BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan sumber informasi untuk kegiatan belajar. Koleksi yang baik adalah koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya, tanpa adanya pemanfaatan dari pengguna maka suatu koleksi tidak bernilai guna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Depdiknas Balai Pustaka (2005, 711) dinyatakan bahwa “Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat artinya guna, faedah. Kemudian mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti proses, cara, perbuatan memanfaatkan”. Dengan demikian pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses dalam memanfaatkan suatu benda atau objek. Sedangkan menurut Clark yang dikutip oleh Kusumah (2009, 1) ada lima aspek pemanfaatan yaitu: media sebagai teknologi mesin; media sebagai tutor; media sebagai pengubah perilaku; media sebagai pemotivasi belajar; media sebagai alat berpikir dan memecahkan masalah. pengertian
diatas
dapat
diketahui
bahwa
pemanfaatan
koleksi
perpustakaan adalah suatu proses yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfaatkan informasi yang ada pada koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
informasinya.
Pemanfaatan
perpustakaan
dapat
menunjang
keberhasilan kegiatan pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan, sehingga kurikulum dapat berhasil dilaksanakan.
Menurut Handoko dalam Handayani (2007, 28) dari segi pengguna, pemanfaatan koleksi perpustakaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor internal yang meliputi: a. Kebutuhan, yang dimaksud kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi atau kebutuhan akan perpustakaan sebagai sumber belajar. b. Motif, merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. c. Minat, adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. 2. Faktor eksternal yang meliputi: a. Kelengkapan koleksi, yaitu banyaknya koleksi yang dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa. b. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna, yaitu keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan mereka dalam memberikan layanan. c. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali ini yang menjadi fasilitas pencarian informasi adalah sarana akses koleksi perpustakaan. Perpustakaan tanpa pemanfaatan koleksi, maka perpustakaan hanya suatu gedung. Dengan demikian, perpustakaan perlu memberdayakan koleksi agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Untuk membatasi pengertian pemanfaatan di ruang baca, Lancaster (1993, 77) membentuk pertanyaan yaitu: a. b. c.
If a book is removed from the shelves casually glanced at and immediately returned, has it been “used?” If it is removed, some portion of it read at the shelves, and the put back, has it been used? one side, has it been used? If it carried to table, along with others, glanced at and pushed to one side, has it been used?
Pendapat di atas dapat di artikan sebagai berikut: 1. Jika koleksi di ambil dari rak dan diembalikan lagi, apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan? 2. Jika koleksi diambildari rak dan sebagian dibaca, apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan? 3. Jika koleksi ada diatas meja atau ruang baca dan dibaca sekilas, apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan?
Pemanfaatan perpustakaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (out-library use) dapat berlangsung di luar perpustakaan dan (in-library use) di dalam perpustakaan, misalnya peminjaman koleksi melalui layanan sirkulasi, membaca koleksi di ruang baca perpustakaan dan memfotokopi koleksi perpustakaan. Pemaanfataan koleksi dapat juga diketahui melalui statistik sirkulasi (data koleksi yang digunakan diruang baca dan koleksi yang dipinjam) yang berpusat pada penggunaan (use studies) atau pada pengguna (user studies). pendapat diatas dapat diketahui bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan dilakukan didalam perpustakaan dengan membacanya atau di luar perpustakaan dengan meminjam untuk dibawa pulang. 2.1.1
Cara memanfaatkan koleksi perpustakaan Pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan
beberapa cara yaitu membaca koleksi di perpustakaan, meminjam koleksi perpustakaan dan memfotokopi koleksi perpustakaan. 1. Membaca koleksi di perpustakaan Membaca adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi yang dapat menambah wawasan. Jenis bacaan tiap pengguna di perpustakaan tidak sama, yang sama adalah kegiatannya yaitu membaca dan mempelajarinya dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh si pengguna. Menurut Salim (2002, 114) “Makna membaca adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya (dengan melisankan atau dalam hati)”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 85) disebutkan,
“Membaca bermakna melihat, serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melinsankan dalam membaca dalam hati)”. Menurut Sinaga (2004, 95) “ Membaca merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan membaca berarti menerjemahkan, menginterpretasikan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang dipahami oleh pembaca”. Setiap orang yang melakukan kegiatan membaca dapat mengambil manfaat dari bacaannya dan mengaplikasiannya. Dengan membaca pengguna juga memperoleh keterampilan - keterampilan. Menurut Olivien (2006, 2) ada empat keterampilan yang diperoleh dengan membaca yaitu : 1. 2. 3. 4.
