BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minuman Berakolhol Minuman berakolhol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman berakohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu. Alkohol merupakan zat psikoaktif yang bersifat adiksi atau adiktif. Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan perilaku, emosi,kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang dan lain-lain. Sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Jadi alkohol adalah suatu zat yang bekerja secara selektif , terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku , emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. (Kurmalaningtyas ,2011) 2.1.1 PengertianAlkoholisme Menurut Cairns (1982) Alkoholisme merupakan suatu penyakit yang serba kompleks, yang sebenarnya merupakan kemajemukan dari berbagai penyakit, suatu golongan penyakit bukan satu macam saja.Alkohol sendiri adalah cairan yang bening tak berwarna. Rumus kimianya adalah C2H5OH, yang termasuk golongan carbo-hidrat. Bila dimasukkan ke dalam badan dengan cara di minum,
8
maka ia menembus dinding perut dan usus dengan agak cepat sampai masuk ke dalam urat-urat darah, diubah menjadi Acetal Dahyde (Cairns,1982). Kemabukan adalah taraf anesthesia (keterbiusan) yang tercapai, kalau pemilik badan itu menghisap alkohol dengan lebih cepat daripada kesanggupan limpa memperoses serta membuang alkohol itu. Semakin tinggi kadar alkohol yang dimasukkan ke dalam aliran darah, maka makin tinggi pula derajat kemabukan (Cairns,1982). Pengkonsumsian minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di dunia remaja dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian, munculnya geng-gengremaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kelangan remaja. Menimbulkan kejahatan dan tindakkan yang dilakukan pada remaja untuk melakukan tindakan yang nekat dan mengganggu kehidupan bersosial di masyarakat.Zat organik yang terdapat pada alkohol adalah etanol atau etil alkohol (C2H50H). Pemakaian alkohol dapat menyebabkan ketagihan sehingga termasuk dalam zat adiktif. (Kurmalaningtyas, 2011) 2.1.2 Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA Pada Remaja Menurut (Awan Hananto ,2009), faktor-faktor penyebab penggunaan NAPZA adalah : a. Faktor Individu / Perorangan 1. Adanya kepercayaan bahwa alkohol dapat mengatasi persoalan. 2. Harapan untuk dapat memperoleh kenikmatan yang ada. 3. Untuk menghilangkan rasa sakit / ketidaknyamanan yang dirasakan. 4. Bagi generasi muda adanya tekanan kelompok sebaya untuk dapat diterima/ diakui dalam kelompoknya. 5. Sebagai pernyataan tidak puas terhadap sistem/ nilai sosial yang berlaku. 9
6. Sebagai pernyataan sudah dewasa/ ikut zaman (mode). 7. Ingin coba-coba 8. Kurang pengawasan dari orangtua. b. Faktor Lingkungan 1. Tempat tinggal berada di lingkungan peredaran / pemakaian narkotika, psikotropika / zat adiktif lainnya. 2. Bersekolah di tempat / lingkungan yang rawan terhadap obat yang sering digunakan. 3. Bergaul dengan para pengedar dan para pemakai. Siswanto (1993) menambahkan lagi dua faktor yang saling berkaitan yang menyebabkan seseorang menyalahgunakan Napza yaitu : A) faktor kemudahan mendapatkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. B) Faktor khasiat narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, dimana orang menyalagunakan Napza tentu mengaharap suatu khasiat dari zat tertentu. 2.2 Pengertian Analisis Tingkah Laku Analisis tingkah laku oleh (Goodwin,1976) didefinisikan sebagai sesuatu prosedur yang dilaksanakan secara bertahap, yang digunakan oleh guru untuk memperbaiki prestasi belajar dan tingkah laku para murid. Prosedur itu didasarkan pada prinsip-prinsip atau hukum-hukum belajar. Analisis dan pengubahan tingkah laku bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan guru dan murid meraih keberhasilan, dan merasakan bahwa belajar adalah suatu yang menyenagkan. Analisis tingkah laku didasarkan pada empat langkah yaitu (1) memilih satu tingkah laku yang paling perlu di ubah; (2) mengobservasi kejadiankejadian di kelas yang biasanya ada pada saat tingkah laku itu muncul; (3) merencanakan dan melaksanakan suatu strategi perubahan; dan (4) mengevaluasi strategi perubahan tingkah laku. Pengubahan tingkah laku secara umum dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku. Soekadji berpendapat bahwa sebenarnya definisi istilah pengubahan tingkah laku yang tepat ialah untuk menerapkan
10
prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada tingkah laku manusia. Dalam (Setyorini, 2008) 2.2.1 Asumsi Analisis Perubahan Tingkah Laku 1. Tingkah laku dapat dipelajari 2. Lingkungan menentukan tingkah laku yang diganjar dan tingkah laku mana yang dihukum 3. Tingkah laku dapat diubah dengan mengubah lingkungan 2. 2. 2Mengubah Tingkah laku 1. Memilih sasaran perubahan 2. Menentukan lingkungan yang ada 3. Merencanakan dan melaksanakan strategi pengubahan tingkah laku 4. Mengevaluasi strategi pengubahan tingkah laku 2.3 Teori Perubahan Perilaku Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan) didasarkan atas 3 faktor esensial : 1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehan. 2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku 3. Perilaku itu sendiri. Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan
11
dengan sarana &petugas kesehatan. Health BeliefModel menurut (Becker,1979) ditentukan oleh; a. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan b. Menganggap serius masalah c. Yakin terhadap efektivitas pengobatan d. Tidak mahal e. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan 2.3.1 Belief Pada Remaja Penyalahguna Alkohol Belief merupakan seperangkat keyakinan, pandangan, penilaian individu terhadap suatu peristiwa atau perilaku. Beliefmerupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku. Belief mempunyai subyek yaitu behavioral belief,normative belief, dan control belief. Belief subyek mengenai perilaku penyalahgunaan alkohol cenderung bersifat irasional, sehingga memunculkan dampak perilaku yang tidak produktif. (Emqi Humaidah,2013) Belief mengenai perilaku penyalahgunaan alkohol tampaknya telah membuat para remaja mengabaikan dampak-dampak negatif dari alkohol. Hal ini tampak pada subjek terganggu seperti merasa mual dan pusing setiap kali minumminuman beralkohol, namun mereka tetap mengurangi perilaku tersebut.Belief mengacu pada kemungkinan subjektif yang dimiliki seseorang tentang hubungan antara objek belief dengan objek nilai, konsep, dan atribut lain. melalui berbagai pengalaman dengan lingkungan, individu membentuk berbagai macam belief tentang objek, tingkah laku, dan kejadian. Selain itu belief juga dapat merupakan
12
hasil dari observasi langsung maupun proses inferensial, sehingga individu dapat mempunyai belieftentang suatu tingkah laku tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Albert Ellis, teoretikus kognitif terkemuka, menggungkapkan bahwa belief merupakan salah satu di antara tiga pilar yang membangun tingkah laku individu. Ketiga pilar tersebut antara lain peristiwa yang menggerakkan atau Antecedent event (A), keyakinan atau Beliefs (B), dan konsekuensi atau emotional Consequwnces (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC (Latipun,2006). 1. Antencedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. 2. Beliefs (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, tau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam yaitu, keyakinan yang rasional (rational belife) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belife). Keyakinan rang rasional merupakan caraberfikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan karena itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berfikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan kerana itu tidak produktif. 3. Consequences (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rational belief maupun irrasional belief.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belief merupakan seperangkat keyakinan, pandangan, penilaian individu mengenai suatu hal yang merupakan dasar penggerak dalam berperilaku. Belief di bagi ke dalam 3 macam yaitu belief mengenai hasil perilaku, belief mengenai harapan normatif dari orang lain, dan belief dapat bersifat rasioanal maupun irasional.
13
2.3.2 Health Behavior & Behavior Change Theory Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan di tandai oleh kegagalan orang atau masyarakat. Untuk menerima usaha sama dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang disenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior, yang oleh (Becker ,1974) mengembangkan dan teori lapangan (field theory) oleh (Lewin, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan. KONSEP Merasa Rentan (Perceived susceptibility) Merasa Berat (Perceived severity)
Merasakan Manfaat (Perceived benefits)
Merasakan Rintangan(Perceived barriers) Pedoman Tindakan (Cues to action) Kumpulan diri sendiri (Self-efficacy)
DEFINISI Kepercayaan mengenai kesempatan untuk mengkondisikan sesuatu Kepercayaan seseorang tentang bagaimana seriusnya suatu kondisi dan bagaimana akibat dari kondisi itu Kepercayaan seseorang tentang kemanjuran / keampuhan dari nasehat, untuk mengurangi resiko atau dampak yang serius Kepercayaan seseorang tentang kenyataan & harga kejiwaan dan tindakan menasehati Strategi-strategi untuk memacu keadaan siap seseorang Kepercayaan seseorang terhadap kemampuan-nya
Selain teknik belief yang kita gunakan untuk membantu mengurangi masalah mengkomsumsi alkohol, dapat pula dengan cara teknik analisis perubahan tingkah laku yang lain salah satu teknik itu adalah teknik aversion therapy. 2.4 Teknik Aversion Therapy
14
Aversion therapy yaitu therapy ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.Jadi Aversion Therapy yaitu Therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan, therapy ini memberikan stimulus yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive yang dilakukan klien. Teknik ini diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku. (Fauzan,2009) Tujuan Aversion therapy yaitu membantu klien membuang respon yang lama yang merusak diri dan memperoleh perilaku baru dan mempertahankannya.jadi dapat dikatakan teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negative untuk dapat memperkuat perilaku positif. (Fauzan,2009) 2.4.1 Langkah-langkah pelaksanaan teknik Aversion Therapy Langkah-langkah dalam pelaksanaan teknik tersebut yaitu antara lain : a.
