Bab II Perencanaan dan Perancangan Studi Penelitian Suci Dwijayanti, 10/305626/PTK/06812 Suatmo , 10/305626/PTK/06812 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta
1.1
PENDAHULUAN
Ikut berperan serta dalam penelitian adalah sesuatu hal yang menarik dan bermanfaat karena melalui penelitian, ilmuwan berusaha menjawab pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, mendeskripsikan bagaimana sesuatu bekerja dan pada akhirnya meningkatkan cara hidup. Meskipun demikian, para peneliti terutama peneliti pemula akan merasa terbebani dengan banyaknya keputusan yang perlu dibuat dalam konsteks penelitian. Pada tahap perencanaan saja, biasanya ada puluhan isu yang berkaitan dengan penelitian yang perlu ditangani, hal tersebut tergantung pada kompleksitas dan ruang lingkup penelitian tersebut. Selain isu-isu yang berkaitan dengan penelitian, peneliti juga perlu mempertimbangkan masalahmasalah logistik dan administrasi seperti kapan penelitian akan dilaksanakan, apakah perlu mempekerjakan staf riset dan lain sebagainya. Bab ini akan fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan penelitian yang paling sering dihadapi oleh para peneliti di semua bidang ilmiah ketika merencanakan dan merancang studi penelitian. 1.2
MEMILIH TOPIK PENELITIAN
Langkah pertama dalam merancang suatu penelitian adalah memutuskan apa yang harus diteliti. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peneliti dalam memutuskan topik apa yang akan mereka teliti, antara lain bidang ilmu dan keahlian yang ditekuni peneliti tersebut. 1.2.1
Keminatan
Peneliti biasanya memilih topik penelitian berdasarkan keminatan mereka pada suatu bidang. Banyak peneliti menjadi tertarik pada ide-ide penelitian tertentu hanya dengan mengamati dunia di sekitar mereka. Hal ini didorong oleh keingintahuan seorang peneliti tentang suatu fenomena, yang selanjutnya memberikan motivasi untuk memilih topik penelitian tersebut. 1.2.2
Pemecahan Masalah
Sejumlah ide penelitian juga dapat berasal dari motivasi peneliti untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam kehidupan kita, biasanya sering dijumpai suatu situasi yang menarik perhatian dan perlu dicarikan suatu solusi untuk memperbaiki atau mengubahnya. Penelitian yang berkaitan dengan pemecahan masalah memiliki manfaat tambahan yang berkaitan dengan kegunaan praktis.
1.2.3
Penelitian Sebelumnya
Para peneliti juga memilih topik penelitian berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, baik yang dilakukan oleh mereka sendiri ataupun oleh orang lain. Melalui paparan hasil penelitian, yang biasanya diterbitkan dalam bentuk jurnal, seorang peneliti dapat mengembangkan ide penelitian pada bagian tertentu. Sebagian besar penelitian berasal dari usaha peneliti untuk membangun, memperluas, atau menjelaskan kembali hasil penelitian sebelumnya. Sehingga dikenal istilah “penelitian melahirkan penelitian". 1.2.4
Teori
Teori dapat berperan sebagai sumber ide penelitian. Teori adalah konsep atau definisi dari suatu fenomena, yang selanjutnya menggabungkan semua hal tentang fenomena tersebut menjadi sebuah pernyataan atau pertanyaan. Dalam konteks penelitian, teori berfungsi sebagai sumber yang memperkaya hipotesis, yang dapat dibuktikan secara empiris. 1.3
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah menentukan topik yang akan diteliti, langkah selanjutnya dalam fase perencanaan adalah mengkaji literatur yang berkaitan dengan topik tersebut. Tujuan utama dari tinjauan pustaka adalah untuk membantu peneliti memahami dan menjadi akrab dengan topik yang mereka teliti. Tinjauan pustaka mutlak diperlukan ketika merencanakan suatu penelitian karena tinjauan pustaka dapat membimbing peneliti ke arah yang tepat, dengan cara menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan topik penelitian. Apakah peneliti lainnya pernah membahas topik ini? Apa hasil yang mereka sarankan? Apakah peneliti sebelumnya menemukan kesulitan metodologis pada penelitian di masa yang akan depan? Apakah penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada topik tersebut, jika iya, dalam hal apa?. Secara keseluruhan, tinjauan pustaka harus dapat menjawab pertanyaan yang terkait dengan penelitian sehingga dapat membantu menentukan rentang waktu penelitian. Sering kali setelah melakukan tinjauan pustaka, peneliti menemukan kenyataan bahwa topik penelitian yang akan mereka lakukan telah pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga, peneliti perlu mengubah fokus atau metodologi penelitian mereka. 1.4
