BAB II LANDASAN TEORI
2.1 EMOSI 2.1.1
Pengertian Emosi Menurut Corsini (2002) dalam bukunya The Dictionary of Psychology
emosi adalah setiap keadaan mental yang ditandai dengan berbagai tingkat perasaan dan biasanya disertai dengan ekspresi motorik yang cukup intens. Status subjektif bisa berupa menyenangkan, mengancam, menakutkan atau yang alamiah lainnya. Emosi biasanya diarahkan kepada seseorang atau peristiwa tertentu dan melibatkan perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung dan penghambatan peristaltis. Menurut Lazarus (dalam Hude, 2006) emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas – dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dan sebagainya dan dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Menurut Lahey (2007) emosi adalah reaksi dari sebuah stimulus berupaperasaan positif atau negatif yang diikuti physiological arousal dan perilaku. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan para ahli peneliti menyimpulkan emosi adalah sebuah keadaan mental yang terdiri dari berbagai tingkat perasaan positif dan negatif yang diikuti dengan perubahan fisiologis
10
(seperti perubahan denyut nadi, pernafasan dan produksi kelenjar) serta adanya ekspresi motorik yang menghasilkan perubahan perilaku. 2.1.2
Teori – teori Emosi a. Teori James-Lange William Jamesmenyatakan bahwa stimulus emosional dijalankan oleh
sensory relay centre atau biasa disebut Talamus langsung ke sistem limbik, yang memproduksi reaksi tubuh terhadap takut melalui hipotalamus dan bagian simpatis di sistem syaraf otonom. Sensasi dari reaksi tubuh ini kemudian dikirim kembali ke cortex dan memproduksi apa yang kita rasakan di kesadaran yaitu emosi(dalam Lahey, 2007). James mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Misalnya ketika seseorang melihat seekor harimau lepas dari kandangnya, ia pun berlari dengan cepat dengan jantung yang berdebar. Reaksi berlari dan jantung yang berdebar kemudian memunculkan perasaan takut. Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai pemicu emosi yang dialami oleh manusia. Perubahan-perubahan fisiologis itu diterjemahkan sebagai emosi (dalam Hude, 2006).
11
b. Teori Cannon-Bard Walter Cannon menyatakan teori tentang emosi dan direvisi oleh Philip Bard (1934). Canon meyakini bahwa informasi dari stimulus pertama dihantarkan ke thalamus, dari sana kemudian dikirim sekaligus ke cerebral cortex yang produksi perasaan emosi dan ke hipotalamus dan sistem saraf otonom yang memproduksi perubahan fisiologis. Menurut teori ini kesadaran dalam merasakan emosi dan pengaruh fisiologis bukanlah hal yang saling berkaitan (dalam Lahey, 2007). Misalnya pada saat melihat harimau, maka hipothalamus yang ada di dalam otak melakukan dua hal secara simultan. Pertama, ia menstimulasi sistem syaraf otonom untuk memproduksi atau mengaktifkan perubahan–perubahan fisiologis, seperti meningkatnya degup jantung, napas yang cepat, dan sebagainya. Kedua, hipothalamus mengirim pesan ke cerebral cortex dimana pengalaman emosi dirasakan (dalam Hude, 2006). c. Teori Kognitif Teori ini menekankan bahwa interpretasi kognitif terhadap stimulus emosional yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh merupakan kunci dari emosi. Interpretasi kognitif ada dua langkah : 1. Interpretasi stimulus dari lingkungan Menyatakan
bahwa
seseorang
tidak
dipengaruhi
kejadian
tetapi
interpretasi mereka sendiri. Menurut teori kognitif ini, informasi dari stimulus pertama kali berjalan menuju cerebral cortex, dimana disana stimulus tersebut di
12
interprestasikan dan dirasakan. Kemudian sebuah pesan dikirim ke sistim limbik dan sistem syaraf otonom yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis. 2. Interprestasi stimulus dari tubuh karena adanya perubahan otonom Singer (1962) percaya bahwa perubahan emosi sangat tidak jelas dan tidak spesifik untuk emosi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sistem syaraf otonom dan kelenjar endokrin aktif dengan cara yang sama dan tanpa memperhatikan emosi apa yang sebenarnya dirasakan. Stimulus internal dari perubahan emosi yang disebabkan oleh tubuh memainkan peranan penting dalam proses merasakan emosi, tetapi hanya jika interprestasi kognitif dianggap sebagai sumber dari perubahan itu. Contohnya, jika kamu merasa berdebar saat mendengar
suara
tembakan
dari
tetangga
sebelah,
kamu
akan
menginterprestasikan debaran itu sebagai rasa takut, tetapi jika kamu berdebar setelah berciuman, maka kamu akan menginterprestasikannya sebagai rasa cinta. Sehingga jelas bahwa sensasi otonom yang timbul dalam situasi emosional tidak berbeda, itulah mengapa sering terjadi kesalahan dalam menginterprestasikan sesuatu. Contohnya, keterbangkitan seksual diinterprestasikan sebagai cinta. Karena itu, Scachter dan Singer menyatakan bahwa perubahan otonom yang menyertai seluruh emosi adalah sama, sehingga interprestasi kognitif yang menyebabkan perubahan
itulah yang penting. Sehingga kesimpulannya
kemampuan kita untuk mengukur perubahan otonom didalam diri kita sebagai pola yang sedikit berbeda dapat diasosiasikan dengan beberapa emosi yang berbeda pula, tetapi perbedaan itu sangat tipis (dalam Lahey,2005).