Keterampilan menyimak atau listening Keterampilan berbicara atau speaking Keterampilan membaca atau reading Keterampilan menulis atau witing
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetikan membaca itu melihat, menyimpulkan serta memahami apa yang dibaca dengan teliti dan melisankannya dalam hati. Dalam kaitan pemanfaatan koleksi dengan membaca di perpustakaan, maka perpustakaan menyediakan ruangan yang dapat digunakan pengguna untuk membaca dan belajar. 2. Meminjam koleksi perpustakaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer (2002, 165) makna dari meminjam adalah, “memakai barang (dalam hal ini buku) orang lain untuk waktu tertentu”. Peminjaman koleksi perpustakaan memiliki batasan waktu yang diatur oleh perpustakaan. Kegiatan peminjaman koleksi perpustakaan dilakukan pada bagian layanan sirkulasi. Pada layanan sirkulasi, koleksi yang dapat dipinjam
untuk dibawa pulang memiliki pengecualian pada koleksi referensi yang pemakaiannya hanya dapat di dalam perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki dalam Darmono (2001, 143) bagian layanan sirkulasi mempunyai tugas melayani pengunjung dalam hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan Pendaftaran anggota perpustakaan Peminjaman dan pengenbalian bahan pustaka Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan pinjaman Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan pinjamn Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota Membuat statistik sirkulasi Penataan koleksi di rak
Pemanfaatan koleksi dengan meminjam koleksi dari bagian sirkulasi (out library use) dapat diketahui dari statistik sirkulasi. Dari statistik sirkulasi diidentifikasikasi koleksi yang sedikit digunakan dan koleksi yang banyak atau sering digunakan pengguna perpustakaan. Menurut Truswell yang dikutip oleh Lancaster (1993, 67) bahwa: Has used described an ingenious procedure for estimating what proportion of the collection account for a specified proportion of the use. The “last circulation date” (LCD) method requires that one collect only two dates: the date on which a book is borrowed ina current circulation period and the date on which it was las previously borrowed. Pengertian di atas dapat di artikan bahwa telah dilakukan pengujian secara masuk akal untuk memperkirakan ukuran apa yang digunakan untuk menberikan laporan dengan koleksi yang digunakan. Metode tanggal sirkulasi terakhir (LCD) mengharuskan bahwa satu koleksi hanya dapat dipinjam dua hari. Tanggal dimana suatu buku dipinjam di periode sirkulasi sekarang dan tanggal dimana pinjaman berakhir. Pendapat di atas menjelaskan bahwa, Trueswell melakukan pengujian terhadap tanggal sirkulasi terakhir yang dikenal dengan istilah LCD (Last
Circulation Date), metode tersebut dapat digunakan untuk menemukan koleksi inti dan koleksi yang sedikit digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan dapat dipinjam untuk dibawa pulang dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Peminjaman koleksi perpustakaan, memiliki pengecualian pada koleksi referensi, koleksi referensi tidak dapat dipinjam untuk dibawa pulang, pemakaiannya hanya boleh di dalam perpustakaan. 3. Menfotokopi koleksi Perpustakaan Tidak hanya membaca dan meminjam koleksi perpustakaan, koleksi dapat juga dimanfaatkan dengan menfotokopi koleksi. Menurut Salim (2002, 425) “Makna menfotokopi adalah membuat salinan barang cetakan atau barang tulisan lainya dengan menggunakan mesin fotokopi”. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005, 876) dinyatakan bahwa, “Menfotokopi bermakna
membuat reproduksi dengan mesin fotokopi”. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa menfotokopi adalah proses memperbanyak atau reproduksi koleksi perpustakaan dengan menggunakan mesin fotokopi. Bedanya dengan mencatat hanya terletak pada cara memperbanyaknya 2.2 Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan merupakan koleksi yang dimiliki oleh setiap perpustakaan untuk digunakan oleh pengguna yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pada Pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai
pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”. Koleksi perpustakaan tidak berdayaguna tanpa adanya pengguna maupun pengolah/penghimpun/pelayan. Sedangkan dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 66) dinyatakan bahwa : “Koleksi adalah sejumlah pustaka tentang suatu perkara tertentu, atau jenis tertentu yang dikumpulkan oleh seseorang atau suatu perpustakaan”. Yulia (1993, 3) mengemukakan bahwa: Koleksi perpustakaan merupakan kumpulan bahan perpustakaan yang dimiliki suatu perpustakaan yang dilayankan kepada pengguna. Ada beberapa jenis koleksi bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi dan telah dikelompokkan menurut jenisnya diantaranya adalah karya cetak, karya non cetak, karya dalam bentuk elektronik. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa koleksi perpustakaan adalah semua jenis bahan pustaka dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam yang dikumpulkan, diolah dan dilayankan kepada penggunanya. 2.2.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan sebagai sarana penyebar informasi tentu saja memiliki beberapa fungsi yang sama halnya dengan perpustakaan. Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 5) bahwa koleksi perguruan tinggi berfungsi, “Untuk melayani keperluan para mahasiswa dari tingkat persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta peneliti yang tergabung dalam perguruan tinggi bersangkutan”. Sedangkan menurut Siregar (2002, 3) fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut :
1.
2. 3. 4.
Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat/pengguna. Fungsi referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat/pengguna perpustakaan. Fungsi umum, dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan pengabdian kepada masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lainnya.
Sedangkan dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004, 30) dinyatakan bahwa fungsi koleksi adalah sebagai berikut: 1. Fungsi pendidikan Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada. 2. Fungsi penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir. 3. Fungsi referensi Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan referensi diberbagai bidang dan alat - alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi. 4. Fungsi umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi seluruh penggunanya, khususnya bagi perpustakaan perguruan tinggi keberadaan koleksi sangat penting bagi seluruh sivitas akademika, sehingga perpustakaan harus selalu berusaha mengadakan koleksi yang relevan bagi seluruh pengguna perpustakaan.
2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi juga meliputi segala koleksi tercetak dan elektronik. Kategori bahan perpustakaan menurut Sutarno (2006, 82) adalah: “Koleksi perpustakaan mencakup bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, bahan pustaka terekam, dan elektronik seperti kaset, video, piringan (disk), film, film strp, dan koleksi bentuk tertentu, seperti lukisan, alat peraga, globe, foto, dan lain-lain”. Sedangkan menurut Yulia (1993, 3) yang termasuk jenis bahan perpustakaan yang tercakup dalam koleksi perpustakaan adalah : 1. Karya Cetak Karya cetak adalah suatu hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak yaitu : a. Buku Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman. b. Terbitan berseri Terbitan Berseri merupakan bahan pustaka yang diterbitkan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Koleksi bahan pustaka berseri meliputi surat kabar, majalah, jurnal, dan laporan yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan dan triwulan. 2. Karya Noncetak / Karya Bukan Buku Karya noncetak atau karya bukan buku adalah hasil memikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, misalnya rekaman suara, rekaman video,rekaman gambar, dan sbagainya. karya noncetak ini akan menambah jumlah koleksi di perpustakaan dan memungkinkan perpustakaan pelayanan yang lebih pada pemakai. a. Karya dalam Bentuk Mikro Karya dalam bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahan pustaka yang mengunakan bantuan alat yang disebut microreader. b. Karya dalam Bentuk Elektronik Karya dalam bentuk elektronik adalah informasi yang dituangkan ke dalam media elektronik, misalnya pita magnetic dan cakram atau disc.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi yang dilayangkan kepada pengguna baik koleksi dalam bentuk tercetak seperti buku dan terbitan berseri, koleksi non cetak seperti rekaman suara, gambar hidup, dan rekaman video, bahan grafika, bahan kartografi, mikrofilm, dan mikrofis. Karya dalam bentuk elektronik seperti pita magnetis, cakram atau disc, dan koleksi lainnya. Semua koleksi tersebut dapat digunakan oleh pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasinya. 2.3 Pengguna Perpustakaan Pada dasarnya perpustakaan tidak akan ada artinya apabila tidak ada pengunjung yang memanfaatkan atau menggunakan bahan pustaka/koleksinya yaitu pengguna. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 9 dinyatakan
bahwa,
“Pemustaka
adalah
pengguna
perpustakaan
yaitu
perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”. Kualitas suatu perpustakaan dapat di ukur dengan tingkat kunjungan pengguna ke perpustakaan dan bagaimana perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Sedangkan menurut Hermawan dan Zen (2006, 13) “Pengertian pengguna secara sederhana adalah orang atau badan yang akan menggunakan perpustakaan”. Adapun tipe pengguna menurut Lasa HS (1994, 31) adalah : a. Mereka yang membutuhkan informasi, tetapi tidak mengetahui kemana mencarinya. b. Mereka yang membutuhkan informasi, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara memburu, mencari informasi itu. c. Mereka yang membutuhkan informasi, mengetahui tempat dan mengetahui cara mencarinya. Akan tetapi setelah menemukannya tidak mampu menggunakan sumber informasi tersebut.
