BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai Kajian Teori, Kajian Penelitian yang Relevan, Kerangka Berfikir dan Hipotesis. Kajian Teori yang akan dipaparkan adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran SAVI. Kajian Penelitian yang Relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil penelitian yang pernah dikemukakan oleh peneliti terdahulu dan hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Kerangka Berpikir berisi konsep yang akan dipakai untuk memperoleh jawaban akan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan teoritis dan kajian hasil penelitian yang telah dikemukakan.
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau suatu nama studi di Perguruan Tinggi yang dikenal juga dengan istilah “social studies” dalam kurikulum di sekolah-sekolah negara lain, terlebih di negaranegara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar yang ada di Indonesia (Sapriya, 2009: 3). Dalam kurikulum pada tahun 1975 IPS adalah salah satu nama mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan dasar (SD) dan menengah (SMP dan SMA). Namun, pengertian IPS di jenjang pendidikan itu sendiri mempunyai perbedaan pengertian makna terkhusus antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Istilah IPS di jenjang persekolahan tersebut ada yang bermakna program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada juga yang merupakan gabungan (paduan) dari mata pelajaran dan disiplin ilmu.Perbedaan tersebut dapat pula diidentifikasikan dari perbedaan pendekatan yang dipakai pada masing-masing jenjang pendidikan tersebut (Sapriya, 2009: 3).
5
Berikut merupakan penjelasan IPS yang dikemukakan para ahli di bidang pendidikan dan IPS yang ada di Indonesia. a. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integritasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geograpi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. b. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: 1)menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, 2) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna. c. S. nasution mendefinisikan IPS Sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geograpi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial (Sapriya, 2009: 6). Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terkhusus untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar (karena objek yang digunakan adalah anak sekolah dasar) merupakan suatu mata pelajaran yang tersusun dalam kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam kehidupan bermasyarakat dengan aneka cabang ilmuilmu sosial dan kehidupan manusia (sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi, ilmu politik dan ekologi manusia) sehingga menjadi pelajaran yang mudah dipelajari.
2.1.2. Pembelajaran IPS A. Pembelajaran Dalam UU No. 20 Tahun2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Agus Supriyono (2009: 13) pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Pembelajaran juga merupakan upaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Pembelajaran mempunyai hakikat perencanaan sebagai usaha untuk membelajarkan siswa (Hamzah, 2010: 14). Berdasarkan pemahaman tersebut pembelajaran merupakan proses dan upaya menjadikan peserta didik atau siswa untuk belajar. Pembelajaran di sekolah merupakan cara menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan mempersiapkan menjadi warga Negara yang baik. B. Hakikat Pembelajaran IPS Istilah “Ilmu Pengetahuan IPS” atau yang sering dikenal dengan IPS, adalah suatu mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah sedangkan di perguruan tinggi dikenal dengan istilah “social studies” (Sapriya, 2009: 19). IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dari sejumlah disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai masalah sosial yang ada di sekitar (Sapriya, 2009: 20).Materi IPS untuk tingkat sekolah dasar tidak ditekankan pada aspek disiplin ilmu karena lebih ditonjolkan di sisi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik lebih bersifat holistik (Sapriya, 2009: 20). IPS merupakan suatu mata pelajaran yang menerapkan konsep-konsep dasar dari beberapa ilmu sosial serta disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat (Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh, 1999: 1). Dari uraian di atas pembelajaran IPS merupakan proses belajar yang menggabungkan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal. Sehingga peserta didik diharapkan memperoleh ilmu dan dapat melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan yang telah dipelajari. C. Tujuan Pembelajaran IPS Menurut Ichas Hamid Al-lamari dan Tuti Istanti (2006: 15) hakikat tujuan dari mata pelajaran IPS dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang. 2. Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan (skill) untuk mencari dan mengolah/ memproses informasi. 3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatankepada siswa untuk mengambil bagian/ berperan serta dalam kehidupan sosial. National Council For The Social Studies (NCSS) sebagai organisasi para ahli Social Studies merumuskan tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial sebagai alat pengembangan siswa untuk menjadi warganegara yang mempunyai pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang cukup untuk dapat berperan serta dalam kehidupan berdemokrasi dimana konsep mata pelajaran digali dan dipilih berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam beberapa hal termasuk juga humaniora dan sains (Ichas Hamid Al-lamari dan Tuti Istanti, 2006: 15). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang menggabungkan konsep-konsep dasar ilmu (geografi, antropologi, sejarah,dan psikologi) yang diajarkan pada jenjang pendidikan. Maka pembelajaran IPS adalah suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik atau guru untuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah sosial dan kewarganegaraan untuk diberikan disetiap jenjang pendidikan dengan menerapakan pembelajaran yang efektif dan efisien. D. Fungsi Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial juga masyarakat dari beberapa aspek kehidupan.untuk mengajarkan pembelajaran IPS yang baik, sudah seharusnya guru yang sebagai pendidik memahami dengan benar peranan dan fungsi dari mata pelajaran IPS. Fungsi dan peranan pembelajaran IPS diantaranya yaitu: 1. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsepkonsep IPS. 3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 4. Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya. 5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa. 6. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
7. Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS (Winataputra, 2007: 26). Dalam penelitian ini fungsi pembelajaran IPS adalah untuk mengajarkan sikap ilmiah dan mendidik siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, memupuk daya kreatif dan inovatif siswa serta memberi bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. E. Materi Pembelajaran IPS Tentang “Sejarah Uang” Materi diambil dari buku paket kelas 3 dengan judul “IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar kelas 3”.Buku tersebut juga digunakan oleh guru kelas 3 di SD tersebut. Adapun materinya sebagi berikut: 1. Alat tukar yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk membeli barang kebutuhan kita adalah uang. 2. Menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan disebut barter. 3. Kelemahan barter adalah: a. Sulit menemukan orang yang mempunyai kebutuhan yang sama. b. Tidak praktis. c. Sulit untuk menentukan harga barang yang akan ditukarkan dengan tepat. 4. Tidak semua barang bisa menjadi alat tukar, hanya barang yang dianggap berharga saja yang bisa menjadi alat tukar. 5. Barang-barang yang pernah menjadi alat tukar pada zaman dulu: a. Gigi anjing (di Papua Nugini). b. Gigi ikan paus (di Fiji). c. Kuda dan domba (di Rusia). d. Kerang (di India). 6. Ada beberapa kesulitan dalam menggunakan alat tukar berupa barang, sebagai berikut: a. Alat tukar barang yang beredar hanya berlaku di daerah masing-masing. b. Alat tukar barang kadangkala sulit untuk dicari, disimpan,atau dibawa. 7. Orang mulai membuat uang logam (uang koin) dan uang kertas. Uang logam pertama terbuat dari electrum (campuran dari 75% emas dan 25% perak).
Keuntungannya adalah jika uang tidak laku, uang dapat dilebur dan emasnya dapat digunakan.Uang logam diberi stempel raja yang menandakan bahwa uang tersebut sah menjadi alat tukar di daerah tersebut. 8. Uang logam pertama dibuat oleh bangsa Lydia (Turki) dan telah di gunakan pada abad ke-7 SM, sedangkan uang kertas dibuat pertama kali oleh bangsa Cina pada abad ke-1 Masehi. 9. Berdasarkan bahan pembuatannya, saat ini kita mengenal 2 macam uang, yaitu uang logam dan uang kertas. Uang kertas dan uang logam disebut uang kartal. Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank, berupa surat berharga (cek, giro, wesel pos dan kartu kredit). 10. Uang kertas dan uang logam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Uang Kertas dan Logam Jenis Uang Kertas
Logam
Kekurangan
Kelebihan Mudah dibawa.
*Mudah sobek. *Mudah dipalsukan.
