BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1
Teori Dasar SS7
II.1.1 Pengertian Dasar SS7 SS7 adalah kepanjangan dari Signaling System Number 7 standar ITU-T yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi. SS7 digunakan sebagai protocol untuk membentuk prosedur terjadinya komunikasi di jaringan PSTN (public switched telephone network) maupun jaringan cellular. SS7 digunakan untuk proses call set up, routing dan control maupun untuk management dan maintenance dalam jaringan telekomunikasi. SS7 menggunakan
kanal khusus untuk keperluan signaling dan
transfer data yang terpisah dari kanal suara. Kanal tersebut digunakan secara bersama oleh banyak kanal suara sebagai suatu kanal packet switching.
II.1.2 Jaringan SS7 Jaringan SS7 terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut, : 1.
Signaling Point (SP) Adalah suatu node dalam jaringan signaling yang mengirimkan dan menerima message signaling, atau mentransfernya dari satu signaling link ke signaling lainnya. Ada beberapa jenis SP, yaitu : -
Signaling Transfer Point (STP) Merupakan SP yang dapat mentransfer message dari satu signaling link ke signaling link lainnya hanya melalui level layer MTP.
-
Signaling End Point (SEP) Merupakan SP yang tidak memiliki fungsi STP tetapi mempunyai komponen lain diatas layer MTP yaitu seperti TCAP atau User Part seperti TUP, ISUP dll. Contoh SEP adalah IN, HLR, MSC, SMSC dll. 4
-
Integrated STP Merupakan signaling point yang mempunyai kedua fungsi yaitu STP maupun SEP.
2.
Signaling Link Merupakan signaling data link full duplex yang terdiri dari dua kanal data yang beroperasi secara bersamaan dalam arah berlawanan. Signaling link adalah yang membawa informasi signaling antara dua SP.
3.
Signaling Link Set Merupakan satu grup (set) signaling link, maksimum 16 link, yang menghubungkan secara langsung dua SP.
4.
Signaling Point Code (SPC) SPC adalah identitas suatu node yang unique dalam suatu jaringan SS7. Identitas ini digunakan untuk mengetahui proses arah message akan dikirim dan dari mana message diterima.
5.
Signaling Mode Adalah mode signaling link antar SP yang memiliki kanal voice. Contoh signaling mode adalah associated dan Quasi-associated. -
Associated adalah hubungan signaling secara langsung antara dua SP.
Voice circuit SP
SP Signaling link
Gambar 2.1 Mode signaling associated
-
Quasi-associated adalah hubungan signaling antara dua SP secara tidak langsung yaitu melewati STP. Rute yang dilalui dalam hubungan signaling adalah sudah ditentukan dan tetap untuk suatu periode waktu tertentu. 5
STP
Pre-determined Link
Link Circuit SP
SP
Gambar 2.2 Mode signaling quasi-associated
6.
Signaling Network Merupakan kumpulan dari signaling link dan signaling point, serta mempunyai konsep pengalamatan tersendiri. Secara logika, signaling network terpisah dari trunk network.
II.1.3 Komponen Dasar SS7 Komponen dasar SS7 secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu Message Transfer Part (MTP), User Part (UP) dan Transaction Capabilities Application Part (TCAP) . Gambar II.3 berikut menunjukkan komponen dasar susunan SS7.
No.7 USER
I S U P
TCAP
SCCP
T U P
D U P
M T P(1,2,3)
Gambar 2.3 Komponen dasar SS7
I.
Message Transfer Part (MTP) MTP berfungsi sebagai sarana transportasi yang andal untuk transfer informasi signaling antara dua lokasi signaling point. MTP terdiri dari tiga level (layer), yaitu :
6
1. MTP-1 MTP-1 adalah level satu yang mendefinisikan karakter fisik, elektrik dan fungsi dari signaling
data
link
serta
cara
mengaksesnya.
2. MTP-2 MTP-2 adalah level dua yang mendefinisikan fungsi dan prosedur untuk transfer informasi dalam suatu signaling data link. Level 2 dan 1 secara bersama-sama menjamin keandalan pengiriman data antara dua titik (node). Di level MTP-2 ini ada fungsi error detection.
3. MTP-3 MTP-3 adalah level tiga yang mempunyai fungsi sebagai signaling message handling dan signaling network management. Message handling ini adalah berupa memproses message yang dikirim dari User Part (UP) untuk kemudian dikirim ke tujuan. Di MTP-3 ini terdapat fungsi message routing. Sedangkan fungsi signaling management adalah mengatur network signaling jika terjadi gangguan.
II. User Part (UP) User Part merupakan blok (unit) fungsional yang memanfaatkan jasa transportasi yang ditawarkan oleh MTP. Berikut adalah beberapa UP yang telah direkomendasikan oleh ITU-T : 1. Telephone User Part (TUP) TUP adalah signaling dalam jaringan telepon (PSTN). 2. Data User Part (DUP) DUP adalah sebagai protocol untuk mengontrol sirkit data call.
7
3. Signaling Connection Control Part (SCCP) SCCP meningkatkan fungsi MTP dalam penyediaan jasa baik yang berorientasi pada pembangunan hubungan (connection oriented) maupun tidak (connectionless) untuk pengiriman informasi. Gabungan SCCP dan MTP disebut dengan Network Service Part (NSP) dan menempati tiga layer pertama dari arsitektur reference model OSI. 4. ISDN User Part (ISUP) ISUP adalah sebagai signaling untuk jaringan ISDN. 5. Transaction Capabilities Application Part (TCAP)
III. Application Part
Bagian di sini berupa Transaction Capabilities Application Part (TCAP). Fungsi utama dari TCAP adalah untuk packaging data. Di atas TCAP ini adalah user data sebagai berikut : -
MAP (Mobile Application Part, untuk jaringan GSM)
-
IN (Intelegent Network)
-
OMAP (Operation Maintenance Application Part).
II.1.4 Signal Unit SS7 Signal unit SS7 adalah beberapa macam unit signal yang menyusun isi secara keseluruhan dari message SS7. Tipe signal unit tersebut adalah Message Signaling Unit (MSU), Link Status Signaling Unit (LSSU) dan Fill-In Signaling Unit (FISU). I.
MSU MSU adalah message data informasi yang terdiri dua segmen, yaitu service information octet (SIO) dan signaling information field (SIF). MSU ini berada di MTP-3.
8
II.
LSSU LSSU berada di MTP-2. LSSU digunakan untuk link alignment dan indikasi status link. LSSU mempunyai kapasitas 8-bit.
III. FISU FISU berada di MTP-2. FISU digunakan secara periodik atau terus menerus untuk mengetahui bahwa link masih normal. FISU akan dikirim jika tidak ada message lain yang lewat, atau jika link idle. Gambar 2.4 berikut menunjukkan format signal unit SS7.
F
CK
SIF
8
16
8n(n>=2)
SIO
B F I I FSN B BSN B
LI
8
2
6
1
7
1
MSU
F 8
7
F 8 The first bit transmitted
CK
SF
16
8 or 16
LI 2
6
F B I I BSN FSN B B 1
7
1
LSSU
7
F 8 The first bit transmitted
F
CK
8
16
F B I I B FSN B BSN
LI 2
6
1
7
1
F 7
FISU
8 The first bit transmitted
Gambar 2.4 Format signal unit SS7
II.1.5 Ukuran utilisasi link SS7 (Erlang) Setiap link SS7 bisa diketahui jumlah utilisasi atau load yang terpakai dari lama waktu tertentu dengan jumlah kapasitas maksimumnya yang disebut link load. Link load ini ditunjukkan dengan satuan Erlang. Perhitungan link load SS7 menggunakan
9
link transmisi 64kbps dapat ditunjukkan sebagai berikut ( diambil dari ITU-T Q.706, dalam ITU-BDT , Bangkok 2002 ) : Link load (Erlang) = ( SIO/SIF per seconds + (6xMSU per seconds) ) x 8 bits 64000 bits Standar normal link load SS7 menggunakan link 64kbps dari ITU-T adalah 0,4 Erlang. Jika link load diatas 0,4erlang maka link sudah terutilisasi maksimum dan bila mencapai 0,9 – 1 erlang maka link akan congestion.
II. 2
Teori Dasar Internet Protocol (IP)
II.2.1 Konsep Dasar IP IP adalah suatu protocol yang mengolah dan mengirimkan data dalam bentuk paket-paket IP agar sampai pada tujuan. Dalam melakukan pengiriman data, IP memiliki sifat yang dikenal sebagai unreliable, connectionless dan datagram delivery service. Unreliable (ketidakandalan) berarti bahwa protocol IP tiak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan. Protokol IP hanya berjanji ia akan melakukan usaha sebaik-baiknya agar paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan. Jika dalam perjalanan paket tersebut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya salah satu jalur putus, congest atau node tujuan sedang down), protocol IP hanya memberitahukan ke pengirim paket bahwa terjadi masalah dalam pengiriman paket IP ke tujuan. Jika diinginkan keandalan yang lebih baik, keandalan itu harus disediakan oleh protocol diatas layer IP yaitu seperti TCP maupun SCTP (SIGTRAN). Connectionless berarti dalam mengirimkan paket data dari tempat asal ke tujuan, pihak pengirim dan penerima paket IP sama sekali tidak mengadakan perjanjian (handshake) terlebih dahulu. Datagram delivery service berarti setiap paket data yang dikirim adalah independent terhadap paket data yang lain. Akibatnya, jalur yang ditempuh oleh masing-masing paket data IP ke tujuannya bisa jadi berbeda satu dengan yang
10
lainnya. Karena jalur yang ditempuh berbeda, kedatangan paket pun bisa jadi tidak berurutan.