d. Mereka yang memerlukan informasi, mengetahui tempat dan mengetahui caranya, namun belum mampu memanfaatkan sumber itu semaksimal mungkin. Pengguna perpustakaan adalah seluruh masyarakat maupun orang-orang yang berkecimpung atau terdaftar sebagai anggota di perpustakaan tersebut yang membutuhkan informasi. Karateristik jenis pengguna perpustakaan secara umum menurut Djatin (1996, 8) adalah : 1. Mahasiswa Pada umunya sering menggunakan buku dari pada majalah yang memberikan penjelasan mengenai topik-topik tertentu. 2. Mahasiswa Pasca Sarjana Yang mencari informasi untuk penelitian sesuai dengan bidang-bidang mereka. 3. Para Dokter Tenaga medis yang bekerja di rumah sakit yang bekeja di rumah sakit yang memiliki kesibukan dengan kegiatan atau klinisnya. 4. Dosen atau Peneliti Para dosen yang memerlukan informasi untuk keperluan belajar atau mengajar sedangkan peneliti memerlukan informasi untuk mengetahui sejauh mana telah orang untuk digunakan dalam menentukan langkah yang akan di ambil selanjutnya. 5. Pengamat Mencari informasi mengenai topik-topik yang banyak diminati orang. 6. Bidang-bidang Khusus Orang yang mencari informasi mengenai penelitian dimasa lalu dengan motivasi atau sasaran belajar seumur hidup. 7. Masyarakat Umum Untuk menambah pengetahuan dan mencari informasi serta hiburan. 8. Industri dan Pemasaran Untuk mengetahui perkembangan teknologi industry. Pengguna perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi dua sebagimana di kemukakan Hemawan dan Zen (2006, 16) yaitu: a. Pengguna Potensial (potential users) Pengguna potensial adalah pengguna yang ditargetkan dan seharusnya menjadi pengguna. Misalnya pada perpustakaan sekolah sebagai pengguna potensialnya adalah semua guru dan siswa, pada
perpustakaan perguruan tinggi pengguna potensialnya adalah dosen dan mahasiswa, sedangkan pada perpustakaan umum pengguna potensialnya adalah warga masyarakat yang tinggal di wilayah dimana perpustakaan tersebut berada. b. Pengguna Aktual (actual users) Pengguna aktual adalah mereka yang telah menggunakan perpustakaan, baik pengguna aktual aktif yaitu pengguna yang secara teratur (reguler) berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan, maupun pengguna aktual pasif yaitu pengguna yang menggunakan perpustakaan ketika ada kebutuhan atau mendapat tugas dari guru, dosen ataupun pihak lain. (Hermawan dan Zen, 2006, 16) . Senada dengan pendapat di atas, (Hermawan dan Zen, 2006, 17) mengelompokkan pengguna perpustakaan menjadi dua kategori, yaitu: a. Pengguna Internal (internal users) Pengguna internal merupakan pengguna potensial atau yang telah menjadi anggota perpustakaan. Misalnya mahasiswa dan siswa merupakan pengguna internal dari perpustakaan universitas atau perpustakaan sekolah. b. Pengguna Eksternal (external users) Pengguna eksternal adalah pengguna perpustakaan yang bukan menjadi target layanan. Misalnya pada sebuah perpustakaan umum, masyarakat dari wilayah lain merupakan pengguna eksternal, begitu juga mahasiswa atau siswa yang mengunjungi perpustakaan lain yang bukan perpustakaan universitas atau sekolahnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karateristik pengguna perpustakaan terdiri dari mahasiswa, para dokter, dosen atau peneliti, pengamat, industri dan pemasaran. Dan pengguna perpustakaan dapat dikelompokkan dengan pengguna potensial, aktual, internal dan eksternal.
2.4 Pelayanan Perpustakaan Perpustakaan perguruan tinggi adalah lembaga yang didirikan dengan tujuan untuk melayani mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkannya. Pada hakikatnya layanan perpustakaan dengan berorientasi kepada pengguna maka layanan perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan informasi pengguna secara tepat dan akurat, yaitu melalui penyediaan bahan pustaka dan penyediaan sarana penelusurannya. Dari usaha ini diharapkan kepuasan pengguna atas layanan informasi yang diberikan dapat tercapai. Sedangkan dari sisi kepentingan perpustakaan maka tujuan diselenggarakan layanan perpustakaan pada umumnya adalah agar bahan pustaka yang disediakan perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakai. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi kegiatan layanan perpustakaan adalah sebagai jembatan antara bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dengan pemakai yang membutuhkannya guna mengoptimalisasikan pemanfaatan bahan pustaka/sumber informasi yang ada. Menurut
Darmono
(2001,
134)
“Layanan
perpustakaan
adalah
menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”. Sedangkan menurut Sutarno (2006, 90) “Pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh pemakai dalam pemberian informasi”. Melalui pelayanan
perpustakaan
pengguna
dapat
memanfaatkan
informasi
yang
dimiliki
perpustakaan, baik di dalam maupun di luar perpustakaan. Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan yang menawarkan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna baik di dalam maupun di luar perpustakaan. 2.4.1 Sistem Layanan Perpustakaan Perpustakaan perlu menentukan sistem layanan yang akan digunakan, agar pengguna dapat memanfaatkan layanan dan koleksi perpustakaan dengan efektif. Dengan adanya penentuan sistem ini pengguna dapat mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi dan layanan yang dimiliki perpustakaan. Menurut Darmono (2001, 137) sistem layanan perpustakaan ada 2 (dua) yaitu: 1. Sistem layanan terbuka (opened access) 2. Sistem layanan tertutup (closed access) Kedua sistem di atas akan diuraikan pada uraikan berikut : 2.4.1.1 Sistem Layanan Terbuka Sistem layanan terbuka merupakan salah satu dari sistem layanan perpustakaan. Menurut Yusuf (1996, 135) “Sistem layanan terbuka adalah sistem yang memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk memasuki ruang koleksi dan memilih sendiri koleksi yang dibutuhkannya”. Sedangkan sistem layanan terbuka menurut Lasa (1994, 5) adalah “Suatu layanan yang memungkinkan pengguna untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih, mengambil sendiri koleksi yang sesuai”.