*Kuat, tahan lama tidak
*Berat jika dibawa (kurang
mudah rusak.
praktis).
*Tidak mudah di palsukan. 11. Di Indonesia, uang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) yang berhak untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang. 12. Mata uang di Indonesia disebut Rupiah. 13. Supaya tidak mudah dipalsukan, uang dari pemerintahan diberi pengaman. Pengaman berfungsi sebagai penanda khusus. Penanda khususnya pada uang kertas asli adalah: a. Nilai nominal uang. b. Logo Bank Indonesia. c. Benang pengaman. d. Gambar pahlawan. e. Tanda tangan dewan gubernur Bank Indonesia. f. Gambar tempat wisata/ hasil kerajinan/ kegiatan tertentu.
g. Nomor seri uang. h. Tanda air yang terlihat bila muang kertas diterawang. 14. Membuat uang palsu adalah tindakan melanggar hukum. 15. Uang palsu adalah uang yang dicetak dan diedarkan oleh perorangan atau kelompok tertentu selain Bank Indonesia. 16. Uang kertas palsu pasti berbeda dengan uang asli. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengenali uang kertas palsu antara lain: *Dilihat Amati gambar dan warnanya. Jika uang kertas itu palsu, biasanya warnanya akan terlihat lebih kusam atau akan lebih mencolok dibandingkan dengan uang aslinya. *Diraba Jika uang itu asli, kertasnya akan terasa lebih tebal dan ada beberapa bagian yang timbul. Sedangkan uang palsu akan terasa halus. *Diterawang Dilihat apakah ada benang pengaman dab tanda airnya. Uang kertas palsu biasanya tidak ada benang pengaman maupun tanda airnya. 17. Hal yang harus dilakukan saat menemukan uang palsu adalah melapor kepada polisi atau Bank Indonesia. Kita tidak boleh menggunakan uang palsu tersebut. 18. Kegunaan atau fungsi uang adalah: a. Sebagai alat pembayaran yang sah. b. Sebagai alat menabung atau menyimpan kekayaan.
2.1.3. Pembelajaran dengan pendekatanSAVI A. Pengertian SAVI Menurut Dave Meier (2002: 2), pembelajaran tidak hanya meningkat dalam menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari, akan tetapi menghubungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran. Dave Meier (2002: 2) menamakan pembelajaran tersebut dengan pembelajaran SAVI.Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa (Suyatno, 2008: 65). Dalam pembelajaran SAVI, belajar itu harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu dengan menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.
Jadi pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang menekankan dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang ada dan pembelajaran tersebut dilakukan dengan aktivitas fisik ketika belajar sehingga siswa merasa senang dalam belajar juga siswa bisa lebih memahami apa yang telah dipelajari. B. Penerapan Pembelajaran SAVI Di dalam konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Jadi pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi semangat agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan demikian proses belajar menjadi bersifat internal dan unik di dalam diri siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa perilaku. Tidak semua pendekatan mengajar dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Dalam kenyataannya, banyak kelemahan dan hambatan pembelajaran di kelas yang terjadi antara pendidik atau guru dengan anak didik atau siswa ataupun antar siswa lain, sebagai contoh siswa kurang memperhatikan dan kurang memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Untuk mengatasi kelemahan dan hambatan tersebut maka dapat menerapkan pendekatan pembelajaran SAVI. Pendekatan
pembelajaran
SAVI
adalah
proses
belajar
dengan
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual serta penggunaan semua panca indera. Pendekatan pembelajaran SAVI adalah belajar dengan mengalami dan melakukan; bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemontrasikan, menggunakan media, dan alat peraga; dan intelektual yang bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Suyatno 2008: 23). Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerak fisik dan aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran.Unsur-unsur yang ada