13
2.2 EMOSI MUSIKAL Emosi Musikal adalah sebuah istilah yang digunakan untuk emosi yang ditimbulkanoleh musik (dalam Juslin dan Sloboda, 2010). Emosi musikal memiliki 4 komponen yaitu: psychological arousal (sebagaimana tercermin, contohnya perubahan aktivitas autonomi dan endokrin), subjective feeling (seperti perasaan senang, bahagia, sedih, dll), motor expression (contohnya tersenyum atau cemberut), dan action tendencies( seperti menghentakkan kaki, bertepuk tangan, dll) (dalam Koelsch, 2012). Dalam Penelitian ini peneliti hanya mengukur satu komponen emosi musikal yaitu subjective feeling. Hal ini disebabkan karena beberapa emosi lebih dapat dirasa daripada dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku yang tampak seperti ekspresi dan manifestasi fisiologis. Untuk itu lebih cocok meneliti emosi musikal melalui fenomena pengalaman dengan tetap memasukkan status emosi yang tidak menunjukkan ekspresi (behavioral manifestation) namun tetap tinggi merepresentasikan karakteristik reaksi dalam mendengarkan musik (dalam Zentner et al., 2008). Komponen subjective feeling dari emosi musikal akan diukur dengan selfreported. Terdapat dua tipe pengalaman emosi dalam mendengarkan musik, yaitu perceived dan felt emotion. Untuk tipe perceived emotion, pendengar diminta untuk menentukan karakter emosi yang ada pada musik misalnya (musik ini menggambarkan kesedihan) sedangkan felt emotion menguji bagaimana perasaan yang ditimbulkan oleh
musik. Pengertian istilah emosi pada penelitian ini
14
mengacu pada teori Zentner et al. (2008) yaitu“sense of feeling”, bagaimana emosi dirasakan oleh seseorang dimana hal ini merupakan pengalaman subjektif setiap orang. Terdapat perdebatan apakah emosi musikal secara kualitatif sama dengan emosi secara umum (emosi sehari-hari). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat mekanisme yang sama antara emosi yang dibangkitkan oleh musik dengan emosi yang ditimbulkan emosi lain. Hal ini didukung pula oleh beberapa penelitian
bahwa emosi yang dibangkitkan musik sama dengan emosi yang
dibangkitkan stimulus lain. Di sisi lain, Swanwick dan Lippman mengatakan bahwa emosi sehari-hari berbeda dengan pengalaman emosi dari mendengarkan musik. (dalamJuslin & Vӓ stjӓ ll, 2008). William James ( dalan Juslin & Sloboda, 2010) juga telah membedakan dua jenis emosi “coarse” and”refined”, dimana Refined emosi lebih digambarkan dalam bentuk perasaan dari pada tindakan, tidak dimanifestasikan melalui perilaku yang tampak, tidak menunjukkan reaksi fisiologis yang jelas, dan tidak dilabel dengan emosi secara umum. Juslin & Vӓ stjӓ ll (2008) menyatakan bahwa ada perbedaan beberapa mekanisme psikologis yang mendasari kebangkitan emosi musikal dengan mekanisme yang mendasari kebangkitan dari basic emotion. Juslin & Vӓ stjӓ ll (2008) dalam penelitiannya mencoba menguraikan mekanisme psikologis yang terjadi saat musik membangkitkan emosi.
15
a. Refleks batang otak Refleks batang otak mengacu pada proses dimana emosi dibangkitkan oleh musik karena satu atau lebih karakteristik fundamental akustik musik yang diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan mendesak. Menurut mekanisme refleks batang otak, masing-masing elemen memiliki dampak yang sama pada semua orang. Suara yang tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau tempo yang cepat akan mendorong emosi tidak menyenangkan pendengar. b. Pengkondisian evaluatif Mekanisme pengkondisian evaluatif mengacu pada sebuah proses dimana emosi timbul karena sebagian atau sepotong musik yang telah beberapa kali dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai contoh, sepotong musik yang dipasangkan berulang-ulang dengan spesifik event yang selalu membuat senang (misalnya bertemu dengan teman). Ketika potongan musik itu kembali didengar dilain waktu maka musik tersebut akan mendatangkan kebahagiaan meski tanpa kehadiran dari teman. c. Penularan emosi Penularan emosi mengacu pada proses dimana musik dapat menimbulkan emosi pada pendengarnya karena pendengar menerima ekspresi emosi dari musik, kemudian menginternalisasi ekspresi tersebut. Misalnya musik yang memiliki ekspresi sedih (yang bertempo lambat, pitch rendah, dan suara yang pelan) akan menimbulkan kesedihan pada pendengar.