Dari
pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan terbuka
adalah suatu sistem yang
memberikan kebebasan kepada pengguna untuk
mencari sendiri informasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya setiap sistem memiliki keuntungan dan kerugian, begitu juga sistem layanan terbuka dalam pelaksanaanya memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Menurut Darmono (2001, 140) ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan menerapkan sistem layanan terbuka, antara lain: 1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi ; 2. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan ; 3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan ; 4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain. Walaupun banyak keuntungan yang diperoleh dari sistem layanan terbuka, namun ada kerugian menerapkan sistem layanan terbuka diperpustakaan antara lain : 1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika mereka melakukan browsing. Buku yang sudah di cabut dari jajaran rak dikembalikan oleh pemakai secara tidak tepat ; 2. Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem yang bersifat tertutup ; 3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas atau mobilitas pemakai lebih leluasa ; 4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai akses seperti peningkatan kehilangan atau perobekan bahan pustaka.
Sedangkan menurut Lasa (1994, 5) dalam sistem layanan terbuka memiliki keuntungan dan kerugian antara lain yaitu: Keuntungan : 1. Kartu-kartu katalog tidak segera rusak, karena sedikit yang menggunakannya. Pada umumnya mereka langsung menuju ke rak buku untuk memilih sendiri. 2. Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu mengambilkan. Pustakawan hanya mencatat dan kemudian mengembalikan buku-buku yang telah dibaca di tempat maupun yang dikembalikan hari ini 3. Judul-judul yang diketahui dan dibaca lebih banyak 4. Akan segera diketahui judul buku yang sedang dipinjam, nama dan alamat peminjam 5. Apabila calon peminjam tidak menemukan buku tertentu yang dicari, maka saat itu dia dapat memilih judul lain yang relevan 6. Kecil sekali kemungkinan terjadi salah paham antara petugas dan peminjam Kerugian : 1. Frekuensi kerusakan lebih besar 2. Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang lain memerlukan jarak yang longgar 3. Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus sering mengadakan reshelving 4. Pemula yang datang ke perpustakan itu untuk mencari buku sering bingung. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan terbuka merupakan sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari, memilih dan mengambil sendiri koleksi yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini meringankan tugas petugas layanan perpustakaan karena tidak dibebani pekerjaan mencari koleksi dari jajaran rak. Namun sistem layanan terbuka membutuhkan ruangan yang lebih luas dan keamanan yang lebih baik karena kemungkinan buku hilang relatif lebih besar. Dengan demikian, sistem layanan terbuka ini memiliki keuntungan begitu
juga sebaliknya terdapat kerugian yang disebabkan terjadinya interaksi pengguna dengan koleksi perpustakaan. 2.4.1.2 Sistem Layanan Tertutup Selain sistem layanan terbuka, perpustakaan juga dapat menerapkan sistem layanan tertutup di perpustakaan. Sistem layanan tertutup menurut Soeatminah (1991, 131) adalah : Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memperbolehkan pengunjung perpustakaan masuk ke ruang koleksi, tetapi pengunjung boleh memilih pustaka yang ingin dipimjam melalui katalog perpustakaan dan setelah ditemukan sandi bukunya dapat diminta pada petugas untuk mengambilnya. Sedangkan menurut Lasa (1994, 5) “Sistem layanan tertutup adalah suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri akan koleksi perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam dapat dipilih melalui daftar/katalog yang tersedia koleksinya akan diambil oleh petugas”. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan tertutup adalah sistem layanan yang tidak memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang ada di perpustakaan. Koleksi yang dibutuhkan harus dicari melalui katalog, kemudian pengguna mencatat data buku yang dibutuhkan dan diberikan kepada petugas layanan untuk diambil dari jajaran koleksi. Menurut Yusuf (1996, 139) dalam pelaksanakannya sistem layanan tertutup memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan sistem layanan tertutup adalah sebagai berikut: 1. Letak buku di rak selalu terpelihara karena pengambilan buku dilakukan oleh petugas; 2. Angka kehilangan bahan pustaka atau buku dapat ditekan dengan memasukkan slip buku yang dipinjam ;
3. Tidak memerlukan petugas khusus untuk mengawasi pengunjung perpustakaan ; Selain keuntungan tersebut, sistem layanan tertutup juga memiliki beberapa kerugian, antara lain : 1. Pengunjung tidak akrab dengan bahan pustaka ; 2. Tidak puas memilih koleksi karena hanya lewat kartu katalog ; 3. Kartu katalog lekas rusak karena sering digunakan, berarti menambah tugas untuk selalu memperbaiki kartu katalog ; 4. Banyak buku yang kurang dikenal oleh pengunjung sehingga tidak pernah dipinjam. Sedangkan menurut Lasa (1994, 4) dalam pelaksanaan sistem layanan tertutup tersebut terdapat keutungan dan kerugian antara lain : Keuntungan: 1. Daya tampung koleksi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan yang lain lebih dekat 2. Susunan buku lebih teratur dan tidak mudah rusak 3. Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem layanan terbuka 4. Tidak memerlukan meja baca di ruang koleksi Kerugian : 1. Banyak energi yang terserap di bagian sirkulasi ini 2. Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar.dipinjam 3. Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya salah pengertian antara petugas dan peminjam 4. Antrian meminjam maupun mengembalikan buku dibagian ini sering berjubel. Keadaan ini berarti membuang waktu. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem layanan tertutup merupakan sistem yang tidak memperbolehkan pengguna untuk mencari dan mengambil sendiri koleksi yang dibutuhkan dari jajaran koleksi, melainkan harus melalui petugas perpustakaan sehingga kerapian dan kehilangan buku lebih terjamin. Namun layanan tertutup kurang memberikan kepuasan kepada pengguna karena memilih koleksi dengan kartu katalog.