II.2.2 IP Address IP address adalah suatu identitas yang diberikan dalam suatu node secara universal untuk keperluan komunikasi antar node tersebut melewati protocol IP. IP address ini berupa 32-bit bilangan biner yang dipisahkan oleh tanda pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai octet. Bentuk IP address adalah sebagai berikut : xxxxxxxx . xxxxxxxx . xxxxxxxx . xxxxxxxx. Setiap symbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan 1, misalnya sebagai berikut : 10000100.10111001.11110001.00000001. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti diatas tidaklah mudah dibaca. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca dan ditulis, IP address sering ditulis sebagai 4 bilangan decimal yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Setiap bilangan decimal tersebut merupakan nilai dari satu octet (8-bit) IP address. Contoh IP dengan bilangan decimal tersebut adalah 132.92.121.1. Angka decimal 132 menunjukkan bilangan biner 10000100, 92 dengan biner 01011100, 121 dengan biner 01111001 dan 1 binernya adalah 00000001.
II.2.2.1 Kelas-kelas IP Address Setiap IP address selalu merupakan sebuah pasangan dari network-ID (identitas jaringan) dan host-ID (identitas host dalam jaringan tersebut). Network-ID ialah bagian dari IP address yang digunakan untuk menunjukkan jaringan tempat node ini berada. Sedangkan host-ID ialah bagian dari IP address yang digunakan untuk menunjukkan workstation, server, router dan semua host lainnya di jaringan. IP address dikelompokkan dalam lima kelas, yaitu : Kelas A, Kelas B, Kelas C, Kelas D dan Kelas E. Perbedaan pada tiap kelas tersebut adalah pada ukuran dan jumlahnya. IP Kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jaringan ini memiliki anggota besar. Kelas C dipakai oleh banyak jaringan, namun anggota masing-masing jaringan sedikit. Kelas D dan E juga didefinisikan, tetapi tidak digunakan dalam penggunaan
11
normal. Kelas D diperuntukkan bagi jaringan multicast, dan Kelas E untuk keperluan eksperimental. Gambar 2.5 berikut menunjukkan format IP address di setiap kelas.
0123 4 Class A Class B
0
16
net-id
1 0
24
31
host-id
net-id
Class C
1 1 0
Class D
1 1 10
Class E
8
host-id
net-id
host-id
Multicast address
Reserved for future use
1 1 1 10
Gambar 2.5 Format lima kelas IP address
1. Kelas A Karakteristik : Format
: 0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh
Bit pertama
:0
Panjang NetID
: 8 bit
Panjang HostID
: 24 bit
Byte pertama
: 0 – 127
Jumlah
: 126 Kelas A ( 0 dan 127 dicadangkan )
Range IP
: 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP
: 16.777.214 IP address pada tiap kelas A
12
2. Kelas B Karakteristik : Format
: 10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
2 bit pertama
: 10
Panjang NetID
: 16 bit
Panjang HostID
: 16 bit
Byte pertama
: 128-191
Jumlah
: 16.384 Kelas B
Range IP
: 128.xxx.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP
: 65.532 IP address pada setiap kelas B
3. Kelas C Karakteristik ; Format
: 110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
3 bit pertama
: 110
Panjang NetID
: 24 bit
Panjang HostID
: 8 bit
Byte pertama
: 192-223
Jumlah
: 2.097.152 kelas C
Range IP
: 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP
: 254 IP address pada setiap kelas C
4. Kelas D Karakteristik : Format
: 1110mmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm
4 bit pertama
: 1110
Bit multicast
: 28 bit
Byte inisial
: 224-247
Deskripsi
: Kelas D adalah ruang alamat multicast (RFC 1112)
13
5. Kelas E Karakteristik : Format
: 1111rrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr
4 bit pertama
: 1111
Bit cadangan
: 28 bit
Byte inisial
: 248-255
Deskripsi
: Kelas E adalah ruang alamat yang cadangan untuk keperluan eksperimental.
II.2.3 Routing Jaringan IP Routing IP adalah suatu konsep penentuan jalur komunikasi data yang menggunakan system identifikasi IP address. Routing ini dibuat untuk membuat antar node bisa reachable dengan baik sehingga bisa melakukan proses pengiriman atau penerimaan data. Routing akan dibuat sesuai dengan kondisi jaringan dimana node itu berada. Routing akan menerjemahkan dan akan mengirimkan data sesuai dengan header IP address tujuan yang disertai dengan IP address pengirim. Penejemahan ini dengan cara melihat tabel routing di node pengirim sesuai IP address tersebut , kemudian data akan diteruskan ke lapisan network interface dan diberi header dengan alamat tujuan yang sesuai. Ada dua model routing yaitu : -
Static route Adalah pembentukan tabel routing yang dilakukan secara manual. Pembuatan tabel routing ini akan ditentukan secara manual oleh kita sendiri sesuai yang jalur yang kita inginkan. Model static route biasanya digunakan dalam jaringan yang sederhana dimana jumlah node atau host sedikit.
-
Dynamic route Adalah pembentukan tabel routing yang dilakukan secara otomatis oleh system. Routing dynamic ini akan melakukan fungsi transfer data secara
14
otomatis ke jalur yang dianggap paling bagus dan mempunyai alternative lain jika jalur semula mengalami gangguan.
Fungsi routing dalam pelaksanaannya di dalam jaringan biasa dilakukan oleh perangkat router. Router ini mempunyai banyak tipe sesuai kapasitas dan banyak merek yang dijual di pasaran seperti cisco, junifer, huawei dll. Router mempunyai dua fungsi, yaitu : -
Sebagai penyedia tabel routing.
-
Mentransfer paket data ke network lain sesuai dengan tabel routing.
Berikut adalah contoh routing yang ada dalam suatu jaringan :
Interface address 61.1.1.1
Subnet 3
Router
A
61.0.0.0/8
Interface address 129.6.0.1
Subnet 1 129.6.0.0/16
Interface address 129.6.69.107
Router
Subnet 2 202.6.6.0/24
B B
Interface address 202.6.6.1
Gambar 2.6 Routing dalam suatu jaringan
Gambar 2.6 menunjukkan posisi router yang digunakan sebagai perangkat routing paket data dalam suatu jaringan. Di situ diperlihatkan bahwa router A dan route B terhubung ke tiga network. Berikut adalah routing tabel yang ada di router A : Tabel II.1 Routing tabel di router A Destination
Destination
Next hop
network address
network mask
address
Out interface
202.6.6.0
255.255.255.0
129.6.0.1
129.6.69.107
129.6.0.0
255.255.0.0
129.6.69.107
129.6.69.107
61.0.0.0
255.0.0.0
61.1.1.1
61.1.1.1
15
Sedangkan routing tabel di router B adalah : Tabel II.2 Routing tabel di router B Destination
Destination
Next hop
network mask
address
61.0.0.0
255.0.0.0
129.6.69.107
129.6.0.1
129.6.0.0
255.255.0.0
129.6.0.1
129.6.0.1
202.6.6.0
255.255.255.0
202.6.6.1
202.6.6.1
network address
Out interface
Dari tabel routing diatas maka kita bisa membuat metode routing sesuai dengan yang diinginkan, baik secara static route maupun dynamic route. Bila menggunakan dynamic route biasanya yang dipakai adalah OSPF atau RIP.
Route selection resolution protocol
Router
Router
IP ETH Unpacketizing
IP PPP
Encapsulating
Ethernet Serial interface port
ETH
PPP
Ethernet Serial interface port
LAN1
WAN Transmitting
Sending
LAN2 Receiving
Gambar 2.7 Cara kerja router mentransfer data
Gambar 2.7 diatas menunjukkan cara kerja router dalam meneruskan atau mentransfer paket data. Cara kerjanya adalah pertama router akan menerima paket data dari physical layer di salah satu portnya, kemudian mengirim data tersebut keatas yaitu ke data link layer. Link layer akan membuang encapsulation dari link layer dan mengirimkannya ke network layer. Link
16
layer ini adalah Ethernet interface, di Ethernet akan menerjemahkan MAC asal, MAC tujuan , protocol dan CRC yang kemudian akan dibuang karena akan diteruskan ke layer network. Di layer network akan dilihat apakah data ini ditujukan ke local atau ke remote node. Jika ke tujuan local maka akan dibuang encaptulation-nya dan mengirimkannya ke layer diatasnya. Jika tujuannya ke remote node, maka ia akan mencari routing tabel yang ada untuk jalur ke remote node tersebut dan kemudian akan meneruskan ke data link layer jika ternyata jalur ke IP address tujuan ada di tabel routing.
II.2.4 Protocol Aplikasi di Jaringan IP Di dunia komunikasi data yang paling terkenal sekarang adalah menggunakan protocol TCP/IP. TCP/IP sudah umum dan lazim di dunia jaringan computer maupun jaringan internet. TCP/IP adalah sekumpulan protocol yang didesain untuk melakukan fungsi-fungsi komunikasi data pada WAN (wide area network). TCP/IP terdiri atas sekumpulan protocol yang masing-masing bertanggung jawab atas bagianbagian tertentu dari komunikasi data. Berkat prinsip ini, tugas masing-masing protocol menjadi jelas dan sederhana. Berikut beberapa aplikasi di jaringan TCP/IP yang sudah biassa digunakan di dunia computer atau internet sekarang, yaitu : -
File Transfer Protocol (FTP)
-
E-mail dan SMTP (simple mail transport protocol)
-
Hypertext Transfer Protocol (HTTP)
Aplikasi baru di jaringan IP yang mulai berkembang sekarang adalah SIGTRAN. SIGTRAN digunakan dalam dunia telekomunikasi baik itu PSTN maupun GSM atau jaringan telepon wireless lainnya. Prinsip SIGTRAN inilah yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya.
