BAB II METODE SIMULASI DAN PEMAHAMAN SISWA
A. Metode Simulasi 1. Pengertian Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata “simulate” yang memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga “simulation” yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja.1Roestiyah NK., memberikan batasan simulasi dengan tingkah laku berbuat seperti yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu.2 2. Prinsip Metode Simulasi Dalam
metode
simulasi
terdapat
prinsip-prinsip
simulasi
diantaranya adalah: a. Dilakukan oleh kelompok
siswa, tiap kelompok mendapat
kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. b. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masingmasing. c. Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru.
1
Armai Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : ciputat press, 2002), hlm. 182. 2 Rustiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke 4, hlm. 22.
23
24
d. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. e. Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis.3 3. Tujuan Metode Simulasi Tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis belajarnya adalah sebagai berikut: a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan
kenyataan
yang
sesungguhnya.
Tujuannya
untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilanketrampilan reaktif. b. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka. c. Belajar melalui balika. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain atau pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan. d. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat
memperbaiki
keterampilan-keterampilan
mereka
mengulanginya dalam penampilan berikutnya.4
3
Tukiran dan Efi Miftah Faridli, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 41. 4 Ibid, hlm. 40.
dengan
25
4. Jenis-jenis Metode Simulasi Simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: a. Sosiodrama Sosiodrama
adalah
suatu
cara
mengajar
dengan
jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Metode
pembelajaran
tersebut
yaitu
bermain
peran
untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya.5 b. Psikodrama Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.6 c. Role Playing Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik 5
Tayar Yusuf Dan Sayiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997). hlm. 54. 6 Ibid, hlm. 54.
26
yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.7 d. Peer Teaching Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.8 e. Simulasi Game Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan.9 5. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Metode Simulasi a. Persiapan Simulasi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan simulasi, yaitu : 1) Menetapkan topik dan tujuan. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. 3) Guru menjelaskan peranan dan waktu masing - masing.
7
Ibid, hlm. 55. Ibid, hlm. 55. 9 Ibid, hlm. 55. 8
27
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.10 b. Pelaksanaan Simulasi 1) Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa yang memerankannya. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian seolah-olah dalam situasi yang sebenarnya dan sekaligus sebagai penilai. 3) Guru memberikan bantuan barangkali ada di antara pemain mendapat kesulitan. 4) Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar percaya diri dan mampu memainkan peranan. 5) Menghentikan simulasi setelah sampai pada tahap akhir.11 c. Penutup 1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. 2) Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. 3) Merumuskan kesimpulan. 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: a) Aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. 10
Armai Arif, op.cit., hlm. 184. Armai Arif, op.cit., hlm. 185.
11
28
b) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas-aktivtas simulasi sendiri tanpa bantuan siswa. c) Memungkinkan eksperimen tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d) Tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam bentuk aktivitas. e) Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. f) Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya. g) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. h) Simulasi melatih siswa agar mampu berfikir kritis.12 Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: a) Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset. b) Sering mendapatkan kritik dari orang tua karena aktivitas ini melibatkan permainan. c) Simulasi menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel. d) Simulasi menghendaki banyak imaginasi dari guru dan siswa.
12
Armai Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : ciputat press, 2002), hlm. 185.
29
e) Simulasi menghendaki hubungan yang inovatif antara guru dan murid.13 B. Pemahaman Siswa 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata “Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran.
14
Disini ada pengertian
tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti sesuatu bahan pelajaran,
seperti
menafsirkan,
menjelaskan
atau
meringkas
atau
merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. 15 Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Dan pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu: a. Tingkat Rendah : Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan bahasa Indonesia. b. Tingkat Menengah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa.
13
Ibid, hlm. 186. Plus A.Partanto M. Dahlan AL-Bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkolo, 1994), hlm. 279. 15 Muhammad Ali. Guru Dalam proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar baru Algensindo, 1996), hlm. 42. 14
30
c. Tingkat Tinggi
: Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang
diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif. Jadi dari pengertian tentang pemahaman siswa diatas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri materi pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain dalam standarisasi master learning. Master learning yaitu penguasaan secara keseluruhan bahan yang dipelajari (yang diberikan guru) untuk siswa, ini yang sering disebut dengan “Belajar Tuntas”. 16
16
S Nasution.M.A, Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar mengajar , (Jakarta: Bumi Aksara, 1982), hlm. 36.
31
C. Faktor Pemahaman Belajar Siswa Pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus merupakan awal dari suatu keberhasilan, karena pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus disertai seseorang siswa telah mengalami fase pemahaman pada materi yang diberikan guru sekaligus akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar yang ada disekolah17. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut : a. Tujuan Tujuan adalah pedoman sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Tujuan ini akan mempengaruhi pengajaran yang diberikan guru dan kepada kegiatan belajar siswa disekolah. Dalam hal ini tujuan intruksional khusus oleh guru yang berpedoman pada tujuan intruksional umum dan penulisan tujuan intruksional khusus ini dinilai sangat penting dalam proses belajar mengajar yang memiliki alasan sebagai berikut : 1) Mengatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam pembelajaran. 2) Menjamin dilaksanakan proses pengukuran dan penilaian yang tepat dalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa.
17
Ivor, K. Davies, Pengolahan Belajar, (Jakarta : CV Rajawali Press, 1991), hlm. 96-97.
32
3) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar. 4) Dan berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sebagai pedoman awal dalam belajar.18 Perumusan tujuan intruksional khusus (TIK) oleh guru yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil belajar (perilaku) anak yang bervariasi pula. Jika siswa telah mampu menguasai TIK melakukan tes formatif maka bisa dikategorikan sebagai anak yang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. b. Guru Guru adalah orang yang tugasnya yang terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek baik dari spiritual, emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya. Ada juga pengertian dari guru yaitu, Tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah.19 c. Anak didik Salah satu komponen dalam pengajaran disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting dalam hubungan proses belajar-mengajar.20
18
Ibid. hlm. 96-97. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 126. 20 Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 99-100. 19
33
d. Kegiatan pengajaran Adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.Kegiatan pengajaran ini meliputi bagaimana cara guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan dalam pendekatan metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal tersebut diperoleh dan digunakan secara tepat maka mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar.21 e. Bahan dan alat evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan terdapat dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan dalam rangka ulangan (evaluasi). Cara-cara alat evaluasi adalah : Benar-salah
(true-false),
Pilihan
ganda
(multiple
choice),
Menjodohkan (matching), Melengkapi (cora pletion), dan Essay.22 Yang mana guru tidak menggunakan satu alat evaluasi tetapi menggabungkan lebih dari satu ini untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dari setiap alat evaluasi. Penguasaan secara penuh (pemahaman) agar siswa mampu mengerjakan dan menjawab bahan evaluasi dengan baik. Maka siswa dapat diketahui atau dikatakan paham terhadap materi yang diberikan waktu lampau (lalu).
21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 129. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 130.
22
34
f. Suasana evaluasi Keadaan kelas yang aman, tenang dan disiplin waktu itu termasuk mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada ujian yang berlangsungkarena dengan pemahaman materi (soal) berarti dapat mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika tingkat pemahaman siswa itu berhasil maka proses belajar siswa tersebut akan tercapai.23
23
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 131.