RS.
Gangguan Pembekuan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
merah. 2. Uji pembekuan darah tidak menujukan adanya bekuan darah setelah tujuan menit. 3. Rendahnya faktor pembekuan darah, fibrinogen, trombosit, fragmentasi sel darah merah.
2. Janin mati dalam rahim. 3. Eklampsia. 4. Emboli air ketuban.
2. Gambaran memar bawah kulit. 3. Perdarahan dari tempat suntiknya dan jarum infus.
Darah
Sumber : Hani, Ummi, dkk. 2011 2)
Sakit kepala yang hebat dan menetap Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali melupakan ketidaknyamanan yang norma dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak ilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia (Hani, Ummi, dkk. 2011).
3)
Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja) Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam
jiwa
adalah
perubahan
visual
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsi (Hani, Ummi, dkk. 2011). 4)
Nyeri abdomen yang hebat Nyeri abdominal tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdominal yang mungkin
menunjukan
masalah
yang
mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain (Hani, Ummi, dkk. 2011). Tabel 2.7. Diagnosis nyeri perut pada akhir kehamilan dan pasca persalinan Gejala dan Tanda yang selalu Ada 1. Teraba his 2. Lendir bercampur darah (show) sebelum 37 minggu. 1. Teraba his. 2. Lendir bercampur darah (show) sesudah 37 minggu. 1. Nyeri perut hilang timbut atau menetap. 2. Perdarah setelah kehamilan 22 minggu (dapat terhadap dalam uterus)
Gejala dan tanda yang kadang ada 1. Pembukaan dan pelunakan serviks. 2. Perdarahan pervaginal ringan.
Diagnosis kemungkinan Kemungkinan persalinan preterm
1. Pembukaan dan pelunakan servik. 2. Perdarahan pervaginal ringan.
Kemungkinan persalinan preterm
1. Syok. 2. Uterus terasa tegang/lemas. 3. Gerakan janin berkurang/tidak ada. 4. Gawat janin/tidak adanya DJJ.
Solutio plasenta
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
1. Nyeri perut (dapat 1. Syok. berkurang setelah 2. Distensi ruptur). abdomen/adanya 2. Perdarahan cairan bebas. (intraabdomen dan 3. Kontur uterus atau pervaginam). abnormal. 4. Abdomen terasa lemas. 5. Bagian janin teraba dengan mudah. 6. Gawat janin/tidak adanya DJJ. 7. Denyut jantung ibu yang cepat. 1. Nyeri perut. 1. Riwayat keluarnya 2. Sekret vagina cair cairan. dan berbau 2. Uterus teraba setelah kehamilan lunak. 22 minggu. 3. DJJ cepat. 3. Demam/menggigil. 4. Perdarahan pervaginam ringan. 1. Nyeri perut Nyeri 2. Disuria suprapubik/retropubik. 3. Frekuensi dan urgensi miksi yang meningkat 1. Disuria 1. Nyeri 2. Nyeri perut suprapubik/retropu 3. Demam bik. tinggi/menggigil 2. Nyeri pinggang. 4. Frekuensi dan 3. Nyeri daerah rusuk. urgensi miksi yang 4. Anoreksia. meningkat. 5. Mual/muntah. 1. Nyeri perut bawah. 1. Distensi abdomen. 2. Demam tidak 2. Anoreksia. tinggi. 3. Mual/muntah. 3. Nyeri lepas. 4. Ileus paralisis. 5. Peningkatan sel darah putih. 6. Tidak teraba massa pada perut bawah. 7. Lokasi nyeri lebih tinggi dari yang diharapkan. 1. Nyeri perut 1. Perdarahan 2. Demam/menggigil pervaginam ringan. 3. Lokhea dengan 2. Syok. pus dan berbau. 4. Uterus terasa lunak. 1. Nyeri perut bawah 1. Respons buruk dan distensi. terhadap 2. Demam/menggigil antibiotika. yang menetap. 2. Pembengkakan di
Ruptura uteri
Amnionitis
Sistitis
Pielonefritis akut
Apendisitis
Metritis
Abses pelvis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
3. Uterus terasa lunak. 1. Nyeri perut bawah. 2. Demam tidak tinggi/menggigil. 3. Bising usus tidak terdengar. 1. Nyeri perut. 2. Massa adneksa pada pemeriksaan dalam.
3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.
adneksa atau pada kavum Douglasi. Pus dari kuldosentesis. Nyeri lepas. Distensi abdomen. Anoreksia. Mual/muntah. Syok. Teraba massa lunak pada perut bagian bawah. Perdarahan pervaginam ringan.
Peritonitis
Kista ovarium
Sumber : Hani, Ummi, dkk. 2011 5)
Bengkak pada muka dan tangan Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia (Hani, Ummi, dkk. 2011).
6)
Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya sejak bulan kelima atau
bulan
keenam,
bahkan
beberapa
ibu
dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit tiga kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau istirahat dan jika ibu makan minum dengan baik (Hani, Ummi, dkk. 2011).
h.
Kebutuhan dasar ibu hamil Sasaran asuhan antenatal ialah meminimalkan setiap efek yang
berpotensi
membahayakan
perempuan
hamil
dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
bayinya, dengan memenuhi kebutuhan ibu hamil, baik fisik maupun psikologisnya. Tabel 2.8. Kebutuhan fisik ibu hamil No. 1.
Kebutuhan
2.
Nutrisi
3.
Personal hygiene
Oksigen
Keterangan Meningkatnya jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat pernafasan. a. Kalori Jumlah kalori yang dibutuhkan ibu hamil adalah 2500 kalori setiap harinya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan ini merupakan faktor predisposisi atas terjadinya preeklamsia. b. Protein Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram/hari. Sumber protein : kacang-kacangan, ikan, ayam, susu, keju. Defesiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia, dan edema. c. Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg/hari. Sumber kalsium : susu, keju, yoghurt dan kalsium karbonat. d. Zat besi Diperlukan 30 mg/hari asupan zat besi bagi ibu hamil. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. e. Asam folat Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400 mikro gram/hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik. f. Air Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh, karena itu dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (1500-2000 ml) air, susu, dan jus tiap 24 jam. Perubahan anatomik pada perut, area genetalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinfeksi oleh mikroorganisme. Sebaiknya, mandi menggunakan pancuran atau gayung. Selain itu, mengganti celana dalam secara rutin minimal dua kali sehari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
4.
Pakaian
5.
Eliminasi
6.
Seksual
Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan ketat dibagian perut. Bahan pakaian harus dapat menyerap keringat. Pakailah bra yang menyokong payudara. Memakai sepatu dengan hak rendah. Keluhan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah konstipasi dan sering BAK. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, jika merasa dorongan untuk BAK/BAB maka segeralah untuk BAK/BAB. Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat abortus, kelahiran prematur, perdarahan pervaginam.
Sumber : Asrinah, dkk. 2010 i.
Asuhan kehamilan 1)
Definisi asuhan kehamilan (ANC) Asuhan kehamilan adalah asuhan ibu hamil oleh bidan yang
dilakukan dengan cara
mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk
menjamin
keamanan
dan
kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan. Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi serangkaian
luaran
maternal
kegiatan
dan
pemantauan
neonatal rutin
melalui selama
kehamilan (Prawirohardjo, 2009). 2)
Standar pelayanan minimal ANC 10 T yaitu : a)
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b)
Ukur tekanan darah
c)
Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
d)
Ukur tinggi fundus uteri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
e)
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
f)
Pemberian imunisasi TT lengkap
g)
Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
h)
Periksa laboratorium
i)
Tatalaksana / penanganan kasus
j)
Temu wicara (Kepmenkes RI, 2012)
3)
Tujuan asuhan kehamilan Menurut Saifudin (2004), tujuan antenatal care adalah : a)
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c)
Mengenali sejak dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum.
d)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya.
e)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan persiapan untuk pemberian ASI.
f)
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayinya agar tumbuh kembang normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
4)
Manfaat asuhan kehamilan Manfaat
asuhan
antenatal
bagi
ibu
hamil
adalah
mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan.
Mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatan mental, fisik ibu hamil untuk menghadapi persalinan,
meningkatkan
kesehatan
ibu
setelah
persalinan dan bisa memberikan ASI. Konseling dalam pemakaian alat kontrasepsi KB, memberikan nasehat dan petunjuk berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya serta berusaha menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi akan menentukan pertolongan persalinan yang aman (Manuaba, 2010). Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga bisa mengurangi persalinan premature, berat bayi lahir rendah, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik
awal kualitas sumber
daya manusia
(Manuaba, 2010). 5)
Jadwal pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 3-4 kali, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester I dan II serta 2 kali pemeriksaan pada trimester III (Hutahaean, Serri. 2013). a)
Kunjungan pertama antenatal care Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0 sampai 3
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
bulan. Pemeriksaan kali pertama ini bertujuan untuk: a.1
Menentukan
diagnosis
ada
tidaknya
kehamilan. a.2
Mengetahui riwayat kesehatan ibu.
a.3
Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
a.4
Melakukan pemeriksaan fisik secara umum misalnya tekanan darah, berat badan, dan pemeriksaan fisik head to toe (Hutahaean, Serri. 2013).
b)
Jadwal kunjungan kedua antenatal care Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 4 sampai 6 bulan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk : b.1
Mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan janin.
b.2
Mengetahui
komplikasi
kehamilan
dan
pengobatannya (preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan) (Hutahaean, Serri. 2013). c)
Jadwal kunjungan ketiga antenatal care Pemeriksaan kehamilan ketiga dilakukan pada saat usia kehamilan 32 minggu, dilakukan untuk :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
c.1
Mengetahui keluhan ibu dan tipe gerakan janin.
c.2
Mengetahui
komplikasi
kehamilan
dan
pengobatannya (preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan) (Hutahaean, Serri. 2013). d)
Jadwal kunjungan keempat antenatal care Pemeriksaan
kehamilan
keempat
merupakan
pemeriksaan yang terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu. Pada pemeriksaan ini akan dilakukan : d.1
Mengetahui keluhan-keluhan yang muncul.
d.2
Mengetahui pergerakan janin.
d.3
Mengetahui tipe kontraksi rahim.
d.4
Mengenali
adanya
kelainan
letak
dan
presentasi. d.5
Mengenali tanda-tanda persalinan.
d.6
Memantapkan
rencana
persalinan
(Hutahaean, Serri. 2013). 6)
Pemeriksaan Ibu Hamil a)
Anamnesis Berisi identitas ibu hamil, suami, keluhan, riwayat kesehatan, pola aktifitas, HPHT, dan HPL.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
b)
Pemeriksaan fisik diagnostik Pemeriksaan fisik seluruh tubuh (head to toe) dengan cara : b.1
Inspeksi
:
tekanan
darah,
nadi,
suhu,
respirasi, jantung, dan paru-paru. b.2
Perkusi : reflek patella
b.3
Palpasi : meraba bagian-bagian janin pada perut ibu untuk menentukan posisi dan keadaan janin didalam uterus.
b.4
Auskultasi : menggunakan stetoskop obstetrik untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) yang dapat didengarkan pada bulan ke 4-5 (Sofian, 2012).
2.
PERSALINAN a.
Definisi Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan uri yang hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2002). Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan adanya kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dangan kelahiran plasenta (Chapman, Vicky. 2006).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
Menurut jenis, persalinan dibagi menjadi dua yaitu partus biasa (normal) dan partus luar biasa (abnormal). Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan bila bayi lahir dalam presentasi kepala tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi.
Umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat atau
melalui
dinding
perut
dengan
operasi
caesarea
(Prawirohardjo, 2002). Menurut umur kehamilan dikenal istilah persalinan matures atau aterm (cukup bulan) yaitu persalinan antara umur kehamilan 37 sampai 42 minggu, berat janin diatas 2500 gram dan sering pula dikenal istilah persalinan presipitatus yaitu persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 2002).
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan 1)
Passage (jalan lahir) Jalan lahir terbagi atas dua,yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina (Sondakh, 2013).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
2)
Power (kekuatan) Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu : a)
Kekuatan primer (kontraksi involunter) Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.
b)
Kekuatan sekunder (kontraksi volunter) Pada
kekuatan
ini,
otot-otot
diafragma
dan
abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua
sisi
dan
menambah
kekuatan
dalam
mendorong keluar (Sondakh, 2013). 3)
Passenger (penumpang) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya (Sondakh, 2013).
c.
Sebab-sebab mulainya persalinan Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan, yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
1)
Estrogen Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin,
rangsangan
prostaglandin,
rangsangan mekanis. 2)
Progesteron Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin,
rangsangan
prostaglandin,
rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang
dikeluarkan
oleh
hipofise
parst
posterior
dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton hicks. Oksitosin iduga bekerja bersama melalui hormon prostaglandin yang makin meningkat mulai umur kehamilan 15 minggu sampai aterm sewaktu-waktu partus. Disamping faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
1)
Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2)
Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu akibat otot-otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3)
Teori oksitosin internal Oksitosin
dikeluarkan
oleh
kelenjar
hipofise
parst
posterior. Perubahan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton
hicks.
Menurunnya
konsentrasi
progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai. 4)
Teori prostaglandin Konsentrasi
prostaglandin
meninngkat
sejak
umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostaglandin
pada
saat
hamil
dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
5)
Teori hipotalamus-pituitary dan glandula suprarenalis Teori ini menunjukan pada kehamilan sering terjadi keterlambatan
persalinan
kaarena
tidak
terbentuk
hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). 6)
Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates. Bila nutrisi pada janin kekurangan makanan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
d.
Tanda dan gejala menjelang persalinan 1)
Lightening Mulai dirasakan kira-kira 2 minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvik minor. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
2)
Perubahan serviks Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi braxton hiks. Serviks menjadi lunak, mulai menipis dan sedikit terbuka.
3)
Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum mengawali persalinan yang sejati.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
4)
Ketuban pecah dini Pada kondisi normal ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan.
Apabila
terjadi
sebelum
masuk
fase
persalinan itu disebut ketuban pecah dini. 5)
Bloody show Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi dalam 24-48 jam. Bloody show sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket yang harus dapat dibedakan dari perdarahan murni.
6)
Kontraksi Kontraksi uterus bersifat intemten sehingga ada periode relaksasi uterus dianntara kontraksi. Kontraksi pada persalinan aktif berlangsung dari 45-90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal kontraksi berlangsung 15-20 detik (Cuningham, 2012).
e.
Menentukan penurunan bagian terbawah janin 1)
5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
2)
4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
3)
3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
4)
2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
5)
1/5 jika hanya satu dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.
6)
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke rongga panggul (JNPK 2008).
f.
Tahapan persalinan Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembuakaan. Kala II juga disebut dengan kala pengeluaran, oleh kekuatan his dan kekuatan mengejan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian, dalam kala
tersebut
diobservasi
apakah
terjadi
perdarahan
postpartum. 1)
Persalinan kala I Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi sudah teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
Kala I dimulai dari saat pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu : a)
Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.
b)
Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi terjadi lebih kuat dan sering dan dibagi menjadi 3 fase : b.1
Fase
akselerasi
:
dalam
waktu
2
jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. b.2
Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
b.3
Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Sulistyawati. A, dkk, 2012).
Proses
diatas
terjadi
pada
primigravida
maupun
multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung ±8 jam (Sondakh. 2013). 2)
Persalinan kala II Gejala umum kala II adalah sebagai berikut : a)
His semakin kuat, dengan interval dua sampai tiga menit dengan durasi 50 sampai 100 detik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
b)
Apabila
selaput
ketuban
belum
pecah
dan
pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Amati cairan yang keluar. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukan adanya hipoksia
dalam
rahim
atau
selama
proses
persalinan (JNPK-KR, 2008). c)
Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
d)
Ketuban
pecah
pada
pembukaan
lengkap
diikuti
keinginan
mendekati
mengejan
akibat
tertekannya pleksus frankenhauser. e)
Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi : d.1
Kepala membuka pintu.
d.2
Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubunubun besar, dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya.
f)
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
3)
Persalinan kala III Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini : a)
Uterus menjadi globuler (bundar).
b)
Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
c)
Tali pusat bertambah panjang.
d)
Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan plasenta adalah dengan menggunakan teknik dorsokranial. Pengeluaran selaput ketuban dan selaput janin biasanya lahir dengan mudah. Namun kadang-kadang tertinggal.
masih
Bagian
ada
yang
bagian
tertinggal
plasenta tersebut
yang dapat
dikeluarkan dengan cara : a)
Menarik pelan-pelan.
b)
Memutar atau memilin seperti tali.
c)
Memutar dengan klem.
Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah dilahirkan. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal dan apakah terdapat tandatanda plasenta suksenturia.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
Kala III terdiri dari dua fase, yaitu : a)
Fase pelepasan plasenta Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain : a.1
Schultze Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma
yang
menolak
plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir. a.2
Duncan Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
b)
Fase pengeluaran plasenta Perasat-perasat
untuk
mengetahui
lepasnya
plasenta adalah : b.1
Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas. b.2
Klien Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak digunakan lagi).
b.3
Strassman Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.
4)
Persalinan kala IV Kala IV mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV ini dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati. A, 2010). a)
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : a.1
Tingkat kesadaran pasien
a.2
Pemeriksaan vital sign : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
a.3
Kontraksi uterus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
a.4
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlah tidak melebihi 400500 cc.
b)
g.