17
18
II. 3
SIGTRAN
IETF (Internet Engineering Task Force) adalah badan dunia yang telah mendorong dalam pengembangan protocol SS7 over IP. Untuk lebih memfokuskan pengembangan bagaimana SS7 protocol agar bisa berjalan di jaringan IP maka IETF membentuk working groups yang disebut SIGTRAN ( Signaling Transport ), yang berdiri pada tahun 1999. Sigtran bertugas menentukan arsitektur transport dan protocol yang bisa membawa signaling ke dalam jaringan IP untuk bisa mendapatkan standard performance, quality dan operability.
Protocol stack yang berfungsi sebagai pembawa SS7 kedalam jaringan IP dinamakan SIGTRAN. Sigtran adalah transport layer baru yang terdiri dari Stream Control Transmission Protocol (SCTP) layer dan User Adaption (UA) layer. Berikut di bawah ini adalah gambar susunan Transport Layer baru yang dikembangkan dan dibuat oleh Sigtran.
Gambar 2.8 : Struktur Sigtran Protocol Stack .
Dari gambar 2.8 Sigtran Protocol tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Layer area protocol baru adalah pada : SCTP layer dan UA layer (M3UA, M2UA,M2PA,SUA dan IUA).
18
2. Layer protocol lama adalah pada : IP, MTP3, ISDN, SCCP dan TCAP. 3. Layer SCTP ini akan membawa (transport) layer diatasnya (UA,MTP3, ISDN etc) ke layer IP. Untuk membandingkan secara keseluruhan protocol layer Sigtran dengan layer OSI, TCP/IP dan SS7 layer dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut : SS7
OSI OMAP
Application
GSM
TCAP Component Transaction Presentation Session Transport Network
TUP SCCP MTP Layers 1, 2 and 3
Data link Physical OSI Application
TCP / IP Telnet FTP SMTP …
SIGTRAN (SS7 over IP) OMAP
DNS SNMP ROUTE …
GSM
TCAP Component Transaction
ISUP TUP
SCCP
Presentation Session Transport
ISUP
TCP
M3UA M2AU M2PA SCTP
UDP
Network
IP
Data link
Data link
Physical
Physical
SUA
IUA
IP Data link Physical
Gambar 2.9 : Perbandingan susunan layer transport OSI, TCP/IP, SS7 dan Sigtran. a.
Model Aplikasi dari Protocol SIGTRAN dalam Jaringan Sigtran digunakan dalam model jaringan dimana di dalamnya terdapat
interkoneksi antara jaringan narrow band dan broad band. Model jaringan tersebut terdiri
19
dari tiga dasar entity, yaitu : SG (Signalling Gateway), MG (Media Gateway) dan MGC (Media Gateway Control) seperti dalam gambar berikut : Switched Circuit Network
Packet switched network SG
SIGTRAN
MGC
MG H.248/MGCP
Gambar 2.10 Model jaringan Sigtran antara SG dengan MGC (M3UA). Signalling dari narrow band network diakses oleh SG, sedangkan dari media stream ( seperti trunk circuit ) diakses oleh MG. SG mengubah narrow band signalling menjadi packet-packet yang kemudian dikirim ke MGC. MGC akan memproses packet signalling tersebut, dan mengontrol bearer connection MG melalui MGCP ( Media Gateway Control Protocol ), serta membentuk interkoneksi antara perangkat/jaringan narrow band dengan broad band. Dalam hal ini Sigtran stack digunakan antara SG dengan MGC adalah M3UA. Sigtran stack juga digunakan dalam jaringan yang lebih sederhana yaitu hanya antara SG dengan SG. SG ini sebagai jaringan inter-network dimana di local networknya masih menggunakan narrow band signalling, seperti dalam gambar berikut : SIGTRAN(M2PA)
SG
SG
Narrow Band
Narrow Band MSC
MSC
Gambar 2.11 Model Sigtran stack antara SG dengan SG (M2PA).
Sigtran stack antar SG ini (M2PA) digunakan untuk optimalisasi atau effisiensi band width backbone dimana apabila menggunakan signalling narrow band akan sangat terbatas sekali kapasitasnya. Untuk perkembangan kebutuhan signalling antar SG yang 20
semakin besar maka dengan Sigtran stack ini akan dapat terpenuhi tanpa ada penambahan atau pengembangan secara besar-besaran terhadap kapasitas back bone.
b.
Arsitektur dasar SIGTRAN I.
Arsitektur M3UA Arsitektur aplikasi dari M3UA bisa diilustrasikan dengan gambar berikut : SEP
SS7
STP
SS7
SG
IP
MGC
ISUP
ISUP
MTP1-3
M3UA SCTP
M3UA MTP SCTP 1-3 IP
MTP1-3
IP
Gambar 2.12 Arsitektur aplikasi M3UA. Di sisi SG, primitive MTP3 (narrow band) diubah menjadi packet oleh M3UA, kemudian dikirim ke MGC oleh SCTP.
II.
Arsitektur M2PA Arsitektur aplikasi M2PA bisa diilustrasikan dengan gambar berikut : SEP
SS7
STP
SS7
IP
SG
ISUP
ISUP
MTP1-3
MGC
MTP1-3
MTP3
MTP3
M2PA MTP 1-2 SCTP
M2PA
IP
SCTP IP
Gambar 2.13 Arsitektur aplikasi M2PA.
M2PA adalah peer-to-peer adaptation layer dari MTP2. M2PA berupa SS7 link over IP dengan interfacing MTP2. MTP2 narrow band akan diubah secara peer-to-peer menjadi M2PA dan dikirim lagi melalui SCTP.
21
Dengan kata lain M2PA ini dapat berupa suatu proses yang membawa MTP3 layer melalui IP.
II.3.1
SCTP ( Stream Control Transmission Protocol )
II.3.1.1
Pengertian SCTP SCTP adalah sebuah transport protocol yang reliable yang beroperasi
dalam suatu jaringan connectionless packet service yang berpotensi unreliable, seperti dalam jaringan IP. SCTP ini akan menjamin suatu protocol transport tetap beroperasi secara normal tanpa gangguan meskipun jaringan yang dilewati tidak terjamin reliability-nya. Seperti diketahui bahwa jaringan IP sekarang adalah efisien, sangat besar dan merata, tetapi dengan kondisi bahwa IP tidak menjamin reliable-nya suatu data yang lewat maka agar SS7 bisa dilewatkan ke IP dibutuhkan transmission protocol yang menjaga reliability SS7 tersebut. SCTP adalah solusi yang bisa memecahkan masalah tersebut.
II.3.1.2
Istilah-istilah Dalam SCTP I.
Transport Address dan IP Address Transport address dari SCTP adalah berupa sebuah IP dengan port number. SCTP port number digunakan sebagai identifikasi user pada IP yang sama, dan ini identik dengan TCP port number. Sebagai contoh, IP address 10.105.28.92 dan SCTP port number 1024 menunjukkan satu transport address SCTP, sementara 10.105.28.92 dan 1025 adalah transport address yang lain. Meskipun IP address sama, SCTP address tersebut dibedakan oleh port number.
II.
Host dan Endpoint Host adalah berupa sebuah perangkat/node yang mempunyai atau satu atau lebih IP address, ini berupa entity yang bersifat physical.
22
Endpoint adalah pengirim dan penerima logical dari packet SCTP, ini berupa entity yang bersifat logical. Sesuai dengan aturan SCTP, hanya satu association saja yang bisa terbentuk diantara dua endpoint. SCTP dengan konfigurasi host multi-homing ( mempunyai dua IP aktif dan stand by ) adalah SCTP endpoint yang terdiri dari satu set destination transport address yang dapat dipilih dimana SCTP packet akan dikirim dan satu set source transport address dari mana SCTP packet tersebut diterima. Semua transport address yang digunakan oleh SCTP endpoint harus mempunyai port number yang sama, tapi IP harus berbeda dan lebih dari satu (multihoming). Sebuah transport address yang telah digunakan oleh satu SCTP endpoint tidak boleh digunakan lagi atau sama dengan SCTP endpoint yang lain. Dengan kata lain transport address adalah unique dalam SCTP endpoint. Dengan demikian bisa terdapat beberapa endpoint dalam sebuah host. Hubungan antara SCTP host dengan endpoint bisa dijelaskan dengan gambar berikut :
Host
Port1
SCTP
IP address 1
User2
IP address 1
User1
Endpoint 1
Port 2
Endpoint2
Gambar 2.14 Hubungan antara SCTP host dan endpoint
23
III.
Association dan Stream Association adalah berupa logical connection yang specific atau berupa channel yang dibangun diantara dua endpoint untuk bisa mentransmisikan data dengan melalui mekanisme empat-langkah handshake terlebih dahulu sesuai yang diperintahkan oleh SCTP. Stream digunakan dalam SCTP untuk mengatur sequence dari user messages yang akan ditransfer lagi ke layer protocol diatasnya sehingga user-user message tersebut diatur dan pecah sesuai dengan urutan. Sebagai contoh, dua buah group data yaitu A,B,C serta X,Y,Z harus ditransport secara sequence tetapi dua group tersebut tidak sequence (terpisah). Dengan demikian, A,B,C ditransport dalam satu stream sedangkan X,Y,Z dalam stream yang lain.
IV.
TSN dan SSN TSN ( Transmission Sequence Number ) adalah 32-bit sequence number yang ada dalam SCTP. TSN ada di setiap chunk data, yang berfungsi untuk acknowledgment terhadap SCTP yang diterima oleh endpoint sehingga akan terdeteksi dan tidak akan terjadi duplikasi pengiriman. SSN ( Stream Sequence Number ) adalah 16-bit sequence number yang ada di setiap data chunk yang dikirim oleh local end untuk menjamin sequence transmission dalam stream SCTP association.
