perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset tetap, perlu kita ketahui terlebih dahulu beberapa teori mengenai aset tetap. Menurut PSAK No. 16 (paragraf 6) Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b. Diharapkan untuk digunakan lebih dari satu periode. Suatu aset dapat disebut sebagai aset tetap apabila aset tersebut berwujud, dalam artian memiliki bentuk fisik bernilai relatif besar, memiliki umur manfaat lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi tergantung yang mana yang lebih panjang sehingga dapat memberikan kontribusi manfaat kepada perusahaan, digunakan dalam hubungannya dengan kegiatan operasional
dan
keperluan
bisnis
perusahaan
dan
tidak
untuk
diperjualbelikan layaknya persediaan maupun aset investasi sehingga dapat mengalami keusangan Horngren & Harrison (2007). Aset tetap harus disusutkan selama masa manfaatnya dengan metode penyusutan yang digunakan sesuai kebijakan dan pola konsumsi perusahaan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik aset tetap adalah memiliki bentuk fisik, memiliki nilai yang cukup material, masa manfaat lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan operasi
commitpenyusutan. to user perusahaan dan merupakan subjek
7
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id 8
Penggolongan Aset Tetap PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Sesuai pedoman kebijakan akuntansi, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang mengklasifikasikan aset tetap berdasarkan bentuk dan sifatnya menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Aset Tetap Pokok Aset tetap yang penggunaannya terlibat langsung dalam kegiatan operasional/ core bussiness perusahaan yaitu jasa kepelabuhan termasuk didalamnya bangunan faspel, kapal, alat-alat faspel dan instalasi faspel. 2. Aset Tetap Penunjang Aset tetap yang digunakan sebagai penunjang kegiatan operasional perusahaan namun konstribusinya tidak secara langsung terlibat dalam lini bisnis perusahaan, seperti tanah, jalan dan bangunan serta peralatan. 3. Aset Tetap Pelengkap Aset tetap yang keberadaannya hanya sebagai pelengkap, sehingga tidak berdampak langsung dengan kegiatan operasional perusahaan, seperti kendaraan dan emplasemen.
C.
Pengertian Kontrak Konstruksi Kontrak konstruksi adalah suatu perjanjian antara pemberi kerja dengan pihak ketiga yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi sebuah aset maupun kombinasi dari aset yang saling berhubungan dan bergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan dan penggunaan pokok dimana akan terdapat konsukuensi khusus sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
perjanjian jika kontrak tersebut tidak dapat dipenuhi oleh salah satu pihak terkait (PSAK 16, paragraf 2). Pengerjaan aset dalam konstruksi yang telah mencapai 100% nilainya akan dimasukkan ke dalam golongan aset tetap.
D.
Pengakuan Aset Tetap PSAK 16 menyatakan bahwa pengakuan aset tetap harus dilakukan jika dan hanya jika (paragraf 7): a.
Adanya tingkat kepastian yang tinggi aset akan memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan dalam jangka waktu yang panjang.
b.
Dapat diukurnya biaya perolehan aset secara andal sehingga dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya. Martani, Veronica, Wardhani, Farahmita & Tanujaya. (2012)
menyebutkan bahwa dua prinsip di atas diterapkan pada saat pengakuan awal aset, adanya replacement, repairment dan pengeluaran biaya-biaya setelah perolehan awal yang dapat menambah manfaat ekonomis di masa depan. Pengakuan aset tetap akan lebih mudah dilakukan dibanding dengan aset tak berwujud karena adanya substansi fisik (Juan & Wahyuni, 2012).
E.
Pengukuran Aset Tetap Salah satu masalah utama dalam perlakuan akuntansi terhadap aset tetap adalah mengukur seberapa besar biaya yang dapat dikapitalisasi ke dalam nilai perolehan aset tetap. Selain biaya perolehan awal, terdapat biaya-biaya lain yang muncul setelah perolehan aset. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id 10
Biaya perolehan awal Terkait pengakuan aset tetap, tidak semua biaya dapat diakui sebagai bagian dari nilai perolehan awal aset tetap. Adapun biaya-biaya yang dapat dikapitalisasi ke dalam nilai perolehan aset tetap jika biaya tersebut dapat menambah fungsi atau manfaat dari aset bersangkutan hingga aset tersebut siap digunakan. Menurut PSAK 16 (paragraf 16), biaya perolehan aset tetap meliputi: a.
Harga perolehan atau harga pembelian disini termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
b.