2.5 Jenis Layanan Perpustakaan berupaya untuk menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada umumnya pelayanan yang diselenggarakan perpustakaan perguruan tinggi adalah layanan referensi, layanan sirkulasi, layanan audiovisual, layanan terbitan berseri, layanan deposit. 2.5.1 Layanan Referensi Pada dasarnya pelayanan referensi merupakan pemberi bantuan oleh petugas referensi kepada pengguna perpustakaan dalam menelusur, merujuk informasi dalam berbagai subjek. Dengan adanya pelayanan ini memungkinkan pengguna lebih mudah mendapatkan informasi secara optimal dan relevan sesuai dengan kebutuhannya. Adapun Sumardji (1992, 111) menyatakan bahwa layanan referensi sebagai berikut: 1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan yang khusus menyajikan koleksi referensi kepada para pemakai perpustakaan. 5. Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai/pengunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara: 6. Menerima pertanyaan-pertanyaan dari para pemakai perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi 7. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai 8. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi. Ada persamaan dengan apa yang dinyatakan oleh Rahayuningsih (2007, 103) dalam pendapatnya bahwa: Layanan referensi adalah suatu kegiatan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yaitu dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi referensi.
Keterangan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan di perpustakaan dengan cara membimbing dan membantu para pengguna dalam menggunakan bahan pustaka koleksi referensi. Menurut Rahayuningsih (2007, 104) pelayanan referensi mempunyai tujuan, fungsi dan penunjang, pemaparan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan layanan referensi a. Memungkinkan pengguna menemukan informasi secara cepat dantepat. b. Memungkinkan pengguna menelusur informasi dengan pilihah yang lebih luas. c. Memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi denganlebih tepat guna. 2. Fungsi layanan referensi a. Informasi, Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi. b. Bimbingan, Memberikan bimbingan untuk menemukan bahan pustaka yang tepat sesuai dengan minat pengguna. c. Pengarahan/instruksi, Memberikan pengarahan dan bantuan pada pengguna mengenai cara menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi. 3. Penunjang, Untuk menunjang tujuan dan fungsi layanan referensi, diperlukan: a. Petugas perpustakaan yang cakap. b. Koleksi referensi yang memadai dan disajikan dalam rak terbuka serta mudah dicapai. c. Kerja sama antar perpustakaan. Keterangan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi memiliki beberapa tujuan, fungsi dan penunjang dalam tercapainya kegiatan layanan referensi yaitu sebagai pemberi pengarahan dan bantuan menggunakan perpustakaan maupun koleksi referensi.
Menurut Sumardji (1992, 28) setiap bahan pustaka koleksi referensi. Berdasarkan macam dan isi informasinya uraian berikut merupakan bentuk dari jenis koleksi referensi, yaitu: Almanak, Buku pegangan, Buku tahunan, Direktori, Ensikloped, Kamus, Sumber biografi, Sumber geografi, Bibliografi, Indeks dan abstrak, Lain-lainnya seperti : terbitan pemerintah pusat, penerbitan pemerintah daerah, karya-karya ilmiah/penelitian, kliping atau guntingan artikel tentang berbagai bidang berita/informasi/pengetahuan tertentu dari surat-surat kabar, brosur-brosur, pamflet, press release, dan lain-lain. Dari uraian para ahli di atas dapat dinyatakan banyak ragam terdapat jenis koleksi referensi dan kesemuanya itu hanya sebagai bahan rujukan yang dapat dibaca di tempat dan tidak dapat dipinjam atau dibawa keluar dari perpustakaan. 2.5.1 Layanan Sirkulasi Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris “circulation” yang mempunyai arti perputaran, peredaran. Sedangkan dalam ilmu perpustakaan, kata sirkulasi sering dikenal dengan pemanfaatan bahan pustaka. Menurut Bafadal-Ibrahim (2000, 24) “Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan
kepada
pemakai
perpustakaan
dalam
proses
peminjaman
dan
pengembaliaan bahan pustaka.” Menurut Buku Pedoman Umum Pengolahan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 34) “Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan diluar perpustakaan. ”Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 97) “Sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun dibawah keluar perpustakaan.”