V.
Pengertian Lain Path : adalah berupa jalur transmisi yang terdiri dari IP address destination dan IP address source. Path dapat didefinisikan juga dengan rute untuk transmisi data. CWND (Congestion Window) adalah parameter di SCTP protocol untuk sliding window. Congestion window bisa diterapkan pada segala macam
destination address. Ini bisa diatur berdasarkan
kondisi dari network. Pada saat pengiriman data mendapat balasan 24
non-acknowledgement dari destination address karena telah melebihi panjang dari CWND detination tersebut maka source address akan menghentikan pengiriman data ke destination. RWND (Receiver Window). Dalam protocol SCTP ada variable yang digunakan oleh pengirim data untuk menyimpan hasil penghitung receiver window dari penerima data dalam bentuk bytes. Ini bertujuan untuk memberikan space available terhadap inbound buffer di sisi penerima.
II.3.1.3
Fungsi SCTP Fungsi dasar dari SCTP ditunjukan dalam gambar 2.15.
Sequenced delivery within streams
User data fragmentation
Acknowledgement and congestion avoidance Association startup and takedown Chunk bundling
Packet validation
Path management
Gambar 2.15 Susunan fungsi dari protocol SCTP
Penjelasan fungsi SCTP adalah sebagai berikut : •
Association startup and takedown SCTP adalah protocol association oriented. Ini dapat dijelaskan bahwa data akan bisa dikirimkan diantara dua endpoint setelah melakukan hubungan association terlebih dahulu. Sehingga proses awal sebelum terjadi proses pengiriman data adalah proses pembentukan hubungan
25
association yang diawali dengan association startup dan diakhiri dengan association takedown. Setelah itu baru terbentuk hubungan association dan siap dengan proses pengiriman data atau service lainnya. •
Sequence delivery within streams SCTP akan mengirimkan datagram berdasarkan suatu urutan. Urutan datagram tersebut diletakkan dalam satu stream dan stream ini adalah basis dari urutan pengiriman data.
•
User data fragmentation SCTP akan membuat fragmentasi terhadap user message sehingga akan bisa dilewatkan dengan tidak melebihi angka path MTU (maximum transmission unit). Dalam proses penerimaan, message fragmentasi tersebut akan di-reassembled dalam message aslinya secara lengkap dan akhirnya akan diterima berupa message utuh oleh user penerima.
•
Acknowledgment dan congestion avoidance SCTP akan menetapkan TSN untuk message fragmentasi atau message non-fragmentasi. TSN ini adalah independent untuk setiap urutan stream. Di sisi penerima akan melakukan acknowledgement kepada pengirim terhadap TSN yang telah diterimanya meskipun ada gap diantara urutannya. Dengan cara ini maka pengiriman secara reliable akan tetap berfungsi meskipun ada masalah pada urutan pengiriman stream.
•
Chunk bundling User SCTP mempunyai pilihan untuk request bundling terhadap lebih dari satu message untuk dijadikan dalam single SCTP packet. Jadi chunk bundling adalah berupa proses dari SCTP untuk membentuk beberapa message menjadi satu bundle packet di sisi pengirim dan kemudian akan mengembalikan lagi ke message-message semula di sisi penerima.
26
•
Packet validation Header dalam SCTP yang terdiri dari 32-bit checksum dan verification tag.
•
Path management Path management berfungsi untuk memonitor pencapaian setiap detak pengiriman packet traffic dan memberitahu kepada user SCTP ketika terjadi perubahan transport address dari pencapaian pengiriman tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui perbedaan dari protocol SCTP dan TCP sebagai berikut : 1. TCP ditransmisikan berbasis karakter stream. Pada upper layer TCP harus mempunyai mekanisme demarkasi sendiri-sendiri. SCTP ditransmisikan berbasis datagram dan tidak memmiliki demarkasi di upper layer. 2. SCTP memiliki konfigurasi multi IP address. 3. SCTP ditandai berupa stream dimana data akan ditasnmisikan secara berurutan.
II.3.1.4
Struktur dari SCTP-message Struktur dari SCTP message dapat ditunjukkan pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 struktur SCTP 27
Dari gambar 2.16 diatas dapat dijelaskan bahwa packet SCTP yang dikirim ke lower-layer terdiri dari common header dan satu atau lebih chunk. Format ini adalah berupa chunk-chunk SCTP yang telah dilakukan bundling. Chunk-chunk tersebut masing-masing mempunyai header dan parameter sendiri-sendiri. Parameter tersebut adalah berupa tipe chunk, length dan value (TLV) format. Pada saat SCTP mentransmisikan DATA, TSN disediakan untuk chunk-chunk data. Oleh karena itu TSN diletakkan di parameter DATA chunk dan tidak di common header. Dalam protocol SCTP ada suatu verification tag yang secara random akan dibangkitkan oleh local-end untuk association selama proses start up. Dalam proses start up association, dua sisi local-end dan far-end akan saling tukar tag-nya masing-masing. Pada saat data ditransmisikan, pengirim harus membawa tag penerima dalam common header untuk pengecekan.
II.3.1.5
Proses-proses yang terjadi di SCTP Proses-proses yang terjadi dalam SCTP adalah start up of association, takedown of association, transmission and validation of data, congestion control mechanism dan management mechanism. Berikut akan dijelaskan proses-proses utama dalam SCTP, yaitu : 1. Proses Start up of association Start up of association SCTP adalah sebuah proses empat langkah negoisasi yang memiliki empat interaksi message yaitu INIT, INIT ACK, COOKIE ECHO dan COOKIE ACK seperti ditunjukkan pada gambar 2.17.
28
Endpoint A T1init T3-rtx Established
INIT(Tag_A)
Endpoint Z
INIT ACK(Tag_Z, connection information Z) COOKIE ECHO(connection information Z) + DATA T1-cookie COOKIE ACK +DATA + SACK
Established
SACK
Italic items: optional information chunks
Gambar 2.17 Interaksi selama start up association SCTP
2. Proses Pemutusan Association ( Termination of Association ) Association SCTP dapat diputus dengan dua cara, yaitu GRACEFUL shutdown dan UNGRACEFUL shutdown. -
GRACEFUL shutdown Adalah proses pemutusan association SCTP dimana apabila masih ada proses pengiriman data maka akan ditunggu terlebih dahulu sampai pengiriman tersebut selesai, baru kemudian terjadi pemutusan association.
-
UNGRACEFUL shutdown Adalah proses pemutusan association SCTP dengan metode pengiriman langsung pesan ABORT ke lawan dan pada saat itu juga TCB akan segera terhapus. Begitu juga dengan sisi penerima, pada saat pesan ABORT diterima maka TCB akan segera terhapus. Dengan demikian proses association langsung berhenti tanpa menunggu proses transfer datayang sedang berlangsung selesai.
3. Proses Transmisi Data Proses transmisi data akan berlangsung setelah association telah terbentuk antara pengirim dan penerima.
29
Berikut yang terjadi dalam proses transmisi data : 1. Stream control dengan window SCTP memakai dua window transmisi data, yaitu CWND dan RWND. CWND bertugas mengurusi setiap alamat IP, sedangkan RWND akan mengurusi setiap proses associoation.
2. Pembatasan dua window CWND dan RWND pada transmisi data Jika RWND menunjukkan bahwa buffer penerima tidak bisa menerima data, maka data tidak akan dikirim. Namun jika penerima sudah menerima data sebelumnya dan siap untuk data selanjutnya dapat dikirim ( CWND akan disediakan dan mulai proses pengiriman data ). Pada saat data dikirim ke sebuah alamat IP telah mencapai atau melewati ambang batas CWND, maka data tidak akan dikirim lagi ke IP tersebut.
3. Validasi lambat atau terseleksi Validasi lambat atau terseleksi artinya adalah pada saat menerima sebuah datagram , SCTP tidak akan segera mengirim balik pesan ACK ke pengirim. ACK akan dikirim balik setelah menerima dua datagram atau ketika datagram tidak tervalidasi selama waktu 200ms. Dengan cara ini maka pesan-pesan ACK tidak akan memenuhi jalur transmisi yang bisa mengakibatkan overload.
4. Pengiriman data kembali (retransmit) akibat time out. SCTP mempunyai timer T3 yang berfungsi untuk memelihara hubungan setiap alamat IP tujuan. Timer T3 juga digunakan untuk proses pengiriman data.
30
Aturan timer T3 adalah sebagai berikut : •
Saat transmit atau retransmit data ke IP tujuan maka T3 akan aktif dan dimulai.
•
Saat menerima SACK dan semua data telah tervalidasi, maka T3 akan berhenti. Jika ada data yang ternyata tidak tervalidasi maka T3 akan diaktifkan kembali.
•
Jika T3 time out, maka data MTU yang dikirim kearah jalur tujuan akan dicek. Kemudian data yang telah terkirim namun tidak tervalidasi akan dibungkus (bundled) dalam satu blok data dan dikirim kembali ke tujuan, maka T3 dimulai.
Dari aturan diatas maka tidak akan terjadi double pengiriman data. Lebih jelasnya, ada dua kasus bagi SCTP pengirim yang akan retransmit data chunk , yaitu : •
Adanya pesan SACK sebanyak empat kali berturut-turut yang dikirim dari penerima bahwa data tidak diterima.
•
Pada saat timer T3 pada jalur (path) pengiriman time out.
5. Multi-home Multi-home adalah double IP address yang berarti satu sumber atau tujuan akan mempunyai dua buah IP yang berbeda. Dua IP tersebut akan aktif salah satu, sedangkan satunya lagi sebagai stand by IP. Dengan multi-home ini maka proses transfer data akan lebih reliable karena adanya jaminan IP yang selalu aktif secara bergantian jika salah satu ada masalah atau putus.