dalam pendekatan pembelajaran SAVI adalah belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual.Jika keempat unsur yang ada di dalam SAVI ada dalam setiap pembelajaran maka siswa dapat belajar secara maksimal. a. Belajar Somatis Belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indera peraba, kinetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh saat belajar.Menurut penelitian, tubuh dan pikiran bukan merupakan dua bagian yang terpisah.Keduanya adalah satu kesatuan yang utuh.Intinya tubuh adalah pikiran dan sebaliknya pikiran adalah tubuh.Menghalangi fungsi tubuh dalam belajar berarti kita menghalangi fungsi pikiran secarautuh (Meier Dave 2002: 12). Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh dalam pembelajaran IPS, maka perlu diciptakan suasana belajar yang dapat membuat para siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari kegiatan pembelajaran.Misalnya dalam belajar somatis ini, siswa diminta oleh guru untuk menyebutkan nominal uang yang telah disiapkan oleh guru. b. Belajar Auditori Belajar
auditori
berarti
belajar
dengan
menggunakan
indera
pendengaran.Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif (Meier Dave 2002: 12).Dengan merancang pembelajaran IPS yang menarik secara auditori, guru dapat melakukan tindakan mengajak siswa untuk bernyanyi mengenai materi sejarah uang. c. Belajar Visual Belajar visual berarti belajar dengan menggunakan kemampuan penglihatan, dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat memproses informasi visual dari pada indera lain (Meier Dave 2002: 12).Dalam merancang pembelajaran IPS yang menarik kemampuan visual, guru dapat melakukan tindakan seperti memberi tugas kepada anak untuk mencari ciri-ciri uang yang sah yang ada di dalam uang kertas. d. Belajar Intelektual Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dilakukan oleh siswa dalam pikiran siswa secara internal ketika siswa menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan dengan pengajaran, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual
merupakan bagian untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun konsep (Meier Dave 2002: 12). Dalam proses belajar intelektual, siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi yang sudah dijelaskan oleh guru. Dalam penerapan pembelajaran SAVI semua unsur harus ada yaitu belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual.Dalam pembelajaran tersebut unsur yang digunakan bisa digunakan secara berurutan maupun tidak berurutan.Diharapkan dalam pembelajaran tersebut siswa bisa aktif dalam pembelajaran dan merasa senang dengan pembelajaran tersebut. c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI Pendekatan pembelajaran SAVI dalam penerapannya tidak terlepas dari kelebihan
dan
kekurangan
dibandingkan
dengan
pendekatan
lainnya
(konvensional/ ceramah).Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari pendekatan SAVI menurut Suyatno (2008: 42). 1. Kelebihan pendekatan pembelajaran SAVI a. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. b. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif. c. Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. d. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual. e. Pembelajaran lebih menarik dengan adanya permainan belajar. f. Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat bervariasi tergantung pada pokok bahasan, dan pembelajaran itu sendiri. g. Dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif (rasa senag dan semangat). h. Adanya keterlibatan pembelajaran sepenuhnya. i. Terciptanya kerja sama diantara pembelajaran. j. Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. 2. Kekurangan pendekatan pembelajaran SAVI a. Pendekatan pembelajaran ini sangat menuntut guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. b. Penerapan pendekatan pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar.
c. Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok bahasan materi pembelajaran. d. Pendekatan pembelajaran SAVI ini masih tergolong baru sehingga banyak pengajar guruyang belum menguasainya. e. Pendekatan pembelajaran SAVIcenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa ini minder. Pendekatan pembelajaran SAVI memang tidak sempurna selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.Dari segi kelebihan pembelajaran lebih menarik membuat siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran tapi dari segi kelemahan menuntut guru sempurna dan fasilitas yang mendukung.Terlepas dari kelebihan
dan
kekurangan
pembelajaran
SAVI
tersebut,
dalam
sebuah
pembelajaran yang dilakukan guru dikelas pastilah mengharapkan para siswa aktif dan senang terhadap pembelajaran tersebut tidak hanya siswa mendengar dan melihat (pembelajaran konvensional/ ceramah).Dalam penelitian ini diharapkan dengan kelebihan yang dimiliki pembelajaran SAVI berdampak positif bagi hasil belajar peserta didik.