Komplikasi kala IV b.1
Robekan vagina, perineum atau serviks
b.2
Tanda atau gejala syok
b.3
Tanda atau gejala dehidrasi
b.4
Tanda atau gejala infeksi
b.5
Tanda atau gejala preeklampsia ringan
b.6
Gejala preeklampsia berat
b.7
Kandung kemih penuh (JNPK-KR, 2008)
Asuhan sayang ibu Asuhan sayang ibu dan bayi yang dapat diberikan oleh bidan adalah
dengan
menanyakan
pada
diri
kita
sendiri
“Bagaimanakah bila hal tersebut atau masalah tersebut terjadi pada saya sendiri atau pada keluarga saya sendiri.” Persalinan merupakan proses yang alami atau fisiologis. Setiap perempuan yang menginginkan kehamilan dan bayinya, pastilah akan melalui suatu proses persalinan. Tanpa seorang penolong, proses persalinan tetap dapat berlangsung. Namun, yang menjadi permasalahan adalah apakah proses persalinan tersebut berjalan sesuai yang diharapkan, yang berarti apakah ibu dan bayi dapat terselamatkan? Maka dari itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
persalinan, maka diperlukan peran seorang bidan. Mengingat bahwa persalinan merupakan suatu proses yang alami, maka jika tidak ada indikasi, bidan diharapkan tidak melakukan intervensi yang tidak perlu terutama tanpa persetujuan ibu. Dengan demikian, diharapkan persalinan akan berlangsung dengan aman dan nyaman sesuai yang diharapkan bidan, ibu dan keluarganya. Selain itu, asuhan sayang ibu dan bayi dapat diberikan oleh bidan pada setiap kala persalinan dengan mengacu pada hak-hak klien, yaitu : 1)
Memberi pelayanan kepada ibu dengan ramah dan penuh perhatian.
2)
Memberikan semangat dan dukungan pada ibu.
3)
Meminta keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan.
4)
Memberi kesempatan bagi ibu untuk memilih posisi meneran sesuai yang diinginkan.
5)
Memberi asupan nutrisi yang cukup bagi ibu.
6)
Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya.
7)
Membimbing ibu untuk memeluk bayinya dan sesegera mungkin memberikan air susu ibu (ASI), diupayakan pemberiannya dilakukan kurang dari 1 jam atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
8)
Memantau kondisi ibu setelah melahirkan.
9)
Memberikan asupan nutrisi setelah melahirkan.
10)
Menganjurkan ibu untuk beristirahat setelah melahirkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
11)
Mengajarkan ibu atau keluarga dan suami mengenali tanda dan gejala bahaya yang mungkin terjadi.
12)
Mengajarkan ibu, keluarga, dan suami cara untuk mencari pertolongan disaat terjadi hal yang berbahaya (Sondakh, 2013).
h.
Tujuan asuhan persalinan Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai
selama
persalinan
pertolongan persalinan yang
dalam
upaya
mencapai
bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
i.
Asuhan persalinan normal Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua 1)
Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. a)
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b)
Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
c)
Perineum menonjol.
d)
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan 2)
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
3)
Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4)
Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah sikut, mencuci kedua tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5)
Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6)
Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Janin Baik 7)
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
Jika
terkontaminasi
mulut
vagina,
perineum,
oleh
kotoran
ibu,
atau
anus
membersihkannya
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang
kapas
atau
kasa
yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
8)
Dengan
menggunakan
pemeriksaan
dalam
teknik untuk
aseptik,
melakukan
memastikan
bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi. 9)
Mendekontaminasi
sarung
tangan
dengan
cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5%
dan kemudian
melepaskan daam keadaan terbaik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas). 10)
Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit). a)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b)
Mendokumentasi hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran 11)
Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
a)
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan
ibu
serta
janin
sesuai
dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. b)
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12)
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13)
Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a)
Membimbing
ibu
untuk
meneran
saat
ibu
mempunyai keinginan untuk meneran. b)
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c)
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya.
d)
Menganjurkan
ibu
untuk
beristirahat
diantara
kontraksi. e)
Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat pada ibu.
f)
Menganjurkan asupan cairan per oral.
g)
Menilai DJJ setiap 5 menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
h)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai untuk meneran.
i)
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi 14)
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15)
Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16)
Membuka partus set.
17)
Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
Menolong Kelahiran Bayi Lahirnya kepala 18)
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19)
Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)
20)
Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segala proses kelahiran bayi : a)
Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b)
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, lakukan klem tali pusat di dua tempat dan memotongnya.
21)
Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu 22)
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23)
Setelah dua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan melalui kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24)
Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati, membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir 25)
Menilai bayi dengan cepat (warna kulit, gerakan bayi, dan tangisan bayi dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, melakukan resusitasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
26)
Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM.
27)
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm diatas perut bayi. Melakukan pengurutan tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28)
Memegang tali pusat denga satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
29)
Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain/selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.
30)
Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai Inisiasi Menyusui Dini.
Oksitosin 31)
Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui janin tunggal.
32)
Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33)
Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit/IM di gluteus atau 1/3 atas paha
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penegangan Tali Pusat Terkendali 34)
Memindahkan klem pada tali pusat.
35)
Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36)
Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak
lahir
setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. a)
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota
keluarga
untuk
melakukan
rangsangan puting susu. Mengeluarkan plasenta 37)
Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
kearah
atas,
mengikuti
kurva
jalan
lahir
sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. a)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
b)
Jika
plasenta tidak
lepas
setelah
melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit : b.1
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/IM
b.2
Menilai
kandung
kemih
dan
dilakukan
kateterisasi b.3
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
b.4
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
b.5
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38)
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan 2 tangan. Memegang plasenta dengan 2 tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban itu. a)
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan
serviks
ibu
dengan
seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
Pemijatan uterus 39)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus
dan
melakukan
masase
dengan
gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). Menilai Perdarahan 40)
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta didalam kantong plastik atau tempat khusus. a)
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41)
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera
menjahit
laserasi
yang
mengalami
perdarahan aktif. Melakukan Prosedur Pascapersalinan 42)
Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43)
Mencelupka kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 44)
Menempatkan klem
tali pusat desinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau meningkatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45)
Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46)
Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
47)
Menyelimuti
kembali
bayi
dan
menutupi
bagian
kepalanya. Memastikan handuk/kainnya bersih/kering. 48)
Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49)
Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
uterus
dan
perdarahan pervaginam: a)
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b)
Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan.
c)
Setiap 20-30 menit dalam jam kedua pasca persalinan.
d)
Jika
uterus
laksanakan
tidak
berkontraksi
perawatan
yang
dengan sesuai
baik, untuk
penatalaksanaan atonia uteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
e)
Jika
ditemukan
laserasi
yang
memerlukan
penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 50)
Mengajarkan
pada
ibu
atau
keluarga
bagaimana
melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 51)
Mengevaluasi kehilangan darah.
52)
Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a)
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
b)
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan 53)
Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54)
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.
55)
Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
56)
Memastikan
bahwa
memberikan
ASI.
ibu
nyaman.
Menganjurkan
Membantu keluarga
ibu untuk
memberikan ibu minum dan makan yang diinginkan. 57)
Mendekontaminasi
daerah
yang
digunakan
untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. 58)
Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59)
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi 60)
j.
Melengkapi partograf (Prawirohardjo, 2010).
Partograf Partograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala I persalinan dan memberikan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama membuat partograf adalah sebagai berikut : 1)
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.
2)
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal.
3)
Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi grafik kemajuan proses persalinan (Sondakh, 2013).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
k.
Komplikasi dan kondisi resiko tinggi pada persalinan 1)
Persalinan prematur Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 21 minggu dan 37 minggu. Penyebab dari persalinan diabetes
prematur melitus,
yaitu
penyakit
hipertensi
kardiovaskuler,
gestasional,
infeksi,
pembedahan atau trauma abdomen, kelainan plasenta, ketuban pecah dini, hidramnion, dan kehamilan kembar. Penanganan tirah baring jika diperlukan terapi dengan preparat tokolitik syaratnya yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu, dilatasi serviks melebihi 4 cm, effacement serviks lebih dari 50% (Anita, 2014). 2)
Kelainan letak a)
Letak sungsang Letak sungsang adalah kehamilan dengan janin letak memanjang dengan bokong atau kaki sebagai bagian
terendah.
Penatalaksanaannya
yaitu
melakukan USG terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan janin dan melakukan penapisan yaitu panggul sempit, anak mahal, primitua, TBJ > 3500 gram, presentasi kaki kecuali TBJ > 1800 gram. Jika keadaan diatas tidak ada maka dapat dilakukan persalinan pervaginam jika salah satu keadaan diatas ada maka dilakukan persalinan dengan SC.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
b)
Letak lintang Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada posisi yang satu sedangkan bokong berada pada posisi yang lain. Penatalaksanaannya yaitu dengan persalinan sectio caesaria apabila janin hidup usia kehamilan > 28 minggu. Dilakukan embriotomi apabila janin mati (Anita, 2014).
3)
Inersia uteri Kontraksi yang sifatnya jarang, lemah dan waktunya singkat. Keadaan ini dapat terjadi setiap saat dalam proses
persalinan
meskipun
umumnya
digolongkan
menjadi primer dan sekunder. Penanganannya yaitu dengan
perbaikan
kekuatan
kontraksi,
peningkatan
istirahat, pelaksanaan analgesia dengan obat seperti morfin sulfat yang mungkin akan menimbulkan sadasi sehingga pasien dapat beristirahat (Anita, 2014). 4)
Syok Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme. Penyebab terjadinya
syok
enditoksik/septik,
adalah
perdarahan,
anafilaktik,
emboli,
neurologis, komplikasi
anastesis, dan kombinasi. Penangannan syok yaitu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
hentikan segera penyebab perdarahan, bersihkan saluran nafas, pasang dua set infus untuk transfusi, terapi obatobatan, monitoring (Prawirohardjo, 2009). 5)
Ketuban pecah dini (KPD) Pecah ketuban ini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai masuk persalinan. Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan saja dari 1 sampai 12 jam atau lebih (Varney, 2007).