16
d. Citra visual Mekanisme citra visual terjadi ketika emosi timbul karena pendengar menciptakan
bayangan
visual
saat
mendengarkan
musik,
misalnya
membayangkan pemandangan yang indah. Citra visual biasanya didefenisikan sebagai pengalaman yang mirip dengan pengalaman perseptual. Namun terjadi tanpa kehadiran stimulus sensori yang relevan. e. Ingatan episodik Mekanisme ini mengacu pada proses ketika emosi timbul karena musik membangkitkan ingatan pendengar pada sebagian peristiwa dalam kehidupannya. Penelitian menunjukkan bahwa musik sering kali membangkitkan kenangan Sehingga ketika ingatan akan peristiwa itu muncul, maka emosi yang berhubungan dengan peristiwa pun ikut muncul. f. Harapan akan musik Mekanisme ini mengacu pada emosi yang timbul karena fitur spesifik musik dilanggar, tertunda, atau mengkonfirmasi harapan pendengar tentang kelanjutan musik. Misalnya pendengar yang mempunyai harapan dari perubahan dari nada E-F# akan dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pendengar akan terkejut. Sloboda (1989) menemukan bahwa anak-anak berusia 5 tahun tidak dapat menolak kombinasi kunci yang salah. Berbeda dengan anak usia 5 tahun, pada anak usia 9 tahun mereka menertawakan kejadian salah kunci pada suatu permainan musik.
17
2.2.1. Tipe Alat Ukur Self Reported pada Emosi Musikal Menurut Juslin dan Sloboda (2010), terdapat beberapa tipe alat ukur self-reported dalam mengukur emosi musikal, yaitu : a. Skala Likert. Subjek diminta merating skala likert yang berisi daftar kata emosi musikal. Contohnya Positive and Negative Affect Schedule, yang berisi 60 kata berkaitan dengan emosi kemudian partisipan diminta meratingnya dengan 5 pilihan kategori yaitu “sangat sedikit, sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak”. b. Adjective Checklist. Subjek diminta memilih kata yang sesuai dengan apa yang dirasakan. Contohnya Activation-Deactivation Adjective Check List. c. Visual Analogue Scale. Subjek diminta merating skala yang emosi musikal yang terdiri dari 2 kategori pilihan, misalnya “ tidak senang sama sekali “ atau “sangat senang”. d. Non Verbal Evaluation Task. Pada tipe ini stimulus emosi disusun tanpa menggunakan kata-kata. Contohnya Self Assesment Manikin scale (SAM), dimana emosi diukur dengan menggunakan gambar yang sesuai dengan ekspresi wajah, sehingga dapat digunakan pada anak-anak. e. Diary Study. Berupa laporan sehari-hari mengenai emosi subjek, penyebabnya, serta efek yang ditimbulkan.
18
f. Phenomenological report. Berupa deskripsi pengalaman personal. Format dapat bervariasi mulai dari pengalaman emosi sebelumnya maupun pengalaman emosi terbaru yang dirasa penting. 2.2.2. Model-model Emosi dalam Respon Emosi Terhadap Musik Menurut Juslin dan Sloboda (2010), terdapat 3 model instrument self reported yang digunakan dalam emosi musikal, yaitu :basic emotion model (discrete, atau categorical), dimensional model (circumplex model), dan domain specific model.Basic emotion dan dimensional model berasal dari teori emosi secara umum, sehingga peneliti yang memiliki pandangan bahwa emosi musikal sama dengan emosi secara umum menggunakan model ini dalam mengukur emosi musikal. Sedangkan domain specific model berasal dari pandangan bahwa emosi musikal berbeda dengan emosi pada umumnya. a. Basic Emotion Model Emosi diperoleh dari sejumlah emosi secara universal (umum) dan innate basic emotion yang di dalamnya terdapat (fear, anger, disgust, sadness, dan happiness) dan juga termasuk shame, embrassment, contempt, dan guilt. Model ini lebih sering digunakan untuk perceived emotion dibandingkan felt emotion. Terkadang, kategori emosi tradisional telah dimodifikasi dengan mengganti kategori yang tidak sesuai dengan emosi musikal seperti disgust dan surprise yang diganti dengan peacefulness, dantenderness. Beberapa keunggulan dari model ini adalah pengkategorian mudah dipakai untuk pengenalan paradigma, digunakan pada penelitian fisiologi dan neurologi emosi, dan beberapa dibuat dengan gambar 19
berupa facial expression. Selain memiliki keunggulan ada beberapa kelemahan dari model ini, yaitu kurangnya bukti konsisten disepanjang rentang pengukuran dan perselisihan tentang jumlah yang tepat serta pelabelan kategori emosi yang mungkin didasarkan pada taksonomi budaya dan bahasa dibandingkan dari emosi itu sendiri. b. Dimensional Model Alternatif utama dari model basic emotion (categorical) adalah pendekatan dimensional. Alat ukur pertama dari model ini adalah circumplex model dari Russel. Model ini memperlihatkan bahwa emosi direpresentasikan dengan
penggabungan
merepresentasikan
2
inti
dimensi,
pleasure-displeasure
dan
valence
dan
arousal
yang
activation-deactivation
yang
ditempatkan secara kontinum dan diposisikan secara orthogonal. Kemudian muncul two-dimensional model dari Watson dan Tellegen. Model ini terdiri dari dimensi afeksi positif yang mana merupakan kombinasi antara valensi positif dan arousal yang tinggi, dan dimensi afeksi negatif yang mana merupakan kombinasi antara valensi negatif dan arousal yang tinggi Di sini subjek diminta merating valence dan arousal secara independen pada skala bipolar. Kelemahan dari model ini adalah tidak mampu menghitung varian emosi yang ditimbulkan oleh musik, dan penyelarasan sumbu tidak selalu sesuai dengan sistem fisiologis yang mendorong pengalaman emosi.