2.1.4. Penerapan SAVI dengan Media Melihat, Bergerak, dan Bernyanyi Dalam kegiatan pembelajaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia menetapkan Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 yang berisi standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencangkup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran SAVI dengan media melihat, bergerak, dan bernyanyi tersusunlah standar proses sebagai berikut: A. Perencanaan Proses Pembelajaran Dalam perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 1. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. B. Pelaksanaan Proses PembelajaranSAVI dengan Media Melihat Bergerak dan Bernyanyi Untuk tahapan pelaksanaan proses pembelajaran terbagi menjadi 4 bagian. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pendahuluan Pada tahapan ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan dating, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Meliputi hal sebagai berikut; memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik yang positif, menciptakan lingkungan emosional yang positif, menciptakan lingkungan sosial yang positif, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatanhambatan belajar, banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu siswa, dan mengajak siswa terlibat penuh sejak awal. 2. Kegiatan inti Pada tahapan ini guru membantu siswa memahami materi sejarah uang dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra yaitu
dengan pembelajaran SAVI. Guru menjelaskan meteri pelajaran dengan ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Dengan ceramah guru mengarahkan pembelajaran ke dalam materi juga dengan tanya jawab kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang akan disampaikan. Guru
juga
menggunakan
gambar
untuk
memperdalam
pemahaman
materi.Gambar digunakan dalam pembelajaran supaya peserta didik bisa membayangkan secara nyata materi tersebut.Lirik lagu digunakan agar peserta semakin aktif dan kreatif karena tidak hanya lagu tapi juga dengan gerkan.Dengan gerakan juga lagu peserta didik semakin gembira dalam belajar dan juga aktif. 3. Kegiatan penutup Pada tahap ini guru membantu siswa untuk bisa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan sehingga hasil belajar akan terus meningkat.
Bersama-sama
dengan
siswa
membuat
rangkuman
pelajaran.melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan secara konsisten dan terprogram. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. C. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi perserta didik,serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan produk, portofolio, dan penilaian diri. D. Pengawasan Proses Pembelajaran Kegiatan pengawasan proses pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan dari pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman,
wawancara,
dan
dokumentasi.
Supervise
pembelajaran
diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. Hasil kegiatan pemantauan, supervise, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemantau kepentingan. Kegiatan tindak lanjut dengan penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.
2.1.5. Hasil belajar Belajar memiliki definisi sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi baru secara keseluruhan, hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2). Selain itu belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13).Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:127) belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan memakai berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Belajar adalah salah satu aktifitas mental yang berlangsung dalam berinteraksi dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap (Winkel, 2004: 59). Sedangkan menurut Udin S. (2008: 5) belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill) dan sikap (attitudes). Hasil belajar adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam proses belajar. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain merupakan hasil dari belajar (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 127). Nana Sujana (2008: 3) juga mengatakan hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar sebagai usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk mendapatkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan dimana perubahan tingkah laku hasil belajar yang bersifat positif. Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) mendefinisikan pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajarbagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dansikap. Menurut Udin S. Winataputra (2008: 18) pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiatif, memfasilitasi, dan meningkatkanintensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untukmenginisiatif,
memfasilitasi,
dan
meningkatkan
proses
belajar
maka
kegiatanpembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasilbelajar tersebut (Udin S. Winataputra, 2008: 18). Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajarmengajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh manakeberhasilan siswa dalam belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:127) semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. NanaSudjana (2008: 3) mengatakan hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkahlaku, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Anak
berhasil
ialah
dapat
mencapai
tujuan-tujuan
pembelajaran.Tujuanpembelajaran berpusat pada siswa dirasakan memberikan petunjuk yang terarahbagi perkembangan alat evaluasi belajar, memilih materi dan kegiatanpembelajaran, penetapan media dan alat pengajaran.Menurut Syaiful Sagala (2010: 156-160) dilihat dari kawasan (domain) ataubidang yang dicakup, tujuantujuan pendidikan dalam pengajaran dapat dijelaskansebagai berikut: A. Tujuan kognitif Tujuan kognitif adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilakudalam aspek berpikir/ intelektual. Ada enam tingkatan dalam domain kognitifyang berlaku juga untuk tujuan-tujuan dalam domain ini yaitu: 1. Pengetahuan/ ingatan (knowledge) Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yangsudah dipelajari dari sederhana sampai pada hal-hal sukar. Pada umumnya unsure pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti
2.