31
4. Proses Congestion control SCTP mempunyai mekanisme congestion control sebagai berikut : 1. Slow-start Slow-start artinya saat SCTP mengirim data ke suatu network dalam mode slow karena ia tidak tahu kemampuan dari network tersebut. Jelasnya adalah CWND dari address tujuan ditetapkan dengan nilai yang sangat kecil (yaitu tidak lebih dari nilai MTU untuk dua jalur) untuk menjamin data dikirim dalam jumlah yang kecil-kecil oleh SCTP sehingga kemungkinan congestion akan bisa dihindari. Threshold di slow-start mode nilainya besar, sebelum CWND mencapai threshold tersebut maka algoritma slow-start diambil CWND
untuk
menambahkannya.
Normalnya,
CWND
akan
bertambah secara gradual untuk benar-benar mengoptimalkan penggunaan ketersediaan bandwidth di network. Dengan cara ini maka SCTP akan tetap menjamin pengiriman data dalam kondisi network yang terbatas secara bandwidth maupun waktu delivernya. 2. Pencegahan congestion Pada saat CWND bertambah secara perlahan-lahan (gradual) kemudian sampai pada titik threshold maka selanjutnya akan terjadi mekanisme pencegahan congestion. 3. Congestion control CWND tidak akan bertambah secara tak terbatas. Dalam kondisi traffic yang berjumlah besar maka congestion bisa akan muncul. Congestion control diperlukan untuk mengatasi hal ini. Pada saat ada gap (jeda) saat SACK diterima dari lawan, atau timer T3 time out maka CWND akan berkurang secara besar . Untuk gap pada SACK , CWND akan berkurang setengahnya. Sedangkan untuk T3 time out berkurang sebesar satu jalur MTU, ini untuk menjamin bahwa hanya data yang berukuran satu MTU dan yang tidak tervalidasi saja hingga validasi diterima lagi dari penerima.
32
4. Fast retransmit Artinya adalah saat SACK diterima maka hal ini menandakan bahwa ada gap pada urutan data di sisi penerima, kemudian pengirim akan memberi data chunk yang terjadi gap tersebut dengan label “retransmit” setelah ia menerima tiga kali berturut-turut pesan SACK.
5. Proses path management Berikut penjelasan dari proses path management SCTP yang dilakukan untuk mengatur/mengontrol status path dan status hubungan dengan lawan (end point).
Manajemen status end point Manajemen status end point adalah berupa counter antara node dengan pasangan alamatnya, counter ini akan menghitung waktu retransmisi secara continue kearah lawan pasangannya. Pada saat counter telah mencapai batasnya maka status hubungan dengan pasangan lawan dianggap putus (unreachable). Kemudian, SCTP akan berubah status association menjadi CLOSED, dan akan mengirim report perubahan ini. Saat hubungan antara pasangannya terbentuk lagi dan proses pengiriman data berlangsung dan telah tervalidasi maka counter ini akan direset.
Manajemen status path Path management adalah berupa counter yang ada di setiap peer address (pasangan alamat) yang menyimpan waktu time out dari timer T3 dan waktu pengiriman pesan heartbeat dengan menerima kondisi tidak direspon oleh lawan. Jika counter ini melebihi batas angka yang ditetapkan maka alamat lawan akan diberi label sebagai “unreachable”. Jika selanjutnya validasi diterima kembali dari lawan terhadap data chunk yang terkirim, atau validasi dari telah diterimanya heartbeat maka counter selanjutnya akan direset.
Heartbeat
33
Heartbeat pada SCTP adalah proses untuk menjaga hubungan dengan alamat pasangan agar tetap keep alive. SCTP akan mengirim chunk heartbeat ke alamat tujuan pada saat idle (tidak ada traffic data). Pada saat lawan telah menerima pesan heartbeat ini maka ia harus segera mengirim validasi heartbeat ke pengirim. Jika tidak segera mengirim validasi tersebut maka akan muncul counter path error.
II. 3.2
MTP2-User Peer-to-Peer Adaptation Layer (M2PA)
II.3.2.1
Pengertian M2PA
Protocol M2PA ini adalah berupa SS7 over IP yang bekerja di layer MTP2. M2PA ini akan membawa protocol layer diatasnya yaitu MTP-3 ke jaringan IP. M2PA ini digunakan sebagai koneksi antara SG dengan IPSP (IP signaliing point), atau antara IPSP dengan IPSP lainnya di dalam network IP. IPSP ini adalah node yang hanya mempunyai protocol SS7 over IP, sedangkan SG ini adalah berupa node yang berfungsi sebagai SS7 tranfer point yang mempunyai protocol baik itu SS7 over TDM maupun SS7 over IP. SG ini adalah nama lain dari STP tapi dengan adanya tambahan fungsi dan fasilitas yaitu dia sebagai signalling gateway SS7-TDM dan SS7-IP sehingga antara SS7 tersebut bisa berkomunikasi.
II.3.2.2
Aplikasi M2PA
a. Aplikasi M2PA dalam hubungan SGP-ASP Gambar 2.18 menunjukkan model aplikasi M2PA yang digunakan untuk mode hubungan antara SGP (signaling gateway process) dengan ASP (application server process). Di gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa SG sebagai SS7 transfer antara node yang mempunyai tradisional SS7 (SS7-TDM) dengan node yang mempunyai SS7-IP.
34
IP
No.7 SEP
SG
IPSP
MTP3-User
MTP3-User MTP3
MTP3
MTP3
MTP2
MTP2
M2PA SCTP
M2PA SCTP
MTP1
MTP1
IP
IP
SEP: SS7 Signaling end point
Gambar 2.18 Aplikasi M2PA pada IP-SG ( SGP-ASP)
b. Aplikasi M2PA antara IPSP-IPSP Aplikasi M2PA di sini adalah M2PA bertugas untuk membawa protocol
MTP-3
sehingga
antara
IPSP
dengan
berkomunikasi lewat protocol MTP-3 melalui IP network. Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.19 berikut, :
IP IPSP
IPSP
MTP3
MTP3
M2PA
M2PA
SCTP
SCTP IP
IP
Gambar 2.19 Aplikasi M2PA antar IPSP
35
IPSP
bisa
II.3.2.3
Peranan M2PA
1. Sebagai interface antara level MTP-2 dengan MTP-3 MTP-3 adalah user bagi MTP-2 dalam SS7, M2PA berfungsi sebagai pembawa semua services dari MTP-3 yang selanjutnya akan dikirim melalui jaringan IP dan sebaliknya. 2. Sebagai Peer-to-Peer communication Pada SS7 , salah satu karakternya adalah MTP-2 akan mengirim tiga buah pesan (messages) , yaitu message mignal unit (MSU), link status signal units (LSSU) dan fill-in signal units (FISU). MSU berasal dari level teratas dari pada MTP-2 dan merupakan messages utama yang akan dikirimkan ke node tujuan. Sebaliknya, M2PA akan melewatkan messages dari MTP-3 ke SCTP untuk dikirim ke tujuan melalui IP network. LSSU digunakan untuk informasi perubahan status hubungan dari layer MTP-2 dengan lawannya. Informasi status LSSU mirip dengan proses di M2PA, informasi status ini akan dikirim disaat tidak ada messages yang dikirim atau idle. Sedangkan FISU tidak digunakan di M2PA karena hal ini berhubungan dengan penghematan bandwidth dan resources di IP network.
II.3.2.4
Format message M2PA
a. Message M2PA Message M2PA terdiri dari beberapa bagian yaitu common message header, M2PA-specific header dan message data. Format message M2PA ditunjukkan pada gambar 2.20 berikut.
36
1 3 0 2 01234567890123456789012345678901 Common message header M2PA-specific header £ º Message data
Gambar 2.20 Format message M2PA
b. Extended changeover order (XCO) dan Extended Changeover Acknowledgement (XCA) M2PA sequence number (FSN/BSN) yang mempunyai panjang 24 bit prosesnya akan dilakukan berupa XCO atau XCA. Gambar 2.21 berikut format XCO dan XCA.
M2PA sequence number 24
DCBA
0001
H1
H0
4
4
Label 56 First bit transmitted
Gambar 2.21 Format XCO dan XCA
Saat H1 nilainya adalah “0011” maka message-nya adalah XCO sedangkan bila “0100” maka XCA.
II.3.2.5
Fungsi yang disediakan oleh M2PA
I.
Menyediakan proses MTP-3/MTP-2 tradisional M2PA bisa melakukan proses transfer data yang berasal dari layer diatasnya yaitu MTP-3 maupun dari layer yang sama yaitu MTP-2.
37
II.
Sebagai fungsi dari MTP-2 Berikut penjelasan M2PA yang berfungsi sebagai MTP-2. o Melakukan prosedur changeover MTP3. o Menginformasikan perubahan link status ke MTP3. o Melakukan prosedur processor outage. o Melakukan prosedur link alignment.
III.
Mapping protocol SS7 ke dalam IP network M2PA melakukan transfer message dari SS7 tradisional ke SCTP yang merupakan jaringan IP, dan sebaliknya.
IV.
SCTP stream management Pada saat pertama kali SCTP akan membentuk hubungan (association) dengan lawan diperlukan jumlah stream untuk membangun hubungan tersebut (number stream of initialization). M2PA akan bertugas untuk menjamin bahwa jumlah stream yang diperlukan oleh SCTP tersedia untuk membentuk association. M2PA menggunakan dua stream untuk setiap arah untuk setiap association. Stream “0” di setiap arah digunakan untuk link status messages. Stream “1” digunakan untuk user data messages. Pemisahan
stream
digunakan
oleh
M2PA
agar
bisa
memprioritaskan message.
V.
