BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.
Pembiayaan Dalam bank syariah, pembiayaan berarti aktivitas bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat atau pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana, bahwa dana yang diberikan dalam bentuk pembiayaan pasti akan terbayar. Penerima dana juga memunyai kewajiban untuk mengembalikan dana pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian akad pembiayaan.1 Unsur-unsur Pembiayaan a. Bank Syariah Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana. b. Mitra Usaha Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah. c. Kepercayaan Dalam menyalurkan pembiayaan bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra
1
Ismail. Perbankan Syariah, (Jakarta: kencana prenadamedia group, 2014), hlm. 106.
9
10
akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. d. Akad Akad merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra. e. Risiko Bank syariah dalam menyalurkan dana selalu mengandung risiko tidak kembalinya dana tersebut. Risiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. f. Jangka Waktu Untuk membayar kembali pembiayaan yang telah disaluran bank syaiah, nasabah memerluan periode waktu yang sudah disepakati bersama. Jangka waktu bervariasi antara lain jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu pembayaran hingga 1 tahun. Jangka menengah merupakan jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan pembayaran kembali antara 1 hinga 3 tahun. Jangka panjang adalah jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan yang lebih dari 3 tahun.
11
g. Balas Jasa Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.2 Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip jual-beli adalah sebagai berikut: 1) Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga
belinya
kepada
pembeli
dan
pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) karena dalam transaksi jual beli bank menyebut jumlah keuntungannya (margin/mark up). Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.3 2) Akad salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran di muka (secara tunai) dan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari
2
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm.107. Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih Dan Keuangan (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2007) , hlm. 91. 3
12
dengan harga pokok ditambah nilai keuntungan telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan.4 3) Akad istishna’ adalah akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’). Produk istishna’ menyerupai produk salam, namun dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.5 b. Pembiayaan dengan prinsip sewa Prinsip sewa-ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut ijarah muntahiya bit tamlik (sama dengan operating lease). Prinsip sewa terdiri dari: 1) Ijarah yaitu akad sewa menyewa barang antara bank (muajir) dengan penyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada muajir. 2) Ijarah Muntahiya Bit Tamlik yaitu akad sewa menyewa barang antara bank (muajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji
4
Ahmad Dahlan. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. (Yogyakarta:Sukses Offset, 2012) , hlm. 194. 5 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 81.
13
bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada mustajir.6 c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Bentuk penyaluran dana yang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam perbankan Islam dapat dilakukan berdasarkan akad bagi hasil yang secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu mudharabah dan musyarakah, termasuk di dalamnya sebenarnya terdapat jenis muzaraah dan musaqah walaupun jar ang digunakan oleh bank syariah, khususnya di Indonesia. 1) Akad mudharabah, menurut Adiwarman karim, mudharabah adalah salah satu bentuk produk perbankan syari’ah yang terdiri dari kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah uang kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. 2) Akad musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Pembiayaan memiliki fungsi penting bagi masyarakat maupun instansi yang membutuhkan dana, diantara fungsi pembiayaan yaitu: 7
18.
6
Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm.
7
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 184.
14
a. Meningkatkan Daya Guna Uang Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu ditingkatkan kegunaannnya oleh bank yang kemudian disalurkan kepada para pengusaha dalam bentuk pembiayaan guna peningkatan produktivitas usahanya. b. Meningkatkan Daya Guna Barang Seorang produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi, sehingga nilai dan daya guna barang tersebut menjadi bertambah. Dengan
bantuan
pembiayaan
pula
seorang
produsen
dapat
memindahkan atau mendistribusikan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang mana di tempat yang di tuju barang tersebut menjadi lebih berguna. c. Meningkatkan Peredaran Uang Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan usaha sehingga penggunaan uang akan bertambah. d. Menimbulkan Kegairahan Usaha Dalam memperbesar volume usaha serta produktivitas suatu usaha, seorang pengusaha membutuhkan modal tambahan. Karena itulah pengusaha berhubungan dengan bank untuk mendapatkan bantuan permodalan melalui pembiayaan.