Pendekatan Pada tahap ini terapis melakukan rapport kepada klien, dimana tujuannya
adalah agar klien merasa nyaman dan dapat bercerita tentang masalahnya dengan bebas
sehingga
terapi
dapat
berjalan
dengan
lancar.
Terapis
dapat
memperkenalkan diri dulu, berbincang-bincang dengan klien mengenai hal-hal yang ringan, lalu bila klien sudah terlihat lebih nyaman terapis bisa menanyakan maksud dan tujuan klien datang ke tempat prakteknya. b.
Menggali Informasi Mengenai Klien
15
Setelah terapis mengetahui maksud dan tujuan klien berdasarkan hasil rappot, terapis bisa menanyakan latar belakang serta masalah yang sedang dialami klien dengan teknik wawancara dan observasi. Terapis menggunakan kertas dan alat tulis untuk mencatat hasil observasi klien berdasarkan tingkah laku klien saat wawancara dan terapis juga menggunakan recorder untuk merekam hasil wawancara. c.
Memilih Terapi Yang Tepat Setelah klien mengemukakan semua masalah yang dihadapi, terapis dapat
memilih terapi yang tepat untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien. d. Pelaksanaan Terapi Untuk menghilangkan kebiasaan, terapis memberikan perlakuan aversion therapy dimana konselor membatu menangani masalah yang dialami klien dengan memberikan terapi. e.
Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan terapi.yaitu dimana konselor
melihat kemajuan yang terjadi pada klien.Evaluasi dapat dilihat berdasarkan hasil yang ditunjukan siswa dengan perilakunya yang tidak lagi mencuri. melakukan terapi. (Emqi,2013) mengatakan bahwa belief pada remaja merupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku, subyek penelitian 2 orang remaja yang berusia 14-15 tahun yang merupakan penyalahguna alkohol dimana perilaku penyalahgunaan alkoholnya berada pada tahap instrumental. Berdasarkan dari
16
hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa faktor penggerak subyek melakukan penyalahgunaan alkohol adalah adanya belief. (Kurmalaningtyas,2011) mengatakan bahwa konseling behavioral melalui pendekatan konseling kelompok behavioral dapat dikatakan ada penurunan yang signifikan tentang perilaku mengkonsumsi minuman berakohol di desa Krajan Kelurahan Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada proses pelaksanaan konseling kelompok behavioral di desa Krajan dapat menurunkan secara signifikan perilaku mengomsumsi minuman beralkohol, dan tujuan penelitian dapat dicapai. Setelah di beri layanan konseling kelompok behavioral menunjukkan bahwa nilai sig.2-tailed adalah 0,001,< 0,05. Dilihat dari perbedaan Mean Rank post test dan pre test terjadi penurunan perilaku mengkomsumsi minuman beralkohol dari 12,50 menjadi 4,50. Kemudian dari keberhasilan peneliti sebelumnya yang meneliti untuk pengurangan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol, peneliti juga berkeinginan yang sama untuk mengurangi perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol dengan cara layanan analisis perubahan tingkah laku teknik belife, dan aversion therapy. 2.5 Hipotesis Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurmalaningtyas, (2011). Tentang penanggulangan perilaku mengkomsumsi minuman berakohol remaja di desa krajan salatiga melalui layanan konseling kelompok behavioral, penelitian yang dilakukan kurmalaningtyas mempunyai masalah perilaku mengkomsumsi minuman berakohol, dan dari penelitian yang dilakukan dapat berjalan efektif
17
untuk menanggulangi masalah remaja yang mengkomsumsi minum-minuman keras. Selain itu, dalam sebuah studi, (Humaidah,2013) mengatakan bahwa belief pada remaja merupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku, subyek penelitian 2 orang remaja yang berusia 14-15 tahun yang merupakan penyalahguna alkohol dimana perilaku penyalahgunaan alkoholnya berada pada tahap instrumental. Berdasarkan dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa faktor penggerak subyek melakukan penyalahgunaan alkohol adalah adanya belief . Hipotesis dari penelitian ini yaitu “Ada pengurangan yang signifikan mengkonsumsi minuman berakohol remaja melalui analisis pengurangan perilaku dengan menggunakan teknik Belief dan Teknik Aversion Therapy ”
18