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan. Kriteria perumusan masalah yang baik adalah menghubungkan dua atau lebih variabel, berbentuk pertanyaan dan dapat diuji secara empiris. Cara yang efektif untuk menghindari kebingungan dalam merumuskan pertanyaan penelitian adalah dengan menggunakan definisi operasional. Definisi operasional bersifat spesifik untuk studi yang khusus pula. Melalui definisi operasional, peneliti dapat secara spesifik dan jelas mengidentifikasi apa (atau siapa) yang diteliti. Keuntungan menggunakan definisi operasioanal adalah membantu untuk memastikan bahwa setiap orang berbicara tentang hal yang sama. Hal ini akan sangat membantu peneliti-peneliti lain yang akan menggunakan hasil penelitian. 1.5
HIPOTESIS
Langkah berikutnya dalam merencanakan penelitian adalah membuat hipotesis yang akan diuji. Hipotesis berusaha menjelaskan, memprediksi, dan mengeksplorasi hal yang diminati. Dalam berbagai studi, hipotesis berupaya untuk menjelaskan, meramalkan, dan menjelajahi hubungan antara dua atau lebih variabel. Untuk tujuan tersebut, hipotesis dapat dianggap sebagai tebakan dari peneliti
berkaitan dengan penelitian sehingga harus dibuat secara secara logis sesuai dengan permasalahan penelitian. Ada dua poin penting dalam hipotesis, yaitu semua hipotesis harus falsifable dan membuat prediksi (tentang hubungan dua variabel, yang selanjutnya diuji secara empiris dengan mengumpulkan dan menganalisis data). 1.5.1
Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
Hipotesis nol selalu memprediksi bahwa tidak akan ada perbedaan antara kelompok yang diteliti (Kazdin, 1992). Namun, jika studi penelitian tersebut tidak melibatkan kelompok peserta penelitian, melainkan hanya menguji variabel terpilih, hipotesis nol akan memprediksi bahwa tidak akan hubungan antara variabel yang diteliti. Sebaliknya, hipotesis alternatif selalu meramalkan bahwa akan ada perbedaan antara kelompok yang diteliti (atau hubungan antara variabel yang diteliti). Jumlah hipotesis nol dan alternatif yang ada pada studi penelitian tergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas penelitian dan pertanyaan-pertanyaan khusus yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ilmiah, perlu diingat bahwa hipotesis nol yang diuji selanjutnya akan dikonfirmasi (ditolak atau tidak ditolak). Peneliti biasanya berusaha untuk menolak hipotesis nol, yang secara empiris menunjukkan bahwa kelompok yang diteliti berbeda dari variabel yang diteliti. 1.5.2
Hipotesis Directional dan Hipotesis Nondirectional
Pada penelitian yang melibatkan sejumlah peneliti, keputusan untuk menggunakan hipotesis directional atau indirectional berdasarkan pada apakah peneliti memiliki ide yang sama tentang bagaimana kelompok yang diteliti akan berbeda. Secara spesifik, peneliti menggunakan hipotesis nondirectional ketika mereka percaya bahwa kelompok akan berbeda, tetapi mereka tidak memiliki keyakinan tentang bagaimana kelompok tersebut akan berbeda. Sebaliknya, peneliti menggunakan hipotesis directional jika mereka percaya bahwa kelompok akan berbeda dan mereka memiliki keyakinan bagaimana kelompok tersebut berbeda. 1.6
MEMILIH VARIABEL UNTUK PENELITIAN
Langkah selanjutnya dalam perencanaan penelitian adalah mengidentifikasi variabel yang menjadi fokus penelitian. Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda seperti IQ, berat dan lain sebagainya. Sedangkan segala yang tidak bervariasi atau tidak memiliki nilai yang berbeda disebut sebagai konstanta. Ada banyak kategori variabel yang muncul pada penelitian. 1.6.1
Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel independen adalah faktor yang dapat dimanipulasi dan dikontrol oleh peneliti, yang memiliki dua tingkatan yaitu ada atau tidak ada. Tingkatan ini bukan sesuatu yang baku, sehingga dalam penelitian dimungkinkan memiliki variabel independen lebih dari dua tingkat atau multi level. Dalam variabel independen, poin yang perlu diingat adalah bahwa peneliti tertarik meneliti dampak dari variabel independen terhadap sesuatu dan sesuatu itu adalah variabel dependen. Variabel dependen adalah ukuran sebagai dampak dari variabel independen. Cara yang paling mudah untuk membedakan variabel independen dan dependen adalah bahwa variabel independen sebagai “penyebab” dan variabel dependen sebagai “efek”. Sebagai contoh jika menyatakan pertanyaan penelitian Anda dengan cara berikut: "Apa dampak dari __________di__________?" Kosong yang pertama adalah variabel independen dan yang kedua adalah variabel dependen. Jadi variabel independen disebut “independen” karena bersifat bebas terhadap keluaran yang diukur atau menjadi penyebab sedangkan yang dipengaruhi oleh variabel independen adalah variabel dependen. Perbedaan variabel independen dan dependen dapat dilihat pada defines riset atau penelitian. Penelitian adalah