6)
Prolaps tali pusat Terjadi dua jenis prolaps yaitu menumbung biasanya masuk kedalam palviks atau terkemuka yaitu tali pusat barada disamping bagian presentasi tetapi tidak masuk kedalam serviks (Varney, 2007).
7)
Distosia bahu Distosia bahu adalah presentasi sefalik dengan bahu anterior terjempit diatas simpisis pubis bukan masuk ke pelvis minor (Varney, 2007).
8)
Disproporsi sefalopelvik (CPD) CPD adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelviks yaitu ukuran pelviks yang tidak terlalu besar untuk mengakomodasi
keluarnya
janin.
CPD
akan
menyebabkan kegagalan dalam kemajuan persalinan (Anita, 2014).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
9)
Ruptur uterus Penyebabnya adalah cedera atau defik pada uterus yang terjadi sebelum atau selama kehamilan. Ruptur uteri terjadi karena uterus mengalami strain yang berlenihan. Penangannan
yaitu
penggantian
cairan,
pemberian
oksigen IV untuk menghasilkan kontraksi uterus dan meminimalkan perdaranhan dan jika mungkin lakukan operasi sectio caesaria (Anita, 2014).
3.
BAYI BARU LAHIR a.
Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Sarwono. 2013). Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai umur 28 hari, dapat menyesuaikan diri dari lingkungan didalam uterus ke luar uterus (Prawirohardjo, 2006).
b.
Ciri-ciri bayi normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai kriteria sebagai berikut : 1)
Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
2)
Panjang badan bayi 48-50 cm
3)
Lingkar dada bayi 32-34 cm
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
4)
Lingkar kepala bayi 33-35 cm
5)
Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian menurun sampai 140-120x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
6)
Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan
interkostal,
serta
rintihan
hanya
berlangsung antara 10-15 menit. 7)
Kulit
kemerah-merahan
dan
licin
karena
jaringan
subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caesseose (lemak pada kulit bayi). 8)
Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tampak baik.
9)
Kuku agak panjang dan lemas.
10)
Genetalia : testis sudah turun (pada anak laki-laki), labia mayora
telah
menutupi
labia
minora
(pada
anak
perempuan). 11)
Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.
12)
Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar dalam 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan lengket (Sondakh, 2013).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
c.
Adaptasi Bayi Baru Lahir Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. 1)
Sistem Pernafasan Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama
kali
untuk
mempertahankan
tekanan
alveoliselain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara
tertahan
didalam.
Respirasi
pada
neonatus
biasanya pernafasannya diafragmatik dan abdominal (Wafi Nur. 2010). 2)
Suhu tubuh Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan sehingga dapat menyebabkan kehilangan panas pada bayi. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu: konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain dengan mengeringkan bayi, menyelimuti bayi, menutup kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera memandikan bayi baru lahir (Wafi Nur. 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
3)
Metabolisme Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari pada tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg Bb akan lebih besar. Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat (Wafi Nur. 2010).
4)
Keseimbangan air dan fungsi ginjal Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa (Wafi Nur. 2010).
5)
Traktus Digestivus Traktus disgtivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan
yang
disebut
mekonium.
Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjau sudah berbentuk dan berwana biasa.enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecil enzim amilase (Wafi Nur. 2010). 6)
Hati Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna (Wafi Nur. 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
7)
Keseimbangan asam basa Derajat keasaman (pH) darah dalam waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkonpensasi asidosis ini (Wafi Nur. 2010).
d.
Pengkajian umum bayi baru lahir 1)
Tanda vital a)
Bunyi jantung pada menit pertama ±180x/menit kemudian turun sampai 140-120x/menit ketika bayi berumur 30 menit.
b)
Pernafasan
cepat
±80x/menit
disertai
pada
menit-menit
pernafasan
cuping
pertama hidung
(Sondakh, 2013). c)
Bayi cukup bulan memiliki suhu normal yaitu aksila : 36,5oC-37oC dan suhu kulit 36oC-36,5oC (Varney, 2007).
2)
3)
Antropometri a)
Berat badan antara 2500-4000 gram.
b)
Panjang badan 48-50 cm.
c)
Lingkar kepala 33-35 cm.
d)
Lingkar dada 32-34 cm (Sondakh, 2013).
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir a)
Kepala : ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepal hematoma, kraniotabes.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
b)
Mata
:
pemeriksaan
terhadap
perdarahan,
subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi (pus). c)
Hidung dan mulut : periksaan terhadap labio skisis, labiopalatoskisis, dan refleksi isap (dinilai dangan mengamati bayi saat menyusu).
d)
Telinga : periksa terhadap preaurical tog, kelainan daun/bentuk telinga.
e)
Leher
:
periksaan
sternocleidomastoideus,
terhadap ductus
hematom
thyroglossalis,
hygroma colli. f)
Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah
dada,
subcostal
pernapasan,
sifoid,
merintih,
retraksi
intercostol,
pernapasan
cuping
hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular, bronkial, dan lain-lain). g)
Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi janung, kelainan bunyi jantung.
h)
Abdomen
:
pemeriksaan
terhadap
membuncit
(pembesaran hati, limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistual). i)
Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, hernia ditali pusat atau di selangkangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
j)
Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi lai-laki), vagina berlubang, apakah labia mayor menutupi minora (pada bayi perempuan).
k)
Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak, harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, uri keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih (Sondakh, 2013).
e.
Asuhan pada Bayi Baru Lahir Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008) meliputi : 1)
Saat lahir sampai 2 jam pertama Pemantauan 2 jam pertama bayi baru lahir bertujuan untuk melihat adanya kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai, dan warna kulit kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum meninggalkan
bayi
perlu
melihat
apakah
terdapat
gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
2)
Pemantauan 0-8 jam a)
Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera setelah lahir dan diletakkan didekat ibu serta pada ruangan yang sama.
b)
Asuhan
bayi
baru
lahir
dengan
komplikasi
dilaksanakan dalam 1 ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus. 3)
Asuhan 8-48 jam Asuhan yang diberikan yaitu menjaga kehangatan tubuh bayi baru lahir, pencegahan infeksi, pemberian ASI eksklusif (Prawirohardjo, 2008).
4)
Asuhan 2-7 hari Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi :
5)
a)
Menilai pertumbuhan bayi
b)
Pemberian minuman dan nutrisi
c)
Pemberian ASI eksklusif
Asuhan 7-28 hari a)
Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah.
b)
Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi didampingi
ibu
atau
keluarga
saat
dilakukan
pemeriksaan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
6)
Asuhan 6 minggu pertama Asuhan yang diberikan pada bayi usia 6 minggu yaitu mempertahankan suhu normal bayi dan pemberian nutrisi (Prawirohardjo, 2008).
f.
Refleks pada Bayi Baru Lahir Tabel 2.9. Refleks pada Bayi Baru Lahir Refleks Rooting dan mengisap Menelan Ekstrusi
Moro
Melangkah Merangkak Tonik leher atau fencing
Terkejut
Ekstensi silang
Glabellar ‘blink’ Palmar grasp
Respons Normal Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut, dan mulai mengisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dangan jari atau puting Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan di taruh dibelakang lidah Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting Ekstensi simetris biateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membuka huruf ‘c’, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali keflesi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan telentang pada permukaan yang darat Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata Bayi akan berusaha untuk merangkak kedepan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kapala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan kesatu sisi selagi istirahat Bayi melkukan abduksi dan fleksiseluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila mendapatkan gerakan memdadak atau suara keras Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulus kekaki yang lain bila diletakkan telentang; bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respons terhadap stimulus pada telapak kaki Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketukan pertama pada batang hidung saat mata terbuka Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
Plantar grasp Tanda Babinski
Jari bayi akan melekuk disekeliling beban seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi Jari-jari bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari tumit keatas melintas bantalisi bantalan kaki
Sumber : Sondakh, 2013 g.
Inisiasi Menyusu Dini 1)
Pengertian IMD Inisisasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu sendiri. Cara bayi melakukan inisisasi menyusu dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara (Sondakh, 2013).
2)
Prinsip pemberian IMD a)
Setelah bayi lahir tali pusat segera diikat.
b)
Tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu, selimuti bayi dan beri topi.
c)
Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.
d)
Beri dukungan pada ibu untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir.
e)
Memberikan kolostrum pada bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
f)
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam, mintalah ibu untuk memeluk dan membelainya. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.
g)
Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu (Sondakh, 2013).
