BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 1.
Signalling Theory Teori yang mendasari hubungan antara analisis rasio keuangan dengan
perubahan laba dalam penelitian ini adalah Signalling Theory . Suwardjono (2005:455) Laba akuntansi yang diumumkan via statement keuangan merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memperoleh return lebih hanya atas pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menemukan bahwa laba (per saham) yang diumumkan via statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh karena itu sebagaimana telah dibahas sebelum ini, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga masa datang. Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan manajmen, rencana manajmen, pengembangan produk, strategi yang dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak disediakan secara publik akhirnya akan terefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via statement keuangan. Dengan kata lain laba adalah sarana untuk menyampaikan signal- signal dari manajmen yang tidak disampaikan secara publik. Jadi, laba mempunyai
9
10
kandungan informasi (information content) yang penting bagi pasar modal. Sementara
itu
investor
berusaha
untuk
mencari
informasi
untuk
memprediksi laba yang akan diumumkan atas dasar yang tersedia secara publik. Oleh karena itu, informasi laba sangat diharapkan para analis untuk menangkap informasi privat atau dalam yang dikandung dan untuk mengkonfirmasi laba harapan investor. Menurut (Lusiana Noor, 2008) dalam Hendra (2011) teori sinyal adalah: “Teori ini juga menyatakan salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidak pastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilkaukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan ini”
B. Perubahan Laba Income dalam ikatan akuntan Indonesia (IAI, 2010) diterjemahkan dengan istilah penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan income (penghasilan) adalah aruskas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (IAI,2010:23).
11
Perubahan laba adalah kenakikan atau penurunan laba dari tahun ke tahun. Laba yang digunakan adalah laba opersional bersih setelah pajak. Laba merupakan salah satu indicator kinerja suatu perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja
operasional
dari
perusahaan.
Kinerja
operasional
perusahaan
merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan modal tetap tanpa adanya hutang. Hal ini ditunjukkan melalui besar kecilnya laba operasional bersih setelah pajak/ NOPAT (net operating profit after tax) yang diperoleh perusahaan (lidya,2011:9). Ada beberapa pengertian laba yaitu : 1.
Laba kotor (laba bruto) adalah jumlah penjualan dikurangi HPP
2.
Laba operasi (operating income) adalah laba bruto dikurangi biaya-biaya operasional.
3.
Laba bersih sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa adalah laba operasional ditambah atau dikurangi pendapatan atau beban lain-lain.
4.
Laba bersih setalah pos luar biasa adalah laba bersih sebelum pajak dan ditambah pos luar biasa.
5.
Laba bersih (net income) adalah laba bersih setelah pos luar biasa dikurangi PPh
Dasar perhitungan perubahan laba adalah sebagai berikut : ∆ Yit
=
Yit - Y (t - 1 ) i Y (t - 1) i
12
Dimana : =
Perubahan laba perusahaan i pada tahun t.
=
Laba perusahaan i pada tahun t.
=
Laba perusahaan i sebelum tahun t.
Konsep laba menurut Belkaoui (2008:226-227) : “Pertama laba adalah dasar untuk perpajakan dan redistribusi kekayaan di antara individu-individu. Kedua, laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan dividen dan retensi perusahaan. Ketiga, laba dipandang sebagai panduan umum investasi dan pengambilan keputusan. Keempat, laba dianggap suatu sarana prediktif yang membantu dalam meramalkan laba dan peristiwaperistiwa ekonomi dimasa depan”. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan perubahan laba menurut Harianto dan Sudomo (2000:181), yaitu : 1. Periode Waktu Periode waktu adalah peramalan perubahan laba dengan realisasi yang dicapai. Semakin pendek interval waktu, akan semakin akurat ramalan tersebut. 2. Besaran Perusahaan Besaran perusahaan disebabkan oleh skala ekonomi yang berbeda-beda. Skala ekonomi yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah. tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. sehubungan dengan itu skala ekonomi yang tinggi
13
menyebabkan biaya informasi untuk membuat ramalan menjadi turun. Sehingga perusahaan yang mempunyai skala ekonomi yang tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena dimungkinkan mempunyai data informasi yang lengkap terhadap laba Perusahaan yan besar mempunyai kemampuan tinggi untuk menjamin prospek bisnis dimasa yang akan datang, jumlah asset (sumber daya) yang besar bisa membuat manajemen dan semua komponen dalam perusahaan percaya diri dan bekerja giat untuk mencapai laba. Kemudian besarnya modal yang dimiliki perusahaan juga dapat menentukan kelengkapan dan ketepatan informasi yang diperlukan. 3. Umur Perusahaan Manajemen
perusahaan
yang
relative
muda
diperkirakan
kurang