3.
4.
5.
6.
bahasan,peristilahan, ide, gejala, rumus-rumus, pasal, hukum, dalil, nama orang, namatempat, dan lain-lain. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategoripaling rendah dalam domain kognitif. Pemahaman (comprehension) Aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti danmemahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai artidari bahan maupun materi. Siswa mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan,dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hallain. Penerapan/ aplikasi (application) Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkanpengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip,rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya yang sudah dimiliki pada situasi barudan kongkrit, menyangkut penggunaan aturan, prinsip, dan sebagainya dalammemecahkan persoalan tertentu.Maksudnya ialah mampu mengubah,mengoprasikan, dan menggunakan. Analisis (analysis) Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatubahan atau keadaan ke dalam komponenkomponen atau bagian-bagian yang lebihspesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian, sehingga strukturdan aturannya lebih dapat dipahami. Kata kerjanya yaitu mampu menguraikan,memisahkan, memperinci. Sintetis (synthesis) Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep ataukomponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.Aspeksintetis ini memerlukan tingkah laku yang kreatif, kemampuan sintetis(membentuk) relatif lebih tinggi dari kemampuan analisis (menguraikan),sehingga untuk menguasainya diperlukan kegiatan belajar yang lebih kompleks. Evaluasi (evaluation) Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan ataupenilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokanpatokanberdasarkan kriteria tertentu (Syaiful Sagala, 2010: 156-157).
Tujuan kognitif memiliki enam aspek dalam kegiatan pembelajaran yaitu aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aspek penerapan, aspek analisis, aspek sintetis dan aspek evaluasi.Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari hal yang sederhana sampai pada hal yang sukar.Aspek pemahaman berupa kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu
diketahui atau diingat dan memaknai arti dari materi.Aspek penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dari pengetahuan yang sudah
dimiliki
pada
situasi
kongkrit.Aspek
analisis
merupakan
menguraikan suatu keadaan komponen yang lebih spesifik.Aspek sintetis adalah kemampuan memadukan beberapa konsep sehingga membentuk pola struktur baru.Sedangkan aspek evaluasi merupakan kemampuan memberikan penilaian berdasarkan criteria tertentu. B. Tujuan Afektif Tujuan-tujuan afektif adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan denganaspek perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau siswa. Ciri-ciribelajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, sepertiperhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkankedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah. Domain afektif berdasarkan lima kategoriyaitu: 1. Penerimaan (receiving) Aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruhperhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-normadisiplin yang berlaku di sekolah.Penerimaan merupakan tingkat hasil belajarterendah dalam domain afektif. 2. Pemberian respon (responding) Aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadapnorma tertentu. Menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon,memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, sertamerasakan kepuasan dalam merespon, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertibdisiplin yang telah diterimanya, aspek ini satu tingkat di atas penerimaan. 3. Penghargaan/ penilaian (valuing) Aspek ini mengacu kepada kecenderungan menerima suatu norma tertentu,menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu denganmemposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada suatunorma. 4. Pengorganisasian (organization) Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai sertamenyusun suatu sistem nilai-nilai dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilihnilai-nilai yang disukai, misalnya tentang norma-norma disiplin, dan menolaknilai-nilai lain. 5. Karakterisasi (characterization) Aspek ini mengacu pada pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu padaproses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi
sehingga merupakan watak, dimananorma itu tercermin dalam pribadinya (Syaiful Sagala, 2010: 157-158). Tujuan afektif memiliki lima aspek yaitu aspek penerimaan, aspek pemberian respon, aspek penghargaan, aspek pengorganisasian, dan aspek karakterisasi. Aspek penerimaan merupakan kepekaan dan kesediaan menerima terhadap nilai tertentu, seperti menerima disiplin yang ada di sekolah. Aspek pemberian respon merupakan kecenderungan melakukan perubahan prilaku sesuai norma yang berlaku. Aspek penghargaan merupakan aspek untuk menerima suatu norma tertentu. Aspek pengorganisasian adalah membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu system nilia-nilai dirinya. Sedangkan aspek karakteristik merupakan proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga menjadikan watak. C. Tujuan Psikomotor Ranah
psikomotorik
adalah
ranah
yang
berkaitan
dengan
keterampilan (skill)atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajartertentu.Tujuan-tujuan psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaandengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau siswa.Menurut Syaiful Sagala (2010: 158-159) domain psikomotor terbagi atas tujuh kategori yaitu: 1. Persepsi (perception) Aspek ini mengacu pada penggunaan alat indra untuk memperoleh kesadaranakan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya. 2. Kesiapan (set) Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respon secara mental, fisik,maupun perasaan untuk suatu kegiatan. 3. Respon terbimbing (guided response) Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yangdiperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. 4. Mekanisme (mechanical response) Aspek ini mengacu kepada keadaan dimana respon fisik yang dipelajari telahmenjadi kebiasaan. 5. Respons yang kompleks (complex response) Aspek ini mengacu pada pemberian respon atau penampilan perilaku atau gerakanyang cukup rumit dengan terampil dan efisien. 6. Penyesuaian pola gerakan atau adaptasi (adjustment)
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakandengan situasi yang baru. 7. Originasi Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerikyang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan baru dilakukannya atasprakarsa atau inisiatif sendiri. Tujuan psikomotor terdiri dari tujuh aspek yaitu aspek persepsi, aspek kesiapan, aspek respon terbimbing, aspek mekanisme, aspek respon yang kompleks, aspek pola gerakan atau adaptasi, dan organisasi. Aspek persepsi merupakan penggunaan alat indera untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek. Aspek kesiapan merupakan kesiapan memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.Aspek terbimbing adalah pemberian respon prilaku yang diperlihatkan sebelumnya.Aspek mekanisme merupakan keadaan dimana respon fisik yang telah dipelajari telah menjadi kenyataan.Respon yang kompleks merupakan pemberian respon perilaku yang lebih rumit.Aspek penyesuaian pola gerakan merupakan kemampuan menyesuaikan respon gerakan dengan situasi baru.Sedangkan aspek organisasi merupakan kemampuan menampilkan pola baru dengan inisiatif sendiri. Dengan
memperhatikan
penggolongan
tujuan
pengajaran
tersebut
penelitimenyimpulkan bahwa dalam menentukan metode, pendekatan, media danpenentuan alokasi waktu belajar mengacu pada penggolongan tujuan tersebutyaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Penelitian ini menfokuskan padahasil belajar aspek kognitif dan hasil belajar aspek afektif karena untukmeningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.
2.2.