3)
Manfaat IMD bagi ibu dan bayi a)
Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan dan menunda ovulasi.
b)
Merangsang
pengeluaran
kolostrum
dan
meningkatkan produksi ASI. c)
Memberikan kekebalan pasif pada bayi.
d)
Meningkatkan kecerdasan.
e)
Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan menghisap, menelan dan bernafas.
h.
f)
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
g)
Mencegah kehilangan panas.
h)
Meningkatkan berat badan (Sondakh, 2013).
Kebutuhan dasar bayi 1)
Cairan dan nutrisi Semua bayi harus mendapatkan cukup cairan dan nutrisi dalam satu jam pertama kehidupan, baik entera/maupun parentera. Untuk bayi prematur atau sakit kebutuhan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
cairan atau kalori dapat dihitung yaitu mengusahakan asupannya sampai 150-175 ml/kg per 24 jam pada hari ke 5-7 kehidupan. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) pergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan selanjutnya berikan ASI selama 2 tahun dengan makan pendamping ASI (MPASI) (Vivian, 2011). 2)
Eliminasi a)
Berkemih (BAK) Bayi baru lahir harus berkamih dalam 12 jam pertama kehidupan dan jika diberikan susu dengan tepat. Harus berkemih minimal 6-10 kali setiap 24 jam.
Umumnya
mengeluarkan
bayi
urien
cukup
15-16
bulan
akan
ml/kg/hari.
Untuk
menjaga bayi tetap bersih dan kering maka setelah BAK harus diganti pokoknya (Vivian, 2011). b)
Defekasi (BAB) Mekonium harus dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan dapat berlangsung selama 48 jam dengan catatan bayi deberi susu dengan tepat. Warna dan konsistensi feses akan berubah menjadi terang, lebih berwarna kuning hijau dan kurang lengket
dibandingkan
mekonium.
Feses
yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
berubah ini dapat berlanjut selama 48 jam dan kemudian feses menjadi kuning, dan lebih lunak. Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak antara hari ketiga dan keempat karenan feses transisi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua yang awal frekuensi sebanyak 5-6 kali setiap hari minggu 1 dan 2 kali sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi yang normal pada minggu kedua kehidupannya (Vivian, 2011). 3)
Tidur Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan (Vivian, 2011).
4)
Kebersihan kulit Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu
dibersihkan
secara
teratur.
Dan
jika
ingin
memegang bayi harus cuci tangan (Vivian, 2011). 5)
Keamanan Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
menjaga
keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya jangan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI (Vivian, 2011).
i.
Tanda bahaya bayi 1)
Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit.
2)
Terlalu hangat (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).
3)
Kulit bayi kering terutama 24 jam pertama, biru, pucat atau memar.
4)
Isapan lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan.
5)
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
6)
Terdapat meningkat,
tanda-tanda merah,
infeksi
seperti
suhu
bengkak,
keluar
cairan
tubuh dan
pernafasan sulit. 7)
Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah (Vivian, 2011).
j.
Komplikasi bayi baru lahir dan penanganannya Macam-macam komplikasi yang terjadi pada BBL yaitu : 1)
Asfiksia neonatorum Ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin seperti denyut jantung janin menurun, terdapat mekonium dalam air ketuban, pemeriksaan pH darah janin turun sampai dibawah 7,2. Tindakan yang dilakukan ialah dengan melakukan resusitasi (Prawirohardjo, 2007). 2)
Kaput suksadaneum Kelainan ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian
tersebut
pengeluaran
terjadi
serum
dari
edema pembuluh
sebagai darah.
akibat Kaput
suksadaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari (Prawirohardjo, 2007). 3)
Cephalhematoma Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Kelainan ini dapat terjadi pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat seperti ekstraksi cunam atau ekstraktor vakum. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalhematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu (Prawirohardjo, 2007).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
4)
Brachial palsy Kelainan ini akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat bayi lahir, sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan (Prawirohardjo, 2007). Penanggulangannya ialah dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90o dan putaran ke luar. Siku berada 90o disertai supinasi lengan bawah dengan
ekstensi
pergelangan
dan
telapak
tangan
menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang sampai 3-6 bulan (Prawirohardjo, 2007). 5)
Fraktura klavikula Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan melahirkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan bayi besar atau kelahiran sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena disertai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
menghilangnya
refleks
morro
pada
sisi
tersebut.
Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 60o dan fleksi 90o dari siku yang terkena (Prawirohardjo, 2007). 6)
Fraktura humeri Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik
dalam
melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks morro sisi tersebut hilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan selama 2-4 minggu (Prawirohardjo, 2007). 7)
Hernia diafragmatika Disini terdapat lubang diafragma yang hanya ditutup oleh lapisan pleura dan peritoneum, yang memungkinkan sebagian isi rongga perut dapat masuk kedalam rongga dada. Pengobatannya ialah tindakan bedah. Prognosis bayi disamping tindakan bedahnya sendiri ditentukan pula ada tidaknya hipoplasi paru pada segmen yang tertekan serta ada tidaknya komplikasi kardiologi akibat hipoplasi paru tersebut (Prawirohardjo, 2007).
8)
Omfalokel Terdapat hernia pada dinding perut di sekitar pusat, sehingga isi rongga perut dapat masuk ke dalam suatu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
kantong di atas permukaan rongga perut. Pengobatan terdiri atas tindakan bedah dengan tujuan untuk menutup hernia tersebut. Pada herniasi yang besar, tindakan bedah dilakukan bertahap (Prawirohardjo, 2007). 9)
Meningokel Merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral (Prawirohardjo, 2007).
10)
Hidrochepalus Merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikelventrikel,
yang
disertai
dengan
kenaikan
tekanan
intrakranial. Pengobatannya ialah dengan pembedahan bila keadaan memungkinkan (Prawirohardjo, 2007). 11)
Anensefalus Merupakan suatu kelainan kongenital dimana tulangtulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os frontalis, os parientalis dan os osipitalis. Pengobatannya saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, meninggal waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2007).
12)
Tetanus neonatorum Disebabkan oleh Clostridium tetani. Kelainan ini biasa terjadi pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Pengobatan utama yaitu untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
memperbaiki keadaan umum, menghilangkan kejang, mengikat toksin yang masih beredar, dan pemberian antibiotika terhadap infeksi (Prawirohardjo, 2007). 13)
Ikterus fisiologis Ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai
dasar
patologik,
kadarnya
tidak
melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu
morbiditas
pada
bayi.
Ikterus
ini
biasanya
menghilang pada akhir minggu pertama atau selambatlambatnya 10 hari pertama (Prawirohardjo, 2007). 14)
Berat badan lahir rendah (BBLR) Yaitu
BBL
dengan
berat
bada
<2500
gram.
Penatalaksanaannya umumnya sama dengan perawatan neonatus normal, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi perlu diperhatikan : a)
Pemeriksaan
pertumbuhan
dan
perkembangan
janin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan USG. b)
Memeriksa kadar gula darah.
c)
Pemeriksaan
hematokrit
dan
mengobati
hiperviskositasnya (Prawirohardjo, 2007).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
k.
Imunisasi 1)
Pengertian Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Muslihatun, 2010).
2)
Imunisasi dasar Jadwal
imunisasi
yang
diwajibkan sesuai program
pengembangan imunisasi adalah : a)
BCG Tujuan dari pemberian vaksin BCG adalah untuk mengurangi resiko TBC berat. Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan 2 bulan. Kontraindikasinya
adalah
pengobatan
buruk,
demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah TBC dan kehamilan. Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena
manfaaatnya
diragukan,
efektivitas
perlindungan hanya 40%. b)
Hepatitis B Imunisasi hepatitis B1 diberikan sedini mungkin setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal ibu ke bayi. Jadwal selanjutnya hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hepatitis B-1. Sejak tahun 2005 departemen kesehatan lahir,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT- hepatitis B umur 2-3-4 bulan. c)
Polio Vaksin IPV (inectived polimyelitis vaccine) bisa diberikan
pada
anak
sehat
dengan
imunokompromise atau bersamaan dengan vaksin DPT. Jadwal pemberian imunisasi poli adalah polio 1 saat lahir. Imunisasi dasar polio 2,3,4 interval minimal pemberian 4 minggu. Dosis vaksin adalah 2 tetes. Kontraindikasi pemberian imunisasi polio adalah penyakit akut, demam, muntah atau diare. d)
DPT DPT adalah toksoid difteria, dan tetanus. Kontra indikasi adalah riwayat anafilaksis dan ensefalopati sesudah pemberian vaksis pertusis sebelumnya. Jadwal pemberian imunisasi DPT adalah diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu. DPT ulangan diberikan setelah 1 tahun dari DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan.
e)
Campak Diberikan satu dosis 0,5 ml suntikan subkutan pada umur 9 bulan. Imunisasi ulang diberikan pada anak umur 5-6 tahun, kontraindikasinya adalah demam tinggi,
dengan
pengobatan
imunoglobulin
(Muslihatun, 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
4.
NIFAS a.
Definisi Nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2009). Menurut Saiffudin (2006), masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu :
b.