Sebagai transfer message MTP-3 MTP-3 akan dibawa oleh M2PA dengan mekanisme message handling maupun management function antar IPSP maupun di node SS7 lainnya.
38
II.3.2.6
Prosedur Implementasi dari Fungsi Utama M2PA
I.
M2PA Link State Control Perubahan status link M2PA tergantung dari beberapa kejadian (events). Berikut dijelaskan beberapa status link M2PA. o IDLE : Status pada saat link melakukan initialization. o OOS : Out of service. Status saat initialization selesai. o AIP : Alignment in progress. Status bahwa M2PA sedang melakukan proses alignment dengan lawan. o PROVING : M2PA mengirim status message proving ke lawan. o ALIGNED READY : Proving telah selesai. M2PA akan menunggu sampai lawan memberi balasan proving complete. o INS : In service. Link siap untuk diisi atau dilewati traffic. o RETREIVAL : Link tidak bisa dilewati traffic. M2PA sedang menunggu untuk permintaan mendapatkan lagi message (message retrieval) dari MTP3.
Gambar 2.22 menggambarkan proses perubahan status di SCTP association bersamaan dengan penyebab kejadiannya.
39
IDLE Power on (Associate)
OOS Link Configured (Associate) MTP3 start
AIP SCTP Comm Error or SCTP Comm Lost
MTP3 stop or T1 expiry
Receive LS Alignment OR LS Proving
PROVING SCTP Comm Error MTP3 Stop OR Receive LS OOS
or SCTP Comm Lost
ALIGNED READY SCTP Comm Error MTP3 Stop OR T3 Expiry OR Receive LS OOS
or SCTP Comm Lost
Receive LS Ready OR Receive User Data
INS MTP3 Stop OR Receive LS OOS OR SCTP Comm Error OR SCTP Comm Lost OR T6 Expiry
RETRIVAL
M2PA link faulty
Retrieval complete OR MTP3 Start
Gambar 2.22 Diagram proses transisi status link M2PA
II.
Prosedur dalam mensupport feature MTP-2
1. Signal Unit Format, Delimitation, Acceptance SCTP
adalah
protocol
transport
andal
yang
model
pengirimannya adalah dalam suatu urutan tertentu (insequence). Karena itu fungsi serupa di MTP-2 tidak diperlukan. 40
SCTP tidak mempunyai fungsi untuk mengontrol terhadap status link control di MTP-2. Hal ini akan dilakukan oleh M2PA sebagai peer-to-peer dari MTP-2.
2. Penyesuain (adaptation) antara SCTP dengan MTP-3 Setiap link MTP bersesuaian dengan suatu association SCTP. Artinya setiap MTP pasti akan berhubungan dengan setiap link SCTP sebagai pembawa ke jaringan. Untuk mencegah duplikasi association , maka setiap endpoint harus tahu IP dan port number kedua endpoint yang saling berhubungan. Dengan cara ini SCTP akan mencegah terjadinya dupikasi association dalam satu IP dan port number yang sama. Dalam proses pembentukan association yang dilakukan adalah pembentukan berdasarkan pengenalan IP dan port number. Pembentukan association M2PA tidak berdasarkan SLC. Perlu dicatat bahwa sebuah link di association SCTP diidentifikasikan oleh dua buah endpoint. Setiap endpoint diidentifikasikan oleh IP dan port number. Selanjutnya setiap association tersebut akan dimap ke SLC.
Berikut beberapa bentuk association link SCTP-M2PA : -
Association dan link antar IPSP yang masing-masing mempunyai dua IP address. Gambar 2.23 menunjukan bahwa ada dua IPSP yang masing-masing mempunyai dua IP. Dua association adalah link yang menghubungkan kedua IPSP tersebut. Saat linklink tersebut masih dalam satu linkset maka kedua link tersebut mempunyai SLC yang berbeda.
41
IPSP Y
IPSP X
SCTP Association 1
IPA port= PW SLC= a
IPB port= PW SLC= a
SCTP Association 2
IPC port= PW SLC= b
IPD port= PW SLC= b
IPx = IP address PW = M2PA registered port number
Gambar 2.23 Association dan link antara dua IPSP yang masing-masing mempunyai dua IP.
Dalam table II.3 di bawah menunjukkan hubungan sebagai penjelasan dari gambar 2.23 diatas.
Tabel II.3 Hubungan antara association dan link antara dua IPSP. Associatio
IPSPX IP
n
address
IPSPY Port
IP address
Port
SLC
1
IPA
PW
IPB
PW
a
2
IPC
PW
IPD
PW
b
Dari table II.3 diatas dapat dijelaskan bahwa metode mapping pembentukan association SCTP terhadap SLC adalah sangat berhubungan dan menentukan. Artinya dua association tersebut dibedakan dengan SLC karena masih dalam satu linkset.
42
-
Association dan link antara satu IPSP yang terhubung ke dua buah IPSP. Gambar 2.24 dan tabel II.4 di bawah menunjukkan satu buah IPSP terhubung dengan dua IPSP, jadi ada tiga IPSP.
IPSP X
IPSP Y
IPA port= PW SLC= a
SCTP Association 1
IPB port= PW SLC= a
IPC port= PW SLC= b
SCTP Association 2 IPSP Z
IPD port= PW SLC= b
IPx = IP address PW = M2PA registered port number
Gambar 2.24 Association dan link antara satu IPSP ke dua IPSP
Sebagai catatan dalam contoh ini adalah ada dua buah link dengan beda linkset. Karena itu bisa terjadi bahwa SLC a dan b akan sama, disebabkan karena linksetnya beda. 43
Tabel II.4 Association dan link (SLC) antara dua IPSP dengan dua IP berbeda IPSPX
Associatio
IP
n
address 1
IPA
Port
IP
n
address 2
IPC
IP address
PW
IPSPX
Associatio
-
IPSPY
IPB
Port PW
SLC
a
IPSPZ Port PW
IP address IPD
Port PW
SLC
b
Association dan link (SLC) berupa multiple association antara dua IP address Gambar 2.25 dan tabel II.5 di bawah menunjukkan dua association diantara IP yang sama. Association ini hanya dibedakan oleh port number.
IP S P X
IP S P Y
IP A p o rt= P 1 SLC= a
IP A p o r t= P W SLC= b
SCTP A s s o c ia tio n 1
SCTP A s s o c ia tio n 2
IP B p o r t= P W SLC= a
IP B p o rt= P W SLC= b
IPx = IP address P1 = Pre-selected port number PW = Registered port number for M2PA
Gambar 2.25 Association dan link (SLC) berupa multiple association antara dua IP address
44
Tabel II.5
Association dan link (SLC) berupa multiple
association antara dua IP address IPSPX
Associatio
IP
n
address
IPSPY Port
SLC
IP address
Port
1
IPA
P1
IPB
PW
a
2
IPA
PW
IPB
PW
b
3. Link alignment Kegunaan dari prosedur link alignment adalah : -
Untuk keperluan handshaking antara dua endpoint sehingga siap untuk melakukan transmisi SS7 , dan mencegah traffic dikirim pada saat endpoint tujuan belum siap.
-
Sebagai verifikasi bahwa association SCTP bisa digunakan untuk transport SS7.
-
Digunakan pada saat SCTP menjalani periode mode pengiriman slow-start.
4. Processor Outage Processor outage terjadi saat M2PA tidak bisa mentransfer data karena masalah layer diatasnya. Ketika M2PA mendeteksi local processor outage, maka ia akan mengirim link status processor outage message ke lawan. M2PA akan menghentikan pengiriman user data message ke SCTP. M2PA juga akan menghentikan penerimaan message yang masuk dari SCTP. M2PA selalu mengirim ke lawan secara periodic link status processor outage selama local processor masih mengalami outage. Di sisi lawan saat menerima link status processor outage tersebut maka akan langsung melaporkan ke MTP-3 bahwa ada processor outage di lawan. Maka kemudian ia akan
45
menghentikan pengiriman data. M2PA akan mengeluarkan remote congestion timer T6 dan akan berhenti jika lawan sudah normal kembali. Pada saat processor outage berhenti, MTP-3 akan message ke M2PA yaitu local processor recovered. Local M2PA ini kemudian akan mengirim status processor outage ended ke lawannya. Di sisi lawan akan melanjutkan pesan processor outage ended yang ia terima dengan memberitahu ke MTP-3 dia bahwa remote processor outage telah berhenti.
5. Level-2 Flow Control Jika M2PA dalam kondisi congestion, maka ia akan mengirim link status busy ke lawan. Jika M2PA sudah dalam kondisi tidak congestion lagi, maka maka M2PA akan mengirim link status busy ended ke lawan.
6. Error Monitoring Adalah kondisi jika M2PA mendapatkan gangguan di SCTP association di link, maka M2PA akan memberitahu ke MTP-3 bahwa link out of service.
7. Prioritas transmisi dan penerimaan (Transmission & reception) Dalam MTP, link status message mempunyai prioritas melalui user data message. Untuk pencapaian prioritas ini, M2PA akan mengirim link status dan user data message terpisah secara stream. Semua message dikirim menggunakan ordered delivery option. M2PA akan mengirimkan terlebih dahulu link status ke SCTP dan selanjutnya adalah user data message. M2PA memberikan prioritas terlebih dahulu dalam pembacaan link status message yang diterima setelah itu baru user data message. 46
III.