berpengalaman sehingga tidak cukup mampu menentukan ketepatan peramalan perubahan laba 4. Kredibilitas Penjamin Emisi Penjamin emisi mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek melalui pasar modal. Dengan demikian integritas penjamin emisi mempunyai hubungan positif dengan ketepatan informasi ramalan laba dimasa propektus. Pinjamn emisi akan senantiasa berhati- hati untuk menjaga kredibilitasnya karena penjamin emisi ingin memberikan hasil yang maksimal kepada para pemakai. 5. Integritas Auditor Faktor ini mempunyai dampak signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk mengenai perubahan laba. Oleh karenanya auditor harus menjamin
14
bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedonman penyajian laporan keuangan. 6. Tingkat Laverage Salah satu kewajiban manajer adalah mengatur risiko Jadi manajer melakukan apa saja untuk mengurangi risiko. Tingkat laverage merupakan salah satu hal yang mencerminkan risiko. 7. Premium Saham Apabila ramalan perubahan laba terlalu pesimistis, investor akan membuat harga saham tinggi sehingga premiumnya besar. Sebaliknya jika ramalan laba optimistis, investor akan membuat hargasaham rendah sehingga premiumnya kecil. Dengan demikian, ketika laba perusahaan berubah atau mengalami kenaikan, maka menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba dan mencerminkan kinerja yang baik. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan profitabilitas.
C. Laba 1.
Pengertian Laba Menurut FASB (financial accounting standart board) statement
mendefinisikan accounting income atau laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama suatu periode tertentu yang
15
diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari bukan pemilik. Menurut Belkaoui (2007:229), laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung dan biaya-biaya historis yang berhubungan.
2.
Karakteristik Laba Dari definisi diatas menurut Belkoui menunjukkan adanya lima
karakteristik yang terdapat dalam laba akuntansi : 1.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi actual yang dilakukan oleh perusahaan (terutama laba yang muncul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya-biaya yang dibutuhkan untuk berhasil melakukan penjualan tersebut).
2.
Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja keuangan dari perusahaan selama satu periode tertentu.
3.
Laba akuntansi didasarkan pada perinsip laba dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
4.
Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi biaya historisnya terhadap perusahaan, yang menunjukan ketaatan yang tinggi pada prinsip biaya.
5.
Laba akuntansi meminta penghasilan yang terealisai di periode tersebut dihubungkan dengan biaya-biaya relevan yang terkait.
16
Laba yang diungkapkan melalui laporan keuangan merupakan hal yang menjadi pusat perhatian bagi kinerja perusahaan dan merupakan hasil dari serangkaian proses pengorbanan yang berasal dari berbagai sumber daya. oleh karena itu, dibutuhkan parameter untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan kinerja sehingga dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan. Salah satu yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah dengan menggunakan perubahan laba.
D. Laporan Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana ), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian dari integrasi dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan laba (Yuliana,2011:5).
17
2.
Tujuan Laporan Keuangan Adapun laporan keuangan menurut Kasmir (2008:7) adalah : Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini
atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang ,enunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).
Menurut Munawir (2008:11) ada beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : 1.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatunperiode tertentu.
4.
Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5.
Memberikan informasi tentang perubahan- perubahan yang terjadi terhadap aktiva, passive dan modal perusahaan.
6.
Memberikan informasi tentang kinerja manajmen perusahaan dalam suatu periode.
7.
Memebrikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan
8.
Informasi keuangan lainnya.
18
Menurut Belkaoui (2007:228) tujuan dari laporan keuangan adalah “memberikan informasi yang berguna bagi para investor dan kreditor untuk meramalkan, membandingkan, dan mengevaluasi potensi arus kas bagi mereka
dilihat
dari
segi
akun,
waktu,
dan
ketidakpastian
yang
berhubungan”.
E. Rasio Keuangan 1.
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah suatau perbandingan dari angaka-angaka yang
diperoleh dari komponen yang terdapat dilaporan keuangan dengan komponen antar laporan keuangan lainnya. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap 2001:297). Pengertian rasio menurut James C Van Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan
angka
lainnya.
Rasio
keuangan
digunakan
untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja peusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2008:104).
19
2.
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu
bersifat
future
oriented,
sehingga
penganalisa
harus
mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan factor-faktor dimasa yang akan datang, yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisi rasio keuangan adalah element-element yang ada dalam laporan keuangan (Yuliana,2011:13). Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dapat dilakukan denga beberapa rasio keuangan, setiap rasio keuangan memiliki tujuan dan arti tertentu. Berikut ini adalah bentukbentuk rasio keuangan menurut beberapa ahli keuangan yaitu : 1.