20
c. Domain Specific Model Pendekatan ini muncul karena sebagian peneliti berpendapat bahwa emosi secara umum tidak dirancang untuk menangkap emosi yang ditimbulkan oleh musik. Basic emotion dinilai lebih memiliki fungsi untuk adaptasi individu dari sebuah kejadian yang memiliki konsekuensi untuk kesejahteraan individu tersebut sedangkan mendengarkan musik tidak memiliki efek pada integritas fisik dan psikologi individu dan jarang diikuti oleh respon langsung yang memiliki tujuan secara alamiah. Model pertama dibuat oleh Hevner yang dinamainya dengan “adjective clock” sebuah lingkaran yang berisi 8 cluster dengan 6-11 kata sifat di setiap cluster. Kemudian Wedin juga mengembangkan 3 bipolar emotion, gaiety vs gloom, tension vs relaxation, solemnity vs triviality. Meskipun model-model tersebut valid, namun pelabelan emosi didasarkan pada pandangan peneliti (penulis) dari pada secara sistematis yang didapat dari taksonomi istilah yang relevan dengan musik. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Asmus, dimana ia yang pertama kali menyusun istilah emosi yang relevan dengan musik menggunakan metode faktor analisis untuk felt emotion dan menghasilkan 9 dimensi , namun semakin lama pengembangan komprehensif taksonomi emosi musikal ini akhirnya luntur. Zentner et al. ( 2008) kembali mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Asmus dengan metode faktor analisis, alat ukur ini dinamakan GEMS (Geneva Emotional Musik Scale). GEMS menyempurnakan domain specific model sebelumnya, dimana GEMS menghindari kesalahan konsep dan metodologi yang
21
merusak validitas dan mengkontekstualisasikan penemuan mereka
ke dalam
model emosi lainnya. GEMS dibentuk melalui 4 penelitian yang saling berhubungan, penelitian pertama dan kedua dikhususkan untuk menyusun istilah emosi yang relevan dengan musik. Penelitian ketiga mereka mulai merating
istilah musik yang
relevan untuk mengkonfirmasi prosedur faktor analisis. Sedangkan penelitian keempat mereka membandingkan ketiga model self-reported emosi musikal, dan didapatkan hasil bahwa GEMS lebih baik digunakan dalam pengukuran emosi yang dibangkitkan oleh musik dimana pendengar lebih mendeskripsikan apa yang mereka rasakan dengan istilah-istilah yang direpresentasikan dalam GEMS, dan GEMS meningkatkan kesepakatan antar pendengar dalam merating kutipan musik. GEMS berisi 9 kategori emosi yaituwonder, transcendence, tenderness, nostalgia, peacefulness, power, joyful activation, sadness, dantension.Salah satu temuan yang mencolok dari keseluruhan penelitian ini adalah keunggulan nostalgia sebagai kategori perasaan emosi musikal yang menunjukkan fungsi musik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, sebagai pengingat dari peristiwa penting dimasa lalu. Temuan ini tidak hanya menunjukkan adanya hubungan antara fungsi musik dan emosi musikal, tetapi juga menunjukkan peran memori dan citra visual dalam emosi musikal. Kategori tenderness berhubungan dengan perasaan cinta, kasih sayang dan kelembutan sedangkan wonder berkaitan dengan perasaan-perasaan yang menunjukkan kualitas dari musik misalnya terpesona atau
22