pengujian terhadap hubungan antara satu atau lebih variabel independen dan satu atau lebih variabel dependen. Peneliti memilih variabel independen atau variabel dependen berdasarkan logika pada perumusan masalah dan hipotesis. 1.6.2
Variabel Pasti dan Variabel Kontinu
Variabel pasti adalah variabel yang dapat mengambil nilai-nilai tertentu hanya dalam rentang nilai yang telah ditetapkan. Misalnya, "gender "adalah variabel pasti karena Anda bisa saja menjadi laki-laki atau perempuan, Anda tidak bisa menjadi keduanya. Berbeda dengan variabel pasti, variabel kontinu adalah variabel yang secara teoritis dapat mengambil nilai sepanjang rentang. Misalnya, "umur" adalah variabel kontinu, karena secara teoritis seseorang dapat berusia berapa pun. Dalam penelitian, peneliti sering memutuskan untuk mengkonversi variabel kontinu menjadi variabel pasti, Sebagai contoh, daripada menggunakan "umur" sebagai variabel kontinu, peneliti memutuskan untuk mengubahnya menjadi variabel pasti dengan menciptakan kategori diskrit usia "di bawah umur 40 "atau" usia 40 tahun atau lebih ". Penggunaan variabel kontinu memberi ruang pada peneliti untuk mengakses data yang lebih spesifik sehingga derajat ketelitiannya lebih baik. 1.6.3
Variabel Kuantitatif dan Variabel Kualitatif
Variabel kualitatif adalah variabel yang bervariasi dalam jenis, sedangkan variabel kualitatif adalah variabel yang bervariasi dalam jumlah. Tidak semua variabel dibahas di sini, tapi yang perlu diingat bahwa variabel tunggal dapat masuk ke dalam beberapa kategori yang telah dibahas di atas. Sebagai contoh, variabel "tinggi" merupakan variabel kontinu (Jika diukur sepanjang rentang kontinu) dan kuantitatif (karena kita mendapatkan informasi mengenai jumlah tinggi). 1.7
PESERTA PENELITIAN
Memilih partisipan merupakan salah satu aspek paling penting dari tahap perencanaan dan perancangan sebuah studi penelitian. Kebutuhan jumlah partisipan (yang mungkin agak sulit untuk penelitian yang berskala besar yang membutuhkan partisipan yang banyak) merupakan sesuatu yang sulit, Peneliti harus memilih partisipan yang tepat, cara suatu individu dipilih untuk berpartisipasi dan cara partisipan ditempatkan pada kelompok yang diteliti akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kesimpulan yang diperoleh. Kebutuhan akan partisipan dan penugasan partisipan tersebut pada suatu grup akan dilakukan setelah peneliti memilih rancangan penelitian yang tepat. Satu hal yang perlu diingat, tidak semua penelitian menggunakan partisipan manusia. 1.7.1
Memilih Partisipan Penelitian
Pada penelitian yang melibatkan partisipan orang, pemilihan peserta studi sangat penting. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan partisipan yaitu pertanyaan penelitian yang sedang diselidiki, rancangan penelitian yang digunakan, ketersediaan jumlah yang sesuai dan jenis partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Ada beberapa kesulitan yang muncul ketika peneliti menggunakan kelompok yang sudah ada sebelumnya atau menargetkan orang-orang tertentu untuk dimasukkan dalam studi penelitian. Kesulitan utamanya adalah bahwa hasil studi tidak mungkin akan digeneralisasikan ke kelompok lain atau individu lain (yaitu kelompok atau individu yang tidak dalam penelitian ini). Prosedur utama yang digunakan peneliti untuk memilih sampel yang mewakili disebut “pemilihan acak”. Pemilihan acak adalah suatu prosedur dimana partisipan dipilih dari populasi sehingga setiap anggota populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih berpartisipasi dalam penelitian. Ada dua hal penting yang perlu diingat tentang pemilihan acak, pertama pemilihan acak sering sulit untuk diselesaikan kecuali populasi yang ada lebih kecil. Kedua, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Prosedur yang umum dilakukan para peneliti adalah berusaha untuk memastikan bahwa sampel partisipan dalam penelitian tersebut sama dengan keseluruhan populasi dimana sampel tersebut diambil. 1.7.2