15
e. Stabilitas Ekonomi Pembiayaan bank mempunyai peran penting dalam menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi. f. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional Para pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Apabila usahanya meningkat maka pendapatannya pun akan meningkat pula sehingga pajak perusahaan akan bertambah. Di lain pihak pembiayaan disalurkan untuk
merangsang
pertambahan
kegiatan
ekspor
yang
akan
menghasilkan pertambahan devisa negara. g. Sebagai Alat Hubungan Ekonomi Internasional Bank sebagai lembaga keuangan tidak hanya bergerak di dalam negeri, melainkan juga keluar negeri. Negara-negara kaya yang tingkat ekonominya kuat, demi persahabatan antar negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut dalam bentuk pembiayaan dengan syarat-syarat yang ringan dan jangka waktu yang relatif panjang. Pembiayaan bank syariah memiliki karakteristik unik dari indtrumen yang ditawarkan sehingga memunculkan risiko kredit sebagai berikut:8
8
Hennie van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 121.
16
a. Dalam transaksi murabahah, bank syariah menghadapi risiko kredit sewaktu memberikan aset ke klien tetapi tidak menerima pembayaran tepat waktu. b. Dalam pembiayaan salam atau istisna’, bank menghadapi risiko kegagalan menyediakan pasokan tepat waktu, gagal menyediakan pasokan sama sekali, atau gagal memasok barang dengan kualitas yang ditentukan dalam perjanjian. Kegagalan tersebut dapat mengakibatkan
keterlambatan
pembayaran
atau
tidak
adanya
pembayaran sama sekali. c. Dalam kasus pembiayaan mudharabah, bank syariah menghadapi risiko menghadapi kredit macet. Sifat perjanjian mudharabah yang tidak memberikan hak kepada bank untuk mengawasi mudharib (debitur) dalam menjalankan usahanya. Sebelum menyetujui pembiayaan, bank perlu melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk meyakinkan pihak manajemen apakah nasabah memiliki kemampuan dan kemauan untuk memenuhi kewajiban pada
bank
secara
baik.
Adapun
penilaian
dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan 5C yang meliputi:9 a. Character Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjaman, sehingga tidak menyulitkan bank di kemudian hari. 9
116.
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm.
17
b. Capital Bank harus melakukan analisis posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang proyek pembiayaan atau usaha calon debitur yang bersangkutan. c. Capacity Penelitian atau analisa tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang yang tepat, dan calon debitur dapat melunasi pengembalian pinjaman dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. d. Collateral Jaminan yang diberikan nasabah kepada bank untuk berjagajaga apabila terjadi kredit macet. Jaminan tersebut berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah ducairkan. e. Condition of economic Analisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun masa mendatang sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha calon nasabah debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.
18
2. Murabahah a. Pengertian Murabahah Dalam undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ayat 1 huruf d, menyebutkan bahwa murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai keuntungan yang disepakati.10 Prinsip murabahah dilakukan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko) ditambah keuntungan (mark-up). Kedua belah pihak antara bank dan nasabah harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Selama berlangsung akad murabahah, harga jual yang telah disepakati tidak dapat berubah. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran kredit. Ketika barang yang dibeli oleh nasabah sudah ada, maka barang langsung diserahkan segera kepada nasabah.11
10
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspeknya (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm.191. 11 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta:Ekonosia 2007) , hlm. 69.
19
b. Landasan Syariah Dasar hukum murabahah (Jual beli) dalam Al-Qur’an dapat dijumpai dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.12 Selain itu kita dapat pula dijumpai dalam surat An-Nisa ayat 29 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan (jual beli) yang berlaku dengan suka sama suka diantaranya”.13 c. Syarat-syarat Murabahah Dalam melakukan transaksi murabahah, bank syariah maupun unit usaha syariah harus
memperhatikan
ketentuan yang sesuai dengan
undang-undang, yaitu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Karena murabahah merupakan akad jual beli, maka syaratsyarat mengenai keabsahan transaksi jual beli berlaku bagi transaksi murabahah.14 1) Syarat Barang dalam Murabahah a) Barang itu ada, atau tidak ada di tempat tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang tersebut.