Prosedur sebagai interface MTP-3/MTP-2 1. Mengirim dan menerima message Di saat MTP-3 mengirim message ke M2PA untuk ditansmisikan, M2PA selanjutnya akan meneruskan message tersebut ke SCTP dengan menggunakan SEND primitive. Pada saat M2PA menerima user data message dari SCTP, maka selanjutnya M2PA akan meneruskannya ke MTP-3. Jika M2PA menerima message dari SCTP dengan kondisi invalid atau unsupported message dalam common message header, maka ia akan membuang message tersebut. Proses pengiriman data akan diiringi dengan FSN (Forward Sequence Number). FSN 1 adalah untuk data pertama kali yang akan dikirim. Untuk data selanjutnya adalah FSN 2, FSN 3 dan seterusnya. FSN akan mulai lagi dari 0 jika angkanya sudah melewati jumlah maksimumnya. Proses pengiriman data dengan FSN kemudian akan dibalas oleh lawan dengan BSN (backward sequence number). Jika BSN “n” yang diterima, maka M2PA akan menghapus semua data dengan FSN “n” dari antrian (queue).
2. Aktifasi link dan restorasi MTP-3 akan meminta ke M2PA untuk mengaktifkan atau merestorasi link dengan Start request. Selanjutnya M2PA akan melaksanakannya dengan prosedur alignment seperti dijelaskan sebelumnya.
3. Deaktifasi link MTP-3 minta M2PA untuk deaktifasi link dengan perintah Stop command. Kemudian M2PA akan mengirim link status out of service ke lawan. Di sisi lawan setelah menerima status
47
tersebut akan selanjutnya memberitahu ke MTP-3 nya bahwa link out of service.
4. Flush buffer dan continue Flush buffer dan continue ini adalah perintah dari MTP-3 yang akan mengijinkan M2PA memulai proses pengiriman dan penerimaan dengan SCTP setelah MTP-3 sudah tidak terjadi processor outage lagi.
5. MTP-3 Signalling Link Congestion Jika M2PA menerima link transmission status congestion dari SCTP, maka ia akan memberikan notifikasi ke MTP-3 bahwa terjadi congestion di link.
6. Changeover Changeover adalah proses dimana M2PA akan pindah ke link aternatif jika link putus. Perpindahan ini adalah untuk menjaga message atau data yang dibawa akan tetap terkirim melalui link lain tanpa adanya loss data, duplikasi maupun salah urutan.
II.3.3
MTP3-User Adaptation Layer ( M3UA )
II.3.3.1
Pengertian M3UA
M3UA adalah kepanjangan dari MTP3 User Adaptation layer. M3UA digunakan sebagai pembawa traffic layer MTP-3 melalui jaringan IP. Dalam node signaling gateway, M3UA ini juga bisa akan berkominikasi dengan SS7-TDM.
48
II.3.3.2
Konsep M3UA
Konsep M3UA adalah terdiri dari beberapa bagian yang akan dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Application Server (AS) Adalah sebuah logical entity yang berperan sebagai sumber informasi atau data. Logical entity ini adalah tempat terjadinya awal proses pengolahan data maupun voice yang akan dihubungkan dengan entity lain sehingga terjadilah komunikasi. Ia akan menyediakan berbagai layanan aplikasi untuk kegiatan komunikasi. Sebagai contoh entity AS ini adalah MSC, SMSC, HLR, IN, PSTN dsb. AS akan mempunyai suatu kode specific untuk menandakan service yang disediakan. Kode specific itu adalah routing key. Routing key ini adalah unique sesuai service yang dilayaninya. Sebagai contoh, jika AS hanya akan melakukan process voice call untuk PSTN maka akan diidentifikasikan dengan routing key “DPC/OPC/CICm-n”. Contoh lainnya adalah AS yang bekerja sebagai fungsi HLR maka mempunyai routing key “DPC/OPC/SCCP_SSN”.
2. Application Server Process (ASP) ASP merupakan kumpulan beberapa application server yang ada dalam
setiap
AS.
ASP
ini
bisa
berupa
softswitch,
MSC,
SMSC,IN,HLR dsb. ASP adalah tempat yang menyediakan service. AS akan membawa traffic ASP yang terhubung dengan SG. Signaling proses ASP akan melalui SG. Artinya ASP akan melakukan association dengan ASP atau entity yang lain melalui SG, tidak terhubung secara langsung. ASP bisa mempunyai signaling baik itu M3UA maupun SS7-TDM.
49
3. IP Server Process (IPSP) IPSP adalah sejenis ASP, yaitu sebagai application server. Bedanya adalah antar entity di IPSP ini akan terhubung langsung dan tanpa melalui SG. IPSP ini adalah proses yang berdasarkan aplikasi IP. Semua proses association di IPSP ini adalah melalui IP.
4. Signaling Gateway Process (SGP) Adalah entity yang berfungsi sebagai signaling gateway. SGP ini sebagai media perantara antara ASP dengan ASP lain. SGP juga sebagai media antar ASP yang menggunakan SS7-IP dengan entity lain yang masih menggunakan SS7-TDM. SGP mempunyai mode active-stand by dan loadshare dalam hubungan assotiation dengan ASP.
5. Routing Key Routing key menunjukkan suatu set parameter SS7 dan parameter value
(seperti
DPC,
SIO+DPC,
SIO+DPC+OPC
dan
SIO+DPC+OPC+CIC) . Routing key ini adalah unique untuk setiap traffic signaling yang dilakukan oleh application server.
6. Routing Context Adalah kode 32-bit yang unique yang digunakan dalam routing key.
7. Signaling Point Management Cluster (SPMC) Adalah sekumpulan beberapa application server yang dimiliki oleh satu SP (Signaling point). Ini digunakan untuk mengetahui status application service dari SP tersebut.
50
II.3.3.3
Arsitektur Protocol M3UA
Gambar 2.26 berikut menunjukkan arsitektur dari protocol M3UA.
MTP3-user M3UA LM SCTP IP
Gambar 2.26 arsitektur M3UA
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa M3UA terletak dibawah layer MTP3-user. M3UA ini berperan sebagai interface dari/ke MTP3. SCTP yang berada di bawah M3UA berperan sebagai pembawa M3UA sendiri. Sedangkan IP sebagai media transport ke jaringan untuk transmisi. M3UA juga mempunya layer management (LM) yang unique. LM ini berfungsi untu menyediakan management service.
II.3.3.4
Aplikasi M3UA
Berikut adalah berbagai aplikasi yang ada di M3UA.
1. Aplikasi M3UA model SGP-ASP Model aplikasi ini digunakan disaat ASP akan berkomunikasi dengan SEP (SS7 traditional) dengan melalui SG. SG ini akan berperan sebagai nodal interworking function (NIF) dari IP-based dengan MTP SS7-based. Antara SGP dengan ASP terhubung dengan IP (M3UA), sedangkan SGP dengan SEP terhubung dengan tradisional SS7. Gambar 2.27 berikut menunjukan model hubungan SGP-ASP. 51
SS7 SEP
SG
MTP User
NIF
IP
MGC
NIF
MTP3
MTP3
M3UA
M3UA
MTP2
MTP2
SCTP
SCTP
MTP1
MTP1
IP
IP
MGC : Media Gateway Controller
Gambar 2.27 model aplikasi M3UA SGP-ASP
2. Aplikasi M3UA model IPSP-IPSP Model ini digunakan untuk menghubungkan antar entity yang semuanya bekerja IP-based. Gambar 2.28 menunjukkan model IPSPIPSP.
MGC
IP
MGC
User
User
M3UA
M3UA
SCTP
SCTP
IP
IP
Gambar 2.28 model M3UA IPSP-IPSP
II.3.3.5
Fungsi M3UA
1. Transport MTP3-User M3UA sebagai transport dari MTP-TRANSFER primitive melalui suatu association SCTP antara SGP-ASP maupun IPSP-IPSP. Jika satu ASP terhubung ke dua SGP maka model transportnya bisa dipakai model active-stand by ataupun loadsharing. M3UA tidak dibatasi
52
dengan panjang SIF seperti di SS7 biasa yaitu harus di bawah 272octet. SIF yang lebih besar dari 272-octet akan tetap bisa ditransport oleh M3UA/SCTP tanpa harus dilakukan segmentasi terlebih dahulu di layer atasnya. Pembatasan SIF maksimum harus di bawah 272-octet hanya akan terjadi pada hubungan antara SGP dengan SS7 biasa.
2. Fungsi Manajemen Association Layer M3UA bisa melakukan manajemen association dengan pendeteksian error message dengan notifikasi baik di local node maupun node pasangannya.
3. Interworking dengan MTP3 Network Management Function Fungsi ini ada di SGP. Di SGP, M3UA bertugas sebagai interworking dengan MTP3 network management function yang menangani proses signaling application dari ASP (IP-based) maupun SEP (traditional SS7). Berikut adalah beberapa fungsi interworking tersebut yang terjadi di SGP : o Memberi indikasi ke MTP3-user di ASP bahwa hubungan dengan SEP putus. o Memberi indikasi ke MTP3-user di ASP bahwa hubungan dengan SEP telah terbentuk. o Memberi indikasi ke ASP bahwa hubungan dengan SEP sedang congestion.
4. Manajemen Association SCTP antara SGP dengan ASP M3UA di SGP akan bertugas menjaga availabilitas semua ASP yang terhubung dengan dia serta akan mengatur semua hubungan SCTP dan traffic yang lewat. M3UA juga akan mengurus status hubungan active/inactive atau congestion dengan ASP.
53
5. Manajemen Koneksi dengan Multiple SGP Seperti diketahui sebelumnya bahwa satu ASP bisa terhubung dengan dua SGP (multiple SGP). Dengan multiple SGP, ASP akan mempunyai route lebih dari satu yaitu sebagai contoh lewat SGP1 maupun SGP2. Route tersebut dapat digunakan sebagai alternative buat ASP yaitu prioritas mana yang akan diambil serta kemungkinan akan ke prioritas berikutnya bila prioritas pertama mengalami gangguan. M3UA akan bertugas mengatur status availability maupun congestion kearah route tujuan. M3UA akan melaporkan status tersebut ke MTP3.