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sirkulasi adalah kegiatan yang harus ada di dalam perpustakaan yang berhubungan dengan bagiaan peminjaman dan pengembaliaan bahan pustaka agar dapat dipergunakan oleh pengguna secara maksimal. Agar perpustakaan dapat memainkan peranya dengan baik/berdaya guna maka perpustakaan harus didukung oleh sarana, prasarana serta tenaga kerja pengelolah yang handal. Untuk itu tenaga pengelolah perpustakaan perguruan tinggi perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan mengelolah perpustakaan perguruan tinggi khususnya pada bagian pelayanan sirkulasi. Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruaan Tinggi (2004, 6) Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayangkan koleksi perpustakaan kepada para pemakai atau pengguna perpustakaan dengan berbagai macam kegiatan seperti: 1. Membuat peraturan mengenai pemakaian/peminjaman koleksi, misalnya yang mengatur : a. Siapa saja yang boleh ,memakai fasilitas perpustakaan b. Syarat-syaratnya apa saja c. Hak-haknya apa saja d. Lamanya jangka waktu peminjaman e. Banyaknya koleksi bahan pustaka yang boleh dipinjam keluar oleh setiap orang/anggota perpustakaan. f. Sanksi-sanksi bila terlambat mengembalikan pinjaman bahan pustaka ataupun bila terjadi pelanggaran terhadap peraturan perpustakaan. 2. Membuat pengumuman tentang pendaftaran anggota perpustakaan langsung tertulis diperpustakaan. 3. Melakukan penagihan kepada para anggota perpustakaan yang belum mengembalikan pinjamannya, padahal sudah habis batas waktu peminjamanya dengan cara ditagih langsung ataupun lewat surat tagihan. 4. Mencatat dengan tertib dan teratur semua pemasukan uang pendaftaran anggota perpustakaan maupun uang denda keterlambatan
pengembalian koleksi pustaka, untuk kemudian menyetorkannya kepada yang berwenang ataupun pimpinan perpustakan. 5. Melayani permintaan “Surat Bebas Pinjaman Pustaka(SBPP)” kepada para anggota perpuastakan yang memerlukan untuk keperluan studi. 2.5.2.1 Prinsip dan Tujuan Pelayanan Sirkulasi Layanan sirkulasi adalah sebagai salah satu layanan pengguna. Prinsipprinsip utama pelayanan pengguna yang baik tetap dipergunakan sebagai pedoman sebagaimana yang dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruaan Tinggi (2004, 7) bahwa prinsip-prinsip pelayanan pemakai adalah : a. Berorientasi kepada pemakai: Pemilihan sistem, bentuk dan pelayanan pemakai lebih ditekankan atas dasar kebutuhan dan kepentingan pemakai. b. Bersifat universal: Pelayanan pemakai yang baik adalah yang memandang pemakai sebagai keseluruhan dan bukannya sebagai individu. Oleh sebab itu keseragaman keadilan dan pemerataan haruslah diperhatikan dalam pelayanan. c. Menggunakan disiplin: Pelaksanaan pelayanan pemakai dan berfungsi secara maksimal apabila diikuti dengan kedisiplinan baik pada pihak pemakai maupun pada pihak petugas perpustakaan. d. Cepat, tepat dan mudah: Pelayanan pemakai yang baik adalah dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan mudah sehingga untuk itu perlu diselenggarakan tertib administrasi yang teratur, terarah, cermat, tetapi tidak membingungkan. Adapun tujuan dari pelayanan sirkulasi menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000 , 99) antara lain: 1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin 2. Mudah untuk mengetahui siapa yang meminjam koleksi tersebut, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain maka akan segera dapat diketahui alamat sipeminjam atau dinantikan pada waktu pengembalian. 3. Terjaminya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas, dengan demikian keadaan pustka akan terjaga.
4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi. 5. Apabila terjadi pelanggaran segera diketahui. Dengan adanya tujuan pelayanan sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif, pengawasan terhadap bahan pustaka akan kemudahan dilakukan dan koleksi perpustakaan akan terjaga karena diketahui siapa peminjam koleksi, waktu pengembalian yang jelas dan pelanggaran dapat diketahui dengan segera. 2.5.2.2 Fungsi dan Tugas Pelayanan Sirkulasi Untuk dapat melaksanakan kegiatan perpustakaan maka harus disesuaikan fungsi dan masing-masing petugas pelayanan sirkulasi. Fungsi dan tugas pelayanan
sirkulasi
sangat
penting
karena
dapat
membantu
pengguna
perpustakaan memperoleh bahan pustaka dan dapat melindungi bahan pustaka. Adapun fungsi perpustakan perguruan tinggi menurut Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5) adalah sebagai berikut: 1. Pusat pelestariaan ilmu pengetahuan 2. Pusat belajar 3. Pusat pengajaran 4. Pusat penelitian 5. Pusat penyebaran informasi Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut diatas, maka bagian pelayanan sirkulasi melaksanakan tugas sebagai berikut : a. Menerima bahan pustaka dari bagian pengelolahan. b. Menyimpan bahan pustaka menurut susunan yang sesuai dengan peraturan. c. Menyimpan kartu katalog pada rak/lemari katalog sesuai dengan peraturan. d. Melakukan pendaftaran peminat/pengguna bahan pustaka. e. Melayani calon dan anggota perpustakaan. f. Melayani peminjaman dan penagihan. g. Mengenakan denda pada anggota yang terlambat mengembalikan.
h. Secara berkala meneliti dan menggumpulkan bahan pustaka yang rusak untuk diperbaiki. i. Membuat laporan tertulis dan statistik secara berkala. j. Menyampaikan laporan kepada kepala perpustakaan. Dengan adanya rincian tugas layanan sirkulasi diatas, diharapkan pustakawan dapat memahami dan melakukan tugasnya dengan baik, sehingga informasi yang dicari pengguna dapat diperoleh dengan cepat. 2.5.1
Layanan Terbitan Berseri Menurut buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi (1999, 40) pelayanan terbitan berseri adalah “Kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya jurnal, surat kabar, majalah, dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu”. Dalam pelayanan terbitan berseri, baik surat kabar, tabloid, jurnal ataupun majalah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Tata ruang Perpustakaan perlu menentukan ruang untuk koleksi terbitan berseri. Ruang tersebut dapat bergabung dengan ruang koleksi buku atau dipisahkan antara ruangan untuk koleksi buku dan terbitan berseri. 2. Akses pengguna terhadap koleksi Koleksi hendaknya diusahakan agar ditempatkan pada tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh pengguna, misalnya dengan menempatkan koleksi terbitan berseri didekat pintu masuk perpustakaan. 3. Informasi susunan koleksi Perpustakaan hendaknya membuat informasi tentang susunan koleksi atau berupa petunjuk nomor klasifikasi atau abjad. 4. Promosi terbitan berseri Informasi yang ada pada terbitan berseri hendaknya dipromosikan agar informasi terkini dapat tersampaikan kepada pengguna dengan cepat. Promosi dapat dilakukan dengan display/ pemajangan terbitan berseri, fotokopi daftar isi jurnal atau majalah, atau fotokopi artikel (Rahayuningsih 2007, 122).