kagum. Kategori power berhubungan dengan mekanisme evolusi dari Charles Darwin, dimana dalam teorinya ia menyatakan bahwa beberapa spesies menggunakan suara dalam memancing lawan jenisnya di musim kawin dan suara tersebut juga dianggap sebagai ekspresi kemenangan atas lawannya yang lain. Secara substansi, istilah transcendence (merasa melampaui batas normal fisik, terinspirasi) dan wonder terlihat berhubungan dalam menunjukkan kekaguman. Perasaan senang secara umum tidak dimasukkan ke dalam kategori emosi yang berdiri sendiri. Sebagian masuk dalam kategori wonder, dan sebagian masuk ke dalam joyfull activation. Peacefulnessdan relaxation terlihat sebagai konsekuensi perasaan yang jelas (tampak) pada pendengar. Tension menghasilkan dua kemungkinan interpretasi. Pertama, perasaan ini muncul karena harmoni, ritme, dan melodi tidak sesuai dengan harapan pendengar. Kedua, tension berhubungan dengan kekesalan dimana perasaan ini didorong oleh sifat yang melekat pada musik itu sendiri. Misalnya ketika musik tersebut bersifat mengganggu terus menerus. 2.2.3. Keuntungan dan Kesulitan Meneliti Penelitian tentang Musik Koelsch
(2012)
mengemukakan
keuntungan
dalam
meneliti
hubungan
penggunaan musik dengan emosi memiliki beberapa keuntungan, yakni: a. Musik mampu membangkitkan emosi yang kuat (biasanya lebih kuat, contohnya: gambar wajah yang statis). Respon yang sangat menyenangkan terhadap musik dapt membuat merinding.
23
b. Musik dapat digunakan untuk meneliti emosi gabungan (mixed emotion), seperti pleasant sadness. c. Musik bisa membangkitkan berbagai emosi. Sebagai contohnya berkaitan dengan emosi positif seperti: gembira, hiburan, takjub, penghiburan, spiritualitas, ketenangan, dan kemenangan, dll. d. Mempelajari korelasi saraf emosi dengan musik memiliki relevansi langsung untuk aplikasi musik dalam terapi. e.
Mendengarkanmusikdan membuat musik dapat membangkitkan emosi, memungkinkan untuk meneliti tentang interaksi antara emosi dan aksi (action).
f. Musik dapat digunakan untuk mempelajari perjalan waktu dalam proses emosional yang berkaitan dengan fenomena short-term emotional (dikisaran detik) dan fenomena long-term emotional (dikisaran menit atau bahkan jam). g. Tampak bahwa berkaitan evolusi manusia, musik awalnya merupakan kegiatan sosial. Maka dari itu musik cocok untuk mempelajari interaksi antara emosi dan faktor-faktor sosial. Bagaimanapun,
menggunakan
musik
dalam
mempelajari
emosi
jugamenghasilkan beberapa kesulitan, seperti: a. Preferensi musik sering berbeda secara substansi antar individu (penyuka musik death-metal bisa benar-benar membenci thrash-metal),dan perlunya mengontrol materi stimulus yang mungkin menghasilkan perbedaan yang cukup pada respon emosional pada subjek yang berbeda. 24
b. Partisipan harus sama-sama mengenal perbedaan potongan atau gaya musik yang digunakan dalam kondisi percobaan yang berbeda (untuk menghindari perbedaan aktivitas saraf antara kondisi emosi karena perbedaan keakraban terhadap musik tersebut). c. Beberapa emosi lebih baik diteliti menggunakan stimulus yang lain daripada musik. Sebagai contoh, musik diasumsikan tidak optimal untuk meneliti fenomena emosional yang terkait dengan penilaian kognitif dengan beban yang tinggi (seperti cemburu, penyesalan, dan sebagainya).