II.3.3.6
Unit Protocol M3UA
1. Format M3UA Secara umum format M3UA message terdiri dari common message header yang kemudian diikuti dengan beberapa parameter message. a. Common message header Common message header ini terdiri dari version, message type, message length dan message content. Gambar 2.29 menunjukkan format common message header.
0 1 2 3 01234567890123456789012345678901 Version
Spare
Message classMessage type
Message length
Gambar 2.29 Common message header
b. Parameter message
Gambar 2.30 menunjukkan format parameter variable-length .
54
0 2 1 3 01234567890123456789012345678901 Parameter tag
Parameter length
Parameter value
Gambar 2.30 Format parameter variable-lenght
Parameter ini akan selalu mengikuti sesuai dengan jenis-jenis parameter data message yang dibawa/diterima.
2. Data Message Data message terdiri dari SS7 MTP3-User protocol data, serta MTP3 routing label. Gambar 2.31 berikut menunjukkan format parameter data message.
0 1 2 3 01234567890123456789012345678901 Tag(0x0200)
Length=8
Network appearance Length=8
Tag(0x0006) Routing context
Length=8
Tag (0x00210) Protocol data Tag(0x0013)
Length=8 Correlation Id
Gambar 2.31 Format parameter data message
o Network appearance Parameter ini adalah menunjukkan Network Indicator (NI) yang digunakan untuk mendefinisikan format point code SS7 yang digunakan.
55
o Routing context Routing context adalah berupa kode 32-bit yang digunakan untuk routing key.
o Protocol data Protocol data merupakan message asli dari SS7 MTP3 termasuk juga di dalamnya service information octet dan routing label. Protocol data terdiri dari : -
Service indicator (SI)
-
Network indicator (NI)
-
Destination point code (DPC)
-
Originating point code (OPC)
-
Signalling link selection code (SLS)
User protocol data ini adalah ISUP, SCCP atau TUP. Gambar 2.32 menunjukkan format protocol data.
0 1 2 3 01234567890123456789012345678901
Idle
Idle
OPC
Idle
DPC SI
Idle
NI
Idle
Protocol data
Gambar 2.32 Format protocol data
56
SLS
3. SS7 Signalling Network Management (SSNM) message Berikut adalah beberapa message SSNM : a. Destination unavailable (DUNA) DUNA adalah message yang dikirim oleh SGP secara broadcast ke seluruh ASP yang memberitahukan bahwa ada node SS7 yang unreachable. ASP diharapkan untuk menghentikan pengiriman message ke tujuan yang unreachable tersebut setelah menerima message DUNA.
b. Destination available (DAVA) DAVA adalah kebalikan dari DUNA, yaitu SG akan mengirim DAVA ke semua ASP bahwa node sudah reachable kembali. Setelah ASP menerima DAVA ini maka ia akan melakukan pengiriman kembali message kearah node tersebut.
c. Destination state audit (DAUD) Message DAUD dikirim dari ASP ke SGP yang digunakan untuk mengaudit/mengecek status dari SS7 route tujuan apakah masih available atau sedang congestion.
d. SS7 network congestion (SCON) SCON adalah message yang dikirim oleh SGP ke ASP yang memberitahukan bahwa ada node tujuan mengalami congestion. ASP akan meresponnya dengan mengirim message DAUD.
e. Destination user part unavailable (DUPU) DUPU adalah message yang dikirim oleh SGP ke ASP bahwa node lawannya (remote MTP3-user part) dalam status unavailable.
57
4. ASP Management (ASPM) Message a. ASP UP message ASP UP dikirim ke lawan untuk memberitahu bahwa status local node siap untuk menerima message SSNM.
b. ASP UP Ack message ASP UP Ack adalah balasan acknowledgement dari message ASP UP.
c. ASP Down (ASPDN) message ASPDN dikirim ke lawan yang memberitahukan bahwa local node sedang dalam status belum siap untuk menerima menerima DATA, SSNM, RKM atau ASPTM.
d. ASP Down Ack (ASPDN Ack) message ASPDN Ack adalah kiriman balasan setelah menerima ASPDN.
e. Heartbeat message (BEAT) BEAT message digunakan untuk mendeteksi bahwa status association M3UA dengan node lawan masih terbentuk.
f. Heartbeat acknowledgement (BEAT Ack) BEAT Ack adalah balasan dari message BEAT .
5. M3UA Routing Key Management (RKM) message a. Registration request (REG REQ) Message REG REQ ini dikirim untuk regristasi routing key antara local node dengan remote peer node.
58
b. Regristation response (REG RSP) REG RSP adalah jawaban dari REG REQ. Jawaban ini akan mengindikasikan apakah routing key regristation request berhasil atau tidak.
c. De-regristration request (DEREG REQ) DEREG digunakan untuk memberitahu ke node lawan untuk tidak meregistrasi routing key yang ada.
d. De-regristation response (DEREG RSP) DEREG RSP adalah jawaban dari DEREG REQ.
6. ASP Traffic Maintenance (ASPTM) message a. ASP active (ASPAC) ASPAC dikirim oleh ASP untuk memberitahu ke node lawan bahwa dia siap untuk memproses signaling traffic.
b. ASP active acknowledgement (ASPAC Ack) ASPAC Ack adalah balasan acknowledgement dari ASPAC.
c. ASP inactive (ASPIA) ASPIA dikirim oleh ASP ke remote node untuk memberitahu bahwa local node tidak siap untuk memproses traffic (tidak aktif).
d. ASP inactive acknowledgement (ASPIA Ack) ASPIA Ack adalah sebagai jawaban dari message ASPIA.
59
7. Management (MGMT) message a. Error (ERR) ERR adalah message yang dikirim ke node lawan untuk notifikasi bahwa adanya error message yang diterima dari node lawan tersebut.
b. Notify (NTFY) NTFY digunakan untuk mengindikasikan event yang terjadi antara local M3UA dengan remote M3UA pasangannya.
II.3.3.7
Prosedur M3UA Untuk Melakukan Hubungan Komunikasi Di bawah ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah M3UA dalam membentuk hubungan komunikasi, yaitu akan dijelaskan antara SGP dengan ASP. Di sini diasumsikan bahwa hubungan SCTP sebelumnya sudah terbentuk, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan hubungan M3UA. 1. Pembentukan association dan traffic antara SGP dengan ASP a. Single ASP Contoh skenarionya adalah proses pembentukan traffic antara SGP dengan satu ASP tanpa ASP back up. -
Single ASP (1+0) dengan registrasi
SGP
ASP1 ASP Up ASP Up Ack REG REQ (LRCn,RKn)
LRC: Local Routing Context RK: Routing Key RC: Routing Context
REG RSP (LRCn,RKn) ASP active (RCn) ASP active Ack (RCn)
Gambar 2.33 Contoh prosedur set up single ASP with REG
60
b. Multi ASP -
Dua ASP (1+1, active/backup) Proses pembentukan traffic antara SGP dengan dua buah ASP dalam satu application server. ASP1 sebagai active dan ASP2 sebagai backup. Jika ASP1 terjadi gangguan maka ASP2 akan menjadi active.
SGP
ASP1
ASP Up
ASP2
ASP Up Ack ASP Up ASP Up Ack ASP Active ASP Active Ack
Gambar 2.34 Contoh prosedur multi ASP active/backup
-
Dua ASP (1+1, loadsharing) Proses pembentukan traffic dari SGP dengan dua buah ASP yang keduanya sama-sama active.
SGP
AS P1
A SP U p
AS P2
ASP-U p A ck ASP U p ASP-U p Ack A SP Active (load-share) ASP Active Ack N FT Y (AS_Active) ASP A ctive (load-share) ASP Active Ack
Gambar 2.35 Contoh prosedur multi ASP loadsharing
61
c. Tiga ASP (2+1, loadsharing) Proses ini adalah dimana ada tiga ASP dengan dua ASP active dan satu ASP backup terhubung dengan satu SGP.
SG P
A SP 2
A SP 1
A SP Up
AS P 3
A SP Up A ck A S P Up AS P Up Ac k A SP Up AS P Up Ac k AS P Active (lo ad -share) AS P A ctive Ack NTF Y (AS _A ctive ) NTF Y (A S_ Ac tive ) A SP A ct (lo ad -share ) A SP A ctive A ck
Gambar 2.36 Contoh prosedur tiga ASP loadsharing
2. Fail-over traffic ASP a. ASP 1+1 backup over-ride saat satu ASP inactive
SGP
ASP2
A S P in a c tiv e A S P in a c tiv e A c k N T F Y (A S -P e n d in g ) A S P a c tiv e A S P a c tiv e A c k
Gambar 2.37 Contoh proses over-ride ASP backup
62
Gambar 2.37 menjelaskan ASP1 tidak active (off) sehingga proses heartbeat gagal antara SGP-ASP1. ASP2 akan berfungsi sebagai active node.
b. ASP 1+1 backup over-ride
SG
ASP1
ASP2
ASP active ASP active Ack NTFY (alternate ASP-active)
Gambar 2.38 Contoh ASP 1+1 backup over-ride
Gambar 2.38 menjelaskan ASP1 active, ASP2 stand by, kemudian terjadi pemindahan traffic dari ASP1 ke ASP2.
3. Komunikasi antara IPSP-IPSP
ASP Up A S P U p A ck A S P a c tiv e (R C b )
R C : R o u tin g C o n(te x t (o ) p tio n a l) A S P a c tiv e A c k (R C b ) D AT A A S P in a c tiv e (R C b ) R C : R o u tin g C o n te x t (o ) p tio n a l) A S P in a c tiv e A c k (R C b )
A S P D ow n AS P D ow n Ack
Gambar 2.39 Contoh proses komunikasi IPSP-IPSP
63
64