1)
Perubahan fisik
2)
Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3)
Laktasi/pengeluaran susu ibu
4)
Perubahan sistem tubuh lainnya
5)
Perubahan psikis
Tujuan asuhan masa nifas 1)
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2)
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3)
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian ASI pada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
4)
Konseling HIV / AIDS dan memberikan pelayanan keluarga berencana.
c.
Periode masa nifas Tahapan/periode masa nifas (Suherni, 2009), yaitu : 1)
Puerperium dini Yaitu masa pemulihan saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2)
Puerperium intermedial Yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital. Kira-kira antara 6-8 minggu.
3)
Remote puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
d.
Kunjungan masa nifas Jadwal kunjungan rumah paling sedikit 4 kali kunjungan nifas dilakukan untuk menilai status ibu, bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Juraida, dkk, 2013). 1)
Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya : a) Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
b)
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan (rujuk bila perdarahan berlanjut).
c)
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan.
d)
Pemberian ASI dini.
e)
Mengusahakan
hubungan
(Bonding
dan
Attachment) antara ibu dan BBL.
2)
f)
Mencegah hipotermia.
g)
Mengawasi kondisi ibu selama 2 jam pascapartum.
Kunjungan 6 hari setelah persalinan, tujuannya : a)
Memastikan involusi uterus berjalan normal untuk berkontraksi.
b)
Menjamin fundus uteri berada dibawah pusat dan tidak terjadi perdarahan abnormal serta tidak ada bau.
c)
Menilai
tanda-tanda
demam,
infeksi
atau
perdarahan abnormal. d)
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
e)
Memastikan ibu menyusui dengan baik.
f)
Memberikan konseling tentang asuhan bayi seharihari.
3)
Kunjungan 2 minggu setelah persalinan, tujuannya : a)
Memastikan involusi uterus berjalan normal untuk berkontraksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
b)
Menjamin fundus uteri berada dibawah pusat dan tidak terjadi perdarahan abnormal serta tidak ada bau.
c)
Menilai
tanda-tanda
demam,
infeksi
atau
perdarahan abnormal. d)
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
e)
Memastikan ibu menyusui dengan baik.
f)
Memberikan konseling tentang asuhan bayi seharihari.
4)
Kunjungan 6 minggu setelah persalinan, tujuannya : a)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
b)
e.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Perubahan fisiologis masa nifas 1)
Involusi uterus Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
Tabel 2.10 Perubahan serviks
Involusi Bayi lahir Uri lahr 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu
Berat Uterus (gr)
TFU Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan pusatsimpisis Tak teraba diatas simpisis Bertambah kecil Sebesar normal
1000 750
Diameter bekas melekat plasenta (cm) 12,5
500
7,5
350
3-4
50-60 30
1-2
Keadaan serviks
Lembek Beberapa hari setelah post partum dapat dilalui 2 jari, Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari
Sumber : Vivian, 2013
2)
Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim salama masa nifas. Lokhea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokhea terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Pengeluaran lokhea dapat dibagi menurut waktu dan warnanya, yaitu: a)
Lokhea rubra Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa nifas. Lokhea ini berwarna merah dan terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
b)
Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
karena
pengaruh
plasma
darah,
pengeluarannya pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
c)
Lokhea serosa Lokhea ini muncul pada hari ke-5 sampai ke-9 postpartum. Warnanya kekuningan atau kecoklatan. Lokhea ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum.
d)
Lokhea alba Lokhea ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
3)
Ovarium dan tuba falopii Setelah
plasenta
progesteron
lahir,
produksi
menurun,
sehingga
ekstrogen
dan
menimbulkan
mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali. 4)
Perubahan sistem pencernaan Setelah plasenta lahir terjadi pula penurunan produksi progesteron, sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama.
5)
Perubahan sistem perkemihan Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
postpartum. Pada awal postpartum kandung kemih mengalami edema, kongesti dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala II persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum. 6)
Perubahan sistem endokrin Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma.
7)
Perubahan sistem kardiovaskuler Curah
jantung
meningkat
selama
persalinan
dan
berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum. 8)
Perubahan tanda vital Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara perlahan dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal setelah persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
f.
Perubahan/adaptasi psikologis pada masa nifas Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami isteri. Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggungjawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 1)
Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2)
Fase taking hold Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
kesempatan
yang
baik
untuk
menerima
berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 3)
Fase letting go Fase
letting
go
merupakan
fase
menerima
tanggungjawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya mulai meningkat. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dari bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga sangat diperlukan dalam fase ini.
g.
Kebutuhan dasar ibu nifas 1)
Nutrisi dan Cairan Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan maka yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
2)
Ambulasi Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif,di mana puerperal harus tidur terlentang selama 40 hari.kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut : a)
melancarkan pengeluaran lokai, mengurangi infeksi puerperium.
b)
Mempercepat involusi uterus.
c)
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal adan alat kelamin.
d)
Meningkatkan
kelancaran
peredaran
darah
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. 3)
Eliminasi Buang Air Kecil (BAK). Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Berikut adalah cara agar dapar BAB dengan teratur. a)
Diet teratur.
b)
Pemberian cairan yang banyak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
c)
Ambulasi yang baik.
d)
Bila takut buang airbesar secara episiotomi, maka diberikan laksan supposotria.
4)
Personal higiene Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi. Bagian yang paling utama membersihkan adalah :
5)
a)
Puting susu
b)
Partum lokhea
c)
Perineum
Istirahat Umumnya seorang ibu akan merasa lelah setelah melahirkan bayinya. Seorang ibu juga akan merasa cemas apakah mampu untuk merawat bayinya atau tidak. Hal ini mengakibatkan susah tidur. Alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur akibat dari beban kerja yang bertambah.
6)
Seksual Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokhea telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda hingga 40 hari masa nifas karena pada saat itu diharapkan organorgan tubuh telah pulih kembali.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
h.
Komplikasi pada masa nifas 1)
Hemoragi Perdarahan pasca persalinan primer Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan
sebagai
perdarahan
pasca
persalinan. Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia uteri dan sisa plasenta (80%), laserasi jalan lahir (20%), serta gangguan faal pembekuan darah pascasolusia plasenta. Berikut adalah faktor resiko dari komplikasi ini, yaitu : a)
Partus lama
b)
Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar. Makrosomia)
c)
Perdarahan antepartum
d)
Pasca-induksi oksitosin atao MgSO4
e)
Korioamnionitis
f)
Mioma uteri
g)
Anestesia (Vivian, 2011)
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a)
Perdarahan kala III (plasenta belum lahir) Masase fundus uterus untuk memicu kontraksi uterus disertai dengan tarikan tali pusat terkendali. Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
adanya laserasi jalan lahir atau pun ruptur. Bila [lasenta belum dapat dilahirkan maka segera melakukan manual plasenta. Bila setelah dilahirkan terlihat plasenta tidak lengkap, maka segera di lakukan eksplorasi kavum uteri atau kuretase (Vivian, 2011). b)
Perdarahan pasca persalinan primer (true HPP) b.1
Periksa apakah plasenta lengkap.
b.2
Masase fundus uteri.
b.3
Pasang infus RL dan berikan uterotonik (oksitosin, methergin, atau mesoprostol)
b.4
Bila perdalahan > 1 liter pertimbangkan trasfusi.
b.5
Periksa faktor pembekuan darah.
b.6
Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus terjadi, periksa kemungkinan adanya laserasi jalan lahir.
b.7
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan kompresi bimanual.
b.8
Bila
perdarahan
pertimbangkan
ligasi
terus arteria
berlangsung, hipogastrika
(Vivian, 2011).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
2)
Infeksi masa nifas a)
Endometritis Infeksi ini sering terjadi disebabkan oleh kuman yang memasuki endometrium melalui luka bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat. Tanda dan gejala endometritis adalah sebagai berikut : a.1
Peningkatan demam secara persisten hingga 40oC, bergantung pada keparahan infeksi.
a.2
Takikardi.
a.3
Menggigil dengan infeksi berat.
a.4
Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.
a.5
Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
a.6
Subinvolusio.
a.7
Lokhea sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap, lokhea seropurelenta (Vivian, 2011).
Penanganannya spektrum-luas
dengan termasuk
obat
antimikroba
sefalosporin
(misalnya
cefoxistin, cefotetan) dan penisilin spektrum-luas, atau inhibitor kombinasi penicillin/betalaktamase (augmentin, unasyn). Kombinasi klindamisin dan gentamisin
juga
dapat
digunakan,
seperti
metronidazol jika ibu tidak menyusui. Endometritis ringan dapat ditangani dengan terapi oral meskipun
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
infeksi yang lebih serius memerlukan hospitalisasi untuk terapi intravena (Vivian, 2011). b)
Parametritis Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa cara penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum,
serta
penyebaran
sekunder
dari
tromboflebitis. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri (Vivian, 2011). c)
Peritonitis Peritonitis berasal dari parametritis yang menyebar ke
peritoneum,
salpingo-ooforitis
meluas
ke
peritoneum atau langsung sewaktu tindakan per abdominal (Vivian, 2011). 3)
Infeksi saluran kemih Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering. Pengobatannya dengan pemberian antibiotika golongan nitrofurantoin, sulfonamid atau sefalosporin (Vivian, 2011).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
104
4)
Mastitis Mastitis atau infeksi payudara merupakan komplikasi pada
wanita
menyusui.