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung ke dalam aset tetap untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan harapan perusahaan.
c.
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset yang telah diestimasi akan dilakukan pada waktu tertentu. Biaya perolehan artinya jumlah yang dikeluarkan perusahaan
untuk memperoleh aset tetap yang bersangkutan baik secara tunai maupun angsuran kontrak konstruksi. Biaya perolehan awal ini termasuk didalamnya seluruh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung hingga aset siap digunakan, artinya biaya tersebut memang diperlukan sebelum aset siap digunakan hingga membawanya sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dengan yang dimaksud manajemen seperti, biaya imbalan kerja, biaya penyiapan lahan untuk aset bersangkutan, biaya handling dan penyerahan awal, biaya perakitan dan instalasi, biaya pengujian aset dan biaya profesional. Selain biaya yang memang diperlukan, tidak dapat dikapitalisasi ke dalam aset dan harus segera dibebankan pada periode berjalan (Kartikahadi, Sinaga, Syamsul & Siregar, 2012). Biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi aset tetap boleh diestimasi dan dihitungan present value-nya kemudian dikapitalisasikan jika memang kewajiban tersebut muncul sejak perolehan aset. 2.
Biaya setelah perolehan Setelah perolehan aset, dari aset mulai digunakan hingga habisnya masa manfaat, seringkali terdapat biaya-biaya yang muncul sehubungan dengan pemanfaatan aset baik biaya pemeliharaan, perbaikan, pengganti dan inspeksi teratur. Kriteria pengakuan biaya setelah perolehan aset tetap yang dapat dikapitalisasi yaitu, besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke perusahaan, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal (Kartikahadi, dkk., 2012). Biaya pemeliharaan dan perbaikan merupakan biaya yang bersifat consumables sehubungan dengan kegiatan sehari-hari sehingga harus langsung dibebankan dalam periode berjalan. Sedangkan biaya penggantian dan inspeksi teratur yang dicatat sebesar nilai penggantian yang baru, entitas harus menimbang apakah biaya-biaya tersebut dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
menambah manfaat ekonomis ke dalam perusahaan. Penambahan manfaat ekonomis yang dimaksudkan disini seperti perpanjangan estimasi masa manfaat aset, peningkatan kapasitas atau adanya perbaikan kualitas keluaran secara substansial. Sisa nilai bagian yang diganti dan nilai inspeksi teratur yang lama harus dibebankan pada periode berjalan. 3.
Pengukuran setelah pengakuan awal Perusahaan diperbolehkan memilih salah satu model kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan pada PSAK 16 (revisi 2011) dan menerapkannya terhadap kelompok aset tetap perusahaan, yaitu: a.
Model biaya “Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan dan semua akumulasi rugi penurunan nilai aset bila ada” PSAK 16 (paragfar 30).
b.
Model revaluasi “Aset tetap dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi semua akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi” PSAK 16 (paragraf 31).
4.
Penyusutan Penyusutan merupakan proses pengalokasian biaya perolehan selama masa manfaat aset yang bersangkutan secara sistematis. Seluruh aset yang memenuhi kriteria untuk disusutkan haruslah disusutkan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
kecuali tanah, yaitu diharapkan untuk digunakan lebih dari satu periode dan memiliki masa manfaat yang terbatas. Penyusutan harus tetap dilakukan meskipun aset tersebut tidak secara optimal digunakan atau bahkan tidak digunakan. penyusutan baru dapat dihentikan ketika aset telah dihentikan dari pengakuan. Menurut Martani, dkk. (2012, 285), “Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah”. Dengan demikian, bisa jadi beberapa bagian dari satu aset tetap dapat disusutkan dengan metode dan masa manfaat yang berbeda sesuai dengan estimasi dan pola pemakaian perusahaan. Konsep ini disebut dengan komponenisasai (Kartikahadi, dkk., 2012). 5.