Kajian Penelitian yang Relevan Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya sebagai berikut: Nugroho Ari Pranata (2006:73) melalui penelitian tentang Peningkatan Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran “SAVI” menyimpulkan bahwa dengan melakukan percobaan belajar SAVI siswa
semakin aktif, kreatif, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan mengalami peningkatan dalam belajar matematika. Nuzul Nur Hikmah (2014: 53) dalam penelitiannya yang berjudul“Peningkatan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika MelaluiPendekatan SAVI dengan Pendayagunaan Alat Peraga di SMP Negeri IKartasura” menyimpulkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaranmatematika melalui pendekatan SAVI meningkat. Adapun peningkatan minatbelajar siswa dalampembelajaran matematika yang ada yaitu: perhatian terhadappembelajaran matematika, kegiatan siswa dalam mengajukan pertanyaan danmengajukan ide-ide, kegiatan siswa dalam mengerjakan soal/tugas mandiri,kegiatan siswa dalam maju mengerjakan soal-soal di depan kelas, dan gangguankelas yang menurun. Titi
Hikmawati
(2015:
67)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“PenerapanPendekatan SAVI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman KonsepSiswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Arosbaya Bangkalan pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri
Makhluk
Hidup
Tahun
Pelajaran
2010/2011”,
menyimpulkan
bahwapenerapan SAVI dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsepBiologi pada siswa kelas VII-A SMPN 1 Arosbaya Bangkalan pada pokokbahasan ciri-ciri makhluk hidup tahun pelajaran 2010/2011. Dari penelitan yang dilakukan Nugroho Ari Pranata yang mengkaji tentang peningkatan kreatifitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran SAVI.Nuzul Nur Hikmah dalam penelitiannya peningkatan minat belajar siswa
dalam
pembelajaran
matematika
melalui
pendekatan
SAVI
dengan
pendayagunaan alat peraga, danTiti Hikmawati dalam penelitiannya yang berjudul penerapan pendekatan SAVI untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep.Dari haril tiga penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat menimbulkan keaktifan, kreatik, dan minat belajar juga motivasi belajar pada mata pelajaran matematika dan IPA. Dari penelitian tersebut terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada pada penlitian ini menekankan pada pembelajaran IPS dilihat dari hasil belajarnya.Diharapkan dengan pembelajaran SAVIpada materi pelajaran IPS dapat menimbulkan dampak positif (hasil belajar meningkat) seperti penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
2.3.
Kerangka Berfikir Dari penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian.Dalam kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu dengan pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar.Keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi dari keberhasilan siswa dari hasil belajar siswa diantaranya adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Beragamnya pendekatan mengajar yang ada saat ini merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh para guru untuk memilih pendekatan mana yang paling sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sejarah Uang. Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SAVI yaitu pembelajaran dengan menggabungkan gerak fisik dan aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berperan dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI, guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran dimulai dengan guru memberitahukan materi dengan ceramah dan tanya jawab sebagai bentuk dari penerapan belajar Auditori (A). Guru memperjelas dalam menerangkan materi dengan menggunakan alat peraga yang dilengkapi gambar sebagai bentuk dari penerapan belajar Visual (V). Selanjutnya guru menjelaskan lirik lagu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan kepada siswa, sebagai bentuk belajar Somatis (S).Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I). Pendekatan pembelajaran yang sesuai kepada siswa, akan membantu anak memperoleh suatu prestasi belajar yang diharapkan. Kerangka berfikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Skema 2.1: Kerangka Berfikir Siswa Kelas III Dibagi menjadi 2 kelompok/ kelas Pembagian dilakukan secara imbang dan tidak berat sebelah Kelompok/ kelas kontrol Dengan pembelajaran kovensional
Kelompok/ kelas kontrol Dengan pembelajaran SAVI
Guru mengajar IPS materi sejarah uang dengan cara ceramah dan pemberian tugas
Guru mengajar IPS materi sejarah uang dengan ceramah dan tanya jawab (Auditori)
Antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adakah perbedaan hasil belajar yang diperoleh 2.4.
S A V I
Siswa diberi soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen
Guru menjelaskan materi dengan alat peraga gambar (Visual)
Guru memanfaatkan lirik lagu untuk memberi pemahaman siswa (Somatis)
Guru memberikan latihan soal kepada siswa (Intelektual)
Hipotesis Berdasarkan penjabaran perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berfikir, maka dapat diambil hipotesis dalam penelitian ini bahwa dengan penerapan pendekatan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar pada mata pelajaran IPS.