Mastitis
dibedakan
dari
peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara. Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun antibakteria secara cermat, pencegahan pembesaran dengan menyusui lebih sering, posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan hanya dengan air (Vivian, 2011). 5)
Hematoma Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena ruptur pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri ekstrem diluar proporsi ketidaknyamanan. Jika diduga terjadi hematoma, penting untuk mengkonsultasikannya dengan dokter (Vivian, 2011).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
105
i.
Asuhan Masa Nifas Asuhan pada masa nifas dilakukan untuk memantau keadaan ibu pasca persalinan. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dan mengetahui sejak dini keluhan ibu agar dapat segera dilakukan penanganan. 1)
Pengkajian data fisik a)
Riwayat kesehatan Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan ialah: a.1
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
a.2
Adakah
kesulitan
pemenuhan
kebutuhan
sehari-hari a.3
Riwayat tentang persalinan
a.4
Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini
a.5
Perasaan ibu saat ini yang berkaitan dengan kelahiran bayi dan penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua
a.6
Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari
b)
a.7
Bagaimana perencanaan menyusui nanti
a.8
Bagaimana dukungan suami dan keluarga
a.9
Pengetahuan ibu tentang nifas
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan terfokus pada masa nifas, yaitu : b.1
Keadaan umum, kesadaran
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
106
b.2
TTV : tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi
b.3
Payudara
:
pembesaran,
puting
susu
(menonjol/mendatar, adakah nyeri atau lecet pada puting), ASI sudah keluar, adakah pembengkakan,
radang,
atau
benjolan
abnormal. b.4
Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
b.5
Kandung kemih kosong/penuh
b.6
Genetalia dan perineum : lokhea, oedema, peradangan, keadaan jahitan, puss, tandatanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum, dan hemoroid pada anus.
b.7
Ekstremitas bawah : pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri, oedema, human’s sign, dan varises.
b.8 2)
Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu.
Merumuskan diagnosis Analisis
data
dan
interpretasi
dilakukan
untuk
mendapatkan rumusan diagnosis. Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan memperoleh kesimpulan apakah masa nifas ibu normal atau tidak. Bidan harus mendeteksi masalah
yang
mungkin
timbul
pada
ibu
dengan
merumuskan masalah potensial.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
107
3)
Merencanakan asuhan kebidanan Perencanaan
asuhan
nifas
pada
ibu
dilakukan
berdasarkan pada diagnosa yang didapat. Bidan harus melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap ibu. Memantau kondisi ibu setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setian 30 menit pada jam kedua. Bidan tidak boleh meninggalkan ibu pada 2 jam pertama karena pada fase
ini
berbagai
kemungkinan/komplikasi
dapat
timbul.perhatikan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu maupun bayi. 4)
Pelaksanaan Pelaksanaan
asuhan
kebidanan
dilakukan
untuk
memastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan perencanaan. Pastikan bahwa ibu telah mengikuti rencana yang telah disusun. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan bidan harus berdiskusi dengan ibu dan keluarga. 5)
Evaluasi dan asuhan kebidanan Evaluasi dari asuhan kebidanan nifas diperlukan untuk mengetahui keberhasilan yang diberikan.
5.
METODE KESEHATAN REPRODUKSI a.
Definisi Keluarga
berencana
menurut
WHO
(World
Health
Organisation) adalah tindakan dan upaya untuk membantu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
108
pasangan suami isteri untuk mendapatkan objek tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengantur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi. 2004). Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak (Purwaningsih. 2010). Jadi,
pengertian
kontrasepsi
adalah
upaya
untuk
mencegah kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara dan permanen.
b.
Tujuan program KB Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil
pengendalian
yang kelahiran
bahagia dan
dan
sejahtera,
pengendalian
melalui
pertumbuhan
penduduk Indonesia. Terciptanya penduduk yang berkualitas sumber daya yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Hanafi. 2004).
c.
Sasaran program KB Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung tergantung dari tujuan yang ingin dicapai sasaran langsungnya yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
109
dengan cara menurunkan penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan secara tidak langsungnya adalah pelaksaanaan dan pengelolaan KB dengan tujuan untuk menurunkan
tingkat
kelahiran
melalui
pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas keluarga sejahtera (Hanafi. 2004).
d.
Skrining/penapisan KB 1)
Tujuan utama dari penapisan Tujuan utama dari penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi misalnya pil KB, suntikan atau AKDR adalah untuk menentukan apakah ada kehamilan, keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut (Saiffudin, 2011).
2)
Penapisan keluarga berencana Tanyakan kepada klien hal-hal dibawah ini, bila semua jawaban klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan dapat memakai metode yang diinginkannya. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah etode pilihan terakhir (Affandi, 2012).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
110
Tabel 2.11 Penapisan metode kontrasepsi hormonal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanyaan Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama Ikterus pada kulit atau sklera mata Nyeri kepala hebat atau gangguan visual Nyeri hebat pada betis, paha, dada atau tungkai bengkak (oedem) Tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik) Massa atau benjolan pada payudara Sedang minum obat-obatan epilepsi
Ya
Tidak
Sumber : Sri Handayani, 2010
Tabel 2.12 Penapisan metode kontrasepsi AKDR No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanyaan Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain Infeksi Menular Seksual (IMS) Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik Haid banyak (>1-2 pembalut tiap 4 jam) Haid lama (>8 hari) Dismenorhea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama Gejala penyakit jantung valvular atau kongenital
Ya
Tidak
Sumber : Sri Handayani, 2010
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
111
3)
Penapisan metode kontrasepsi mantap a)
Tubektomi Tabel 2.13 Penapisan metode kontrasepsi Tubektomi No.
Keadaan Klien
Fasilitas Rawat Jalan
1.
Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal
2.
Keadaan emosi
3.
Tekanan darah
4.
Berat badan
35-85 kg
5.
Riwayat operasi abdomen/panggul
Bekas SC tanpa perlekatan
6. 7.
Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis Anemia
tenang <160/100 mmHg
Pemeriksaan dalam normal
Pemeriksaan dalam ada kelainan
Hb≥8gr%
Hb<8gr%
Sumber : Sri Handayani, 2010 b)
Fasilitas Rujukan DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Cemas, takut ≥160/100 mmHg >85 kg ; <35 kg Op abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada px panggul
Vasektomi Tabel 2.14 Penapisan metode kontrasepsi Vasektomi No.
Keadaan Klien
Fasilitas Rawat Jalan
1.
Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal
2. 3.
Keadaan emosi Tekanan darah
tenang <160/100
Fasilitas Rujukan DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Cemas, takut ≥160/100
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
112
4. 5.
Infeksi atau kelainan skrotum/inguinal Anemia
mmHg Normal Hb≥8gr%
Sumber : Sri Handayani, 2010
mmHg Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan Hb<8gr%
Klien tidak hamil apabila tidak melakukan senggama sejak haid terakhir, sedang memakai metode efektif secara baik dan benar, sekarang dalam masa 7 hari pertama haid terakhir, didalam 4 minggu pascapersalinan, dalam 7 hari pascakeguguran, menyusui dan tidak haid (Affandi, 2012).
e.
Jenis metode KB pascapersalinan 1)
Kontrasepsi non hormonal a)
Senggama terputus (coitus interruptus) Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina
sebelum
terjadinya
ejakulasi.
Hal
ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan, cara ini tidak memerlukan biaya, alat maupun persiapan, tetapi kekurangannya ialah untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian yang besar dari pihak laki-
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
113
laki. Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang berhasil (Sarwono, 2014). b)
Pembilasan pascasenggama (postcoital douche) Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat segera setelah koitus. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Efektivitas cara ini untuk mengurangi terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri (Sarwono, 2014).
c)
Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation) Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Akan tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus (Sarwono, 2014).
d)
Pantang berkala (rhythm method) Masa subur yang juga disebut “fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi.
Sebelum
dan
sesudah
masa
itu,
perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan
cara
ini
ialah
sulit
untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
114
menentukan waktu yang tepat dari ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi pada 14+2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada perempuan dengan haid yang tidak teratur sangat
sulit
atau
sama
sekali
tidak
dapat
diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Sarwono, 2014). Tabel 2.15 Menentukan masa subur Lamanya daur haid terpendek
Hari pertama masa subur
Lamanya daur haid terpanjang
21 hari 22 hari 23 hari 24 hari 25 hari 26 hari 27 hari 28 hari 29 hari 30 hari 31 hari 32 hari 33 hari 34 hari 35 hari
hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7 hari ke-8 hari ke-9 hari ke-10 hari ke-11 hari ke-12 hari ke-13 hari ke-14 hari ke-15 hari ke-16 hari ke-17
21 hari 22 hari 23 hari 24 hari 25 hari 26 hari 27 hari 28 hari 29 hari 30 hari 31 hari 32 hari 33 hari 34 hari 35 hari
Sumber : Sarwono, 2014 e)
Hari terakhir masa subur hari ke-10 hari ke-11 hari ke-12 hari ke-13 hari ke-14 hari ke-15 hari ke-16 hari ke-17 hari ke-18 hari ke-19 hari ke-20 hari ke-21 hari ke-22 hari ke-23 hari ke-24
Kondom Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah pengumpulan
sperma
dalam
vagina.