12
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta:Gema Insani, 2001) , hlm.102 13 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 2007), hlm. 101. 14 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek Hukumnya (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 201.
20
b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. c) Jelas asal kepemilikan barang tersebut. d) Diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.15 2) Syarat Para Pihak Para pihak yang melakukan transaksi murabahah haruslah orang-orang yang memenuhi kualifikasi untuk dapat membuat suatu perjanjian. Dalam hal ini pihak yang melakukan transaksi harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkan sebagai wakil. Menurut al-Ghazali ada 4 golongan yang tidak sepatutnya melakukan muamalah, yaitu anak kecil, orang gila, hamba, dan orang buta. Kecakapan bertindak hukum menurut jumhur ulama adalah orang yang baligh dan berakal.16 3) Syarat Murabahah a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c) Kontrak harus bebas riba. d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang yang diperjual belikan.
15
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 115. Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek Hukumnya (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 133. 16
21
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.17 d. Murabahah dalam Sistem Perbankan Islam Bank-bank syariah menggunakan sistem murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada nasabah untuk membeli barang walaupun nasabah tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar. Dalam murabahah ada dua unsur yaitu harga beli barang dengan biaya terkait serta kesepakatan antara kedua belah pihak berdasarkan mark-up yang telah diketahui bersama.18 Kelebihan kontrak murabahah diantaranya adalah karena dengan jelas nasabah mengetahui produk yang hedak dia beli, jelas serta adanya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai mark-up (keuntungan) dari harga beli. Dalam penerapannya di bank syariah, akad murabahah terjadi antara nasabah bank, pihak bank, dan penjual barang. Transaksi pertama antara pihak bank dengan penjual barang, bank membeli barang kepada penjual dengan harga tertentu sesuai dengan kesepakatan. Kemudian bank bertidak sebagai penjual barang kepada nasabah. Dalam hal ini bank menjelaskan harga beli barang tersebut dan mengambil keuntungan (mark-up) yang telah disepakati antara bank dan nasabah. Nasabah membeli dari bank dengan sistem
17
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001) , hlm. 102. 18 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.138.
22
pembayaran dan harga yang sudah disepakati antara bank dan nasabah. 3. Ijarah a. Pengertian Ijarah Kata ijarah berasal dari bahasa arab yang berarti ganti, sewa, atau upah. Adapun pengertian secara syara’ adalah suatu jenis akad dalam bentuk mengambil manfaat dengan adanya penggantian. Dalam pengertian lain, sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa. Akad ijarah merupakan suatu akad sewa menyewa barang, keahlian atau tenaga, yang mana bagi yang menyewa berhak mengambil manfaat, sedangkan pemilik barang atau yang punya keahlian dan tenaga berhak mendapat upah atau jasa. b. Landasan Syariah Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum ijarah, diantaranya adalah surat az-Zukhruf ayat 32, yang artinya “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
23
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.al-Baqarah:233). Dalam hadist juga dijelaskan tentang ijarah, “Rasulullah saw. Bersabda: Berikanlah upah (sewa) kepada orang penerima upah (sewa) sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibn Majah).19 c. Syarat Ijarah Untuk mengesahkan transaksi ijarah, perlu diperhatikan beberapa syarat seperti berikut: 4) Kerelaan kedua belah pihak yang melaksanakan akad. Sekiranya salah seorang di antara mereka dipaksa untuk melakukannya maka akadnya tidak sah. 5) Manfaat barang atau jasa tersebut dapat diketahui dengan sempurna, agar tidak terjadi perselisihan. 6) Barang atau objek yang diakadkan itu dapat dimanfaatkan berdasarkan kriteria, realitas dan syara’. 7) Barang tersebut dapat diserah-terimakan 8) Manfaat yang diambil itu ialah hal yang dibolehkan, bukan yang diharamkan.20
19
Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Fikih Ekonomi (Yogyakarta:Fajar Media Press, 2014), hlm. 183. 20 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia... hlm. 184.