Rasio likuiditas (liquidity ratio) Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas atau sering disebut juga rasio modal kerja juga digunaka untuk mengukur likuidnya suatu perusahaan. Rasio ini terdiri dari Rasio Lancar (current ratio) dan Rasio Sangat Lancar (quick ratio). a. Rasio Lancar (current ratio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar yang aman adalah jika berada di
20
atas 1% atau 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlahnya hutang lancar. Rasio Lancar
=
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
b. Rasio Sangat Lancar (quick ratio) Perbandingan antara (aktiva lancar – persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan
persediaan,
karena
persediaa
memerlukan waktu yang relative lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalsir sebagi uang kas, walaupun kenyataannya persediaan lebih likuid dari pada piutang. Rasio Sangat Lancar
2.
=
Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar
Ratio Solvabilitas (laverage ratio) Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pospos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Jenis rasio yang termasuk dalam kelompok ini adalah Debt to asset, Debt To Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, dan Fixed Payment Coverage Ratio.
21
a. Rasio Hutang Atas Aktiva (debt to asset) Rasio ini mengukur biaya total asset perusahaan yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih besar rasio lebih aman. Rasio Hutang atas Aktiva
Total Kewajiban Total Aktiva
=
b. Rasio Hutang Atas Modal (debt to equity ratio) Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio semakin baik. Bagi pemegang saham atau manajmen rasio ini sebaiknya besar.
Rasio Hutang Atas Modal
=
Total Hutang Modal
c. Jumlah Kali Perolehan Bunga (Time Interest Earned Ratio) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. Time Interest Earned Ratio
3.
=
Time Before Interest and Taxed Interest
Rasio Profitabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
22
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Ada beberapa pengukuran dapat dilakukan dalam rasio ini. Pengukuran ini dapat menjadi bahan pertimbangan para analisis pasar modal untuk mengevaluasi keuntungan dari hasil penjualan, jumlah aktiva dan hasil investasi perusahaan tersebut. Tanpa keuntungan perusahaan tidak dapat menarik modal asing. Dengan demikian analisa ini sangat dibutuhkan investor jangka panjang untuk memprediksi keuntungan yang benarbenar diterima dalam bentuk dividen. Alatnya
yang
paling
popular
digunakan
dalam evaluasi
profitabilitas berhubungan dengan penjualan adalah Common Size Income Statement. Common Size Income Statement
adalah Income
Statement yang masing-masing itemnya digambarkan sebagai persentase dari penjualan. Rasio ini terdiri atas Return On Asset, Net Profit Margin, Return Margin, Return On Investment, Return On Equity, Earning Per Shares, Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin. a. Return On Asset (ROA) Rasio ini menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Analisis ROA dalam analisis keuangan merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. (Lidya, 2011:21) ROA
=
Earning After Tax Total Aktiva
23
b. Margin Laba (Net Profit Margin) Margin laba bersih merupakan unkuran keuntungan dengan membandingkan laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Net Profit Margin
=
Laba Bersih Penjualan
c. ROI (Return On Investment) Rasio
ini
menggambarkan
keseluruhan
efektivitas
manajmen dalam mengahsilkan laba dengan total asset yang tersedia. Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. ROI
=
Laba Bersih Total Aktiva
d. ROE (return on equity) Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki perusahaan
sendiri
untuk
pemegang saham.
menghasilkan
keuntungan
bagi
24
ROE
Laba Bersih Jumlah Modal
=
e. EPS (Earning Profit Shares) Menggambarkan setiap rupiah yang didapat selama satu atau tengah periode dari setiap lembar saham yang beredar. EPS
Laba Bersih Setalah Pajak Jumlah Saham Yang Beredar
=
f. Operating Profit Margin Untuk mengukur persentase laba dari penjualan yang dilakukan perusahaan setelah dikurangi selama biaya beban, namun beban dan biaya yang dimaksud tidak termasuk bnga, pajak, dan dividen dari saham preferen. Operating Profit Margin
=
Laba Dari Penjualan Penjualan
g. Gross Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur persentase dari setiap rupiah penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan barang tersebut. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik. Gros Profit Margin
4.
