BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Price Earning Ratio (PER) a. Pengertian Price Earning Ratio (PER) Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang (1997: 24), “Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasarsuatu saham dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan”. Price earning ratio merupakan hubungan antara pasar saham dengan earning per share saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham (Garrison, 1998:788). Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas pengertian price earning ratio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. b. Kegunaan dan Manfaat dari Price Earning Ratio Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga
Universitas Sumatera Utara
saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002:96). Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio adalah sebagai berikut (Arifin, 2002: 87):
2. Current Ratio Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya). Menurut
Darsono (2005: 52), “semakin tinggi rasio lancar, kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar”. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas.
Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan
untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.
Leverage
a.
Defenisi dan Tujuan Penggunaan Leverage Menurut Warsono (2003: 204), “Leverage adalah setiap penggunaan aset dan
dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap”. Beban tetap ini dapat berupa bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari luar (modal asing),sedang apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin,akan menanggung beban tetap berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi). Kalau perusahaan menyewa suatu aktiva tetap
kepada pihak lain, maka
konsekuensinya harus membayar biaya tetap berupa biaya sewa. Menurut Warsono (2003: 204), “Tujuan perusahaan menggunakan leverage adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham biasa (pemilik perusahaan)”. Disisi lain, dengan adanya harapan terhadap peningkatan pengembalian sebagai dampak atas penggunaan asset maupun dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap, maka kenaikan leverage inijuga akan meningkatkan resiko atau arus pendapatan bagi pemegang saham biasa. Menurut Warsono (2003: 205), “Analisis leverage berusaha menganalisis dampak penggunaaan aset tetap dan sumber pembelanjaan dari luar terhadap pengembalian dan resiko”. b. Jenis-Jenis dan rumus dari leverage Dalam Warsono (2003: 205), “ada tiga macam analisis leverage dalam manajemen keuangan yaitu : 1) Analisis leverage Operasi (Operating Leverage) 2) Analisis Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Universitas Sumatera Utara
3) Analisis Leverage Total/Kombinasi Total (Total/combined Leverage) Ad.1). Analisis Leverage Operasi Menurut Warsono (2003: 213), “Leverage operasi dapat dedefenisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh perubahan dalam penjulan terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan”. Ini berarti analisis leverage operasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya operasi tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka dikatakan perusahaan menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak disebut dengan degree of operating leverage atau disingkat menjadi DOL. Rumus untuk menghitung DOL.
Yang dapat diformulasikan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
Setelah menghitung nilai degree of operating leverage, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan degree of operating leverage. degree of operating leverage dapat diartikan jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah sebesar m% x DOL. Jadi degree of operating leverage menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap laba operasinya. Ad.2). Analisis leverage Keuangan Sementara itu perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar dari pada perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana denga biaya tetap ini disebut dengan degree of financial leverage (DFL). Menurut Warsono (2003: 217), “leverage keuangan didefenisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan (EPS). Ada dua macam biaya keuangan tetap yang dapat ditemukan di dalam perusahaan yaitu: bunga atas hutang dan dividen atas saham preferen. Kedua biaya ini harus tetap dibayar tanpa menghiraukan jumlah EBIT yang tersedia untuk membayarnya. Semakin besar dana yang berasal dari luar yang disertai dengan beban keuangan tetap seperti obligasi, hipotek dan dividen saham preferen maka akan semakin besar pula beban keuangan yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan seberapa besar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan laba per lembar saham (EPS). Rumus untuk menghitung DFL:
Yang dapat diformulasikan menjadi :
Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun) sebesar n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x DFL. Jadi DFL menunjukkan tingkat sensitivitas EBIT terhadap EPS. Ad.3). Analisis Leverage Total/Kombinasi Total (Total/combined Leverage) Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Degree combined leverage adalah multiplier atas perubahan laba per lembar saham (EPS) karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of combined leverage (DCL) adalah rasio antara persentase perubahan EPS dengan persentase perubahan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Yang dapat diformulasikan menjadi :
ATAU
DCL = DOL x DFL
Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS. Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of combined leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam hubungannya untuk menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko perusahaan secara keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karena penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan menyebabkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai perusahaan dan juga kemakmuran pemegang saham menurun.
Universitas Sumatera Utara
4. Dividend Payout Ratio. a. Pengertian Dividend Payout Ratio Dividen adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan (Henry Simamora, 2000, 423).
Menurut Hanafi (2004: 361), “Dividen merupakan
kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Menurut Indriyono dan Basri (2002: 232), “dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase”. Semakin tingginya dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal
financial
karena
memperkecil laba ditahan.Tetapi
sebaliknya, dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal perusahaan semakin kuat. b. Faktor-faktor dan Kontroversi Mengenai Dividend Payout Ratio Menurut Indriyono dan Basri (2002: 233) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Faktor likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio 2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambil dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio. 3) Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi Tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang dipeoleh diprioritaskan untuk penambahan kas. 4) Faktor pengawas Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawasan cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio. 5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah Ketentuan-ketentuan itu yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun yang berkaitan dengan pembayaran deviden 6) Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham. Apabila para pemegang saham adalah golongan dari ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila para pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
Ada tiga hal yang dibahas dalam pendapat/kontrofersi mengenai pembagian dividen dalam kaitannya nilai saham yaitu: 1) Dividen harus dibagikan dalam jumlah sebesar-besarnya dalam rangka menaikan saham,
Universitas Sumatera Utara
2) Dividen dibagi atau tidak dibagi adalah sama, 3) Dividen tidak perlu lagi. c.