24
Selain syarat diatas, ada pula hak dan kewajiban penyewa dan orang yang menyewakan barang atau jasa. Orang yang menyewakan barang wajib mempersiapkan barang yang disewakan untuk dapat digunakan secara optimal oleh penyewa. Apabila barang yang disewakan terdapat cacat atau kelemahan sehingga tidak berfungsi secara optimal, maka penyewa memiliki pilihan untuk membatalkan akad atau menerima manfaat yang rusak dengan ketentuan harga yang telah disepakati bersama. Penyewa juga wajib menggunakan barang yang disewakan menurut syarat-syarat akad atau menurut kelaziman penggunaannya. Penyewa juga wajib menjaga barang agar tetap utuh. Secara prinsip penyewa tidak boleh menanggung biaya perawatan barang selama barang tersebut disewa karena hal ini berarti penyewa bertanggung jawab atas jumlah yang tidak pasti (gharar). Oleh karena itu ulama berpendapat bahwa bila penyewa diminta untuk melakukan perawatan ia berhak untuk mendapatkan upah dan biaya yang wajar untuk pekerjaanya
itu.
Bila
penyewa
melakukan
perawatan
atas
kehendaknya sendiri, ini dianggap sebagai hadiah dari penyewa dan ia tidak dapat meminta pembayaran apapun.21
21
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 138.
25
d. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Ijarah Muntahiya Bit Tamlik yaitu akad sewa menyewa barang antara bank (muajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada mustajir.22 Pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini. Yang pertama pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. Pilihan ini biasanya diambil bila kemampuan finansial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut dan margin laba yang ditetapkan oleh bank. Karena itu untuk menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu di akhir periode. Cara yang kedua adalah dengan menghibahkan barang di akhir masa sewa. Hal ini dilakukan biasanya bila kemampuan finansial penyewa untuk membayar sewa relatif besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif besar, akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi untuk menutup harga beli barang dan margin laba yang
22
hlm.18
Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
26
ditetapkan oleh bank. Dengan demikian bank dapat menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode sewa kepada pihak penyewa.23 e. Ijarah dalam Sistem Perbankan Syariah Dalam perbankan, seorang nasabah yang menginginkan menyewa ruko selama 1 tahun untuk usaha, namun nasabah tersebut tidak memiliki uang untuk membayar sewa secara tunai, dan hanya mampu membayar dengan mengangsur setiap bulan, maka nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank syariah, dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangannya. Untuk menindaklanjuti pembiayaan nasabah, bank melakukan akad dengan pemilik ruko, bank menyewa ruko untuk 1 tahun dengan pembayaran tunai.. Kemudian ruko tersebut disewakan bank kepada nasabah dengan sistem pembayaran angsuran setiap bulan, dengan margin keuntungan yang telah disepakati antara bank dan nasabah.24 4. Laba Laba adalah pendapatan bersih yang dilihat dari selisih antara pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Transaksitransaksi ini diikhtisarkan dalam laporan laba rugi.Akuntan telah mengadopsi pendekatan transaksi (Transaction approach) dalam
23
Adiwanman Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 156. 24 Adiwanman Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 150.