=
Penjualan – HPP Penjualan
=
Laba Kotor Penjualan
Rasio aktivitas (activity ratio) Rasio aktivitas mengukur kecepatan dari berbagai macam akun yang dapat diubah menjadi penjualan atau kas dan mengukur keefektifan
25
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menunjukkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini terdiri dari Inventory Turnover, Average Collection Period, Average Payment Periode dan Total Asset TurnOver. a. Inventory Turnover Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Inventory Turn Over
HPP Persediaan
=
b. Average Collection Periode Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan. Rasio ini juga mengukur rata-rata yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata yang dibagi dengan penjualan harian. Ada juga yang menggunakan piutang rata-rata dibagi dengan penjualan kredit, hal ini dilakukan apabila piutang awal tahun berbeda dengan piutang akhir tahun. Average Collection Periode
=
Hutang Average Purchase Per Day
26
c. Average Payment Period Rasio ini menunjukkan waktu pembayaran piutang. Average Payment Periode
Piutang Average Purchase Per Day
=
d. Total Asset Turnover Rasio ini mengindikasikan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan penjualan rati ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Total Asset Turn Over 3.
=
Penjualan Total Aktiva
Keunggulan Analisis Rasio Menurut Sofyan (2007:298) menyatakan bahwa analisis rasio memiliki
keunggulan disbanding teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah : 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
27
5.
Menstandarisasi size perusahaan.
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.
7.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
4.
Keterbatasan Analisis Rasio Menurut Sofyan (2007:298-299) mengatakan bahwa disamping
keunggulan yang dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus didasari sewaktu penggunaanya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah : 1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini : a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bisa atau subyektif. b. Nilai yang dikandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
28
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa dampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3.
Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menibulkan kesulitan menghitung rasio.
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5.
Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
F. Penelitian Terdahulu Venus C Ibarra (2009) untuk menguji penggunaan laporan utama dari laporan arus kas untuk menganalisis kinerja perusahaan manufaktur. Penelitian ini menunjukan bagaimana rasio ini dapat bermanfaat dalam menganalisa posisi keuangan perusahaan manufaktur, jika laporan dapat dipahami oleh pengguna tanpa bantuan laporan neraca, dan laba rugi. Rasio yang digunakan rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas dan laverage. Tujuan adalah untuk mengetahui keterbatasan dalam menggunakan rasio. Yuni Nurmala Sari (2007), meneliti tentang kemampuan pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Total Asset Turn Over terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur diBursa Efek Jakarata. Tujuan
29
dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh CR,DER, dan TATO secara simultan dan parsial terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan rasio keuangan CR, DER, dan TATO mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba. Lina Purnawati (2005), meneliti tentang kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris kemempuan rasio yang didasarkan pada data laporan keuangan terhadap perediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang. Hasil dari penelitian mereka menyimpulkan dari delapan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang adalah ITO, TATO, NIS, dan SCL. Meythi (2005) yaitu menguji rasio keuangan yang paling baik untuk memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar dibursa efek Jakarta, dengan menggunakan 14 rasuo likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya 1 rasio keuangan yaitu Return on Asset (ROA) termasuk kategori rasio profitabilitas yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sector basic and chemical untuk periode 20002003. Nurjana Takarini dan Erni Ekawati (2003) untuk menguji analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan manufaktur dipasar modal Indonesia, dengan menggunakan 18 rasio yang dikategorikan
30
kedalam 3 indikator yaitu laverage, likuiditas dan produktifitas. Hasil dari penelitian dari ke delapan belas variabel independen, hanya tiga variabel yang signifikan dengan alpha 0,05 yaitu rasio CLE (Current Liabilities to Equity), WTCA (Working Capital to Total Asset), dan ROE (Return on Equity), dan satu variabel yang signifikan dengan alpha 0,1 yaitu NPM (Net Profit Margin). Jadi keempat variabel ini dipilih untuk memprediksi perubahan laba satu tahun kedepan, sedangkan untuk memprediksi dua tahun kedepan variabel yang signifikan dari delapan belas variabel adalah satu variabel yang signifikan dengan 0,1, yaitu NWS (Net Worth to Sales). Bambang S, Sonny J dan Laurent Dwi (2000), meneliti tentang analisis kegunaan rasio- rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba emiten dan industry perbankan di PT Bursa Efek Surabaya. Tujuan penelitian ini untuk menguji kegunaan informasi akuntansi pada masa krisis ekonomi di Indonesia, khususnya dalam memprediksi perubahan laba emiten. Hasil penelitian menyimpulkan rasio- rasio solvabilitas yang terdiri dari capital ratio dan primary ratio, dan rasio- rasio profitabilitas yaitu gross profit margin (GMP) dan return on equity (ROE). Mampu memprediksi perubahan laba industry perbankan tersebut untuk periode satu tahun.
31
G. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka kerangka pemikiran teoritis yang diajukan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Current Ratio, Debt to Asset, Total Asset Turn Over Terhadap Perubahan Laba
Current Ratio (X1)
H1 H2
Debt to Asset Ratio
Perubahan Laba
(X2)
(Y) H3
Total Asset Turn Over (X3)
H4