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menempatkan terbitan berseri pada perpustakaan perlu memperhatikan tata ruang dalam penempatannya serta perlu pengolahan dalam penyajian koleksinya agar dapat dimanfaatkan dengan cepat. akses pemakai terhadap koleksi, informasi susunan koleksi, dan mengadakan promosi terhadap koleksi tersebut demi tercapainya tujuan ahir dari perpustakaan itu sendiri. Terbitan berseri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Pengelompokkan terbitan berseri tergantung pada informasi yang terdapat di dalamnya. Pengelompokkan tersebut antara lain: 1. Majalah komersial, 2. Majalah ilmiah, 3. Majalah lokal atau lingkungan sendiri, 4. Advances in…Year’s work in, 5. Surat kabar, 6. Buku tahunan, 7. Seri monograf., 8. Proseding., 9. Transaction dan memoar. (Saleh 1996, 9). Berdasarkan penggolongan terbitan berseri menurut para ahli, maka dapat diketahui layanan terbitan berseri sangat perlu dimiliki perpustakaan karena terbitan berseri lazimnya memuat informasi yang cepat dan peristiwa yang aktual dan mutahir. Selain hal tersebut frekuensi terbitan berseri umumnya lebih cepat dari pada buku, sehingga pengguna dapat mengetahui jenis dari terbitan berseri yang cocok dan sesuai kebutuhannya. 2.5.2
Layanan Audiovisual Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan tidak hanya memiliki
pelayananan sirkulasi, referensi dan terbitan berseri akan tetapi, juga menyediakan layanan audiovisual. Koleksi pada layanan ini memerlukan sarana pendukung dalam penyajian informasi yang dikandungnya.
Adapun tujuan penyelenggaraan layanan audiovisual dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 90) adalah : 1. Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan rekreasi. 2. Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan. 3. Meningkatkan kualitas penyampaian informasi dan pesan pendidikan. 4. Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka audiovisual disamping bahan bacaan. Pada layanan audiovisual juga memiliki bahan dan perlengkapan sebagai sarana pendukung dalam sistem operasinya dan memiliki kriteria yang dapat dibedakan atas tiga kelompok: 1.
2.
3.
Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (transparancy), dan bahan perpustakaan renik. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optik. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya menampilkan citra disertai bunyi, misalnya, kaset/cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor film. (Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004, 90).
Dari pemaparan para ahli di atas memberi makna bahwa layanan audiovisual adalah salah satu pelayanan yang terdapat pada perpustakaan bertujuan sebagai sarana dalam memotivasi pengguna memanfaatkan fasilitas perpustakaan dan meningkatkan kualitas penyampaian informasi pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi. Koleksi audio visual harus memiliki sarana pendukung dalam sistem operasinya dan memiliki kriteria dalam menampilkan informasinya.
2.5.3
Layanan Deposit Layanan deposit berfungsi menyimpan hasil karya yang diterbitkan suatu
daerah. Menurut Hasmaniah (1998, 15) “Deposit yaitu pusat penyimpanan bahan pustaka yang menyangkut suatu daerah baik yang diterbitkan disuatu daerah maupun di tempat lain”. Sedangkan dalam Buku Panduan Koleksi Perpustakaan Daerah (1992, 30) “Koleksi deposit adalah pusat penyimpanan bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah propinsi dimana perpustakaan daerah berdominasi : bahan perpustakaaan yang berisi tentang aspek-aspek di wilayah tersebut”. Adapun dasar hukum penyelenggaraan layanan deposit adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1991 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam pada Pasal 1 dinyatakan bahwa: “Perpustakaan Daerah adalah perpustakaan yang berkedudukan di ibukota Propinsi yang diberikan tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan Daerah”. Selanjutnya dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: 1. Setiap penerbit yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia yang menghasilkan karya cetak, wajib menyerahkan karya cetaknya sebanyak 2 (dua) buah setiap judulnya kepada Perpustakaan Nasional dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan. 2. Setiap warga negara Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan di luar negeri, wajib menyerahkan 2 (dua) buah setiap judul kepada Perpustakaan Nasional. 3. Penyerahan hasil karya cetak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah diterbitkan.
Salah satu jenis koleksi deposit merupakan hasil serah-simpan yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No 4 Tahun 1990 Pasal 2 dinyatakan bahwa : 1. Setiap pengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesia wajib menyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah proses rekaman selesai. 2. Dalam hal karya rekam tersebut menggunakan bahan baku yang memerlukan penyimpanan secara khusus, maka kewajiban menyerahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan kepada Perpustakaan Nasional atau badan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. 3. Ketentuan mengenai badan penyimpanan hasil rekaman sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan pengertian dasar hukum penyelenggaraan layanan deposit di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan daerah mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan daerah. Selain itu penerbit dan pengusaha rekaman berkewajiban menyerahkan hasil karya cetak dan karya rekam kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah. Jika di lihat dari pandangan perpustakaan perguruan tinggi layanan deposit adalah layanan yang diberikan suatu perpustakaan dengan hasil karya yang diterbitkan oleh sivitas akademika untuk dilayankan kepada pengguna. Sintesis: yang dimaksud dengan Pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah aktivitas/kegiatan dalam menggunakan atau memanfaatkan koleksi perpustakaan yang tersedia di perpustakaan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan indikator yang digunakan sebagai berikut: 1). Intensitas kunjungan mahasiswa ke
perpustakaan 2). Koleksi perpustakaan 3). Pelayanan perpustakaan 4). Fasilitas perpustakaan yang tersedia. 2.6 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2010, 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Sugihartono (2007, 74) “belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya”. Menurut Ngalim (2006, 102) “belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan”. Wina (2009, 112) “belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari”. Syaiful Bahri Djamarah (2008, 13) juga berpendapat bahwa “belajar merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku dari hasil dari pengalaman individu dan lingkungannya yang temasuk dalam kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Menurut W.S.Winkel (1987, 36) dalam Max Darsono (2000, 4) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Definisi belajar yang dikemukakan oleh Winkel, pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman, bahwa perubahan itu terlihat atau tidak, bertahan lama atau tidak, baik kearah positif maupun kearah negatif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari 2.6.1 Pengertian Prestasi Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari usaha. Menurut
Muhibbin Syah, “Prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program” (2010, 141). Menurut Sumadi Suryabrata (2006, 297) prestasi adalah “Nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu”. Sejalan dengan pendapat di atas, Syaiful Bahri Djamarah (2006) mengemukakan
bahwa
Prestasi
adalah
“Penilaian
pendidikan
tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”. Berdasarkan kesimpulan dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari usaha atau tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan belajar siswa selama masa tertentu dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dengan adanya prestasi tersebut, maka siswa dapat melihat seberapa jauh kemampuan yang diperolehnya dalam proses belajar mengajar. 2.6.2 Pengertian Prestasi Belajar Menurut Sumadi Suryabrata (2006, 25) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu latihan, pengalaman yang harus didukung oleh kesadaran”. Hal senada dikemukakan Winkel (2004, 15) bahwa prestasi belajar adalah “Hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”. Menurut Muhibbin Syah (2010, 144) “Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Jadi prestasi belajar merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Dari pendapat di atas, pengertian tersebut menunjukkan bahwa Prestasi belajar adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh dosen untuk melihat sampai dimana kemampuan mahasiswa dalam mengikuti kurikulum pembelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai. 2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara umum menurut Baharuddin (2009, 19) faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar dibedakan menjadi dua kategori yaitu: 1. Faktor Internal : merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi Prestasi Belajar individu. Faktorfaktor internal ini terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. 2. Faktor Eksternal : Dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk guru, administrasi dan Teman Sebaya, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga seperti ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, status sosial ekonomi. Sedangkan lingkungan nonsosial terdiri dari lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran. Menurut Slameto (2010, 54) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan. 2. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Menurut
Muhibbin
Syah
(2006,
144)
dalam
psikologi
belajar,
mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:
1. Faktor internal Faktor ini berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang meliputi faktor fisiologis (yang bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang bersifat rohani). a. Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani seseorang yang menandai tingkat kesehatan organ-organ tubuh dan sendisendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan kesehatan organ tubuh, khususnya organ indera pendengar dan penglihatan akan sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. Jika kondisi kesehatan sendiri kurang sehat, maka mahasiswa tersebut tidak akan dapat berkonsentrasi dikarenakan perhatiannya beralih pada ketidaknyamanan tubuh yang dirasakan. b. Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis diantaranya faktor rohaniah yang dianggap lebih penting. Faktor-faktor ini seperti: tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal terdapat dua macam yaitu: a. Lingkungan sosial : Lingkunagan sosial mencakup lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga. b. Lingkungan nonsosial : Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan dalam belajar. 3. Faktor pendekatan belajar Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan mahasiswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran. Menurut Ngalim (2006, 102) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu : 1. Faktor Sosial meliputi : faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajarmengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial 2. Faktor individual antara lain : kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1) Faktor internal: Faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal : Kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1) Faktor internal yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan. 2) Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya lingkungan sosial seperti lingkungan sosial di kampus yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa yang lain, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
2.7 Batas Minimal Prestasi Belajar Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Terdapat beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan mahasiswa setelah mengikuti proses belajar, beberapa norma tersebut antara lain yaitu norma skala angka dari 0 sampai 10, norma skala angka dari 10 sampai 100 dan norma prestasi belajar dengan menggunakan simbol huruf A, B, C, D, dan E. Untuk norma huruf, di Indonesia kebanyakan dipakai pada perguruan tinggi. Skala huruf ini dipakai untuk menetapkan indeks prestasi (IP) mahasiswa, baik pada semester maupun pada akhir penyelesaian studi. Simbol huruf dari prestasi belajar mahasiswa tersebut dapat diterjemahkan menjadi simbol angka seperti yang tertera pada tabel di bawah ini; Tabel. 1 Perbandingan Nilai Angka, Huruf dan Predikatnya. Simbol-Simbol Huruf Predikat Nilai Angka 3,1 – 4 A Sangat Baik 2,1 – 3 B Baik 1,1 – 2 C Cukup 1 D Kurang 0 E Gagal Sumber: Muhibbin Syah (200, 221)
Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan norma prestasi belajar yang menggunakan simbol huruf yang menggambarkan IPK mahasiswa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai mahasiswa yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh pengajar untuk mengukur prestasi belajar.
2.8 Pengukuran Prestasi Belajar Pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala tertentu suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui pembelajaran. Pengukuran ini digunakan oleh seorang pendidik untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun non test. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu yang dianggap benar (Zainul dan Nasution, 1997). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh. IPK dihitung pada tiap akhir semester. Dalam kegiatan pembelajaran, mahasiswa dikatakan berhasil atau tidak, salah satu caranya dengan melihat nilai-nilai hasil perolehan mahasiswa dalam Kartu Hasil Studi (KHS). Angka-angka maupun huruf-huruf dalam Kartu Hasil Studi (KHS) mencerminkan Prestasi Belajar atau sejauh mana tingkat keberhasilan siswa mengikuti kegiatan belajar. Menurut Sugihartono (2007, 130) menyatakan: Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku mahasiswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan guru atau dosen lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang
mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para mahasiswa, yang lebih dikenal dengan prestasi belajar. Penilaian merupakan salah satu kegiatan dalam proses belajar. Menurut Sudjana (2005, 3) ”Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan – tujuan pengajaran”. Menurut Djiwandono (2002, 339) ”Penilaian prestasi belajar siswa memiliki lima tujuan yaitu: 1. Sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau semangat siswa. 2. Umpan balik bagi siswa 3. Umpan balik bagi guru 4. Memberi informasi kepada orangtua 5. Sebagai informasi untuk seleksi 2.8.1 Tujuan Pengukuran dan Penilaian Prestasi Belajar Menurut Sudrajat (2008) tujuan pengukuran dan penilaian prestasi belajar yaitu: a. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan peserta didik yang satu dengan yang lainnya sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment). b. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di bidang tertentu. c. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi. d. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi
yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu tenaga pengajar menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan. e. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diperoleh dari penilaian hasil belajar seluruh mata kuliah yang pernah ditempuh semenjak semester pertama sampai dengan semester terakhir (saat dilakukan perhitungan IPK). Dihitung dengan rumus:
Keterangan: ΣK kum = Jumlah SKS keseluruhan mata kuliah yang diambil seorang mahasiswa mulai semester pertama sampai evaluasi terakhir. Σ(K x N) kum = Jumlah angka kualitas dari nilai terbaik mulai semester pertama sampai pada evaluasi terakhir. Sintesis: yang dimaksud dengan Prestasi Belajar adalah suatu usaha mengetahui penguasaan materi kuliah dengan mempertimbangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mencerminkan kompetensi mahasiswa yang hasilnya berupa nilai rata-rata hasil belajar yang menggambarkan kadar daya serap belajar mahasiswa. Dengan indikator sebagai berikut: 1). Nilai A, predikat sangat baik 2). Nilai B, predikatnya baik 3). Nilai C, predikatnya cukup 4). Nilai D, predikatnya kurang 5). Nilai E, predikatnya gagal.