27
mengukur laba atau rugi bersih, yang menekankan pada perhitungan langsung antara pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.25 Menurut Fraser dan Rmiston dalam jurnal investasi indri yuliafitri (2011), laba dalam Laporan Keuangan dapat dibedakan menjadi:26 a. Laba kotor Laba kotor merupakan selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. b. Laba operasi Laba operasi merupakan laba tingkat kedua dalam laporan laba rugi dan mengukur kinerja kegiatan perusahaan secara keseluruhan.laba operasi merupakan laba kotor setelah dikurangi dengan biaya-biaya komersil, yaitu biaya administrasi dan biaya pemasaran. c. Laba sebelum pajak Laba yang diperoleh dari laba operasi ditambah dengan hasil-hasil lainnya dikurangi dengan biaya yang terjadi diluar aktivitas normal perusahaan. d. Laba setelah pajak (laba bersih) Diperoleh pengurangan laba setelah pajak merupakan laba perusahaan sesudah memperhitungkan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode akuntansi.
25
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah I (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.109 Indri Yulianfitri, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Dan Arus Kas Masa Depan Pada Perusahaan Go Public (Jurnal Investasi, Vol VII No. 1, 2011) 26
28
e. Laba per lembar saham biasa Merupakan laba bersih yang tersedia untuk para pemegang saham untuk periode di bagi angka rata-rata saham biasa yang beredar. B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan
penelusuaran,
peneliti
mendapatkan
beberapa
penelitian terdahulu yang membahas tentang pembiayaan dan laba. Hal itu dilakukan dapat diposisikan penelitian ini diantara penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dan agar tidak terjadi duplikasi penelitian. Pada tahun 2013, Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika dari Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Brawijaya meneliti tentang Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial pembiayaan jual beli dan NPF berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui return on asset (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang di proksikan melalui return on asset (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Penelitian ini sama-sama membahas mengenai produk pembiayaan dan profitabilitas bank syariah. Sementara perbedaanya adalah jenis produk pembiayaan yang di teliti serta objek penelitian.27
27
Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Malang: Universitas Brawijaya, 2013), hlm. 15.
29
Dinna Ariyani melakukan penelitian tentang analisis pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah, bagi hasil dan pinjaman qardh terhadap pertumbuhan laba bersih pada bank syariah periode triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2013. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pembiayaan murabahah dan bagi hasil berpengaruh secara parsial terhadap laba bank syariah. Sementara pinjaman qardh tidak berpengaruh signifikan terhadap laba. Secara simultan pembiayaan murabahah, bagi hasil dan pinjaman qardh berpengaruh terhadap laba bersih bank syariah. Persamaan penelitian ini sama-sama meneliti tentang pembiayaan di bank syariah, adapun perbedaanya adalah jenis pembiayaan, tahun penelitian dan objek penelitian.28 Muhammad Ziqri (2009) melakukan penelitian yang berjudul analisis pengaruh pendapatan murabahah, mudharabah, dan musyarakah terhadap profitabilitas bank. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara
parsial
pembiayaan
murabahah
dan
musyarakah
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank, sementara secara simultan, pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Kesamaan dalam penelitian ini terletak pada variabel murabahah, serta objek penelitiannya sama-sama
28
Dinna Ariyani, “Analisis pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah, bagi hasil, dan pinjaman qardh terhadap pertumbuhan laba bersih pada bank syariah periode triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2013”. http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2014/08/E-Journal-DINNA-ARIYANI.pdf (Diakses tanggal 15 Februari 2016)
30
di bank syariah, sementara perbedaanya terletak pada variabel lain selain murabahah serta objeknya di beberapa bank.29 Tahun 2014 Noor Fakhria Utami meneliti tentang pengaruh pembiayaan jual beli, bagi hasil, dan sewa terhadap kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian secara parsial menyatakan pembiayaan jual beli (murabahah) dan bagi hasil tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROA, sementara sewa (ijarah) berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROA. Secara simultan jual beli, bagi hasil, dan sewa berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROA. Variabel jual beli dan sewa memiliki kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, sementara variabel bagi hasil dan objek penelitian berbeda namun masih sama di bank syariah.30 Hardi Dwi Permana juga melakukan penelitian yang berjudul pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, dan sewa) terhadap kinerja keuangan pada PT Bank Muamalat Indonesia. Penelitian yang dilakukan tahun 2014 ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara parsial, pembiayaan bagi hasil, jual beli dan sewa berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang dihitung dengan ROA. Secara simultan juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang dihitung dengan ROA. Variabel jual beli
29
Muhammad Ziqri, “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank:, Skripsi Ekonomi dan Ilmu Sosial (Jakarta: Universitas Inslam Syarif Hidayatullah, 2009), hlm. 108. 30 Noor Fakhria Utami, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri”, Skripsi Keuangan Islam (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hlm. 75
31
dan sewa memiliki kesamaan
dengan penelitian yang saya lakukan,
sementara variabel bagi hasil dan objek penelitian berbeda namun masih sama
31
di
bank
syariah.