Penugasan Partisipan ke Grup
Setelah populasi didefinisikan dan perwakilan sampel dipilih secara acak dari populasi. Langkah selanjutnya adalah menugaskan partisipan tersebut ke grup yang menjadi studi penelitian. Para peneliti biasanya menggunakan cara yang efektif untuk menugaskan partisipan ke studi penelitian dengan menggunakan prosedur “penugasan acak”. Penugasan acak adalah memasukkan partisipan ke grup pada penelitian sehingga setiap patisipan memiliki probabilitas yang sama untuk ditugaskan pada setiap grup studi. Penugasan acak merupakan cara yang efektif untuk mengukur grup yang berada dalam penelitian ekuivalen. Salah satu aspek penting dalam penelitian grup adalah mengisolasi efek dari variabel independen. Untuk mencapai hal tersebut, grup ekperimental harus identik dengan grup kontrol, kecuali untuk variabel independen. Tujuan utama memiliki grup ekuivalen adalah untuk memastikan bahwa variabel pengganggu tidak menginterferensi interprestasi dari hasil studi. Walaupun menggunakan penugasan acak dengan sampel yang besar dapat diasumsikan menghasilkan grup yang ekuivalen, tapi akan sangat bijaksana jika meneliti secara statistik apakah kedua grup tersebut benar-benar ekuivalen. Hal ini dilakukan dengan membandingkan dua grup dengan variabel pengganggu untuk melihat apakah grup tersebut berbeda secara signifikan. Jika ditemukan dua grup tidak ekuivalen, peneliti harus memastikan bahwa hal tersebut tidak memberikan efek pada interpretasi hasil studi. 1.8
PERTIMBANGAN MULTIKULTURAL
Seorang peneliti yang telah memiliki kompetensi multikultural menyadari bahwa perbedaan yang ada pada partisipan yang berkaitan dengan penelitian, meliputi ras, etnis, bahasa, orientasi seks, jenis kelamin, umur, cacat, kelas sosial, edukasi dan agama. Pertimbangan multikultural penting dalam dua hal yang berbeda ketika melakukan penelitian. Pertama, pertimbangan multikultural sering memiliki pengaruh yang besar pada pilihan peneliti tentang pertanyaan penelitian dan desain penelitian (bahkan peneliti tidak menyadari ditentukan oleh pertimbangan multikultural dalam keputusan yang diambil). Kedua, multikultural penting dalam seleksi dan komposisi dari sampel partisipan yang digunakan secara khusus dalam penelitian. 1.8.1
Multikulturalisme dan Peneliti
Adanya kebutuhan peneliti untuk mencapai kompetensi multikultural sehingga diperlukan sejumlah langkah untuk mencapai kompetensi tersebut. Langkah pertama dalam mencapai kompetensi multikultural adalah menyadari bagaimana cara pandang mereka sendiri mempengaruhi pilihan dalam pertanyaan penelitian mereka. Selain itu, mencakup pandangan peneliti terhadap budaya sendiri dan pandangan tentang
budaya lain. Peneliti juga perlu menyadari pertimbangan multikultural ketika menentukan teknik penilaian dan instrumen untuk penelitian mereka. Akhirnya, ketika menafsirkan data dan menarik kesimpulan, peneliti perlu mempertimbangkan peran budaya dan hipotesis budaya. Para peneliti juga harus sadar tentang keterbatasan budaya dan generalisasi hasil penelitian. 1.8.2
Multikulturalisme dan Partisipan Studi
Pada bagian sebelumnya, kita menekankan pentingnya pertimbangan multikultural dalam hal merumuskan pertanyaan penelitian, memilih rancangan penelitian yang tepat, memilih strategi penilaian, dan menganalisis data dan menarik kesimpulan. Pada bagian ini, kita akan fokus pada pertimbangan multikultural yang terkait dengan pemilihan partisipan penelitian yang membentuk sampel penelitian. Pemerintah Amerika bahkan mengeluarkan NIH guidelines tentang keikutsertaan partisipan dalam penelitian biomedis dan kelakukan dengan cara memunculkan informasi tentang individu dari kedua jenis kelamin dan dari latar belakang ras dan etnis yang beragam. Menurut Kantor Perlindungan Dari Penelitian Risiko, yang merupakan bagian dari US Department of Health and Human Services, keterlibatan perempuan dan minoritas pada penelitian akan membantu meningkatkan generalisasi dari hasil temuan penelitian dan memastikan bahwa perempuan dan minoritas juga mendapatkan manfaat dari penelitian. Meskipun Pedoman NIH hanya berlaku untuk studi yang dilakukan atau didukung oleh NIH, semua peneliti dan lembaga penelitian mendorong keterlibatan perempuan dan kelompok minoritas dalam studi penelitian mereka.
REFERENCES Marczyk Geoffrey,David DeMatteo, David Festinger, Essentials of Research Design and Methodology, John Willey and Sons, New Jersey, 2005.