2.3 MUSIK 2.3.1
Pengertian Musik Menurut The Oxford Conscise Dictionary, musik adalah seni yang
mengkombinasikan suara, dari suara manusia atau instrumen untuk mencapai keindahan bentuk dan ekspresi emosi (dalam Hamzah,2010). Menurut Reimer musik dapat digambarkan sebagai suara yang terorganisir dan terdapat makna yang melekat didalamnya (dalam Pentti Määttänen, 2003). Jamalus (1988) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu serta ekspresi sebagai satu kesatuan (dalam Kurdi, 2011) Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah suara yang terorganisir baik suara dari manusia ataupun suara instrumen yang di dalamnya terdapat makna yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya. 25
2.3.2
Jenis-jenis musik Terdapat berbagai macam jenis musik musik, diantaranya :
a. Musik Rhythm and Blues (Rn’B) Musik R&B terdiri atas berbagai jenis musik populer yang saling terkait. Musik rhythm and blues yang lebih dikenal dengan musik R&B memiliki beberapa genre-genre, seperti, jump blues, club blues, black rock n’ roll, soul, funk, disco dan rap (dalam Kurdi, 2011). b. Musik Pop Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop sering disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhananya antara lain, drum, gitar melodi dan rhythm, piano, dan bass gitar (dalam Kurdi,2011) c. Musik Country Musik ini sering disebut juga Country and Western, yang merupakan salah satu genre besar pada musik populer terutama di negeri Amerika serikat. Jenis musik modern ini bersumber dari musik rakyat (folk song) atau musik tradisional yang berasaldari Appalachia di kawasan pegunungan selatan Amerika Serikat (dalam Kurdi, 2011). d. Musik Jazz Jazz dikembangkan di Amerika Serikat. Musik tersebut diciptakan oleh musisi , terutama musisi Afrika Amerika yang tampil di jalan, bar, rumah bordil, dan gedung tari
di New Orleans dan kota-kota selatan lainnya. Jazz dapat 26
digambarkan secara umum sebagai musik yang berakar pada improvisasi dan ditandai dengan irama yang lemah, beat yang menenangkan, dan warna nada yang khas dan teknik khusus dalam memainkan.Sejak awal,jazz telah mengembangkan beragam substyle seperti gaya New Orleans (atau Dixieland), swing, bebop, cool jazz, free jazz, dan jazz rock. Jazz umumnya dimainkan oleh sekelompok kecil (atau combo) dari 3-8 pemain, atau dengan "big band" dari 10 sampai 15. Tulang punggung dari sebuah kelompok jazz adalah bagian irama, yang sebanding dengan bass pada musik baroque. Bagian irama biasanya terdiri dari piano, memetik bass ganda (bass), tuba, perkusi dan kadang-kadang banjo atau gitar mempertahankan beat, membuat irama lebih menarik, dan memberikan harmoni yang mendukung. Instrumen tunggal utama jazz termasuk cornet, terompet, saxophone (soprano, alto tenor, bariton), piano, klarinet, vibraphone, dan trombone. Jantung dari musik jazz adalah improvisasi. Seringkali, improvisasi jazz tidak didasarkan pada melodi tetapi pada pola harmonik, atau serangkaian chord. Pola harmonik ini akan diulang-ulang sementara improviser menciptakan melodi setelahnya. Dalam jazz, setiap pernyataan dari pola harmonik dasar atau melodi disebut chorus.Sinkopasi dan ayunan irama adalah dua fitur yang paling khas dari pemain jazz. Kita mengatakan mereka pemain jazz "swing" ketika mereka menggabungkan beat yang stabil dengan perasaan akan irama, ketelitian, dan vitalitas yang santai. Melodi jazz adalah fleksibel dalam pitch. Dalam beberapa tahun terakhir kosakata harmonik jazz -seperti ritme- menjadi semakin kompleks (dalam Kamien,2004) 27
e. Musik Rock Pertengahan 1950 berkembanglah jenis musik baru dan populer yaitu musik rock and roll dan kini sering disebut dengan musik rock saja. Meskipun di dalamnya termasuk berbagai macam gaya, rock cenderung memiliki vokal musik yang keras,beat yang cepat, sering menampilkan iringan gitar listrik dan suara berat yang diperkuat.Lebihdari satu dekade, rock berkembang dari yang sederhana yang sangat bervariasi dalam warna nada, lirik dan teknologi elektronik. Musik rock sangat kuat dan keras dimana gitar sering dimanipulasi secara elektronik untuk menghasilkan berbagai macam warna nada. Rekaman musik rock mulai menggunakan suara beragam seperti kerlip elektronik, suara kerumunan, dan orkestra simfoni. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, musisi rock mengembangkan kapasitas musik rock melalui komputer. Teknologi elektronik canggih memungkinkan untuk beberapa pemain terdengar seperti kelompok besar (Kamien,2004) 2.3.3
Elemen-Elemen Musik Menurut Kamien (2004), terdapat berbagai elemen-elemen dalam musik,
diantaranya: a. Suara : Nada, Dinamika, Warna Nada. Nada adalah tinggi rendahnya suara yang di dengar. Dinamika adalah derajat keras atau lembutnya musik. Warna Nada adalah kualitas yang membedakan suara musik. b. Instrumen Musik. Instrumen adalah setiap alat - selain suara – yang menghasilkan suara musik. 28
c. Irama. Irama
adalah bagaimana mengalirnya
sebuah musik saat