31
Hardi Dwi Permana, “Pengaruh Struktur Pembiayaan (Prinsip Bagi Hasil, Jual Beli, dan Sewa) terhadap Kinerja Keuangan pada PT Bank Muamalat Indonesia”, Sripsi Ekonomi (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam, 2014), Hlm. 68.
32
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan No Nama Peneliti 1. Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rachmanika (2013)
2.
Dinna Ariyani (2014)
3.
Muhammad Ziqri (2009)
Judul Penelitian Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Bagi Hasil, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil dan Pinjaman Qardh terhadap Pertumbuhan Laba Bersih pada Bank Syariah Periode Triwulan I 2011 sampai Triwulan IV 2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank.
Hasil Penelitian Secara parsial pembiayaan jual beli dan NPF berpengaruh posiif dan pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank.
Persamaan Salah satu variabelnya sama, yaitu jual beli (murabahah).
Perbedaan Variabel penelitian dan objek penelitian.
Secara parsial pembiayaan murabahah dan bagi hasil berpengaruh terhadap laba, sementara pijaman qardh tidak berpengaruh terhadap laba. Sedangkan secara simultan murabahah, bagi hasil dan qardh berpengaruh terhadap laba.
Sama-sama terdapat variabel murabahah sebagai variabel bebas dan laba sebagai variabel terikat.
Variabel penelitian, periode penelitian dan objek penelitian.
Secara parsial pembiayaan murabahah dan musyarakah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank, sementara pembiayaan mudharabah bepengaruh terhadap profitabilitas bank. Secara simultan pembiayaan murabahah,
Salah satu variabelnya sama, yaitu murabahah.
Variabel penelitian, periode penelitian dan objek penelitian.
33
4.
Noor Fakhria Utami (2014)
Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Bagi Hasil, dan Sewa terhadap Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Mandiri.
5.
Hardi Dwi Permana (2014)
Pengaruh Struktur Pembiayaan (Bagi Hasil, Jual Beli, dan Sewa) terhadap kinerja keuangan PT Bank Muamalat Indonesia.
mudharabah, dan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Secara parsial pembiayaan jual beli dan bagi hasil tidak berpengaruh, sementara sewa berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Secara simultan pembiayaan jual beli, bagi hasil dan sewa berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Secara parsial pembiayaan bagi hasil, jual beli dan sewa berpengaruh terhadap kinerja keuangan, secara simultan pembiayaan bagi hasil, jual beli dan sewa berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Sama-sama terdapat variabel jual beli (murabahah) dan sewa (ijarah).
Variabel penelitian, periode penelitian dan objek penelitian.
Sama-sama terdapat variabel jual beli (murabahah) dan sewa (ijarah).
Variabel penelitian, periode penelitian dan objek penelitian.