Rumus Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan
yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003). Dividend payout ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan Dividend payout ratio berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Para investor yang mengharapkan dividen biasanya berinvestasi untuk jangka panjang dan mempunyai ketertarikan khusus dengan perusahaan tersebut. ratio
Dividen payout
ini digunakan untuk mengukur berapa besar bagian dari laba bersih
perusahaan yang digunakan sebagai dividen (Umar, 2003: 115). Dividen payout ratio akan memperlihatkan seberapa besar keputusan dalam penentuan kebijakan dividen. Rumus untuk menghitung dividend payout ratio adalah:
5. Return on Equity(ROE) Profitability/Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba. Salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat Profitabilitas perusahaan adalah ROE).
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari
investasi yang ditanamkan pemegang saham. (L. Thian Hin, 2001: 64). ROE sering disebut rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Darsono (2005,57), “ROE menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham”. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalkan suku bunga Bank Indonesia.
Rumus yang digunakan untuk
mengukur rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukug
penelitian ini adalah Inggit
Kusuma Wijaya (2006) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Abdul Kholid (2006) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-saham Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Tinjauan penelitian terdahulu dapat dilhat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Nama peneliti (Tahun penelitian)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel penelitian
Inggit Kusumaputra ⋅ Variabel Independen : (2006) Growth (tingkat pertumbuhan laba), Sd Growth (standar deviasi tingkat pertumbuhan laba), ROI (Return on Investment), FLEV (Financial Leverage) dan ROE (Return on Equity) ⋅ Variabel Dependen : Price Earning Ratio
Abdul Kholid (2006)
⋅ Variabel Independen : Pertumbuhan penjualan, Pertumbuhan Return on Equity, Dividend Payout Ratio, Tingkat suku bunga Sertifiakat Bank Indonesia, Pertumbuhan Debt to Equity Ratio, dan Pertumbuhan Return On Investment ⋅ Variabel Dependen : Price Earning Ratio
Hasil penelitian . Variabel Growth (tingkat pertumbuhan laba), ROI (Return on Investment), dan ROE (Return on Equity) berpengaruh signifikan terhadap variabel PER
Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan ROE, Devident Payout Ratio, Tingkat suku bunga SBI, dan Pertumbuhan ROI berpengaruh secara signifikan
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas maka kerangka konseptual penelitian adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
2.
Current Ratio (X1) Total Leverage (X2) Dividend Payout Ratio (X3)
Price Eaning Ratio
Return on Equity(X4)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004: 13). Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu likuiditas, leverage, dviden payout ratio dan Return on Equity , serta satu variabel dependen price earning ratio. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Likuiditas terhadap Price Earning Ratio Menurut Darsono(2005,52), “Current ratio adalah kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki”. Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Kasus yang paling nyata adalah pada sektor
Universitas Sumatera Utara
perbankan, di mana kalau nasabah secara besar-besaran mengambil dana jangka pendek (rush), bank tersebut akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada akhirnya akan menyebabkan kebangkrutan. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa likuiditas yang dihitung atas dasar current ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. 2) Leverage terhadap Price Earning Ratio Menurut warsono (2003,217), “dalam financial leverage, penggunaan sumber dana tetap yang memiliki beban tetap seperti hutang jangka panjang dan modal saham dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham”. Financial leverage dapat didefenisikan sebagai penggunaan potensial biaya–biaya keuangan tetap untuk meningkatkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba perlembar saham. Semakin besar dana yang berasal dari luar yang disertai dengan beban keuangan tetap seperti obligasi, hipotek dan dividen saham preferen maka akan semakin besar pula beban keuangan yang digunakan untuk menentukan sebarapa besar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan laba per lembar saham (EPS). Dana keuangan tetap yang semakin besar dan EBIT perusahan yang meningkat dapat memperkecil laba bersih perusahaan sehingga hal itu dapat mengurangi nilai perusahaan. Jika hal itu terjadi harga saham perusahaan akan menurun
Universitas Sumatera Utara
dan itu akan menurunkan PER. Jadi dalam penelitian ini leverage mempunyai pengaruh negarif terhadap PER 3) Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio Arus kas yang diterima oleh investor atau pemegang saham sehubungan dengan kegiatannya di pasar modal adalah dividen dan hasil penjualan kembali suatu saham. Dividen yang diterima investor atau pemegang saham besarnya tergantung pada Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Saham dengan dividen yang tinggi merupakan salah satu faktor yang menarik bagi investor sehingga dapat menaikkan harga saham. Kenaikan harga saham akan meningkatkan PER. Jadi diduga Dividend Payout Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap PER 4) Return on Equity terhadap Price Earning Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan pemegang saham. (L. Thian Hin, 2001: 64) ROE sering disebut rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Seperti rasio profitabilitas lainnya, ROE diharapkan mempunyai pengaruh positif terhadap PER.
Universitas Sumatera Utara
2. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara bahwan current ratio, leverage, dividend payout ratio dan return on equity berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap price erning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008.
Universitas Sumatera Utara