dimainkan. Terdiri dari beberapa aspek yang saling berkaitan : 1) Beat, ketukan yang menentukan musik tetap seimbang di dalam satu kesatuan waktu. 2) Meter, merupakan pengorganisasian beat yang dibuat dalam bentuk pengelompokan. 3) Aksen dan Sinkopasi, sebuah not yang paling jelas ditekankan dengan memainkannya lebih keras dibandingkan not lainnya disebut juga dengan aksen, sedangkan sinkopasi adalah sebuah efek dimana sebuah not aksen muncul lebih dari satu 4) Tempo, cepat lambatnya beat sebuah lagu. Tempo yang cepat dikaitkan dengan perasaan energi, drive dan kegembiraan. Sebuah tempo lambat sering memberikan kontribusi untuk suasana hati yang khusyuk, lirih, atau tenang. Asosiasi tersebut berakar pada cara kita merasa dan bertindak. Ketika kita gembira, kita cenderung untuk bergerak dan berbicara lebih cepat. Terdapat
beberapa
isttilah
tempo
yang
digunakan
untuk
menggambarkan sebuah musik. Berikut daftar istilah tempo dari yang lambat ke cepat ( dalam Blatter, 2007)
29
Tabel1. Jenis-jenis Tempo Musik Kecepatan (beat per minute)
Jenis- jenis Tempo Grave
: sangat lambat
0-39
Largo
: sangat lambat ( tidak selambat grave)
40-59
Larghetto
: lambat (tidak selambat largo)
60-65
Adagio
: lambat ( tidak selambat larghetto)
66-75
Andante
: cukup lambat
76-107
Moderato
: sedang
108-119
Allegro
: cepat
120-139
Vivace
: hidup
140-167
Presto
: sangat cepat
168-199
Prestissimo
: sangat cepat (lebih cepat dari presto)
200 ke atas
d. Notasi Musik. Notasi Musik adalah sebuah sistem penulisan dalam musik dimana
menunjukkan
nada
dan
irama
spesifikyang
dapat
dikomunikasikan. e. Melodi. Melodi adalah serangkaian nada tunggal yang disatukan sehingga dapat dikenali keseluruhan. f. Harmoni. Harmoni adalah cara sebuah chord dibentuk dan bagaimana mereka mengikuti satu sama lain. g. Kunci. Kunci merupakan pusat melodi, tidak hanya pusat melodi namun pusat skala dan chord.
30
h. Tekstur Musik. Tekstur musik adalah seberapa banyak perbedaan lapisan suara yang di dengar dan bagaimana bentuknya (melodi atau harmoni) dan bagaimana keduanya berhubungan satu sama lain. i. Bentuk Musik. Bentuk musik berhubungan dengan bentuk , struktur, pengaturan, dan koherensi. Form merupakan organisasi dari elemenelemen yang ada pada musik. j. Pertunjukan. Pertunjukan merupakan tugas dari performer untuk membawakan simbol yang disampaikan oleh komposer. k. Gaya Musik. Gaya musik adalah karakteristik dalam memainkan melodi, irama, warna nada ,dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk. Kombinasi dari elemen-elemen ini akan menghasilkan musik yang berbeda atau unik. 2.4 Dinamika Kaitan antara Jenis Musik dan Tempo Musik terhadap Emosi Musikal Subjek Emosi dan musik adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Mendengar musik dapat menimbulkan emosi yang dalam istilah terapi aktivitas ini dikatakan sebagai aktifnya berbagai kognisi dan perasaan. Dilihat dari aspek kognitif dan aktifitas otak bisa bisa dikatakan bahwa setiap orang yang sehat dapat bereaksi terhadap musik baik secara fisik maupun psikis. Kauffman & Frisina (1992) mengatakan bahwa separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk untuk memproses berbagai aspek pengalaman musik (dalam Djohan, 2003). Juslin dan dan Sloboda (2010) mengatakan bahwa orang-orang mendengarkan musik memang untuk mempengaruhi emosi, dimana mereka merubah emosi,
31
mencocokkan musik dengan emosi yang ada, dan membuat nyaman diri mereka atau untuk meredakan stres. Beberapa peneliti memang menemukan bahwa musik secara langsung mempengaruhi emosi seseorang. Penelitian Prawitasari (2005) telah membuktikan bahwa musik dapat meredakan depresi. Penelitian Lewis, Dember, Scheft dan Radenhausen (1995) menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh yang besar terhadap suasana hati. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula dengan musik yang sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati yang negatif (dalam Djohan, 2005). Jansma dan de Vries mengatakan tempo sebuah lagu merupakan salah satu karakteristikekspresi emosi atau menjadi sebuah pengalaman musik bagi pendengaran seseorang. Gabrielson dan Lindstorm(2001) mengatakan bahwa karakteristik musik seperti modus, irama, dan tempo yang dirasakan pendengar dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi (dalam Djohan, 2005). Tempo yang cepat dikaitkan dengan perasaan energi, drive dan kegembiraan sehingga tempo musik diasumsikan mampu membangkitkan emosi musikal dengan kategori joyfull activation, power, dan tension. Tempo cepat mampu membuat pendengar merasakan kegembiraan bahkan seperti ingin menari, namun juga membuat ketegangan bagi pendengar. Hal ini disebabkan adanya mekanisme refleks batang otak dan harapan akan musik yang terjadi ketika mendengar musik tersebut sehingga tempo yang cepat dan tidak beraturan akan membuat ketegangan bagi pendengarnya. Musik bertempo lambat memiliki mekanisme yang berbeda dengan musik bertempo cepat dalam memunculkan emosi 32