Bentuk
kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Biasanya diameternya kira-kira 31-36,5 mm dan panjangnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
115
lebih kurang 19 cm. Keuntungan kondom selain untuk memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin juga dapat digunakan dengan tujuan kontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan ketelitian penggunaannya (Sarwono, 2014). f)
Diafragma vaginal Merupakan alat kontrasepsi non hormonal yang dimasukan kedalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk kedalam uterus. Diafragma paling cocok digunakan oleh perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Tingkat
kegagalan
lebih
tinggi
daripada
penggunaan pil atau IUD (Sarwono, 2014). 2)
Kontrasepsi hormonal a)
Pil kontrasepsi kombinasi Metode
kontrasepsi
dengan
menggunakan
kombinasi hormon mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
116
b)
Pil sekuensial Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan karena tidak seefektif pil kombinasi dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pil diminum yang hanya mengandung estrogen saja untuk
14-16
hari,
disusul
dengan
pil
yang
mengandung estrogen dan progesteron untuk 5-7 hari (Sarwono, 2014). c)
Mini-pil Mini-pil bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini kadang-kadang ovulasi masih dapat terjadi. Efek utamanya ialah terhadap
lendir
serviks
dan
juga
terhadap
endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi, mini-pil ini umumnya tidak dipakai untuk kontrasepsi (Sarwono, 2014). d)
Depo provera (suntikan setiap 3 bulan) Depo provera ialah alat kontrasepsi yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Mekanisme kerja obat ini dapat menghalangi terjadinya
involusi
dengan
jalan
menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
117
menghalangi
implantasi
ovum
didalam
endometrium. Keuntungan kontrasepsi ini ialah : efektivitas tinggi, pemakaiannya sederhana, injeksi hanya 4x dalam setahun, dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak. Kekurangannya ialah : sering menimbulkan (spotting,
perdarahan breakthrough
yang
tidak
bleeding),
teratur dapat
menimbulkan amenorea (Sarwono, 2014). e)
Monthly injectable (suntikan setiap bulan) Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon progestin dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempuan. Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari ovarium (ovulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk mendapatkan suntikan (Sarwono, 2014).
3)
Alat kontrasepsi dalam rahim Alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.
4)
Sterilisasi Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii perempuan atau kedua vasdeferens laki-laki, yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
118
hamil
atau
tidak
menyebabkan
kehamilan
lagi.
Keuntungan sterilisasi ialah : a)
Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang.
b)
Efektivitas hampir 100%.
c)
Tidak mempengaruhi libido seksualitas.
d)
Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure) (Sarwono, 2014).
5)
Alat kontrasepsi bawah kulit Alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri.
f.
Waktu Untuk ber-KB 1)
Postpartum
: KB suntik, Implant, AKDR, Pil KB
hanya progesteron, Kontap, Metode Sederhana. 2)
Pasca – Abortus
: KB Susuk atau Implant.
3)
Saat Menstruasi
: AKDR, Kontap, Metode Sederhana,
KB Suntik. 4)
B.
Post – Koitus
: KB Darurat.
STANDAR ASUHAN PELAYANAN KEBIDANAN Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan (Nurul, Yanti. 2010), meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut : Standar Pelayanan Umum 1.
Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
119
2.
Pencatatan dan pelaporan.
Standar Pelayanan Antenatal 3.
Identifikasi ibu hamil.
4.
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
5.
Palpasi abdominal.
6.
Pengelolaan anemia pada kehamilan.
7.
Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
8.
Persiapan persalinan.
Standar Pelayanan Kebidanan 9.
Asuhan persalinan kala I.
10.
Persalinan kala II yang aman.
11.
Penatalaksanaan aktif persalinan kala III.
12.
Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Standar Pelayanan Nifas 13.
Perawatan bayi baru lahir.
14.
Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan.
15.
Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal 16.
Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III.
17.
Penanganan kegawatan pada eklampsia.
18.
Penanganan kegawatan pada partus lama/macet.
19.
Persalinan dengan penggunaan vakum ekstrator.
20.
Penanganan retentio plasenta.
21.
Penanganan perdarahan postpartum primer.
22.
Penanganan perdarahan postpartum sekunder.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
120
C.
23.
Penanganan sepsis puerperalis.
24.
Penanganan asfiksia neonatorum.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN Langkah-langkah asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney (Moh. Wildan, 2009) yaitu : 1.
Pengumpulan data Langkah ini dilakukan dengan menggunakan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
pasien
secara
lengkap
seperti
riwayat
kesehatan,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru
atau
catatan
sebelumnya,
data
laboratorium
dan
membandingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien. 2.
Interpretasi data Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah dan diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.
3.
Identifikasi diagnosis Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yanng cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
121
pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera. 4.
Kebutuhan akan tindakan segera Tahap ini dilakukan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.
5.
Perencanaan asuhan Setelah
beberapa
kebutuhan
pasien
ditetapkan,
diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. 6.
Pelaksanaan asuhan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7.
Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang telah dilakukan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
122
D.
PENDOKUMENTASIAN Pendokumentasian
atau
pencatatan
manajemen
kebidanan
dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis/Assesment, dan P adalah
Planning/Perencanaan.
Merupakan
catatan
yang
bersifat
sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Muslihatun, 2009). 1.
Subjektif Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang
diperoleh
melalui
anamnesis.
Data
subjektif
ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenal kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsunng dengan diagnosis. Data subjektif ini akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. 2.
Objektif Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien,
pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan
diagnostik
lainnya. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
123
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. 3.
Analisis/Assesment Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis.
Analisis
yang
tepat
dan
akurat
mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada
pasien,
dapat
terus
diikuti
dan
diambil
keputusan/tindakan yang tepat. 4.
Planning/Perencanaan Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.
E.
LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No. 900/Menkes/SK/VII/2002 Bab V Pasal 14 sampai Pasal 26 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Bab
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
124
III Pasal 9 sampai Pasal 19, tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, maka dalam menjalankan praktik kebidanan mempunyai wewenang sebagai berikut : 1.
Pelayanan Kesehatan Ibu Pelayanan ini diberikan pada masa pra-hamil, hamil, persalinan, nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Adapun wewenang bidan berkaitan dengan pelayanan tersebut sebagai berikut : a.
Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
b.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
c.
Penyuluhan dan konseling.
d.
Melakukan episiotomi.
e.
Melakukan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
f.
Fasilitas bimbingan inisiasi menyusui dini
dan promosi
pemberian ASI eksklusif. g.
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
2.
h.
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
i.
Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan.
j.
Pemberian surat keterangan kematian dan cuti bersalin.
Pelayanan Kesehatan Anak Pelayanan kesehatan anak diberikan kepada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak bidan berwenang dalam hal-hal berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
125
a.
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisisasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c.
Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan.
d.
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
3.
f.
Pemberian konseling dan penyuluhan.
g.
Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana Kewenangan
bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana meliputi hal-hal sebagai berikut : a.
Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b.
Memberikan kontrasepsi oral dan kondom.
Selain kewenangan diatas, bidan yang dilatih juga mempunyai kewenangan dalam menjalankan program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a.
Pemberian alat kontrasepsi suntik, kontrasepsi dalam rahim, dan kontrasepsi dibawah kulit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
126
b.
Asuhan
antenatal
terintegrasi
dengan
intervensi
khusus
penyakit kronis tertentu yang dilakukan dibawah supervisi dokter. c.
Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
d.
Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu, anak, anak usia sekolah, remaja, dan penyehatan lingkungan.
e.
Pemantauan
tumbuh kembang
bayi,
anak
balita,
anak
prasekolah dan anak sekolah. f.
Melakukan pelayanan kebidanan komunitas.
g.
Melaksanakan
deteksi
dini,
merujuk
dan
memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya. h.
Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) melalui informasi dan edukasi.
i.
Pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan program pemerintah.
Dalam melaksanakan otonomi, bidan memerlukan kompetensi-kompetensi baik dari segi pengetahuan umum, keterampilan, dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan kesehatan secara profesional. Kompetensi tersebut antara lain adalah : 1.
Kompetensi ke – 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
127
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. 2.
Kompetensi ke – 2 Bidan
memberikan
asuhan
yang
bermutu
tinggi,
pendidikan
kesehatan yang tanggapan terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. 3.
Kompetensi ke – 3 Bidan memberi asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehaan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
4.
Kompetensi ke – 4 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
5.
Kompetensi ke – 5 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
6.
Kompetensi ke – 6 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016
128
7.
Kompetensi ke – 7 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 bulan).
8.
Kompetensi ke – 8 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9.
Kompetensi ke – 9 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Arum Puspita Wulansari, Kebidanan DIII UMP, 2016