Jumlah tersusutkan, periode penyusutan dan metode penyusutan Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset dikurangi dengan estimasi nilai residu. Sedangkan nilai residu merupakan jumlah neto yang akan diperoleh perusahaan dari pelepasan suatu aset jika aset itu telah mencapai akhir umur manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi yang diharapkan di akhir umur manfaatnya. PSAK 16 menyebutkan bahwa “Estimasi umur manfaat aset yang dapat disusutkan adalah persoalan penilaian yang pada umumnya berdasarkan pengalaman perusahaan yang memiliki aset serupa” (paragraf 57). Apabila perusahaan belum memiliki pengalaman mengestimasi aset tertentu maka perusahaan dapat menggunakan jasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
assesor untuk menghitung dan mengestimasi masa manfaat aset bersangkutan. Menurut Martani, dkk. (2012, 286) umur manfaat adalah periode penggunaan suatu aset baik secara produktif maupun tidak oleh entitas yang dapat diukur sesuai dengan pola pemakaian atau estimasi assesor. Menurut PSAK 16 (paragraf 57), dalam menentukan estimasi umur manfaat, terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, diantaranya: a.
Estimasi daya pakai dari aset yang bersangkutan sesuai dengan prakiraan kapasitas atau kemampuan fisik aset dalam menghasilkan unit produk.
b.
Estimasi tingkat keausan fisik sesuai dengan frekuensi pengoperasian aset dan pemeliharaan dan perawatan aset yang dilakukan.
c.
Keusangan teknis dan keusangan komersial akibat adanya permintaan pasar yang mengharuskan perubahan atau peningkatan produksi dari aset bersangkutan.
d.
Adanya aspek hukum atau peraturan tertentu yang berdampak pada pembatasan penggunaan aset, seperti jangka waktu penggunaan leasing.
Perusahaan harus menggunakan metode penyusutan sesuai dengan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan aset (PSAK 16, paragraf 60). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Menurut Kartikahadi, dkk. (2012), terdapat beberapa metode penyusutan yang dapat dipilih perusahaan: a.
Metode garis lurus Metode pengalokasian jumlah tersusutkan dari suatu aset secara merata sepanjang umur manfaatnya.
b.
Metode saldo menurun (penyusutan dipercepat) Metode pengalokasian jumlah tersusutkan dari suatu aset secara lebih proporsional dengan pembebanan yang lebih besar pada awal umur manfaat dan semakin menurun hingga akhir umur manfaat.
c.
Metode jumlah unit produksi Metode pengalokasian jumlah tersusutkan dari suatu aset sesuai dengan output dari aset bersangkutan, baik dengan dasar jumlah jam produksi maupun jumlah unti hasil produksi. PSAK 16 mensyaratkan bahwa metode penyusutan yang
digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku. Jika ada perubahan signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi dari aset tersebut, maka metode penyusutan yang digunakan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola itu (paragraf 61). PSAK 16 menyatakan bahwa biaya penyusutan pada setiap periode harus diakui sebagai beban kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya (paragraf 48).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
F.
digilib.uns.ac.id 16
Penghentian Pengakuan Aset Tetap Penghentian pengakuan aset tetap harus dilakukan ketika aset tersebut dilepas atau telah habis masa manfaatnya sesuai dengan penggunaan yang diharapkan perusahaan. Tidak hanya dengan dijual, aset tetap harus dihentikan pengakuannya saat disewakan, disumbangkan atau bahkan hilang karena force majure. Pada saat penghentian pengakuan aset, akumulasi penyusutan selama aset bersangkutan digunakan juga harus dikeluarkan. Keuntungan
atau
kerugian
yang muncul
akibat
penghentian
pengakuan aset tetap ini diukur berdasarkan pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut (PSAK 16, paragraf 72).
G.
Pengungkapan Aset Tetap Pengungkapan aset tetap sangat penting guna menjelaskan kondisi dan keadaan yang sebenarnya terjadi sebagai pendukung nominal yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga laporan keuangan dapat bersifat informatf. PSAK 16 paragraf 74 mengatur mengenai hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan, diantaranya: 1.
Dasar pengukuran dalam menentukan jumlah tercatat bruto.
2.
Metode penyusutan yang digunakan.
3.
Umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id 17
Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir peiode.
5.
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode. Selain komponen di atas, PSAK 16 paragraf 75 menyatakan bahwa
laporan keuangan juga harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Keberadaan dan jumlah restriksi atau pembatasan atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas;
2.
Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset dalam konstruksi;
3.
Jumlah perjanjian kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan
4.
Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain. Pengungkapan laporan keuangan harus dapat mendeskripsikan kondisi
perusahaan secara nyata. Oleh karena itu, jika terdapat perubahan kebijakan akuntansi maupun estimasi akuntansi yang mana akan berdampak pada pelaporan periode berjalan maupun periode mendatang harus diungkapkan. Peraturan mengenai perubahan ini selebihnya diatur dalam PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
commit to user