musikal.Tempolambat sering memberikan kontribusi untuk suasana hati yang khusyuk, lirih, atau tenang , sehingga tempo lambat diasumsikan mampu membangkitkan emosi musikal dengan kategori peacefulness, tenderness, nostalgia, dan sadness. Pendengar diasumsikan akan merasakan ketenangan, kedamaian, kesedihan, perasaan dicintai dan rindu akan masa lalu. Mekanisme yang sering terjadi saat mendengarkan musik lambat adalah citra visual dan ingatan episodikdimana musik membuat subjek membuat gambaran visual ataupun mengingat kembali event tertentu yang mampu membangkitkan emosi musikal dengan kategori nostalgia, peacefulness, tenderness, dan sadness pada emosi musikal. Selain tempo, jenis musik juga mempengaruhi bagaimana emosi yang terbangkit pada pendengar. Penelitian Rea et al. (2010) mengungkapkan bahwa jenis musik (klasik, heavy metal dan pop) secara signifikan mempengaruhi mood seseorang. Partisipan yang diperdengarkan musik heavy metal melaporkan meningkatnya perasaan gelisah dan menurunkan perasaan tenang, aman, puas,nyaman, rileks, dan meyenangkan. Dua macam jenis musik yang diasumsikan akan sangat mempengaruhi emosi seseorang yaitu Jazz dan Rock. Musik jazz secara umum digambarkan sebagai musik yang memiliki irama lemah,dan beat yang menenangkan sehingga mampu memunculkan emosi positif berupa perasaan nyaman, dan rileks pada pendengarnya. Sebaliknya musik rock diidentikkan dengan vokal musik yang keras, dan beat yang cepat. Musik ini diasumsikan akan memicu emosi yang tidak menyenangkan pada pendengarnya. Oleh karena itu, jenis musik keras seperti rock diasumsikan mampu membangkitkan emosi musikal dengan kategori tension
33
dan power, sedangkan jenis musik jazz mampu meningkatkan emosi positif seperti emosi musikal dengan kategori joyfull activation, tenderness, dan peacefulness. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli musik terapi pada tahun 1978 menyebutkan bahwa responden yang disuruh mendengar musik rock memunculkan emosi yang tidak menentu dan menjurus pada keinginan untuk bunuh diri.Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Tore Sognefest menyebutkan bahwa musik dengan irama yang teratur seperti jazz dapat memberikan ketenangan dan menstabilkan emosi (dalam Siregar dan Sarah, 2011).Dari penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan emosi saat diperdengarkan musik dengan tempo dan jenis musik yang berbeda. 2.5 Hipotesis 1. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalwonderpada
subjek
saat
diperdengarkan musik denganjenis musik yang berbeda. 2. Ada perbedaan kategori emosi musikaltranscendencepada subjek saat diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 3. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalpowerpada
subjeksaat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 4. Ada perbedaan kategori emosi musikaltendernesspada subjek saat diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 5. Ada perbedaan kategori emosi musikalnostalgiapada subjek saat diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
34
6. Ada perbedaan kategori emosi musikalpeacefulnesspada subjek saat diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 7. Ada perbedaan kategori emosi musikaljoyfull activationpada subjek saat diperdengarkan musik denganjenis musik yang berbeda. 8. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalsadnesspada
subjek
saat
subjek
saat
subjek
saat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 9. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikaltensionpada
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda. 10. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalwonderpada
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 11. Ada perbedaan kategori emosi musikaltranscendencepada subjeksaat diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 12. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalpowerpada
subjek
saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 13. Ada perbedaan kategori emosi musikaltendernesspada subjek saat diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 14. Ada perbedaan kategori emosi musikalnostalgiapada subjek saat diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 15. Ada perbedaan kategori emosi musikalpeacefulnesspada subjek saat diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 16. Ada perbedaan kategori emosi musikaljoyfull activationpada subjek saat diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
35
17. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikalsadnesspada
subjek
saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 18. Ada
perbedaan
kategori
emosi
musikal
tensionpada
subjeksaat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda. 19. Ada perbedaan emosi musikalwonder pada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 20. Ada
perbedaan
emosi
musikaltranscendencepada
subjek
saat
diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 21. Ada perbedaan emosi musikalpower pada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 22. Ada perbedaan emosi musikaltenderness pada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 23. Ada perbedaan emosi musikalnostalgia pada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 24. Ada
perbedaan
emosi
musikalpeacefulnesspada
subjek
saat
diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 25. Ada perbedaan emosi musikal joyfull pada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 26. Ada perbedaan emosi musikalsadnesspada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda. 27. Ada perbedaan emosi musikaltensionpada subjek saat diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda.
36