34
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing variable independen (pemberian pembiayaan) terhadap perolehan laba dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Murabahah (X1) Laba Ijarah (X2)
Dalam gambar tersebut terlihat murabahah (X1) menunjuk ke arah laba, hal ini menujukkan penelitian tentang hubungan murabahah dengan laba. Dapat dilihat pula Ijara (X2)
menunjuk ke arah laba, ini
menunjukkan tentang hubungan ijarah dengan laba. Selanjutnya tentang murabahah (X1) dan ijarah (X2) yang berada dalam satu kotak besar, serta menunjuk ke arah laba, ini mengartikan tentang hubungan murabahah dan ijarah dengan laba. Untuk memperjelas mengenai hubungan antara murabahah (X1) dan ijarah (X2) terhadap laba, diuraikan sebagai berikut: a. Hubungan Murabahah dengan Laba Bank Salah satu produk pembiayaan dari sebuah lembaga perbankan yang memiliki peran penting dalam meningkatkan laba bank adalah
35
murabahah. Dengan haga beli barang yang relatif murah kemudian dijual kembali kepada pelanggan dengan sistem kredit secara otomatis bank memiliki margin keuntungan yang relatif besar. Namun tentu saja tidak semua produk murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap laba bank. Penelitian sebelumnya mengenai murabahah dan laba bank telah dilakukan oleh Dinna riyani (2014) dan Muhamad Ziqri (2009). Penelitian Dinna Ariyani berjudul analisis pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah, bagi hasil dan pinjaman qardh terhadap pertumbuhan laba bersih pada bank syariah periode triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2013. Dalam penelitian tersebut pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba.
32
Sementara
penelitian Muhammad Ziqri berjudul analisis pengaruh pendapatan murabahah, mudharabah, dan musyarakah terhadap profitabilitas bank. Dalam penelitian tersebut pembiayaan murabahah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.33 b. Hubungan Ijarah dengan Laba Bank Salah satu produk pembiayaan yang namanya belum terlalu tenar di kalangan masyarakat adalah ijarah. Salah satu produk pembiayaan yang diawali dengan sewa menyewa yang diakhiri 32
Dinna Ariyani, “Analisis pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah, bagi hasil, dan pinjaman qardh terhadap pertumbuhan laba bersih pada bank syariah periode triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2013”. http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2014/08/E-Journal-DINNA-ARIYANI.pdf (Diakses tanggal 15 Februari 2016). 33 Hardi Dwi Permana, “Pengaruh Struktur Pembiayaan (Prinsip Bagi Hasil, Jual Beli, dan Sewa) terhadap Kinerja Keuangan pada PT Bank Muamalat Indonesia”, Sripsi Ekonomi (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam, 2014), Hlm. 68.
36
dengan beralihnya kepemilikan barang ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena banyak bank maupun lembaga keuangan syariah yang mengandalkan produk ini sebagai salah satu jalan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Peneltian sebelumnya mengenai ijarah dan laba bank telah dilakukan oleh Muhammad Busthomi Emha (2014). Penelitian Muhammad Busthomi berjudul pengaruh pembiayaan mudharabah, musyarakah dan ijarah terhadap kemampu labaan bank muamalat di Indonesia. Hasil penelitian ini pembiayaan ijarah berpengaruh terhadap laba bank muamalat.34 c. Hubungan Antara Murabahah dan Ijarah terhadap Laba Murabahah dan Ijarah sama-sama memiliki peran penting yang dapat menjadi pundi-pundi pemasok keuntungan dalam lembaga keuangan syariah. Penelitian tentang hubungan antara murabahah dan ijarah dengan laba sudah dilakukan oleh Indriani Laela Qadriasari (2014). Penelitian Indriani Laela Qadriasari berjudul analisis pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia tahun 2011-2013. Hasil penelitian tersebut secara simultan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijarah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank.35
34
Muhammad Busthomi Emha. Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah terhadap Kemampu Labaan Bank Muamalat di Indonesia (Malang: Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 2014), hlm. 17. 35 Indriani Laela Qadriasari, “Analisis Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia
37
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori
dan kerangka pemikiran yang
diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1
: Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba.
H2
: Pembiayaan ijarah berpengaruh terhadap laba.
H3
: Pembiayaan murabahah dan ijarah secara simultan berpengaruh terhadap laba.
tahun 2011-2013”, Skripsi Ekonomi dan Bisnis (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hlm. 12.